Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Dosen Pembimbing:
Ns. Marini Agustin , S.Kep , M.Kep , M.Pd

Disusun oleh :
Yustiana Agustin ( 2720237180 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

Tahun 2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb, Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini InsyaAllah dengan
penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Hiperemesis Gravidarum ” yang penulis
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Islam AS-Syafi’iyah.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen
kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..............................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................3
A. KONSEPPENYAKIT….................................................................................3
1. PENGERTIAN.............................................................................................3
2. ETIOLOGI…..............................................................................................3
3. PATOFISIOLOGI / PATHWAY................................................................4
4. TANDA DAN GEJALA.............................................................................6
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................7
6. PENATALAKSANAAN............................................................................7
7. KOMPLIKASI............................................................................................9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................9
1. PENGKAJIAN...........................................................................................9
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................13
3. INTERVENSI............................................................................................13
4. IMPLEMENTASI.....................................................................................22
5. EVALUASI..............................................................................................23
BAB III PENUTUP.....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan sesutu yang wajar terjadi pada wanita usia
produktif , tetapi kurangnya pengetahuan berkaitan dengan reprodukasi
menimbulkan kecemasan tersendiri ( Handayani , 2017 ) . Dalam kehamilan
mual muntah adalah gejala yang normal dan sering terjadi pada trimester
pertama ( setyawati et al , 2014 ) . Namun , apabila berlebihan dapat
mengganggu pekerjaan sehari - hari dan keadaan umum menjadi buruk
sehingga ibu kekurangan energi dan juga zat gizi yang disebut hiperemesis
gravidarum ( Rofi’ah et al, 2019 ) . Hiperemesis gravidarum adalah suatu
keadaan pada masa kehamilan dimana terjadi mual dan muntah berlebihan ,
kehilangan berat badan
, serta terjadinya gangguan keseimbangan elektrolit. Hiperemesis gravidarum
tidak dapat dicegah namun ibu hamil dapat menjadi lebih nyaman jika
mengetahui manajemen perawatan hiperemesis gravidarum tersebut.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai
pada kehamilan muda. Kurang lebih 66 % Wanita hamil trimester pertama
mengalami mual dan 44 % mengalami muntah. Mual biasanya terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat bahkan pada malam hari.
Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG ( Human Chorionic Gonadrotropin ) dalam serum ,
pengaruh Fisilogis kenaikan hormon ini belum diketahui secara jelas. Mual
sering dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan
pada awal kehamilan serta faktor psikologis.
Hiperemesis gravidarum terjadi diseluruh dunia dengan angka
kejadin beragam mulai dari 0,3 % di Swedia , 0,5 % di California , 0,8 % di
Canada, 10,8 % di China , 0,9 % di Norwegia , 2,2 % di Pakistan , 1,9 & di
Turki , 0,5
% - 2 % di Amerika Serikat ( Oktavia , 2016 ) . Sedangkan di Indonesia
menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) komplikasi
kehamilan dengan hiperemesis gravidarum terjadi sekitar 3 % ( SDKI ,
2017 ) . Diseluruh dunia diperkirakan setiap tahun terjadi 210 juta kehamilan .
Dari jumlah ini 20 juta Wanita mengalami kesakitan akibat kehamilan .
Sekitar 8 juta mengalmi

1
2

komplikasi yang mengancam jiwa dan lebih dari 500.000 meninggal , insiden
kasus terjadinya hiperemesis gravidarum sebesar 0,8 sampai 3,2 % dari
seluruh kehamilan atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1.000 kehamilan didunia
, hampir 50 % terjadi di negara negara Asia Selatan dan Tenggara , termasuk
Indonesia ( Sumarni , 2017 ) . Sementara itu, Prevalensi hiperemesis
gravidarum yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2017 angka kejadian hiperemesis gravidarum adalah mulai dari 1 %
sampai 3 % dari seluruh kehamilan . Ibu hamil di Indonesia berjumlah
5.212.568 orang , dari jumlah tersebut 14,8 % ibu hamil mengalami
hiperemesis gravidarum ( Depkes RI , 2017 ).
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibtakan dehidrasi sehingga
nutrisi yang terserap akan berkurang , metabolisme menurun , dan gangguan
sistem hemodinamik ( Apriani & Nurjannah , 2020 ). Hal ini juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin sehingga membutuhan
perawatan dan penanganan pada ibu hamil hiperemesis gravidarum . Jika tidak
dilakukan pengobatan , maka kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil
tidak terpenuhi sehingga dapat mengganggu kesehatan , aktifitas ibu hamil dan
berpengaruh terhadap pertumbuhan janin . Pengobatan dilakukan dengan
memberikan asuhan keperawatan ( Willy , 2019 ) .

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum

b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum
2. Untuk mengetahui etilogi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisilogi/ pathway hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui penatalksanaan hiperemesis gravidarum
7. Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan yang
terjadi kira-kira sampai usia kehamilan 20 minggu . Ketika umur
kehamilan 14 minggu ( trimester pertama ) , mual dan muntah yang
dialami ibu begitu hebat . Semua yang dimakan dan diminum ibu
dimuntahkan ibu sehingga mempengaruhi keadaan umum dan perkerjaan
ibu sehari-hari ( Hutahean , 2013 ) .
Hiperemesis gravidaraum adalah Vomitus yang berlebihan atau
tidak terkendali selama masa kehamilan , yang menyebabkan dehidrasi ,
ketidakseimbangan elektrolit , atau defisiensi nutrisi , dan kehilangan berat
badan ( Lowdermilk 2004 dalam Fithriana 2017 )
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat
lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan , penurunan berat badan , atau gangguan elektrolit ,
sehingga menggangu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam
kandungan ( kadir et al, 2019 ) .

2. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti .
Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik , juga
tidak ditemukan kelainan biokimia . Perubahan -perubahan anatomik pada
otak , jantung , hati , dan susunan saraf , disebabkan oleh kekurangan
vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi . Menurut ( Khayati , 2013 )
terdapat beberapa faktor predisposisi dan factor lain , yaitu :
a. Faktor Predisposisi : primigravida , overdistensi rahim ( hidromnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi , mola hidatidosa )
b. Faktor Organik : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal ,
perubahan metabolik akibat hamil , resistensi yang menurun dari pihak
ibu dan alergi .

3
4

c. Faktor Psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak


diinginkan , takut terhadap kehamilan dan persalinan , takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangn pekerjaan . Selain itu
menurut ( Jusuf CE, 2016 ) riwayat gestasi juga dapat mempengaruhi
penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang mengalami mual dan
muntah sekitar 60-80 % ( primigravida ) , 40-60 % ( multigravida ).

3. PATOFISILOGI / PATHWAY
a. Patofisilogi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik . Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi . Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis
dengan tertimbunya asam aseton-asetik , asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah . Kekurangan volume cairan yang diminum dan
kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang . Natrium dan khlorida air kemih
turun . Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga
aliran darah berkurang . Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah lebih banyak , dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang
sulit dipatahkan . Selain dehidrasi dan tergangguanya keseimbangan
elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan
lambung ( Sindrom Mallory Weiss ) dengan akibat perdarahan
gastrointestinal ( Khayati, 2013 ) .
5

b. Pathway
6

4. TANDA DAN GEJALA


Hiperemesis gravidarum menurut Khayati 2013 dibagi kedalam 3
tingkatan yaitu :
a. Tingkat I :
1.) Ibu merasa lemah
2.) Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
3.) Nafsu makan tidak ada
4.) Berat badan menurun , temperature meningkat
5.) Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan tekanan darah sistolik
menurun
6.) Turgor kulit mengurang
7.) Lidah mengering mata cekung
8.) Merasa nyeri pada epigastrium

b. Tingkat II :
1.) Ibu tampak lemah dan apatis
2.) Berat badan turun
3.) Tensi turun , nadi kecil dan cepat
4.) Suhu kadang- kadang naik
5.) Mata sedikit ikterik dan cekung
6.) Turgor kulit lebih mengurang
7.) Lidah mengering dan tampak kotor
8.) Hemokonsentrasi , oliguria , konstipasi
9.) Aseton tercium dalam hawa pernapasan , karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing

c. Tingkat III :
1.) Keadaan umum lebih parah
2.) Muntah berhenti
3.) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
4.) Nadi kecil dan cepat
5.) Suhu meningkat
6.) Tensi menurun
7.) Mulut kering dan kotor , pernapasan bau aseton
7

8.) Mata cekung dan timbulnya ikterus menunjukkan adnya payah hati

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik / penunjang pada hiperemesis gravidarum
menurut ( Nurarif & Kusuma , 2016 ) ;
a. USG ( dengan menggunakan waktu yang tepat ) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multiple , mendeteksi abnormalitas janin ,
melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : Kultur , mendeteksi bakteri , BUN
c. Pemeriksaan fungsi hepar : ADT, ALT, LDH

6. PENATALKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis gravidarum
menurut ( Khayati , 2013 ) yaitu dengan cara :
a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatau proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan .
c. Menganjurkan mengubahn makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering .
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur , terlebih dahlu makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat .
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknay dihindari .
f. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin .
g. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting ,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula .

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang , makan
diperlukan seperti :
a. Obat-obatan
1.) Sedativa : Phenobarbital
2.) Vitamin : vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
3.) Anti histamine : dramamin , avomin .
8

4.) Anti emetik ( pada keadaan lebih berat ) : Dislikomin hidrokloride


atau Khlorpromasie.
5.) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola
di rumah sakit .

b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang , tetapi cerah
dan peredaran udara yang baik , catat cairan yang keluar masuk , hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke kamar penderita sampai
muntah berhenti pada penderita mau makan . Tidak diberikan makanan
atau minuman dan selama 24 jam .

c. Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan , hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan , kurang
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.

d. Cairan Parenteral
Cairan yang cukup elektrolit , karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5 % dalam cairan fisiologis ( 2-3 liter/ hari ) , dapat ditambah
kalium dan Vitamin ( Vitamin B komplek, Vitamin C ) , bila
kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena, bila
dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik
dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair .

e. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan
psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium , takikardi ,
ikterus , anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang
memerlukan pertimbangan gugur kandungan diantarnya :
1.) Gangguan kejiwaan ditandai dengan : delirium , apatis , somnolen
sampai koma , terjadinya gangguan jiwa .
9

2.) Gangguan penglihatan ditandai dengan : pendarahan retina,


kemunduran penglihatan .
3.) Gangguan faal ditandai dengan : hati dalam bentuk ikterus, ginjal
dalam bentuk anuria , jantung dan pembuluh darah terjadi nadi
meningkat , tekanan darah menurun .

7. KOMPLIKASI
Komplikasi hiperemesis gravidarum menurut ( Hutahean , 2013 ) adalah :
a. Dehidrasi berat
b. Ikterik
c. Takikardia
d. Suhu meningkat
e. Alkalosis
f. Kelaparan
g. Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan
h. Menarik diri
i. Depresi

B. KONSEP ASUAHN KEPERaWaTAN SECARA TEORI


1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk
mengumpulkan data , mengelompokkan , dan menganalisis, sehingga
didapatkan masalah dan kebutuhan untuk perawatan ibu . Tujuan utama
pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus-menerus
mengenai keadaan kesehatan ibu yang memungkinkan perawat
merencankan asuhan keperawatan ( Mitayani , 2009 )
a. Pengkajian Data Subjektif
1.) Biodata
Data ini meliputi nama klien dan suami , usia, suku bangsa,
agama , Pendidikan terakhir , pekerjaan dan penghasilan serta
alamat ( Manurung , 2011 ) . Usia, 20 tahun dan > 35 tahun lebih
berisiko terhadap kejadian hiperemesis gravidarum ( Anasari , 2012
) . Pekerjaan , ibu yang bekerja lebih berisiko terhadap kejadian
hiperemesis gravidarum ( Soekanto , 2006 ) . Pendidikan ,
10

mempunyai pengaruh dalam berperilaku kesehatan ( misalnya


pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil ( Umboh , 2014 ) .

2.) Riwayat Kesehatan sekarang


Pada Riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang
dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada hiperemesis
gravidarum, yaitu : mual dan muntah yang terus menerus , merasa
lemah dan kelelahan , merasa haus dan terasa asam di mulut , serta
konstipasi dan demam . Selanjutnya juga dapat ditemukan berat
badan yang menurun . Turgor kulit yang buruk dan gangguan
elektrolit . Terjadinya oliguria, takikardia , mata cekung , dan
ikterus ( Mitayani , 2009 ) .

3.) Riwayat Kesehatan Dahulu


Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis
gravidarum sebelumnya . Kemungkinan ibu pernah mengalami
penyakait yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang
menyebabkan mual muntah ( Mitayani , 2009 ) .

4.) Riwayat Kesehatan Keluarga


Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluraga

5.) Riwayat menstruasi


(a). Kemungkinan Menarche usia 12-14 tahun
(b). Siklus 28-30 hari
(c). Lamanya 5-7 hari
(d). Banyaknya 2-3 kali ganti duk/ hari
(e). Kemungkinana ada keluhan waktu haid seperti nyeri , sakit
kepala, dan muntah

6.) Riwayat perkawinan


Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda

7.) Riwayat kehamilan dan persalinan


11

(a). Hamil muda : ibu pusing , mual dan muntah , serta tidak nafsu
makan
(b). Hamil tua : Pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai berat
badan , tekanan darah , dan tingkat kesadaran.

8.) Riwayat keluarga berencana


Penggunaan kontrasepsi hormonal diduga mempengaruhi
terjadinya mual muntah yang dapat mempengaruhi penyerapan
mual dan muntah sehingga dapat mempengaruhi mual dan muntah
( Tiran
, 2008 ) .

9.) Data psikologi


Riwayat psikologi sanagat penting dikaji agar dapat
diketahui keadaan jiwa ibu sehubungan dengan perilaku terhadap
kehamilan . Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah marah ,cemas ,
takut akan kegagalan persalinan , mudah menangis , sedih , serta
kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah . Pola
pertahanan diri koping yang digunakan ibu bergantung pada
pengalamannya terhadap kehamilan serta dukungan dari keluarga
dan perawat .

10.) Paritas
Paritas banyak ( lebih dari 4 ) mempunyai resiko tinggi
terjadinya hiperemesis gravidarum ( Annisa, 2012 ) .

11.) Pola pemenuhan kebutuhan sehati-hari


(a). Makan : Frekuensi , jenis makanan , jumlah , pantangan , dan
makanan kesukaan .
(b). Minuaman : Frekuensi, banyaknya , jenis minuman , dan
minuman kesukaan .
(c). Istirahat : siang , malam , dan keluhan
(d). Personal Hygiene : Mandi , sikat gigi , ganti baju , ganti celana
dalam dan bra, potong kuku , dan keramas .
(e). Aktivitas : Ditempat dan dirumah
(f) . Hubungan seksual : Frekensi dan keluhan
12

b. Pengkajian Data Objektif


1.) Pernapasan
Frekuensi pernafasan meningkat
2.) Status hidrasai meliputi turgor kulit , keadaan membrane mukosa (
kering atau lembab ) , dan oliguria.
3.) Status kardiovaskuler seperti nadi ( kuat atau lemah ) , takikardia,
atau terjadinya hipotensi ortostatik
4.) Keadaan abdomen
Meliputi suara abdomen ( biasanya hipoaktif merupakan
keadaan normal dalam kehamilan ) , adanya nyeri lepas atau nyeri
tekanan , adanya distensi , adanya hepatosplenomegali , dan tanda
Murphy dan tanda Mc Burney’s.
5.) Genitourinaria
Sepertinya nyeri kostovertebral dan nyeri suprapubik.
6.) Eliminasi
Seperti perubahan pada konsistensi feces, konstipasai , dan
penurunan frekuensi berkemih .
7.) Seksualitas
Penghentian menstruasi , bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik .
8.) Aktivitas istirahat
Istirahat kurang , terjadi kelemahan tekanan darah sistol menurun ,
dan denyut nadi meningkat ( > 100 kali permenit ) .
9.) Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah , ikterus, dan dapat jatuh dalam
koma.
10.) Keadaan janin
Meliputi pemeriksaan denyut jantung janin , tinggi fundus uterus ,
dan perkembangan janin ( apakah sesuai dengan usia kehamilan ) .
13

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan Diagnosis keperawatan Indonesia ( PPNI, 2017 ) diagnosis
yang muncul sebagai berikut :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi ,
kecemasan . ( D.0005 )
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( mis,
iskemia) . ( D.0077 )
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kekurangan
intake cairan . ( D.0023 )
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ,
peningkatan kebutuhan metabolisme , faktor psikologis ( mis, stress,
keengganan untuk makan ). ( D.0019 )
e. Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan perubahan
status nutrisi ( kelebihan atau kekurangan ). Kekurangan / kelebihan
volume cairan , perubahan hormonal. ( D.0129 )
f. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit ,
gangguan adaptasi kehamilan . ( D.0074 )
g. Konstipasi berhubungan dengan fisiologis ( penurunan motilitas
gastrointestinal , ketidakcukupan asupan serat , ketidakcukupan asupan
cairan) , psikologis ( depresi ) . ( D.0049 )
h. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju
metabolisme. ( D.0130 )
i. Intolernasi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara sulpai
dan kebutuhan oksigen ,kelemahan. . ( D.0056 )

3. INTERVENSI
Intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatanan Indonesia ( Tim Pokja SIKI DPP PPNI , 2018 ) dengan
kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia ( Tim
pokja SLKI DPP PPNI , 2019 ) :
14

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


1. Pola nafas tidak Tujuan : Intervensi :
efektif b.d Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (
penurunan energi , Tindakan keperawatan I.01011 )
kecemasan ( D.0005 diharapkan pola napas Observasi
) membaik ( l.01004) 1.) Monitor pola nafas (
Kritera hasil : frekuensi kedalaman ,
1.) Ventilasi semenit usaha napas )
meningkat 2.) Monitor bunyi napas
2.) Kapasitas vital tambahan ( mis , mengi ,
meningkat wheezing , ronkhi kering ) .
4.) Tekanan ekspirasi 3.) Monitor sputum (
meningkat jumlah, warna, aroma )
5.) Tekanan 4.) Posisikan Semi-fowler
inspirasi meningkat atau Fowler
6.) Dispnoe menurun 5.) Berikan minum hangat
7.) Penggunaan otot 6.) Lakukan fisioterapi
bantu napas menuruan dada, jika perlu
8.) Pemanjangan fase 7.) Lakukan penghisapan
ekspirasi menurun lendir kurang dari 15 detik
9.) Pernapasan purse-lip 8.) Lakukan
menurun hiperoksigenisasi sebelum
10.) Pernapan cuping penghisapan endotrakeal
hidung menurun 9.) Berikan oksigen , jika
11.) Frekuensi perlu edukasi
napas membaik 10.) Anjurkan tehnik batuk
12.) Kedalaman napas efektif
membaik Kolaborasi
14.) Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran
, mukolitik , jika diperlukan
.

Tujuan :
2. Nyeri akut b.d
Setelah dilakukan Manajemen nyeri ( I.08238
agen pencedra
Tindakan keperawatan )
fisilogis ( mis,
diharapkan tinkat nyeri Observasi
iskemia,) .
menurun ( l.08066 ) 1.) Identifikasi lokasi,
( D.0077 )
Kriteria hasil : karkteristik , durasi ,
1.) Keluhan nyeri frekuensi , kulaitas ,
menurun intensitas nyeri
2.) Meringis menurun 2.) Identifikasi skala nyeri
3.) Sikap protektif 3.) Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
4.) Gelisah menurun 4.) Identifikasi faktor yang
5.) Frekuensi nadi memperberat dan
membaik memperingan nyeri
6.) Pola napas membaik
15

7.) Tekanan 5.) Identifikasi pengetahuan


darah membaik dan keyakinan tentang
8.) Pola tidur membaik nyeri
6.) Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7.) Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
8.) Monitor efek samping
pengggunaan analgesik
Terapeutik
9.) Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (
mis, TENS , hypnosis,
akupresur , terapi musik,
biofeedback , terapi pijat ,
aromaterapi , tehnik
imajinasi terbimbing ,
kompres hangat / dingin ,
terapi bermain ) .
10.) Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri ( mis, suhu ruangan ,
pencahayaan , kebisingan )
11.) Fasilitasi istirahat dan
tidur
12.) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
13.) Jelaskan penyebab ,
periode , dan pemicu nyeri
14.) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
15.)Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
16.) Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
17.) Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
18.) Kolaborasi pemberian
analgetik , jika perlu
16

3. Hipovolemia b.d Tujuan : Intervensi :


kehilangan cairan Setelah dilakukan Manajememen hipovolemia
aktif tindakan keperawatan ( I.03116 )
, kekurangan intake diharapkan status cairan Observasi
cairan membaik ( L.03028) 1.) Periksa tanda dan gejala
( D.0023 ) Kriteria hasil : hipovolemia ( mis,
1.) Kekuatan nadi frekuensi nadi meningkat ,
meningkat nadi teraba lemah , tekanan
2.) Turgor darah menurun , tekanan
kulit nadi menyempit , turgor
meningkat kulit menurun , membrane
3.) Perasaan lemah mukosa kering , volume
menurun urine menurun , hematokrit
4.) Keluhan haus meningkat , haus, lemah )
menurun 2.) Monitor intake dan
5.) Perasaan lemah output cairan
menurun Terapeutik
6.) Frekuensi nadi 3.) Hitung kebutuhan cairan
membaik 4.) Berikan asupan cairan
7.) Tekanan oral
darah membaik Edukasi
8.) Tekanan nadi 5.) Anjurkan
membaik memperbanyak asupan
9.) Membran mukosa cairan oral
membaik Kolaborasi
10.) Kadar Hb membaik 6.) Kolaborasi pemberian
11.) Kadar Ht membaik cairan IV isotonis ( mis,
12.) Intake cairan Nacl , RL )
membaik 7.) Kolaborasi pemberian
13.) Suhu tubuh cairan IV hipotonis (
membaik mis, glukosa , Nacl )
8.) Kolaborasi pemberian
cairan koloid ( mis,
albumin , plasmanate )
9.) Kolaborasi pemberian
produk darah

Intervensi :
Manajemen nutrisi (
4. Defisit Nutrisi b.d Tujuan :
I.03119 )
Kurangnya asupan Setelah dilakukan
Observasi
makanan , peningkatan tindakan keperawatan
1.) Identifikasi status nutrisi
kebutuhan diharapan status nutrisi
2.) Identifikasi alergi dan
metabolisme , faktor membaik ( L.04030 )
intolernasi makanan
pisikologis ( mis, Kriteria hasil :
3.) Identifikasi makanan
stress , keengganan 1.) Serum albumin
yang disukai
untuk makan ) . meningkat
4.) Identifikasi kebutuhan
(D.0019 ) 2.) Verbalisasi keinginan
kalori dan jenis nutrient
untuk meningkatkan
nutrisi meningkat
17

3.) Pengetahuan tentang 5.) Identifikasi perlunya


pilihan makanan yang penggunaan selang
sehat meningkat nasogastrik
4.) Pengetahuan tentang 6.) Monitor asupan
standar asupan nutrisi makanan
yang tepat meningkat 7.) Monitor berat badan
5.) Penyiapan dan 8.) Monitor hasil
penyimpanan minuman peeriksaan laboratorium
yang aman meningkat Terapeutik
6.) Sikap terhadap 9.) Lakukan oral hygiene
makanan /minuman yang sebelum makan , jika perlu
sesuai dengan tujuan 10.) Fasilitasi menentukan
Kesehatan meningkat pedoman diet( mis,
7.) Perasaan cepat piramida makanan )
kenyang menurun 11.) Sajikan makanan
8.) Berat badan membaik secara menarik dan suhu
9.) Indeks masa tubuh ( sesuai
IMT ) membaik 12.) Berikan makanan
10.) Frekuensi makan tinggi serat untuk
membaik mencegah konstipasi
11.) Nafsu 13.) Berikan makanan
makan membaik tinggi kalori dan tinggi
12.) Bising usus protein
membaik 14.) Berikan suplemen
maknan , jika perlu
15.) Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
16.) Anjurkan posisi duduk
, jika mampu
17.) Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
18.) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (
ks, Pereda nyeri ,
antiemetic ) , jika perlu
19.) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jumlah
nutrien yang dibtuhkan ,
jika perlu

4.Gangguan integritas
kulit / jaringan b.d Tujuan : Intervensi :
perubahan status Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit (
nutrisi ( kelebihan atau Tindakan keperawatan I.11353 )
18

kekurangan ) , diharpkan integritas kulit Observasi


kekurangan / kelebihan dan jaringan meningkat ( 1.) Identifikasi penyebab
volume cairan , L.14125 ) integritas kulit ( mis,
perubahan hormonal Kriteria hasil : perubahan sirkulasi ,
( D.0129 ) 1.) Elastisitas meningkat perubahan status nutrisi ,
2.) Hidrasi meningkat penurunan kelembaban ,
3.) Kerusakan lapisan suhu lingkungan ekstrem ,
kulit menurun penurunan mobilitas )
4.) Pigmentasi abnormal 2. Gunakan produk
menurun berbahan petrolin atau
5.) Tekstur membaik minyak pada kulit kering
3.) Gunakan produk
berbahan ringan / alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
4.) Hindari produk
berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
Edukasi
5.) Anjurkan menggunakan
pelembab ( mis, lotion ,
serum )
6.) Anjurkan minum air
yang cukup
7.) Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
8.) Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur

6.Gangguan rasa Tujuan : Intervensi :


Nyaman b.d gejala Setelah dilakukan Manajemen nyeri ( I.08238
penyakit, gangguan tindakan keperawatan )
adaptasi kehamilan . diharapkan status Observasi
(D.0074) kenyamanan meningkat ( 1.) Identifikasi lokasi,
L.08064 ) karkteristik , durasi ,
Kriteria hasil : frekuensi , kulaitas ,
1.) Rileks meningkat intensitas nyeri
2.) Keluhan tidak 2.) Identifikasi skala nyeri
nyaman menurun 3.) Identifikasi respon nyeri
3.) Gelisah menurun non verbal
4.) Keluhan sulit tidur 4.) Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
5.) Mual menurun memperingan nyeri
6.) Lelah menurun 5.) Identifikasi pengetahuan
7.) Merintih menurun dan keyakinan tentang
8.) Menangis menurun nyeri
6.) Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
19

7.) Identifikasi pengaruh


nyeri pada kualitas hidup
8.) Monitor efek samping
pengggunaan analgesik
Terapeutik
9.) Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (
mis, TENS , hypnosis,
akupresur , terapi music,
biofeedback , terapi pijat ,
aromaterapi , tehnik
imajinasi terbimbing ,
kompres hangat / dingin ,
terapi bermain ) .
10.) Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri ( mis, suhu ruangan ,
pencahayaan , kebisingan )
11) Fasilitasi istirahat dan
tidur
12.) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
13.) Jelasan penyebab ,
periode , dan pemicu nyeri
14.) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
15.) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
16.) Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
17.) Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
18.) Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
19.) Kolaborasi pemberian
analgetik , jika perlu

8.Konstipasi b.d Tujuan :


fisilogis ( penurunan Setelah dilakukan Intervensi :
motilitas tindakan keperawatan Manajemen eleminasi fekal
gastrointestinal , diharpakan eleminasi ( I.04151 )
ketidakcukupan fekal membaik (
asupan serat , L.04033 )
20

ketidakcukupan Kriteria hasil : Observasi


asupan ), psikologis ( 1.) Kontrol pengeluranan 1.) Identifikasi masalah
depresi ) ( D.0049 ) feses meningkat usus dan penggunaan obat
2.) Keluhan defekasi pencahar
lama dan sulit menurun 2.) Identifikasi pengobatan
3.) Mengejan saat yang berefek pada kondisi
defekasi menurun gastrointestinal
4.) Distensi abdomen 3.) Monitor buang air besar
menurun ( mis, warna, frekuensi ,
5.) Konsistensi feses volume )
membaik 4.) Monitor tnada dan
6.) Frekuensi defekasi gejala diare , konstipasi,
membaik atau impaksi
7.) Peristaltik usus Terapeutik
membaik 5.) Berikan air hangat
setelah makan
6.) jadwalkan waktu
defekasi bersama pasien
7.) Sediakan makanan
tinggi serat
Edukasi
8.) Jelaskan jenis makanan
yang membantu
meningkatkan peristaltik
usus
9.) Anjurkan mencatat
warna, frekuensi ,
konsistensi , volume feses
10.) Anjurkan
meningkatkan aktivitas
fisik, sesuai intoleransi
11.) Anjurkan pengurangan
asupan makanan yang
meningkatkan
pembentukan gas
12.) Anjurkan
mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi
serat
13.) Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan , jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
14.) Kolaborasi pemberian
obat supositoria anal, jika
perlu
21

8. Hipertermi b.d Tujuan : Intervensi :


dehidrasi , Setelah dilakukan Manajemen hipertermia (
peningkatan laju tindakan keperawatan I.15506 )
metabolisme. diharapkan termoregulasi
Observasi
membaik ( L.14134 ) 1.) Identifikasi penyebab
( D.0130 ) Kriteria hasil : hipertermia ( mis, dehidrasi
1.) Mengigil menurun , terpapar lingkungan
2.) Kulit merah menrun panas, penggunaan
3.) Kejang menurun inkubator )
4.) Akrosianosis menurun 2.) Monitor suhu tubuh
5.) Konsumsi oksigen 3.) Monitor kadar elektrolit
menurun 4. ) Monitor haluaran urine
6.) Suhu tubuh membaik 5.) Monitor kompikasi
7.) Suhu kulit membaik akibat hipertermia
8) Tekanan darah Terapeutik
membaik 6. ) Sediakan lingkungan
yang dingin
7. ) Longgarkan atau
lepaskan pakaian
8.) Basahi atau kipasi
permukaan tubuh
9. ) Berikan cairan oral
10.) Ganti linen setiap hari
atau lebih jika mengalami
hyperhidrosis ( keringat
berlebih )
11.) Lakukan
pendinginan eksternal
( mis, selimut hipotermia
atau kompres dingin pada
dahi , leher , dada ,
abdomen ,aksila ) 12.)
Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
13.) Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
14.) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
15.) Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena , jika perlu

Tujuan : Intervensi :
9. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi (
b.d ketidakseimbangan tindakan keperawatan I.05178 )
antar sulpai dan diharapkan intolernasi Observasi
kebutuhan oksigen, aktivitas meningkat ( 1.) Identifikasi gangguan
kelemahan L.05047 ) fungsi tubuh yang
( D.0056 ) mengakibatkan kelelahan
22

Kriteria hasil : 2.) Monitor kelelahan fisik


1.) Frekuensi nadi dan emosional
meningkat 3.) Monitor pola dan jam
2.) Saturasi oksigen tidur
meningkat 4.0 Monitor lokasi dan
3.) Kemudahan dalam ketidaknyamanan selam
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat Terapeutik
4.) Keluhan lelah 5.) Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah
5.) Tekanan stimulasi ( mis, cahaya,
darah membaik suara, kunjungan )
6.) Frekuensi napas 6.) Lakukan Latihan
membaik rentang gerak pasif dan /
atau aktif
7.) Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
8.) Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur , jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
9.) Anjurkan tirah baring
10.) Anjurkan
menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
11.) Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
12.) Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkakan asupan
makanan

4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah fase Ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan . Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah , mengurangi ,
dan menghilangkan dampak atau respon yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Ali, 2014 ) .
23

Implementasi Keperawatan direncanakan dengan tujuan klien


mampu melakukan perawatan diri secra mandiri ( self care ) dengan
penyakit yang dialami sehingga klien mencapai derajat kesembuhan yang
optimal dan efektif . Sehingga kemandirian pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum dapat meningkat dengan dilakukan keperawatan
untuk mengurangi penyebab terjadinya mual muntah yang berlebihan dan
memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu .

5. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan , proses yang
continue yang penting untuk menjamin kulaitas dan ketetapan perawatan
yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon [asien untuk
menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien
( Haryanto & Rini , 215 ) . Beberapa tehnik penulisan dokumentasi asuhan
keperawatan dengan SOAP pada pasien hiperemesis gravidarum antara
lain:
a. Mengumpukan data
Subjeaktif 1.) Menanyakan
Biodata
2.) Menanyakan Riwayat penyakit pasien sebelumnya seperti catatan
tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan
tambahan .
3.) Menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien .
b. Mengumpukan data objektif
Mengumpukan data observasi melalui pemeriksaan fisik pada pasien
seperti TTV dan lainnya .
c. Analisis dan Interpretasi
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi
diagnosa, antisipasi atau masalah potensial , serta perlu tidaknya
dilakukan tundakan segera.
d. Perencanaan
Membuat rencana Tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri , kolaborasi , diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk
tindak lanjut.
24

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih
dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan , penurunan berat badan , atau gangguan elektrolit ,
sehingga menggangu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam
kandungan ( kadir et al, 2019 ) .
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi sehingga
nutrisi yang terserap akan berkurang , metabolisme menurun , dan gangguan
sistem hemodinamik ( Apriani & Nurjannah , 2020 ). Hal ini juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin sehingga membutuhan
perawatan dan penanganan pada ibu hamil hiperemesis gravidarum . Jika tidak
dilakukan pengobatan , maka kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil
tidak terpenuhi sehingga dapat mengganggu kesehatan , aktifitas ibu hamil dan
berpengaruh terhadap pertumbuhan janin . Pengobatan dilakukan dengan
memberikan asuhan keperawatan ( Willy , 2019 ) .

B. Saran
Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum sebaiknya ditangani sejak dini
sehingga tidak mengakibatkan komplikasi . Kesehatan ibu hamil dan janin
selalu dimonitor dengan melakukan pemeriksaan rutin secara berkala.
25
DAFTAR PUSTAKA

Utari Putri . ( 2021 ) . Hiperemesis. Bandung :


https://www.scribd.com/document/522211660/HIPEREMESIS

Iin SriWahyuni . (2018 ). Asuhan keperawatan Hiperemesis gravidarum dengan


masalah keperawatan intoletnasi aktivitas . Jember :
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/89047/IIN%20SRI%20WA
HYUNI-%20152303101055.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Farhan Yudistira . ( 2022 ) . Asuhan keperawatan Hiperemesis gravidarum dengan


masalah keperawatan defisit nutrisi. Serang :
https://eprints.untirta.ac.id/16404/1/farhan%20yudistira_8801190045_fulltext.pdf

Rina Andriani . ( 2019 ). Asuhan keperawatan pada hyperemesis gravidarum .


Bengkulu : http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/2005/1/RINA-dikonversi.pdf

Anisa Putri . ( 2022 ) . Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu
hamil dengan hyperemesis gravidarum . Bengkulu :
http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/2442/1/1b.%20KTI- Lampiran%20FIX
%20TTD.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai