Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Emesis Gravidarum pada kehamilan muda merupakan salah satu
komplikasi sebagai akibat langsung dalam kehamilan.Meskipun emesis bukan
merupakan faktor utama penyebab kematian ibu di Indonesia, tetapi kejadian
emesis cukup besar yaitu 60-80% primigravida dan 40-60% pada multigravida
dan satu diantara 1000 kehamilan mengalami gejala lebih berat,oleh karena itu
mual dan muntah tidak boleh di anggap ringan karena pada usia kehamilan
muda organ-organ vital janin terbentuk dan mengakibatkan terlambatnya
pertumbushan janin yang dikandungnya karena zat-zat besi yang seharusnya
diserap oleh janin terbuang bersama dengan terjadinya muntah( Proverawati,
2009).
Hiperemesis Gravidarum didefinisikan sebagai kejadian mual dan muntah
yang mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan
nutrisi abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta
memiliki konsekuensi yang merugikan janin. Mual dan muntah merupakan
gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan tremister I, yaitu pada
minggu 1 sampai minggu ke 12 selama masa kehamilan (Runiari, 2010).
Menurut Sandven (2010) mengatakan bahwa Hiperemesis Gravidarum juga bisa
terjadi sebelum akhir minggu ke 22 kehamilan atau pada trimester II kehamilan.
Dampak dari Hiperemesis Gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan
wanita, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus,
berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta malformasi pada bayi baru lahir
(Runiari, 2010). Oleh karena itu dukungan keluarga sangat penting bagi ibu yang
sedang hamil. Terkadang ibu hamil dihadapkan pada rasa kecemasan dan

1
2

ketakutan akan gangguan yang dihadapi pada masa kehamilannya (Indriyani,


2013). Keluarga diharapkan selalu memotivasi, membantu dan mendampingi ibu
hamil dalam menghadapi keluhan kehamilannya sehingga ibu hamil merasa
tenang dan nyaman setiap ada masalah yang dialaminya selama masa kehamilan
(Indriyani, 2013).
Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat
menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Menurut data World
Health Organization (WHO), angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015
adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu
adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di negara berkembang
yaitu sebesar 302.000 kematian (WHO, 2015). Secara global, 80% kematian ibu
hamil yang tergolong dalam penyebab kematian ibu secara langsung, yaitu
disebabkan karena terjadi perdarahan (25%) biasayanya perdarahan pasca
persalinan, hipertensi pada ibu hamil (12%), partus macet (8%), aborsi (13%)
dan karena sebab lain (7%) (WHO,2012).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu yang dilaporkan oleh dinas kesehatan
Sulawesi barat tahun 2012 yakni 59 per 100.000 kelahiran hidup, jumlah kematin
ibu sebanyak 52 per 100.000 kelahiran hidup,tahun 2016 sebanyak 49 per
100.000 kelahiran hidup,dan pada tahun 2017 kematian ibu mengalami
penurunan menjadi 39 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar tahun 2016
diketahui angka kematian ibu sebanyak 14 orang yang diesbabkan oleh
perdarahan sebanyak 5 orang, hipertensi 8 orang, dan lainnya 1 orang,sedangkan
pada tahun 2017 diketahui angka kematian ibu sebanyak 11 orang yang
disebabkan oleh perdarahan 5 orang , hipertensi 3 orang dan lainnya 3 orang dan
pada tahun 2018 angka kematian ibu mengalami peningkatan sebanyak 25 orang
3

yang disebabkan perdarahan sebanyak 10 orang, hipertensi 4 orang, gangguan


system peredaran darah 4 orang dan lainnya 7 orang.
Data yang diperoleh dari Puskesmas Tinambung menunjukan jumlah ibu
hamil pada tahun 2016 yaitu sebanyak 571 orang, 35 orang yang mengalami
hyperemesis gravidarum, pada tahun 2017 jumlah ibu hamil 577 orang, di
antaranya 43 orang ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum, dan
pada tahun 2018 jumlah ibu hamil 584 orang, 39 orang ibu hamil yang
mengalami hyperemesis gravidarum
Muntah yang berlebihan akan menyebabkan cairan tubuh semakin
berkurang sehingga darah menjadi kental atau hemokonsentrasi yang dapat
melambatkan peredaran darah. Hal tersebut bisa mengurangi komsumsi oksigen
dan makanan ke jaringan yang bisa menimbulkan kerusakan jaringan dan
menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil. Selain itu muntah yang
berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembulu darah kapiler pada lambung
sehingga muntah bercampur darah. Pembesaran bayi dalam rahim sangat
tergantung pada asupan nutrisi ibu hamil.Muntah yang berlebihan akan membuat
tubuh kehilangan cairan dan dan halini akan menggangu sirkulasi darah dan
metabolism tubuh janin sehingga dapat menyebabkan bayi tumbuh kecil dalam
rahim Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) (Weson dan Nicky,2002).
Sementara itu, angka kejadian Hiperemesis Gravidarum di Indonesia adalah
mulai dari 1% sampai 3% dari seluruh kehamilan (Aril., et al, 2010). Prevalensi
Hiperemesis Gravidarum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (2009), menjelaskan bahwa lebih dari 80% wanita hamil di
Indonesia mengalami mual dan muntah yang berlebihan. Menurut Vikanes, et al
(2013) insidensi terjadinya kasus Hiperemesis Gravidarum sebesar 0,8 sampai
3,2% dari seluruh kehamilan atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1.000 kehamilan
di negara Norwegia.
4

Penyebab Hiperemesis Gravidarum sampai saat ini masih belum diketahui


secara pasti, namun terdapat bebarapa teori yang menjelaskan penyebab
terjadinya, dimana Hiperemesis Gravidarum berhubungan dengan terjadinya
peningkatan kadar estrogen atau human chorionic gonadotropin (HCG) dan
mungkin juga berhubungan dengan terjadinya hipertiroidisme selama kehamilan
(Sandven, 2010). Penyebab lain adalah peningkatan kadar hormon progestron
serta peningkatan hormon estrogen (Runiari, 2010). Faktor psikologis juga
berperan terhadap terjadinya Hiperemesis Gravidarum seperti tekanan pekerjaan,
rumah tangga yang retak dan dapat menyebabkan konflik mental sehingga
memperparah mual dan muntah (Runiari, 2010).
Berdasarkan data tersebut di atas sehingga penulis tertarik untuk mengambil
judul “Asuhan Kebidanan Gestasi 10 minggu 4 hari dengan Hiperemesis
Gravidarum Tingkat II di Puskesmas Tinambung”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada karya tulis ini adalah bagaimana Asuhan
kebidanan pada Ny. “N” Gestasi 10 minggu 4 hari dengan Hiperemesis
Gravidarum Tingkat II di Puskesmas Tinambung pada Tanggal 22-264 Februari
2019 ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “N” dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Tinambung Kab.Polewali
Mandar tanggal dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
sesuai wewenang bidan.
5

2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian pada Ny
“N” dengan hiperemesis gravidarum tingkat II pada tanggal 22 s.d 24
Februari 2019
b. Memperoleh pengalaman nyata dalam menganalisan dan dinterpretasikan
untuk menentukan diagnose actual pada Ny “N” dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II pada tanggal 22 s.d 24 Februari 2019
c. Memperoleh pengalaman nyata dalam antisipasi kemungkinan timbulnya
diagnose/masalah potensial pada NY “N” dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II pada tanggal 22 s.d 24 Februari
d. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan tindakan segera dan
kolaborasi pada Ny “N” dengan hiperemesis gravidarum tinggakat II
pada tanggal 22 s.d 24 Februari 2019
e. Memperoleh pengalaman nyata dalam rencana tidakan asuhan kebidanan
yang telah disusun pada Ny “N” dengan hiperemesis gravidarum tingkat
II pada tanggal 22 s.d 24 Februari 2019
f. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan tindakan secara
langsung dari rencana tindakan yang telah disusun pada Ny “N” dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II pada tanggal 22 s.d 24 Februari 2019
g. Memperoleh pengalaman nyata dalam mengevaluasi efektifitas tindakan
yang telah dilaksanakan pada Ny “N” dengan hiperemesis gravidarum
tingkat II tanggal 22 s.d 24 Februari 2019
h. Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan semua
temuan dan tindakan yang telah diberikan kepada Ny “N” dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II pada tanggal 22 s.d 24 Februari 2019.
6

D. Ruang lingkup

1. Sasaran
Adapun yang menjadi sasaran dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini
menggunakan cakupan pelayanan Asuhan Kebidanan Antenal Patologi pada
Ny “N” dengan hiperemesis gravidaum tingkat II di puskesmas tinambung

2. Tempat
Adapun tempat pengambilan kasus asuhan kebidanan yaitu di
Puskesmas Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi
Barat

3. Waktu
Adapun waktu pengambilan kasus asuhan kebidanan yaitu pada tanggal
18 Februari sampai dengan 05 april 2019

E. Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan kasus tersebut di atas adalah :
1. Manfaat ilmiah
Sebagai masukan bagi petugas kesehatan utamanya bidan dalam
penanganan kasus khususnya yang berkaitan dengan hiperemesis
gravidarum
2. Manfaat Institusi
Sebagai bahan Referensi bagi instansi jurusan kebidanan untuk
penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya
3. Manfaat bagi penulis
Merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk meningkatkan
kemampuan dalam penerapan menajemen asuhan kebidanan khususnya
hiperemesis gravidarum tingkat II.
7

F. Metode memperoleh data


Penulisan kasus ini menggunakan beberapa metode,yaitu:
1. Studi kepustakaan
Penulis mempelajari buku-buku,literature,dan media internet yang
berhubungan dengan kasus hiperemesis gravidarum
2. Studi kasus
Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan
oleh Helen Varney(1997) dengan 7 langkah yang di susun secara periodic
proses asuhan kebidanan dimulai dari langkah pengkajian dan di akhiri
dengan evaluasi serta pendokumentasian.Untuk menghimpun data yang
diharapkan,penulis menggunakan metode:
a. Wawancara
Penulis mengadakan Tanya jawab atau diskusi dengan
pasien,keluarga,bidan dan dokter diruang perawatan yang berhubungan
dengan masalah klien.
b. Observasi
Penulis memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung pada pasien
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fsik dengan cara insfeksi,palpasi,asukultasi, perkusi dan
pemeriksaan laboratorium

3. Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari kasus serta menginterpretasi data yang
berhubungan dengan klien,yang bersumber dari catatan buku status,seperti
catatan dokter,bidan,hasil laboratorium,serta diagnostic tes.
4. Diskusi
Penulis melakukan diskusi dengan tenaga kesahatan seperti dosen
pembimbing dan institusi untuk kelancaran penulis karya tulis ilmiah ini.
8

SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Ruang Lingkup
E. Manfaat Penulisan
F. Metode Memperoleh data
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Kebidana
B. Teori Tentang Kehamilan
C. Tinjauan Tentang Hiperemesis
D. Teori Pendokumentasian
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Langkah I : Identifikasi data dasar
B. Langkah II : Identifikasi diagnose /masalah actual
C. Langkah III : Identifikasi diagnose / masalah potensial
D. Langkah IV : Tindakan segera / kolaborasi
E. Langkah V : Intervensi / Rencana tindakan
F. Langkah VI : Implementasi / Pelaksanaan
G. Langkah VII : Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan kebidanan
1. Pengertian
Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana
(Rahmawati, 2012).

