Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rija Destiani

NIM : 026 SYEBID 20


Bidang Keilmuan: Kebidanan (Kehamilan)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN AIR REBUSAN JAHE TERHADAP


EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1

Latar Belakang
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan merupakan matarantai yang
berkesinambungan yang terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi pada uterus), pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Hanifa
Winkjosastro, 2014). Kehamilan menyebabkan perubahan fisik, psikis dan
hormonal pada tubuh Ibu hamil. Hal tersebut menimbulkan mual muntah (emesis
gravidarum) yang biasa terjadi pada awal kehamilan (Irianti et al., 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) hiperemesis gravidarum terjadi
di seluruh dunia, di antaranya negara-negara benua Amerika dengan angka
kejadian yang beragam yaitu mulai 0,5-2%, sebanyak 0,3% di Swedia, 0,5% di
California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan,
dan 1,9% di Turki. Sedangkan angka kejadian hiperemesis gravidarum di
Indonesia adalah mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan. Perbandingan insidensi
secara umumnya yaitu 4 : 1000 (Atika, Putra and Thaib, 2016). Menurut data
Kemenkes RI kejadian mual muntah pada ibu hamil di Indonesia berkisar antara
50%-75% pada trimester pertama atau awal-awal kehamilan (Kemenkes RI,
2017).
World Health Organization menyatakan angka kejadian mortalitas ibu di
Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 8,800 dengan Maternal Mortality Ratio
(MMR) sebanyak 216 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2015). Sedangkan
Angka Kejadian Mortalitas ibu pada tahun 2019 di Indonesia sebanyak
306/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019). Hasil survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 penyebab terjadinya AKI adalah
perdarahan 28%, preeklamsia dan eklamsia 24%, infeksi 11%, partus lama atau
macet 5%, abortus 5%, emboli 3%, komplikasi masa puerperium 8%, dan faktor
lain 11%. Penyebab dari faktor lain 11% tersebut termasuk di dalamnya adalah
hiperemesis gravidarum.
Emesis gravidarum berhenti pada trimester pertama, namun pengaruhnya
dapat menimbulkan gangguan nutrisi, dehidrasi, kelemahan, penurunan berat
badan, serta ketidakseimbangan elektrolit, bila tidak ditangani mual muntah ini
akan bertambah berat menjadi Hiperemesis Gravidarum. Terapi awal pada emesis
gravidarum pada ibu hamil sebaiknya konservatif disertai dengan perubahan diet,
dukungan emosional, dan terapi alternatif seperti herbal. Ramuan tradisional bisa
digunakan dengan meminum secangkir jahe hangat. Di India, jahe dibuat sebagai
minuman untuk mengatasi rasa mual pada wanita hamil. Jahe dapat dikonsumsi
dalam berbagai bentuk seperti minuman, permen, atau manisan (Rofi’ah,
Handayani, Rahmawati 2017).
Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Efektivitas Pemberian Air Rebusan Jahe terhadap Emesis
Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I.”

Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh efektivitas pemberian air rebusan jahe terhadap emesis
gravidarum pada ibu hamil trimester 1?

Tujuan
Mengetahui pengaruh efektivitas pemberian air rebusan jahe terhadap emesis
gravidarum pada ibu hamil trimester 1.
Tinjauan Pustaka
1. Kehamilan
Menurut Prawiharjo (2016) Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan
spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu
40 minggu (9 atau 10 bulan) [1]. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI
2017, kehamilan adalah masa dimulai saat konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu/9 bulan 7 hari) di hitung dari
triwulan/ trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester/
trimester ke-2 dari bulan ke - 4 sampai 6 bulan, triwulan/ trimester ke-3 dari bulan
ke-7 sampai ke-9 [2].
Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, setiap trimester dibagi menjadi 13
minggu. Pada trimester pertama merupakan penyesuaian ibu terhadap janin yang
ada dikandungnya. Trimester kedua yaitu tahap ibu menerima kehamilannya
sehingga merasa nyaman. Selanjutnya di trimester ketiga memasuki tahap
penantian yang penuh dengan kewaspadaan. Pada trimester pertama wanita hamil
akan mengalami ketidaknyamanan seperti mual (nausea), kelelahan, merasa
sangat lelah dan kurang bertenaga, perubahan nafsu makan, dan kepekaan
emosional. Pada fase ini tubuh ibu akan bekerja keras dan sistem dalam tubuh
berusaha untuk membiasakan diri dengan peningkatan hormon progresteron
(Sukarni & Wahyu, 2017) [3].

2. Emesis Gravidarum
Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan dan membuat
ketidaknyamanan pada ibu hamil yaitu mual dan muntah atau yang dikenal
dengan emesis gravidarum. Gejala ini sering tejadi pada ibu hamil di awal tirmster
pertama kehamilan (Ding, Leach and Bradley, 2013). Emesis gravidarum
merupakan salah satu keluhan yang paling umum dan mempengaruhi jutaan
perempuan hamil diseluruh dunia setiap tahunnya (Widatiningsih et al., 2019) [4].
Mual dan muntah merupakan keluhan yang paling sering terjadi selama
kehamilan, mempengaruhi sekitar 80-70% wanita hamil. Biasanya dimulai pada
4-8 minggu setelah menstruasi. Intensitas terbesarnya adalah pada minggu ke-9
dan kemudian mulai menurun dan dalam kebanyakan kasus membaik pada
minggu ke-14, pada 2% orang berlanjut selama kehamilan. Meskipun gangguan
ini ringan hingga sedang dalam banyak kasus, namun dapat menyebabkan ibu dan
keluarganya kehilangan ketenangan pikiran. Kematian ibu akibat komplikasi ini
sangat jarang dan prevalensinya sekitar 0,5% [5].
Kondisi mual muntah yang terjadi pada trimester awal kehamilan, biasanya
akan berhenti karena keadaan ini bisa dikontrol dan gejalanya tidak terlalu berat.
Akan tetapi bisa berdampak pada pemenuhan kebutuhan nutrisi, sehingga
menyebabkan kekurangan cairan, berat badan menurun, kelemahan dan tidak
seimbangnya elektroloit dalam tubuh. Efek samping yang bisa diakibatkan oleh
kondisi mual muntah yang berlebihan atau hiperemisis gravidarum selain
mengancam nyawa ibu juga berdampak pada janin yang dikandung. Kejadian
abortus, bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta malforasi pada bayi baru lahir
bisa meningkat karena hiperemisis gravidarum. Mual muntah yang berlebihan
pada wanita hamil juga meningkatkan terjadinya pertumbuhan janin terhambat
(Intrauterine growth retardation/IUGR) (Ayu et al., 2017) [6].
Mual muntah yang terjadi pada kehamilan disebabkan karena terjadinya
peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh Human
Chorionic Gonadotropine (HCG) dalam serum dari plasenta. Frekuensi terjadinya
mual muntah (morning sickness) tidak hanya di pagi hari melainkan bisa terjadi di
siang bahkan hingga malam hari (Aritonang and Evanawy, 2010) [7]. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan atau keterkaitan hormon HCG
(Hormone Corionic Gonadotropin) dengan gejala mual muntah yang kerap
dialami oleh wanita hamil, yang biasanya membaik setelah trimester pertama [4].
Emesis gravidarum dapat diobati dengan terapi farmakologis, termasuk
dengan pemberian pyridoxine (B6 Vitamin) doxylamine, antiemetik, antihistamin
dan antikolinergik, obat kortikosteroid yang mempunyai efek samping sakit
kepala, mengantuk, kesemutan yang dapat membahayakan ibu dan bayi dalam
kandungan (Nainar et al., 2019). Sedangkan untuk terapi nonfarmakologis untuk
mengurangi emesis gravidarum dapat tanaman herbal, antara lain jahe dan daun
mint [8].
3. Jahe
Salah satu pengobatan botani paling populer selama kehamilan adalah jahe
(Zingiber officinale Roscoe) Jahe adalah tanaman asli Asia. Rimpang aromatiknya
digunakan sebagai bumbu, tetapi juga dalam pengobatan tradisional sejak zaman
nenek moyang. Jahe milik pharmacopoeias resmi dari berbagai negara, termasuk
Austria, Cina, Mesir, India, Inggris, Jepang, Swiss, dan Belanda. Selama sekitar
10 tahun, impor jahe di Eropa telah meningkat secara signifikan, dan banyak
makanan serta suplemen makanan telah muncul di pasaran. Sebagian besar
suplemen makanan ini didedikasikan untuk wanita hamil (Stanisiere et al., 2018)
Jahe (Zingiber officinale) adalah obat tradisional untuk mual dan muntah di
banyak budaya dan telah diteliti untuk digunakan dalam mabuk perjalanan, mual
di pagi hari, dan mual pasca operasi (Crichton et al., 2019) [6]. Dalam pengobatan
tradisional terutama di Cina, Jepang dan India jahe digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit terutama mual dan muntah selama kehamilan. Teh jahe, biskuit
jahe, kapsul jahe tersedia dalam berbagai bentuk jahe. Kapsul jahe lebih mudah
dikonsumsi untuk perut dan mengandung jahe kering, yang lebih efektif daripada
akar segarnya, memiliki sejarah panjang dalam makanan dan obat-obatan [5].
Dari berbagai studi, jahe sangat dianjurkan sebagai bahan terapi yang efektif
untuk menghilangkan dan mengurangi rasa mual dan muntah. Kejadian mual
muntah yang sering dialami oleh ibu hamil di awal kehamilan bisa dikurangi
dengan konsumsi jahe, baik pada primigravida maupun multigravida. (Stanisiere
et al., 2018) [6]. Dr. Borelli dari University of Naples Frederica di Itali
mengatakan bahwa jahe bisa menjadi terapi yang efektif untuk mengatasi mual
dan muntah-muntah dalam kehamilan. Terdapat sedikit bukti bahwa vitamin B6
dapat membantu mengurangi keparahan mual (Helen Baston, 2018) [4].
Kandungan dalam jahe (Zingiber OffIcinale) mengandung Zingiberena
(zingirona) essential minyak, zingiberol, bisabilena, kurkumen, gingerol,
flandrene, vitamin A, dan damar pahit yang dapat memblokir serotonin,
neurotransmitter yang disintesis di serotonergic neuron di sistem saraf, pusat dan
sel enterochromafin di saluran pencernaan sehingga yang dipercaya dapat
memberikan rasa nyaman di perut sehingga bisa mengatasi mual, muntah
(Ningsih et al., 2020) [8].
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya diatasi dengan pemberian terapi
farmakologi yaitu pemberian piridoksin (vitamin B6). Akan tetapi mual muntah
juga dapat diatasi secara non farmakologi atau terapi komplementer antara lain
dengan tanaman herbal atau tradisional yang bisa dilakukan dan mudah di
dapatkan seperti jahe, daun peppermint, lemon, dll. Oleh karena itu selain,
mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasi mual muntah, para ibu hamil dapat
mencoba berbagai ramuan tradisional seperti jahe dengan cara diseduh (Puspito,
2012) [7].
Jahe selain mempercepat transport gastrointestinal, juga bekerja pada
susunan saraf pusat dan sebagai anti inflamasi serta memblokir refleks muntah
karena mengandung minyak atsiri sehingga gejala muntah dan mual dapat
dikurangi sehingga kadar hormon HCG dapat menurun sebagai efek dari
berkurangnya frekuensi mual muntah setelah pemberian permen jahe (Wiraharja,
Rustam and Iskandar, 2011). Cara mengkonsumsi jahe dapat berbagai cara seperti,
wedang jahe, aromaterapi, permen jahe, kapsul dan esktrak jahe. Selain itu, dalam
konsumsinya juga dapat ditambahkan dengan madu atau sirup sebagi pemanis.
Dosis rata-rata yang dapat digunakan antara 0.5-2 gram kapsul, dan tidak boleh
melebihi 4 gram perhari. Efek samping yang terjadi adalah rasa tidak enak
dimulut, mulas, bersendawa, kembung dan mual, terutama pada sediaan jahe
bubuk (Hasanah and Biostatistika, 2014) [4].

Daftar Pustaka
[1] Prawirohardjo, Sarwono. 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
[2] Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Antenatal dapus 2 Terpadu.
2017. Kemenkes RI. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
[3] Sukarni, I dan Wahyu, P. 2017. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
[4] Bahrah & Wigunarti, M. 2022. Pengaruh Permen Jahe terhadap Frekuensi
Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester I. MANUJU: Malahayati Nursing
Journal, 4(7): 1689-1702. https://doi.org/10.33024/mnj.v4i7.6766.
[5] A, Reyhaneh., & Rezaei, M. 2022. Comparison of the Effect of Ginger
Capsule and Vitamin B6 on Nausea and Vomiting after Cesarean Section.
International Journal of New Chemistry: 44-52.
[6] Vitriani, O., Alyensi, F., & Susanti, A. 2022. Efektivitas Aroma Terapi
Peppermint dan Pemberian Sari Jahe pada Mual Muntah Ibu Hamil di PMB Siti
Julaeha Pekanbaru. JOMIS (Journal of Midwifery Science), 6(1): 47-54.
10.36341/jomis.v6i1.2042.
[7] Ningsih, D. A., Fahriani, M., Azhari, M., & Oktarina, M. 2020. Efektivitas
Pemberian Seduhan Jahe terhadap Frekuensi Emesis Gravidarum Trimester I.
Jurnal Smart Kebidanan, 7(1): 1-8. http://dx.doi.org/10.34310/sjkb.v7i1.320.
[8] Riyanti, E., Pangesti, N. A., & Naila, S. 2022. Efektivitas Jahe untuk
Mengatasi Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I: Literatur Review.
Nursing Science Journal (NSJ), 3(1): 57-65.

Link Google Drive Referensi Jurnal:


https://drive.google.com/drive/folders/
1yRU2OgHO_Kb3MhIDGmNCIGDK78fA3t4y

Anda mungkin juga menyukai