Anda di halaman 1dari 55

PROPOSAL

EFEKTIFITAS PEMBERIAN WEDANG JAHE DALAM


MENGURANGI FREKUENSI MUAL MUNTAH PADA IBU HAMIL
TRIMESTER I DI PUSKESMAS INDRASARI INDRAGIRI HULU

NAMA : SESY PALUPY RAMADHANI


NIM : 16010028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa kehamilan banyak terjadi perubahan fisiologi pada diri wanita,

perubahan itu terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa hormon, yaitu Hormon

Somatomatropin, Estrogen dan Progesteron. Pada trimester pertama

kehamilan kadar Estrogen dan Human Chorionic Gonadotropine (HCG)

meningkat sehingga dapat menimbulkan perasaan tidak enak pada perut ibu

sehingga dapat menimbulkan mual muntah pada ibu hamil (Hasnita,2010).

Gangguan yang berupa perasaan mual hingga muntah sering dialami

wanita pada pagi hari, sehingga biasa disebut dengan istilah morning sickness.

Namun pada sebagian wanita hamil kondisi ini ternyata tidak hanya terjadi

pada pagi hari saja, tetapi datang sewaktu-waktu dan bersifat tiba-tiba

(Sunanto, 2010). Morning sickness adalah suatu kondisi yang biasa muncul

mulai minggu ke-4 dan berakhir pada minggu ke-14 sampai ke-16 masa

kehamilan (Soumy, 2010). Angka kejadian Emesis Gravidarum pada Word

Health Organisation (WHO) Memperkirakan bahwa sedikitnya 14% dari

semua wanita hamil yang terkena emesis gravidarum. Menurut Depkes, (2010)

juga memperkirakan 10% wanita hamil yang terkena Emesis Gravidarum.

Angka kejadian Emesis Gravidarum di Indonesia yang Di dapatkan dari 2.203

kehamilan yang dapat di observasi secara Lengkap adalah 543 orang ibu hamil

yang terkena Emesis Gravidarum. Angka kejadian mual muntah ini terjadi

pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida (Widya, 2015).


Kejadian atau proses mual muntah terbagi menjadi tiga fase, yaitu mual

(Nuasea), muntah-muntah (Retcing), dan muntah (Vomiting). Nuasea

merupakan kebutuhan untuk segera muntah, retcing merupakan gerakan yang

ditimbulkan oleh otot perut dan dada sebelum muntah, dan vomit merupakan

pengeluaran isi lambung yang disebabkan Retroperistalsis Gastroestestinal.

Muntah di pacu oleh impuls aferen ke pusat muntah, inti sel pada medulla

oblongata kemudian Impuls diterima dari pusat muntah di medulla berupa

sinyal melalui CTZ ( chemoreceptor trigger zone) ( Wahyu, 2012). Peranan

dari pusat muntah adalah untuk mengkoordinir semua komponen komplek

yang terlibat dalam proses muntah (Saswita, 2009).

Kejadian muntah seringkali disertai gejala-gejala dan tanda vasomotorik.

Kadang-kadang kejadian mual dan muntah dirasakan sebagai sensasi tidak

enak di epigastrium, dibelakang tenggorokan dan di perut. Sensasi mual

biasanya disertai dengan berkurangnya motilitas lambung dan peningkatan

kontraksi duedenum. Kejadian mual biasanya diikuti dengan muntah, namun

kedua-duanya tidak selalu harus terjadi bersama-sama. Mual kronik dapat

terjadi tanpa adanya muntah, pada kasus-kasus muntah sentral, muntah terjadi

tanpa didahului oleh mual (Saswita, 2009). Pada wanita hamil mual muntah

akan bertambah berat dan dapat membahayakan kesehatan ibu dan

perkembangan janin yang dikandungnya. Sekitar 60-80% multigravida yang

mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 di

antara 1.000 kehamilan (Mitayani, 2011).

Mual muntah yang berlebihan disebut dengan Hiperemesis Gravidarum.

Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat
dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan

muntah yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,

hiponatremia, hipokloremia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya

menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan

dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik (Mitayani, 2011). Menurut WHO

jumlah kejadian hiperemesis gravidarum mencapai 12,5% dari seluruh jumlah

kehamilan di dunia (Depkes RI, 2013).

Apabila Emesis gravidarum tidak di atasi sedini mungkin, maka dapat

menjadi lebih berat dan dapat mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan

janin dalam kandungan. Maka setiap wanita harus selalu memperhatikan

kesehatannya dan melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan.

Melakukan pengobatan apabila mual muntah mengganggu aktivitas wanita.

Karena hampir setengah dari seluruh wanita hamil merasakan gejala mual

hingga muntah ( Soumy, 2010). Rasa mual dan muntah pada awal kehamilan

dapat di kurangi dengan menggunakan terapi komplementer antara lain

dengan tanaman herbal atau tradisional yang bisa dilakukan dan mudah di

dapatkan seperti jahe, daun peppermint, lemon, dll (Ira, 2012).

Dalam penelitian yang berjudul “Ginger For Nause and Vomiting in

pregnancy : randomized, Double-Masked, Placebo-Controlled Tiad”

menegaskan bahwa jahe lebih hebat dibandingkan dimenhydrinat dalam

mengurangi gejala mual muntah. Riset yang dilakukan oleh Vutyavanich

tahun 2001 dari Universitas Chiang Mai di Thailand membuktikan keefektifan

khasiat jahe pada ibu hamil dalam mengatasi mual muntah. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pemberian intervensi pada kelompok yang diberikan


tablet jahe pada umumnya mengalami penurunan mual muntah dibandingkan

kelompok yang tidak diberikan tablet Jahe (Vutyavanich, et al ,2001).

Selain itu dalam penelitian yang berjudul “Efektivitas Pemberian Wedang

Jahe (Zingiber Officinale Varietas Rubrum) Terhadap Penurunan Emesis

Gravidarum Pada Trimester Pertama” menegaskan bahwa jahe sangat efektif

pada penggunaan antiemetik untuk mencegah Emesis Gravidarum pada

kehamilan. Hasil penelitian adanya penurunan frekuensi Emesis Gravidarum

sebelum dan sesudah diberikan wedang jahe (Hasanna, 2013).

Selama ribuan tahun dan riset modern mengatakan untuk meredakan

ketidaknyaman pada perut dapat meminum teh jahe atau minum suplemen

jahe yang sama efektifnya (Oetomo, 2006). Menurut Budhawaar (2006),

dalam bukunya yang berjudul “khasiat rahasia jahe dan kunyit” menjelaskan

bahwa jahe atau gingerol merupakan senyawa paling utama dan telah terbukti

memiliki aktivitas antiemetik (antimuntah) yang efektif menurunkan kerja dari

metoklopamid yakni senyawa penginduksi mual muntah. Disamping dapat

mengendalikan muntah dengan meningkatkan gerakan peristaltik usus (Eka,

2016).

Berdasarkan pengamatan data awal penelitian di Puskesmas Indrasari

Indragiri Hulu, pada tanggal 14 januari 2017 di dapatkan jumlah ibu hamil

trimester pertama sebanyak 35 ibu hamil. Sebanyak 30 ibu hamil (85%)

mengalami Emesis Gravidarum. Ibu hamil yang mengalami Emesis

Gravidarum, pengobatan yang dilakukan beberapa ibu hamil untuk

mengurangi mual muntah adalah di diamkan saja, istirahat


dan ada yang berobat kebidan untuk mendapatkan obat yang bertujuan

mengurangi mual muntah.

Dampak yang dapat ditimbulkan apa bila mual muntah pada ibu hamil

tidak di atasi adalah, ibu bisa mengalami Hiperemesis Gravidarum, yaitu mual

muntah yang berlebihan yang dapat mengganggu aktivitas ibu hamil.

Dari data ditarik kesimpulan bahawa angka kejadian Emesis Gravidarum

pada trimester pertama menunjukkan presentase yang cukup tinggi dan

gangguan ini menyebabkan ketidaknyamanan wanita selama kehamilan.

B. Rumusan Masalah

Pada trimester pertama kemungkinan besar wanita akan mengalami mual-

mual dengan atau tanpa muntah. Gejala ini di mulai sekitar minggu ke enam

kehamilan dan biasanya menurun drastis di akhir trimester pertama (sekitar

minggu ke-13). Perubahan saluran cerna dan peningkatan kadar Human

Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam darah menimbulkan beberapa keluhan

yang membuat ibu merasa tidak nyaman saat kehamilan, diantaranya mual dan

muntah.

Apabila emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I tidak di atasi

dengan baik, maka akan berdampak buruk pada ibu. Dimana emesis

gravidarum dapat meningkat menjadi Hiperemesis Gravidarum.

Jahe merupakan tanaman jenis rimpang yang sejak dulu digunakan

manusia sebagai bahan rempah dan obat-obatan. Kandungan jahe sangat

efektif sebagai antiemetik untuk mencegah mual muntah dalam kehamilan.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Belum

diketahuianya efektivitas wedang jahe terhadap penurunan Emesis


Gravidarum pada ibu hamil trimester pertama di Puakesmas Indra Sari Indra

giri Hulu”. Berdasarkan hal tersebut maka

pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini tentang

“Efektivitas Pemberian Wedang Jahe Terhadap Penurunan Emesis

Gravidarum ( Mual muntah ) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Indra Sari

Indragiri Hulu.

C. Tujuan Penelitian.

1. Tujuan Umum

Menganalisis Efektivitas Pemberian Wedang Jahe Terhadap

Penurunan Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester Pertama Di

Puskesmas Indra Sari Indragiri Hulu.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Emesis Gravidarum sebelum diberi wedang jahe pada

ibu hamil trimester pertama pada kelompok intervensi.

b. Mengetahui Emesis Gravidarum sesudah diberi wedang jahe pada ibu

hamil trimester pertama pada kelompok intervensi.

c. Mengetahui Emesis Gravidarum sebelum diberi intervensi pada ibu

hamil trimester pertama pada kelompok kontrol.

d. Mengetahui Emesis Gravidarum sesudah diberi intervensi pada ibu

hamil trimester pertama pada kelompok kontrol.

e. Mengetahui perbedaan rata-rata Emesis Gravidarum sebelum dan

sesudah diberi wedang jahe pada ibu hamil trimester pertama pada

kelompok intervensi.
f. Mengetahui perbedaan rata-rata Emesis Gravidarum sebelum dan

sesudah intervesi pada ibu hamil trimester pertama pada kelompok

kontrol

g. Mengetahui perbedaan beda rata-rata Emesis Gravidarum pada ibu

hamil trimester pertama antara kelompok intervensi dengan

kelompok kontrol.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan.

1. Kehamilan.

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi (Sarwono, 2009,

p.213).

Di tinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 bagian yaitu


a. Kehamilan trimester I (antara 0-12 minggu)
b. Kehamilan trimester II (antara 13-27 minggu)
c. Kehamilan trimester III (antara 28-40 minggu)

2. Tanda-Tanda Kehamilan

Agar dapat mendiagnosa seorang wanita hamil atau tidak, maka


seorang tenaga kesehatan perlu mengenal tanda-tanda kehamilan. Tanda-
tanda kehamilan dapat dibagi dalam 3 golongan (Hasnita, 2012, p.58).
a. Tanda Pasti Hamil
1) Gerakan Janin
a) Pada primi Gravida janin dirasakan ibu pada usia kehamilan
18 minggu.
b) Pada multi Gravida janin dirasakan ibu pada usia kehamilan
16 minggu.
c) Petugas / pemeriksa dapat meraba gerakan janin pada
kehamilan 20 minggu.
2) Dapat didengar Denyut Jantung Janin
a) Dengan stetoskop Laenec pada kehamilan 18 – 20 minggu.
b) Dengan Doppler pada kehamilan 12 minggu.
c) Dicatat dengan Fero Electro Cardiogram.
3) Terlihat rangka janin dengan RO foto dan bayangan janin dengan
USG.
b. Tanda Tidak Pasti Hamil
1) Amenorea
2) Mual-muntah
3) Mengidam
4) Tidak tahan bau-bauan
5) Pingsan
6) Tidak ada selera makan
7) Lelah
8) Miksi ringan
9) Konstipasi
10) Pigmentasi pada kulit
11) Epulis
12) Varices
c. Tanda Mungkin Hamil
1) Perut membesar
2) Uterus membesar
3) Tanda Hegar : pelembutan pada isthmus uteri.
4) Tanda Chadwick: perubahan warna menjadi kebiruan pada vulva-
vagina termasuk servik.
5) Tanda Goodell’s : pelembutan pada serviks dari keadaan tidak
hamil seperti cuping hidung menjadi selembut bibir / daun telinga.
6) Tanda Piskacek : uterus tempat nidasi tumbuh lebih cepat,
sehingga pertumbuhan uterus tidak beraturan.
7) Braxton Hicks : kontraksi-kontraksi kecil sejak kehamilan 6/8
minggu dan tidak menyakitkan
8) Teraba Ballotement : pengapungan.
9) Reaksi kehamilan positif.
3. Perubahan Anatomi, Fisologi Masa Kehamilan
a. Perubahan Tiap Trimester
1) Trimester I
a) Adanya spooting.
b) Setelah terlambat satu kali menstruasi, nyeri dan pembesaran
payudara, rasa kelelahan, sering BAK, morning sickness
mulai minggu ke 8-12.
c) Setelah 12 minggu Fundus dirasakan diatas sympisis.
d) Kenaikan BB 1-2 kg selama trimester I.
2) Trimester II
a) Uterus akan terus tumbuh
b) Setelah 16 minggu uterus setengah antara sympisis dan pusat
c) Berat badan semakin bertambah
d) Ibu merasa punya energi
e) Pada 20 minggu fundus mulai dekat dengan pusat
f) Payudara mulai mengeluarkan kolostrum
g) Ibu merasakan gerakan bayinya
h) Mulai adanya perubahan pada kulit : cloasma, striae
gravidarum dan linea nigra.
3) Trimester III
a) Pada minggu 28 TFU setengah pusat dengan PX
b) Payudara penuh dan lunak
c) Sering kencing kembali
d) Pada kehamilan 36/38 bagian terbawah masuk ke PAP
e) Sakit punggung
f) Susah tidur
g) Kontraksi Braxton Hiicks meningkat
(Hasnita, 2012, p. 26)
b. Perubahan Pada Sistem Reproduksi
1) Uterus
a) Uterus bertambah besar, dari beratnya 30 gram menjadi 1000
gram. Pembesaran ini disebabkan oleh hypertrofi dari otot-
otot rahim
b) Pembesaran rahim tidak sama ke semua arah, tetapi terjadi
pertumbuan yang cepat di daerah plasenta, sehingga rahim
bentuknya tidak sama yang disebut “Tanda piskacek”.
c) Tuanya Kehamilan dan Tinggi Fundus Uteri
(1) Akhir bulan III (12 minggu) Fundus uteri 1-2 jari di atas
sympisis.
(2) Akhir bulan IV (16 minggu) pertengahan antara
symphisis ke pusat.
(3) Akhir bulan V (20 minggu) 3 jari dibawah pusat.
(4) Akhir bulan VI (24 minggu) setinggi pusat.
(5) Akhir VII (28 minggu) 3 jari diatas pusat.
(6) Akhir VIII ( 32 minggu) pertengahan antara pusat ke PX.
(7) Akhir IX (36 minggu) 3 jari dibawah PX.
(8) Akhir X (40 minggu) pertengahan antara PX dengan
pusat.

Gambar 2.1. Tinggi Fundus pada Masa Kehamilan


Sumber : Kostania, Gita, 2013
2) Serviks Uteri
a) Perubahan yang penting pada serviks dalam kehamilan ialah
menjadi lunaknya serviks.
b) Sebab-sebab perlunakan pada serviks ialah karena pembuluh
darah dalam serviks bertambah dan karena timbulnya oedema
dari serviks dan hyperplapsia kelenjar-kelenjar serviks.
3) Vagina
Pembuluh darah di dinding vagina bertambah, hingga warna
selaput lendirnya membiru (Tanda Chadwick).
4) Dinding Perut
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robeknya serabut elastis dibawah kulit, maka
timbulah striae gravidarum.
Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya
disebut linea nigra.
5) Payudara
a) Buah dada biasanya membesar dalam kehamilan disebabkan
hypertrofi dari alveoli.
b) Pembesaran yang terjadi untuk persiapan pemberian ASI pada
laktasi
c) Hormon yang berpengaruh pada proses laktasi :
(1) Estrogen
(2) Progesteron
(3) Somatomatropin
(4) PIH
c. Perubahan pada Organ dan Sistem Lainnya.
1) Sistem Sirkulasi Darah
a) Selama kehamilan volume darah ibu semakin meningkat, dan
bertambah besar sekitar 25 % dengan puncak kehamilan 32
minggu.
b) Terjadi juga hemodilusi (pencairan) menyebabkan anemia
fisiologis dalam kehamilan.
c) Kadar Hb pada ibu hamil :
(1) Hb >11 gr% : Normal
(2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
(3) Hb 7-8 gr% : Anemia sedang
(4) Hb <7 gr% : Anemia berat
2) Sistem Pernapasan
a) Terjadi perubahan pada volume dan ventilasi. Perubahan ini
diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan
kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin.
b) Peningkatan volume sampai 40%.
3) Sistem Pencernaan
a) Bulan pertama adanya perasaan tida enak karena kadar estrogen
dan HCG meningkat.
b) Peningkatan produksi progesteron menyebabkan hilangnya
tonus otot dan turunya peristaltik menyebabkan konstipasi pada
bumil.
4) Traktus Urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi
pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing.
5) Berat Badan Ibu Hamil
Wanita yang hamil bertambah berat:
a) Triwulan pertama pertambahan berat + 1 kg
b) Triwulan kedua pertambahan berat + 5 kg
c) Triwulan ketiga pertambahan berat + 5,5 kg

4. Keluhan-keluhan Ibu Hamil Trimester 1

a. Nyeri Epigastrik (Ulu hati)


Nyeri ulu hati biasanya terjadi karena peningkatan hormon
estrogen dan progesteron sehingga motilitas otot polos gastrointestinal
menurun (GI), terjadi peningkatan asam lambung yang akhirnya
menyebabkan ulkus dan nyeri epigastrik (ulu hati).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan ibu
hamil trimester pertama nyeri epigastrik adalah sebagai berikut :
1) Anjurkan ibu untuk menghindari makanan keras yang susah
dicerna.
2) Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering (porsi kecil
5-6 kali sehari).
3) Anjurkan ibu untuk menghindari makanan yang merangsang,
seperti pedas, lemak dan mengandung gas.
4) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin B kompleks, sedatif
jika perlu.
b. Rasa Mual dan Muntah (Morning Sickness)
Ini terjadi pada bulan pertama kehamilan, timbul pada pagi hari
yaitu saat perut kosong. Penyebabnya belum diketahui secara pasti,
kemungkinan akibat dari perubahan hormonal. Rasa mual dan muntah
ini dapat kita jumpai pada 50-70% kehamilan.
Penangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan ibu hamil
trimester pertama adalah sebagai berikut :
1) Anjurkan ibu untuk menghindari perut kosong atau perut dalam
keadaan penuh/kenyang.
2) Anjurkan ibu untuk menghindari rangsangan berupa bau-bauan.
3) Anjurkan ibu untuk menghentikan kebiasaan merokok.
4) Anjurkan ibu untuk makan makanan kering yang mengandung
karbohidrat sebelum bangun dari tempat tidur dan tetap di tempat
tidur hingga tenang.
c. Mengidam
Peningkatan asupan kalori terjadi karena perubahan psikologis
selama kehamilan. Mengidam sering terjadi pada bulan pertama, akan
tetapi menghilang dengan semakin tuanya kehamilan.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan ibu
hamil tersebut adalah sebagai berikut :
1) Berikan nasehat agar makan seimbang agar kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
2) Berikan pengawasan pada ibu untuk jenis makanan yang tidak
merugikan secara ketat.
3) Berikan asupan protein yang cukup.
4) Berikan suplai zat besi dan vitamin yang cukup.
d. Gangguan Berkemih
Biasanya pada bulan pertama kehamilan ibu merasa ingin selalu
buang air kecil. Ini terjadi karena kandung kemih tertekan oleh uterus
yang mulai membesar. Selain itu, juga dipengaruhi oleh hormon
aldosteron yang dapat meningkatkan vaskularisasi pembuluh darah.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan ibu
hamil tersebut adalah sebagai berikut :
1) Anjurkan ibu untuk mengurangi minum sesaat akan tidur, agar
istirahat tidak terganggu.
2) Anjurkan ibu untuk melakukan latihan kegel untuk kekuatan otot
pubis.
3) Bila ada keluhan saat BAK, maka segera rujuk ke dokter,
gunakan pembalut jika perlu.
4) Tentramkan hati ibu dengan memberikan penjalasan bahwa
keadaan ini adalah fisiologis.
e. Obstipasi
Kesulitan BAB yang dialami oleh ibu hamil disebabkan oleh
kekuatan otot traktus digestivus menurun akibat pengaruh hormon
progesteron yang mengakibatkan motilitas saluran pencernaan
berkurang. Feces yang lebih lama di usus menyebabkan absorbsi air
meningkat dan terjadi pengeringan dari feces serta penekanan uterus
terhadap kolon dan rektum.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Anjurkan ibu untuk minum + 6 gelas sehari.
2) Anjurkan ibu untuk diet mengandung tinggi serat.
3) Anjurkan ibu untuk lakukan latihan ringan.
4) Tidak boleh memberikan obat-obat yang mengandung laktasif.
5) Berikan penjelasan keadaan yang sedang dialami.
f. Epulis
Epulis merupakan keadaan hipertropi dan hiperemis pada gusi.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Berikan penjelasan bahwa hal ini adalah normal pada setiap
kehamilan akan berhenti secara spontan sebelum melahirkan.
2) Lakukan perawatan gigi dan mulut yang baik. Anjurkan ibu
untuk menggunakan sikat yang lembut dan kumur air hangat.
3) Anjurkan ibu untuk mengontrol gigi dengan teratur.
4) Anjurkan ibu untuk makan makanan yang seimbang,
meningkatkan asupan buah-buahan segar dan cairan.
5) Anjurkan ibu untuk memotong makanan yang keras dalam
bentuk yang kecil.
6) Segera rujuk ibu dengan gangguan gigi serius.
g. Varices
Timbulnya varices dipengaruhi oleh faktor keturunan dalam masa
kehamilan selain itu juga faktor hormonal seperti bendungan vena
dalam panggul. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keluhan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan ibu untuk menghindari bekerja sambil berdiri terlalu
lama.
2) Anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan pakaian yang
terlalu ketat.
3) Anjurkan ibu untuk meninggikan kaki dan menghindari
menggantung tungkai sewaktu istirahat.
4) Anjurkan ibu untuk menggunakan stoking.
h. Flour Albus Meningkat
Flour albus meningkat karena serviks dirangsang oleh hormon
estrogen dan progesteron sehingga menjadi hipertropi dan hiperaktif
serta mengeluarkan banyak mukosa. Umumnya peningkatan cairan
dalam vagina pada kehamilan tanpa sebab patologis dan sering tidak
menimbulkan keluhan. Penanganan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi keluhan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan vulva dan pakaian
dalam.
2) Anjurkan ibu untuk menggunakan pembalut wanita.
3) Rujuk ke dokter bila pengeluaran cairtan berlebihan dan
menyebabkan rasa gatal.
i. Mudah lelah, Malaise dan Fatique
Tidak diketahui penyebabnya dengan jelas, mungkin adanya
peningkatan estrogen dan progesteron, peningkatan HCG, dan asupan
nutrisi yang kurang. Penanganan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi keluhan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Cegah terjadinya anemia.
2) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
3) Anjurkan ibu untuk meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian roboransia.

B. Emesis Gravidarum

1. Pengertian

Emesis Gravidarum adalah keluhan umum yang disampaikan pada

kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan

hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormon esterogen,

progesteron dan dikeluarkannya hormone chorionic gonadothropin

plasenta. Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis

gravidarum (Ummi, 2013). Sedangkan menurut Dorland (2002) Emesis

Gravidarum yaitu muntah-muntah pada kehamilan, keadaan ini biasanya

didahului rasa mual.


Mual dan muntah pada ibu hamil biasa muncul mulai minggu ke-4

dan berakhir pada minggu ke-14 sampai ke-16 masa kehamilan (Soumy,

Ana, 2010, p; 71).

Emesis gravidarum merupakan keluhan umum pada kehamilan muda.

Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita

karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan

pengeluaran human chorionic gonadotroin plasenta (Chandranita, 2009 ).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Emesis Gravidarum

Terjadinya emesis gravidarum pada awal kehamilan disebabkan

oleh beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu :

a. Hormonal

Selama kehamilan mual dan muntah biasanya disebabkan oleh

perubahan hormon-hormon kehamilan seperti hormon HCG (Human

Chorionic Gonadotrophin) yang dihasilkan dalam aliran darah untuk

menjaga persediaan estrogen dan progesteron (Tiran, 2009).

Pada kehamilan normal kadar HCG mengalami peningkatan

setelah implantasi dan mencapai puncaknya pada minggu ke 9-12

(kurang lebih 100.00 mIU/mL dan akan mempengaruhi sistem

pencernaan sehingga terjadi kekenduran jaringan otot dan

menyebabkan pencernaan menjadi kurang efisien seperti menurunnya

daya cerna dan peristaltik usus dengan disertai peningkatan asam

lambung dan menurunnya selera makan (Winkjosastro, 2009).

Hormon ini juga dapat menyebabkan hilangnya gula dalam darah

yang dapat menimbulkan perasaan sangat lapar (Kriebs, 2010).


Apabila lambung kosong ditambah lagi terjadinya peningkatan asam

lambung, maka hal inilah yang memperberat keadaan mual muntah ibu

(Tiran, 2009).

b. Faktor Psikososial

Diagnosis kehamilan sering diperkuat oleh hasil dari kecurigaan

yang dipicu oleh keadaan mual dan muntah, tanpa adanya etiologi lain.

Mengetahui akan menjadi orang tua menyebabkan konflik emosi,

termasuk kegembiraan dan penantian, kecemasan tentang kesehatan

ibu dan bayi serta khawatir tentang pekerjaan, keuangan, atau

hubungan dengan suami (Tiran, 2009).

Seringkali ada perasaan tentang ambivalen terhadap kehamilan dan

bayi, dan pada beberapa wanita hal ini mungkin membuat mereka

sedih karena sebentar lagi mereka akan kehilangan kebebasan mereka.

Mungkin ada gangguan persepsi, ketidakpercayaan mengenai

ketakutan nyata akan meningkatnya tanggung jawab Masalah

psikologis dapat memprediksi beberapa wanita untuk mengalami mual

dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah

ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala “normal”

(Tiran, 2009).

Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak

diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial akan

menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi, dan konflik. Wanita

yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan, rentan terhadap

masalah dengan distress emosional menambah ketidaknyamanan fisik.


Syok dan adaptasi yang dibutuhkan jika kehamilan ditemukan kembar,

atau kehamilan terjadi dalam waktu berdekatan, juga dapat menjadi

faktor emosional yang mebuat mual dan muntah menjadi lebih berat

(Tiran, 2009).

c. Masalah Okupasional dan Ekonomi

Pekerjaan ke tempat kerja yang mungkin terburu-buru di pagi hari

tanpa waktu yang cukup untuk sarapan dapat menyebabkan mual dan

muntah. Tergantung pada sifat pekerjaan wanita, aroma, zat kimia,

atau lingkungan dapat menambah rasa mual wanita dan menyebabkan

mereka muntah (Tiran, 2009).

Sebagian besar pasangan memerlukan dua sumber penghasilan

untuk memberikan standar kehidupan kehidupan yang dapat diterima.

Penekanan pada kemampuan produktivitas secara komersial di

industri tidak memfasilitasi wanita yang mungkin bekerja kurang dari

100% dari efisiensi dan efektivitas normal mereka Keletihan mungkin

dapat diperburuk oleh jam kerja yang panjang dan perjalanan dari

tempat kerja, dan hubungan positif antara keparahan mual dan muntah

dengan intensitas keletihan telah terbukti memperburuk situasi (Tiran,

2009). menurut Chittuma (2007) mual dan muntah sering kali terjadi

pada wanita hamil yang berada diantara keluarga atau dalam rutinitas

kerja.
3. Gejala Emesis Gravidarum

Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala pusing terutama

pada pagi hari, disertai mual dan muntah sampai kehamilan berusia 4

bulan (Chandranita, , 2009,p; 42).

4. Mekanisme Mual Muntah

Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari

meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan pada kehamilan muda.

Pengaruh fisiologis hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari

sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.

Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian

mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan (Rahmat, 2012).

Mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus

dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan

alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala- gejala ini hanya

terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologis merupakan

faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Dimana Peningkatan HCG

yang cepat pada trimester 1 kehamilan memicu bagian otak yang

mengontrol mual dan muntah. Muntah terjadi bila terdapat rangsangan

pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla

berdekatan dengan pusat pernafasan atau biasa disebut CTZ

(Chemoreceptor Trigger Zone) di area postrema pada lantai ventrikel

keempat susunan saraf. Banyak stimulus bekerja langsung pada pusat

muntah atau zona pemicu kemoreseptor. Pusat muntah menerima asupan

impuls dari pusat otak yang lebih tinggi, zona pemicu kemoreseptor,
organ vestibularis pada telinga dalam dan seluruh tubuh lewat system

saraf otonom (Rahmat, 2012).

Pada keadaan ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan

lemak habis terpakai untuk keperluan energi, karena oksidasi lemak yang

tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-

asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan

yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi,

sehingga cairan ektraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida

darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi

menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan

berkurang (Rahmat, 2012).

Mekanisme mual muntah merupakan rantai panjang yang

dikendalikan oleh keseimbangan antara dopamin, serotonin, histamin dan

asetilkolin (Chandranita, 2009,p; 44-45). Dapat dilihat pada Gambar 2.2


Otak bagian tengah : Meningkatnya reseptor kimia karena Sistem bau :
ingatan terhadap kehamilan : 1. Berbagai bau
rangsangan kurang 1. Perubahan hormon 2. Suara
baik 2. Psikologis 3. Posisi duduk
3. Lingkungan
4. Tanggapan terhadap kehamilan,dsb

Sistem viseral: Sistem keseimbangan :


1. Infeksi bakteri 1. Mobil, udara, laut
2. Helcobacter pylori 2. Keseimbangan
3. Infeksi virus berkaitan dengan mata

Pengeluara histamin
dan asetolkolin

Pengeluaran dopamin Mengeluarkan


dan serotonin Pusat muntah serotonin
1. Pusat saliva
2. Pusat vasomotor
3. Pusat pernapasan
4. Nervus kranial

Nervus spinalis Nervus frenikus Nervus vagus

Dinding abdomen Diafragma Lambung-esofagus

Terjadi mual dan muntah


(kontraksi bersama)

Gambar 2.2. Mekanisme Mual dan Muntah


Sumber: Chandranita, Ida Ayu, dkk, 2009

5. Cara Mengatasi Emesis Gravidarum

Menurut Sunanto, Agus (2010), tips untuk meringankan mual dan

muntah yaitu :

a. Usahakan perut selalu terisi, jangan sampai dalam keadaan kosong.


b. Makanlah dalam porsi kecil, namun sering.

c. Untuk meringankan mual pada pagi hari : sebelum beranjak dari

tempat tidur, isilah perut dengan sedikit makanan ringan. Tunggulah

beberapa saat, hingga makan tersebut dicerna.

d. Minumlah air putih dalam jumlah yang cukup.

e. Perbanyaklah konsumsi protein.

f. Jangan mengkonsumsi makanan yang berlemak atau gorengan.

g. Jangan mengkonsumsi zat besi (tablet Fe) pada trimester pertama.

h. Hindari stres dan kelelahan.

i. Perbanyak istirahat.

(Sunanto, Agus, 2010)

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan ibu

hamil trimester pertama adalah sebagai berikut :

a. Anjurkan ibu untuk menghindari perut kosong atau perut dalam

keadaan penuh/kenyang.

b. Anjurkan ibu untuk menghindari rangsangan berupa bau-bauan.

c. Anjurkan ibu untuk menghentikan kebiasaan merokok.

d. Anjurkan ibu untuk makan makanan kering yang mengandung

karbohidrat sebelum bangun dan tetap di tempat tidur hingga tenang

(Hutahaean, 2013)

6. Pengobatan Emesis Gravidarum

a. Pengobatan Farmakologis.

Pengobatan farmokologis yang dapat diberikan pada ibu emesis

gravidarum adalah
1) Vitamin B6 10-25 mg sehari, 3-4 kali sehari.

2) Doksilamin 12,5 mg, 3-4 kali sehari.

3) Metoclopramide 5-10 mg diminum setiap 8 jam, dapat digunakan

selanjutnya.

(Nyomanminarni, 2013).

Menurut Bagus, Ida Gde, pengobatan pada Emesis Gravidarum

1) Vitamin

a) Vitamin B kompleks

b) Mediamer B6, sebagai vitamin dan antimuntah

2) Pengobatan

a) Sedativa ringan : luminal 3x 30 mg (barbiturat), valium.

b) Anti mual – muntah: stimetil, primperan, emetrol, dan

lainnya.

b. Pengobatan Non Farmakologis.

Makanan tradisional yang dapat mengurangi mual muntah

adalah makanan ringan serta soda. Jahe juga efektif untuk melawan

penyakit sistem reproduksi dan pencernaan karena merangsang

sirkulasi dan mendukung suplai darah yang baik untuk organ-organ

reproduksi dan pencernaan. Sedangan teh jahe dan susu adalah obat

yang bagus untuk mual dan muntah (Sakri, 2015, p.54).

7. Pengukuran Emesis Gravidarum

Ada beberapa alat pengukuran yang dapat digunakan untuk menilai

satu atau lebih komponen dari mual dan muntah. beberapa alat untuk

mengukur komponen tunggal dari mual dan muntah. instrumen mungkin


melibatkan cheklists, timbangan analog visual, wawancara pasien, atau

skala likert, hampir semua melibatkan diri dan laporan oleh pasien. alat

yang paling umum digunakan dengan keandalan dan validitas direproduksi

dalam studi penelitian ditunjukkan pada tabel. 2.1 (Ferrell, 2015, p; 179).

Tabel 2.1 Alat Untuk Mengukur Mual Muntah

No Intrument Jenis Reliabilitas / validitas


1 Visual Analogue Scales 100 baris mm, dengan keandalan merupakan
(VAS) deskriptor jangkar di suatu kekuatan
setiap akhir
2 1. Morrow assessment 1. 16 item likers test/retest reliability
of nausea and scale 0,61-0,78
emesis (MANE) 2. 8 item, likert scale split - half reliability
2. Rhodes index of 0,83-0,99
nausea and cronbach's alpha 0,98
vomiting form 2 construct validity 0,87
(INV-2)
3 Functional living index 18 item, likert scale konten dan kriteria
emesis (FLIE) validitas konsistensi
internal
Sumber : Ferrell, Betty R, 2015, p; 179

Dalam mengukur mual muntah pada ibu Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini yakni RINVR (Rhodes Index of Nausea Vomiting and

Retching). RINVR adalah alat untuk mengukur mual muntah yang dinilai

dari durasi mual, frekuensi mual, stress akibat mual, frekuensi muntah,

volume muntah yang diukur dengan menggunakan gelas ukur (Apriany,

2010). Bentuk RINVR dapat dilihat dalam tabel 2.2 (Rhode dan Mc

Daniel 2004).
Tabel 2.2. Rhodes Indeks Mual, Muntah

No Pernyataan Nilai Petunjuk penilaian


1 Dalam 12 jam 0 Ibu tidak muntah
terakhir, ibu 1 Ibu Muntah Sebanyak 1-2 kali
mengalami muntah 2 Ibu Muntah Sebanyak 3-4 kali
sebanyak...... kali 3 Ibu Muntah Sebanyak 5-6 kali
4 Ibu Muntah Sebanyak 7x/lebih
2 Dalam 12 jam Tidak ada, ditandai dengan tidak terjadi
terakhir ibu 0 perubahan pada diri ibu dan ibu tampak
mengalami muntah ceria
dan sesak napas, Ringan, ditandai dengan terjadinya
1
penderitaan apa perubahan pada diri ibu (ibu kurang ceria)
yang ibu rasakan ..... Sedang, ditandai dengan terjadi perubahan
2 pada diri ibu, ibu tampak sangat lemah,
wajah ibu tidak ceria lagi.
Berat, ditandai dengan ibu tampak sangat
3 lemah, wajahnya murung dan tampak
sedih
Parah, ditandai dengan adanya perubahan
besar pada kondisi ibu, ibu menjadi sangat
4 lemah, wajah tampak sedih bahkan sampai
meneteskan air mata

3 Akibat muntah 0 Tidak Ada


dalam 12 jam 1 Ringan, ditandai dengan ibu tampak lemah
terakhir, penderitaan Sedang, ditandai dengan ibu tampak lemah
apa yang ibu 2
dan lidah ibu kering
rasakan ..... Berat, ditandai dengan ditandai dengan
3 ibu tampak lelah, lidah ibu kering dan
mata ibu cekung
Parah, ditandai dengan ibu tampak sangat
4 lemah, lidah ibu kering, mata ibu cekung
dan turgor kulit kurang
4 Dalam 12 jam 0 Tidak merasakan mual
terakhir, berapa lama Apabila ibu merasakan mual selama < 1
1
ibu merasakan mual Jam
Apabila ibu merasakan mual selama 2-3
2
Jam
Apabila ibu merasakan mual selama 4-6
3
Jam
Apabila ibu merasakan mual lebih dari 6
4
Jam
5 Dalam 12 jam Tidak Ada, ditandai dengan tidak terjadi
0
terakhir, setiap kali perubahan pada diri ibu
mual, penderitaan 1 Ringan, ditandai dengan ibu merasa lelah
apa yang ibu 2 Sedang, ditandai dengan hilangnya selera
rasakan..... makan ibu tetapi kebiasaan makan ibu
tidak berubah
Berat, ditandai dengan hilangnya selera
3 makan ibu dan terjadi perubahan
kebiasaan makan ibu dan ibu tampak lelah
Parah, ditandai dengan hilangnya selera
4 makan ibu sampai ibu tidak mau makan
dan ibu tampak sangat lelah
6 Dalam 12 jam 0 Apabila ibu tidak mengeluarkan apa-apa
terakhir, setiap ibu Apabila ibu mengeluarkan muntah
1
muntah, berapa sebanyak ½ gelas (110 cc)
banyak jumlah Apabila ibu mengeluarkan muntah
2
muntah yang ibu sebanyak ½ - 2 gelas (110 – 440 cc)
keluarkan... Apabila ibu mengeluarkan muntah
3
sebanyak 2-3 gelas (440 – 660 cc)
Apabila ibu mengeluarkan muntah
4
sebanyak 3 gelas atau lebih ( > 660 cc)
7 Dalam 12 jam 0 Jika ibu tidak merasakan mual
terakhir, ibu merasa 1 Jika ibu merasa mual sebanyak 1-2 kali
mual sebanyak..... 2 Jika ibu merasa mual sebanyak 3-4 kali
kali 3 Jika ibu merasa mual sebanyak 5-6 kali
Jika ibu merasa mual sebanyak 7 kali atau
4
Lebih
8 Dalam 12 jam 0 Tidak Ada
terakhir, ibu Jika ibu mengalami muntah berat dan
1
mengalami muntah sesak napas sebanyak 1-2 kali.
berat dan sesak Jika ibu mengalami muntah berat dan
napas tanpa 2
sesak napas sebanyak 3-4 kali
mengeluarkan Jika ibu mengalami muntah berat dan
makanan 3
sesak napas sebanyak 5-6 kali
sebanyak.... kali Jika ibu mengalami muntah berat dan
4 sesak napas sebanyak 7 kali atau lebih
Sumber : Copyright 1996, curators of missouri, Verna S. Rhodes , RN, Eds, FAAN

Skala RINVR terdiri dari 8 pertanyaan yaitu 3 pertanyaan untuk

mengukur mual, 5 pertanyaan untuk mengukur muntah. Kuesioner mual

muntah terdiri dari 8 pertanyaan yaitu pertanyaan nomer 4,5,7 untuk

mengukur mual dan pertanyaan nomer 1,2,3,6 dan 8 untuk mengukur

muntah. Nilai tertingginya yakni 32 dan nilai terendahnya yakni 0. Tidak

mual muntah (0), mual muntah ringan (1-8), mual muntah sedang (9-16),
mual muntah berat (17-24) dan mual muntah parah (25-32) (Apriany,

2010).

C. Jahe

1. Pengertian Jahe

Jahe (Zingiber Officinal Rose) merupakan tanaman rempah yang

dimanfaatkan sebagai minuman atau campuran pada bahan pangan. Rasa

jahe yang pedas bila dibuat minuman memberikan sensasi sebagai pelega

dan penyegar tenggorokan (Setyaningrum, 2013, p : 6).

Jahe (Zingiber Officinal Rose) adalah salah satu bumbu dapur yang

sudah lama dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Pemakaian jahe sebagai

tanaman obat semakin berkembang dengan pesat seiring dengan mulai

berkembangnya pemakaian bahan-bahan alami untuk pengobatan (Lentera,

2013, p; 1).

Rimpang jahe juga berkhasiat sebagai obat selain sebagai penyedap

makanan/minuman. Jahe banyak dimanfaatkan untuk asupan makanan,

industri makanan/minuman atau bahan obat. Oleh karena itu, rimpang jahe

banyak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Setyaningrum, ,

2013,p; 6).

2. Klasifikasi Jahe

Jahe adalah tanaman rimpang biasa disebut sebagai rempah-rempah

dan bahan obat. Rimpang jahe ada yang berbentuk sebagai jemari yang

menggembung di ruas-ruas tengah. Adanya rasa pedas yang ditimbulkan

oleh jahe cukup dominan dan disebabkan senyawa keton “Zingeron”

(Setyaningrum, 2013,).
Klasifikasi jahe di golongkan sebagai berikut :

Filum : Plantae

Ordo : Zingiberelas

Familia : Zingiberacea

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber Officinale

3. Kandungan Jahe

Rimpang jahe memiliki kandungan vitamin A,B,C, lemak, protein,

pati, dammar, asam organik, oleoresin (gingerin) dan minyak terbang

(Zingeron, zingeberol, zingiberin, berneol, sineol dan feladren). Selain itu,

rimpah jahe juga mengandung minyak atsiri dan oleoresin. Oleoresin

merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari pelarut

organik. Berdasarkan kandungan minyak atsirinya, jahe merah yang

kadarnya paling tinggi, lalu disusur jahe putih kecil dan jahe gajah.

Meskipun demikian, jahe gajah lebih dikenal dari pada jahe merah. Hal itu

karena jahe gajah banyak digunakan sebagai bumbu dapur, rempah-

rempah dan bahan obat-obatan (Styaningrum, 2013, p; 23-24).

Rasa jahe yang pedas disebabkan oleh kandungan senyawa gingerol.

Kandungan gingerol ini dipengaruhi oleh umur tanaman dan agroklimat

tempat tumbuhnya tanaman. Aroma jahe harum menyengat disebabkan

oleh kandungan minyak asirinya yang berwarna kuning agak kental

(Styaningrum, 2013 p; 17).


Selain mengandung gizi, rimpang jahe juga mengadung unsur-unsur

lain yang berkhasiat obat. Unsur gizi dan kalori yang terdapat dalam

rimpang jahe ditunjukkan dalam tabel 2.3

Tabel 2.3. kandungan Gizi Rimpang Jahe

No Unsur Gizi Kadar (per 100 g Bahan)


1 Kalori (kal) 51,00
2 Protein (g) 1,50
3 Lemak (g) 1,00
4 Karbohidrat (g) 10,10
5 Kalsium (mg) 21,00
6 Fosfor (mg) 39,00
7 Zat Besi (mg) 1,60
8 Vitamin A (SI) 30,00
9 Vitamin B (mg) 0,02
10 Vitamin C (mg) 4,00
11 Air (g) 86,20
Sumber : Daftar Analisis Bahan Makanan Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan 1996.

Minyak atsiri dalam rimpang jahe mengandung komponen utama

yang berupa senyawa Zingiberen (C12H24) dan zingiberol (C12M26O2).

Senyawa yang menyebabkan rimpang jahe berasa pedas dan agak pahit

adalah oleoresin (fexed oil). Senyawa oleoresin yang terdapat dalam

rimpang jahe adalah sebanyak 3 – 4%. Senyawa oleoresin ini dapat

diekstrak dengan pelarut alkohol, seton, ataupun ester. Komponen utama

oleoresin berupa senyawa gingerol (C14H26O4, C18H28O5), shogaol

(C7H24O3), dan resin. Disamping itu minyak jahe juga mengandung

senyawa-senyawa pinen, kamfen, felandren, sineol, metilheptenon, linalol,

bormeol, sitral, α dan β zingiber, α kurkumen, farnesen, seskuiterpen,

alkohol, C10 dan C9 aldehid, yang digunakan secara luas dalam industri

makanan, minuman, dan obat-obatan (Rukmana, 2000, hal; 12-13).


4. Manfaat Jahe

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat telah biasa memanfaatkan

jahe sebagai bumbu dapur. Selain itu jahe juga dikonsumsi karena

khasiatnya, antara lain sebagai berikut :

a. Melegakan tenggorokan, menghalau masuk angin, menghangatkan

tubuh, merangsang keluarnya keringat, dan melancarkan sirkulasi

darah dalam tubuh.

b. Mengatasi influenza dan Batuk.

c. Mengobati luka lecet, luta tikam, dan luka gigitan.

d. Mengatasi rematik sendi dan bengkak-bengkak serta eskim.

e. Meningkatkan nafsu makan, mengatasi gangguan pencernaan, dan

menguatkan lambung.

(Suprapti, 2003, hal; 19)

Manfaat rimpang jahe adalah

a. Terapi Kanker

Jahe dapat digunakan untuk membunuh sel kanker ovarium.

Demikian kata Dr.Rebeca liu, asisten profesor pada bidang obstetri

dan ginekologi di Universitas Michigan Comprehensive Cancer

Center, AS, dan Timnya, yang melakukan testerhadap bubuk jahe

yang dilarutkan dan diberikan pada kultur sel kanker ovarium.

b. Menambah Nafsu Makan

Jahe berkhasiat dalam menambah nafsu makan, memperkuat

lambung, dan memperbaiki pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena


terangsangnya selaput lendir perut besar dan usus oleh minyak atsiri

yang dikeluarkan rimpang jahe.

c. Menurunkan Tekanan Darah

Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan

memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat

dan lancar dan memperingan kerja jantung memompa darah.

d. Membantu Pencernaan

Karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protase dan

lipase, yang masing-masing mencerna protein dan lemak. Jahe

mengandung dua enzim pencernaan yang penting dalam membantu

tubuh mencerna dan menyerap makanan. Pertama lipase yang

berfungsi memecah lemak dan kedua adalah protease yang berfungsi

memecah protein.

e. Menurunkan Kolesterol Dan Mencegah Stroke

Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah

penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah,

penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol juga dapat

mengurangi kadar kolesterol.

f. Mencegah Mual

Menurut sebuah ulasan yang dipublikasikan oleh jurnal

obstetrics & gynecology, jahe dapat membantu para wanita hamil

yang mengalami morning sickness, tanpa menimbulkan efek samping

yang berbahaya pada janin di dalam kandungannya.


Pada penelitian ditemukan bahwa jahe sama efektifnya dengan

vitamin B6 dalam mengatasi rasa mual muntah. Menurut German

Federal Health Agency, hal ini karena jahe mampu memblok

serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut

kontraksi, sehingga timbul rasa mual. Termasuk mual akibat mabuk

perjalanan.

g. Anti Radang Dan Mengurangi Rasa Sakit

Hasil uji farmakologi menunjukkan bahwa jahe memiliki

beberapa aktivitas sebagai antiradang. Uji laboratorium

memperlihatkan bahwa ekstrak jahe dalam air panas menghambat

aktivitas lipoksiginase dan siklooksiginase sehingga menurunkan

kadar protaglandin dan leukotriena (mediator inflamasi).

Riset di cina melaporkan bahwa pada ratusan penderita rematik

dan sakit punggung kronis yang disuntik 5 – 10 % ekstrak jahe

memperoleh efek pengurangan rasa sakit, menurunkan

pembengkakan tulang sendi.

Pemberian perasaan rimpang jahe merah antara 1999,8 mg/kg

bb dan 218,0 mg/kg bb mempunyai daya analgesik yang setara

dengan daya analgesik asam salisilat 10 mg/kg bb.

h. Menetralkan Efek Merusak Yang Disebabkan Oleh Radikal Bebas

Jahe juga mengandung 19 komponen bioaktif yang berguna bagi

tubuh. Di antara senyawa kimia jahe adalah minyak atsiri yang terdiri

dari senyawa-senyawa seskuiterpen, zingiberen, bisabilona, zingeron,

oleoresin, kamfena, lomonene, borneol, sineol, sitrat, zingiberal,


felandren. Di samping itu terdapat juga sagaol, gingerol, pati,

dammar, asam-asam organik seperti asam malat dan asam oksalat,

Vitamin A, B dan C, senyawa – senyawa flavonoid dan polifenol.

(Eman,Ibnu Al Cidadapi, 2015, hal; 69-71).

5. Jenis Jahe

Secara umum terdapat tiga klon/ jenis tanaman jahe yang dapat

dibedakan dari aroma, warna, bentuk dan besar rimpang. Ketiga jenis

tanaman jahe tersebut adalah jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe

merah (Setyaningrum, 2013, p: 11-15).

a. Jahe Besar

Jahe besar disebut juga jahe badak atau jahe gajah. Rimpang

jahe ini berwarna putih kekuningan. Selain itu, rimpangnya lebih

besar dan gemuk dengan ruas rimpang lebih menggembung dari

pada jenis lainnya. Jahe ini biasanya digunakan untuk sayur,

masakan, minuman, permen dan rempah-rempah (Setyaningrum, ,

2013, p : 11-15).

Jahe gajah bisa dikonsumsi waktu berumur muda maupun tua,

baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. Jahe besar memiliki

rasa yang kurang pedas serta aroma yang kurang tajam dibandingkan

jahe jenis yang lain. Jahe yang memiliki nama lain jahe badak ini

memiliki kandungan minyak asiri sekitar 0,18-1,66% dari berat

kering (Setyaningrum, 2013, p : 11-15).


Gambar 2.3.Jahe besar/jahe gajah/jahe badak
Sumber : Dhani, 2015
b. Jahe Putih Kecil

Jahe putih kecil (Z.officinale var.Amarum) biasa disebut jahe

emprit. Warnanya putih, bentuknya agak pipih, berserat lembut dan

aromanya kurang tajam dibandingkan jahe merah. Saat ini, ada

varietas unggul jahe putih yang dinamakan jahe putih kecil (JPK 3

dan 6) yang mampu berproduksi sebesar 16 ton/ha (Setyaningrum,

2013, p: 11-15).

Jahe putih kecil ini memiliki ruas rimpang berukuran lebih kecil

dan agak rata sampaiagak sedikit menggembung. Rimpangnya lebih

kecil dari pada jahe gajah, tetapi lebih besar dari jahe merah. Jahe

emprit biasa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan jamu segar

maupun kering, bahan pembuat minuman, penyedap makanan,

rempah-rempah, serta cocok untuk ramuan obat-obatan

(Setyaningrum, 2013, p : 11-15).

Jahe kecil dapat diekstrak oleoresin dan diambil minyak

asirinya(1,5 – 3,5% dari berat kering). Dengan demikian, kandungan

minyak asirinya lebih besar dibandingkan dengan jahe gajah. Kadar

minyak asirinya jahe putih sebesar 1,7-3,8% dan oleoresin 2,39-

8,87% (Setyaningrum, 2013, p : 11-15).


Gambar 2.4.Jahe putih kecil /jahe emprit
Sumber : Dhani, 2015
c. Jahe Merah

Lain halnya dengan jahe merah yang memiliki nama latin

Zingiber Officinale var.Rubrum. jahe ini biasa disebut jahe sunti.

Jahe merah memiliki rasa yang sangat pedas dengan aroma yang

sangat tajam sehingga sering di manfaatkan untuk pembuatan

minyak jahe dan bahan obat-obatan (Setyaningrum, 2013).

Jahe merah memiliki rimpang yang berwarna kemerahan dan

lebih kecil dibandingkan dengan jahe putih kecil atau sama seperti

jahe kecil dengan serat yang kasar. Jahe ini memiliki kandungan

minyak asiri sekitar 2,58-3,90% dari berar kering (Setyaningrum,

2013).

Jika dilihat dari kandungan air, jahe putih besar memiliki

kandungan air sebanyak 82%, jahe putih kecil 50,2% dan jahe merah

81%. Sementara itu, jika dilihat dari kandungan minyak asirinya,

jahe putih besar mengandung minyak sekitar 1,18-1,68%; jahe putih

kecil sekitar 3,3% dan jahe merah sekitar 2,58-2,72%. Khusus untuk

jahe merah, pemanenan harus selalu dilakukan setelah tua

(Setyaningrum, 2013).
Gambar 2.5.Jahe merah
Sumber : Dhani, 2015
Keunggulan Jahe Merah dari kandungan senyawa kimia

Secara umum, komponen senyawa kimia yang terkandung dalam

jahe terdiri dari minyak menguap (volatile oil), minyak tidak

menguap (nonvolatile oil) dan pati. Minyak atsiri termasuk jenis

minyak menguap dan merupakan suatu komponen yang memberi

bau khas. Kandungan minyak tidak menguap disebut oleoresin,

yakni suatu komponen yang memberikan rasa pahit dan pedas.

Rimpah jahe merah selain mengandung senyawa-senyawa kimia

tersebut, juga mengandung gingerol, 1,8-cineole, 10-

dehydrogingerdione, 6-gingerdione, ariginine, a-linolenic acid,

aspartic, β-sitosterol, caprylic acid, capsaicin, chlorogenis acid,

farnesal, farnesene, farnesol dan unsur pati seperti tepung kanji,

serta serat-serat resin dalam jumlah sedikit (Lentera, 2013, hal; 11).

Kandungan minyak atsiri jahe merahsekitar 2,58 – 2,72 %

dihitung berdasarkan berat kering. Minyak atsiri umumnya berwarna

kuning, sedikit kental, dan merupakan senyawa yang memberikan

aroma khas pada jahe dan Jahe merah memiliki rasa pedas tinggi

disebabkan kandungan oleoresinnya yang tinggi. (Lentera, 2013,


hal; 11). Adapun karakteristik dari ketiga jenis jahe yang dapat

dilihat pada tabel. 2.4

Tabel 2.4 Karakteristik Berbagai Varietas jahe

No Karakteristik Jahe putih besar Jahe putih kecil Jahe merah


(Jahe Gajah) (Jahe emprit)
1 Panjang Akar 12,9-21,5 cm 20,5-21,1 cm 17,4-24 cm
2 Diameter Akar 4,5-6,3 mm 4,8-5,9 mm 12,3-12,6 mm
3 Ruas rimpang Besar Kecil Kecil
4 Warna Putih kekuningan Putih Merah
5 Besar rimpang Besar dan gemuk, Sedang, ruas agak Kecil, ruas agak
ruas lebih rata dan sedikit rata dan sedikit
menggembung menggembung menggembung
6 Panjang 15,83-32,75 cm 6,13-31,7 cm 12,33-12,6 cm
rimpang
7 Lebar rimpang 6,20-11,3 cm 6,38-11,1 cm 5,26-10,4 cm
8 Warna Hijau Hijau Hijau
9 Panjang daun 17,4-21,9 cm 17,4-19,8 cm 24,5-24,8 cm
10 Daun pelindung Tersusun rapat Tersusun rapat Tersusun
bunga Longgar
11 Panjang bunga 4-4,2 cm 4,-4,2 cm 5-5,5 cm
12 Rasa Kurang pedas Pedas Sangat pedas
13 Aroma Kurang tajam Tajam Sangat tajam
14 Produksi per 10-25 Ton 10-20 ton 8-15 ton
hektar
Sumber : Setyaningrum, Dwi,2013 hal;13

Pemakaian ketiga jenis jahe memiliki perbedaan yang

disebabkan kandungan kimia dari setiap jenis jahe yang berbeda. Jahe

merah memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan jenis

lainnya terutama jika ditinjau dari segi kandungan senyawa kimia

dalam rimpangnya. Didalam rimpang jahe merah terkandung zat

gingerol, oleoresin, dan minyak asiri yang tinggi, sehingga lebih

banyak digunakan sebagai bahan baku obat (Lentera, 2013, hal; 9).
6. Patofisiologi Jahe Terhadap Antiemetik

Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen yang berguna bagi

tubuh yang salah satunya gingerol yaitu senyawa paling utama dan telah

terbukti memiliki aktivitas antiemetik (antimuntah) yang manjur dengan

bersifat memblok serotonin, yaitu senyawa kimia pembawa pesan.

Senyawa ini menyebabkan perut berkontraksi sehingga apabila diblok

maka otot-otot saluran pencernaan akan mengendor dan melemah

sehingga rasa mual banyak berkurang (Ummi, 2013).

Jahe sangat efektif pada pengunaan antiemetik untuk mencegah

mual muntah pada kehamilan, keracunan makanan, kemoterapi,

pembedahan pada saluran reproduksi (ginekologi) dan pada keadaan

Morning sickness yaitu serangan mual muntah saat tubuh berputar,

bergetar, atau saat orang berpergian dengan kendaraan bermotor karena

perubahan keseimbangan (Ummi, 2013).

Efek antimetiknya sebanding dengan metaklorobromida. Sepertiga

sendok teh bubuk jahe yang direbus dengan secangkir air lalu diminum 3

kali sehari dapat digunakan sebagai terapi antiemetik dan pembangkit

selera sebelum makan pada ibu hamil (Ummi, 2013).

Hasil uji farmakologi menunjukan bahwa jahe mempunyai aktivitas

sebagai anti inflamasi. Hasil dalam uji ini memperlihatkan bahwa ekstrak

jahe dalam air panas dapat menghambat aktivitas sinklooksigenase dan

lipoksigenase sehingga menurunkan kadar prostaglandin dan leukotriena

(mediator inflamasi) (Ummi, 2013).


Efek antiemetik jahe dimediasi telah dikaitkan dengan konstituen-

dimediasi penghambatan yang menyengat dari aktivitas reseptor serotonin

(5-HT). Ekstrak jahe memiliki efek mirip dengan ondansetron obat

antiemetik dengan menghalangi respon membangkitnya serotonin.

konstituen tajam jahe, [6] -shogaol, [6] -gingerol, dan zingerone

menghambat respon serotonin dengan cara tergantung dosis (Jin Z, 2014).

Baru-baru ini, Abdel-Aziz et al, menemukan bahwa konstituen

tajam jahe menghambat fungsi reseptor serotoni pada sel neuroblastoma

dan menyarankan bahwa khasiat antiemetik jahe dapat berkontribusi untuk

blocking aktivitas receptor serotonin. Meskipun kemajuan ini, jahe dan

efek konstituen yang menyengat pada neuron aferen visceral belum diuji.

Dalam penelitian ini metode patch-clamp digunakan untuk menguji

dampak dari ekstrak jahe dan tiga konstituen tajam utama pada gambar

2.3. pada respon serotonin di induksi tersebar neuron aferen visceral (Jin

Z, 2014).
Gambar.2.6 Molecular structure of [6]-shogaol,
[6]-gingerol, and zingerone.
Sumber : Jin Z, Lee G 2014;18(2):149–53

Dalam percobaan ini, kami menunjukkan bahwa [6] -shogaol, [6] -

gingerol, dan zingerone bertindak sebagai antagonis non-kompetitif untuk

reseptor serotonin di neuron aferen visceral. Dengan demikian, tumpang

tindih penghambatan reseptor serotonin melalui terapi kombinasi farmasi

serotonin antagonis dan jahe dapat meningkatkan efikasi antiemetik untuk

pasien. Kesimpulannya, pada hasil menunjukkan bahwa jahe dan

kandungan jahe yang menyengat dapat menekan emesis menghalangi di

induksi serotonin pada transmisi sinyal muntah di saraf aferen vagal (Jin

Z, 2014).

7. Efek Samping Jahe terhadap Ibu dan Janin.

Untuk mengurangkan mual muntah pada ibu hamil dapat

menggunakan ramuan tradisional, yaitu dengan meminum secangkir


wedang jahe hangat. Di india, jahe dibuat minuman untuk mengatasi mual

muntah pada wanita hamil. Jahe dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk

minuman, permen atau manisan. Mengkonsumsi jahe tidak boleh

berlebihan karena jahe bisa merangsang rahim. Karena itu, ibu yang

pernah mengalami keguguran tidak dianjurkan untuk mengkonsumsinya

(Handayani, 2003).

Dari hasil penelitian oleh Viljoen E, Visser J, Koen N, Musekiwa

A. tentang A systemic review and meta-analysis of the effect and safety of

ginger in the treatment of pregnancy-associated nausea and vomiting, di

dapatkah hasil bahwa Jahe tidak menimbulkan risiko yang signifikan

untuk aborsi spontan dan jahe tidak menimbulkan risiko yang signifikan

untuk efek samping dari mulas atau mengantuk (Viljoen E, 2014).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lete I, dkk about The

Effectiveness of Ginger in the Prevention of Nausea and Vomiting during

Pregnancy and Chemotherapy, bahwa efek samping setelah konsumsi jahe

jarang terjadi tetapi bisa termasuk komplikasi gastrointestinal ringan,

seperti pyrosis (mulas atau refluks) dan eruktasi (bersendawa). Dalam

sebuah studi dari 27 sukarelawan sehat yang diberi dosis oral tunggal jahe

(mulai dari 100 mg untuk 2 g), hanya terjadi gangguan pencernaan kecil

dan pengobatan terkait dengan toxicities. Meskipun penelitian sebelumnya

yang menunjukkan jahe dapat mengganggu agregasi platelet dan

menyebabkan perdarahan yang berlebihan, dalam studi silang acak dari 12

sukarelawan sehat mengambil 1,2 g rimpang kering tiga kali sehari selama

dua minggu, jahe tidak mempengaruhi agregasi platelet dan tidak


berpengaruh pada farmakokinetik atau farmakodinamik dari dosis 25 mg.

Diambil pada catatan, meta-analisis dari NVP oleh Viljoen et al juga

meninjau keselamatan jahe sebagai tujuan sekunder. Para penulis

menemukan bahwa jahe tidak menimbulkan risiko untuk efek samping

atau efek samping selama kehamilan, keselamatan jahe di NVP telah

dipelajari dalam setidaknya dua II studi (nonrandomized atau kohort) (Lete

I, 2016).

Dalam studi prospektif pertama, hasil kehamilan dari 187

perempuan dari Toronto yang diberi jahe selama trimester pertama

kehamilan dibandingkan dengan wanita yang diberi obat nonteratogenic

yang tidak antiemetik. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik

antara dua kelompok dalam hal kelahiran hidup, aborsi spontan, aborsi

terapeutik, berat badan lahir, atau usia kehamilan. Sebuah studi kohort

berbasis populasi yang lebih baru dan lebih besar di Norwegia (68.522

perempuan) menemukan bahwa penggunaan jahe selama kehamilan (1020

wanita, 1,5%) tidak berhubungan dengan peningkatan risiko cacat bawaan,

masih kelahiran / kelahiran perinatal, lahir rendah berat badan, atau

kelahiran prematur (Lete I, 2016)

8. Dosis Jahe Pada Ibu Hamil

Amerika Serikat Food and Drug Administration menyatakan

bahwa dosis jahe yang aman di konsumsi tidak lebih dari 4 g jahe dalam

satu hari, meskipun jumlah ini umumnya tidak dicapai dalam penelitian

(Lete I, 2016)
Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa 1g harian jahe dapat

mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil ketika digunakan untuk

jangka pendek (tidak lebih dari 4 hari). Beberapa studi telah menemukan

bahwa jahe lebih baik dari plasebo dalam mengurangi morning sickness.

Dalam sebuah penelitian kecil dari 30 wanita hamil dengan muntah-

muntah hebat, orang-orang yang mengambil 1 gram jahe setiap hari

selama 4 hari dilaporkan lebih lega dari muntah dari pada mereka yang

mengambil plasebo. Dalam sebuah penelitian yang lebih besar dari 70

wanita hamil dengan mual dan muntah, mereka yang mendapat dosis yang

sama dari jahe merasa kurang mual dan tidak muntah sebanyak mereka

yang mendapat plasebo. Wanita hamil harus meminta dokter mereka

sebelum mengambil jahe dan tidak mengambil lebih dari 1g per hari

(Steven, 2016).

Secara umum, jahe tidak boleh dikonsumsi lebih dari 4 g jahe per

hari, termasuk sumber makanan. Wanita hamil tidak harus mengambil

lebih dari 1 g per hari (Steven, 2016).

a. Untuk mual, gas, atau gangguan pencernaan: Beberapa studi telah

menggunakan 1 g jahe setiap hari, dalam dosis terbagi. Tanyakan

kepada dokter Anda untuk membantu Anda menemukan dosis yang

tepat untuk Anda.

b. Untuk muntah akibat kehamilan: Beberapa studi telah digunakan 650

mg untuk 1 g per hari. Jangan mengambil jahe tanpa berbicara

dengan dokter Anda terlebih dahulu.

c. Untuk sakit arthritis: Satu studi yang digunakan 250 mg, 4 kali sehari.
KEHAMILAN

Pembagian trimester: Tanda kehamilan :


1. Trimester I (0-12 minggu) 1. Tanda Pasti Hamil.
2. Trimester II (13-27 2. Tanda Tidak Pasti Hamil.
minggu) 3. Tanda Mungkin Hamil.
3. Trimester III (28-40
minggu)
Keluhan ibu Trimester I :

Perubahan Fisiologi masa kehamilan Nyeri Epigastrik obstipasi


1. Sistem reproduksi
2. Sirkulasi darah. mengidam
3. Sistem pernafasan.
epulis
4. Sistem pencernaan.
5. Traktus Urinarius. Gangguan varices
6. Berat Badan ibu Hamil
Emesis Gravidarum Flour Albous

Farmakologis
pengobatan Penyebab Emesis Gravidarum:
1. Hormonal
2. Psikososial
3. Okupasional dan Ekonomi.
Non Farmakologis JAHE

Varietas Jahe
Cara Mencegah :
1. Jahe Besar
1. Makanlah dalam porsi kecil,
2. Jahe putih/kening kecil
namun sering
3. Jahe merah
2. Perbanyaklahkonsumsi
protein.
3. Minumlah air putih dalam
Patofisiologi :
jumlah yang cukup.
1. Efektivitas menurnkan
metoklopamid
2. Mengandung gingerol dan
memiliki aktifitas
antiemetik
DAPAT MENURUNKAN
FREKUENSI MUAL
DAN MUNTAH

Gambar 2.7. Kerangka Teoritis


Sumber : Hasnita, 2010; Sunanto, 2010; Hutahean, 2013
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian Quasi Experiment, dengan

rancangan Pretest Posttets with Control Group yaitu rancangan yang

dilakukan dengan randomisasi, artinya pengelompokan anggota kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random

(Notoadmodjo, 2010, p; 58).

Design yang digunakan adalah Pretest Posttets with Control Group.

Dilakukan Pretest (01) pada kedua kelompok tersebut, dan diikuti intervensi

(X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan Posttest

(02) pada kedua kelompok tersebut (Notoadmodjo, 2010, p; 58).

Secara umum model penelitian ini dapat di skemakan seperti gambar di


bawah ini :

Pretest Perlakuan Posttetst

Kel. Eksperiman 01 X 02

Kel. Kontrol 01 02

Gambar 4.1. Skema model penelitian

Keterangan
X : Pemberian wedang jahe
01 : Menghitung frekuensi mual muntah dan intensitas muntah sebelum
perlakuan.
02 : Menghitung frekuensi mual muntah dan intensitas muntah sesudah
perlakuan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Nilam Sari. Waktu penelitian ini

dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2006, p.130)

Populasi dari penelitian ini adalah ibu hamil trimester pertama di

Puskesmas Nilam Sari Tahun 2018. Jumlah seluruh ibu hamil trimester

pertama di puskesmas nilam sari dalam 3 bulan terakhir adalah 35 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliiki oleh populasi (Hidayat,

2008). Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses

pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel

yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan

berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri

sampel yang ditetapkan.

Sampel dari penelitian ini merupakan semua populasi yang memenuhi

kriteria inklusi dan eskslusi. Adapun kriteria inklusi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah :


a. Ibu hamil multigravida trimester pertama.

b. Ibu hamil multigravida yang mengalami mual muntah.

c. Ibu hamil yang tidak mengkonsumsi obat antiemetik (mual muntah).

d. Kehamilan ibu direncanakan.

e. Ada saat penelitian.

Adapun kriteria eskslusi yaitu kriteria yang menghilangkan kemungkinan

populasi untuk menjadi sampel yaitu :

a. Ibu hamil yang pernah mengalami keguguran.

b. Ibu hamil yang mengalami komplikasi.

c. Ibu hamil yang tidak dapat ditemui setelah 3 kali kunjungan.

D. Instrumen Penelitian

Pada dasarnya meneliti adalah melakukan pengukuran dengan

menggunakan alat ukur yang baik untuk mengukur variabel penelitian yang

disebut Istrumen Penelitian (Sugiyono, 2008, p.148)

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rhodes Indext of

Nausea, Vomiting and Retching (RINVR), lembar observasi, gelas ukur dalam

cc/ml dan juga timbangan.

E. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu

Pretest, Perlakuan dan Posttest.

1. Langkah Pretest

Sebelum melakuan penelitian, peneliti menjelaskan kepada

responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti meminta


responden menandatangani informed consent sebagai bentuk persetujuan

bersedia menjadi responden.

Melakukan pengukuran frekuensi mual muntah dalam 12 jam

terakhir menggunakan Rhodes INVR .

2. Langkah Perlakuan

Memberikan wedang jahe selama 4 hari berturut-turut, pada pagi

hari jam 08.00. Karena pada pagi hari ibu sering mengalami mual dan

muntah, maka untuk dapat menenangkan kondisi perut ibu wedang jahe

diberikan pada pagi hari. Cara membuat seduhan jahe yang baik dan

benar sesuai takaran yang telah di tentukan :

a. Siapkan air hangat satu cangkir sebanyak 250 ml.

b. Kupas dan bersihkan jahe merah, lalu memarkan dan iris jahe dan

masukan sebanyak 650 mg untuk 1x minum.

c. Beri madu setelah air terasa ngilu kuku (20 ml madu).

d. Lalu seduhan jahe siap di minum.

Melakukan observasi pada ibu setiap hari, yang di observasi adalah

keadaan umum ibu, tekanan darah ibu, komposisi muntah ibu, frekuensi

muntah dan jumlah muntah yang dikeluarkan setiap harinya, dan juga

melihat psikologi ibu.

3. Langkah Posttest

a. Melakukan pengukuran kembali frekuensi mual muntah dalam 12

jam terakhir menggunakan Rhodes INVR.

b. Membandingkan hasil pengukuran frekuensi mual muntah dan

sebelum dan sesudah di berikan minuman wedang jahe.


F. Tekhnik Pengumpulan Data

Sumber data dari penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

prime yaitu frekuensi Emesis Gravidarum sebelum dan sesudah diberikan

wedang jahe yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan Rhodes

INVR.

G. Tekhnik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Maksud dilakukan editing data adalah untuk mengetahui apakah

ada kuesioner atau check-list yang telah diisi masih ada kesalahan atau

belum lengkap. Apabila masih ada kesalahan atau tidak lengkap, akan

dilakukan perbaikan atau wawancara ulang.

b. Coding

Adalah salah satu pemberian kode terhadap masing-masing

kuesioner maupun chek-list yang berguna untuk mempermudah

penelitian dalam entri data maupun analisis data.

c. Entri Data

Adalah tahapan selanjutnya dalam manajemen data yaitu salah satu

cara memasukkan data dengan bantuan program computer.

d. Cleaning Data

Adalah salah satu cara untuk melakukan pengecekkan kembali

terhadap data yang salah yang bertujuan untuk segera diperbaiki.


H. Analisis Data

Analisis data yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah penelitian

sekaligus untuk menyampaikan informasi tentang hasil penelitian. Analisis

data dilakukan dengan perangkat komputer, yaitu meliputi :

1. Analisis Univariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat frekuensi Emesis Gravidarum

pada ibu hamil yang diberikan wedang jahe dengan ibu hamil yang tidak

diberikan wedang jahe.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi. Analisis ini untuk melihat efektivitas wedang jahe

terhadap Penurunan Emesis Gravidarum pada ibu hamil trimester pertama

dengan menggunakan uji statistic T- Independent.

Proses analisa data dilakukan dengan komputerisasi dengan tingkat

kepercayaan 95% dengan α = 0,05, hal ini berarti bahwa jika nilai P value

< 0,05 dapat dikatakan mempunyai hubungan yang bermakna, namun jika

nilai P value > 0,05 dikatakan uji tidak bermakna.


I. Etika Penelitian

Dalam melakuakan penelitian, peneliti mengajukan permohonan

izin kepada responden untuk mendapatkan persetujuan penelitian.

Setelah mendapatkan persetujuan penelitian, barulah peneliti

melakukan penelitian dengan menegakkan masalah etika. Menurut

Aziz Alimul 2007, masalah etika dalam penelitian meliputi :

1. Informed Concent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Lembar persetujuan ini diberikan kepada

responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi

dan disertai judul dan manfaat penelitian. Jika responden

menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati hak-hak pasien.

2. Anonymity

Merupakan masalah etika dalam penelitian dengan cara

tidak memberikan nama responden pada lembar pengumpulan

data. Lembar tersebut hanya diberi inisial tertentu.

3. Confidentially

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan

dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.


DAFTAR PUSTAKA
Runiari, Nengah. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hipermesis
Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika, 2010

Wiraharja, Regina Setya, et al., et al. Kegunaan Jahe Untuk Mengatasi Gejala
Mual dalam Kehamilan. 3, Jakarta of Medicine, 2011, v0l. 1, pp. 161-170

Saswita, Dewi, Yulia Irvani and Bayhakki. Efektifitas Minum Jahe dalam
Mengurangi Emesis Gravidarum pada ibu Hamil Trimester I. 2, 2011: Jurnal
Ners Indonesia, Vol. 1.

Anda mungkin juga menyukai