2. Tujuan Asuhan Kebidanan


Tujuan utama dari asuhan kebidanan adalah mengurangi morbiditas
dan mortalitas (angka kesakita dan kematian) dalam upaya menyelematkan
ibu dan bayi yang berfokus kepada upaya promotif dan
preventif.Memberikan asuhan diberikan secara fleksibel, kreatif, suportif,
peduli, bimbingan, dan monitoring berkesinambungan dengan
memperhatikan hak asasi manusia (Rury, 2012)

3. Filosofi Asuhan Kebidanan

a) Pengertian Falsafah
Falsafah/Filsafat/Filosofi Secara harfiah berasal dari bahasa Yunani
yaitu Philein yang berarti cinta dan Sophos yang berarti hikmah.Jadi
makna dari filsafah adalah cinta pada kebijaksanaan.Falsafah bisa
diartikan juga sebagai ilmu yang mengkaji tentang akal budi mengenai
hakikat yang ada (Dwiana, 2011).
b) Pendapat Para Ahli
1) Filosofi adalah disiplin ilmu yang difokuskan pada pencarian
dasar-dasar dan penjelasan yang nyata (Chinn, 1991).
2) Filosofi adalah ungkapan seseorang tentang nilai, sikap dan
kepercayaan meskipun pada waktu yang lain ungkapan tersebut

9
10

merupakan kepercayaan kelompok yang lebih sering disebut


ideologi (Moya, 1993).
3) Filosofi di interpretasikan seperti kebijaksanaan atau pengetahuan
tentang sekeliling kita dan apa penyebabnya. Filosofi merupakan
kalimat eksplisit tentang kepercayaan mengenai nilai apa yang
mempengaruhi. Filosofi adalah sesuatu yang biasa memberikan
gambaran dan berperan sebagai dasar untuk memberikan informasi
dan meningkatkan praktik profesional.

4. Falsafah Asuhan Kebidanan


Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa arab yaitu “falsafa”
(timbangan) yang dapat diartikan pengetahuan dan penyelidikan dengan
akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya
(Harun Nasution, 1979) Menurut bahasa Yunani “philosophy“ berasal
dari dua kata yaitu philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik
kepada) dan sophos (hikmah, kebijkasanaan, pengetahuan, pengalaman
praktis, intelegensi). Filsafat secara keseluruhan dapat diartikan “ cinta
kebijaksanaan atau kebenaran.”
Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi
bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Falsafah kebidanan
tersebut adalah :
a. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang – Undang
maupun peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu
tenaga pelayanan kesehatan professional dan secara internasional
diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM), FIGO
dan WHO.

b. Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah


diatur dalam beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan
ditujukan dalam rangka membantu program pemerintah bidang
kesehatan khususnya ikut dalam rangka menurunkan AKI, AKP, KIA,
Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman dan KB.
11

c. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh


pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan manusia dan perbedaan budaya. Setiap individu berhak
untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan
untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.

d. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan


menopause adalah proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang
membutuhkan intervensi medic.

e. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun


apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.

f. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka
setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak
mendapat pelayanan yang berkualitas.

g. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan


keluarga yang membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa
remaja.

h. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu,


lingkungan dan pelayanan kesehatan.
i. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat.

j. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan


masalah dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan
yang professional dan interaksi social serta asas penelitian dan
pengembangan yang dapat melandasi manajemen secara terpadu.

k. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan


kepribadian berlangsung sepanjang hidup manusia perlu
dikembangkan dan diupayakan untuk berbagai strata masyarakat.
12

5. PelayananKebidanan
Seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan
dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan
ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan dan masyarakat.
6. Praktek Kebidanan
Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan / asuhan
kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis Lingkup
praktik kebidanan meliputi asuhan mandiri / otonomi pada perempuan,
remaja putri, dan wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan
sesudahnya. Praktik kebidanan dilakukan dalam system pelayanaan
kesehatan yang berorientasi pada masyarakat, dokter, perawat, dan dokter
spesialis dipusat-pusat rujukan.
7. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada
individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara:
a. Bertahap dan sistematis
b. Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan
Penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah
dalam bidang kesehatan ibu masa hamil,persalinan, nifas bayi stelah lahir
serta KB.

8. Model Asuhan Kebidanan (lancarster and lavcaster,1992)


Ketika bidan melakukan aktifitas / tindakan memberi asuhan akan
dilakukan berdasar pemahaman, pengetahuan dan teori yang dimiliki
bidan itu sendiri.
Pemahaman dalam hal ini adalah bidan harus memiliki pehaman
terhadap klien yang meliputi kebutuhan atau masalah dari setiap klien
yang membutuhkan perhatian.Pemahaman ini didasarkan pada
pengalaman sebelumnya. Bidan kemudian analisis tindakan apa yang bisa
13

dilakukan untuk mengurangi masalah/ kebutuhan kemudian menganalisis


kemampuannya sendiri dalam memecahkan masalah / kebutuhan klien.
Contoh kasus adalah peerdarahan post partum. Yang perlu bidan
pahami dari kasus ini adalah :
a. Klien memiliki kebutuhan fisiologis berkaitan dengan hilangnya
darah yang banyak secara tiba-tiba
b. Kebutuhan fidiologis adalah kecemasan yang berhubunhgan dengan
keadaan dirinya sendiri juga keselamatan bayinya
c. Oleh karena itu bidan harus segera menghentikan perdarahan dan
menjaga keseimbangan cairan
d. Apabila dirasa perlu bidan juga akan melakukan kolaborasi dengan
dokter.
Pengetahuan merupakan tindakan yang dilakukan seorang bidan
sebagai respon dari sebuah kejadian memerlukan pengetahuan. Sebagai
contoh adalah:
Bidan akan menggunakan pengetahuannya daam menangani pasien
tadi, selain menghentikan perdarahan juga pasti akan dilakukan balancing
cairan, apabila hal tersebut tidak dilakukan maka hasilnya juga tidak akan
optimal.
Bidan menggabungkan antara pengetahuan dan pengalaman untuk
menjadi teori dari tindakan yang harus dilakukan pada asuhan secara tepat
disebut theory –in-use (agrys dan schon 1974). Teori ini sering digunakan
dalam kebidanan dan keperawatan pada maslah. Chin dan kramer (1991)
mengatakan beberapa tahun terakhir teori tidak lagi didasarkan pada teori
praktis tetapi evidence based (berdasarkan bukti ilmiah).
Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide yang
menjadi dasar suatu disiplin ilmu.Konseptual model berkembang dari
wawasan intuitif keilmuan kemudian disimpulkan dalam kerangka acuan
ilmu sehingga konseptual model dapat memberikan gambaran abstrak atau
ide yang mendasari disiplin ilmu kemudian diterapkan sesuai dengan
bidan ilmu masing masing.
14

Model memberikan kerangka dan kemudahan untuk memahami dan


mengembangkan praktik serta untuk membimbing dalam melaksanakan
tindakan nyata. Jenis model meliputi mental model, fisik model, dan
simbolik model.
Ketiga jenis model tersebut mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk menggambarkan beberapa aspek (konkret maupun abstrak)
dengan menggantikan persamaannya seperti diagram,struktur gambar
dan rumus.
b. Merupakan gagasan mental sebagai bagian teori yang memberikan
bantuan ilmu-ilmu sosial dalam konsep dan menyamankan aspek-
aspek dalam proses sosial (galt dan smith 1976) .
c. Mengambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak.
Ada 2 jenis model yang dikenal dalam praktik kebidanan yaitu model
medikal (medical model) dan model setuk sehat unuk semua (health for
all). Keduanya mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam pelayanan
kebidanan .

6. Model Medical (Medical Model)


Model medikal adalh sebuah model yang disusun untuk membantu
masyarakat dalam memahami konsep sehat dan sakit. Didalamnya
mengandung makna bahwa kesehatan merupakan dasar penting dalam
hdup seorang, serta bagaimana mencegah terjadinya penyakit dan cara
mengatasinya .
Ada 3 elemen yang merupakan simpulan dari model medical. Yaitu:
a) Pengendalian cara hidup yang alami
b) Mekanisme kehidupan manusia
c) Pemahaman bahwa penyakit merupakan hal yang tidak terpisahkan
dari lingkungan fisik da lingkungan sosial seseorang.
Model medical biasanya digunakan dalam penyembuhan atau terapi
secara spesifik kepada seseorang baik masalah fisik maupun psikologis.
15

7. Kesehatan Untuk Semua (Health For All/HFA)


Model kesehatan untuk semua (KESUMA) ditemukan oleh WHO
sejak tahun 1978 dan kemudian tahun 1981 secara berlahan juga
diperhitungkan dalam pelayanan kebidanan yang berfokus pada perawatan
wanita, keluarga dan masyarakat. Jika model medical berfokus pada
indifidu, KESUMA memberi fokus pada asuhan kepada masyarakat.
Deklarasi model KESUMA adalah fokus dan titik berat dalam
pencapaian tujuan adalah dengan menggunakan primary health care
(PHC). Model kusuma didalamnya terkandung dalam 5 konsep PHC
adalah sebagai berikut (Dwian,2011):
a) Pemerataan upaya kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat
b) Pelayanan kesehatan berupa promotif, prepentif, kuratif, dan
rehabilitatif
c) Pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna
d) Optimalisai peran serta masyarakat
e) Kolaborasi lintas sektoral
Konsep dasar diatas diaplikasikan keadalam 8 elemen PHC sebagai
berikut:
a) Pendidikan kesehatan tentang masalah kesehatan termasuk metode
pencegahan dan penanganannya
b) Ketersediaan makanan bergizi
c) Ketersedian air dan lingkungan yang bersih
d) Kesehatan ibu dan anak termasuk didalamnya keluarga berencana
e) Program imunisasi
f) pencegahan dan penanganan penyakit enemic
g) Penangan penyakit dan kecatatan
h) Penggunaan obat-obat esensial
16

B. Teori Tentang Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari


spermatozoa dan ovum dilamjutkan dengan nidasi atau implementasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional (Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari intrauterine
mulai sejak konsepsi sampai permualaan persalinan.Setiap bulan wanita
melepaskan satu sampai dua sel telur dari induk telur (ovulasi) yang
ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrae) dan masuk kedalam sel telur,saat
melakukan hubungan seksual ,cairan sperma masuk kedalam vagina dan
berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk
kedalam sel telur.Pembuahan sel telur oleh sperma biasa terjadi dibagian
yang mengembang dari tuba fallopi Pada sekeliling sel telur banyak
berkumpul sperma kemudian pada tempat yang paling mudah untuk
dimasuki masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur.
Peristiwa ini disebut fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera
membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim
kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang
rahim, Peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai
nidasi diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari (Restyana, 2012 dalam Sumarmi,
2015).
Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah
bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan atau (gestasi)
berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama
menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena
dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan
telur) yang terjadi dua minggu setelahnya. (Kamariyah dkk, 2014).
17

2. Tanda dan Gejala Kehamilan


a) Tanda persumtif kehamilan
1). Amenore
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak
dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid
terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal
persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus Neagie: HT – 3
(bulan + 7) (Prawirohardjo, 2008).
2) Mual muntah
Keadaan ini biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan
hingga akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut
“morning sickness” (Prawiroharjo. 2008).
3) Ngidam (menginginkan makanan tertentu)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan (Prawiroharjo. 2008).
4) Pingsan atau sinkope
Bila berada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu (Prawirohardjo,
2008).
5) Payudara tegang
Disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang
merangsang duktus dan alveoli payudara (Kuswanti, 2014).
6) Anoreksia Nervousa
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu
makan), tetapi setelah itu nafsu makan muncul kembali (Marjadi
dkk, 2010).
7) Sering kencing (miksi)
Keadaan ini terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan
pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada
triwulan kedua, umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus
yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan,
18

gejala ini bisa timbul kembali karena janin mulai masuk ke rongga
panggul dan menekan kembali kandung kencing. (Nugroho dkk,
2014).
8) Konstipasi/Obstipasi
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan
oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan
buang air besar (Prawirohardjo, 2008).

b. Tanda kemungkinan hamil


1) Perut membesar
Terjadi pembesaran abdomen secara progresif dari kehamilan 7
bulan sampai 28 minggu. Pada minggu 16-22, pertumbuhan terjadi
secara cepat di mana uterus keluar panggul dan mengisi rongga
abdomen.
2) Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dalam
rahim.
3) Tanda Hegar
Konsistensi rahim yang menjadi lunak, terutama daerah
isthmus uteri sedemikian lunaknya, hingga kalau kita letakkan 2 jari
dalam forniks posterior dan tangan satunya pada dinding perut atas
symphysis maka isthmus ini tidak teraba seolah-olah corpus uteri
sama sekali terpisah dari serviks.
4) Tanda Chadwick
Vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan
(livide) yang disebabkan oleh adanya hipervaskularisasi. Warna
porsio juga akan tampak livide. Hal ini disebabkan oleh adanya
pengaruh hormone estrogen.
5) Tanda Piscaseck
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas
ke jurusan pembesaran uterus.
19

6) Tanda Braxton hicks


Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Saat palpasi atau
pemeriksaan dalam, uterus yang awalnya lunak akan menjadi
keras karena berkontraksi.
7) Teraba ballottement
Pada kehamilan 16-20 minggu, dengan pemeriksaan bimanual
dapat terasa adanya benda yang melenting dalam uterus (tubuh
janin). (Kuswanti, 2014).
c. Tanda pasti kehamilan
1). Gerakan janin dalam rahim
2). Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
3).Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat
kardiotokografi, alat dopler. Dilihat dengan ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi.(Manuaba, 2012).
3. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil
a. Sistem Reproduksi
1) Vagina/vulva
Pada vagina dan vulva terjadi pula hipervaskularisasi/livide
dikenal sebagai tanda Chadwik. Warna merah kebiruan (Tanda
Chadwik) pada vagina dan vulva tersebut merupakan
hipervaskularisasi yang terjadi akibat pengaruh estrogen dan
progesterone. Karena pengaruh estrogen, terjadi perubahan pada
vagina dan vulva. Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat
lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada vagina dan portio serviks
disebut tanda Chadwick. (Maryunani, 2010: 299).
2) Ovarium
Setelah kehamilan ovulasi berhenti. Pada awal kehamilan masih
terdapat korpus luteum graviditatum dengan diameter sebesar 3 cm.
setelah plasenta terbentuk, korpus luteum graviditatum mengecil dan
20

korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron.


(Kumalasari, 2015: 4-5).
3) Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya
30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga
menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan (Manuaba, 2012: 85)
Hubungan antara besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk
diketahui karena kemungkinan penyimpangan kehamilan seperti
kehamilan kembar, hamil molahidatidosa, hamil dengan hidramnion
yang akan teraba lebih besar. (Manuaba, 2010: 87). Sebagai gambaran
dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Pada usia kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh
amnion, dimana desidua kapsularis dan desidua parientalis telah
menjadi satu. Tinggi rahim adalah setengah jarak simpisis pusat.
Plasenta telah terbentuk seluruhnya.
b) Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak 2 jari di
bawah pusat sedangkan pada usia 24 minggu terdapat ditepat
pusat.
c) Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3 jari
diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus
xifoideus.
d) Pada usia kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah
setengah jarak prosesus xifoideus dan pusat.
e) Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu
jari dibawah prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum masuk
pintu atas panggul.
f) Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun setinggi 3 jari
dibawah prosesus xifoideus, oleh karena saat ini kepala janin telah
masuk pintu atas panggul. (Manuaba, 2012: 87-88).
21

b. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan pemberian ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu
estrogen, progesterone, dan somatomamotrofin (Manuaba, 2012: 92).
Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI
dijabarkan sebagai berikut:
1) Estrogen, berfungsi:
a) Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara
b) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga
payudara tampak semakin besar
c) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam
menimbulkan rasa sakit pada payudara.
2) Progesteron, berfungsi:
a) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi
b). Meningkatkan jumlah sel asinus
3) Somatomamotrofin, berfungsi:
a) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan
laktoglobulin
b) Penimbunan lemak disekitar alveolus payudara
c) Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan (Manuaba,
2012:92).

c. Sirkulasi Darah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih
besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi). Sel darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel
darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga
terjadihemodilusi yang disertai anemia fisiologis (Manuaba, 2010: 93).
22

d. Sistem Respirasi
1) Ruang yang diperlukan oleh rahim yang membesar dan meningkatnya
pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi
lain dari biasanya
2) Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk dirinya dan untuk janin
3) Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%
4) Selain itu diafragma juga terdorong ke kranial yang menyebabkan
terjadi:
a) Hiperventilasi dangkal (20-24x/menit) akibat kompliansi dada
menurun
b) Volume tidal meningkat
c) Volume residu paru (functional residual capacity) menurun
d) Kapasitas vital menurun
e). Lingkar dada wanita hamil agak membesar
f). Usia kehamilan lebih dari 32 minggu, uterus membesar, menekan
usus-usus dan mendesak diafragma sehingga menimbulkan rasa
sesak dan nafas pendek
g). Dengan kata lain, wanita hamil kadang mengeluh sesak dan
pendek nafas. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan kearah
diafragma akibat pembesaran rahim
h). Lapisan saluran pernafasan menerima lebih banyak darah dan
menjadi agak tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti)
i). Kadang hidung dan tenggorokan mengalami penyumbatan parsial
akibat kongesti ini
j). Tekanan dan kualitas suara wanita hamil agak berubah
k). Seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam. Yang lebih
menonjol adalah pernafasan dada. (Maryunani, 2010: 303-304).
23

e. Sistem Pencernaan
Seiring dengan makin membesarnya uterus, lambung, dan usus akan
tergeser. Perubahan yang nyata terjadi pada penurunan motilitas otot
polos pada traktus digestivus. Mual terjadi akibat penurunan asam
hidrokloroid dan penurunan motilitas, serta konstipasi akibat penurunan
motilitas usus besar. Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak
sehingga dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan.
Epulis selama kehamilan akan muncul. Hemorrhoid juga merupakan
suatu hal yang sering terjadi akibat konstipasi danpeningkatan tekanan
vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus (Sulin, 2009: 185).

f. Sistem Perkemihan
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi
pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.
Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
Hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga
pembentukan urine akan bertambah (Manuaba, 2010: 94).

1). Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh melanoporestimulate hormone lobus hipofisis
anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini
terjadi pada gravidarum livide atau alba areola mammae, papilla
mammae,linea nigra, pipi (cloasma gravidarum). Setelah persalinan
hiperpigmentasi ini akan menghilang (Dewi, 2010: 57).

2).Metabolisme
Perubahan metabolisme terjadi pada kehamilan:
a) Metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula, terutama
pada trimester 3
b) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per
liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan
kebutuhan mineral yang dibutuhkan janin
24

c) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan


dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan
persiapan program laktasi. Dalam makanan diperlukan protein
tinggi sekitar 0,5 gram per kg berat badan atau sebutir telur ayam
perhari
d) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, protein, lemak
e) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil:
Kalsium 1,5 gram setiap hari, 3,30 gram untuk pembentukan
tulang janin
(1) Fosfor rata-rata 2 gram dalam sehari
(2) Zat besi 800 mg atau 30-50 mg per hari
(3) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan terjadi
retensi air (Manuaba, 2010: 95).

3. Peningkatan berat badan


a. Kenaikan berat badan pada saat hamil yang normal, pada wanita
yang memiliki ukuran rata-rata biasanya berkisar antara 12,5-15 kg
(sekitar 1-1,5 kg/bulan).
b. Kenaikan berat badan ini (yang normal) terutama berasal dari
pertumbuhan isi konsepsi dan volume berbagai organ/cairan
intrauterine, yaitu:
1) Berat janin : ±2,5 – 3,5 kg
2) Berat plasenta : ± 0,5 kg
3) Cairan amnion : ± 1,0 kg
4) Berat uterus : ± 1,0 kg
5) Penambahan volume sirkulasi maternal : ± 1,5 kg
6) Pertumbuhan mammae : ± 1 kg
7) Penumpukan cairan interstisial dipelvis dan ekstremitas : ± 1,0 –
1,5 kg
c. Kenaikan berat badan yang melebihi 15-17,5 kg menyebabkan
penumpukan lemak pada janin dan ibu
25

d. Kenaikan berat badan yang terlalu banyak ditemukan pada


keracunan kehamilan (pre eklampsia dan eklampsia). Kenaikan
berat badan wanita hamil disebabkan oleh:
f. Janin,uri, air ketuban, uterus
g. Payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein, dan retensi air
h. Berat badan yang tidak bertambah merupakan pertanda buruk
(terutama jika kenaikan berat badan total kurang dari 5 kg) dan hal
ini bisa menunjukkan adanya pertumbuhan janin yang lambat
i. Kadang kenaikan berat badan disebakan oleh penimbunan
cairanakibat jeleknya aliran darah tungkai pada saat wanita hamil
berdiri
j. Hal ini bisa diatasi dengan cara berbaring miring ke kiri selama 30-
45 menit sebanyak 2-3 kali/hari (Maryunani, 2010: 302-303).

4. Perubahan dan Adaptasi Psikologis Selama Kehamilan


1. Trimester I
Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan.
Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil.
Pada saat inilah tugas psiklogis pertama sebagai calon ibu untuk dapat
menerima kenyataan akan kehamilannya. Keadaan ini menciptakan
kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan suami. Banyak
wanita merasa butuh dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai
namun tanpa berhubungan seks. Libido sangat dipengaruhi kelelahan,
rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan, kekhawatiran. Semua
ini bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama
(Sulistyawati, 2011: 50).
2. Trimester II
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan,
saat ibu merasa sehat. Ini disebabkan selama trimester ini umumnya
wanita sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan
kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih
tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Ibu sudah
26

menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi serta


pikirannya secara konstruktif (Maryunani, 2011: 259).
3. Trimester III
Trimester ketiga ini sering disebut sebagai periode penantian.
Periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari
dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya.
Trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada
kehadiran bayi. Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester ketiga.
Wanita mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak
akan mengetahui kapan dia akan melahirkan (Kumalasari, 2015: 7-8)

C. Tinjauan Tentang Hiperemesisi Gravidarum

1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum


a. Hiperemesis gravidarum adalah mual dmuntah yang terjadi sampai
umur kehamilan 20 minggu,muntah begitu hebat dimana segala apa
yang dimakan dimuntahkan sehingg mempengaruhi keadaan umum dan
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,dehidrasi dan terdapat
aseton dalam urine bukan karena penyakit seperti appendicitis,pielititis
dan sebagainya (Nugroho 2012)
b. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yag berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat
membahayakan hidup ibu hamil (Manuaba 2008)
c. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang menetap selama
kehamilan yang menggangu aupan cairan dan nutrisi yang biaanya
terjadi selama 20 minggu kehamilan yang menyebabkan penurunan
berat badan dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Morgan
2009)
d. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan
umumnya menjadi buruk,karena terjadi dehidrasi (Marni 2011,hal 55)
27

e. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan


selama masa hamil.Muntah membahayakan ini dibedakan dari morning
sicknes normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitanya
melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama
kehamilam (Varney 2007.hal 608)
f. Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang belebihan atau tidak
terkendali selama masa kehamilan,yang menyebabkan
dehidrasi,ketidakseimbangan elektrolit,atau defisiensi nutrisi,dan
kehilangan berat badan (Khumaira 2012.hal 97)

2. Etiologi

Mual dan muntah disebabkan oleh kombinasi hormone estrogen dan


progesterone,walaupun belum diketahui secara pasti dan hormone human
chorionic gonodotropin juga berperan dalam menimbulkan mual dan
muntah,menurunya tekanan sfingter esophageal bagian bawah
meningkatnya tekana interagastik,menurunnya kompetensi sfingter pilori
dan kegagalan mengeluarkan asam lambung.Konstipasi tersebut
disebabkan oleh hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi otot
polos dan peningkatan waktu transit dari lambung dan usus dapat
meningkatkan absorbs cairan.
Kelainan gastrointestinal tersebut bisa timbul pada saat kehamilan
atau kelainan yang sebelumnya sudah ada dan akan bertambah berat
sewaktu hamil adanya keluhan dan kondisi tersebut sangat bermanfaat
untuk dapat memberikan perawatan yang sebaik-bainya.Perubahan-
perubahan fisiologik atau patologik umumnya tidak berbahay dan dapat di
tangani dengan mudah melalui penjelasan pada pasien serta pemberian
bat-obatan yang relative ringang. (Prawiraharjo2010.hal 815)
Kejadian hiperemesis gravadarum belum diketahui secara pasti.Tetapi
beberapa faktor predisposisi yaitu:
28

a. Faktor adaptasi hormonal


Pada wanita hamil yang kurang darah lebih sering terjadi
hiperemesis gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor
adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia,wanita primigravida dan
overdistensi rahim pada kehamilan kembar dan hamil molahidatidosa.
1). Anemia
Pada wanita hamil yang kurang darah lebih sering terjadi
hiperemesis gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup
faktor adapatasi adalah wanita hamil dengan anemia (Manuaba
2010.hal 230)
2). Primigravida
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormone estrogen dan korionik gonadotropin,sedangkan
pada kehamilan kembar dan molahidatidosa, jumlah hormone
yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadiny
hiperemesis gravidarum (Manuaba 2010.hal.230)
3). Molahidatidosa
Kehamilan molahidatidosa ialah suatu kehamilan yang
berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hamper
seluruh vili korialis mengalami perubahan hidropik.Untuk
memperkuat diagnosis maka dilakuakan pemeriksaan kadar
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah dan urine
(Wiknjosastro.2006 hal.342-345).
Pada kehamilan molahidratidosa kadar hCG lebih tinggi dan
terjadi peningkatan hormone estrogen dan progesterone yang
memicu terjadinya mual muntah yang berlebihan atau hiperemesis
(Prawirihardjo 2010.hal 215)
29

b. Faktor psikologi
Hubungan faktor psokologi dengan kejadian hiperemesis
gravidarum belum jelas.Besar kemungkinan bahwa wanita yang
menolak hamil,takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan
dengan suami dan sebagainya,diduga dapat menjadi faktor kejadian
hiperemesis gravidarum.Dengan perubahan suasana dan masuk rumah
sakit penderitanya dapat berkurang sampai menghilang (Manuaba
2010.hal 230)

c. Faktor alergi
Pada kehamilan ketika diduga terjadi invasi jaringan vili korialis
yang masuk dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap
dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum (Manuaba
2010.hal.230)

d. Faktor endokrin
1). Diabetes mellitus
Selama trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu
menurun dengan cepat dibawah kadar glukosa tidak hamil sampai
antara 55 sampai 56 mg/dl. Akibat menurn estrogen dan
progesterone,pancreas meningkat produksi insulin,yang
meningkatkan penggunaan glukosa .Pada saat yang
sama,penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga
menurunkan kadar glukosa ibu. Selain ini trimester pertama juga di
tandai dengan nausea, vomitus dan penurunan asupan makanan
sehingga kadar glukosa ibu semakin menurun.(Bobak 2004,h ;
702).
2). Gastritis
Penyakit gastritis sering terjadi pada kehamilan muda,dengan
dasar keluhan seperti mual,muntah-muntah,tidak ada nafsu
makan,nyeri didarah epigastrium dan sebagainya.Keluhan ini
hamper sama dengan gejala hiperemesis.Bila penyakit ini
30

disebabkan oleh kehamilan biasanya keluhan akan hilang setelah


trimester 1(Wiknkosastro.2006 hal 497).Kelainan gastrointestinal
bisa timbul pada saat kehamilan atau kelainan yang sebelumnya
sudah ada akan bertambah berat sewaktu hamil (Prawirohardjo
2008.hal 815)

3. Patofisiologi
Peningkatan hormone progsteron menybabkan otot polos pada system
gastrointestinal menglami relaksasi sehingga motilitas lambung meuru
dan pengosongan lambung melambat.Refluks esophagus,penurunan
motilitas lambung dan peningkatan sekresi asam hidroklorid juga
berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah.Hal ini diperberat
dangan adanya penyebab lain berkaitan degan faktor
psikologis,spiritual,lingkungan dan sosial cultural.(Runiari 2010 )

Kekurangan Itake dan kehilangan cairan kerena muntah


menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan Estraseluler dan Plasma
berkurang. Natrium dan Klorida dalam darah maupun dalam urine turun,
selain it Dehirasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan
aliran darah kejaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya sekresi lewat ginjal berakit rekuensi muntah
bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati (Runiari 2010. Hal 11)

Pencernaan serta absorsfi karborhidrad dan nutrisi yang lain tidak ade
kuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk memperthankan panas
dan energi tubuh. Jika tidak karbohidrat maka lemak digunakan untuk
menghasilkan energy, akitbatnya hasil pembakaran dari metabolism lemak
terdapat dlam darah dan urine ( terdapat atau kelebihan ketob dalam urine)
( Runiari 2010. Hal 11 ).
31

d. Tanda dan Gejala


Batas jelas antara mual yang masi psiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis grafidarum tidak, tetapi bisa keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini sebagai hiperemesis grafidarum, hiperemesis
grafidarum menurut berat ringannya gejalah dapat dibagi dalam tiga
tingakatan :
Tingkat I
1) Ibu merasa lelah
2) Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
3) Nasfu makan tidak ada
4) Berat badan menurun, temperature tubuh meningkat
5) Nadi meningkat sekitarr 100 permenit tekanan darah sistolik menurun
6) Turgor kuliat mengurang
7) Lidah mongering mata cekung
8) Merasa nyeri pada evigastrium
Tingkat II
1) Ibu tampak lebih lemah apatis
2) Berat badan menurun
3) Tensi turun, nadi kecil dan cepat
4) Suhu kadang-kadang naik
5) Mata sedikit ikterik dan cekung
6) Turgot kulit lebih mengurang
7) Lidah mengering tampak kotor
8) Hemokonsentrssi oliguria, konstifasi
9) Aseton tercium dalam hawa pernapasan
Tingkat III
1) Keadan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari somnolem sampai koma
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu meningkat
32

6) Tensi turun
7) Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
8) Mata cekung dan timbulnya ikterus menunjukkan adanya paya hati
(Wiknjosastro 2006.hal 277-278)

e. Diagnosis
Hiperemesis gravidarum diagnosis melalui Anamnesis: didapatkan
amenorea, hasil uji planotest positif, mual, dan muntah. Frekuensi mual dan
muntah terjadi terus menerus, menetap dan mengganggu aktivitas sehari-hari
ibu (Gunawan et al, 2011).

f. Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum


Menurut Mitayani (2013), tanda dan gejala Hiperemesis Gravidarum
diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan berdasarkan berat ringannya gejala
yaitu : Hiperemesis Gravidarum tingkat I termasuk tingkat ringan dimana
pada tingkat ini tanda dan gejala yang muncul seperti mual dan muntah
terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan
perasaan lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri
epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100x/menit,
tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit menurun, lidah telihat kering
dan mata telihat cekung.
Hiperemesis Gravidarum tingkat II termasuk tingkat sedang dimana
pada tingkat II biasanya tanda dan gejala yang muncul pada ibu yang
mengalami Hiperemesis Gravidarum seperti ibu terlihat lemah, lidah
kering dan kotor, nadi teraba lemah dan cepat, suhu tubuh terkadang naik,
serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul hipotensi,
hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas bau aseton.
Hiperemesis Gravidarum tingkat III termasuk tingkat berat pada
tingkat III biasanya tanda dan gejala yang muncul seperti kesadaran ibu
menurun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti, nadi cepat dan
kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semangkin menurun.
33

g. Dampak Hiperemesis Gravidarum


Dampak jika Hiperemesis Gravidarum tidak hanya mengancam
kehidupan wanita, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada
janin seperti abortus, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta
malformasi pada bayi baru lahir (Runiari, 2010).

h. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum


1) Pencegahan
Memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan, dengan
tujuan mengurangi faktor psikologis, memberikan informasi dan
edukasi seperti mengubah pola makan sehari-hari, misalnya hindari
minum air ketika makan, makan makanan dalam jumlah sedikit tetapi
sering setiap 2 atau 3 jam, tidak dianjurkan tiba-tiba berdiri waktu
bangun pagi karena akan merasa pusing dan biasa menyebabkan mual
dan muntah. Dianjurkan untuk makan roti kering dan teh hangat atau
air jahe hangat. Selain itu hindarin makanan yang berminyak dan
berlemak serta menyajikan makanan jangan terlalu panas atau dingin
(Manuaba, 2008).
2) Terapi Obat-Obatan
Terapi obat diberikan apabila pencegahan tidak mengurangi
keluhan dan gejala. Tetapi perlu diperhatikan bahwa untuk tidak
memberikan obat yang teratogen. Terapi obat-obatan yang dapat
diberikan menggunakan sedativa (luminal, stesolid), vitamin (B1 dan
B6), anti mual dan muntah (mediamer B6, acopreg dan avomin).
Pada keadaan Hiperemesis Gravidarum yang lebih berat dapat
diberikan anti emetic seperti disiklomin hidrokloride atau
khlopromasin. Penanganan Hiperemesisi Gravidarum yang lebih
berat adalah dengan dirujuk ke rumah sakit (Sarwono P, 2007).
3) Pemberian Cairan Pengganti
Cairan pengganti sangat penting diberikan pada pasien
Hiperemesis Gravidarum yang mengalami dehidrasi dengan
memberikan cairan intravena seperti pemberian normal saline,
34

pemberian glukosa 5-10% diharapkan dapat mengganti cairan yang


hilang dan berfungsi sebagai sumber energi (Indriyani, 2013).
4) Diet dan Terapi Nutrisi
Bertujuan untuk mengganti glikogen dalam tubuh dan
mengontrol asidosis dengan cara memberikan makanan berenergi dan
zat gizi yang cukup seperti memberikan diet dimana menurut Runiari
(2010), terdapat 3 macam diet Hiperemesis Gravidarum, yaitu seperti:
Diet Hiperemesis I diberikan pada klien dengan Hiperemesis
berat, makanan yang diberikan seperti biskuit, roti kering atau buah-
buahan. Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2
jam setelahnya. Zat gizi yang terkandung dalam diet ini sangat
rendah, maka tidak dianjurkan diberikan dalam waktu yang lama.
Diet Hiperemesis II diberikan pada klien dengan Hiperemesis
sedang. Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang, dimulai dengan memberikan makanan yang bernilai gizi
tinggi.
Diet Hiperemesis III diberikan pada klien Hiperemesis
Gravidarum ringan. Diet yang diberikan sesuai dengan kemampuan
klien dan disertai dengan memberikan minuman dan makanan secara
bersamaan.

D. Teori Pendokumentasian

1. Tahapa-tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan


a. Langkah I : Identifikasi data dasar
Pada langkah pertama berisi semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Yang
terdiri dari data subjektif dan data objektif.Data subjektif adalah yang
menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa.Yang termasuk data subjekti antara lain
biodata,riwayat menstruasi,riwayat kesehatan,riwayat
35

kehamilan,persalinan dan nifas,biopsikologi spiritual,pengetahuan


klien.
Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaaan fisik klien,hasil laboratorium dan test diagnostic lain
yang dirumuskan dalam data focus.Data objektif terdiri dari
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, pemeriksaan
khusus(inspeksi,palpasi,auskultasi,perkusi),pemeriksaan penunjang
(laboratorium,catatan bru dan sebelumnya).
b. Langkah II : Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan dentifikasi terhadap diagnose atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan.
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnose /masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnose potensial berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antipasti,bila memungkinkan
dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-
siap diagnosa aatau masalah potensial ini benar-benar terjadi
d. Langkah IV : Merumuskan tindakan segera/kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segela olh bidan atau dokter
dan untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lai sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V : Merencanakan Tindakan/ Intervensi
Pada langkah ini direncakan usahayang ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnose yang telah diantisipasi
f. Langkah VI : Pelaksanaan /Implementasi
Pada langkah ini rencana menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
36

g. Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah ini dilakukan evaluasi efektif dari asuahan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebtuhan akan bantuan apakah
benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di
identifikasi di dalam diagnosa dan masalah.Rencana tersebut dianggap
efektif jika memang benar dalam pelaksanaanya.

E. Teori Hukum Kewenangan Bidan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/ Menkes


/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan perlu disesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan hukum;
1. Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan
untuk memberikan:
a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak; dan

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.


2. Pasal 19
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi


pelayanan:

1) konseling pada masa sebelum hamil;

2) antenatal pada kehamilan normal;

3) persalinan normal;

4) ibu nifas normal;

5) ibu menyusui; dan

6) konseling pada masa antara dua kehamilan.


37

c. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:

1) episiotomi;

2) pertolongan persalinan normal;

3) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

4) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

5) pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

6) pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

7) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu


eksklusif;
d. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;

1) penyuluhan dan konseling;

2) bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan

3) pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.


3. Pasal 20
a. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf
b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah.

b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:

1) pelayanan neonatal esensial;

2) penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

3) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak


prasekolah; dan

4) konseling dan penyuluhan.

c. Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf


a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik
38

bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas


diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil
dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.

d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

1) penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan


jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung;
2) penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR
melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara
menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;

3) penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol


atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan
kering; dan

4) membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir


dengan infeksi gonore (GO).

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan
penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran
tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan
tumbuh kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)

f. Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d


meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu
dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda
bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi
seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.
4. Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan
berwenang memberikan:
39

a. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan


keluarga berencana; dan

b. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.


5. Pasal 22
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan
memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:
a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau

b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara


mandat dari dokter.
6. Pasal 23
a. Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari
pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf a, terdiri atas: a. kewenangan berdasarkan program pemerintah;
dan

b. kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu


wilayah tempat Bidan bertugas.
c. Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan
setelah mendapatkan pelatihan.
d. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi
terkait berdasarkan modul dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berhak memperoleh sertifikat pelatihan.
f. Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
40

7. Pasal 24
a. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat kerjanya,
akibat kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus
sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya selama pelatihan.

b. Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi yang


diperoleh Bidan selama pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Dinas kesehatan kabupaten/kota harus melakukan evaluasi
pascapelatihan di tempat kerja Bidan.

c. Evaluasi pascapelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan setelah pelatihan.
8. Pasal 25
a. Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:

1) pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat


kontrasepsi bawah kulit;

2) asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit


tertentu;

3) penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman


yang ditetapkan;

4) pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program


pemerintah;

5) melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan


ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan
lingkungan;

6) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah


dan anak sekolah;

7) melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan


terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian
kondom, dan penyakit lainnya; pencegahan penyalahgunaan
41

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui


informasi dan edukasi; dan melaksanakan pelayanan kebidanan
komunitas;
b. Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik
lainnya dalam pelaksanaan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
9. Pasal 26
a. Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu
wilayah tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal telah tersedia tenaga
kesehatan lain dengan kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

b. Keadaan tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat


Bidan bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
10. Pasal 27
a. Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara
mandat dari dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b
diberikan secara tertulis oleh dokter pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama tempat Bidan bekerja.

b. Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


hanya dapat diberikan dalam keadaan di mana terdapat kebutuhan
pelayanan yang melebihi ketersediaan dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama tersebut.

c. Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:
1) tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang telah
dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan;
2) pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan
dokter pemberi pelimpahan;
42

3) tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan


klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan; dan

4) tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.

d. Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


menjadi tanggung jawab dokter pemberi mandat, sepanjang pelaksanaan
tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY”N”GESTASI 10
MINGGU 4 HARI DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
TINGKAT II DIPUSKESMAS TINAMBUNG
A. Langkah I : identifikasi data dasar
No. Register : 09.A.504

Tanggal Masuk : 22 Februari 2019, Pukul 15.15 WITA

Tanggal Pengkajian : 22 Februari 2019, Pukul 15.45 WITA

1. Identitas istri/ suami


Nama : Ny “N” / Tn. “S”
Umur : 21 tahun / 26 tahun
Suku : Mandar / Mandar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : Mahasiswa / S.Pd
Pekerjaan : IRT / Swasta
Nikah : 1 kali / 4 bulan
Status Perkawinan : Menikah 1 kali
Alamat : Layonga Galung

2. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. HPHT tanggal 10-12 -2018
b. HTP tanggal 17-09-2019
c. Ini merupakan kehamilan yang pertama dan tidak pernah keguguran
d. Ibu tidak pernah mengomsumsi obat-obatan selama hamil
e. kehamilan sudah 2 bulan lebih
f. Nafsu makan menurun
g. Ibu mual dan muntah sstiap makan sejak 1 hari yang lalu disertai
dengan nyeri ulu hati
h. Sudah muntah ± 4 kali sejak tadi pagi

43
44

i. Sudah pernah datang pemeriksaan kehamilan 2 kali di puskesmas


tinambung pada tanggal 06-02-2019 (Data buku KIA)
j. Memiliki buku KIA
3. Riwayat Haid
a. Menarce : 13 tahun
b. Siklus : 30 hari
c. Warna darah : Merah segar
d. Banyanknya : 3 kali ganti pembalut
e. Dismenorrhea : kadang-kadang
4. Riwayat kesahatan
a. Tidak ada riwayat penyakit jantung,hipertensi,diabetes dan malaria
b. Tidak pernah opname sebelumnya
c. Tidakada riwayat alergi makanan dan obat-obatan
d. Tidak merokok, tidak minum alkohol, dan obat-obatan tertentu
e. Ibu mengalami tanda bahaya kehamilan pada kehamilan yang sekarang
yaitu mual dan muntah yang berlebihan
f. Tidak ada riwayat penyakit menular dalam keluarga
5. Riwayat Psikososial-Spiritual-Ekonomi
a. Ibu dan keluarga merasa senang dengan kehamilannya
b. Ibu dan anggota keluarga menjalin hubungan baik dengan petugas
kesehatan
c. Hubungan ibu dengan keluarga baik
d. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami
e. Ibu ingin persalinan ditolong oleh bidan
f. Semua biaya pengobatan di tanggung oleh BPJS
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Nutrisi
1) Sebelum hamil
a) Pola makan 3 x sehari
b) Jenis makanan nasi, ikan dan sayur
c) Kebutuhan minum 7-8 gelas sehari
45

d) Nafsu makan baik


2) Selama hamil
a) Pola makan tidak teratur
b) Jenis makanan nasi,roti,ikan dan sayur
c) Kebutuhan minum 7 gelas sehari
d) Nafsu makan kurang
b. Eliminasi
1) Sebelum hamil
a) BAK
(1) Frekuensi 4-5 x sehari
(2) Warna/ bau : kuning/ amoniak
b) BAB
(1) Frekuensi 1 x sehari
(2) Warna/ konsistensi : kuning/ lunak
2) Selama hamil
a) BAK
(1) Frekuensi 1-2 x sehari
(2) Warna/ bau : kuning/ amoniak
b) BAB
(1) Frekuensi 1 x sehari
(2) Warna/ konsistensi : kuning/ lunak
c. Istirahat
1). Sebelum hamil
a) Tidur siang ±2 jam
b) Tidur malam ± 7 jam
2). Selama hamil
a) Tidur siang ± 1-2 jam
b) Tidur malam ± 6 jam
d. Personal hygiene
1). Sebelum hamil
a) Mandi 2 x sehari
46

b) Keramas 3 x seminggu
c) Gosok gigi 2 x sehari
d) Ganti pakaian setiap kali mandi
2). Selama hamil
a) Mandi 2 x sehari
b) Keramas 3 x seminggu
c) Gosok gigi 2 x sehari
d) Ganti pakaian setiap kali mandi
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum ibu tampak lemah
b. Kesadaran apatis
c. Tinggi badan :146 cm
d. Berat badan
1) Berat badan Sebelum hamil : 47 kg
2) Berat badan Sekarang : 45,3kg
e. Lila : 27 cm
f. Tanda-Tanda Vital :
1) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
2) Nadi : 90 x/ menit
3) Pernafasan : 22 x/ menit
4) Suhu : 36,50C
g. Kepala
1) Penyebaran rambut merata dan kulit kepala nampak bersih
2) Tidak ada odema pada wajah
3) Mata cekung
4) Konjungtiva merah mudah dan sklera nampak ikterus
5) Tidak ada sekret dan polip
6) Tidak ada karies pada gigi
7) Bibir dan lidah kering dan kotor
47

h. Leher :
1) Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
2) Tidak ada pembesaran kelenjar vena jugularis
i. Payudara :
1) Puting susu menonjol
2) Simetris kiri dan kanan
3) ASI (-)
4) Tidak teraba benjolan dan nyeri tekan
j. Abdomen :
1) Tidak ada luka bekas operasi
2) Belum nampak adanya pembesaran perut
3) Belum teraba bagian-bagian janin
4) DJJ belum terdengar
5) Tidak ada nyeri tekan
k. Ekstremitas :
1) Ekstremitas atas : Tidak ada odema dan kuku jari tangan
tidak pucat
2) Ektremitas bawah : Tidak ada varices atau odema pada tungkai
kuku bersih
l. Pemeriksaan penunjang
1) HB :-
2) Hasil pemeriksaan Urine Plano Test (+)
B. Langkah II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Diagnosa : G1 P0 A0, gestasi 10 minggu 4 hari dengan hiperemesis gravidarum
tingkat II
1. G1P0A0
DS : - Kehamilan pertama dan tidak pernah keguguran, tidak pernah
melahirkan
- Sudah melakukan pemeriksaan 2 kali pada tanggal 21 Januari
2019 dan 06 Februari 2019
- Sudah memiliki buku KIA
48

DO : Hasil pemeriksaan urine plano tes (+)


Analisa dan interpretasi data
Ibu mengatakan bahwa ini kehamilan pertama dan tidak pernah keguguran
ditandai dengan hasil plano test (+) sehingga menunjukan ibu dalam
keadaan G1 P0 A0 . (Prawirohardjo,2014)
2. Gestasi 10 minggu 4 hari
DS :
a. HPHT : 10-12-2018
b. Umur kehamilan 2 bulan lebih
DO:
a. Tanggal pengkajian 22 Februari 2019
b. belum teraba bagian-bagian janin
c. DJJ belum terdengar
Analisa dan interpretasi data
Berdasarkan HPHT tanggal 10-12-2018 ibu mengatakan umur
kehamilan 2 bulan lebih, ibu datang melakukan pemeriksaan tanggal 22
Februari 2019 ditandai dengan belum teraba bagian-bagian janin dan DJJ
yang belum terdengar menunjukkan gestasi 10 minggu 4 hari ( Ilmu
kebidanan, hal.91 2009)
3. Hyperemesis Gravidarum Tingkat II
DS :
a. Berat badan sebelum hamil 47 kg
b. Nafsu makan menurun
c. Nyeri ulu hati
d. Mual dan muntah setiap makan dan minum sejak 1 hari yang lalu
e. Ibu muntah sudah ± 4 kali sejak tadi pagi
DO :
a. Ibu Nampak lemah
b. Mata Nampak cekung
c. Bibir dan lidah kotor
d. Berat badan hamil 43,5 kg (mengalami penurunan)
49

e. Kesadaran apatis
f. Tanda-tanda vital :
1) Tekanan darah : 100/70 mmHg
2) Nadi : 90x/menit
3) Suhu : 36,5 oc
4) Pernapasan : 22x/menit
Analisa dan interpretasi data
Berdasarkan keluhan ibu berat badan sebelum hami 47 kg,nafsu
makan menuru, nyeri ulu hati, mual dan muntah setiap kali makan dan
minum sejak 1 hari yang lalu, muntah sudah 4 kali sejak tadi pagi ditandai
dengan kondisi ibu nampak lemah, mata nampak cekung, bibir dan lidah
kotor, berat badan mengalami penurunan selama hamil, kesadaran apatis,
dan tanda-tanda vital ,tekan darah 100/70 mmHg, nadi 90x/ menit, suhu
36,5oC, pernapasan 22x/ menit menunjukkan bahwa ibu dalam keadaan
hiperemesis gravidarum. (Nugraheny,2010).

C. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial


Masalah potensial :Antisipasi terjadinya Hyperemesis Gravidarum
tingkat III
DS :
a.Mual dan muntah setiap kali makan sejak 1 hari yang lalu
b. Muntah sudah 4 kali sejak tadi pagi
c.nyeri daerah ulu hati
d. Nafsu makan menurun
e.Frekuensi muntah berkali-kali dalam sehari
DO :
a.Kesadaran apatis
b. Nadi cepat dan kecil 90x/ i

Analisa dan interpretasi data


Hyperemesis gravidarum tingkat II berdasarkan keluhan ibu mual dan
muntah setiap kali makan sejak 1 hari yang lalu, muntah sudah 4 kali sejak
50

tadi pagi, nafsu makan menrun ditandai dengan kesadaran menurun, nadi
cepat dan kecil 90x/ menit. Apabila tidak ditangani dengan cepat maka
akan memperburuk keadaan ibu dan jatuh pada hyperemesis gravidarum
tingkat III . (Rukiyah,2010)

D. Langkah IV. Tindakan Segera / Kolaborasi


No Tanggal/Jam Tindakan Paraf
1. Tgl 22 – 02-2019 Kolaborasi dengan dokter pemberian
Jam 15 : 45 wita cairan infuse dan pemberian obat-
obatan.
Rasional : Dalam keadaan muntah
yang berlebihan dapat terjadi
dehidrasi, sehingga dapat
mempengaruhi keadaan janin, oleh
karena itu sebaiknya penderita
hiperemesis gravidarum dirawat dan
diberika pengobatan untuk tidak
memperparah keadaan klien,
pemberian cairan infuse berfungsi
untuk mengganti cairan yang hilang,
B6 untuk mengurangi mual muntal
dan antasida untuk mengurangi
pengeluaran asam lambung
(Manuaba 2010)
2. Jam 15 : 50 wita Pemberian cairan infuse
Rasional : Cairan yang diberikan
adalah glukosa 5 sampai 10% dengan
keuntungan dapat menggantikan
cairan yang sudah hilang dan
berfungsi sebagai sumber energi.
(Manuaba 2010)
3. Jam 16 : 00 wita Pemberian obat oral
Rasional : Pemberian obat pada
hiperemesis gravidarum sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter
sehingga dapat dipilih obat yang
tidak bersifat teratogenik (dapat
menyebabkan kelainan congenital
atau cacat bawaan bayi). (Manuaba
2010)
51

E. Langkah V. Intervensi/Rencana tindakan


1. Tujuan :
a. Keadaan ibu dan janin baik
b. Hyperemesis Gravidarum Tingkat II Teratasi
c. Hyperemesis Gravidarum Tingkat II Teratasi tidak terjadi

2. Kriteria :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
1) Tekanan darah : systole : 100-130 mmHg
2) Tekanan darah diatole : 60-90 mmHg
3) Nadi : 80-100 kali permenit
4) Suhu : 36,5-37,5 0C
5) Pernapasan : 20-40 kali permenit
b. Mual dan muntah berkurang
1) Nafsu makan meningkat
2) Nyeri epigastrium berhenti
3) Mata tidak cekung
4) Berat badan bertambah

3. Intervensi
a. Berikan penjelasan tentang keadaan yang dialami klien
Rasional : Dengan penjelasan yang diberikan kepada klien,ibu akan
merasa senang dan merasa dirinya diperhatikan ,sehingga
kecemasan berkurang. (Mochtar 2009)
b. Observasi mual dan muntah setiap melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital
Rasional : Berkurangnya frekuensi jumlah muntah (cairan yang keluar)
menandakan kemajuan kondisi klien yang menggambarkan
reaksi positis terhadap perawatan dan pengobatan yang
diberikan. (Saifuddin 2012)
52

c. Observasi keadaan umum,tanda-tanda vital setiap 7 jam


Rasional : Keadaan umum dan tanda-tanda vital adalah patokan dalam
menilai perkembangan kesehatan klien sehingga petugas
dapat memberikan tindakan secara cepat dan tepat untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
(Nugraheny,2010).
d. Anjurkan kepada keluarga untuk terus memberi dukungan ibu untuk
kesembuhannya
Rasional : Suami dan keluarga adalah orang terdekat dengan klien
yang dapt memberikan semangat dalam prose
penyembuhan. (Nengah Runiari 2010)
e. Anjurkan makan dan minum sedikit-sedikit tapi sering
Rasional : Pemberian makanan dan minuman sedikit-sedikit tapi sering
dapat merangsang nafsu makan dan mengganti cairan yang
keluar dan mencegah kontraksi asam lambung yang
berlebihan yang dapat merangsang terjadinya mual sampai
muntah.(Manuaba 2010)
f. Anjurkan ibu untuk makan biscuit atau roti kering dan menghindari
makanan yang berlemak dan berbumbu
Rasional : Kue kering atau biscuit tidak merangsang lambung dan
mengandung gula sebagai sumber karbohidrat sedangkan
makanan yang berlemak dan berbumbu dapat merangsang
lambung dan mecicu terjadinya mual dan muntah.
(Khumaira 2012)
g. Jelaskan tentang pentinnya gizi bagi ibu dan janin
Rasional : makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat
tentang zat pembangun dan zat yang sesuai dengan
kebutuhan gizi,makanan bergizi ini untuk memenuhi
kebutuhan janin dalam pertumbuhan dan perkembangan
serta untuk menjaga dan memelihara kesahatan ibu.
(Hendrawan Nasedul 2014).
53

h. Pantau pemberian cairan intravena dan obat-obatan


Rasional : Memastikan pemasukan cairan sesuai kebutuhan dan
jumlah obat yang telah dimasukkan agar tujuan dapat
tercapai.(Indriyani, 2013)
i. Pantau pemberian obat oral setiap 8 jam
Rasional : Untuk pencegahan atau mengurangi keluhan dan
gejala,obat yang diberikan adalah anti mual dan muntah (Mochtar
2009)

F. Langkah VI. Implementasi/Pelaksanaan


No Tanggal / Jam Penatalaksanaan Paraf
1. Tgl 22 Februari Memberikan penjelasan tentang
2019 keadaan yang dialami klien bahwa klien
Jam 15 : 50 wita telah mengalami Hiperemesis
Gravidarum dan merupakan hal yang
biasa dilami oleh ibu hamil.
Hasil :Klien mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
2. Jam 18 : 00 wita Mengobservasi mual dan muntah setiap
kali melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital
Hasil : Klien masih mual muntah setiap
selesai makan
3. Jam 18 : 00 wita
Mengobservasi keadaan umum dan
tanda- tanda vital
Hasil : Keadaan umum lemah
Tanda-tanda vital :
 TD : 100/70 mmHg
 Nadi : 90x / menit
 Suhu : 36,5 0C
4. 16 : 05 wita  Pernapasan : 22x/ menit

Menganjurkan kepada keluarga untuk


terus member dukungan untuk
kesembuhannya.
Hasil : Keluarga member dukungan
dengan selalu mendampingi ibu dan
menenangkan ibu.
5. Jam 16 : 05 wita
Menganjurkan keluarga untuk
54

memberikan makanan dan minuman


sedikit – sedikit tapi sering
Hasil : Ibu makan bubur dan minum
aqua
6. Jam 16 : 10 wita
Menganjurkan ibu makan biscuit atau
roti kering menghindari yang berlemak
dan berbumbu
Hasil : Ibu makan roti kering dan
7. Jam 16 : 10 wita minum teh

Menjelaskan kepada ibu bahwa


makanan bergizi berupa buah- buahan
dan sayuran sangat penting bagi ibu dan
janin karena berperan penting dalam
8. Jam 23 : 00 wita tubuh kembang janin dan kesehatan
ibu.

Melanjutkan pemberian obat-obatan


dan cairan infuse
Hasil :
 Infus RL : Botol pertama 2 : 1
20 tetes/ menit
 Vitamin B6 1 x 1
 Antasida 3x 1

G. Langkah VII. Evaluasi


Tanggal 22 Februari 2019,pukul : 16 : 05 wita
1. Keadaan ibu dan janin baik di tandai dengan
a.Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36,6 0C
 Pernapasan : 22x/ menit
55

2. Hiperemesis gravidarum tingkat II belum teratasi, ditandai dengan


a. Klien masih mual muntah setiap kali makan
b. Masih kurang nafsu makan
c. Masih dirasakan nyeri ulu hati
d. Mata Nampak cekung
e. Ibu masih merasa cemas
3. Hiperemesis gravidarum tingkat III tidak terjadi
56

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Tanggal / Jam SOAP Paraf

1. Tgl : 23 Februari 2019 Subjektif (S)


Jam : 09 : 00 wita 1. Ibu masih mual dan muntah ±2
kali
2. Ibu makan roti dan minum teh
3. Ibu makan bubur sedikit demi
sedikit dan minum air putih
Objektif (O)
1. Keadaan umum ibu masih
lemah
2. Mata tidak Nampak cekung
3. Nyeri ulu hati berkurang
4. Nafsu makan mulai membaik
Analisa (A)
Diagnosa
:G1P0A0, Gestasi 10 minggu 5 hari,
dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II
Penatalaksanaan (P)
1. Mengobservasi keadaan ibu dan
tanda-tanda bital
Hasil : Ibu sudah nampak
membaik.ditandai dengan
mata tidak nampak
cekung, nyeri ulu hati
sudah berkurang, makan
sedikit tapi sering.
 Tekanan darah : 100/70
57

mmHg
 Nadi : 84 x/ menit
 Suhu :36,5 0C
 Pernapasan :22 x/ menit

2. Mengobservasi keadaan mual dan


muntah
Hasil : ibu masih mual dan
muntah ±2 kali dalam
sehari
3. Menganjurkan kepada klien untuk
lebih banyak beristirahat
Hasil : Ibu bersedia melaksanakan
anjuran yang diberikan
4. Mengingatkan kembali untuk
makan dan minum sedikit-sedikit
tapi sering
Hasil : Ibu makan sedikit demi
sedikit
5. Melanjutkan pemberian cairan
dan obat-obatan
Hasil : Terpasang infuse RL 28
tpm botol kedua
6. Beri tahu ibu menghindari
makanan yang berminyak dan
berbau amis
Hasil :Ibu mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan
7. Menganjurkan ibu untuk tidur
dengan posisi yang miring, agar
58

saat ibu muntah tidak terjadi


aspirasi
Hasil : Ibu mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan
59

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Tanggal / Jam SOAP Paraf

1. Tgl : 24 Februari 2019 Subjektif (S)


Jam : 10 : 15 wita 1. Ibu sudah tidak muntah lagi
2. Nafsu makan sudah membaik
3. Nyeri ulu hati berkurang

Objektif (O)
1. Keadaan umum ibu baik
2. Mata sudah tidak cekung
3. Nyeri ulu hati berkurang
4. Ibu makan sedikit tapi sering

Analisa (A)
Diagnosa
:G1P0A0, Gestasi 10 minggu 6 hari,
dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II
Penatalaksanaan (P)
1. Mengobservasi keadaan ibu dan
tanda-tanda bital
Hasil :
a. Ibu sudah Nampak membaik
b. Ibu masih terkadang merasa
nyeri pada ulu hati
c. Tanda-tanda vital :
 Tekana darah: 100/70 mmHg
 Nadi : 84x / menit
 Suhu : 36,5 %
60

 Pernapasan : 20 x/ menit
2. Melakukan up infuse jam 09 : 20
Wita
Hasil : klien bersedia
3. Mengingatkan kepada klien untuk
lebih banyak istirahat
Hasil : Klien bersedia melaksanakan
yang di anjurkan
4. Menganjurkan ibu untuk
mengomsumsi makanan bergizi
seperti buah-buahan, dan sayuran
hijau
Hasil :Klien bersedia
melaksanakannya
5. Beritahu ibu untuk menghindari
makanan yang berminyak dan
berbau amis
Hasil : klien mengerti dan mau
melaksanakannya
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umun
Pada bab ini akan membahas tentang hubungan antara tinjauan pustaka
dan tinjauan kasus pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “N” dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II.Pembahasan ini di buat berdasarkan asuhan
yang nyata dengan pendekatan asuhan kebidanan. Untuk mengetahui adanya
kesenjangan maka penulis akan membahas berdasarkan tahapan proses asuhan
kebidanan sebagai berikut.

B. Pembahasan

1. Langkah I. Identifikasi data dasar


Dalam tinjauan pustaka bahwa tahap pengkajian merupakan dasar
proses manajemen kebidanan yang kegiatannya di anjurkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai kesehatan dan kehamilan ibu meliputi
biologi, spikologi, sosial dan spiritual. Syaifuddin (2009) dan Jamilah
(2016).
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat
yang lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien.Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesis.
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko –
sosial-spiritual, serta pengetahuan klien
Dalam tinjauan pustaka dikatakan bahwa Hiperemesis gravidarum
adalah komplikasi dalam kehamilan yang di tandai dengan adanya
keadaan ibu lemah, kesadaran apatis, berat badan menurun, nadi kecil dan
cepat, suhu kadang meningkat,mata nampak ikterus dan cekung, turgor
kulit lebih mengurang dan lidah mengering dan kotor tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi,aseton tercium dalam hawa
pernapasan. Sedangkan pada Ny “N” saat pengkajian pada tanggal 22
62

Februari 2019 ditemukan tanda dan gejala ibu lemah, kesadaran apatis,
berat badan menurun ± 2 kg,tensi 100/70 mmHg, nadi 90x/I, suhu 37 oC,
mata cekung,sclera Nampak sedikit ikterus, lidah, bibir, kering dan
kotor,turgor kulit menururn, sehingga teori dan data yang telah ditemukan
terdapat persamaan. Dalam pengumpulan informasi ini penulis tidak
mendapatkan kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

2. Langkah II. Identifikasi diagnose / masalah actual


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose
yang spesifik (Arsinah, 2010.)
Pada tinjauan pustaka dikatakan bahwa diagnosis Hiperemesis
Gravidarum ditegakkan berdasarkan adanya tanda- tanda utama yaitu
penderita terlihat lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang,
lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, berat badan
menurun dan mata cekung. Sedangkan pada studi kasus Ny. “S” diperoleh
gejala yang terjadi kesadaran apatis, berat badan menurun ± 2 kg,tensi
100/70 mmHg, nadi 90x/I, suhu 37 oC,mata tampak cekung, lidah, bibir,
kering dan kotor,turgor kulit menururn, sehingga teori dan data yang telah
ditemukan terdapat persamaan. Maka tidak ada kesenjangan antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

3. Langkah III. Diagnosa/Masalah Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi,bila memungkinkan dilakukan
pencegahan ( Asrinah dkk, 2010)

Diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini


benar-benar terjadi, dan paling penting adalah melakukan asuhan yang
63

aman. Dari kasus Ny “N” didapatkan diagnose potensial terjadinya


hiperemesis gravidarum tingkat II, jika tidak segera di atasi akan mengarah
ke hiperemesis gravidarum tingkat III, karena hiperemesis gravidarum
penyakit yang sifatnya bertingkat, muntah yang berlebihan dan terus
menerus mengakibatkan cadangan cairan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energy, karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna terbentuklah badan keton di dalam darah yang menambah
beratnya gejala klinik.

Pada kasus Ny “N” data yang diperoleh menunjukkan adanya


persamaan gejala / keluhan sesuai dengan teori yang telah dikemukakan
tentang hiperemesis gravidarum tingkat II. Dalam hal ini tidak terdapat
kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus data yang
ditemukan.

4. Langkah IV. Penanganan tindakan segera atau kolaborasi


Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menempatkan beberapa kebutuhan setelah diagnosa dan masalah yang
ditegakkan .Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi,
dan melakukan rujukan ( Sari, 2012)

Pada kasus Ny “N” dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk


pemberian obat – obatan dan cairan intravena. Serta Ny “N” bersedia
untuk meminum obat tersebut dan bersedia dalam pemberian cairan
intravena. Pemberian cairan intravena berupa Drxtrose 5% dan RL
dialirkan secara cepat, apabila keluhan gejala tidak mengurang maka
diperlukan pengobatan, serta diberikan diet seraca bertahap, pada kasus Ny
“N” pada 24 jam pertama telah terpasang Inf DS : RL = botol pertama 2 :
1 20 tetes/1 diberikan obat berupa Ranitidin 2 x 1 IV injeksi / 12 jam,
vitamin B6 /24 jam,Antasida 3 x 1 /8 jam, maka pada langkah ini tidak
terdapat kesenjangan antara praktek dan teori.
64

5. Langkah V. Perencanaan Tindakan


Pada tinjauan manajemen asuhan kebidanan perencanaan adalah
proses penyusunan suatu rencana tindakan berdasarkan identifikasi
masalah yang didapatkan dan antisipasi diagnose masalah potensial yang
akan mungkin terjadi, Perencanaan tindakan harus berdasarkan masalah
yang telah ditemukan. Syierifuddin (2009) dalam Jamilah (2016).
Pada tinjauan pustaka perencanaa tindakan masalah selanjutnya
untuk menangani Hiperemesis Gravidarum tingkat II adalah terapi obat-
obatan melalui oral dan parental serta terapi psikologis dan diet ringan.
Begitu pula rencana tindakan yang dilakukan pada kasus Ny “N” berupa
anjuran kepada keluarga untuk memberi dukungan kepada ibu, anjuran
untuk makan dan minum sedikit tapi sering dan pemantauan pemberian
cairan intravena dan obat-obatan. Maka dalam hal ini perencanaan pada
tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak ada kesenjangan.

6. Langkah VI. Penatalaksanaan


Pada tinjauan manajemen asuhan kebidanan, pelaksanaan mengacu
pada penyusunan rencana asuhan yang telah ditetapkan serta bekerjasama
antara petugas kesehatan lain dan atas persetujuan dari Ny “N”. Pada
tahap pelaksanaan,penulis melaksanakan sesuai dengan rencana asuhan.
Pada tanggal 22 Februari 2019 pelaksanaan asuhan kebidanan yang
dilakukan pada Ny “N” berlangsung dengan baik karena ditunjang oleh
klien yang koorperatif dalam menerima saran dan tindakan. Asuhan yang
dilakukan pada tanggal 22 Februari 2019 yaitu penetalaksanaan pemberian
cairan dan kolaborasi terapi obat, serta melakukan terapi psikologis, dan
pemberian diet, pada tahap ini penulis tidak menemukan permasalahan
yang berarti, hal ini ditunjang oleh klien dan keluarganya kooperatif
dalam menerima semua anjuran dan tindakan yang diberikan. Dalam hal
ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada kasus Ny “N”
65

7. Langkah VII. Evaluasi


Evaluasi merupakan langkah-langkah akhir dari proses manajemen
asuhan kebidanan. Evaluasi dilakukan pada setiap langkah manajemen
asuhan kebidanan . pada tahap evaluasi, bidan harus mengetahui sejauh
mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny “N” . Pada
tinjauan pustaka,Evaluasi yang perlu dilakukan adalah pemantuan kedaan
ibu meliputi tekanan darah, nadi,suhu,pernapasan serta mual muntah
Syriefuddin (2009) dalam Jamilah (2016).

Pada kasus hasil evaluasi keadaan janin dan ibu baik, di tandai dengan
tanda-tanda vital dalam batas normal, hiperemesis gravidarum tingkat II
dapat teratasi di tandai dengan mual dan muntah berkurang, nafsu makan
meningkat, nyeri epigastrium berhenti, mata tidak cekung, berat badan
bertambah, sehingga hiperemesis gravidarum tingkat III tidak terjadi.

Dengan demikian pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny


“N” terdapat persamaan karena masalah dapat teratasi dengan baik. Jadi
disimpulkan bahwa dari ketujun langkah manajemen asuhan kebidanan
didapatkan tidak adanya kesenjangan antara teori dengan studi kasus.

8. Catatan perkembangan
Menurut Muufdilah (2009) metode SOAP merupakan catatan yang
bersifat sederhana,jelas,logis dan singkat.Prinsip dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.

Pada tinjauan pustaka juga harus mencamtumkan mendokumentasian


proses evaluasi, diperlukan sebuah catatan perkembangan dengan tetap
mengacu pada metode SOAP. Pada kasus Ny “N” juga dilakukan
pemantauan dengan menggunakan catatan perkembangan dalam bentuk
SOAP . Hasil evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan selama 3 hari
dimana hiperemesis gravidarum tingkat II belum dapat teratasi, maka dari
itu diperlukan asuhan selanjutnya
66

Pada saat evaluasi hari kedua ibu mengalami kemajuan dimana tanda-
tanda vital dalam batas normal,namun masih mual dan muntah, nafsu
makan masih kurang, nyeri ulu hati masih dirasakan, mata nampak cekung
dan ibu masih merasa cemas dan setelah hari ketiga keadan ibu sudah
membaik ditandai dengan ibu nampak ceria dan bersemangat,tanda-tanda
vital dalam batas normal, ibu tidak mual dan muntah, nafsu makan
membaik, nyeri ulu hati terkadang masih dirasakan, mata sudah tidak
cekung.

Dengan terjadinya perubahan keadaan yang lebih baik dari


hiperemesis gravidarum tingkat II menjadi kehamilan yang normal,
menunjukkan asuhan kebidanan yang diberikan telah berhasil

Berdasarkan langkah manajemen asuhan kebidanan di dapatkan


kesimpulan bahwa dengan melakukan pengkajian pengumpulan data
didapatkan tanda dan gejala yang di alami pada Ny “N” berdasarkan data
yang sudah diperoleh untuk menentukan diagnose, masalah dan tindakan
kolaborasi yang di alami pada Ny “N” untuk melakukan penangan
selanjutanya.Dari keseluruhan tinjauan teori dan tinjauan kasus yang di
dapatkan pada Ny “N” tidak menemukan malasah atau terdapat
persamaan, dalam hal ini dapat dikatakan tidak ada kesenjangan antara
tinjauan teori dengan tinjaun pustaka yang di alami Ny “N”.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas tentang asuhan kebidana hiperemesis


gravidarum tingkat II pada Ny “N” di puskesmas Tinambung dari tanggal 22
s.d 24 Februari 2019, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dan
saran sebagai berikut :
1. Dari hasil identifikasi data dan analisa data dasar pada Ny “N” maka
didapatkan hiperemesis gravidarum tingkat II, di mana pada Ny “N”
mengalami mual dan muntah berlebihan.
2. Setelah melakukan identifikasi data dan analisa data dasar pada Ny “N”
maka di dapatkan diagnose atau masalah aktual yaitu hiperemesis
gravidarum tingkat II.
3. Dari hasil analisa dan interpretasi data pada kasus Ny “N” maka di
dapatkan diagnose / masalah potensial. Potensial terjadinya hiperemesis
gravidarum tingkat III.
4. Tindakan segera / kolaborasi pada Ny. “N” yaitu kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat- obatan seperti pemberian cairan infuse DS 5 % dan
pemberian obat oral seperti Vitamin B6 1x 1 dan Antasida 3 x 1.
5. Rencana tindakan asuhan kebidanan yang diberikan antara lain berikan
penjelasan tentang keadaan ibu, observasi mual, observasi keadaan umum,
anjurkan kepada keluarga untuk memberikan dukungan untuk
kesembuhannya, anjurkan makan dan minum sedikit-sedikit tapi sering,
anjurkan ibu untuk makan biscuit atau roti kering, jelaskan tentang
pentingnya gizi bagi ibu dan janin, pantau pemberian cairan dan obat-
obatan.
6. Tindakan asuhan kebidanan yang telah diberikan antara lain memberikan
penjelasan tentang keadaan ibu, mengobservasi mual, mengobservasi
keadaan umum, menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan

67
68

dukungan untuk kesembuhannya, menganjurkan makan dan minum


sedikit- sedikit tapi sering, menganjurkan ibu untuk makan biskuit atau
roti kering, menjelaskan tentang pentingnya gizi bagi ibu dan janin,
memantau pemberian cairan dan obat-obatan.
7. Evaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan adalah kondsi ibu semakin
membaik. Pada saat evaluasi hari kedua ibu mengalami kemajuan dimana
tanda-tanda vital dalam batas normal, namun masih mual dan muntah,
nafsu makan masih kurang, nyeri ulu hati masih dirasakan, mata nampak
cekung dan ibu masih merasa cemas dan setelah hari ketiga keadan ibu
sudah membaik ditandai dengan ibu nampak ceria dan bersemangat, tanda-
tanda vital dalam batas normal, ibu tidak mual dan muntah, nafsu makan
membaik, nyeri epigastrium berhenti, mata sudah tidak cekung.
8. Pendokumentasian merupakan hal penting yang harus dilaksanakan dari
seluruh proses manajemen kebidanan. Karena ini merupakan bukti
pertanggung jawaban terhadap asuhan yang telah diberikan pada Ny “N”
dilakukan pendokumentasian selama tiga hari di Puskesmas Tinambung
pada tanggal 22 Februari s/d tanggal 24 Februari 2019

B. Saran

1. Bagi ibu hamil


a. Dihapakan agar tiap ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan kehamilan
(ANC) sedini mungkin secara teratur dan selalu waspada terhadap
segala resiko terjadinya komplikasi khususnya pada kasus hiperemesis
gravidarum.
b. Pentingnya kematangan fisik dan mental dalam mempersiapkan setiap
kehamilan dapat terjaga dan melahirkan bayi yang sehat.
2. Bagi Petugas
a. Petugas kesehatan dpat mengenali dan mendeteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan dan memberikan
pelayanan sedini mungkin pada ibu hamil.
69

b. Petugas kesehatan khususnya bidan perlu memperlihatkan keadaan


psikis klien serta diharapkan memberikan dorongan moril kepada klien
untuk menunjang proses penyembuhan.
3. Bagi institusi pendidikan
a. Agar penerapan asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah dapat
lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat metode ini sangat
bermanfaat dalam membina tenaga bidang guna menciptakan sumber
daya manusia yang potensial dan berdaya guna serta profesional.
b. Perlu adanya kesamaan antara pendidikan dan petugas kesehatan
dilahan praktek tentang penerapan asuhan yang digunakan sebagai alat
dalam pendekatan pemecahan masalah pada praktek klinik sehari-hari
sehingga meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
4. Bagi Pemerintah
a. Pemerintah hendaknya lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat baik kota maupun desa.
b. Pemerintah hendaknya lebih mengorganisasi fasilitas pelayanan
kesehatan sehingga dapat dijangkau an dimanfaatkan oleh masyarakat.
70

Anda mungkin juga menyukai