DISUSUN OLEH
IGA PUSPA ANGGINI
NIM: 029 SEBID 20
Hari/Tanggal :
Tempat : Puskesmas Karang Taliwang
Mengetahui :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul "ASUHAN
KEBIDANAN PADA NY “M” DENGAN PERSALINAN NORMAL DI RUANG
BERSALIN PUSKESMAS KARANG TALIWANG”
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka
menyelesaikan program Praktik Laboratorium Klinik (PLK) STIKES YARSI Mataram.
Terselesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan semua pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak H. Zulkahfi S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku Ketua STIKES YARSI Mataram
yang telah memberikan kebijakan-kebijakan serta mengarahkan segala kemampuan
untuk membangun kampus STIKES YARSI Mataram menjadi perguruan tinggi
yang terdepan dan berkualitas.
2. Ibu Baiq Ricca Afrida, M.keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
STIKES YARSI Mataram, yang telah memberikan kami kesempatan untuk Praktik
Laboratorium Klinik (PLK) di Puskesmas Karang Taliwang.
3. Ibu dr. Dewi Nurlita selaku Kepala Puskesmas Karang Taliwang yang telah
memberikan kesempatan untuk Praktik Laboratorium Klinik (PLK) di Puskesmas
Karang Taliwang.
4. Bapak Andi Supriyadi S.KM selaku KTU Puskesmas Karang Taliwang.
5. Ibu Ni Wayan Yuniartini S.ST selaku Bidan Koordinator Puskesmas Karang
Taliwang.
6. Ibu Ni Putu Aryani S.ST.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik kami yang
telah meluangkan waktunya untuk selalu mendidik dan membimbing kami selama
praktik.
7. Ibu Roseana Saragih S.Keb.,Bd. selaku Pembimbing Lahan kami selama di
Puskesmas Karang Taliwang.
8. Semua bidan-bidan senior dan seluruh staf UPT BLUD Puskesmas Karang
Taliwang yang telah membimbing kami dengn sangat sabar selama Praktik
Laboratorium Klinik (PLK).
Dengan terselesainya laporan ini penulis menyadari bahwa banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga laporan asuhan kebidanan ini dapat
bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian ibu (AKI).
Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat
kesehatan negara tersebut buruk, karena ibu hamil merupakan kelompok rentan yang
memerlukan pelayanan maksimal (WHO, 2019).
Berdasarkan WHO (World Health Organization) AKI secara global yang terjadi pada
pada tahun 2020 adalah 213 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH). Angka ini masih cukup
jauh dari target SDGs (Sustainable Development Goals) yang menargetkan pada tahun
2030 AKI turun menjadi 70 per 100.000 KH dan AKB 12 per 1000 kelahiran hidup
(WHO, 2018). Menurut World Heath Organization (WHO) tahun 2020 AKI masih
merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. Menurut laporan World
Health Organization (WHO), tahun 2019 beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi
seperti Afrika Sub-Saharan 169.000 jiwa, Asia Selatan 67.000 jiwa, dan Asia Tenggara
13.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 160 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 46 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 26 per
100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29 per
100.000 kelahiran hidup.
Hasil survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2019, AKI di Indonesia mencapai
356 per 100.000 KH (Kemenkes, 2018). Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara, didapati AKI di Sumatera Utara pada tahun 2018 mencapai 93
per 100.000 KH (Dinkes Prov.Sumut, 2018). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
sendiri masih sangat tinggi jika di bandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2019 jumlah AKI di
Indonesia sebanyak 303/100.000 KH (Direktorat Kesehatan Keluarga, 2020). Kematian
Ibu maternal paling banyak adalah sewaktu bersalin sebesar (49,5%), kematian waktu
hamil (26%) pada waktu nifas (24%) (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kematian ibu di Provinsi NTB
selama tahun 2019 adalah 97 kasus, sedikit menurun dibandingkan tahun 2018 dengan
jumlah kematian mother 99 kasus. Kematian ibu terbanyak pada tahun 2019 terjadi pada
ibu nifas sebesar 58,77%. Kemudian pada ibu bersalin 23,71% dan pada ibu hamil
17,52%. Berdasarkan kelompok umur, kematian ibu banyak terjadi pada usia 20-34 tahun
yaitu sebanyak 58,77%, usia 235 tahun sebanyak 36,08 % dan usia<20 tahun sebanyak
1
2
5,15%. Dari 97 kasus kematian pada tahun 2019, 39 kasus disebabkan oleh hipertensi
dalam kehamilan, 22 kasus oleh karena perdarahan, 12 kasus karena gangguan metabolik
(Diabetes Mellitus dl), 6 kasus disebabkan karena infeksi dan 18 kasus oleh karena
penyebab lain-lain.
Angka Kematian Ibu (AKI) Puskesmas Karang Taliwang bulan Desember tahun 2021
sebanyak 2 orang karena pendarahan. Berdasarkan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Desember 2021 pada Puskesmas Karang Taliwang belum ada. Data pelayanan yang
ditolong oleh nakes untuk Kunjungan Antenatal 1 (K1) sebanyak 503 (68,33%),
Kunjungan Antenatal IV (K4) sebanyak 451(54,73%), Kunjungan Neonatal 1 (KN1)
3.489 (63,37%, Kunjungan Neonatal 3 (KN3) sebanyak 471 (62,97%).
Faktor penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu, faktor penyebab langsung dan
faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu terbesar yaitu
perdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus.
Kematian ibu di Indonesia masih di dominasi oleh 3 penyebab utama kematian yaitu
perdarahan, HDK dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan
infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat,
lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan HDK. Sedangkan
faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3T yaitu
terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat rujukan serta terlambat memberi
pertolongan di tempat rujukan dan 4T yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan
terlalu banyak (Kemenkes, 2019 ).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian neonatal antara lain juga melalui penempatan bidan di desa, strategi Making
Pregnancy Safer,pelayanan kontrasepsi, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan
menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta melalui program Expanding Maternal
and Neonatal Survival (EMAS) meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan
bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas
PONED), dan memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan
rumah (Kemenkes, 2019 ).
Sesuai dengan yang dijabarkan diatas maka penulis tertarik untuk membuat laporan
kelompok tentang “Asuhan Kebidanan Pada Ny “M” Dengan Persalinan Normal di Ruang
Bersalin Puskesmas Karang Taliwang”
3
2. Bagi Institusi
a) Dapat mengevaluasi mutu pelayanan asuhan kebidanan yang diterapkan
b) Dapat memberikan dan meningkatkan pelayanan yang komprehensip bagi
pasien sehingga tetap tercermin citra kerja bidan yang profesional
3. Bagi klien/pasien
klien dapat berhubungan langsung dengan tenaga kesehatan sehinga dapat
meningkatakan pengetahuan ibu hamil guna meningkatkan kesehatan dirinya
dan janin, serta memanfaatkan sarana kesehatan atau pun tenaga kesehatan
dengan kesadarannya sendiri.
4. Bagi Mahasiswa
a) Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi ujian praktik yang
telah dilakukan Mahasiswa dapat dengan mudah menilai kekuragannya dan
dijadikan sarana untuk menambah keterampilan praktik.
b) Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim
melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Mochtar Rustam.1998 : 91). Persalinan
adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu,
persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Agustini. 2002: 2)
2.2 Etiologi Persalinan
Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya banyak faktor
yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori
yang dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan
otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan
mulainya persalinan adalah sebagai berikut :
1. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti
halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang Oleh isi yang
bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula
dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-
otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi
setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
2. Teori penurunan progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan Otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbul his. Proses penuaan plasenta terjadi
mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Prodüksi progesterone
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin.
Akibatnya Otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesterone tertentu.
5
6
3. Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi Broxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan aktivitas
otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda
persalinan.
4. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan
bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extra
amniol menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan.
Pemberian prostaglondin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi Otot rahim
sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu
terjadinya persalinan. Hal İni juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum
melahirkan atau selama persalinan.
5. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenol janİn rupa•rupanya juga memegang peranan
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama darİ biasa, karena tidak
terbentuk hipota amus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi
janin, dan İndüksi (mulainya ) persalinan.
6. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarena
Pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan
karena tidak terbentuk hipotalamus.Glandula suprarenal merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
7. Teori berkurangnya nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
7
Selain kondisi di atas, ada beberapa tindakan yang sering dilakukan namun
sebenarnya tidak banyak membawa manfaat bahkan justru merugikan, sehingga tidak
dianjurkan melakukan hal-hal berikut:
• Kateterisasi kandung kemih rutin: dapat meningkatkan risiko infeksi saluran
kemih. Lakukan hanya jika ada indikasi.
• Posisi terlentang: dapat mengurangi detak jantung dan penurunan aliran darah
uterus sehingga kontraksi melemah
• Mendorong abdomen: menyakitkan bagi ibu, meningkatkan risiko ruptura uteri
• Mengedan sebelum pembukaan serviks lengkap: dapat menyebabkan edema
dan/atau laserasi serviks
• Enema
• Pencukuran rambut pubis
• Membersihkan vagina dengan antiseptik selama persalinan
2.3.2 Kala II, Kala III dan Kala IV
Tatalaksana:
Tatalaksana pada kala II, III, dan IV tergabung dalam 58 langkah APN yaitu :
1. Mengenali Tanda dan Gejala Kala II
1) Memeriksa tanda berikut :
• Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
• Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.
• Perineum menonjol dan menipis.
• Vulva-vagina dan stingter ani membuka.
2. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial.
• Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap dalam
wadahnya
• Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih
dan hangat
• Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik
dan bersih.
• Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di
dalam partus set/wadah DTT
11
• Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau
kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
• Persiapan bila terjadi kegawat daruratan emek plastik yang bersih, sepatu.
3) kenakan baju penutup atau celeme plastik yang bersih Sepatu ketutup kedap
air ,tutup kepala,masker dan kacamata
4) Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan dengan
sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau tisu bersih.
5) Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.
6) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 unit
dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set/ wadah DTT atau steril tanpa
mengontaminasi spuit.
3. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
7) Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT.
8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan
syarat: kepala sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.
9) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0.5%, kemudian lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit). Ambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
4. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan
Meneran.
11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
12) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
• Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman.
• Anjurkan ibu untuk cukup minum.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
• Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
12
• Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
9. Penanganan Bayi Baru Lahir
25) Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga Berikut untuk menilai apakah
ada asfiksia bayi:
• Apakah kehamilan cukup bulan?
• Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
• Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
26) Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal.
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
• Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
• Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain. Dalam uterus
(hamil tunggal).
10. Manajemen Aktif Kala III
28) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk
membantu uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 uniti M
di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin!).
30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada
sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus,
lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31) Potong dan ikat tali pusat.
• Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting
tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).
• Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan
kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan
simpul kunci.
• Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
14
32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara
ibu.
33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada
kepala bayi. ( Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir).
34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35) Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas
simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati, seperti
gambar berikut, untuk mencegah terjadinya Inversio uteri.
• Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk menstimulasi puting susu.
37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, lalu
minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan
tekanan dorso-kranial.
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
• Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
- Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit M
- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
- Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
38) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan.
• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau sterit Untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari tangan atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
15
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus Berkontraksi (fundus teraba
keras).
• Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontrak Setelah 15
detik melakukan rangsangan taktil/masase.
11. Menilai Perdarahan
40) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin Dan
pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.
41) Evaluasi adanya faserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
Derajat Robekan/Laserasi Perineum
• Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum
bayi menyusu,usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan
mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.
• Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit
dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.
• Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu
ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1,
salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
• Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatan
nya
• Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila
suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian
telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi
hangat kembali.
• Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu Dalam
jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
keinginannya.
44) Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai:
• Timbang dan ukur bayi.
• Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau
antibiotika lain).
• Suntikkan vitamin Kl 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2 mg/ml) 1M di pat-a-kin
anterolateral bayi.
• Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5 – 37,50C).
• Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu,
waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada.
• Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibir
sumbing/langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-tanda
bahaya pada bayi.
• Bila menemukan tanda bahaya, hubungi dokter spesialis anak. Bila dokter
spesialis anak tidak ada, segera persiapkan rujukan
17
45) Satu jam setelah pemberian vitamin Kl, berikan suntikan imunisasi hepatitis B
di paha kanan anterolateral bayi.
• Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pecegahan perdarahan pervaginam:
• Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.
• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.
• Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik.
47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan
medis.
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15 menit
selama I jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascasalin.
• Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascasalin.
• Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37 ,50C).
• Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal 24 jam
setelah suhu stabil.
51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan Sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54) Pastikan ibu merasa nyaman.
• Bantu ibu memberikan ASI.
• Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
18
56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.
58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV.
Catatan: Pastikan ibu sudah bisa buang air kecil setelah asuhan persalinan selesai.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang hatus diperhatikan, yaitu :
2.4.1 Power
Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna untuk
mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot perut, kontraksi diagfragma
dan aksi ligamamnet, dengan kerja sama yang baik dan sempurma. Ada dua power
yang bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga mengejan ibu.HIS
merupakan kontraksi uterus karena otot-otot polos bekerja dengan baik dan
sempurna, pada saat kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek.Kavum uteri lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion ke
arah bawah rahim dan serviks.Sedangkan tenaga mengejan ibu adalah tenaga selain
HIS yang membantu pengeluaran.
2.4.2 Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Bagian keras
Bagian ini terdiri dari tulang panggul (Os coxae, Os Sacrum, Os Coccygis),
dan Artikulasi (Simphisis pubis, Artikulasi sakro-iliaka, artikulasi sakro-
kosigiu). Dari tulang-tulang dasar dan artikulasi yng ada, maka bagian keras
janin dapat dinamakan Ruang panggul (Pelvis mayor dan minor), pintu
panggul (Pintu atas panggul, Ruang tengah panggul, Pintu bawah panggul, dan
ruang panggul yang sebenarnya yaitu antara inlet dan outlet), Sumbu panggul
(merupakan garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang
melengkung ke depan), Bidang –bidang (Hogde I, Hodge II, Hodge III, den
Hodge IV).
Jenis- jenis panggul menurut Caldwell & Moloy, 1993 adalah Ginegoid
yang bulat 45%, Android panggul pria 15%, Antroid Lonjong seperti telur
35%, Platipeloid pica menyempit arah muka belakang 5 %.
19
b. Bagian lunak
Jalan lunak yang berpegaruh dalam persalinan adalah SBR, Serviks Utreri,
dan vagina.Diamping itu otot –otot, jaringan ikat, dan ligament yang
menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan penting dalam persalinan.
2.4.3 Passanger
Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor
janin.Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah.Sikap janin
menunjukkan hubungan bagian –bagian janin dengan sumbu tubuh janin, misalnya
bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan.Letak janin dilihat berdasarkan
hubungan sumbu tubuh janin dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti
seorang janin dapat dikatakan letak longitudinal ( preskep dan presbo), letak
lintang, serta letak oblik. Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan
bagian janin apa yang paling bawah.
2.4.4 Psikis Ibu
Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja otot –otot
yang dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom maupun yang sadar. Jika
seorang ibu menghadapi persalinan dengan rasa tenang dan sabar, maka persalinan
akan terasa mud.lah untuk ibu tersebut. Namun jika ia merasa tidak ingin ada
kehamilan dan persalinan, maka hal ini akan menghambat proses persalinan.
2.4.5 Penolong
Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan dorongan ingin
mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu, seorang mitra yang dapat membantunya
mengenali tanda gejala persalinan sangat dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia-
sia jika saat untuk mengejan yang ibu lakukan tidak tepat.
2.5.6 Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi
hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan
selanjutnya seluruh badan anak akhir searah dengan paksi jalan lahir.
2.6 Partograf
a. Parograf harus digunakan:
1. Untuk semua ibu dalam kala I fase aktif (fase laten tidak dicatat di
partograf tetapi di tempat terpisah seperti di KMS ibu hamil atau
rekammedik)
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (spesialis obgyn,
bidan, dokter umum, residen swasta, rumah sakit,dll)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu selama persalinan dankelahiran.
b. Tujuan utama penggunanan partograf:
1. Mencatat hasil observasi dan menilai kemajuanpersalinan
2. Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal atau terdapat penyimpangan,
dengan demikian dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya
partus lama.
c. Kondisi ibu dan bayi yang dicatat dalam partograf:
1. DJJ tiap 30menit
2. Frekuensi dan durasi kontraksi tiap 30menit
3. Nadi tiap 30menit
4. Pembukaan serviks tiap 4jam
5. Penurunan bagian terbawah janin tiap 4jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh tiap 4jam
7. Urin, aseton dan protein tiap 2-4jam.
d. Partograf tidak boleh dipergunakan pada kasus:
1. Wanita pendek, tinggi kurang dari 145cm
2. Perdarahanantepartum
3. Pre-eklampsia –eklampsia
4. Persalinanprematur
5. Bekas sectiosesarea
6. Kehamilanganda
7. Kelainan letakjanin
23
8. Fetaldistress
9. Dugaan distosia karena panggulsempit\
10. Kehamilan denganhidramnion
11. Ketuban pecah dini
12. Persalinan denganinduksi
e. Kondisi ibu dan janin juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
1. Denyut jantung janin: setiap ½jam
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½jam
3. Nadi: setiap ½jam
4. Pembukaan serviks: setiap 4jam
5. Penurunan: setiap 4jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4jam
7. Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2-4jam
a) Pencatatan kondisi ibu dan janin meliputi :
1. Informasi tentang ibu
− Nama,umur
− Gravida, para, abortus
− Nomor catatan medis/nomorpuskesmas
− Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawatibu)
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam”) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Tidak
kalah penting, catat waktu terjadinya pecahketuban.
2. Kondisi bayi
Kolom pertama adalah digunakan untuk mengamati kondisi janin.Yang diamati
dari kondisi bayi adalah DJJ, air ketuban dan penyusupan (kepalajanin)
a. DJJ
Menilai dan mencatat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit
(lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin).Tiap kotak
menunjukkan waktu 30 menit.Skala angka di sebelah kolom paling
kiri menunjukkan DJJ.Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada
garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.Kemudian
24
hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak
terputus.
Kisaran normal DJJ 110-160 x/menit.
b. Warna dan adanya airketuban
Menilai air ketuban dilakukan bersamaan dengan periksa
dalam.Warna air ketuban hanya bisa dinilai jika selaput ketuban telah
pecah. Lambang untuk menggambarkan ketuban atau airnya:
a) U : selaput ketuban utuh (belum pecah)
b) J : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih
1. Pembukaan serviks
Angka pada kolom kiri 0-10 menggambarkan pembukaan serviks.Menggunakan
tanda X pada titik silang antara angka yang sesuai dengan temuan pertama
pembukaan serviks pada fase aktif dengan garis waspada.Hubungan tanda X
dengan garis lurus tidak terputus.
2. Penurunan bagian terbawah Janin
Tulisan “turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5 pada sisi
yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “●” pada
waktu yang sesuai dan hubungkan dengan garislurus.
Contoh:
Jam 17.00 penurunan kepala
3/5 Jam 21.00 penurunan
kepala 1/5
Kemudian hubungkan kedua tanda “●” dengan garis tidak terputus Garis
waspada
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada,
maka waspadai kemungkinan adanya penyulit persalianan.Jika
persalinan telah berada di sebelah kanan garis bertindak yang sejajar
dengan garis waspada maka perlu segera dilakukan tindakan
penyelesaian persalianan.Siapkan untuk dirujuk.
3. Jam dan Waktu
Waktu berada dibagian bawah kolom terdiri atas waktu mulainya fase
aktif persalinan dan waktu aktuall saat pemeriksaan. Waktu mulainya
fase aktif persalinan diberi angka 1-16, setiap kotak: 1 jam yang
digunakan untuk menentukan lamanya proses persalinan telah
berlangsung. Waktu aktual saat pemeriksaan merupakan kotak kosong
di bawahnya yang harus diisi dengan waktu yang sebenarnya saat kita
melakukanpemeriksaan.
4. KontraksiUterus
Terdapat lima kotak mendatar untuk kontraksi. Pemeriksaan dilakukan
setiap 30 menit, raba dan catat jumlah dan durasi kontaksi dalam 10
menit. Misal jika dalam 10 menit ada 3 kontraksi yang lamanya 20 setik
maka arsirlah angka tiga kebawah dengan warna arsiran yang sesuai
untuk menggambarkan kontraksi 20 detik.
26
harus rersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk
meletakkan peralatan yang diperlukan.
c. Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi.
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih, hangat (minimal 25oC,
pencahayaan cukup dan bebas dari tiupan angin.
4. Alat :
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup) :
a. 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b. Gunting tali pusat
c. Benang tali pusat
d. Kateter nelaton
e. Gunting episiotomy
f. Alat pemecah selaput ketuban
g. 2 psang sarung tangan dtt
h. Kasa atau kain kecil
i. Gulungan kapas basah
j. Tabung suntik 3 ml dengan jarum i.m sekali pakai
k. Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l. 4 kain bersih
m. 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
5. Bahan :
a. Partograf
b. Termometer
c. Pita pengukur
d. Feteskop / dopler
e. Jam tangan detik
f. Stetoskop
g. Tensi meter
h. Sarung tangan bersih
6. Obat-Obatan
Ibu:
b. 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml
c. 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa Epinefrin
d. 3 botol RL
e. 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C)
Bayi:
28
a. Salep mata
b. VitaminK
2.8 Standar Asuhan Kebidanan
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulaj dari pengkajian, perumusan
diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan
pencatatan asuhan kebidanan.
2.8.1 Standar I pengkajian
1. Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2. Kriteria Pengkajian :
Data tepat, akurat dan lengkap. Terdiri dari Data Sübjektif ( hasil Anamnesa;
biodata, keluhan utama, riwayat obstetri.
Riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya) Data Objektif (hasil
Pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang
2.8.2 Standar II Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
1. Pernyataan standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya
secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosa dan masalah kebidanan yang
tepat
2. Kriteria Perumusan d:agnosa dan atau Masalah
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur Kebidana
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat dişelesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan
rujukan.
2.8.3 Standar III Perencanaan
1. Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan•masalah yang
ditegakkan
2. Kriteria Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien;
1) Tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif
29
2 Kriteria Evaluasi
30
35
36
D. Riwayat Menstruasi
Disminorhe : Nyeri pada hari 1 dan 2
Menarche : 13 Tahun
saat menstruaksi
Siklus : 28 Hari Flour Albus : Tidak ada
Lama : 7 Hari HPHT : 20-0- 2021
E. Status Perkawinan
Berapa kali menikah : 1 Kali
Umur pertama kali menikah
Suami : 24 Tahun
Istri : 17 Tahun
Lama : 8 Tahun
E. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, Anak yang Lalu
Penyu
Perkawinan Kehamilan
BB JK
No No
UK JP Tempat Penolong lit BB JK Usia Keterangan
H B N
6 Tidak Tidak
1 1 Normal Prematur +- 500 gr Pr Meninggal
bulan ada ada
3 Tidak Tidak
1 2 Ab Abortus Kuretase
bulan ada ada
9 RS. Tidak Tidak Tidak
1 3 Normal Bidan 3100 gr Pr 6 th Hidup
bulan Kota ada ada ada
9 RS. Tidak Tidak Tidak
1 4 Normal Bidan 2900 gr Pr 2,5 th Hidup
Bulan Kota ada ada ada
1 Ini
F. Riwayat Kontrasepsi
Jenis Kontrasepsi : Tidak ada
Lama : Tidak ada
Alasan Mengganti : Tidak ada
Efek Samping : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
Alasan Berhenti : Tidak ada
37
3.7 EVALUASI
Tanggal : 23 Desember 2021 Waktu : 07:00 Wita
1. Pasien paham atas penjelasan yang diberikan bidan terkait kondisinya dan suami
pasien setuju bahwa istrinya akan bersalin ditolong oleh bidan diruang bersalin
Puskesmas Karang Taliwang.
2. Hasil pemeriksaan keadaan umum dan Vital sign pasien :
K/U baik TD: 110/70 mmHg, Nadi: 86x/m, R: 20x/m S: 36,5*C .
3. Pasien mengatakan tidak kuat berdiri untuk jalan karena menahan rasa sakit atau
nyeri akibat his, Ibu dianjurkan untuk miring kiri.
4. Alat partus sudah disiapkan dan didekatkan ke pasien,begitu juga dengan obat dan
tempatnya sudah disiapkan.
5. Pasien mau makan dengan porsi sedang dan minum air putih
6. Mengobservasi kemajuan persalinan dengan menggunakan Partograf.
44
TABEL OBSERVASI
90 5x 50 + 140x/m Ibu
07:00wita x/m detik Teratur mengatakan
perutnya
mulas
89 5x 55 + 142x/m Ibu
07:30 wita x/m detik Teratur mengatakan
perutnya
terasa nyeri
87 5x 55 + 143x/m Ibu
08:00 wita x/m detik Teratur mengatakan
perutnya
nyeri dan
mulas
PERKEMBANGAN KALA II
Tanggal: 23 Desember 2021 Pukul : 08.30 Wita Ruangan :Bersalin
LANGKAH I. PENGUMPULAN DATA
DS:
Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah, keluar lendir bercampur darah dan
keluar cairan dari jalan lahir.
DO:
1. K/U ibu baik, Kesadaran Composmentis
2. TTV: N: 79x/m, S: 36,8*c
3. DJJ : 140 x/m
4. HIS : 5x dalam 10 menit lamanya 55 detik teratur
5. Tampak pengeluaran air ketuban warna jernih
6. Tampak tanda kala II
7. VT : Pembukaan 10 cm, Effacement 100%, Ketuban Jernih, Denominatoor
UUK di depan, Penurunan kepala di H III+, Tidak teraba bagian terkecil
janin/tali pusat.
PERKEMBANGAN KALA IV
Tanggal: 23 Desember 2021 Pukul : 08.45 Wita Ruangan :Bersalin
Jam Kandung
Waktu TD N S TFU Kontraksi Perdarahan
Ke Kemih
1 09:00 120/70 80 36,8 2 jari Baik kosong +- 15 cc
dibawah
pusat
1 09.15 120/70 84 2 jari Baik Kosong
dibawah
pusat
1 09.30 110/70 82 2 jari Baik Kosong
dibawah
pusat
1 09.45 120/70 81 2 jari Baik Kosong
dibawah
pusat
2 10.15 120/70 80 36,5 2 jari Baik Kosong +-10 cc
dibawah
pusat
2 10.45 120/70 81 2 jari Baik kosong
dibawah
pusat
51
LEMBAR PARTOGRAF
52
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis akan membandingkan antara kasus yang diteliti dengan
teoti-teori. Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan kasus di
lahan. Sehingga dari hal itu penulis dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan atau
kesenjangan tersebut menggunakan langkah-langkah menejemen kebidanan yaitu
pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, identifikasi kebutuhan segera, rencana
tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Bidan mengumpulkan data dasar awal
yang lengkap (Varney,2004).
Pada praktik di dapatkan data pasien sudah lengkap yaitu dari data Subyektif dan
obyektif, data Subyektif pasien terdapat identitas nama pasien NY”M” umur 25
tahun, agama Islam, suku sasak, Pendidikan SD, Pekerjaan ibu rumah tangga,alamat
Karang Kemong Barat. Keluhan utama pasien yaitu pasien datang ke puskesmas
tanggal 23 Desember 2021 mengatakan hamil yang ke 5 dengan usisa kehamilan 9
bulan mengeluh sakit perut menjalar ke pinggang disertai keluar lendir bercampur
darah. Data Obyektifnya ditemukan keadaan umum pasien baik, tanda-tanda vital
normal, tinggi badan 160 cm, Berat badan 68 kg, Lila 26,5 cm, pemriksaan fisik
head toe to pasien tidak ada keluhan semua normal,hasil Pemeriksaan dalam
Pembukaan 5 cm, effacement 50%, ketuban utuh, denominator UUK Kiri depan,
penurunan kepala di H II+, tidak teraba bagian terkecil janin/tali pusat.
Sesuai yang dijabarkan diatas tidak ditemukan kesenjangan anatara teori dan praktik
yang ada.
2. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulakan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnose yang sfesipik. (Varney,2004).
53
54
Pada praktik diagnosa yang di tentukan yaitu G5P3AIH2 UK 39-40 minggu dengan
inpartu kala 1 fase akif, karena ditemukan pada pengkajian pasien mengatakan hamil
yang ke 5, usia kehamilan 9 bulan, pernah keguguran 1 kali dan hasil vt ynag
ditemukan yaitu masi pembukaan 5 cm sehingga pasien masih dalam Kala I fase
aktif.
3. Identifikasi Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mngisentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memunkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi(Varney 2004).
Pada praktik tidak ada masalah potensial yang di temukan, karena diagnosa
pasien masih dalam kala 1 fase aktif yaitu pembukaan 5 cm. Sehingga antara teori
dan praktik tidak ditemukan adanya kesenjangan.
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Menidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien.
Pada praktik langkah identifikasi diagnosa potensial tidak ditemukan, sehingga
identifikasi kebutuhan segera tidak dilakukan, sehingga tidak ditemukan kesenjangan
anatara teori dan praktik yang ada.
5. Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini
reformasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi(Varney 2004).
Pada praktik rencana yang dibuat sesuai dengan diagnosa pasien yaitu Lakukan
Informed Concent, Lakukan pemeriksaan vital sign, Siapkan alat partus, obat dan
tempat, Anjurkan pasien untuk mobilisasi, Anjurkan pasien makan dan minum,
Observasi kemajuan persainan.
Seuai yang dijabarkan diatas tidak ditemukan kesenjangan anatara teori dan praktik
yang ada.
55
6. Penatalaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidn tidak melakukannya sendiri ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya ( Varney 2004).
Pada praktik pentalaksanaan tindakan sudah sesuai dengan perencanaan yang
dilakukan sebelumnya yaitu: Melakukan Informed consent kepada pasien,yaitu
menginformasikan kepada pasien tentang keadaannya bahwa masih pembukaan 5 cm
dan meminta persetujuan kepada pasien dan keluarga bahwa proses persalinannya
akan ditolong oleh bidan, Melakukan pemeriksaan keadaan umum dan vita sign,yaitu
memeriksa keadaan umum pasien ,mengukur tekanan darah ,nadi,suhu,dan respirasi,
Menganjurkan pasien untuk mobilisasi untuk mempercepat pembukaan dan
memasuki kala II seperti melakukan jalan-jala, Menyiapkan alat partus, obat dan
tempat. Alat dan obatnya meliputi : Bak instrumen yang berisi partus set (klem
2,gunting tali pusat 1,setengah koner 1,kateter 1),kom berisi kapas dan air
DTT,delee,oksitosin,spuit 3cc,umbilikal klem dan mono auval,kasa steril,kain untuk
ibu dan bayi,bengkok ,tempat plasenta,baskom berisi cairan klorin 0,5%,tempat
sampah infeksius dan non infeksius,tempatnya diruang bersalin, Mengnjurkan pasien
makan dan minum untuk menmbah tenaga dan agar tidak lemas.
Sesuai yang dijabarkan diatas tidak ditemukan kesenjangan anatara teori dan praktik
yang ada.
7. Evaluasi
Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya(
Varney 2004).
Pada praktik evaluasi dilakukan sesuai dengan penatalaksanaan rencana yang sudah
dibuat, hasil evaluasinya yaitu : Pasien paham atas penjelasan yang diberikan bidan
terkait keadaannya dan suami pasien setuju bahwa istrinya akan bersalin ditolong
oleh bidan diruang bersalin PKM karang taliwang, Hasil pemeriksaan keadaan
umum dan Vital sign K/U baik TD: 110/70 mmHg R: 20x/m S: 36,8*C N:90x/m,
56
Pasien mengatakan tidak kuat berdiri untuk jalan karena menahan rasa sakit atau
nyeri akibat HIS, Alat partus sudah disiapkan dan didekatkan ke pasien,begitu juga
dengan obat dan tempatnya sudah disiapkan, Pasien mau makan dengan porsi sedang
dan minum air putih, engobservasi kemauan persalinan menggunakan partograf.
Sesuai yang dijabarkan diatas tidak ditemukan kesenjangan anatara teori dan praktik
yang ada.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin, penyusun telah mampu
melakukan pendokumentasian VARNEY, meliputi:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada
Ny.”M” denganpersalinan normal
2. Mahasiswa mampu menginterpretasi data untuk menegakkan diagnosis pasien pada
Ny “M” dengan persalinan normal
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial dan mengantisipasi
penanganan pada Ny “M” denganpersalinan normal
4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera pada pasien pada
Ny “M” dengan persalinan normal
5. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan tindakan asuhan kebidanan pada pasien
pada Ny “M” dengan persalinan normal
6. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada pasien pada Ny
“M” dengan persalinan normal
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan hasil tindakan asuhan kebidanan
pada pasien pada Ny “M” dengan persalinan normal
2. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan dengan
Kehamilan normal dengan pendokumentasian menggunakan 7 langkah varney,
yaitu pengumpulan data dasar, intrepretasi data dasar, diagnosa potensial dan
antisipasi, tindakan segera,rencana asuhan, penatalaksanaan, evaluasi. Serta dapat
menerapkan teori yang telah didapatkan di kampus dengn sebaik-baiknya, dan
mengikuti peraturan yang ada di tempat praktek, sehingga apa yang dikerjakan
dapat bermanfaat serta mahasiswa diharapkan untuk lebih aktif lagi.
2. Untuk lahan
Diharapkan kepada puskesmas karang taliwang untuk terus meningkatkan
mutu pelayanan, khususnya pelayanan kebidanan sehingga angka morbiditas dan
mortalitas maternal dan neonatal dapat diturunkan. Selain itu, kami juga berharap
kepada pembimbing untuk terus mempertahankan dan meningkatkan bimbingan
kepada para mahasiswa yang melaksanakan praktek untuk dapat menerapkan teori
57
58
Widiastini, L.P. 2014. Buku Ajar AsuhanKebidanan Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta: In Media
Kepmenkes no 938. Standar Asuhan Kebidanan
59