Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN KELOMPOK

KULIAH KERJA NYATA (KKN)

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan dalam Pelaksanaan


Program Kuliah Kerja Nyata

Disusun oleh:
1. ARIF AGUNG BUDIYANTO (201902A003)
2. GALIH NURANI RISQI. (201902A011)
3. HERU BURHAN AMANU (201902A014)
4. JOKO SUSILO (201902A020)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI HUSADA MULIA


MADIUN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

KELOMPOK 1

Madiun, Februari 2021

Disetujui Oleh:

Ka. Prodi Pembimbing I

Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep Faqih Nafi’ul Umam, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0701068901 NIDN. 0727079003

Ka. LPPM

Aris Hartono, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0716047801
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
dapat kami selesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan serta
turut membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yaitu :
1. dr. Yudono selaku Kepala Dinas KesehatanKabupaten Ngawi.
2. drg. Ira Puspitasari selaku Kepala UPTD PuskesmasGeneng.
3. Dwy Ningsih, S.Ftr selaku Pembimbing Puskesmas.
4. Bapak Zainal Abidin S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES
Bhakti Husada MuliaMadiun.
5. Bapak Faqih Nafiul Umam, S. Kep., Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing.
6. Semua pihak yang telah membantu kegiatan KKN.

Laporan Pelaksanaan Kegiatan KKN ini telah kami susun seoptimal


mungkin, namun kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam
laporan ini. Oleh karena itu, kami mohon saran dan masukan dari berbagai pihak
untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknnya oleh Mahasiswa, Dosen Pembimbing, Pembimbing Instansi, Penguji dan
berbagai pihak yang terkait.

Ngawi, Februari2021

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL.........................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL .....................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................7
LATAR BELAKANG ...............................................................................................................7
1.1 PERUMUSAN MASALAH.......................................................................................11
1.2 TUJUAN.....................................................................................................................11
1.3 MANFAAT ................................................................................................................12
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................................13
BAB III ANALISIS MASALAH.............................................................................................88
3.1 ANALISIS SITUASI ................................................................................................88
3.2 IDENTIFIKASI MASALAH ...................................................................................94
3.3 PRIORITAS MASALAH .......................................................................................104
3.4 PEMECAHAN MASALAH DAN ALTERNATIF SOLUSI ................................122
3.5 IMPLEMENTASI PROGRAM ..............................................................................129
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................................134
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................170
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................172
LAMPIRAN ...........................................................................................................................175

DAFTAR TABEL

Tabel 3.6 Indikator Rumah Tangga ber-PHBS....................................................................97


Tabel 3.7 Indikator Rumah Sehat.........................................................................................98
Tabel 3.8 Indikator Angka Bebas Jentik..............................................................................99
Tabel 3.9 Target, Capaian dan GAP ..................................................................................100
Tabel 3.13 Data hasil dari Urgency....................................................................................105
Tabel 3.14 Data hasil dari Seriousness...............................................................................105
Tabel 3.15 Data hasil dari Growth.....................................................................................106
Tabel 3.16 Analisis Prioritas Masalah dengan Metode USG.............................................106
Tabel 3.17 Prioritas Masalah Prodi Keperawatan..............................................................109
Tabel 3.20 Analisis Penyebab Masalah Prodi Keperawatan..............................................120
Tabel 4.1 Klasifikasi Tekanan Darah.................................................................................142
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Konsep H.L Blum ................................................................................................35


Gambar 3.3 Fishbone Anggota Keluarga yang Merokok.......................................................117
Gambar 3.4 Fishbone Angka Bebas Jentik (ABJ)..................................................................119
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat adalah sekelompok individu yang memiliki kepentingan
bersama dan memiliki budaya serta lembaga yang khas. Masyarakat juga bisa
dipahami sebagai sekelompok orang terorganisasi karena memiliki tujuan
bersama. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh
manusia. Sekalipun keluarga merupakan lingkungan sosial yang ideal guna
menumbuh kembangkan potensi yang ada pada setiap individu, dalam
kenyataannya keluarga sering kali menjadi wadah bagi munculnya berbagai
kasus penyimpangan sosial, dan kasus dalam bidang kesehatan.
Dalam RPJMN 2020 - 2024, Indonesia tetap memakai prevalensi TB
sebagai indikator dengan target, yaitu 272 per 100.000 penduduk (secara absolut
680.000 penderita). Hasil survey prevalensi TB 2018 - 2019 yang bertujuan
untuk menghitung prevalensi TB paru dengan konfirmasi bakteriologis pada
populasi yang berusia 15 tahun ke atas di Indonesia menghasilkan : 1).
Prevalensi TB paru smear positif per 100.000 penduduk umur 15 tahun ke atas
adalah 257 (dengan tingkat kepercayaan 95% 210 - 303) 2). Prevalensi TB paru
dengan konfirmasi bakteriologis per 100.000 penduduk umur 15 tahun ke atas
adalah 759 (dengan interval tingkat kepercayaan 95% 590 - 961) 3). Prevalensi
TB paru dengan konfirmasi bakteriologis pada semua umur per 100.000
penduduk adalah 601 (dengan interval tingkat kepercayaan 95% 466 - 758); dan
4). Prevalensi TB semua bentuk untuk semua umur per 100.000 penduduk adalah
660 (dengan interval tingkat kepercayaan 95% 523 - 813),diperkirakan terdapat
1.600.000 (dengan interval tingkat kepercayaan 1.300.000 - 2.000.000) orang
dengan TB di Indonesia.Tuberkulosis merupakan salah satu penyebab utama
kematian dimana sebagian besar infeksi terjadi pada orang antara usia 15 dan 54
tahun yang merupakan usia paling produktif, hal ini menyebabkan peningkatan
beban sosial dan keuangan bagi keluarga pasien.
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018 menempati urutan kedua di
Indonesia dalam jumlah penemuan penderita TB sebanyak 27.193 penderita
(Kemenkes RI). Sedangkan sesuai data Puskesmas Geneng yang menderita TB
sebesar 105 orang.Berdasarkan pengertian diatas, terdapat beberapa
permasalahan yang terjadi di Puskesmas Geneng, yaitu adanya Penyakit Menular
dan Tidak Menular, Kesehatan Lingkungan.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah wahana bagi mahasiswa untuk
menerapkan ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi pada masyarakat. Hal ini
searah dengan tujuan dan misi KKN yang merupakan pemberdayaan masyarakat
dimana masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam memajukan daerah
masing-masing bersama dengan mahasiswa. Tujuan dan misi KKN sebagai
pemberdayaan masyarakat menjadi dasar perumusan program kerja oleh
mahasiswa, sehingga program Kulia Kerja Nyata menjadi salah satu bagian dari
program pengabdian pada masyarakat oleh perguruan tinggi. Dengan demikian
perguruan tinggi, mahasiswa, serta masyarakat dapat berinteraksi dan
bekerjasama secara sinergis.
KKN diakui sebagai salah satu sarana untuk menerapkan tridharma
perguruan tinggi secara lebih komprehensif. Oleh karena itu, diharapkan KKN
dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik bagi masyarakat maupun
mahasiswa. KKN dapat memberdayakan masyarakat antara lain melalui
penerapan berbagai hasil penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna
kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Mahasiswa
pelaksana program KKN pun dapat memperoleh pengalaman nyata yang
didapatkan langsung dari masyarakat sehingga dapat memperkaya pengalaman
teoritis yang diperoleh di perguruan tinggi.
Kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) bertujuan untuk memberikan
pengalaman kerja nyata di lapangan dalam bidang membentuk sikap mandiri
dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Selain itu, KKN
juga bertujuan untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan taraf
pengetahuan dan keterampilan sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraannya. KKN merupakan pengamalan pengetahuan dari multi disiplin
ilmu, dan diharapkan dapat berguna bagi kehidupan bermasyarakat pada
umumnya.

B. Perumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan kesehatan yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas
Geneng?
2. Bagaimana community diagnosis serta intervensi dari permasalahan-
permasalahan kesehatan yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Geneng?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Geneng Kabupaten Ngawi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kuliah kerja nyata di wilayah kerja Puskesmas Geneng
antara lain sebagai berikut:
1) Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat mengenai penyakit
menular, penyakit tidak menular dan perilaku kesehatan masyarakat, antara
lain :
(1) TBC
(2) Merokok
(3) Hipertensi
(4) Angka Bebas jentik (ABJ)
(5) Rumah Sehat
(6) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2) Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja


Puskesmas GenengKabupaten Ngawi.
3) Untuk menentukan akar resiko penyebab masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas GenengKabupaten Ngawi.
4) Untuk menentukan intervensi masalah di wilayah kerja Puskesmas
GenengKabupaten Ngawi.
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Puskesmas Geneng
1) Mengetahui masalah-masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Geneng
2) Untuk membantu menurunkan masalah yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Geneng
2. Manfaat bagi wilayah kerja Puskesmas Geneng
Sebagai bahan evaluasi terhadap masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Geneng Kabupaten Ngawi.
3. Manfaat bagi STIKES Bhakti Mulia Madiun
Sebagai informasi dan sumber belajar untuk meningkatkan dan
mengembangkan materi perkuliahan.
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. TUBERCULOSIS
1. Pengertian

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar

kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ

tubuh lainnya (Depkes, 2008).

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai

organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang,

persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan

ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).

2. Etiologi

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan

oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan

tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam

cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil

tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya

menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis

dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.(FKUI,2005)

5
6

Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan

pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam

mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe

bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis

usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara

yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan

terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah

terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan

manusia melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh

bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan

dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de Jong, 2005)

3. Manifestasi Klinis
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosisadalah:
a. Demam

b. Malaise

c. Anoreksia

d. Penurunan berat badan

e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu-


minggu sampai berbulan – bulan)

f. Peningkatan frekuensi pernapasan

g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit

h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
7

i. Demam persisten

j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan

penurunan berat badan

4. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan

Menurut Soemantri (2008), pengkajian keperawatan pada

tuberkulosis adalah: Data pasien: Penyakit tuberkulosis (TB) dapat

menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa dengan

perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan.

Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal

di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya

cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim.Tuberkulosis pada

anak dapat terjadi di usia berapa pun, namun usia paling umum

adalah 1– 4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB luar

paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan

perbandingan 3 : 1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat

yang terutama ditemukan pada usia< 3 tahun. Angka kejadian

(prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah,

kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB paru-paru

menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai

lubang/kavitas pada paru-paru).


8

Keluhan yang sering muncul antara lain:

a) Demam: subfebris, febris (40-410C) hilang timbul.

b) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus.

c) Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru-paru.

d) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila

infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan

pleuritis.

e) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,

berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat

malam.
9

f) Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala

atelektasis.

g) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya

penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan

tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan

nyaring, hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan

pada auskultasi memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut

terjadi atropi, retraksi interkostal dan fibrosa.

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Sputum Kultur

Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan Mycrobacterium

Tuberculossepada stadium aktif.

2) Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif

mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak

mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi

tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.

3) Darah: leukositosis, LED meningkat.

B. Perilaku Merokok

1. Pengertian Perilaku Merokok

Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons

orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara

langsung. Sedangkan menurut Istiqomah merokok adalah membakar

tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun


10

menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang tengah dibakar

adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat

Celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok

(Istiqomah, 2003).

Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor

stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal.

Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya

faktor internal (faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku

merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor

lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Sari dkk (2003)
11

menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau

menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.

Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok

disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok

disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari

setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang

disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Perilaku

merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang

berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas

merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari

(Komalasari & Helmi, 2000).

Intensitas merokok sebagai wujud dari perilaku merokok

menurut (Bustan, M.N., 2000) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal

dari isapan perokok atu asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream).

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif (active

smoker) adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta

bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun

lingkungan sekitar.

Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang

tidak merokok (pasive smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi

manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap


12

perokok pasif dari pada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar

berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup.

Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok

pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali

lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo, 1996).

Sedangkan menurut (Mu‟tadin, 2002) perilaku merokok berdasarkan

intensitas merokok membagi jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu:

a. Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkomsumsi rokok

sangat sering yaitu merokok lebih 31 batang tiap harinya dengan

selangmerokoklima menitsetelah bangun tidur pagi hari.

b. Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang

rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit

setelah bangun tidur pagi hari.

c. Perokok sedang adalah perokok yang mengkomsumsi rokok cukup

yaitu 11-21 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai

bangun tidur pagi hari.

d. Perokok ringan adalah perokok yang mengkomsumsi rokok jarang

yaitu sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari

bangun tidur pagi.

C. HIPERTENSI

2.1.1 Pengertian hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di

dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,

dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan

peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan

jantung dan kerusakann ginjal. Sedangkan menurut (Triyanto,2014) Hipertensi


13

adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah

diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan

angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua

fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah

yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah

yang kembali ke jantung (Anies, 2006).

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Diastolik


Sistolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmH
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmHg
ringan)
Stadium 2 (Hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maligna)
Sumber: (Triyanto,2014)

2.1.2 Etiologi Hipertensi


Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan
menjadi dua yaitu:
6

a. Hipertensi primer atau esensial


Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab
dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola
konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien
hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya berupa
penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh,
misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,
dan penyakit jantung.

2.1.3 Faktor-faktor resiko hipertensi


Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak dapat
dikontrol menurut (Sutanto, 2010) antara lain :
a. Faktor yang dapat dikontrol :
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan
dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Kegemukan (obesitas)
2. Kurang olah raga.
3. Mengkonsumsi garam berlebih.
4. Merokok dan mengkonsumsi alkohol.
5. Stres.
7

b. Faktor yang tidak dapat dikontrol


1. Keturunan (Genetika)
2. Jenis kelamin.
3. Umur.
8
9

BAB III
ANALISIS MASALAH

A. Analisis Situasi
Puskesmas Geneng adalah salah satu organisasi yang bersifat fungsional.
Puskesmas Genengsebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten
Ngawi yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah Kecamatan Geneng. Puskesmas Geneng merupakan salah satu
Puskesmas yang ada di Kecamatan Geneng yang memiliki wilayah kerja 13
desa,yaitu DesaGeneng,Keraswetan,Keniten,Baderan,Klampisan,Sidorejo,
kasreman,kersikan,Dempel,kersoharjo,Klitik,Tepas,Tambakromo. Untuk
fasilitas perawatan Puskesmas Geneng melayani pasien umum, BPJS dan
Asuransi.
1. Identitas Puskesmas Geneng
Nama Puskesmas : Geneng
Alamat Puskesmas : JL. Raya maospati-ngawi No. 5
Desa/Kelurahan : Geneng
Kecamatan : Geneng
Kabupaten : Ngawi
Email : Geneng.pusk@gmail.com

2. Karakteristik Puskesmas
Letak Administrasi : Ibukota Kecamatan
Letak Geografis : Dataran Rendah
Letak Strategis : Perbatasan Kabupaten.
3. Jenis Puskesmas : Perawatan
Jumlah Bed :7

Visi Dan Misi Puskesmas Geneng


Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam pembangunan
nasional, dimana drajat kesehatan sangat menentukan sekali dalam
pengembangan pembinaan sumber daya manusia sebagai modal dasar
pembangunan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social
yang memungkinkan setiap orang mampu hidup produktif secara social dan
ekonomis (UURI NO 23 TAHUN 1992), untuk mewujutkanya diperlukan
perencanaan yang strategis terpadu dan bersinambungan.
1. Visi Puskesmas Geneng
10

“ Terwujudnya Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Geneng Mandiri Untuk


Hidup Sehat”
2. Misi Puskesmas Geneng :
(1) Mendorong Terwujudnya Masyarakat Untuk Hidup Sehat Secara Mandiri.
(2) Meningkatkan Upaya Pengendalian Penyakit Dan Penanggulangan
Masalah Kesehatan.
(3) Mewujudkan, Memelihara Dan Meningkatkan Upaya Kesehatan Yang
Bermutu, Merata, Terjangkau.
(4) Meningkatkan Dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan.
(5) Menetapkan Managemen Kesehatan Yang Dinamis Dan Akuntabel

B. Identifikasi Masalah
1. Tahapan
Metode Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah survei dengan pendekatan Cross
sectional berdasarkan tahapan Community Diagnosis yaitu sebagai berikut :

1) Identifikasi Masalah
Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan identifikasi masalah
kesehatan yang terjadi di puskesmas Geneng. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam metode survey adalah :
1) Menentukan responden survey
2) Melakukan pengambilan data
3) Melakukan pengolahan data dan analisis data
4) Mengananalisis antara hasil survey dengan prioritas masalah.
2. Kerangka akar faktor risiko masalah kesehatan
Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi faktor – faktor resiko
masalah kesehatan dengan membuat “Fishbone”. Berdasarkan Hasil
Brainstorming dari tiap – tiap anggota kelompok. Pembuatan Fishbone diawali
dengan adanya Brainstorming dari tiap – tiap anggota sehingga didapat
penyebab masalah yang sebanyak-banyaknya yang selanjutnya dijadikan
kerangka akar penyebab.Diperlukan proses penelusuran akar faktor resiko
masalah dengan cara sistematis fdan berdasar pada teori,data atau fakta atau
pikiran yang login berdasarkan konsep H.L.Blum. Teori H.L.Blum di
perngaruhi oleh empat faktor yaitu Perilaku,Lingkungan,Pelayanan Kesehatan,
dan faktor genetik.
11

Dari latar belakang yang telah di tulis kami memberikan identifikasi


masalah yang akan dijadikan dasar di adakannya promosi kesehatan di wilayah
kerja puskesmas GenengKabupaten Ngawi.
1) TB
Dari hasil survey dan kuesioner di dapatkan bahwa 7 orang dari 98 orang
menderita TB.
2) Hipertensi
Dari hasil survey dan kuesioner di dapatkan bahwa 36 orang lansia dari 215
orang lansia menderita hipertensi. Kebanyakan dari lansia mengeluhkan ketika
tekanan darah mereka tinggi bagian tengkuk leher terasa berat.

3) Merokok
Dari hasil survey dan kuesioner di dapatkan bahwa 22 orang dari 207orang
mengkonsumsi rokok.

C. Prioritas Masalah
Prioritas masalah kegiatan dari 6 menjadi 3 prioritas masalah kesehatan
ditentukan dengan metode USG. Untuk lebih jelasnya pengertian urgency,
seriuosness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Urgency: Seberapa mendesak issue tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebabkan issue tadi.
2. Seriuosness: Seberapa serius issue tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan
akibat yang muncul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan
issue tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain, jika masalah
penyebab issue tidak dipecahkan.
3. Growth: Seberapa kemungkinan issue tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab issue semakin memburuk jika dibiarkan.

Skala Urgency Skala Seriousness Skala Growth


1= Tidak Mendesak 1 = Tidak Serius 1= Tidak Berkembang
2= Kurang Mendesak 2= Kurang Serius 2= Kurang Berkembang
3= Cukup Mendesak 3= Cukup Serius 3= Cukup Berkembang
4= Mendesak 4= Serius 4= Berkembang
5= Sangat Mendesak 5= Sangat Serius 5= Sangat Berkembang
Metode USG dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok yang terdiri
dari lima orang dengan arahan dari pembimbing lahan. Penentuan USG dari
masing-masing indikator yaitu sebagai berikut.
12

Tabel 3.13 Data hasil dari Urgency.


No Skor
Masalah ∑
. 1 2 3 4 5 Bides
Rumah tangga
1. 1 2 2 1 3 2 11
sehat
Rumah yang
2. memenuhi syarat 2 2 2 1 1 2 10
kesehatan
3. Kasus penderita TB 5 5 5 4 4 5 28
Angka Bebas
4. 3 4 3 5 4 4 23
Jentik
Presentase
5. 4 5 4 5 5 4 27
merokok
Penderita
6. 4 3 4 5 4 4 24
Hipertensi

Tabel 3.14 Data Hasil dariSeriousness.


No Skor
Masalah ∑
. 1 2 3 4 5 Bides
Rumah tangga
1. 2 2 2 2 2 2 12
sehat
Rumah yang
2. memenuhi syarat 2 2 2 1 1 2 10
kesehatan
3. Kasus penderita TB 5 5 5 5 4 5 29
Angka Bebas
4. 3 4 3 5 4 4 23
Jentik
Presentase
5. 4 5 4 4 5 4 26
merokok
Penderita
6. 4 4 4 5 4 4 25
Hipertensi
Tabel 3.15 Data hasil dari Growth

No Skor
Masalah ∑
. 1 2 3 4 5 Bides
Rumah tangga
1. 2 1 2 2 2 2 11
sehat
Rumah yang
2. memenuhi syarat 2 2 2 1 1 2 10
kesehatan Nilai Kriteria
No. Masalah ∑ Ranking
Kasus Penderita U S5 G
3. 5 4 5 4 5 28
TB
1. Kasus Penderita TB 28 29 28 74 I
Angka Bebas
4. 4 3 4 4 4 4 23
Jentik Presentase merokok
2. 27 26 26 62 II
Presentase
5. 4 5 4 4 5 4 26
merokok
3. Penderita Hipertensi 24 25 25 35 III
Penderita
6. 4 4 4 4 5 4 25
Hipertensi
Tabel 3.16 Analisis prioritas masalah dengan metode USG
13

D. Analisis Penyebab Masalah


Penentuan kerangka faktor penyebab masalah (Pengelolaan sampah, Anggota
keluarga merokok, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) menggunakan instrumen fishbone
yang didukung oleh teori HL. Blum

Perilaku :
1. Ingin menghilangkan
stress
2. Kebiasaan merokok
yang sudah dilakukan,
sulit atau malas untuk
berhenti.
3. Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang
bahaya merokok

Anggota
keluarga
merokok

Lingkungan:
Yankes :
1. Banyaknya promosi 1. Kurangnya
(iklan) tentang rokok penyuluhan tentang
2. Dipengaruhi teman atau bahaya merokok
orang disekitar dari tenaga
3. Karena suhu dingin kesehatan
4. Harga rokok yang 2. Kurangnya kerja
terjangkau sama antara Nakes
dan pemerintahan
desa untuk
mengurangi
kebiasaan merokok
Gambar 3.1Fishbone Anggota Keluarga yang Merokok

Keterangan Fishbone Anggota Keluarga yang Merokok:


1. Faktor Perilaku
- Ingin menghilangkan stress, dikarenakan di dalamna terdapat nikotin
yang dapat menimbulkan stimulasi dan rangsangan di satu sisi tetapi juga
relaksasi di sisi lainnya. Oleh karena itu, bila sedang stress efeknya
menenangkan.
- Kebiasaan merokok yang sudah dilakukan, sulit atau malas untuk
berhenti, sehingga meyebabkan perokok mengalami ketergantungan.
14

- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok, masih


terdapatnya masyarakat yang memiliki rendah akan pengetahuan tentang
bahaya atau akibat dari merokok.
2. Faktor Lingkungan
- Banyaknya promosi (iklan) tentang rokok
- Dipengaruhi teman atau orang disekitar, karena terdapat anggapan bahwa
jika tidak merokok maka tidak dapat bersosialisasi.
- Karena suhu dingin, keadaan geografi di pegunungan yang memiliki
suhu dingin, membuat beberapa masyarakat merokok untuk
menghangatkan badan.
- Harga rokok yang terjangkau, karena rokok juga mudah didapatkan
3. Faktor Pelayanan Kesehatan
- Kurangnya penyuluhan tentang bahaya merokok dari tenaga kesehatan,
karena juga kurangnya tenaga kesehatan untuk melakukan penuluhan
tentang bahaya merokok.
- Kurangnya kerja sama antara Nakes dan pemerintahan desa untuk
mengurangi kebiasaan merokok.

Tabel 3.2Analisis Penyebab Masalah


PENGEL MASALAH
KEMUNGKINAN
NO OMPOKA KEPERAWATAN
PENYEBAB
N DATA KOMUNITAS
1 1. Lingkungan TB
2. Pola aktivitas
3. Gaya hidup
2 1. Pola makan Merokok
2. Pola aktivitas
3. Gaya hidup
3 1. Kurang pengetahuan Hipertensi
2. Pola makan
3. Pola aktivitas

E. Pemecahan Masalah dan Alternatif Solusi


1. TBC
15

Penyuluhan etika batuk tentang penyakit TBC, bagaimana tanda gejalanya,


bagaimana penularannya dan bagaimana pencegahannya.
Langkah-langkah pencegahan TBC :
- Waspadai penderita TBC di sekitar anda.
- Kenali tanda-tanda TBC
 Gejala utama pasien TBC adalah batuk lama lebih dari 2 minggu.
 Gejala tambahan batuk darah atau batuk bercampur darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun hingga berat badan
menurun, berkeringat pada malam hari tanpa beraktivitas.
Jika anda sudah terlanjur terkena TBC cegah penularannya dengan:
 minum obat teratur tanpa putus selama 6 bulan
 kontrol rutin ke dokter
 cuci tangan setelah batuk atau bersin
 jangan mengunjungi orang lain maupun di kunjungi
 terapkan perilaku hidup sehat.

2. Anggota Keluarga yang Merokok


1) Penyuluhan tentang kawasan tanpa rokok
Memberikan penyuluhan atau pengetahuan tentang dampak dari
kawasan tanpa rokok.
2) Pembagian stiker “kawasan tanpa rokok”
Membagikan stiker “kawasan tanpa rokok” di tempat kesehatan seperti
polindes, tempat posyandu, kemudian tempat pendidikan seperti sekolah.
Dengan adanya stiker “kawasan tanpa rokok” pada tempat tersebut akan
terhindar dan bebas dari asap rokok.

Berdasarkan distribusi frekuensi anggota keluarga yang merokok di


wilayah kerja Puskesmas Geneng, Kabupaten Ngawi. disimpulkan bahwa
penyebab yang mempengaruhi tingginya keluarga yang merokok di wilayah
kerja Puskesmas Geneng adalah kurangnya pengetahuan atau edukasi seperti
penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang dampak kesehatan yang diakibatkan
merokok serta kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan juga kebiasaan
merokok sebagai perekat hubungan sosial sehingga sulit untuk dikurangi dalam
kebiasaannya. Kebiasaan merokok dari anggota keluarga lain juga
mempengaruhi perilaku merokok anak.
16

3. Hipertensi
Penyuluhan atau sosialisasi tentang Pencegahan Hipertensi pada lansia yang
menderita hipertensi. Penatalaksanaan non farmakologi merupakan
pengobatan tanpa obat- obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara
ini, perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan
menjalani perilaku hidup sehat seperti :
1. Pembatasan asupan garam dan natrium
2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3. Olahraga secara teratur
4. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5. Mengurangi/ tidak merokok
6. menghindari stres
7. menghindari obesitas
Terapi herbal banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan
sebagai obat hipertensi antara lain daun seledri, buah mengkudu, bawang putih,
kayu manis, jahe dan lain sebagainya.

F. Implementasi Program
Masalah kesehatan yang ditemukan dalam Survei Mawas Diri
(SMD) kemudian dilakukan musyawarah untuk menentukan intervensi
masalah. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dilakukan sebagai sarana
penyadaran masyarakat akan keberadaan masalah dilingkungan sekitar
yang perlu dicari pemecahan masalahnya. Dari ketiga prioritas masalah di
atas, program yang telah dilakukan sebagai bentuk intervensi antara lain
1. Penyuluhan tentang TBC
Penyuluhan etika batuk tentang penyakit TBC, bagaimana tanda
gejalanya, bagaimana penularannya dan bagaimana
pencegahannya.

2. Penyuluhan tentang kawasan tanpa rokok


Memberikan penyuluhan atau pengetahuan tentang dampak dari
kawasan tanpa rokok dan pembagian stiker “kawasan tanpa
rokok”di tempat kesehatan seperti polindes, tempat posyandu,
kemudian tempat pendidikan seperti sekolah. Dengan adanya
stiker “kawasan tanpa rokok” pada tempat tersebut akan terhindar
dan bebas dari asap rokok.

3. Penyuluhan atau sosialisasi tentang Hipertensi


Sebagai pemecahan masalah munculnya penyakit hipertensi pada
lansia dengan melakukan penyuluhan dan pemberian air rebusan
daun seledri serta senam anti hipertensi kepada lansia sebagai
bentuk pengobatan non medis hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas GenengKabupaten Ngawi.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Penderita Tuberkulosis
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis)
yang sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru-paru namun
dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk
batang yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil Tahan Asam
(BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar matahari langsung namun
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab
(Muttaqin, 2012). Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang
biasanya mengenai paruparu yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Bakteri ini ditularkan oleh droplet nucleus, droplet yang
ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk,
bersin, berbicara atau bernyanyi (Priscilla, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyakit Tuberkulosis Paru
Kondisi social ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan faktor
toksis pada manusia merupakan faktor penting dari penyebab penyakit
tuberculosis yaitusebagai berikut (Naga, 2014) :
a. Faktor lingkungan Faktor lingkungan sangat berpengaruh
dalam penularan penyakit Tuberkulosis yaitu kaitannya dengan
kondisi rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, serta
lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk. Semua
faktor tersebut dapat memudahkan penularan penyakit
tuberculosis.
b. Faktor social ekonomi Pendapatan keluarga juga sangat
mempengaruhi penularan penyakit tuberculosis karena dengan
pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup
dengan layak seperti tidak mampu mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
c. Status gizi Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan
lain-lain (malnutrisi), akan mempengaruhi daya tahan tubuh
seseorang, sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
termasuk tertular penyakit tuberculosis paru. Keadaan ini
merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin,
baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
d. Umur Penyakit tuberculosis paru ditemukan pada usia muda
atau usia produktif, dewasa, maupun lansia karena pada usia
produuktif orang yang melakukan kegiatan aktif tanpa menjaga
kesehatan berisiko lebih mudah terserang tuberkulosis. Dewasa
ini, dengan terjadinya transisi demografi akan menyebabkan
usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut
atau lebih dari 55 tahun, system 16 imunologis seseorang
menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit
termasuk penularan penyakit tuberculosis.
e. Jenis kelamin Menurut WHO penyakit tuberculosis lebih
banyak di derita oleh laki-laki dari pada perempuan, hal ini
dikarenakan pada laki-laki lebih banyak merokok dan minum
alcohol yang dapat menurunkan system pertahanan tubuh,
sehingga wajar jika perokok dan peminum beralkohol sering
disebut agen dari penyakit tuberculosis paru.

Dari data sekunder penderita TB memperoleh gap


sebesar 21,6%. Menurut kelompok kami masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Geneng sebagian besar yang menderita TB
lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan, dimana
sebagian besar adalah pada usia produktif secara ekonomi.
Kondisi lingkungan yang kumuh berdasarkan pengelolaan
saluran air limbah dikelola atau dibiarkan becek, sampah yang
dibuang sembarangan atau ada tempat khusus dan kandang
ternak yang tidak dipisah dengan rumah atau terpisah.

B. Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Geneng


Merokok merupakan kegiatan yang fenomenal, artinya
meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah
perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat dan
usia memulai aktivitas merokok semakin bertambah, Komasari
(2000: 38). Hal ini mengungkapkan bahwa merokok telah
melanda berbagai kalangan masyarakat Indonesia, baik anak-anak
sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan. Fenomena yang
terjadi dalam masyarakat untuk memulai aktivitas merokok juga
tidak memandang usia.Intensitas merokok sebagai wujud dari
perilaku merokok menurut (Bustan, M.N., 2000) rokok aktif
adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap
utama padarokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif (active smoker)
adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta
bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun
lingkungan sekitar.
Dari data sekunder perilaku merokok memperoleh gap
sebesar 18,3%. Dan dari hasil USG yang telah dilakukan bahwa
perilaku merokok menempati peringkat kedua setelah TBC.
Perilaku merokok dapat menyebabkan bahaya kesehatan bagi
perokok itu sendiri. Berbagai macam penyakit dari perilaku
merokok seperti kanker dan penyakit jantung.
Menurut kelompok kami warga di wilayah kerja Puskesmas
Geneng merupakan perokok aktif bagi sebagian besar masyarakat
jenis kelamin laki-laki seperti bapak- bapak, lansia tua, dan
dewasa laki-laki. Sedangkan ibu-ibu, anak-anak, remaja, dan bayi
mereka merupakan perokok pasif.
Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra (2003)
dalam Poltekkes Depkes Jakarta I (2012) adalah dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti
menjad akibat buruk dari merkok, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan merokok mengurangi jumlah sel-sel
berfilia (rambut getar), menambah sel lendir sehingga
menghambat oksigen ke paru-paru sampai resiko delapan kali
lebih besar terkena kanker dibandingkan mereka yang hidup sehat
tanpa rokok (Zulkifli,2008).Beberapa penyakit yang ditimbulkan
oleh kebiasaan menghisap rokok yang mungkin saja tidak terja
didalam waktu singkat namun memberikan perokok potensi yang
lebih besar.
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Geneng telah
mengetahui bahaya dari merokok, mereka sebagian besar sudah
tahu, akan tetapi kesadaran mereka masih kurang untuk
mengurangi perilaku merokok, hal ini juga di dukung oleh cuaca
yang dingin sehingga meorok dijadikan alternatif bagi mereka
yang merokok.
Menurut Juniarti (1991) dalam Mu‟tadin (2002) dalam
Poltekkes Depkes Jakarta I (2012), faktor yang mempengaruhi
kebiasaan merokok adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman,
orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau
ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan
membebaskan diri dari kebosanan serta pengaruh iklan.
Faktor yang mempengaruhi warga di wilayah kerja
Puskesmas Geneng untuk merokok yaitu faktor lingkungan
(orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok,
terpapar reklame rokok, artis pada reklame rokok dimedia), teman
sebaya, gengsi, dan peran orang tua dan gengsi agar kelihatan
macho (keren), atau dianggapdewasa.
Menurut kelompok kami masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Geneng sebagian besar merokok terutama kalangan
bapak-bapak, tidak hanya di rumah tetapi juga di tempat-tempat
umum seperti kantor desa, di warung, di depan rumah dll.
Kesadaran mereka masih rendah mengenai mengurangi faktor
risiko merokok hal ini dikarenakan kebiasaan orangtua dalam
keluarga yang banyak ditiru oleh anaknya hingga berlanjut sampai
dewasa. Konsumen ketagihan merokok karena dorongan
fisiologis dan psikologis selain itu dipicu oleh kebiasaan adat
yang memicu untuk mempengaruhi merokok seperti acara
mantenandll.

C. Penderita Hipertensi
Hipertensi disebabkan adanya perubahan struktur pada pembuluh
darah sehingga pembuluh darah menjadi lebih sempit dan dinding
pembuluh darah menjadi kaku. Kekakuan pembuluh darah disertai
dengan penyempitan dan kemungkinan terjadinya pembesaran plague
dapat menghambat peredaran darah, akibatnya tekanan darah dalam
sistem sirkulasi mengalami peningkatan.
Faktor risiko hipertensi yang umum diketahui antara lain usia,
jenis kelamin, tipe kepribadian, faktor genetik, obesitas, olah raga,
pola makan, gaya hidup, pola tidur, dan stress (Anggraini, 2014).
Semakin tua umur seseorang maka semakin besar risiko terkena
hipertensi. Rahajeng dan Tuminah (2009), menyebutkan bahwa pada
lansia umur di atas 60 tahun terjadi peningkatan risiko hipertensi
sebesar 2,18 kali dibandingkan dengan umur 55–59 tahun. Hal ini
terjadi karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya
dan menjadi kaku, karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan darah.
Beberapa faktor risiko yang termasuk dalam faktor risiko yang
tidak dapat dokontrol seperti genetik,usia, jenis kelamin, dan ras.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol berhubungan dengan
faktor lingkungan berupa perilaku atau gaya hidup seperti obesitas,
kurang aktivitas, stres dan konsumsi makanan. Konsumsi makanan
yang memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah konsumsi
makanan asin, konsumsi makanan manis, konsumsi makanan
berlemak dan konsumsi minuman berkafein yaitu kopi atau teh.
Dari data sekunder penderita hipertensi memperoleh gap sebesar
70,6 %. Dan dari hasil USG yang telah dilakukan bahwa penderita
hipertensi menempati peringkat ketiga. Menurut kelompok kami
warga di wilayah kerja Puskesmas Geneng sebagian besar masyarakat
yang menderita hipertensi lebih banyak dengan jenis kelamin laki-
laki, penderita hipertensi rata-rata berusia 41-55 sebesar 24,52% dan
pada usia lebih dari 55 tahun sebesar 65,68%.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh di wilayah kerja
Puskesmas Genengdidapatkan berbagai macam permasalahan kesehatan
yaitu sebagai berikut :
1. Ditetapkan 3 prioritas masalah yaitu : penderita TBC, merokok,
dan penderita hipertensi
2. Penyebab dari masalah tersebut dapat disebabkan oleh perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan hereditas atau genetic yang
menyebabkan warga di wilayah kerja Puskesmas Geneng ini
dapat berpengaruh secara cepat. Baik masalah merokok yang
sudah menjadi kebiasaan atau tradisi yang sulit untuk dihindarkan
ataupun masalah kesehatan hipertensi dan TB yang terjadi akibat
rendahnya pengetahuan masyarakat.
3. Dari masalah tersebut maka dapat diambil alternatif yang dapat
merubah kebiasaan dari masyarakat tersebut. Salah satu alternatif
yang dapat diambil yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang
bahaya merokok, hipertensi dengan memberikan alternatif
penurunan tekanan darah non medis yaitu dengan air rebusan
daun seledri dan penyuluhan tentang TB.
4. Intervensi yang dapat diberikan pada hipertensi dengan
melakukan senam hipertensi dan pembuatan air rebusan daun
seledri, melakukan pembagian stiker Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) untuk permasalahan merokok dan melakukan penyuluhan
etika batuk tentang penyakit TBC, bagaimana tanda gejalanya,
bagaimana penularannya dan bagaimana pencegahannya.

B. Saran
Saran untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Geneng antara lain adalah:
1. Bagi Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Geneng
a. Untuk mengurangi merokok dengan cara tidak merokok di
dalam rumah dan di dekat perokok pasif, terutama bayi, balita
dan ibu.
b. Untuk mengurangi angka kejadian hipertensi diharapkan
masyarakat dapat mengontrol pola makan dan menerapkan
intervensi pemberian air rebusan daun seledri.
c. Untuk pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup
mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak sembarangan
tempat.
2. Bagi Puskesmas
a. Sebaiknya memperbaiki mutu pelayanan yang lebih inovaif
agar dapat menarik perhatian warga dan melakukan kegiatan
yang dapat menambah keakraban dan kepercayaan dari warga
sekitar.
b. Meningkatkan program penyuluhan secara berkesinambungan.
c. Diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan
terutama pemberian informasi tentang bahaya merokok,
hipertensi dan TB.
3. Bagi Mahasiswa
Semoga dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa STIKES BHM
Madiun, serta dapat dijadikan sebagai panduan KKN selanjutnya.
4. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Sebagai lahan pengabdian masyarakat dan penelitian dosen
maupun mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arsula, Siska Yunita. 2016. Pengaruh Pembentukan Mawas DBD terhadap


Angka Bebas Jentik di RW II Desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo
Kabupaten Jepara. Semarang [e-skripsi UNNES /lib.unnes.ac.id] diakses
pada 28 Februari 2021 pukul 11.45 WIB

Banjarnegara. Semarang[eprints.undip.ac.id] diakses pada 28 Februari 2021


pukul 23.01 WIB

Bobak,Lowdermik, jensen.(2009).”Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi


4”. EGC : Jakarta

Iskandar, D. (1998). Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan Dan Pasien. Jakarta: Sinar
Grafika.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Pemukiman. 2016. Dasar-Dasar


Rumah Sehat. Jakarta [puskim.pu.go.id] diakses pada 27 Februari 2021
pukul 22.04 WIB

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Jakarta
Maharani, Amita. 2016. Evaluasi Data Pelaksanaan Rumah Tangga Berperilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Sigaluh 2
Kabupaten

Potter& perry.(2005).“Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Edisi 4”.EGC :


Jakarta

RI, Depkes RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2009 tentang rumah sakit. Jakarta: Depkes RI.

Santoso, Yono Agus. 2015. Pengaruh Perilaku Merokok Terhadap Kepercayaan


Diri Mahasisa yang Mengikuti Organisasi Intra Kampus UIN Maliki
Malang. Malang [etheses.uin-malang.ac.id] diakses pada 1 Maret 2021
pukul 11.22 WIB

Sugiarti, Enik. 2016. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada
Desa dengan Status ODF(Open Defecation Free) di Desa Gebangan
Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2015. Semarang [e-
skripsi/lib.unnes.ac.id] diakses pada 28 Februari 2021 pukul 22.13 WIB

Sulistiyorini, Nur Rahmaati, dkk. 2015. Share Social Work Jurnal: Partisipasi
Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Lingkungan Margaluyu
Kelurahan Cicurug. Vol 5[e-journal/jurnal.unpad.ac.id] diakses pada 28
Februari 2021 pukul 19.47 WIB

Susanti, Rini. 2010. Pemetaan Persoalan Sistem Penyediaan Air Bersih untuk
Meningkatkan Kualitas Sistem Penyediaan Air Bersih di Kota
Sawahlunto.Lampung [e-journal/journals.itb.ac.id] diakses pada tanggal
28 Februari 2021 pukul 15.03 WIB
[e-book Promkes Kemenkes RI/promkes.kemkes.go.id] diakses pada 28 Februari
2021 pukul 22.07 WIB

LAMPIRAN

1. Penyuluhan TBC
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Tuberkulosis


Sub Pokok Pembahasan : Pengertian TB, Penyebab TB, Tanda dan Gejala
TB, proses penularan TB
Sasaran : Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Geneng
Jam :
Waktu : 60 menit
Tanggal : 3 Maret 2021
Tempat : Wilayah Kerja Puskesmas Geneng

A. Tujuan Umum:
Setelah dilakukan penyuluhan, mengerti tentang penyakit Tuberkulosis paru
dan perawatannya
B. Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan, dapat :
1. Menjelaskan pengertian tuberkulosis paru dengan benar.
2. Menjelaskan penyebab tuberkulosis paru dengan benar.
3. Menjelaskan tanda dan gejala tuberkulosis paru dengan benar.
4. Menjelaskan proses penularan penyakit tuberkulosis paru.
C. Materi
1. Definisi tuberkulosis paru.
2. Penyebab tuberkulosis paru.
3. Tanda dan gejala tuberkulosis paru.
4. Proses penularan penyakit tuberkulosis paru.

D. Metode
 Ceramah dan tanya jawab
E. Media
 Leaflet
 flip chart
F. Kegiatan penyuluhan

Tahap/Wakt Kegiatan
No Kegiatan Penyuluhan
u sasaran

1. Pembukaan : - Memberi salam pembuka Menjawab


- Memperkenalkan diri salam
3 menit
- Melakukan apersepsi Memperhatikan
- Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan Memperhatikan
penyuluhan Memperhatikan
- Membagi leaflet
Memperhatikan

2. Pelaksanaan - Menjelaskan cara penularan Tuberkulosis Memperhatikan


: paru
Memperhatikan
20 menit
- Menjelaskan gejala dan tanda Tuberkulosis
paru Memperhatikan

- Bersama dengan warga mendiskusikan / Memperhatikan


merangkum materi yang telah
disampaikan Memperhatikan
Menanyakan
hal hal yang
belum jelas
Memberikan
kesempatan
unyuk
menyampaikan
pendapat.

Kegiatan
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan
sasaran

3. Evaluasi : Menanyakan kepada peserta Menjawab


(bapak/ibu) tentang materi yang telah pertanyaan
5 menit
diberikan, dan memberi reinforcement
kepada peserta yang dapat menjawab
pertanyaan.

4. Terminasi : - mengucapkan terimakasih atas peran Mendengarkan


serta peserta (bapak/ibu)
2 menit
- mengucapkan salam penutup
Menjawab salam

G. Pengorganisasian
Pemberi materi : Arif Agung Budiyanto
Notulen : Galih Nurani Risqi
Observer : Heru Burhan Amanu
Fasilitator : Joko Susilo
H. Evaluasi
1. Struktur
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di wilayah kerja
Puskesmas Geneng
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya (SAP, leaflet, flip chart)
2. Proses
 Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan, peserta yang terlibat
aktif 60% dari yang hadir
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Hasil
 Para peserta mengerti penjelasan yang telah diberikan
 Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang
Lampiran Materi

TUBERKOLOSIS PARU

A. PENGERTIAN
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru
yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis.

B. ETIOLOGI :
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-
0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan
terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini
adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih
menyenangi daerah yang tinggi kandunagn oksiginnya yaitu. daerah apikal
paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis

C. PATOFISIOLOGI :
Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor
(makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya.
Imunitas ini biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi
oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas
( lambat). Basil Tuberkel yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi
sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar cenderung
tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan
penyakit. Yang berada dialveolus dibagian bawah lobus atas paru basil tuberkel
ini membuat peradangan.
Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit,
namun tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh
makrofag, alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumoni akut. Pneumoni selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses
ini dapat berjalan terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di
dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk
sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20
hari). Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju (nekrosis kaseosa) . Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas membentuk jaringan parut dan
ahirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel..

D. TANDA & GEJALA


Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak
adalah :

1. Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.


2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk
membuang /mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulenta (menghasilkan sputum)
3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun,
sakit kepala, nyeri otot, keringat diwaktu malam hari.
Pada Atelektasis terdapat gejala manifestasi klinik yaitu: Sianosis, Sesak nafas,
Kolaps. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung
terdorong kesisi yang sakit. Pada Foto Torax tampak pada sisi yang sakit
bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
Pemeriksaan fisik :

 Pada tahap dini sulit diketahui.


 Ronchi basah, kasar dan nyaring.
 Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara umforik.
 Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
 Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak)
Pemeriksaan Radiologi :

 Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan


batas tidak jelas.
 Pada kavitas bayangan berupa cincin.
 Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.

Laboratorium :

 Darah : leukosit meninggi, LED meningkat


 Sputum : pada kultur ditemukan BTA
 Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

F. PENATALAKSANAAN :

 Penyuluhan
 Pencegahan
 Pemberian obat-obatan :
1. OAT (obat anti tuberkulosa) :
2. Bronchodilatator
3. Expektoran
4. OBH
5. Vitamin
 Fisioterapi dan rehabilitasi
 Konsultasi secara teratur
Riwayat Keluarga :
Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit
yang sama)
Riwayat lingkungan :
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah
yang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak.
Aspek Psikososial :
 Merasa dikucilkan
 Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
 Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
 Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang bayak.
 Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien.
 Tidak bersemangat, putus harapan.

2. Bahaya Merokok

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Pembahasan : Bahaya Merokok

Sub Pokok Pembahasan : Pengertian merokok, Bahaya darimerokok,


Tanaman Penangkal AsapRokok
Sasaran : Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Geneng
Waktu : 60 menit
Tanggal : 3 Maret 2021
Tempat : Wilayah Kerja PuskesmasGeneng

A. PENDAHULUAN
Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu. Merokok menjadi salah
satu perilaku menghisap rokok yang diminati oleh kaum laki-laki hal ini
didukung dengan laporan jumlah perokok yang naik tiap tahunnya
menurut WHO memperkirakan ada lebih dari 1,1 miliar perokok di seluruh
dunia (80%) dari anggota yang tinggal di negara-negara berpenghasilan
rendah sampai menengah.
Angka prevalensi perokok di Indonesia menjadi salah satu tertinggi
di dunia 46,% laki-laki dan 3,1% perempuan. Jumlah perokok mencapai
62,8% diantaranya berasal dari kalangan ekonomi bawah. Sedangkan
untuk di wilayah kerja puskesmas Geneng mencapai persentase 71,7%
yang didominasi kalangan usia remaja hingga dewasa. Kebiasaan merokok
pada kaum remaja sangat terkait dengan pergaulan dan lingkungan.
Beberapa alasan yang diberikan adalah merokok dianggap bergaya, dari
gambar-gambar bintang top film. Selain itu, orang dewasa yang
melambangkan otoritas.
Selain itu, merokok juga memberikan dampak buruk bagi yang
menghirup asap hasil pembakaran atau sering kita kenal dengan perokok
pasif yang rentang terkena penyakit 4x lebih berbahaya daripada perokok
aktif. Kebiasan merokok lama-kelamaan akan menyebabkan masalah
kesehatan misalnya gangguan sistem saraf, penyakit hipertensi, penyakit
stroke, kanker paru hingga berujung merenggut nyawa.
Disisi lain, terdapat tanaman penangkal asap rokok yang mampu
menyerap zat-zat berbahaya misalnya karbondioksida. Hal ini menjadi
kunci untuk menjaga kualitas udara agar tidak bercampur dengan asap
hasil pembakaran dari rokok. Tanaman penangkal asap rokok sangatlah
beragam tetapi yang sering ditemukan dan mudah beradapatasi dengan
lingkungan adalah lidah mertua .
Berdasarkan ulasan pendahuluan diatas, kami mengambil
intervensi program BAKO (Asbak Anti Asap Rokok) dan penyuluhan
bahaya asap rokokdikalanganorangdewasakhususnyabapak-
bapakdansimulasipenanaman lidah mertua sebagai tanaman penangkal
asap rokok.

B. TUJUANKEGIATAN
i. Tujuan Umum
Setelah diadakan penyuluhan warga dapat memahami tentang Bahaya
Merokok di dalam rumah sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran warga dalam meminimalisir asap rokok yang ada di rumah.
ii. Tujuan Khusus
b. Peserta dapat mengetahui pengertianmerokok
c. Peserta dapat mengetahui bahaya darimerokok
d. Peserta dapat mengetahui tanaman penangkal asaprokok

Kegiatan
Langkah-
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
langkah
a. Menjawab
a. Pembukaan
salam
b. Perkenalan
1. Pengantar ± 10 Menit b. Mendengarkan
c. Menjelaskan
maksud dan
maksud dantujuan
tujuan
2. Penyajian ± 30 Menit a. Menjelaskan a. Menyimak
tentang penjelasan
merokok
b. Menjelaskan
tentang bahaya
dari merokok
c. Menjelaskan
tentang dampak
asap rokok bagi
kesehatan
d. Menjelaskan
tentang tanaman
penangkal asap
rokok
Tanya Jawab dan
3. Evaluasi ± 15 Menit Diskusi
Menyimak
Memberi salam
4. Penutup ± 5 Menit Menjawab salam
penutup

1. Metode : Ceramah dan tanyajawab


2. Media : Leafleat
3. Materi : Terlampir

Lampiran Materi
Bahaya Merokok

Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi


bagi kita. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat
umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan
banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok
pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian
membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan risiko
timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan
gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker
rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis,
tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan
dan cacat pada janin.

Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit


dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu
kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk
mengalihkan diri dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit
melepaskan diri dari kebiasaan ini dibandingkan perokok
yang tidak memiliki latar belakang depresi. Penelitian
terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari
seconhandsmoke yaitu asap rokok yang terhirup oleh
orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar
perokok atau bisa disebut juga dengan perokok pasif.
Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku
pembuatannya yaknitembakau.

Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan


bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek.
Selain kretek tembakau juga dapat digunakan sebagai
rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa dan
tambakau tanpa asap (tembakau kunyah). Dari hari ke hari
jumlah perokok kian bertamabah. Hal inilah yang
nantinya akan membuat suatu malapetaka yang besar bagi
kesehatan tubuh kita.
Disisi lain, perokok pasif sangatlah berbahaya
mempunyai risiko lebih besar dibandingkan perokok aktif.
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan
bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker
(karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam
rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan
pada orang yang merokok, namun juga kepada orang-
orang disekitarnya yang tidak merokok yang sebagian
besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa
menjadi perokok pasif oleh karena ayah atau suami
mereka merokok di rumah. Padahal perokok pasif
mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kanker
paru-paru dan penyakit jantung ishkemia. Sedangkan pada
janin, bayi dan anak-anak mempunyai risiko yang lebih
besar untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah,
bronchitis dan pneumonia, infeksi rongga telinga
danasthma.
Demikian penegasan Menkes Dr. Achmad Sujudi
pada puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia
dengan tema “Kemiskinan dan Merokok Sebuah
Lingkaran Setan” sekaligus meluncurkan buku Fakta
Tembakau Indonesia Data Emperis Untuk Strategi
Nasional Penanggulangan Masalah Tembakau tanggal 31
Mei 2004 di Kantor Depkes Jakarta.
Mengingat besarnya masalah rokok, Menkes
mengajak seluruh masyarakat bersama pemerintah untuk
menjalankan cara-cara penanggulangan rokok secara
sistematis dan terus menerus yaitu meningkatkan
penyuluhan dan pemberian informasi kepada masyarakat,
memperluas dan mengefektifkan kawasan bebas rokok,
secara bertahap mengurangi iklan dan promosi rokok,
mengefektifkan fungsi label, menggunakan mekanisme
harga dan cukai untuk menurunkan demand merokok dan
memperbaiki hukum dan perundang-undangan tentang
penanggulangan masalah rokok.
Menurut Menkes, kemiskinan dan merokok
terutama bagi penduduk miskin merupakan dua hal yang
saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.
Seseorang yang membakar rokok tiap hari berarti telah
kehilangan kesempatan untuk membelikan susu atau
makanan lain yang bergizi bagi anak dan keluarganya.
Akibat dari itu anaknya tidak dapat tumbuh dengan baik
dan kecerdasanya juga tidak cukup berkembang, sehingga
kapasitasnya untuk hidup lebih baik di usia dewasa
menjadi sangat terbatas. Selain itu, kemungkinan besar
sang ayah juga meninggal oleh karena penyakit yang
berhubungan dengankebiasaan merokok. Demikian
seterusnya, sehingga merokok dan kemiskinan merupakan
sebuah lingkaran setan.Untuk memerangi dan menjaga
kualitas udara berikut ada beberapa tanaman penangkal
asap rokok diantaranya:

1. Boston Fern / Pakis Boston


Kita mungkin sering melihat
ini. Tanaman yang aslinya
dari Amerika, Meksiko,
India serta Afrika ini ternyata
mampu menyerap polusi
udara serta membersihkan
dalam ruangan. Tanaman
eksotis yang anggun dengan
bentuk daun
yangmelengkungserta
berjumbai ini, berperan
sebagai pelembap ruangan
alami.

2. Spider Plant

Tanaman yang memiliki daun yang runcing dan tajam ini


sangat baik untuk meningkatkan kualitas udara. Selain itu,
tanaman ini juga bisa menghilangkan gas beracun dan berbagai
polutan. Oleh karena, sangat disarankan menaruh Spider Plant
di dapur yang mana kandungan Karbon Monoksida sangat
banyak akibat

3.Sansevieria / LidahMertua
Tanaman ini mampu
menyerap 107 jenis racun
termasuk polusi udara, asap
rokok hingga radiasi nuklir.
Sehingga sangat cocok
dijadikan tanaman penyegar
ruangan maupun di luar
ruangan. Manfaat lainnya
adalah mempunyai
kemampuan beradaptasi yang
tinggi terhadap lingkungan,
jadi perawatan tumbuhan ini
sangat mudah.

4. SriRejeki

Tanaman ini hidup di kawasan tropis seperti Indonesia,


Malaysia, Filipina dan beberapa di kawasan Asia ini memiliki
pola daun yang sangat menarik. Selain pola daun yang indah,
tanaman ini juga bisa berfungsi mengatasi berbagai
polutan.Caranya, kombinasikan tanaman Sri Rejeki dan Lidah
mertua yang sudah dewasa maka akan didapat udara yang
bersih dan segar. Tanaman ini juga memiliki efek anti bakteri
yang mampumenekan populasi spora jamur yang merugikan
sekitar 50%.
C. Leafleat Penyuluhan Bahaya Merokok
2. HIPERTENSI

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Hipertensi


Sub Pokok Pembahasan : Pengertian Hipertensi, Penyebab Hipertensi, Tanda
dan Gejala Hipertensi, komplikasi Hipertensi,
Pencegahan Hipertensi, Penanggulangan Hipertensi
Sasaran : Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Geneng
Jam :
Waktu : 60 menit
Tanggal : 3 Maret 2021
Tempat : Wilayah Kerja Puskesmas Geneng

I. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi
di Negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di
Indonesia. Tekana darah tinggi juga meruoakan factor resiko penting penyakit
jantung koroner. Pada beberapa penelitian di Indonesia, bahwa prevalensi
hipertensi berkisar antara 10% (Supari, 2011).
Peningkatan tekanan darah arteri dapat meninglatkan resiko terjadinya
gagal ginjal, penyakit jantung, pengerasan dinding arteri yang biasa disebut
arterosklerosis juga terjadinya stroke. Kompliklasi ini sering berakhir menjadi
kerusakan atau kematian. Oleh sebab itu diagnosis dari hipertensi harus dideteksi
sedini mungkin untuk menghjindari berbagai komplikasi tersebut ( cunha, 2020).
Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat
yang ada di Indonesia maupun di beberapa Negara yang ada di dunia.
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di Negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan opertambahan penduduk saat kini ( armilawaty ,
2007).
Seledri adalah sayuran daun dan tumbuhan obat yang biasa digunakan sebagai
bumbu masakan. Seledri sudah lama dikenal sebagai obat hipertensi, batan dan
daun hijau ini memiliki efek penurunan tekanaan darah ( setiawan, 2008).

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan 40 menit, diharapkan Audiens mampu memahami
dan mengerti tentang hipertensi.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 40 menit tentang Hipertensi, diharapkan
Audiens dapat:
1.      Menjelaskan tentang hipertensi
2.      Menyebutkan penyebab hipertensi
3.      Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
4.      Menjelaskan tentang komplikasi
5.      Menjelaskan tentang pencegahan hipertensi
6. Menjelaskan tentang penanggulangan hipertensi

IV. Metode
1.      Ceramah
2.      Tanya Jawab

V.   Media
1. Alat
a. Leaflet
b. LCD
2. Pengorganisasian Kelompok
a. Moderator :Arif Agung Budiyanto
b. Penyaji : Galih Nurani Risqi
c. Fasilitator : Heru Burhan Amanu
d. Observer : Joko Susilo
Uraian Tugas
A. Moderator
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
3) Menjelaskan tujuan dan topik
4) Menjelaskan kontrak waktu
5) Mengarahkan jalannya penyuluhan pada penyaji
6) Mengarahkan alur diskusi
7) Memimpin jalannya diskusi
8) Menutup acara
B. Penyaji.
Mempresentasikan materi untuk penyuluhan.
C. Fasilitator
1) Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
2) Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta.
D. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
VI. Proses Pelaksanaan

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media


Kegiatan
1. Pembukaan 5 menita.     Mengucapkan salam Menjawab salam Kata-kata/
b.     Memperkenalkan diri Mendengarkan dan kalimat
c.     Menyampaikan menyimak
tentang tujuan pokok Bertanya mengenai
materi perkenalan dan tujuan
d.    Meyampakaikan jika ada yang kurang
pokok pembahasan jelas
e.     Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 30 a.    Penyampaian Materi Mendengarkan dan Lembar balik
menit b.    Menjelaskan tentang menyimak Leaflet
pengertian hipertensi Bertanya mengenai
c.    Menjelaskan penyebab hal-hal yang belum
hipertensi jelas dan dimengerti
d.   Menjelaskan tanda dan
gejala hipertensi
e.    Menjelaskan tentang
diet hipertensi
f.     Menjelaskan
pencegahan hipertensi
g.    Tanya Jawab
h.    Memberikan
kesempatan  pada
peserta untuk bertanya
3. Penutup 5 menit
a.        Melakukan evaluasi Sasaran dapat Kata-kata/
b.        Menyampaikan menjawab tentang kalimat
kesimpulan materi pertanyaan yang
c.        Mengakhiri diajukan
pertemuan dan Mendengar
menjawab salam Memperhatikan
Menjawab salam

1). Evaluasi proses kegiatan


a. Peserta hadir minimal 80%
b. Kegiatan berlangsung dengan lancar sesuai dengan susunan acara
c. Interaksi yang baik antara petugas dan peserta selama penyuluhan
berlangsung
d. Minimal 75% peserta aktif bertanya pada sesi diskusi
e. Peserta memperhatikan penyuluhan dengan baik dari awal sampai akhir
acara
2). Evaluasi hasil kegiatan
1. Menjelaskan tentang pengertian hipertensi
2. Menjelaskan tentang penyebab hipertensi
3. Menjelaskan  tanda dan gejala hipertensi
4. Menjelaskan  tentang komplikasi
5. Menjelaskan tentang pencegahan hipertensi
6. Menjelaskan tentang penanggulangan hipertensi
LAMPIRAN MATERI

HIPERTENSI
A. Pengertian
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
hipertensi.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1990) Hipertensi didefinisikan
sebagai suatu peninggian yang menetap daripada tekanan darah sistolik di atas
140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Peninggian tekanan darah
yang terus menerus yang merupakan gejala klinis karena hal tersebut dapat
menunjukkan keadaan seperti hypertensi heart disease arteriole nefrosclerosis.
Jadi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang lebih
dari 140/90 mmHg.
B. Penyebab Hipertensi
1. Asupan garam yang tinggi
2. Strees psikologis
3. Faktor genetik (keturunan)
4. Kurang olahraga
5. Pola hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
6. Pola Makan (kolesterol tinggi) menyebabkan penyempitan pembuluh
darah
7. Faktor Usia
8. Kegemukan
C. Tanda dan Gejala Hipertensi
Adapun tanda-tanda gejala pada hipertensi antara lain
1. Kepala pusing
2. Gemetar
3. Sering marah - marah
4. Jantung berdebar-debar
5. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
6. Keringat berlebihan
7. Gangguan penglihatan
8. Rasa berat ditekuk
9. Sukar tidur
D. Pencegahan Hipertensi
1. Periksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Diet hipertensi
3. Menjaga keseimbangan berat badan
4. Hindari minum-minuman keras (alkohol) dan kurangi/hentikan merokok
5. Istirahat yang cukup
6. Hindari strees
7. Olahraga yang teratur
E. Komplikasi Hipertensi
1. Gangguan jantung
2. Stroke
3. Gagal ginjal
4. Gangguan penglihatan
5. Gangguan otak
F. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Perubahan gaya hidup
 Mengurangi konsumsi garam
 Melakukan olahraga secara teratur dan dinamik ( jalan kaki, senam,
jogging, bersepeda, maupun berkebun)
 Menghentikan kebiasaan merokok
 Mengurangi kebiasaan minum kopi
 Menjaga kestabilan berat badan
 Menghindari stres
2. Pengaturan diet
a. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi :
 Sumber karbohidrat seperti biscuit, singkong, roti, tepung, mie,
tapioca, nasi
 Sumber protein nabati seperti tahu, temped an kacang-kacangan
 Sumber vitamin (buah dan sayuran) seperti buah jeruk, pisang,
melon, tomat, dll
b. Makanan yang dibatasi
 Garam dapur
 Makanan yang diawetkan dengan garam seperti ikan asin, asinan
 Makanan yang tinggi lemak dan kolesterol

Anda mungkin juga menyukai