Kelompok 2
MISI
1. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan perkembangan
terkini kebidanan sesuai Etik Keprofesian dan nilai-nilai Islam.
2. Memajukan Program Studi Profesi Bidan sebagai institusi akademik dan
profesi yang unggul di tingkat nasional dan internasional.
3. Meningkatkan kompetensi lulusan dalam inovasi pelayanan kebidanan
holistic berbasis komplementer berlandaskan nilai-nilai islami.
4. Melakukan penelitian, pengkajian dan pengembangan keilmuan kebidanan
holistic berbasis komplementer.
5. Menyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian kepada masyarakat
berdasarkan hasil penelitian yang tepat guna dalam pelayanan kebidanan
holistic berbasis komplementer.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Komplikasi Dalam
kehamilan, Persalinan, dan BBL, yang membahas tentang “ komplikasi dalam
kehamilan”.
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan menjadi bahan kajian dalam
pembelajaran mata kuliah Komplikasi Dalam kehamilan, Persalinan, dan BBL
sehingga pembelajaran menjadi lebih terstuktur dan dinamis dan memudahkan
mahasiswa dalam memahami topik pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah
ini, penulis banyak mengucapkan banyak terimakasih dan Semoga dapat
bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin
mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan, dalam kehamilan
terjadinya perubahan kondisi biologis wanita disertai dengan kondisi
psikologis dan tejadi proses adaptasi terhadap pola hidup dan proses
kehamilan itu sendiri (Muhtasor, 2013).
Pada kehamilan mual dan muntah merupakan gejala yang normal dan
sering terjadi pada trimester pertama. Namun apabila berlebihan dapat
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk
sehingga ibu kekurangan energi dan juga zat gizi yang disebut hiperemesis
gravidarum (Rofiah et al, 2019).
Diseluruh dunia diperkirakan setiap tahun terjadi 210 juta kehamilan. Dari
jumlah ini 20 juta wanita mengalami komplikasi yang mengancam jiwa, dan
lebih dari 500.000 meninggal, insidensi terjadinya kasus hiperemesis
gravidarum sebesar 0,8 sampai 3,2% dari seluruh kehamilan atau 8 sampai 32
kasus per 1.000 kehamilan di dunia, hampir 50% terjadi di negara-negara Asia
Selatan dan tenggara termasuk Indonesia (Sumarni,2017).
Menurut Madjunkova et al (2013) wanita hamil (50-90%) mengalami
mual dan muntah selama trimester pertama, 28% mengalami mual saja,
sedangkan 52% mual dan muntah. Gejala itu muncul biasanya pada minggu
ke-4 dan menghilang pada minggu ke-16 serta juga mencapai puncaknya
antara pukul 06.00 dan 12.00, diantaranya 20-30% dari wanita hamil juga
dapat mengalami gejala mual dan muntah pada usia kehamilan diatas 20
minggu sampai dengan waktu akan melahirkan.
Penyebab dari hiperemesis gravidarum masih belum diketahui secara
pasti, meskipun peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
tampaknya berperan besar. Penyebab lain adalah peningkatan kadar hormon
progesteron serta peningkatan hormon estrogen. Faktor psikologis juga
1
berperan terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum seperti tekanan
pekerjaan,
rumah tangga yang retak dan dapat menyebabkan konflik mental sehingga
memperoleh mual dan muntah (Runiari, 2010).
Dampak yang terjadi jika terjadi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
adalah dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi
liver dan terjadi ikterus, terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga
menyebabkan gangguan fungsi umum pada alat vital sampai dapat
menimbulkan kematian. Hiperemesis gravidarum juga dapat berdampak pada
peningkatan risiko untuk bayi lahir rendah, kecil untuk usia kehamilan,
kelahiran premature dan kematian perinatal (Manuaba, 2010).
Penanganan ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum perlu menjalani
perawatan di rumah sakit untuk melakukan proses pengobatan. Pengobatan
dilakukan dengan tujuan untuk menghentikan mual dan muntah berlebihan,
serta menambah asupan nutrisi dalam tubuh. Jika tidak dilakukan pengobatan,
maka kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil tidak terpenuhi sehingga
dapat mengganggu kesehatan, aktifitas ibu hamil sangat berpengaruh pada
pertumbuhan janin (Astriana, 2019).
Pengobatan yang dapat mengurangi mual dan muntah dalam ilmu
kesehatan adalah terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi
farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian antimetik, antihistamin dan
kortikosteroid serta terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan cara
pengaturan diet (makan sedikit tapi sering, hindari makanan yang berbau
menyengat dan tajam seperti makanan pedas, makanan berlemak, bersantan
dan berminyak, setelah bangun tidur segera makan kue kering sebelum mulai
beraktivitas), dukungan emosional, dan terapi komplementer (Rahmawati,
2010)
Pengobatan non farmakologis yang dapat digunakan dalam mencegah dan
mengurangi mual muntah salah satunya aromaterapi (Kia et al, 2014).
Aromaterapi adalah minyak dari tumbuhan yang harum dan mempunyai
konsentrasi tinggi dan mudah mengalami penguapan. Prinsip utama
2
aromaterapi yaitu pemanfaatan bau dari tumbuhan atau bunga agar dapat
mengubah kondisi perasaan, psikologis, status spiritual dan mempengaruhi
kondisi fisik seseorang (Carstens, 2013). Cara ini juga merupakan salah satu
solusi alternatif untuk memecahkan masalah, terutama bagi wanita yang
mengalami keluhan atau kecemasan dalam proses kehamilan maupun post
partum (Agustina et al, 2016).
Salah satu masalah yang sering terjadi pada kehamilan adalah terjadinya
perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Perdarahan
pada kehamilan sendiri berarti perdarahan melalui vagina yang terjadi pada
masa kehamilan, bukan perdarahan dari organ atau sistem lainnya. Perdarahan
pada kehamilan adalah masalah yang cukup serius yang terjadi pada
masyarakat Indonesia yang mengakibatkan mortalitas yang cukup tinggi pada
ibu-ibu di Indonesia (dr.Ratna, dr.Arif , 2018).
Perdarahan dan infeksi merupakan salah satu penyumbang AKI (Angka
Kematian Ibu), perdarahan pada hamil muda disebut keguguran atau abortus
(Saifuddin, 2010; h.147). Abortus inkompletus merupakanpendarahan terjadi
jika plasenta, secara keseluruhan atau sebagian terlepas dari uterus, ostium
internum serviks membuka dan menjadi tempat lewatnya darah (Cuninggham
dkk. 2013; h. 233).
B. TUJUAN
Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang komplikasi pada
kehamilan terkait mual dan muntah, serta perdarahan pervaginam
3
BAB II TINJAUAN TEORI
5. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada
trimester pertama. Pengaruh fisologik hormon estrogen ini tidak jelas,
mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya pengosongan
lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda, bila terjadi
7 terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkolosis hipokloremik.
Belum jelas mengapa gejala- gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil
wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping
pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah
menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual,
akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat
(Prawirohardjo,2012).
6. Penanganan
a. Farmakologi
1) Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah
memberikan tablet vitamin B6 1,5 mg/hari untuk meningkatkan
metabolisme serta mencegah terjadinya enchepalopaty.
2) Ondansentron 10 mg pada 50 ml intravena memiliki efektifitas
yang hampir sama untuk mengurangi hiperemesis gravidarum
dengan pemberian antiistamin Promethazine 50 mg dalam 50 ml
intravena. Studi Ferreira (2010) menunjukkan bahwa tidak terjadi
efek teratogenik akibat penggunaan Ondansentron. (Irianti, 2014).
3) Bila perlu berikan 10 mg doksilamin dengan 10 mg vitamin B6
hingga 4 tablet/hari (misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat
pagi dan 1 tablet saat siang).
4) Bila belum teratasi tambahkan demenhidrinat 50-100 mg per oral
atau supositoria berikan 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila
meminum 4 tablet doksilamin/piridoksin) atau prometazin 5-10 mg
3-4 kali sehari per oral atau supositoria (Kemenkes., 2016).
b. Non Farmakologi
1) Melakukan pengaturan pola makan yaitu dengan memodifikasi
jumlah dan ukuran makanan. Makan dengan jumlah kecil dan
minum cairan yang mengandung elektrolit atau suplemen lebih
sering. Mengkonsumsi makanan yang tinggi protein dapat
mengurangi mual dan8 melambatkan aktivitas gelombang
dysrhytmic pada lambung terutama pada trimester pertama
dibandingkan dengan makanan yang didominasi oleh karbohidrat
atau lemak.
2) Menghindari ketegangan yang dapat meningkatkan stress dan
mengganggu istirahat tidur.
3) Meminum air jahe dapat mengurangi mual dan muntah secara
signifikan karena dapat meningkatkan mortilitas saluran cerna,
yaitu dengan menggunakan 1gr jahe sebagai minuman selama 4
hari.
4) Melakukan akupuntur atau hypnosis yang dapat menurunkan mual
dan muntah secara signifikan.
5) Menghindari mengkonsumsi kopi/kafein, tembakau dan rokok,
karena selain dapat menimbulkan mual dan muntah juga dapat
memiliki efek yang merugikan untuk embrio, serta menghambat
sintesis protein (Irianti, dkk, 2014: 58).
4. Mola hidatidosa
Mola berasal dari bahasa latin yang artinya massa dan hidatidosa
berasal dari kata hydats yang berarti tetesan air. Mola hidatidosa
merupakan kehamilan yang berkembang tidak wajar (konsepsi yang
patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis
mengalami perubahan/degenerasi hidropik menyerupai buah anggur atau
mata ikan. Dalam hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau Complete
mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian janin disebut sebagai Mola
Parsialis atau Partial mole.
Mola hidatidosa merupakan
16 penyakit trofoblas gestasional yang
paling sering terjadi. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin dibanding negara-negara Barat. Angka
kejadian tertinggi pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 45
tahun, sosio-ekonomi rendah, dan kekurangan asupan protein, asam folat
dan karoten.
Penyebab dari mola tidak diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mola:
a. Faktor ovum yang memang sudah patologik, tetapi terlambat untuk
dikeluarkan;
b. munoselektif dari trofoblas;
c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah;
d. Malnutrisi, defisiensi protein, asam folat, karoten, vitamin, dan lemak
hewani;
e. Paritas tinggi;
f. Umur, risiko tinggi kehamilan dibawah 20 atau diatas 40 tahun;
g. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas;
h. Suku bangsa (ras) dan faktor geografi yang belum jelas.
17
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Walyani, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan.Yogyakarta:PT
Pustaka Baru
2. Saleha, siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta.
Salemba Medika
3. Sulistyawati, ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil. Yogyakarta.
Penerbit Andi
4. Pitriani, risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas hamil
(Askeb I). Yogyakarta. CV Budi Utama
5. Ferial, Eddyman W. 2013. Biologi Reproduksi. Jakarta : Erlangga
6. Widia, Lidia. 2015. Biologi Dasar dan Biologi Perkembangan. Yogyakarta :
Nuha Medika
7. Nani, Desiyani. 2018. Fisiologi Manusia, Siklus Reproduksi Wanita. Jakarta :
Penebar Plus
8. Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Yogyakarta : Salemba Medika.
9. dr.Ratna, dr.Ari. 2018. Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester 1.
Bandar Lampung : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung .