Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya
kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak
melebihi 43 minggu (Kuswanti, 2014). Jumlah ibu hamil di Indonesia pada tahun 2017 tercatat
sekitar 5.324.562 jiwa. Sedangkan di Jawa Tengah, jumlah ibu hamil mencapai 590.984 jiwa
(Kemenkes RI, 2018).
Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi tingkat
keberhasilan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih didalam rahim
maupun yang sudah lahir, sehingga disarankan agar calon ibu dapat menjaga perilaku hidup
sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa
kehamilan (Johnson, 2016).
Perubahan terjadi kepada ibu hamil seperti perubahan hormon, bentuk tubuh, maupun
kondisi emosional wanita. Selain perubahan fisik, terjadi juga perubahan psikologis, yang
dipengaruhi oleh perubahan hormon. Perubahan ini berinteraksi dengan faktor interna dan
mepengaruhi masa transisi wanita hamil ke masa menjadi ibu. Sering kali, seorang wanita
mengatakan betapa bahagia akan menjadi seorang ibu. Namun, tidak jarang juga wanita yang
merasa khawatir dengan kehamilannya, khawatir akan kehilangan kecantikan atau kemungkinan
bayinya tidak normal (Dewi &Sunarsih, 2011).
Pada trimester pertama, ibu akan merasakan mual dan muntah pada pagi hari, lemah,
lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Seringkali, pada awal masa kehamilan ibu berharap untuk tidak hamil. Pada triesemester
pertama, ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang
hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuh akan selalu diperhatikan secara seksama. Pada
triesemester kedua biasanya ibu sudah merasa sehat. Tubuh ibu telah terbiasa dengan kadar
hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Ibu telah
menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi serta pikirannya secara lebih
kosntruktif. Pada trisemester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab
pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya (Asrinah et al, 2010).
Mual (nausea) dan Muntah (vomiting), pening, perut kembung, dan badan terasa lemah
dapat terjadi hampir pada 50% kasus ibu hamil, dan terbanyak pada usia kehamilan 6-12 minggu.
Keluhan mual muntah sering terjadi pada waktu pagi sehingga dikenal juga dengan “morning
sickness’.Mual Muntah tampaknya disebabkan oleh kombinasi hormon estrogen dan
progesteron, walaupun hal ini tidak diketahui dengan pasti dan hormon human chorionic
gonadotropin juga berperan dalam menimbulkan mual dan muntah. (Prawirohardjo, 2016: 814)
Menurut Depkes RI (2013), keluhan mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida
dan 40-60% multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat.
Kejadian Emesis Gravidarum pada ibu hamil di tahun 2011 sebanyak 640 orang dan sekitar 20%
Menurut Tiran (2009), penyebab mual muntah selama kehamilan biasanya disebabkan
oleh perubahan hormon dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama
disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar HCG (human chorionic gonadotrophin).
Angka kematian yang tinggi umumnya mempunyai tiga sebab pokok yaitu masih
kurangnya pengetahuan mengenai sebab akibat dan penanggulangan komplikasi-komplikasi
penting dalam kehamilan, persalinan, serta nifas, kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi, kurang meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi semua ibu hamil
(Prawirohardjo, 2013). Bentuk penyebab langsung kematian ibu disebut dengan trias klasik
berupa perdarahan, infeksi, dan gestosis atau keracunan kehamilan. Sedangkan penyebab tidak
langsung kematian ibu seperti kehamilan dengan anemia, tindakan yang tidak aman dan tidak
bersih pada abortus dan kekurangan gizi pada ibu hamil (Manuaba, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. AKI dan AKB di Indonesia merupakan
yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450 per 100.000
kelahiran hidup (Departemen Kesehatan [Depkes] RI, 2012).
Pencapaian derajat kesehatan masyarakat ditandai dengan menurunnya AKI. Di
Indonesia angka kematian ibu menurun dari 307 per 100.000 kelahiram hidup pada tahun 2004
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2012 naik
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018 sebanyak 421
kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2017 yang
sebanyak 475 kasus. Dengan demikian Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah juga
mengalami penurunan dari 88,05 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 menjadi 78,60
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2018. (profil jateng, 2018)
Berdasarkan data tersebut maka perlu dilakukan pengkajian mengenai pencegahan yang
bisa dilakukan untuk menurunkan AKI, diantaranya adalah dengan melakukan ANC terpadu dari
mulai Trimester I, II dan III, yang merupakan mulai dari pendekteksian dini resiko ataupun
tindakan segera yang harus dilakuka. Maka kita harus mengetahui bagaimanakah sikap dan
tindakan bidan sesuai manajemen asuhan kebidanan antenatal, khususnya dalam kasus ini adalah
pada trimester 1.
Salah satu penatalaksanaan untuk mengatasi ketidaknyamanan mual muntah pada
kehamilan trimester pertama adalah dengan terapi farmakologis, non farmakologis, dan
komplementer. Terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian antiemetik, antihistamin,
antikolinergik, dan kortikosteroid. Salah satu terapi farmakologis yang sering digunakan untuk
mengatasi emesis pada ibu hamil adalah dengan menggunakan vitamin B6, dengan kandungan
serotonin yang dihasilkan pridoksin merupakan histamin yang berfungsi meningkatkan
peristaltik usus sehingga kontraksi otot polos meningkat menyebabkan pengosongan lambung
cepat sehingga mengurangi emesis. Namun, terdapat juga terapi komplementer yang salah
satunya bisa dilakukan dengan pengaturan diet, dukungan emosional, akupresure dan pemberian
jahe (Hidayati, 2009).
Efek jahe pada susunan saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan
gingerol, terdapat pengurangan frekuensi muntah. Selain itu, studi lain menemukan bahwa jahe
menurunkan gejala motion sickness pada responden yang sehat (Ernst E, Pittler MH., 2000).
Akupresur bekerja dengan cara menstimulasi saraf perifer diotak untuk mengirimkan
impuls ke sistem saraf pusat disertai aktivasi modula spinalis, endorphin dilepaskan oleh
hipotalamus dan hipofise (Tiran, 2008:). Endorphin merupakan sejumlah polipeptida yang terdiri
dari 30 unit asam amino. Opiod-opioid hormon-hormon penghilang stress seperti kortikotrofin
dihasilkan oleh tubuh untuk mengurangi stres dan member ketenangan (Aprillia. Y, 2010). PC6
(Net guan) dapat melancarkan qi dan aliran darah keseluruh tubuh, dan mengembalikan jalur
meridian yang terbalik, sehingga setelah diberi terapi pada titik tersebut mual muntah dapat
berkurang. Sirkulasi qi, menenangkan qi lambung yang terbalik, menenangkan pikiran,
meredakan nyeri, dan melonggarkan dada. Bermanfaat untuk meredakan mual, dan gangguan
pencernaan (Tiran, 2008).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mengambil kasus di puskesmas Tanon I,
Seragen Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis dengan masalah Emisis Gravidarum

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini maka dirumuskan masalah bagaimanakah sikap
dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal pada trimester I Fisiologis
dengan masalah emisis gravidarum di UPTD Puskesmas Tanon I

C. Tujuan
1. Umum
a. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
menggunakan manajeman kebidanan.
b. Mahasiswa Mampu menerapkan teori, konsep dan prinsip kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada kehamilan
2. Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data pada ibu hamil
b. Mengidentifikasi masalah dan mendiagnosa
c. Mengidentifikasi masalah potensial
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Menentukan perencanaan
f. Melakukakan penatalaksanaan
g. Mengevaluasi tindakan
h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan
D. Manfaat
1. Bagi Fasilitas Kesehatan
Hasil laporan ini merupakan suatu masukan bagi pihak fasilitas kesehatan setempat
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan terutama bagi ibu hamil. Hasil laporanini
juga semoga dapat menambah motivasi masyarakat sendiri untuk dapat meningkatkan
kesadaran setiap ibu hamil tentang pengetahuan risiko kehamilan dan manfaat dari
kunjungan ANC terutama pada masalah emisis gravidarum pada ibu hamil.
2. Bagi Ibu Hamil
Hasil laporan ini semoga dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan ibu hamil
tentang kehamilan dan manfaat kunjungan ANC, serta bagaimana cara mengatasi
masalah emisis gravidarum pada ibu hamil TM I dengan menggunakan acupressure dan
jahe sehingga dapat mengidentifikasi sendiri risiko yang mungkin terjadi selama masa
kehamilan.
3. Bagi Pendidikan
Hasil laporan ini diharapkan menjadi sumbangan ilmiah dan bahan bacaan untuk
mahasiswa kebidanan lainnya yang berkenaan dengan kehamilan di Trimester I fisiologis
dengan masalah emisis gravidarum.
4. Bagi mahasiswa
Hasil laporan ini diharapkan menambah wawasan mahasiswa mengenai pentingnya
pelayanan antenatalcare serta pemberian asuhan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil serta
bagaimana cara mengatasi masalah emisis gravidarum.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dilanjutkan dengan nidasi atau impalntasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi
dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke-15 hingga ke-27), dan timester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2016).
Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang terjadi pada perempuan akibat
adanya pembuahan antara sel kelamin laki-laki dan sel kelamin perempuan. Dengan
kata lain, kehamilan adalah pembuahan ovum oleh spermatozoa, sehingga mengalami
nidasi pada uterus dan berkembang sampai kelahiran janin (Pratiwi, 2015).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan adalah sebagai berikut :
a. Faktor Fisik
Menurut Suryati (2014), Wanita hamil akan mengalami perubahan fisik
selama kehamilannya, dimana perubahan ini terjadi karena adanya adaptasi
terhadap pertumbuhan janin dalam rahim dan dapat juga dipengaruhi oleh hal-hal
yang berhubungan dengan fisik ibu sebelum dan sesudah hamil diantaranya :
1) Status kesehatan
Status kesehatan wanita hamil akan berpengaruh pada kehamilan.
Kesehatan ibu selama hamil akan mempengaruhi kehamilannya dan
mempengaruhi tumbuh kembang zigot, embrio dan janin termasuk
kenormalan letak janin. Sewaktu bidan memberikan bimbingan pada masa
antenatal atau kehamilan, bidan sangat perlu memperhatikan beberapa
informasi yaitu faktor usia, riwayat kesehatan, kehamilan ganda (multiple),
dan kehamilan dengan HIV.
2) Status gizi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat sangat mutlat dibutuhkan
oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang dikandungannya dan persiapan fisik ibu untuk
menghadapi persalinan dengan aman. Pemenuhan gizi seimbang selama
kehamilan akan meningkatkan kondisi kesehatan bayi dan ibu, terutama dalam
menghadapi masa nifas sebagai modal untuk menyusui. Selain itu status gizi
ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa
kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk
bagi si ibu dan janin yang dikandungnya.
3) Gaya hidup
Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat
sekarang ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan
kesehatan seorang wanita hamil, misalnya kebiasaan begadang, berpegian
jauh dengan berkendaraan motor dan lain-lain. Gaya hidup ini akan
mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandungnya karena kebutuhan
istirahat mutlak harus dipenuhi yaitu Substance abuse, perokok, hamil di luar
nikah atau kehamilan tidak diharapkan.
b. Faktor Psikologis
Menurut Marmi (2014), faktor-faktor psikologi yang mempengaruhi
kehamilan,diantaranya
1) Stressor Internal dan Eksternal
Stressor internal meliputi faktor-faktor pemicu stress ibu hamil yang
berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologis yang ditanggung oleh
ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan
terlihat ketika bayi lahir. Stressor eksternal pemicu stress yang berasal dari
luar bentuknya sangat bervariasi, misalnya masalah ekonomi, konflik
keluarga, pertengkaran dengan suami, tekanan dari lingkungan (respon
negative dari lingkungan pada kehamilan lebih dari 5 kali), dan masih banyak
kasus yang lain.
2) Support keluarga
Setiap tahap usia kehamilan, ibu mengalami perubahan baik yang
bersifat fiisk mau pun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap
perubahan yang terjadi dimana sumber stress terbesar terjadi dalam rangka
melakukan adaptasi terhadap kondisi tertentu. Dalam menjalani proses itu, ibu
hamil sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga dengan cara
menunjukkan perhatian dan kasih sayang.
3) Subrainstormingtan Abuse (substance abuse)
Kekerasan yang dialami oleh ibu hamil di masa kecil akan sangat
membekas dan sangat mempengaruhi kepribadiannya. Ini perlu diperhatikan
karena pada klien yang mengalami riwayat ini, tenaga kesehatan harus lebih
maksimal dalam menempatkan diri sebagai teman atau pendamping yang bisa
dijadikan tempat bersandar bagi klien dalam masalah kesehatan. Klien dengan
riwayat ini biasanya tumbuh dengan kepribadian yang tertutup.
4) Partner Abuse
Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban kekerasan terhadap
perempuan adalah wanita yang telah bersuami. Setiap bentuk kekerasan yang
dilakukan oleh pasangan harus diwaspadai oleh tenaga kesehatan jangan
sampai kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu dan bayinya.
c. Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Menurut Wiranti (2014) Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Ekonomi
yang mempengaruhi kehamilan,diantaranya
1) Kebiasaan dan Adat Istiadat
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu
hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana
jangan sampai menyinggung kearifan local yang sudah berlaku di daerah
tersebut.
2) Fasilitas Kesehatan
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan
kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan
adanya penyulit akan lebih cepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih
cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh
terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).
3) Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial
ibu hamil yang baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan
psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang
didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis
mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah
bayinya lahir.

3. Kehamilan Trimester I
Triwulan pertama usia kehamilan dimulai saat terjadi pembuahan sperma
terhadap sel telur sampai dengan usia kehamilan 12 minggu dalam triwulan pertama
ini alat-alat tubuh mulai dibentuk ( Winkjosastro,2013).
Menurut Pratiwi dan Fatimah (2019) Trimester I merupakan masa penentuan
seorang wanita dalam keadaan hamil atau tidak. Pada periode ini, terjadi
pembentukan sekaligus perkembangan pesat semua sistem dan organ tubuh bayi.
Pada masa ini, ibu hamil biasanya mengalami perasaan mual, nyeri punggung, lelah,
perubahan mood , kram kaki, sering buang air kecil, dan buang air besar. Keadaan ini
normal terjadi pada ibu hamil sehingga disarankan untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi karena Trimester I merupakan masa paling penting dalam pertumbuhan
organ janin. Walaupun demikian, setiap kehamilan mempunyai ciri khas unik yang
tidak sama antara ibu hamil yang satu dengan yang lainnya.

4. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil I


Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah
terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan
perubahan ini merupakan respons terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah
bahwa hampir semua perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil
setelah proses persalinan dan menyusui selesai (Prawirohardjo 2016).
a. Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi menurut (Sulistyawati, 2012) sebagai berikut :
1. Uterus
Pada Kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30x25x20 cm dengan
kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya
pertumbuhan janin. Pada saat ini rahim membesar akibat hipertropi dan
hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi
higroskopik dan endometrium menjadi desidua.
2. Ovarium
Ovulasi berhenti namun terdapat korpus luteum sampai terbentuknya
plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.
3. Vagina dan Vulva
Oleh karena pengaruh estrogen terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan
vulva sehingga pada bagian tersebut terlihat merah dan kebiruan.
b. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh sirkulasi ke
plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh darah yang membesar pula,
mamae dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan.
Selama kehamilan normal cardiac output meningkat sekita 30-50% dan
mencapai level maksimumnya selama trimester pertama atau kedua dan tetap
tinggi selama persalinan (Pantiawati dan Saryono, 2012).
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini
terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu terjadi
peningkatan denyut jantung. Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus
akan menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi
terlentang. Penurunan vena kava inferior ini akan mengurangi darah balik vena
kejantung (Prawirohardjo, 2016).
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun
karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke
jantung. Selama persalinan, curah jantung meningkat sebesar 30%, setelah
persalinan curah jantung menurun sampai 15-25% di atas batas kehamilan, lalu
secara perlahan kembali kebatas kehamilan (Sulistyawati, 2012).
c. Sistem Reproduksi
Selama kehamilan sirkum ferensia torak akan bertambah ± 6 cm, tetapi
tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu
paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ± 4 cm selama kehamilan.
Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan,
tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan oengambilan oksigen per
menit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini
akan mencapai puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali hampr seperti
sedia kala dalam 24 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2016).
Wanita hamil sering mengeluh sesak dan nafas pendek. Hal ini
disebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma akibat pembesaran
rahim. Kapasitas vital paru meningkat sedikit selama hamil. Seorang wanita
hamil selalu menggunakan nafas dada (Kuswanti, 2014).
d. Sistem Urinaria
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan
ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga
panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu
atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate, dan renal plasma flow
juga akan meningkat. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan
vitamin yang larut dalam air dalam jumlah yang banyak. Glukosuria juga
merupakan suatu hal yang umum, tetapi kemungkinan adanya diabetes mellitus
juga harus tetap diperhitungkan. Sementara itu, proteinuria dan hematuria
merupakan suatu hal yang abnormal. Pada fungsi renal akan dijumpai
peningkatan creatinine clearance lebih tinggi 30%.
Pada ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan lebih membesar
dibandingkan ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena ureter kiri dilindungi oleh
kolon sigmoid dan adanya tekanan yang kuat pada sisi kanan uterus sebagai
konsekuensi dari dekstrorotasi uterus. Ovarium kanan dengan posisi melintang
di atas ureter kanan juga diperkirakan sebagai faktor penyebabnya. Penyebab
lain juga diduga karena pengaruh hormon progsteron (Prawirohardjo, 2016).
e. Sistem GastriIntestinal
Rahim yang semakin besar akan menekan rektum dan usus bagian bawah
sehingga terjadi sembelit dan konstipasi. Sembelit semakin berat karena
gerakan otot dalam usus di perlambat oleh tingginya kadar progesteron
(Sulistyawati, 2012).
f. Sistem Metabolisme
Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulangnya
dan ini terjadi ketika trimester akhir. Oleh karena itu, peningkatan asupan
kalsium sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan. Peningkatan
kebutuhan kalsium mencapai 70% dari diet biasanya. Penting bagi ibu hamil
untuk selalu sarapan karena kaadr glukosa darah ibu sangat berperan dalam
perkembangan janin, dan berpuasa saat kehamilan akan memproduksi lebih
banyak ketosis yang dikenal dengan “cepat merasakan lapar” yang mungkin
berbahaya pada janin (Sulistyawati, 2012).
g. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ± 135%.
Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan.
Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan
dengan lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat
kehamilan aterm. kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil,
sedangkan hormon adrostenedion, testosteron, dioksikortikosteron, aldosteron,
dan kortisol akan meningkat. Sementara itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan
menurun (Prawirohardjo, 2016).
Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting terjadi untuk
mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin dan pemulihan pada
masa nifas. Perubahan-perubahan hormonal selama masa kehamilan terjadi
terutama akibat produksi estrogen dan progesteron plasenta serta hormon-
hormon yang dikeluarkan oleh janin (Kuswanti, 2014).
h.Sistem Muskuloskeletal
Pada trimester I tidak banyak perubahan pada musculoskeletal. Akibat
peningkatan hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan
ikat, kartilago dan ligament dalam tubauh yang menyebabkan peningkatan
mobilitas dari sambungan atau otot terutama otot pada pelvic. Bersamaan
dengan membesarnya ukuran uterus menyebabkan perubahan yang drastic pada
kurva tulang belakang. Perubahan tersebut dapat meningkatkan
ketidaknyamanan dan rasa sakit pada bagian belakang yang bertambah seiring
dengan penambahan umur kehamilan (Kuswanti, 2014).
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kahamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior,
lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang kearah dua tungkai. Sendi
sakroilliaka, sakrokoksigis dan pusbis akan meningkat mobilitasnya, yang
diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat
mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan
tidak enak apada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan
(Prawirohardjo, 2016).
5. Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester I
Menurut Hani, U., dkk, (2014) perubahan psikologis pada ibu hamil,
yaitu segera setalah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron
dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan secara
fisiologis pada ibu misalnya mual, muntah, keletihan dan pembesaran pada
payudara. Hal ini memicu perubahan psikologis seperti sebagai berikut :
1. Ibu untuk membenci kehamilannya, meraskan kekecewaan,
penolakkan, kecemasan dan kesediahan
2. Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil
dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali
memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya.
3. Suami sebagai calon ayah akan timbul kembanggaan, tetapi
bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari
nafkah bagi keluarga
B. Konsep Dasar Emesis Gravidarum

1. Pengertian Emesis Gravidarum

Emesis gravidarum adalah muntah yang terjadi awal kehamilan sampai umur 20


minggu. Emesis Gravidarum dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek
negative terhadap kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini
berkelanjutan berubah menjadi Hiperemesis Gravidarum  yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya gangguan pada kehamilan. Untuk mengatasinya dengan pemberian
obat-obat yang relatif ringan. (Prawirohardjo,2016)
Mual (nausea) dan Muntah (vomiting), pening, perut kembung, dan badan terasa
lemah dapat terjadi hampir pada 50% kasus ibu hamil, dan terbanyak pada usia
kehamilan 6-12 minggu. Keluhan mual muntah sering terjadi pada waktu pagi
sehingga dikenal juga dengan “morning sickness’. Juga terdapat keluhan ptialisme,
hipersalivasi yaitu banyak meludah. Epulis gravidarum , infeksi gingivitis dapat
menyebabkan perdarahan gusi. (Prawirohardjo, 2016; h 814).
2. Etiologi Emesis Gravidarum
Pada dasarnya penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak
dapat diketahui secara jelas, akan tetapi mual dan muntah dianggap sebagai masalah
multifaktorial. Teori berkaitan adalah faktor hormonal, sistem vestibular, pencernaan,
psikologis, hiperolfaction, dan genetik. Berdasarkan suatu studi prospektif pada 9000
wanita hamil yang mengalami mual muntah, didapatkan hasil risiko mual muntah
meningkat pada primigravida, wanita yang pendidikannya kurang, merokok, kelebihan
berat badan atau obesitas, memiliki riwayat mual dan muntah pada kehamilan
sebelumnya.(Husin,2013 dalam Astuti,2016)
Ada beberapa pendapat tentang penyebab terjadinya emesis gravidarum, diantara
lain :
a. Emesis gravidarum merupakan keluhan umum pada kehamilan muda. Terjadinya
kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat
peningkatan hormone estrogen, progesterone, dan pengeluaran HCG plasenta.
Hormone-hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum
(Manuaba,2009:42).
b. Bahwa alasan mual tidak diketahui, tetapi dikaitkan dengan peningkatan kadar
HCG, hipoglikemi, peningkatan kebutuhan metabolic serta efek progesterone
pada sistem pencernaan (Mrdfort, 2012:79)
c. Mual dan muntah selama kehamilan disebabkan oleh perubahan pada sistem
endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya
fluktuasi kadar HCG (human chorionic gonadotrophin), khusunya pada periode
mual atau muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu
pertama. Karena pada saat ini HCG mencapai kadar teringgi, sama dengan LH
(luteinizing hormone) dan doi sekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. HCG
melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus
memproduksi estrogen dan progesterone, suatu fungsi yang nantinya diambil alih
oleh lapisan korionik plasenta. HCG daopat didteksi dalam darah wanita dari
sekitar 3 minggu gestasi (yaitu satu minggu setelah fertilisasi), suatu fakta yang
dijadikan sebagai besar uji kehamilan (Tiran,2009:5)

3. Tanda dan Gejala Emesis Gravidarum

Mual (Nause) dan muntah (emesis) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hati pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang
lebih 10 minggu. (Winkjosastro,2013)  
Sedangkan menurut Tiran (2014), emesis gravidarum berlangsung sepanjang
hari, atau mungkin tidak terjadi sama sekali pada saat bangun tidur di padi hari.
Beberapa perempuan mengalami mual dan muntah kembali pada minggu terakhir
sebelum persalinan.
Gejala Emesis Gravidarum berupa :
a. Rasa mual bahkan sampai muntah
Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari,biasanya di pagi hari tetapi dapat juga
terjadi di siang hari

b. Nafsu makan berkurang


c. Mudah lelah

d. Emosi cenderung tidak stabil

Biasanya semakin tua kehamialn akan semakin berkurang kejadiannya.


(Manuaba,2013 dalam Astuti,2016)

4. Komplikasi Emesis Gravidarum

Pada emesis gravidarum jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan


penurunan berat badan dikarenakan tidak terpenuhinya asupan nutrisi ibu yang
mengakibatkan meningkatnya kejadian gangguan pertumbuhan janin (IUGR), BBLR,
cacat bawaan pada janin (Prawirohardjo, 2016).
Emesis Gravidarum jika tidak segera ditangani akan menjadi Hiperemesis
Gravidarum yang berdampak pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan nutrisi
dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula
mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada
hubungan gastroesofagi yang menyebabkan peredaran ruptur esofagus, kerusakan
hepar dan ginjal, akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi mengakibatkan peredaran darah ke janin
berkurang (Rukiyah et, all. 2014)
5. Diagnosis Emesis Gravidarum
Sebagian besar kejadian emesis dan hiperemesis gravidarum berlangsung
sejak usia kehamilan 9-10 minggu. Kejadian ini makin berkurang dan selanjutnya
diharapkan berakhir pada usia kehamilan 20-24 minggu. (Manuaba, 2006)
Mual sering kali merupakan gejala pertama yang dialami ibu yang sering kali
terjadi bahkan sebelum periode menstruasi pertama tidak datang. Oleh karena itu rasa
mual didiagnosis oleh diri sendiri dan dalam banyak kasus ditangani oleh diri sendiri.
Muntah juga merupakan manifestasi visual adanya masalah dan tidak memerlukan
bantuan medis atau bidan untuk menegakkan diagnonis, meskipun penegakkan
diagnosis kehamilan dapat dilakukan oleh profesional kesehatan. Jika wanita
menunda untuk membuat perjanjian kunjungan pertama untuk mendapatkan asuhan
maternitas, kondisi dapat tertangani dengan sendirinya sebelum wanita menemui
bidan atau dokter kebidanan. Hal ini dapat membuat profesional tenaga kesehatan
memberikan prioritas yang rendah untuk menangani masalah tersebut (Tiran,D, 2014)
Terdapat korelasi kuat antara jumlah episode muntah maksimal setiap hari
dengan jumlah maksimal penurunan berat badan. Walters merekomendasikan rawat
inap di Rumah Sakit hanya untuk mereka yang mengalami penurunan berat badan
sekitar 3 kg dan mereka yang memerlukan rehidrasi intravena, tetapi tidak diperlukan
bagi wanita hamil yang melapor sering mengalami mual dan muntah tetapi tidak
disertai penurunan berat badan. Gross at al menyatakan bahwa ada peningkatan
peluang retardasi pertumbuhan janin terganggu oleh perubahan metabolisme maternal
(Tiran,D, 2014 )

6. Penatalaksanaan Emesis Gravidarum

Cara mengatasi mual muntah pada kehamilan antara lain yaitu:

1. Makan sering dalam porsi kecil, misalnya setiap dua jam sekali (bahkan
malam hari).
2. Menghindari makanan berbau tajam, terlalu asin atau makanan berbumbu.
Beberapa ibu hamil bahkan tidak bisa mengkonsumsi daging, telur atau
susu.
3. Mencoba ngemil crackers setelah bangun pagi
4. Makan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi (madu, pisang,
kentang, nasi, sereal dan tahu)
5. Minum jus manis atau flat soda di pagi hari
6. Tidak merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol, batasi asupan
kopi selama tribulan pertama.
7. Mendapat dukungan dari pasangan dan menggurangi stress
d. Komplementer
1. Jahe
2. Acupresure

C. Jahe (Zingiber officinale)


1. Jahe (Zingiber officinale)
Tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat.
Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa
dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron (Tata Gunawan, 2013).
Divisi : Spermatophyta.
Sub-divisi : Angiospermae.
Kelas : Monocotyledoneae.
Ordo : Zingiberales.
Famili : Zingiberaceae.
Genus : Zingiber. Gambar 1. Jahe
Species : Zingiber officinale
2. Jenis tanaman jahe dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Jahe putih atau kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak.
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari
kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda
maupun saat berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun olahan.

b. Jahe putih atau kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya
kecil, agak rata, sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen
setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar daripada jahe gajah
sehingga rasanya lebih pedas dan mengandung serat yang tinggi. Jahe ini cocok
untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
c. Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil daripada jahe putih kecil. Sama
seperti jahe kecil,jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki
kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk
ramuan obat-obatan.
d. Minyak Atsiri Jahe
Minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap yang terdiri atas campuran zat
yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda. Sebagian
besar minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan atau hidrodestilasi.
Minyak atsiri yang disuling dari jahe berwarna bening sampai kuning tua bila
bahan yang digunakan cukup kering. Lama penyulingan dapat berlangsung sekitar
10-15 jam, agar minyak dapat tersuling semua. Kadar minyak dari jahe sekitar
1,5-3%. Jahe dapat dibuat menjadi minyak jahe (atau minyak atsiri) dan oleoresin
jahe. Aroma harum jahe disebabkan adanya kandungan minyak atsiri, sedangkan
oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe
kering sekitar 1-3%. Komponen utama minyak atsiri jahe adalah zingiberen dan
zingiberol. Oleoresin jahe merupakn campuran resin dan minyak atsiri yang
didapatkan dengan mengekstrak rimpang jahe dengan pelarut organik. Oleoresin
banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas, yakni zingerol, gingerol,
zingiberen, sagaol dan resin. (Tata Gunawan, 2013)

3. Manfaat Jahe
Jahe memiliki berbagai manfaat untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh,
yaitu
a. Penangkal Kanker Yang Sangat Ampuh. Setiap orang tentu sangat ingin terhindar
dari berbagai jenis serangan kanker yang sangat mematikan tersebut. Jahe
memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi. Antioksidan dalam jahe
sangat efektif untuk mencegah serangan kanker ke tubuh anda.
b. Membantu dan Meningkatkan Kesehatan Organ Pencernaan. Selain membantu
memecah protein dalam berbagai makanan yang dikonsumsi, jahe juga berperan
meningkatkan penyerapan nutrisi pada organ pencernaan dan menghindarkan
berbagai penyakit yang bisa menyerang organ pencernaan.
c. Melegakan Pernafasan. Asma merupakan salah satu gangguan kesehatan yang
diakibatkan karena seseorang sangat sulit mengambil nafas dengan normal. Mulai
mengkonsumsi minuman yang mengandung ekstrak jahe dapat menjadi salah satu
solusinya.
d. Penangkal Dan Penyembuh Saat Batuk Maupun Gangguan Pada Tenggorokan.
Minuman Jahe berkhasiat ganda yaitu pencegah dan dapat digunakan sebagai
penyembuh saat seseorang terserang batuk dan sakit pada tenggorokan.
e. Obat Alami Saat Terasa Mual, Muntah Maupun Mabuk Perjalanan. Menurut
sebuah penelitian, jahe sangat efektif untuk mencegah dan menghindarkan
seseorang dari berbagai keluhan kesehatan seperti mual, muntah serta mabuk saat
perjalanan.
f. Meningkatkan Nafsu Makan Dengan Segera. Makan merupakan kebutuhan atau
aktivitas wajib semua orang. Berbagai nutrisi dan vitamin dapat diperoleh dari
berbagai makanan yang dikonsumsi. Saat nafsu makan berkurang, mengkonsumsi
jahe sebelum makan mampu meningkatkan nafsu makan. (Anonim, 2017)
4. Mekanisme Jahe Dalam Mengurangi Mual Dan Muntah Dalam Kehamilan
Zat-zat yang terkandung dalam jahe antara lain gingerol, shogaol, zingerone,
zingiberol dan paradol. Rasa pedas yang terkandung pada jahe disebabkan oleh zat
zingerone, sedangkan aroma khas yang ada pada jahe disebabkan oleh zat zingiberol.
Dalam kaitannya sebagai anti lemak, mekanisme kerja zat-zat tersebut pada dasarnya
masih belum jelas. Dikatakan jahe bekerja menghambat reseptor serotonin dan
menimbulkan efek anti emetik pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf
pusat (Ernst E, Pittler MH., 2000). Jahe juga mempunyai kandungan minyak atsiri
yang berfungsi sebagai anti radang, sehingga jahe dapat menghambat proses
peradangan yang disebabkan oleh infeksi.
Jahe dapat mencegah mual karena mampu menjadi penghalang serotonin, sebuah
senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa
mual, merupakan bahan yang mampu mengeluarkan gas dari dalam perut, hal ini akan
meredakan perut kembung, juga merupakanstimulan aromatik yang kuat, disamping
dapat mengendalikan muntah dengan meningkatkan gerakan peristaltik usus. Sekitar
6 senyawa di dalam jahe telah terbukti memiliki aktivitas antiemetik (anti muntah)
yang manjur. Kerja senyawa-senyawa tersebut lebih mengarah pada dinding lambung
dari pada system saraf pusat. kandungan minyak atsiri dan zat zingeron bisa
menghilangkan mual pada ibu hamil dan membuat perut menjadi nyaman dan hangat
(Ainul,Lestari 2016).
Jahe dapat mencegah mual karena mampu menjadi penghalang serotonin, sebuah
senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa
mual (Ramadhan, 2013). Permen jahe merupakan permen yang berisi ekstrak jahe,
jahe diketahui sebagai tanaman rempah dan obat yang sudah lama di kenal
masyarakat yang mempunyai sejuta manfaat salah satunya adalah dalam mengurangi
mual muntah, jahe bersifat menghangatkan, dimana pada ibu yang mengalami mual
muntah yang di sebabkan oleh banyak hal salah satunya yaitu gerakan peristaltik usus
yang lambat, dengan adanya sifat hangat pada jahe sehingga dapat mengurangi
keluhan tersebut. Jahe juga mempunyai aroma yang khas yang berasal dari minyak
atsiri sehingga dapat pula sebagai aromaterapi pilihan untuk mengurangi mual,
penggunaaan jahe bersamaan dengan vitamin B6 sangat efektif dalam mengurangi
mual muntah.

Untuk mengobati gangguan pencernaan karena jahe mengandung 2 enzim


pencernaan penting dalam membantu tubuh mencerna dan menyerap makanan,
pertama lipase yang berfungsi menyerap lemak dan kedua protease yang berfungsi
memecah protein.(Setyaingrum, 2015: 26). Dengan adanya kedua enzim tersebut
tentu makanan yang masuk ke lambung lebih mudah tercerna dan terserap oleh tubuh
sehingga makanan tidak tertahan di lambung yang dapat memicu terjadinya perasaan
eneg yang pada akhirnya perasaan eneg tersebut akan menimbulkan
perasaan panas dilambung dan merangsang mual ataupun muntah.
5. Dosis Dan Bentuk Sediaan Jahe
Dosis rata-rata yang biasa digunakan berkisar antara 0,5-2 gram berbentuk bubuk dan
dimasukkan ke dalam kapsul. Bisa juga digunakan dalam bentuk ekstrak kering atau
jahe yang masih segar. Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa dosis yang
memberikan efek untuk mengurangi mual dan muntah pada kehamilan trimester
pertama adalah sebanyak 250 mg jahe diminum 4 kali sehari, dapat diminum dalam
bentuk sirup maupun kapsul.(DerMarderosian A, 2006)
6. Komposisi Kimia Jahe
Pemanfaatan jahe oleh manusia yaitu pada bagian rimpangnya. Rimpang jahe
mengandung minyak asitri di mana di dalamnya terkandung beberapa senyawa seperti
Zingeron, seskuiterpen, oleoresin, zingiberen, limonen, kamfena, sineol, zingiberal,
sitral, felandren, dan borneol. Selain itu, terdapat juga damar, pati, vitamin A, B, C,
senyawa flavonoid dan polifenol, serta asam organik seperti asam malat dan asam
oksalat (Tata Gunawan, 2013).
Tabel 1. Komposisi Unsur –Usur di Dalam 100 gram jahe
Kandungan Jumlah
Protein 8,6 %
Karbohidrat 66,5%
Lemak 6,4%
Serat 5,9 %
Abu 5,7 %
Kalsium 0,1 %
Fosfor 0,15 %
Zat Besi 0,011 %
Sodium 0,3 %
Potasium 1,4 %
Vitamin A 175 IU
Vitamin B1 0,05 %
Vitamin B2 0,13 %
Vitamin C 12 mg
Sumber : Tata Gunawan, 2013
7. Efek Samping Jahe Pada Kehamilan
Secara umum belum ada penelitian yang dapat membuktikan efek samping terhadap
penggunaan jahe dalam kehamilan, jika diberikan dalam dosis 1 gram per hari. Efek
samping yang paling sering dilaporkan adalah iritasi atau tidak enak di mulut, mulas,
bersendawa, kembung dan mual, terutama pada sediaan jahe bubuk. Jahe segar yang
tidak terkunyah dengan baik dapat juga membuat obstruksi usus. Jahe harus
digunakan dengan hati-hati pada orang yang memiliki ulkus pada gaster,
inflammatory bowel disease dan batu empedu.

D. Akupresur
1. Definisi Akupresur
Akupresur merupakan ilmu penyembuhan dengan memijat, mengurut bagian tubuh
agar peredarahn energi vital atau CI dapat aktif kembali. Akupresur dapat disebut
juga dengan akupuntur tanpa jarum, atau pijat akupuntur, teori akupuntur adalah
dasar melakukan praktik akupresur, akupuntur dilakukan dengan menggunakan jarum
sebagai alat bantu praktik sedangkan akupresur menggunakan tangan , jari, bagian
tubuh lain atau alat tumpul sebagai pengganti jarum (Sukanta, 2003).
2. Teori Penyimbangan Energi dan Lima Unsur
Konsep dasar kedokteran cina adalah falsafah Ta. Istilah Tao dapat diartikan “Jalan”
atau kelogisan atau hokum pedoman atau aturan. Konsep Yin-Yang ialah konsep di
dalam Tao yang menggambarkan sifat Yin-Yang saling terkait (Hartono, 2012).
Menurut teori 5 unsur mual muntah terjadi akibat ketidakseimbangan qi ibu karena
tubuh berupaya beradaptasi dengan perubahan besar yang terjadi saat pertumbuhan
janin, qi dalam kehamilan dapat dipengaruhi oleh ketidakharmonisan dalam tiga
organ penting yaitu, (Limpa, Lambung dan Jantung). Ketidakharmonisan qi Lambung
menyebabkan terjadinya Mual Muntah. Titik akupresur yang bisa untuk mengurangi
mual muntah adalah titik pericardium 6 titik ini dapat melancarkan qi dan aliran darah
keseluruh tubuh, dan mengembalikan jalur meridian yang terbalik, sehingga setelah di
beri terapi pada titik tersebut mual muntah dapat berkurang (Tiran, 2008).
3. Keseimbangan dalam kesehatan
Segala sesuatu yang berada di alam semesta dibentuk, dilahirkan, bergerak, berubah,
karena dorongan atau bimbingan dua hal yang berlawanan, yaitu “Yin-Yang”.
Diantara “Yin dan Yang”, selain terdapat hubungan saling bertentangan juga terdapat
hubungan saling bergantung, saling melebur, dan saling membentuk, serta pada
kondisi tertentu dapat berubah dari aspek yang satu ke aspek yang lain (Hartono,
2012).
4. Komponen Dasar Akupresur
a. Meridian
Merdian adalah garis longitudinal dan transverse pada globe atau peta dunia yang
digunakan dalam ilmu akupuntur untuk jalur-jalur aliran energy vital (qi) yang
pada tubuh manusia yang menghubungkan masing-masing bagian tubuh
(Kemenkes, 2015). Meridian adalah saluran energi vital yang melintasi seluruh
bagian tubuh seperti jaringan laba-laba yang membujur dan melintang
menghubungkan semua bagian tubuh yang berfungsing menghubungkan bagian
tubuh atau organ satu dengan yang lain (Sukanta, 2003).
b. Fungsi meridian
1) Menghubungkan bagian tubuh satu dengan bagian lainya, muka, belakang
atas, bawah, samping kiri, kanan, depan, bagian luar, dan dalam.
2) Menghubungkan organ tubuh yang satu dengan yang lainnya
menghubungkan organ dengan panca indra, dan jaringan tubuh lainnya,
sifat hubungan tersebut bolak-balik.
3) Saluran untuk menyampaikan kelainan fungsi organ kepermukaan tubuh,
yang dapat diketahui dengan cara dipijat, panca indra atau jaringan tubuh.
4) Merupakan saluran bagi penyebab penyakit masuk kedalam organ, baik
penyebab dari luar tubuh maupun penyebab penyakit dari dalam tubuh
(Sukanta, 2003).
5. Titik Akupresur
Titik akupresur adalah tempat berakumulasinya energi vital didalam tubuh, macam-
macam titik akupresur adalah :
a. Titik akupresur umum adalah titik akupresur yang terdapat disepanjang saluran
meridian. Titik-titik akupresur mempunyai nama tersendiri seperti titik Hegu
artinya kumpulan titik jurang.
b. Titik akupresur istimewa, yaitu titik yang mempunyai arah tidak menentu, titik
akupresur istimewa ada yang melewati jalur meridian ada pula yang melewati luar
jalur meridian.
c. Titik nyeri atau titik Yes Point adalah titik yang berada didaerah yang mengalami
masalah yang berfungsi sebagai penghilamg rasa sakit setempat (Sukanta, 2003).
6. Mekanisme Kerja Akupresur
Akupresur bekerja dengan cara menstimulasi saraf perifer diotak untuk
mengirimkan impuls ke sistem saraf pusat disertai aktivasi modula spinalis,
endorphin dilepaskan oleh hipotalamus dan hipofise (Tiran, 2008:). Endorphin
merupakan sejumlah polipeptida yang terdiri dari 30 unit asam amino. Opiod-opioid
hormon-hormon penghilang stress seperti kortikotrofin dihasilkan oleh tubuh untuk
mengurangi stres dan member ketenangan (Aprillia. Y, 2010). Terapi akupresur
dimulai dengan pijat dasar yang mengusap, meremas, menekan, menggetar dan
memukul pada bagian tubuh yang akan dilakukan penekanan tujuannya untuk
melancarkan peredarah darah dan merileksasikan tubuh sehingga pada penekanan
titik akupresur menjadi tenang dan nyaman.
Terapi akupresur perikardium 6 (PC6) terletak 3 cun dari garis pergelangan
tangan sejajar dengan jari tengah. Titik akupresur dilakukan selama 15 menit pagi dan
sore dengan sadarsi atau dillemahkan, dengan tekanan sedang, dengan cara pemijatan
berlawanan arah jarum jam, sebanyak 30 kali di titik PC6 (Net guan). Akupresur
bekerja dengan cara menstimulasi saraf perifer diotak untuk mengirimkan impuls ke
sistem saraf pusat disertai aktivasi modula spinalis, endorphin dilepaskan oleh
hipotalamus dan hipofise (Tiran, 2008:). Endorphin merupakan sejumlah polipeptida
yang terdiri dari 30 unit asam amino. Opiod-opioid hormon-hormon penghilang stress
seperti kortikotrofin dihasilkan oleh tubuh untuk mengurangi stres dan member
ketenangan (Aprillia. Y, 2010). PC6 (Net guan) dapat melancarkan qi dan aliran
darah keseluruh tubuh, dan mengembalikan jalur meridian yang terbalik, sehingga
setelah diberi terapi pada titik tersebut mual muntah dapat berkurang. Sirkulasi qi,
menenangkan qi lambung yang terbalik, menenangkan pikiran, meredakan nyeri, dan
melonggarkan dada. Bermanfaat untuk meredakan mual, dan gangguan pencernaan
(Tiran, 2008).

Gambar Letak Titik PC6


Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah. Proses ini
merupakan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan
urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses
ini menguraikan bagaimana prilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen
ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga prilaku pada setiap
langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat di capai. Dengan demikian proses
manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatukan
pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang
berfokus pada manajemen klien. (Varney, 2007)
Proses manajemen menurut Varney (2007) terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana
setiap langkah di sempurnakan secara periodik. Proses di mulai dengan mengumpulkan data
dasar & berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka
lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
Langkah-langkah penerapan manajemen kebidanan di lakukan secara
berkesinambungan, yaitu:

1. Langkah 1:Pengumpulan data dasar


Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkansemua data yang diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan kliensecara lengkap, data yang dikumpulkan antara lain
(Manuaba, 2010) :
a. Data subyektif
1) Identitas
a) Nama, ditulis nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan
b) Umur, umur klien dikaji untuk mengetahui apakah klien dikatakan berpengaruh/
memiliki resiko. Jika umur klien <20 tahun termasuk beresiko karena alat-alat
reproduksi belum matang dan psikis yang belum siap. Serta jika umur >35
tahun, rentan sekali terjadi komplikasi-komplikasi dalam kehamilan dan pada
proses persalinan, jadi usia reproduktif (subur) seorang wanita yang baik dalam
siklus reproduksi berkisar dari usia 20-35 tahun.
c) Agama, untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang dianutnya
dan mengenali hal-hal yang berkaitan dengan masalah asuhan yang diberikan.
Untuk memberikan motivasi pada klien sesuai dengan agama yang dianut serta
mengantisipasi kebiasaan religius yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan.
d) Suku/bangsa,untuk mengetahui faktor genetik atau ras yang mungkin
berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
e) Pendidikan,berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya. Tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan dalam
kualitas perawatan kehamilan dan proses persalinan.
f) Pekerjaan, untuk mengetahui status sosial ekonomi. Mengetahui bagaimana taraf
hidup dan status ekonomi klien serta pekerjaan ibu/suami dapat mempengaruhi
kesehatan ibu.
g) Alamat, untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. Semakin
terpencilnya suatu daerah dan keadaan geografis yang sulit untuk di
jangkau maka akan semakin sulit pula untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
2) Keluhan Utama, mengkaji keluhan yang dirasakan pasien untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasinya.
3) Riwayat Obstetri
Riwayat menstruasi, untuk mengetahui tentang faal reproduksi serta gangguan yang
terjadi. Adapun hal yang dikaji adalah sebagai berikut:
a) Menarche,untuk mengetahui umur klien saat mengalami menstruasi pertama kali
(normalnya usia 9-13 tahun).
b) Siklus menstruasi, normalnya 25-38 hari (± 28 hari).
c) Lama, untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada lamanya waktu menstruasi
pada klien. Lama menstruasi normal umumnya 3-8 hari.
d) Banyaknya, untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada jumlah perdarahan
menstruasi pada klien (normalnya 2-3 kali ganti pembalut/hari).
e) Dismenore, untuk mengetahui ada tidaknya nyeri saat menstruasi pada klien.
4) Riwayat perkawinan, menunjukkan penerimaan ibu maupun keluarga terhadap
kehamilan. Untuk mengetahui berapa kali menikah, lama menikah, dan status
perkawinan karena ada kemungkinan bila melahirkan tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologis ibu.
5) Riwayat kontrasepsi, untuk mengetahui apakah pasien pernah menggunakan alat
kontrasepsi meliputi jenis, lama pemakaian dan keluhan selama menggunakan
kontrasepsi. Alasan menghentikan kontrasepsi antara lain ingin mempunyai anak,
sudah tidak perlu menggunakan alat kontrasepsi, ingin menggunakan kontrasepsi
lain, mengalami keluhan akibat kontrasepsi seperti pusing, menstruasi tidak teratur,
dll
6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, untuk mengkaji adanya
kemungkinan gangguan obstetrik pada saat hamil, persalinan, dan nifas. Meliputi
jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang aterm/prematur,
keguguran/kegagalan persalinan, persalinan dengan tindakan, riwayat perdarahan
pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya, berat bayi sebelumnya, dan
masalah – masalah lain yang dialami
7) Riwayat kehamilan sekarang, untuk mengetahui informasi apakah ada keluhan
selama kehamilan ini, khususnya yang berkaitan dengan ketidaknyamanan yang
dirasakan ibu dan kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan. Hal yang dikaji
antara lain :
a) HPHT, ditanyakan untuk memperkirakan Hari Perkiraan Persalinan (HPL).
Untuk memperkirakan HPL digunakan rumus Naegele, rumus ini berlaku pada
wanita dengan siklus haid 28 hari yaitu tanggal HPHT ditambah 7, bulan
dikurangi 3, tahun ditambah 1.
b) Usia kehamilan, untuk menentukannya bisa dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya dengan rumus Naegele maupun menggunakan pita ukur. Umur
kehamilan dituliskan dalam minggu.
c) Riwayat keluhan, untuk mengetahui permasalahan yang ibu alami selama masa
kehamilan dan perkembangan kehamilan.
d) Gerakan janin, untuk mengkaji status kesejahteraan janin. Jumlah gerakan janin
normal adalah 10-12x dalam 12 jam.
e) Fe, untuk mencegah anemia gizi besi setiap ibu hamil harus mendapatkan zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
f) Status TT, pada saat kontak pertama ibu hamil diskrining status imunisasi TT-
nya. Imunisasi TT dapat mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
8) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan terdahulu, meliputi riwayat penyakit sistemik lain yang
mungkin mempengaruhi atau diperberat oleh kehamilan (penyakit jantung, paru,
ginjal, hati dan diabetes melitus), riwayat alergi makanan/obat tertentu dan
sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi umum/lainnya maupun operasi
kandungan
b) Riwayat kesehatan sekarang, menanyakan pada klien penyakit apa yang sedang
diderita sekarang, menanyakan bagaimana kronologis dari tanda-tanda dan
klasifikasi dari setiap tanda penyakit tersebut. Hal ini diperlukan untuk
menentukan bagaimana asuhan berikutnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga, menanyakan pada klien apakah mempunyai
keluarga yang saat ini menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis). Tanyakan
pada klien apakah mempunyai riwayat penyakit yang menurun, hal ini
diperlukan untuk mendiagnosa apakah si janin kemungkinan menderita penyakit
tersebut.
9) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi, untuk mengetahui bagaimana pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu setiap
hari untuk mengetahui status gizi ibu. Hal yang dikaji antara lain jenis, porsi,
frekuensi, serta keluhan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
b) Eliminasi, untuk mengetahui frekuensi dari eliminasi serta kelainan yang
menyertainya perlu diidentifikasi apakah terdapat peningkatan frekuensi
berkemih.
c) Istirahat, menggambarkan pola istirahat dan tidur. Istirahat malam normalnya 6-
8 jam, sedangkan untuk tidur siang tidak semua wanita mempunyai kebiasaan
tidur siang.
d) Aktifitas, untuk mengetahui bagaimana pola aktifitas ibu. Ibu hamil sebaiknya
melakukan hal yang biasa dilakukan karena dapat menghentikan kelelahan
ringan, dan latihan sebaiknya jangan dilakukan secara berlebihan. Kehamilan
bukan saat untuk mempelajari jenis olahraga berat yang baru, latihan harian
seperti berjalan-jalan di luar rumah sangat baik bagi kesehatan mental, relaksasi,
pencernaan dan pengondisian otot.
e) Seksual, untuk mengetahui bagaimana pola hubungan seksual ibu. Hubungan
seksual pada ibu hamil TM III dianjurkan karena dapat memicu timbulnya
kontraksi dan membantu dalam merangsang penurunan kepala janin.
f) Personal hygiene, untuk mengetahui pola personal hygiene ibu. Selama hamil
kebersihan tubuh harus tetap dijaga. Selain itu daerah vital perlu dijaga
kebersihannya karena pada saat hamil terjadi pengeluaran sekret vagina yang
berlebihan denga mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari
10) Data psikososial, untuk mengetahui bagaimana hubungan ibu dan suami serta
anggota keluarga yang lain karena stabilitas dan keharmonisan rumah tangga yang
akan berpengaruh terhadap kondisi psikologis klien dan respon terhadap kehamilan
ibu.
a. Data obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Baik, jika kesadaran penuh, TTV stabil, dan pemenuhan kebutuhan mandiri
seperti makan tanpa disuapi dan elminasi sendiri tanpa bantuan. Sedang, jika
kesadaran penuh sampai dengan apatis, TTV stabil, dan pemenuhan kebutuhan
dibantu sebagian sampai seluruhnya. Lemah, jika kesadaran penuh sampai
dengan somnolen, TTV tidak stabil, memakai alat bantu organ vital,
memerlukan tindakan pengobatan dan perawatan intensif, pemenuhan kebutuhan
dibantu seluruhnya (Rukiyah, 2013)
b) Kesadaran
1. Composmentis, jika sadar penuh
2. Apatis, sikap acuh tak acuh, apabila ditanya tidak segera merespon
3. Delirium, kesadaran menurun disertai dengan kekacauan mental dan motorik
4. Somnolen, kesadaran menurun dengan respon psikomotor yang lambat
5. Stupor, tingkat kesadaran seperti tertidurlelap, tetapi masih ada respon terhadap
nyeri
6. Koma, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
c) Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah normal yaitu 90/60 mmHg-120/80mmHg, suhu tubuh normal
yaitu 36,5oC-37,5oC, nadi normal adalah 60-100 kali/menit, pernafasan normal
yaitu 16-20 kali/menit (Ambarwati, 2009). Tekanan darah pada ibu hamil tidak
boleh mencapai 140 sistolis atau 90 diastolis. Juga perubahan 30 sistolis dan 15
diastolis di atas tensi sebelum hamil menandakan toxaemia gravidarum.
2. Berat badan, normalnya akan naik sekitar 6,5 – 16,5 kg (Mochtar, 2011).
Walaupun prognosa kehamilan dan persalinan bagi orang gemuk kurang baik
dibandingkan dengan orang yang normal beratnya, dalam menimbang
seseorang bukan beratnya saja yang penting, tapi lebih penting lagi perubahan
berat setiap kali ibu memeriksakan diri. Berat badan trimester ke-III tidak
boleh tambah lebih dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan.
Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut disebabkan oleh penimbunan
(retensi) air dan disebut praeoedema. Menurut Manuaba (2012) kenaikan berat
badan selama hamil sekitar 12-16 kg, setiap minggu akan mengalami kenaikan
0,5 kg.
3. Tinggi badan, normalnya lebih dari 145 cm (Kusmiyati, 2008). Pengukuran
tinggi badan dilakukan sekali pada kunjungan pertama. Normalnya, tinggi
badan > 145 cm. Jika diketahui ibu hamil dengan TB < 145cm maka tergolong
low high yang kemungkinan risiko panggul sempit lebih tinggi.
4. Lingkar lengan atas, standar minimal untuk ukuran LILA pada wanita dewasa
atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm
maka interpretasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK) (Kusmiyati, 2008).
d) Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Muka, untuk mengetahui ada tidaknya odema sebagai deteksi dini terhadap pre
eklamsia. Pucat/ tidak (jika pucat mengarah ke anemis, terdapat cloasma atau
tidak (menandakan terjadi perubahan hormon dikarenakan kehamilannya
sekarang).
2. Mata,konjungtiva pucat/ tidak (jika pucat mengarah ke anemis), sklera kuning/
tidak (jika kuning menandakan adanya masalah pada hati)
3. Mulut, untuk mengetahui ada tidaknya sariawan (jika ada maka menunjukkan
kurangnya asupan kalsium pada ibu, apabila ibu kekurangan kalsium maka
akan menghambat pertumbuhan janin), ada tidaknya sariawan sehingga akan
berpengaruh pada asupan nutrisi ibu.
4. Leher, untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid (jika ada
maka menunjukkan ibu kekurangan yodium), adakah pembesaran kelenjar
limfe (jika ada maka menunjukan adanya infeksi), adakah pembesaran vena
jugularis (jika ada maka menunjukkan adanya pembesaran jantung)
5. Payudara, simetris/tidak, ada tidaknya benjolan/massa menandakan ada
tidaknya kanker payudara, putting susu menonjol, areola mengalami
hiperpigmentasi terjadi karena hormon progesteron dan estrogen, dan apakah
putingsusu sudah mengeluarkan kolostrum (Ambarwati, 2009).
6. Abdomen, dilihat pembesaran abdomennya, dan adanya striae atau linea. Lalu
diukur panjang pembesaran uterus sesuai atau tidak dengan umur kehamilan
dan dilakukan pemeriksaan leopold.
a) Leopold I menentukan tinggi fundus uteri, dan bagian dalam fundus.
Pada fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting adalah bokong, bila teraba
keras melenting adalah kepala.
b) Leopold II menentukan batas kanan dan kiri rahim, menentukan letak
punggung janin. Bagian yang teraba memanjang seperti papan, ada
tahanan dan keras adalah punggung, sedangkan bagian yang teraba kecil-
kecil, banyak adalah ekstremitas.
c) Leopold III menentukan bagian terendah janin, teraba bulat, keras,
melenting adalah kepala, sedangkan bila lunak tidak melenting adalah
bokong, dan menentukan bagian terbawah janin dan apakah bagian
terbawah sudah masuk pintu atas panggul atau belum.
d) Leopold IV menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin masuk
panggul(Manuaba, 2010).Penurunan bagian terbawah dengan metode lima
jari (perlimaan) adalah bila teraba 5/5 bagian menunjukkan bahwa semua
bagian kepala belum masuk PAP sehingga mudah digerakkan, bila teraba
4/5 bagian menunjukkan bahwa 4 bagian kepala belum masuk PAP dan
sulit digerakkan, bila teraba 3/5 bagian menunjukkan bahwa 3 bagian
kepala belum masuk PAP, bila teraba 2/5 bagian menunjukkan bahwa 3
bagian kepala sudah masuk PAP, bila teraba 1/5 bagian menunjukkan
bahwa kepala berada di dasar panggul, bila teraba 0/5 bagian menunjukkan
bahwa kepala sudah di vulva (Saifuddin, 2012).
e) TBJ dilakukan pemeriksaan tinggi fundus dengan pita ukur untuk
mengetahui taksiran berat janin (TBJ) dengan rumusTFU – n x 155 gram.
Bila kepala di atas atau pada spina ishiadica maka n = 12. Bila kepala di
bawah spina ishiadica maka n = 11 (Kusmiyati, 2008).
f) Auskultasi, meliputi frekuensi denyut jantung janin normal 120-160
x/menit, adanya bradikardi menunjukkan janin dalam keadaan hipoksia.
Frekuensi janin kurang dari 120 dan lebih dari 160 x/menit menunjukkan
gawat janin dan membutuhkan evaluasi segera (Rohani, 2013).Cara
menghitung denyut jantung janin ialah dengan mendengarkan 3 x 5 detik.
Kemudian jumlah denyut jantung janin dalam 3 x 5 detik dikalikan dengan
4.
2. Genetalia, vulva vagina (ada tidaknya oedem, varises, pembesaran kelenjar
Bartholini serta kelenjar Skene, jika terdapat varises maka akan beresiko
pecahnya pembuluh darah dan mengakibatkan perdarahan nantinya), anus
(untuk mengetahui ada atau tidaknya hemoroid pada ibu, jika ada maka akan
beresiko pecah saat ibu mengejan dan menimbulkan perdarahan saat
persalinan).
3. Ekstremitas, ada atau tidak refleks pattela pada ekstremitas kanan dan kiri, jika
pada ibu bersalin reaksi refleks patella negatif, kemungkinan ibu tersebut
mengalami kekurangan vitamin B1, adakah odema serta varises pada
ektremitas, dan sianosis pada kuku-kuku. Oedema pada ekstremitas mengarah
pada tanda preeklamsi. Sianosis pada kuku menunjukan ibu anemis. Dikatakan
bengkak normal akibat dari teori perubahan fisiologis yaitu volume darah total
ibu hamil meningkat sekita 30-50%. Volume darah total merupakan kombinasi
volume plasma yang meningkat 75% dan volume sel darah merah yang juga
meningkat 33% dari nilai sebelum hamil. Fenomena ini mulai terjadi pada awal
kehamilan. Pada saat aterm 3,5 liter cairan berasal dari janin, plasenta, dan
cairan amnion, sedangkan 3 liter lainnya berasal dari akumulasi peningkatkan
volume darah ibu, uterus, dan payudara sehingga minimal tambahan cairan
selama kehamilan adalah 6,5 liter. Penambahan tekanan vena di bagian bawah
uterus dan mengakibatkan oklusi pasial vena kava yang bermanifestasi pada
adanya pitting edema di kaki dan tungkai terutama pada akhir kehamilan.
Penurunan tekanan osmotik koloid di interstisial juga akan menyebabkan
edema pada akhir kehamilan (Prawirohardjo,2014)
4. Pemeriksaan penunjang, dilakukan untuk melakukan deteksi dini adanya
penyulit atau masalah. Pada ibu hamil trimester III pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan menurut Kemenkes (2010) adalah :
a) Pemeriksaan kadar hemoglobin, dilakukan sebagai deteksi dini adanya
anemia.Jika hasil pemeriksaan Hb 11 gr% maka tidak anemia, 9 – 10 gr%
anemia ringan, 7 – 8 gr% anemia sedang dan kurang dari 7 gr% anemia
berat.
b) Pemeriksaan protein urin, untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu
hamil sebagai deteksi dini pre-eklamsi.Jika hasil pemeriksaan urine jernih
maka negatif, ada kekeruhan (+)1, kekeruhan mudah dilihat dan ada
endapan (++)2, urine lebih keruh dan endapan yang lebih jelas (+++)3,
urine sangat keruh dan disertai endapan yang menggumpal (+++
+)4.Pemeriksaan ini dilakukan jika ada indikasi hipertensi dan bengkak
pada ektremitas serta muka.
c) Pemeriksaan USG jika diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan janin
(Prawirohardjo, 2010).
2. Langkah 2: Interpretasi data dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data
dasar yang telah di kumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah, dan
kebutuhanklien berdasarkan interpretasii yang benar atas data-data yangtelah di
interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik.
3. Langkah 3: Identifikasi diagnose / masalah potensial
Pada langkah ini, mengidentifikasikan masalah atau diagnosispotensial lain
berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalahyang sudah teridentifikasi.
4. Langkah 4:Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganansegera
Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasiatas perlunya tindakan yang
dilakukan oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
5. Langkah 5: Perencanaan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang dilakukan secaramenyeluruh yang
dietntukan berdasarkan langkah – langkah sebelumnya, tidak hanya meiiputi hal yang
sudah teridentifikasidari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan,
tetapidilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya.
6. Langkah 6: Pelaksanaan
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakanrencana asuhan
yang sudah dibuat pada langkah 5 secara aman dan efisien. Dalam situasi ini, bidan harus
berkolaborasi dengantim kesehatan lain atau dokter, dengan demikian bidan
hanyabertanggungjawab atas terlaksananya rencana asuhan yangmenyeluruh yang telah
dibuat bersama tersebut.

7. Langkah 7: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi efektifitas dari asuhan yangsudah diberikan,
meiiputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan,apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhansebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa.

B. Teori EBM Tentang Pengaruh Permen Jahe Terhadap Penurunan Emesis


Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester 1
Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Puskesmas Kaliwungu
Kabupaten Kendal kepada 38 responden yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 19
responden untuk kelompok perlakuan dan 19 responden untuk kelompok kontrol, di
dapatkan hasil bahwa pada kelompok perlakuan yang di lakukan kepada 19 responden
setelah di berikan permen jahe selama 6 hari dengan dosis 3 kali sehari di dapatkan hasil
bahwa sebanyak 15 responden (78,59 %) tidak mengalami mual muntah, dan hanya 21, 11 %
masih mengalami, sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak memperoleh tambahan
permen jahe hanya 8 responden saja yang mengalami perbaikan (42,11 %), dan sisanya 57,9
% masih mengalami mual muntah.
Hasil uji statistik untuk mengetahui pengaruh permen jahe terhadap penurunan emesis
gravidarum pada ibu hamil trimester 1 yaitu dengan menggunakan uji non parametrik 2
sampel tidak berpasangan (mann whitney) didapatkan bahwa nilai p value adalah 0,022.
Dimana berarti P value< 0,05, Sehingga dinyatakan hipotesa Ho ditolak dan Ha diterima,
yang artinya ada pengaruh permen jahe terhadap penurunan emesis gravidarum pada ibu
hamil trimester 1.
Menurut German federal Health Agency jahe efektif untuk mengobati gangguan
pencernaan karena jahe mengandung 2 enzim pencernaan penting dalam membantu tubuh
mencerna dan menyerap makanan, pertama lipase yang berfungsi menyerap lemak dan
kedua protease yang berfungsi memecah protein.(Setyawan, 2015: 26). Dengan adanya
kedua enzim tersebut tentu makanan yang masuk ke lambung lebih mudah tercerna dan
terserap oleh tubuh sehingga makanan tidak tertahan di lambung yang dapat memicu
terjadinya perasaan eneg yang pada akhirnya perasaan eneg tersebut akan menimbulkan
perasaan panas dilambung dan merangsang mual ataupun muntah. Dalam (Budhwaar: 2006)
juga di jelaskan bahwa salah satu fungsi farmakologis jahe adalah antiemetik (anti muntah)
Dalam hal ini peneliti menggunakan permen jahe kemasan yang sudah jadi yang
diberikan selama 6 hari dengan dosis 3 kali sehari pada ibu hamil yang mengalami emesis
gravidarum, diharapkan selama 6 hari mengkonsumsi permen jahe, mual muntah yang
dialami oleh ibu bisa berkurang. Pemberian dosis 3 kali sehari didasarkan pada buku
(Dalimartha dan Adrian, 2013: 45) yaitu Jahe dapat diminum 3x sehari pagi siang malam
untuk mengurangi mual pada kehamilan.
Jahe dapat mencegah mual karena mampu menjadi penghalang serotonin, sebuah
senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa mual,
merupakan bahan yang mampu mengeluarkan gas dari dalam perut, hal ini akan meredakan
perut kembung, juga merupakanstimulan aromatik yang kuat, disamping dapat
mengendalikan muntah dengan meningkatkan gerakan peristaltik usus. Sekitar 6 senyawa di
dalam jahe telah terbukti memiliki aktivitas antiemetik (anti muntah) yang manjur.Kerj
senyawa-senyawa tersebut lebih mengarah pada dinding lambung dari pada system saraf
pusat. kandungan minyak atsiri dan zat zingeron bisa menghilangkan mual pada ibu hamil
dan membuat perut menjadi nyaman dan hangat.
Permen jahe bisa menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi mual muntah pada ibu
hamil trimester 1, seperti di jelaskan diatas bahwa khasiat jahe memang terbukti memiliki
aktivitas antiemetik yang manjur, jahe mempunyai sifat yang ringan, dan tidak akan
menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan kehamilan baik bagi ibu maupun
bayi, jahe bisa di konsumsi dalam bentuk apapun misalnya permen, minuman, manisan, atau
tablet, jahe juga bisa di konsumsi utuh, ibu hamil terkadang malas atau enggan meminum
obat, permen jahe bisa menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi mual muntah, rasa yang
hangat di perut memberkan kenyamanan tersendiri bagi ibu. Peneliti dalam hal ini
menggunakan permen kemasan yang sudah jadi sebagai media pemberian ekstrak jahe
karena permen mempunyai sifat yang mudah untuk di terima, mudah dicari dan bisa di bawa
kemana saja, ibu tidak perlu repot menggunakan air dan gelas seperti halnya bila di berikan
lewat minuman.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cathur Dian (2014)
bahwa jahe lebih efektif dalam mengurangi mual dibandingkan dengan pepermint dan
penelitian oleh Chopra (2006 )yang menemukan tiga dari empat wanita hamil merasakan
mual berkurang berkat jahe, tanpa efek samping yang membahayakan.
Mual muntah atau emesis gravidarum memang bukanlah suatu hal yang bersifat
patologis dalam kehamilan namun kehadirannya dapat menjadi suatu ketidaknyamanan
tersendiri bagi ibu hamil trimester 1, dan mual muntah yang tidak di atasi dengan baik dapat
mengarah pada hiperemesis gravidarum, atau mual muntah yang terjadi secara berlebihan,
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah
sehingga mempengaruhi sistem pencernaan.Tetapi mual dan muntah yang terjadi terus
menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, whipokloremia, serta penurunan
klorida urine. Untuk itu peneliti menguji cobakan pada permen jahe sebagai salah satu
alternatif untuk mengurangi emesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1.

A. Apakah Hasil Penelitian Valid?


1. Apakah pasien pada penelitian dirandomisasi?
Ya, penelitian tersebut bersifat random. Hal ini dijelaskan pada beberapa bagian
diantaranya :
a. Judul penelitian : Acupressure and Ginger to Relive Naysea And Vomiting in
Pregnancy a Randomized Study
b. Abstrak : They were divided randomly into three groups: the
acupressure, ginger.
c. Metode : This randomized control clinical trial was performed
from 10 November 2008 to 20 Septem- ber 2009 in
antenatal clinic at Naghvi hospital, Kashan, Iran.
2. Apakah semua pasien yang masuk dalam kelompok control dan eksperimen dicatat
dengan benar dan dikaitkan dengan kesimpulannya?
Ya, semua pasien yang masuk dalam kelompok kontrol maupun kelompok
eksperimen dicatat karakteristiknya dari awal penelitian. Hal ini dibuktikan pada tabel
1 halaman 4 yang berisi karakteristik subjek penelitian baik pada kelompok kontrol
maupun kelompok eksperimen. Hal yang dicatat meliputi ibu (usia, usia pernikahan,
usia kehamilan, pekerjaan, paritas, kehamilan yang diinginkan atau tidak diinginkan
dan pendidikan. Lalu hasil pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen
dicatat dalam tabel 2 halaman 4. Penjabaran dari hasil juga dijelaskan mulai halaman
6 sampai 8.
3. Apakah follow-up kepada pasien cukup panjang dan lengkap?
Ya, pasien di follow up dengan jelas. Dimulai sejak pertama dilaberikan intervensi
sampai 7 hai seteah intervensi. Ibu hamil yang mengalami mual muntah dinilai
bagaimana tingkat mual muntah setelah diberikan intervensi.
4. Apakah pasien dianalisis di dalam grup di mana mereka dirandomisasi?
Ya, pasien dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dianalisis dalam
grup dimana mereka dirandomisasi. Hal ini dibuktikan pada data awal penelitian,
dicatat secara lengkap pada halaman 5 tabel 1 mulai dari karakteristik intervensi yang
diberikan. Lalu analisis dijabarkan bersamaan dengan penjabaran hasil pada halaman
6 sampai halaman 8.
5. Apakah pasien, klinisi, dan peneliti blind terhadap terapi?
Ya, baik peneliti atau pun pasien sama sama pada awalnya tidak tahu dimana akan
diletakkan sebab metode yang digunakan adalah metode randomized sampling. Hal
ini dibuktikan pada halaman 2 bagian metode.
This randomized control clinical trial was performed from 10 November
2008 to 20 September 2009 in antenatal clinic at Naghvi hospital, Kashan,
Iran. Inclusion criteria were: (1) willingness to partici- pate in the study, (2)
having mild to moderate nausea and orvomiting, (3) less than 16 weeks’
gestation, (4) singleton pregnancy, (5) literate, (6) no history of other
diseases such as gastrointestinal disorder, (7) not using other methods for
treatment of NVP in the past 3 weeks, (8) able to eat the ginger capsules or
place the wrist bands as prescribed in the correct placement and (9) lived in
Kashan.
6. Apakah grup pasien diperlakukan sama, selain dari terapi yang diberikan?
Ya, setiap grup mendapat intervensi yang sama yakni pada kelompok intervensi
diberikan akupresur dan kelompok kontrol diberikan jahe. Selanjutnya Setelah
memperoleh persetujuan lisan, wanita melakukan pemeriksaan fisik umum dan
evaluasi kebidanan rutin, Selain itu, pada akhir penelitian, para wanita akan
diberitahu tentang hasilnya. Hal ini dibuktikan pada halaman 2.
After obtaining verbal informed consent, women underwent general
physical examinations and routine obstetric evaluations, at the end of the
study, the women would be informed about the results.
Women were instructed not to take any other medications except the
treatment advised by the researchers. Women were followed for 7 days. They
did not receive any intervention for the first three days but interven- tions
were performed for the acupressure and ginger groups for the next four days.
All women in the three groups were instructed to go on diet during the
study [split their meals into frequent small ones, rich in car- bohydrates and
low fat. Also avoiding or not to eat food that may actually make nausea
worse, try eating before or as soon as you feel hungry, stop smoking, eat dry
bread or cookie on awaking, avoiding fried, odorous, spicy, greasy, or gas
forming foods, maintaining good posture, drinking cold, clear, and
carbonated or sour fluids.
7. Apakah karakteristik grup pasien sama pada awal penelitian?
Ya, karakteristik pasien sama. Hal ini tertulis dalam halaman 5.
Paired t-test was also used to compare the mean pre and post intervention scores.
Results indicated that there were significant differences in the mean pre and post
intervention in ginger and acupressure groups. No sig- nificant differences were
found apart from vomiting in control (Table 1)
B. Apa Hasil dari Penelitian Tersebut ?
1. Seberapa penting hasil penelitian ini ?
Penelitian ini penting sebab dapat menjadi referensi tentang pentingnya pemberian
terapi non farmakologi komplementer jahe dan akupresur untuk mengurangi mual
muntah pada ibu hamil sebagai pengganti pemberian obat-obatan farmakologi .
2. Seberapa tepat estimasi dari efek terapi ?
Akupresur Jahe
Received treatment 48 50
No treatment 5 3
53 53

CER 50/53 0.94


control event rate
EER 48/53 0.90
experiment event rate
RR = EER / CER 0.90/0.94 0,95 kemungkinan keberhasilan
relative risk akupresur pada subjek yang
diberikan jahe 0,95 kali dibanding
dengan subjek kontrol.
RRI = ( EER – CER) / 1 – 0,95 0.05 Dengan memberikan jahe
CER atau 1 - RR kegagalan terapi komplementer
relative risk increase akan menurun sebanyak 0,05 %
dibanding kelompok kontrol (RR
tidak > 50 % sehingga tidak
menunjukkan perubahan
signifikan secara klinis.
ARI = EER – CER 0,94 – 0.004 Insiden kegagaln pemberian
absolute risk increase 0,90 terapi komplementer akan
menurun 0,04 % jika diberikan
jahe
NNT = 1 / ARI 1 1/0.04 25 Kita memerlukan 25 pasien yang
number need to treat diberikan jahe untuk melihat
keberhasilan terapi komplementer
C. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat diterapkan)
dalam praktek sehari-hari?
1. Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?
Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada pasien sebab terapi komplementer sudah
menjadi standar asuhan yang dapat diberikan oleh bidan pada asuhan kebidanan.
2. Apakah karakteristik pasien kita sangat berbeda dibandingkan pasien pada
penelitian sehingga hasilnya tidak dapat diterapkan?
Tidak, karakteristik pasien sama dengan subjek penelitian, yaitu ibu hamil
trimester I yang mengalami mual muntah.
3. Apakah hasilnya mungkin dikerjakan di tempat kerja kita?
Hasil penelitian cocok dan sudah menjadi kewajiban yang harus dilakukan
diseluruh wilayah di Indonesia.
4. Apakah value dan preferensi terapi ini?
Terdapat banyak penelitian yang dilakukan, salah satunya oleh Ainul, dan lestari
(2016) pengaruh permen jahe terhadap penurunan emmesis gravidarum pada ibu
hamil trimester I di wilayah Puskesmas Kaliwungu Kenal 2016 pemberian permen
jahe berpengaruh untuk mengurangi mual muntah pada ibu hamil trimester I,
dalam penelitian ini mual muntah yang tidak ditangani segera dapat menjadi
hiperemesis gravidarum oleh sebab itu untuk mengurangi penggunaan obat-obatan
farmakologi pemberian permen jahe dapat di berikan terapi komplemennter.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rohmah (2018) mengatakan bahwa rata-
rata frekuensi mual muntah sebelum diberikan terapi akupresur minimal 3 kali dan
maksimal 4 kali, sedangkan setelah diberikan terapi akupresur rata-rata mual
muntah sebesar minimal 1 kali dan maksimal 2 kali
5. Apakah kita dan pasien kita mempunyai penilaian yang jelas dan tepat akan value
dan preferensi pasien kita?
Ya, pasien telah memahami value dari terapi komplementer
6. Apakah value dan preferensi pasien kita dipenuhi dengan terapi yang akan kita
berikan?
Ya value dan preferensi dipenuhi dengan terapi komplementer
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Y. 2010. Hipnostetri : Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil &. Melahirkan. Jakarta
: Gagas Media

Dewi., dkk, 2017, Pengenalan ilmu pengobatan timur akupresur level ii kkni akupresur
aplikatif untuk mengurangi keluhan pada kasus-kasus kebidanan, LKPI Kunci Jemari:
P3AI

Hartono, Radyanto Iwan Widya, 2012, Akupresur untuk berbagai penyakit, Rapha
Publishing: Yogyakarta

Kemenkes RI, 2015, Panduan akupresur mandiri bagi pekerja di tempat kerja, kementrian
Surakarta, Putu Oka, 2003, Akupresur dan minuman untuk mengatasi gangguan kesehatan
reproduksi, Jakarta: Elex Media Komputindo

Tiran, Denis, 2008, Mual dan muntah kehamilan, Jakarta: EGC

Gunawan, Tata. 2013. “Klasifikasi Dan Kandungan Tanaman Jahe”. akses: 28 Juni 2015

Anonim.2017. Jenis dan Manfaat Jahe. https.//


Jenis_dan_manfaat_jahe_bagi_kesehatan.html. Diakses 6 Maret 2017.

Frondoza CG, Sohrabi A, Polotsky A, Phan PV, Hungerford DS, Lindmark L. An in vitro
screening assay for inhibitors of proinflammatory mediators in herbal extracts using
human synoviocyte cultures. In Vitro Cell Dev Biol Anim. 2004;40:95-101.

DerMarderosian A, Beutler JA. The Review of Natural Products. St. Louis, Mo.: Wolters
Kluwer, 2006

Setyaningrum, Dwi Hesti. 2015. Jahe. Jakarta : Penebar Swadaya

Ramadhan, J A.2013. Aneka Manfaat Ampuh Rimpang Jahe Untuk Pengobatan. Yogyakarta:
Diandra pustaka Medika

Anda mungkin juga menyukai