Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA

DI WILAYAH PUSKESMAS PONRANG SELATAN KECAMATAN


PONRANG SELATAN KABUPATEN LUWU

Laporan Kelompok Praktek Asuhan Kebidanan Komunitas Disusun Untuk


Memenuhi Tugas Praktik Klinik Stase Komunitas Pendidikan Profesi Bidan

NAMA KELOMPOK

Indria Alam : 052022185


Hartini Maddu : 052022181
Umil Ulfa Sari : 052022201
Rabiah Nasruddin : 052022192
Abigael Kristina : 052022169
Risna : 052022194
Esse Fajriati Saleh : 052022178
Sucina : 052022199
Hasrianti : 052022377
Syamsuniar : 052022200
Yulianti Bte Masrani : 052022206

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komunitas dalam
Konteks Keluarga di Wilayah Puskesmas Ponrang Selatan Kec. Ponrang Selatan
Kabupaten Luwu” dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan laporan telah mendapatkan banyak bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Rusdiana Djunaid, M.Hum., MA. selaku Rektor Institut Kesehatan
dan Bisnis Kurnia Jaya Persada;
2. Ibu. Bd. Samsinar, S.ST., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Sarjana Kebidanan
Fakultas Kesehatan Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada;
3. Ibu Devi Darwin, S.ST., M.Keb. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Institut
Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada;
4. Kepala Puskesmas Ponrang Selatan yang telah memberikan bantuan selama
melaksanakan penelitian;
5. Ibu Sri Devi Syamsuddin, S.ST., M.Keb. selaku pembimbing institusi yang
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan hingga terselesainya
penyusunan laporan Asuhan Kebidanan Komunitas ini.
6. Ibu Kristina Sakke, S.ST., M.Kes. selaku pembimbing klinik/ CI yang
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan hingga terselesainya
penyusunan laporan Asuhan Kebidanan Komunitas ini.
7. Seluruh staf bidan di Puskesmas Ponrang Selatan.
8. Semua pihak yang membantu dan mendukung dalam penyusunan laporan
Asuhan Kebidanan Komunitas, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Askeb Komunitas ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan
penulis. Olehnya itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Luwu, Juli 2023
Penyusun Laporan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
C. Manfaat Penelitian........................................................................................4
D. Waktu Dan Tempat Penelitian......................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
A. Keluarga Berencana......................................................................................6
B. Kontrasepsi....................................................................................................8
C. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang..........................................................11
BAB III HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS.............14
A. Pengkajian...................................................................................................14
B. Analisis Data...............................................................................................29
C. Perumusan Masalah....................................................................................29
D. Prioritas Masalah.........................................................................................29
E. Asuhan Kebidanan......................................................................................31
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................32
A. Data Kependudukan....................................................................................32
B. Pembahasan.................................................................................................26
BAB VI PENUTUP...............................................................................................32
A. Kesimpulan.................................................................................................32
B. Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Hadir Penyuluhan...................................................................35

Lampiran 2. Satuan Acara Penyuluhan..................................................................44

Lampiran 3. Dokumentasi......................................................................................45
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan Kontrasepsi merupakan serangkaian tindakan meliputi
pemberian KIE, konseling, penapisan kelayakan medis, pemberian kontrasepsi,
pemasangan atau pencabutan, dan penanganan efek samping atau komplikasi
dalam upaya mencegah kehamilan. Pelayanan kontrasepsi yang diberikan
meliputi kondom, pil, suntik, pemasangan atau pencabutan implan,
pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim, pelayanan
tubektomi, dan pelayanan vasektomi. Beberapa studi menunjukkan pelayanan
KB yang efektif dapat mengurangi kematian ibu dengan cara mengurangi
kehamilan dan mengurangi kelahiran risiko tinggi (Kemenkes, 2021).
Persentase ibu meninggal yang melahirkan berusia di bawah 20 tahun
dan di atas 35 tahun adalah 33% dari seluruh kematian ibu, sehingga apabila
program KB dapat dilaksanakan dengan baik lagi, kemungkinan 33% kematian
ibu dapat dicegah melalui pemakaian kontrasepsi (Kemenkes, 2021).
Di antara 1,9 miliar wanita usia subur (15-49 tahun) di dunia pada tahun
2019, 1,1 miliar membutuhkan keluarga berencana, 842 juta menggunakan
metode kontrasepsi modern dan 80 juta menggunakan metode tradisional. Di
Asia Timur dan Tenggara, IUD merupakan metode kontrasepsi yang paling
umum digunakan (18,6%). Di Eropa dan Amerika Utara, pil (17,8%) dan
kondom (14,6%) merupakan metode yang paling umum digunakan. Di Asia
Tengah dan Selatan adalah sterilisasi wanita (21,8 %). Di Afrika Utara dan
Asia Barat, dua metode yang paling umum adalah pil (10,5 persen) dan IUD
(9,5 persen) (Nations, 2019). Menurut BKKBN, peserta KB aktif di Indonesia
pada Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2020 sebesar 67,6%. Dimana sebagian
besar akseptor memilih menggunakan metode suntik sebesar 72,9%, diikuti
oleh pil sebesar 19,4% (Kemenkes, 2021). Menurut data Provinsi Sulawesi
Selatan dari 6.921 akseptor yang terlayani terdiri dari MOW 231 akseptor,

1
2

MOP 2 akseptor, IUD 618 akseptor dan Implant 6070 akseptor. Ada pun
kabupaten kota dengan capaian pelayanan terbanyak salah satunya di
Kabupaten Luwu sebanyak 577 akseptor. Dari data Puskesmas Ponrang Selatan
didapatkan jumlah KB aktif 1.964. metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
yang digunakan adalah IUD 10,2%, implant 3,9% , MOW 2,9%, MOP 0.
Program Aksi Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan
Pembangunan (ICPD) terdapat komitmen yang jelas untuk memastikan wanita
dan laki-laki memiliki akses ke berbagai metode keluarga berencana yang
aman dan efektif. Dimana metode yang tepat bervariasi menurut usia, paritas,
besarnya keluarga dan factor lainnya. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) tahun 2030 adalah memastikan akses universal ke layanan kesehatan
seksual dan reproduksi termasuk untuk keluarga berencana, informasi dan
pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi nasional
(Nations, 2019).
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha
yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak
positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.
Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan
merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar
dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
Pemilihan metode kontrasepsi penting bagi akseptor KB. Tujuan
penggunaan kontrasepsi terutama untuk menjarangkan atau membatasi
kehamilan, maka akseptor KB harus memilih metode yang efektif untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, individu harus
mempertimbangkan pilihan metode kontrasepsi yang akan dipilih mereka
dengan hati-hati ketika beralih dari satu metode kontrasepsi ke yang lain
(Amran et al., 2019).
Metode Keluarga Berencana Jangka Panjang (MKJP) memiliki tingkat
kegagalan yang rendah, lebih aman dan hemat biaya daripada tindakan singkat
3

kontrasepsi, dimana dapat mencegah kehamilan lebih dari satu tahun dalam
satu tindakan tanpa persyaratan prosedur berulang (Catur Setyorini dkk, 2022).
Wanita yang hanya terkadang aktif secara seksual dan ingin menunda
kehamilan selama beberapa bulan atau beberapa tahun, lebih memilih metode
jangka pendek, yang dapat mereka mulai dan hentikan sendiri, daripada IUD
atau implan, keduanya memerlukan kunjungan ke penyedia layanan untuk
mendapatkan dan melepas perangkat, atau metode permanen seperti sterilisasi.
Pengalaman atau kesadaran akan efek samping dan ketidaknyamanan
menggunakan metode kontrasepsi tertentu serta efektivitasnya dalam
mencegah kehamilan berperan dalam pemilihan metode yang digunakan
(Nations, 2019).
Sebuah studi tentang penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
dikaitkan dengan wilayah tempat tinggal, dukungan suami, status pekerjaan,
dan pendapatan keluarga. Pemberian pendidikan dan konseling pasangan
merupakan salah satu pilihan untuk meningkatkan penyerapan kontrasepsi
jangka panjang. (Catur Setyorini dkk, 2022)
Selain hal tersebut beberapa factor yang mempengaruhi pemanfaatan
metode jangka panjang diantaranya status pendidikan, konseling tenaga
kesehatan dan tidak menginginkan anak lagi memiliki hubungan positif
terhadap penggunaan KB (Catur Setyorini dkk, 2022). Banyak penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP), sehingga penting untuk dapat mengidentifikasi
berbagai faktor yang mempengaruhi wanita dalam menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang. Studi ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang dengan
memetakan bukti literature dengan topik faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
4

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan komunitas pada
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan khusunya pelayanan
kesehatan yang berhubungan dengan bidang kebidanan secara menyeluruh.
2. Tujuan Khusus
Dengan melaksanakan praktek kebidanan komunitas, mahasiswa
diharapkan mampu dalam:
a. Melakukan pengkajian data keluarga.
b. Mengidentifikasi masalah pada keluarga.
c. Mengembangkan rencana tindakan pada keluarga.
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pada keluarga.
e. Melaksanakan evaluasi pada keluarga.

C. Manfaat Penelitian
Manfaat Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas diarahkan untuk
kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan kepentingannya bagi
lembaga terkait.
1. Teoritis; antara lain: Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan
masukan untuk menambah wawasan tentang kasus yang diambil.
2. Aplikatif; antara lain:

a. Institusi: Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan


dalam memberikan asuhan kebidanan komunitas dalam konteks
keluarga di Klinik Pratama Sang Timur.
b. Profesi: “Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi
bidan dalam asuhan kebidanan komunitas dalam konteks keluarga.
c. Klien dan masyarakat: Agar klien maupun masyarakat bisa melakukan
deteksi yang mungkin timbul pada wilayah komunitas sehingga dapat
mengetahui pengembangan dan masalah pada komunitas tersebut
untuk memungkinkan mecari solusi dan pemecahan masalah.
5

D. Waktu Dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan Kebidanan komunitas ini dilakukan pada bulan Juli 2023.
Lokasi pengambilan Asuhan Kebidanan Komunitas ini dilakukan di Wilayah
Puskesmas Ponrang Selatan Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu,
Provinsi Sulawesi Selatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas

melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam hak-hak reproduksi untuk

membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak

kehamilan, membina ketahanan serta kesejahteraan anak (BKKBN, 2015 dalam

Yuli Suryanti, 2019).

Program keluarga berencana merupakan proses pembangunan nasional

Indonesia dalam mensejahterakan masyarakat melalui program KB, dimana

program KB ini ialah suatu upaya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat

pada hal pengaturan kelahiran, jumlah anak yang sudah disepakati, pelatihan

keluarga untuk menaikkan kesejahteraan keluarga kecil di seluruh Indonesia

(Catur Setyorini dkk, 2022).

Olehnya itu dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana dapat

diartikan sebagai bentuk untuk mengontrol tingkat kelahiran dalam keluarga

serta menentukan jumlah anak yang telah disepakati, dengan adanya program

keluarga berencana ini dapat diharapkan perencanaan keluarga yang akan

terhindar dari permasalahan seperti tingginya laju pertumbuhan penduduk.

UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan serta

Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa keluarga berencana artinya upaya

untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur

6
7

kehamilan, perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan

keluarga yang berkualitas (Kementerian Kesehatan RI, 2014 dalam Catur

Setyorini dkk, 2022). Undang-Undang tersebut diatur karena untuk mengatur

jumlah pertumbuhan penduduk Indonesia yang dalam artian yang dapat

dikendalikan laju pertumbuhannya. Program keluarga berencana juga salah satu

program pemerintah untuk menyeimbangkan pertumbuhan penduduk Indonesia

yang tiap tahunnya bertambah dan menyeimbangkan kebutuhan penduduk

seperti kebutuhan ekonomi.

Sasaran dari program keluarga berencana dibagi menjadi dua yaitu

sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama adalah Pasangan Umur Subur

(PUS), sedangkan untuk sasaran antara adalah tenaga kesehatan (Catur Setyorini

dkk, 2022)

Tujuan Program Keluarga Berencana menurut BKKBN (BKKBN, 2017)

tujuan program keluarga berencana terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Tujuan umum Mewujudkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka

mewujudkan NKKBS yang sebagai dasar terwujudnya masyarakat yang

sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin

terkendalinya pertumbuhan penduduk.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi

b. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi

c. Meningkatkan kesehatan keluarga berencana menggunakan cara

penjarangan kelahiran.
8

B. Kontrasepsi

1. Defenisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau

‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang

matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi

merupakan upaya pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan (Ratu

Matahari dkk, 2019).

Alat kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk mencegah atau

menunda kehamilan. Alat ini bekerja untuk menghambat pertemuan sel

sperma dan sel telur (Catur Setyorini dkk, 2022).

2. Kebutuhan Penggunaan Kontrasepsi

Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pus secara rasional

berdasarkan fase kebutuhan (Catur Setyorini dkk, 2022) :

a. Fase menunda kehamilan

Fase menunda kehamilan bagi PUS yang istrinya berusia kurang dari 20

tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Hal ini dikarenakan,

kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun merupakan kehamilan resiko

tinggi pada PUS yang memiliki frekuensi senggama yang masih tinggi

sehingga dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi yang memiliki

efektivitas yang tinggi.

b. Fase menjarangkan kehamilan

PUS yang istrinya berusia antara 20-25 tahun merupakan periode yang

paling baik untuk melahirkan dengan jumlah 2 anak dan jarak antara
9

kelahiran 2-4 tahun. Pada pasangan ini, setelah kelahiran anak pertama

dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang memiliki

efektivitas yang cukup tinggi karena masih mengharapkan punya anak

lagi.

c. Fase menghentikan, mengakhiri kehamilan atau kesuburan

PUS yang sudah memasuki usia diatas 35 tahun sebaiknya menghentikan

kehamilan setelah mempunyai 2 anak, hal ini dikarenakan kehamilan

pada usia diatas 35 tahun memiliki resiko tinggi. Pada pasangan ini,

dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang efektivitasnya

tinggi dan dapat dipakai untuk jengka panjang serta tidak mengganggu

kesehatan dimasa tua.

3. Macam-macam Metode Kontrasepsi (Ratu Matahari dkk, 2019)

a. Metode kontrasepsi sederhana

Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari dua yaitu metode

kontrasepsi sederhana tanpa alat (Metode Amenore Laktasi (MAL),

senggama terputus (coitus interuptus), metode kalender, metode lendir

serviks, metode suhu basal badan dan simptotermal) dan metode

kontrasepsi dengan alat seperti kondom, diafragma, cup serviks dan

spermisida.

b. Metode kontrasepsi modern

Kontrasepsi modern terdiri dari pil, suntik, Alat Kontrasepsi Bawah

Kulit (AKBK), Alat Kontraepsi Bawah Rahim (AKDR), Metode

Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria / MOP.


10

Berdasarkan lama efektivitasnya, metode kontrasepsi dibagi menjadi

dua, antara lain:

a. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang adalah cara kontrasepsi yang

mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya tinggi

dengan angka kegagalan yang rendah. Metode jangka panjang terdiri

dari Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR), Alat Kontrasepsi Bawah

Kulit (AKBK), Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif

Pria / MOP. Keuntungan dari pemakaian MKJP adalah perlindungan

jangka panjang, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat, tidak

mempengaruhi hubungan seksual, tidak mengganggu produksi ASI dan

tidak ada efek samping hormonal. Pemakaian MKJP mempunyai efek

samping diantaranya nyeri pada saat haid, perubahan pola haid berupa

perdarahan bercak (spotting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah

darah haid.

b. Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (non MKJP)

Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) adalah cara

kontrasepsi dengan efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya

rendah serta angka kegagalannya yang tinggi. Contoh Non MKJP adalah

Metode Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus (coitus interuptus),

metode kalender, metode lendir serviks, metode suhu basal badan,

simptotermal, kondom, spermisida, diafragma, pil dan suntik .


11

Berdasarkan kandungannya, terbagi menjadi dua jenis (Yuli

Suryanti, 2019) :

a. Kontrasepsi hormonal, terdiri dari :

KB suntik, pil, Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK) dan Implant.

b. Kontrasepsi non hormonal, terdiri dari :

Kondom, AKDR CuT-380 A, metode operatif wanita (Tubektomi) dan

metode operatif pria (Vasektomi).

C. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

1. Definisi

Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan suatu usaha

yang dilakukan oleh pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

Indonesia. Pemerintah Indonesia menawarkan MKJP karena merupakan cara

yang efektif yang digunakan oleh PUS untuk menekan kelahiran (Yuli

Suryanti, 2019).

MKJP adalah alat kontrasepsi yang dibuat dan digunakan dalam

jangka waktu yang panjang yang bertujuan untuk menunda dan menjarangkan

kehamilan serta menghentikan kesuburan. MKJP meliputi implant,

IUD/AKDR, MOW dan MOP (Ratu Matahari dkk, 2019).

2. Jenis-jenis MKJP (Ratu Matahari dkk, 2019)

a. Implant yaitu suatu alat yang dimasukkan ke bawah kulit, misalnya pada

lengan atas bagian dalam, digunakan untuk mencegah ovulasi,


12

menebalkan getah servik, membuat tidak siapnya endometrium untuk

nidasi dan jalannya ovum terganggu.

1) Keuntungan menggunakan implan :

a) Daya guna tinggi.

b) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).

c) Tidak mengganggu kegiatan senggama.

2) Kerugiaan menggunakan implan :

a) Perdarahan tidak teratur

b) Perdarahan bercak

c) Amenorea (tidak mengalami menstruasi).

b. AKDR/IUD yaitu alat yang dipasang dalam rongga rahim ibu, ada yang

berbentuk spiral, huruf T, dan berbentuk kipas, IUD berguna untuk

mencegah pertemuan ovum dan sperma.

1) Keuntungan menggunakan AKDR/IUD :

a) Metode jangka panjang 10 tahun dan tidak perlu diganti

b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

c) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak khawatir hamil.

2) Kerugiaan menggunakan AKDR/IUD :

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan)

b) Haid lebih lama dan banyak.

c) Saat haid lebih sakit.


13

c. MOW (Tubektomi) yaitu prosedur bedah yang dapat menghentikan

kesuburan dengan menyumbat atau memotong kedua saluran telur.

1) Keuntungan menggunakan MOW :

a) Bersifat permanen

b) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

c) Bebas dari efek samping hormonal.

2) Kerugian menggunakan MOW :

a) Tidak dapat pulih kembali.

b) Ada rasa sakit/tidak nyaman setelah tindakan

c) Harus dilakukan oleh dokter spesialis bedah.

d. MOP (Vasektomi) yaitu metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin

punya anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi

sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan

lainnya.

1) Keuntungan menggunakan MOP :

a) Efektif jangka panjang

b) Tidak ada efek samping jangka panjang

c) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

2) Kerugian menggunakan MOP :

a) Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan.

b) Peradangan pada alat kelamin pria.

c) Infeksi di daerah testis (buah zakar) dan penis.


14

BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Data Kependudukan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada 11 KK di Puskesmas Ponrang
Selatan Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi
Selatan didapati hasil demografi sebagai berikut :
a. Jumlah Anggota Keluarga : 40 Jiwa
b. Jenis Kelamin Perempuan : 18 Jiwa
Laki-laki : 22 Jiwa
Jumlah : 40 Jiwa
c. Jumlah KK : 11 Kepala Keluarga
d. Mata Pencaharian
Wiraswasta :1
PNS :3
Buruh :6
Tani :8
Tidak Bekerja : 22
Jumlah : 40

e. Tingkat Pendidikan
Perguruan Tinggi :4
SLTA : 13
SLTP :6
SD :9
Belum Sekolah :8
Jumlah : 40
2. Status Sosial Ekonomi
a. Jumlah Penghasilan Keluarga Sebulan
1) Kurang Dari Rp. 500.000,- :0
15

2) Rp.501.000.- s/d Rp. 1.000.000,- :2 KK


3) Lebih Dari Rp.1.000.000,- : 9 KK
b. Jenis Asuransi yang dimiliki Keluarga
1) BPJS : 9 KK
2) BPJS PBI : 2 KK
3) Tidak Memiliki :0
3. Kepemilikan Ternak
a. Apakah keluarga memiliki ternak : 3 KK
b. Dimanakah letak kandang?
1) di dalam rumah :0
2) di luar rumah : 3 KK
c. Kondisi kandang di dalam rumah
1) Sekat penuh :0
2) Sekat sebagian : 3 KK
3) Tidak disekat :0
d. Kondisi kandang ternak
1) (√ ) Bersih
2) ( ) Tidak bersih
4. Lingkungan Rumah
a. Jenis bangunan
1) Permanen : 10 KK
2) Non permanen : 1 KK
b. Pemanfaatan pekarangan rumah
1) (√ ) ya
2) ( ) tidak
c. Kondisi ventilasi rumah luasnya
1) Kurang dari 10 % luas lantai :0
2) Lebih dari atau sama dengan 10 % luas lantai : 11 KK
d. Kondisi pencahayaan rumah
1) Baik (25 cm jarak baca) : 11 KK
2) Kurang (< 25 cm jarak baca) :0
16

e. Penerangan yang digunakan


1) Listrik : 11 KK
2) Non listrik :0
f. Kondisi kebersihan rumah
1) Bersih : 11 KK
2) Tidak bersih :0
g. Membersihkan penampungan air
1) 1 minggu sekali : 7 KK
2) > dari 1 minggu sekali : 4 KK
5. Sumber Air
a. Asal sumber air yang digunakan keluarga
1) Sumur gali : 4 KK
2) Sungai :0
3) Mata air :0
4) PDAM : 7 KK
b. Tempat penyimpanan air
1) Ember/gentong terbuka : 6 KK
2) Ember/gentong tertutup : 5 kk
3) Tidak ada :0
c. Kualitas sumber air yang digunakan
1) Berbau :0
2) Berwarna :0
3) Berasa :0
4) Tidak berbau, berasa, berwarna : 11 KK
6. Pembuangan Sampah
a. Tempat pembuangan sampah
1) Ada, terbuka : 8 KK
2) Ada, tertutup : 3 KK
3) Tidak ada :0
b. Cara pembuangan sampah
17

1) Dibakar/ ditimbun : 4 KK

2) Dibuang ke sungai :0
3) Diambil petugas : 7 KK
7. Pembuangan Air Limbah
a. Jarak sumber air dengan pembuangan air limbah
1) > 10 meter : 11 KK
2) < 10 meter :0
b. Jenis pembuangan air limbah
1) Got/selokan terbuka : 2 KK
2) Got/selokan tertutup : 9 KK
3) Bak penampungan :0
4) Langsung dialirkan ke sungai :0
5) Dibuang sembarangan :0
c. Kondisi saluran air limbah
1) Saluran tertutup lancar : 9 KK
2) Saluran tertutup tidak lancar :0
3) Saluran terbuka lancar : 2 KK
4) Saluran terbuka tidak lancar :0
d. Kepemilikan WC
1) Milik sendiri : 11 KK
2) Umum :0
e. Kondisi WC
1) Terpelihara : 11 KK
2) Tidak terpelihara :0
f. Tempat pembuangan tinja
1) Septik tank : 11 KK
2) Kolam :0
3) Sungai :0

g. Jarak sumber air dengan pembuangan tinja


1) > 10 meter : 11 KK
18

2) < 10 meter :0
8. Transportasi Dan Jarak Ke Pelayanan Kesehatan
a. Sarana transportasi yang digunakan
1) Sepeda :0
2) Sepeda motor : 7 KK
3) Mobil : 4 KK
4) Kendaraan umum :0

b. Jarak rumah ke sarana pelayanan kesehatan


1) < 5 km : 4 KK
2) > 5 km : 7 KK
9. Sistem Nilai
a. Keyakinan yang mendukung kesehatan keluarga
1) Ada :0
2) Tidak ada : 11 kk
10. Derajat Kesehatan
a. Sakit yang dialami anggota keluarga
1) Asma :0
2) TBC :0
3) Hipertensi :4
4) Kencing manis :0
5) Gangguan jiwa :0
b. Bila ada anggota keluarga sakit, dimanakah mencari pertolongan
1) Pelayanan kesehatan : 11 KK
2) Tenaga non kesehatan (dukun, alternatif) :0
3) Diobati sendiri :0
4) Tidak periksa :0
11. Kesehatan Ibu Hamil
a. Usia ibu hamil
1) Risiko tinggi :0
2) Tidak risiko tinggi : 2 Orang
b. Umur kehamilan ibu
19

1) Trimester I : 1 Orang
2) Trimester II : 1 Orang

3) Trimester III :0
c. Kehamilan yang ke_
1) Pertama :0
2) Kedua : 2 Orang
3) Ketiga :0
4) > dari 3 :0
d. Pemeriksaan kehamilan
1) < 4 kali : 1 Orang
2) > 4 kali : 1 Orang
3) Tidak pernah :0
e. Ibu memeriksakan kehamilan ke
1) Bidan : 2 Orang
2) Dokter :0
3) Dukun :0
4) Tidak periksa :0
f. Alasan ibu tidak memeriksakan kehamilan
1) Tidak tahu :
2) Tidak mempunyai biaya :
3) Tidak mempunyai waktu :
4) Tidak penting :
g. Apakah ibu mendapat imunisasi TT
1) Ya : 2 Orang
2) Tidak :0
h. Alasan tidak mendapatkan imunisasi
1) Tidak diberi :0
2) Tidak tahu manfaatnya :0
3) Takut efek sampingnya :0
4) Tidak penting :0
i. Apakah ibu minum tablet besi (Fe)
20

1) Ya : 2 Orang
2) Tidak :0

j. Alasan ibu tidak minum tablet besi (Fe)


1) Tidak diberi :0
2) Tidak tahu manfaatnya :0
3) Takut efek sampingnya :0
k. Apakah ibu mengkonsumsi gizi yang seimbang
1) Ya : 2 orang
2) Tidak :0
l. Alasan ibu tidak mengkonsumsi gizi yang seimbang
1) Tidak tahu manfaatnya :0
2) Tidak ada biaya :0
m. Apakah ibu mengikuti kelas ibu
1) Ya : 2 orang
2) Tidak :0
n. Alasan ibu tidak mengikuti kelas ibu
1) Tidak tahu manfaatnya :0
2) Tidak sempat :0
3) Tidak ada program kelas ibu :0
o. Penempelan stiker P4K dirumah
1) Ya : 2 orang
2) Tidak :0
3) Jenis Pend.Kes yang sudah didapatkan ibu :0
12. Kesehatan Ibu Menyusu ( Tidak Ada)
a. Apakah ibu menyusui anaknya
1) Ya : 1 orang
2) Tidak :0
b. Alasan ibu tidak menyusu anaknya
1) ASI tidak keluar :
2) Papilla mamae masuk kedalam :
3) Sibuk bekerja :
21

4) Menderita sakit :
5) Lain-lain, sebutkan :

c. Ibu menyusu anak usia


1) 0-6 bulan :0
2) 6-12 bulan : 1 orang
3) 1-2 tahun :0
4) > 2 tahun :0
d. Berapa kali ibu menyusu anaknya
1) Setiap saat : 1 orang
2) Terpancang waktu :0
e. Apakah ibu melakukan perawatan payudara
1) Ya : 1 orang
2) Tidak :0
13. KB Bagi Pasangan Usia Subur
a. Apakah ibu mengikuti KB
1) Ya : 8 orang
2) Tidak : 1 orang
b. Alasan ibu tidak mengikuti KB
1) Adat dan agama :0
2) Tidak boleh suami :0
3) Tidak tahu :0
4) Ingin punya anak :0
5) Bukan PUS : 1 orang
c. Jenis kontrasepsi yang digunakan
1) Suntik : 5 orang
2) IUD : 1 orang
3) Implant :2
4) Pantang berkala :0
5) MOW/MOP :0
6) System kalender :0
d. Keluhan dari jenis alat kontrasepsi yang digunakan
22

1) Ada : 2 orang
2) Tidak : 6 orang
14. Kesehatan Bayi dan Balita

a. Jenis persalinan
1) Spontan : 8 orang
2) Operasi :0
b. Yang menolong persalinan
1) Tenaga kesehatan ( Perawat/ ) Dokter/ Bidan) : 8 orang
2) Bukan tenaga kesehatan (Dukun bayi) :0
c. Berat badan anak waktu lahir
1) ≥ 2500 gr : 8 orang

2) < 2500 gr :0
d. Immunisasi dasar yang diberikan pada anak
1) BCG : 8 orang
2) DPT I/II/III : 8 orang
3) Polio I/II/III/IV : 8 orang
4) Hepatitis I/II/III : 8 orang
5) Campak : 7 orang
e. Alasan tidak diberikan Immunisasi dasar yang pada anak
1) Tidak tahu manfaat 0
2) Takut akibat immunisasi 0
3) Tidak tersedia yankes 0
4) Anak sakit 0
5) Lain-lain, sebutkan.... 0
f. Jenis makanan yang diberikan pada anak < 6 bulan
1) ASI 0
2) PASI 0
3) ASI + makanan tambahan : 1 orang
g. Alasan pemberian PASI pada anak < 6 bulan
1) ASI tidak mencukupi 0
23

2) Adat kebiasaan 0
h. Apakah anak ibu mendapatkan vitamin A
1) Ya : 8 orang
2) Tidak :0

i.Apa alasan anak tidak mendapatkan vitamin A


1) Belum cukup umur 0
2) Tidak tahu manfaatnya 0
j.Apakah anak ibu mempunyai KMS
1) Ya : 8 orang
2) Tidak :0
k. Berapa kali anak dibawa ke Posyandu Balita ?
1) Setiap bulan : 4 orang
2) Tidak teratur : 4 orang
l.Berada pada titik mana berat badan anak ?
1) Garis hijau : 6 orang
2) Garis kuning : 2 Jiwa
3) Garis merah :0
4) Bawah garis merah :0
m. Apakah anak menderita penyakit ?
1) Batuk pilek 0
2) Diare 0
3) Kulit 0
4) Batuk > 2 minggu 0
5) Tidak : 8 orang
15. Kesehatan Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)
a. Bagaimanakah pola makan anak ?
1) Teratur : 4 orang
2) Tidak teratur :0
b. Berat badan anak
1) Normal : 4 orang
2) Kurang :0
24

3) Lebih :0
c. Apakah anak menderita penyakit ?
1) Batuk pilek :0
2) Diare :0

3) Kulit :0
4) Batuk > 2 minggu :0
5) Tidak : 4 orang
d. Apa yang dilakukan keluarga ketika anak sakit ?
1) Dibawa ke pelayanan kesehatan : 4 orang
2) Dibawa ke tenaga non kesehatan (dukun, alternatif) : 0
3) Diobati sendiri :0
4) Tidak periksa :0
e. Immunisasi tambahan yang diberikan pada anak
1) DT :0
2) MMR : 4 orang
3) Tipoid :0
4) Meningitis :0
5) Belum diberikan :0
f. Alasan tidak diberikan immunisasi tambahan yang pada anak
1) Tidak tahu manfaat 0
2) Takut akibat immunisasi 0
3) Tidak tersedia yankes 0
4) Anak sakit 0
5) Lain-lain, sebutkan 0
16. Kesehatan Remaja
a. Bagaimanakah pola makan remaja ?
1) Teratur : 3 orang
2) Tidak teratur :0
b. Berat badan remaja
1) Normal : 3 orang
2) Kurang :0
25

3) Lebih :0
c. Apakah remaja menderita penyakit ?
1) Batuk pilek 0
2) Diare 0

3) Kulit 0
4) Batuk > 2 minggu 0
5) Kurang darah 0
6) Tidak 0
d. Apakah remaja mengetahui tentang fungsi reproduksi ?
1) Ya : 2 orang
2) Tidak : 1 orang
e. Apakah remaja mengetahui tentang Penyakit Hubungan Seksual (PMS) ?
1) Ya : 2 orang
2) Tidak : 1 orang
f. Apakah remaja mengetahui tentang alat kontrasepsi ?
1) Ya : 2 orang
2) Tidak : 1 orang
g. Apakah remaja mempunyai kebiasaan dibawah ini ?
1) Merokok 0
2) Minum minuman keras 0
3) Narkoba 0
4) Seks bebas 0
5) Tidak ada 0
17. Kesehatan Lansia ( Tidak Ada )
a. Apakah lansia sakit ?
1) TBC
2) hipertensi
3) kencing manis
4) gangguan jiwa
5) katarak
6) rematik
26

7) pikun
8) stroke
9) tidak

b. Apa yang dilakukan keluarga ketika lansia sakit ?


1) dibawa ke pelayanan kesehatan
2) dibawa ke tenaga non kesehatan (dukun, alternatif)
3) diobati sendiri
4) tidak periksa
c. Apakah lansia melakukan olahraga?
1) ya teratur
2) tidak teratur
3) tidak pernah
d. Bagaimanakah pola makan lansia?
1) teratur
2) tidak teratur
e. Berat badan lansia
1) normal
2) kurang
3) lebih
f. Kategori dalam pemenuhan kebutuhan lansia
1) tergantung pada orang lain (kategori A)
2) dibantu (kategori B)
3) mandiri (kategori C)
g. Kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan lansia
1) merokok
2) minum kopi
3) minum alkohol
4) lain-lain, sebutkan....
h. Keadaan lingkungan lansia
1) lantai licin
2) rumah gelap
27

3) selokan terbuka
4) tidak membahayakan
5) lain-lain,sebutkan.....

i. Apakah lansia mengikuti kegiatan sosial ?


1) ya
2) tidak
j. Apakah lansia mengikuti Posyandu Lansia ?
1) ya
2) tidak
k. Apakah lansia mempunyai KMS ?
1) ya
2) tidak
18. Desa Siaga
a. Apa yang dilakukan bila ada keluarga yang sakit ?
1) ke dokter : 2 KK
2) ke bidan : 5 KK
3) ke mantri :0
4) ke Puskesmas : 4 KK
5) ke Rumah Sakit :0
6) lain-lain,sebutkan :0
b. Apakah ada fasilitas pelayanan kesehatan di desa ?
1) Ada : 11 KK
2) Tidak :0
c. Bagaimana cara keluarga membawa anggota keluarga yang
sakit ke tempat pelayanan kesehatan ?
1) Kendaraan pribadi : 11 KK
2) Kendaraan umum :0
3) Ambulance :0
4) Lain-lain, sebutkan :0
d. Apakah perlu adanya transportasi bagi orang sakit di desa ?
1) Ya : 11 KK
28

2) Tidak :0
e. Dimanakah perlu disiapkan kendaraan tersebut?
1) Balai desa : 11 KK

2) Setiap RW :0
3) lain-lain, sebutkan Rumah Warga
f. Apakah perlu adanya tenaga terlatih bila ada bencana di masyarakat ?
1) Ya : 11 KK
2) Tidak :0
g. Apakah salah satu anggota keluarga bersedia menjadi petugas
penanggulangan gawat darurat ?
1) Ya : 8 KK
2) Tidak : 3 KK
h. Kemana keluarga mencari donor darah bila membutuhkan ?
1) PMI : 7 KK
2) Saudara : 4 KK
3) Tetangga :0
4) lain-lain, sebutkan :0
i. Apakah perlu adanya bank darah di desa ?
1) Ya : 8 KK
2) Tidak : 3 KK
j. Apakah bersedia menjadi donor darah bila anggota masyarakat sedang
membutuhkan ?
1) Ya : 11 KK
2) Tidak :0
PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat)
Hasil Strata PHBS keluarga adalah
a. Sehat Pratama :0
b. Sehat Madya :0
c. Sehat Utama : 10 KK
d. Sehat Purnama : 1 KK
29

B. Analisis Data
1. Penjajakan Kesehatan Tahap I
a. Ancaman Kesehatan
1) Kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang pada ibu hamil

2) Kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang pada balita


b. Situasi Krisis : Tidak ada.
2. Penjajakan Kesehatan Tahap II
No Data Masalah
1. Pengetahuan PUS sangat Mengakibatkan penurunan minat
kurang tentang kontrasepsi menjadi akseptor kontrasepsi
jangka panjang jangka panjang sehingga tidak
melindungi dari jarak kehamilan
yang panjang.
2. Rendahnya kepatuhan ibu Status gizi kurang pada balita
menimbang balita nya di dapat mempengaruhi
Posyandu setiap bulan pertumbuhan dan perkembangan
balita sehingga dapat
berpengaruh terhadap masa
depan balita dan berpotensi
menimbulkan stunting.

C. Perumusan Masalah
1. Pengetahuan yang kurang tentang metode kontrasepsi jangka panjang menjadi
ancaman kesehatan yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
kematian ibu dan bayi karena tidak memberikan perlindungan untuk
membatasi kelahiran dengan kontrasepsi.
2. Kepatuhan yang kurang untuk menimbang balita yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga dapat berpengaruh terhadap
masa depan balita dan berpotensi menimbulkan stunting.

D. Prioritas Masalah
Sesuai data yang diperoleh pengkajian terhadap beberapa masalah-masalah
kesehatan yaitu:
1. Pengetahuan PUS sangat kurang tentang kontrasepsi jangka panjang
30

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


Pengetahuan tentang Mengakibatkan penurunan
MKJP sangat kurang minat menjadi akseptor
1 Sifat masalah ancaman 2/3 x 1 2/3 kontrasepsi jangka panjang
kesehatan sehingga tidak melindungi dari
2 Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 jarak kehamilan yang panjang.
untuk diubah hanya
sebagian
3 Potensi masalah untuk 3/3 x 1 1
diubah tinggi
4 Menonjolkan masalah 2/2 x 1 1
dapat dirasakan
Total 4 2/3

2. Rendahnya kepatuhan ibu menimbang balitanya di Posyandu setiap bulan

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


Rendahnya kepatuhan Mengakibatkan pengawasan
ibu menimbang pertumbuhan serta
balitanya di Posyandu perkembangan balita rendah
setiap bulan yang mempengaruhi masa
1 Sifat masalah ancaman 2/3 x 1 2/3 depan anak, serta meningkakan
kesehatan potensi terjadinya stunting,
2 Kemungkinan masalah 1/3 x 2 1 sehingga diperlukan konseling
untuk diubah hanya dan pendidikan kesehatan
sebagian tentang gizi pada balita agar
3 Potensi masalah untuk 3/3 x 1 1 kualitas hidup balita
diubah tinggi meningkat.
4 Menonjolkan masalah 2/2 x 1 1
dapat dirasakan
Total 3 2/3

Penentuan prioritas masalah berdasarkan score tertinggi adalah:


1. Pengetahuan PUS sangat kurang tentang kontrasepsi jangka panjang : 4 2//3
2. Rendahnya kepatuhan ibu menimbang balita nya di Posyandu setiap bulan : 3
2/3

E. Asuhan Kebidanan
31

No Data Masalah Tujuan Penatalaksanaa Evaluasi


n
1. Pengetahuan Mengakibatkan Diperlukan Menjelaskan Ibu
PUS sangat penurunan konseling tentang jenis- memahami
kurang minat menjadi dan jenis MKJP, tentang
tentang akseptor pendidikan keuntungan, MKJP dan
kontrasepsi kontrasepsi kesehatan kerugian, cara bersedia
jangka jangka panjang tentang penggunaan melakukan
panjang sehingga tidak MKJP agar dan lama kerja anjuran yang
melindungi pengetahuan masing-masing dijelaskan
dari jarak PUS dari kontrasepsi bidan.
kehamilan meningkat. tersebut.
yang panjang.

2. Rendahnya Status gizi Diperlukan Menjelaskan Ibu


kepatuhan ibu kurang pada konseling tentang gizi memahami
menimbang balita dapat dan pada balita dan tentang gizi
balita nya di pendidikan aktif mengikuti balita dan
Posyandu mempengaruhi kesehatan posyandu untuk bersedia
setiap bulan pertumbuhan tentang gizi memantau melakukan
dan pada balita pertumbuhan anjuran yang
perkembangan agar dan dijelaskan
balita sehingga kualitas perkembangan bidan
dapat hidup balita balita
berpengaruh meningkat.
terhadap masa
depan balita
dan berpotensi
menimbulkan
stunting
32

BAB IV

PEMBAHASAN

Praktik komunitas dilakukan pada tanggal 8 Juli s/d 23 Juli 2023. Mulai dari
pengkajian wilayah komunitas sebanyak 11 KK, melakukan tabulasi data, Survei
Mawas Diri (SMD), diagnosis komunitas, perencanaan dan implementasi
pelayanan kebidanan komunitas bersama masyarakat, serta melakukan kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan dikomunitas di Wilayah Puskesmas Ponrang
Selatan Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu.
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan
dilaksanakan di Desa Tarramatekkeng Wilayah Puskesmas Ponrang Selatan
Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu dengan memperhatikan tahap
proses kebidanan keluarga mulai dari pengkajian, diagnosa kebidanan, pelaksana
dan evaluasi.
A. Data Kependudukan
1. Gambaran Umum Tempat Praktik Komunitas
Kecamatan Ponrang Selatan terletak di wilayah bagian tengah
Kabupaten Luwu (36 Km dari Kota Palopo). Sebagai wilayah trans sulawesi
yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Kota Palopo. Batas
wilayah sebagai berikut:
Utara : Kec. Ponrang
Timur : Kec. Teluk Bone
Selatan : Kec. Kamanre
Barat : Kec. Bua ponrang
Jumlah penduduk Kecamatan Ponrang Selatan berjumlah 24.368 jiwa
terdiri dari 11.724 laki-laki dan 12.644 perempuan. Kecamatan Ponrang
Selatan memiliki 12 desa, 1 kelurahan, 49 Dusun, 99,98 Km2.
Puskesmas Ponrang Selatan dipimpin oleh ibu Sari,SKM pada tanggal
02 Januari 2022, yang saat ini menjadi Puskesmas akreditasi Dasar..
2. Gambaran Umum Data Kependudukan

a. Karakteristik penduduk berdasarkan jenis kelamin


Setelah dilakukan tabulasi data kepada 11 Kepala Kluarga (KK),
didapatkan total jumlah anggota keluarga yaitu 40 jiwa dengan rincian 18
jiwa jenis kelamin perempuan dan 22 jiwa jenis kelamin laki-laki.
b. Karakteristik penduduk berdasarkan mata pencaharian
Karakteristik penduduk berdasarkan mata pencaharian paling
banyak yaitu petani 8 orang, wiraswasta 1 orang, buruh 6 orang dan tidak
bekerja 22 orang.
c. Karakteristik penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Karakteristik penduduk berdasarkan tingkat pendidikan paling


banyak yaitu lulusan SLTA 13 orang, Sekolah Dasar 9 orang SLTP 6
orang, Perguruan Tinggi 4 orang dan 8 orang belum sekolah.
d. Karakteristik status sosial ekonomi berdasarkan penghasilan keluarga
sebulan dan asuransi
Jumlah penghasilan sebulan dari 11 KK yaitu lebih dari
Rp.1.000.000. Jenis asuransi yang dimiliki keluarga yaitu 2 KK memiliki
BPJS PBI, 9 KK memiliki BPJS Non PBI.

B. Pembahasan
1. Pengetahuan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Pengetahuan akseptor KB sangat erat kaitannya terhadap pemilihan alat
kontrasepsi, karena dengan adanya pengetahuan yang baik terhadap metode
kontrasepsi tertentu akan merubah cara pandang akseptor dalam menentukan
kontrasepsi yang paling sesuai dan efektif digunakan, sehingga membuat
pengguna KB lebih nyaman terhadap kontrasepsi tersebut dan dengan
pengetahuan yang baik akan alat kontrasepsi dapat menghindari kesalahan

26
27

dalam pemilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai bagi pengguna itu sendiri.
Karena semakin baik pengetahuan responden, mak tingkat kesadaran
responden untuk menggunakan MKJP semakin tinggi.
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku PUS
dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai
peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan
yang berumur muda. Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan
segera setelah ia mendapatkan haidnya yang pertama (menarke) dan
kesuburan seorang perempuanakan terus berlangsung sampai mati haid
(menopouse). Kehamilan dan kelahiran yang terbaik artinya resikonya paling
rendah untuk ibu dan anak adalah antara 20-35 tahun sedangkan persalinan
pertama dan kedua paling rendah risikonya bila jarak antara kedua kelahiran
adalah 2-4 tahun. Jenis-Jenis kontrasepsi jangka panjang sebagai berikut:
a. Implant yaitu suatu alat yang dimasukkan ke bawah kulit, misalnya pada
lengan atas bagian dalam, digunakan untuk mencegah ovulasi, menebalkan
getah servik, membuat tidak siapnya endometrium untuk nidasi dan
jalannya ovum terganggu.
1) Keuntungan menggunakan implan :
a) Daya guna tinggi.
b) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
c) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
2) Kerugiaan menggunakan implan :
a) Perdarahan tidak teratur
b) Perdarahan bercak
c) Amenorea (tidak mengalami menstruasi).
b. AKDR/IUD yaitu alat yang dipasang dalam rongga rahim ibu, ada yang
berbentuk spiral, huruf T, dan berbentuk kipas, IUD berguna untuk
mencegah pertemuan ovum dan sperma.
1) Keuntungan menggunakan AKDR/IUD :
a) Metode jangka panjang 10 tahun dan tidak perlu diganti
b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
28

c) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak khawatir hamil.


2) Kerugiaan menggunakan AKDR/IUD :
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
b) Haid lebih lama dan banyak.
c) Saat haid lebih sakit.
c. MOW (Tubektomi) yaitu prosedur bedah yang dapat menghentikan
kesuburan dengan menyumbat atau memotong kedua saluran telur.
1) Keuntungan menggunakan MOW :
a) Bersifat permanen
b) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
c) Bebas dari efek samping hormonal.
2) Kerugian menggunakan MOW :
a) Tidak dapat pulih kembali.
b) Ada rasa sakit/tidak nyaman setelah tindakan
c) Harus dilakukan oleh dokter spesialis bedah.
d. MOP (Vasektomi) yaitu metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin
punya anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi
sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya.
1) Keuntungan menggunakan MOP :
a) Efektif jangka panjang
b) Tidak ada efek samping jangka panjang
c) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
2) Kerugian menggunakan MOP :
a) Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan.
b) Peradangan pada alat kelamin pria.
c) Infeksi di daerah testis (buah zakar) dan penis.
29

2. Kepatuhan Ibu Menimbang Balita


a. Pengertian

Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Berat

badan berkembang mengikuti pertambahan umur (Rosana Melsi dkk,

2022).

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan

antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang

diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan

asupan zat gizi yang berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada usia

orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, dan berat

badan (Yolanda Rahmasari dkk, 2022).

Berat badan adalah ekspresi apabila terjadi ketidakseimbangan

(kekurangan/kelebihan). Berat badan masih dianggap cerminan dari

kualitas hidup (Ika Atifatus Sholikha dkk, 2022).

b. Penilaian Berat Badan

Secara umum, penilaian dibagi menjadi dua yaitu penilaian secara

langsung dan tidak langsung. Penilaian gizi secara langsung dapat dibagi

menjadi empat penilaian yaitu:

1) Antropometri

Secara umum pengukuran antropometri mengacu pada ukuran tubuh

manusia. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan

asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan

jumlah air dalam tubuh.


30

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting dalam menilai

status gizi masyarakat. Metode ini umumnya digunakan untuk survey

klinis secara cepat. Survey ini dirancang untuk deteksi cepat gejala klinis

umum dari beberapa kekurangan zat gizi.

3) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah uji sampel laboratorium yang

dilakukan pada berbagai jaringan tubuh antara lain; darah, urin, feses dan

beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk

memperingatkan bahwa malnutrisi yang lebih serius dapat terjadi karena

banyak gejala klinis yang kurang spesifik, pengukuran kimiawi mungkin

lebih berguna untuk mengidentifikasi krkurangan gizi secara spesifiik.

4) Biofisik

Biofisik pada umumnya dapat digunakan dalam kasus-kasus tertentu,

seperti kejadian buta senja epidemik. Metode yang digunakan adalah tes

adaptasi gelap (Ika Atifatus Sholikha dkk, 2022).

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi

menjadi 3 yaitu:

1) Survei konsumsi makanan

Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan

melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.


31

2) Statistik vital

Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat

penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

3) Faktor ekologi

Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi

merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,

biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat

tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain

(Ika Atifatus Sholikha dkk, 2022).

Menurut PMK-RI., p. (2020) pengukuran status gizi balita di

Indonesia seringnya menggunakan ukuran antropometri seperti mengukur

tinggi badan dan menimbang berat badan. Berat badan adalah hasil

peningkatan semua jaringan, tulang, otot, lemak dan cairan dalam tubuh.

Pengukuran antropometri berat badan disesuaikan dengan status gizi anak

tumbuh dan berkembang saat ini sedangkan tinggi badan bertambah sesuai

dengan kecepatan pertumbuhan balita (karena tinggi badan dapat digunakan

sebagai petunjuk keadaan gizi balita dalam jangka waktu yang lampau).

c. Berat Badan Ideal Balita

Berat Badan Ideal Balita (PMK-RI, 2020)

Balita laki-laki:

a. Usia 1 tahun (12-24 bulan): 7,7 sampai 12 kg

b. Usia 2 tahun (24-36 bulan): 9,7 sampai 15,3 kg


32

c. Usia 3 tahun (36-48 bulan): 11,3 sampai 18,3 kg

d. Usia 4 tahun (48-60 bulan): 12,7 sampai 21,2 kg

e. Usia 5 tahun (60-72 bulan): 14,1 sampai 24,2 kg

Berat badan ideal balita perempuan

a. Usia 1 tahun(12-24 bulan): 7 sampai 11,5 kg

b. Usia 2 tahun (24-36 bulan): 9 sampai 14,8 kg

c. Usia 3 tahun (36-48 bulan): 10,8 sampai 18,1 kg

d. Usia 4 tahun (48-60 bulan): 12,3 sampai 21,5 kg

e. Usia 5 tahun (60-72 bulan): 13,7 sampai 24,9 kg


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Rendahnya keikutsertaan pengguna metode kontrasepsi jangka panjang pada

pasangan usia subur memiliki hasil pengetahuan responden tentang

kontrasepsi dikelompok PUS pengguna non MKJP rata rata lebih rendah

bila dibandingkan dengan tingkat responden di kelompok PUS pengguna

MKJP. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan kurangnya informasi tentang

kontrasepsi jangka panjang dari pada kelompok pengguna MKJP.

Kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi jangka panjang pada kelompok

PUS pengguna non MKJP dapat menunjukan bahwa variabel tersebut

merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan pengguna

MKJP pada PUS.

2. Rutin menimbang berat badan anak dapat menjadi langkah awal untuk

mendeteksi dini masalah kekurangan gizi agar ia tidak terlambat

mendapatkan penanganan yang tepat. Sebab, kenaikan berat badan sesuai

grafik pertumbuhan menjadi salah satu parameter status gizi dan kesehatan

anak.

32
33

B. Saran

1. Saran Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan. Agar hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan masukan kepustakaan di Institusi Kesehatan dan Bisnis

Kurnia Jaya Persada Palopo.

b. Menjadi sumber informasi pelaksana atau penyuluh kesehatan tentang

pentingnya kebutuhan yang ada di wilayah praktik komunitas.

2. Saran Praktis

a. Bagi Puskesmas. Agar kepala puskesmas dan petugas kesehatan lain

lebih giat lagi dalam memberikan penyuluhan tentang metode

kontrasepsi jangka panjang.

b. Bagi pasangan usia subur diharapkan mencari informasi tentang metode

kontrasepsi yang akan digunakan sehingga sesuai dengan kondisi

kesehatan, sedangkan saran bagi petugas kesehatan adalah dalam upaya

meningkatkan pengetahuan PUS perlu menyusun rencana kegiatan

edukasi kesehatan secara berkesinambungan. Implikasi yang dapat

diberikan kepada penulis selanjutnya adalah menggunakan artikel

dengan cakupan yang lebih luas baik dalam hal desain penelitian

maupun bahasa yang digunakan.


DAFTAR PUSTAKA

Amran, Y., Nasir, N. M., Dachlia, D., Yelda, F., Utomo, B., Ariawan, I., &
Damayanti, R. (2019). Perceptions of contraception and patterns of
switching contraceptive methods among family-planning acceptors in west
nusa tenggara, indonesia. Journal of Preventive Medicine and Public
Health, 52(4), 258–264. https://doi.org/10.3961/JPMPH.18.198

Catur Setyorini, Anita Dewi Lieskusumastuti, Lilik Hanifah. 2022. Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP): Scoping Review. Avicenna : Journal of Health Research, Vol 5
No 1. Maret 2022 (132 - 146) 145

Kemenkes. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020. In Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf

Ratu Matahari,S.KM.,M.A.,M.Kes, Fitriana Putri Utami,S.KM.,M.Kes, Ir.Sri


Sugiharti,M.Kes · 2019. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.
Pustaka Ilmu: Jakarta

Yuli Suryanti . 2019. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Wanita Usia Subur. Vol. 1 , No. 1 ,
Januari 2019. Factors Related to the Use of Long-Term Contraception
Method in Fertilizer Age Women. JJHSR, p-ISSN 2623-0674
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjhsr

44
45

Lampiran . Daftar Hadir Penyuluhan

DAFTAR HADIR PESERTA

Hari :

Tanggal/Jam :

Tempat :
TANDA
NO NAMA ALAMAT
TANGAN

10

11

12

13

14

15

16

17

18
46

19

20

Ponrang Selatan, 23 Juli 2023

Kepala Desa,

(______________________)
Lampiran . Satuan Acara Penyuluhan
47

Lampiran 1. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai