PENDAHULUAN
1
kejadian hiperemesis gravidarum yang terjadi di dunia sangat beragam yaitu
10.8% di China, 2.2% di Pakistan, 1-3% di Indonesia, 1.9% di Turki, 0.9%
(Zhang Y, 2011).
Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Indonesia 1-3% dari
seluruh kehamilan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan
bahwa lebih dari 80% ibu hamil di Indonesia mengalami mual dan muntah
yang berlebihan, yang dapat menyebabkan ibu hamil menghindari jenis
makanan tertentu dan akan dapat menyebabkan risiko bagi dirinya maupun
janin yang sedang dikandungnya (Oktavia, 2016).
Penyebab hiperemesis gravidarum tidak diketahui dengan pasti,
namun sering dihubungkan dengan perubahan-perubahan hormon selama
kehamilan dan berbagai faktor risiko lainnya. Beberapa faktor risiko yang
dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum adalah ibu dengan usia muda,
ibu dengan kehamilan pertama (primipara), dan ibu yang sering
mengkonsumsi minuman beralkohol (London, 2014).
Usia, paritas dan jarak kehamilan merupakan hal penting yang perlu
diperhatikan dalam menjaga kehamilan tetap dalam kondisi fisiologis, karena
faktor usia, paritas dan jarak kehamilan berhubungan langsung dengan 4
Terlalu dalam kehamilan yang dapat menyebabkan kehamilan menjadi risiko
tinggi dan menimbulkan beberapa komplikasi, salah satunya hiperemesis
gravidarum. Usia , paritas dan jarak kehamilan dapat menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan ibu hiperemesis gravidarum dirawat dirumah sakit
dengan waktu yang lebih lama (tidak perlu dimasukan).
Menurut penelitian Hardiana (2019) di RSUD H. ABDUL MANAF
JAMBI faktor risiko yang paling dominan menyebabkan hiperemesis
gravidarum adalah usia. Usia yang terlalu muda maupun terlalu tua sering
dikaitkan dengan kehamilan berisiko tinggi. Usia ibu hamil yang rentan
mengalami hiperemesis gravidarum adalah usia kurang dari 20 tahun karena
belum cukub kematangan fisisk, mental dan sosial dari calon ibu yang
menimbilkan keraguan jasmani, cinta kasih , serta perawatan, dianggap tidak
aman untuk bereproduksi dan lebih dari 35 tahun, karena terjadi penurunan
2
fungsi organ reproduksi. Usia yang aman dalam bereproduksi adalah usia
dengan rentang 20-35 tahun (Manuaba, 2010).
Jarak kehamilan adalah sela waktu dari kehamilan sebelumnya
dengan kehamilan selanjutnya. Jarak kehamilan yang normal antar kehamilan
adalah minimal 2 tahun dan jarak idealnya adalah 4 tahun. Jarak yang dekat
antara kehamilan sekarang dan sebelumnya dapat mempengaruhi kehamilan
berikutnya, salah satunya dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Hal
ini disebabkan karena keadaan ibu yang belum normal sebagaimana seperti
sebelum hamil namun sudah harus bereproduksi lagi untuk kehamilan
selanjutnya.
Berdasarkan data pencatatan buku register ruangan perawatan pasien
ibu dan anak di RS. ST .GABRIEL KEWAPANTE pada bulan januari 2020
sampai okober tanggal 5 2021 terdapat sejumlah 31 kasus ibu hamil dengan
hiperemesis grafidarum sala satuh penyebab dikarenakan usia yang terlalu
muda, usia terlalu tua dan jarak anak . Untuk itu saya tertarik untuk
mengambil judul askeb pada ny “O” usia kehamila 14-15 minggu dengan
Hiperemesis Grafidarum di RS. ST GRABIEL KEWAPANTE
1.2 Rumuasan Masalah (Tanya Lena dan Yuni bagaimana cara membuat rumusan
masalah)
1.3 Tujuan Umum (Tanya Lena dan Yuni)
2. Mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bersalin
3. Mengetau faktor-faktor penyebab hiperemesis grafidarum
3
6. Melakukan implementasi
7. Mengevaluasi asuhan yang di berikan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil
terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut
berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga
tingkatan sebagai berikut :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat
badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat
sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat
disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering
dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun,
lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus,
berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton
dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang
khas, dan dapat pula ditemukan dalam urinen
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf
yang dikenal sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul
seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah
akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan 10 terjadinya payah hati. Pada
tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan
retina.Akibat hiperemesis gravidarum Hiperemesis gravidarum tidak
hanya mengancam kehidupan klien, namun dapat menyebabkan efek
samping pada janin seperti abortus, berat badan lahir rendah,
kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir (Gross dalam
Runiari, 2010).
6
Penelitian yang dilakukan oleh Paawi (2005), didapatkan
bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang signifikan
terhadap memanjangnya hari rawat bagi bayi yang dilahirkan. Ada
peningkatan angka kematian Intrauterin Growth Retardation (IUGR)
pada klien hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan berat
badan lebih dari 5%. Selain berdampak fisiologis pada kehidupan
klien dan janinnya, hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak
secara psikologis, sosial, spiritual dan pekerjaan. Secara psikologis
dapat menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah. Jika
mual dan muntah menghebat, maka timbul self pity dan dapat terjadi
konflik antara ketergantungan dan kehilangan kontrol. Berkurangnya
pendapatan akibat berhenti bekerja mengakibatkan timbulnya
ketergantungan terhadap pasangan (Simpson, et. Al., 2001).
Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena klien
mengalami perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya.
Media yang berkembang menjelaskan bahwa kehamilan merupakan
11 keadaan fisiologis dan psikoemosional yang optimal, sehingga jika
wanita mengalami mual dan muntah yang menghebat dianggap
sebagai kegagalan perkembangan wanita (Runiari, 2010)
7
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan
dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non protein
nitrogen, asam urat, dan penurunan klorida dalam darah, kekurangan vitamin
B1, B6, B12, dapat mengakibatkan terjadinya anemia (Mitayani, 2009).
8
pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa
Anda sering pusing saat hamil.
Hormon ini juga membuat system pencernaan jadi lambat, perut
menjadi kembung atau sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan
dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan,
mual, dan menurunnya gairah berhubungan intim selama hamil. Seseorang
dalam kondisi stress akan meningkatkan aktifitas saraf simpatis, untuk
melepaskan hormone stress berupa adrenalin dan kortisol (Guyton, 2013).
Sistem imun merupakan komponen penting dan responden adaptif
stress secara fisiologis. Stress menggunakan adrenalin dalam tubuh untuk
meningkatkan kepekaan, prestasi dan tenaga. Peningkatan adrenalin akan
memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer,
meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah terial dan
menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin
juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan
rendah (Guyton, 2014).
Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan denyut jantung akan
dapat meningkatkan HCG. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) adalah
hormone yang dihasilkan selama kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah
atau air seni wanita hamil sesudah kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan.
HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil
(Guyton, 2012).
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat
mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan. Teori Alergi Adanya
histamine sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung ditegakkannya
teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah
berlebihan juga dapat terjadi pada ibu hamil yang sangat sensitif terhadap
sekresi dari korpus luteum.
Teori Infeksi Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara
infeksi Helicobacter pykori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum,
sehingga dijadikan dasar dikemukakannya teori infeksi sebagai penyebab
hiperemesis gravidarum.
9
Teori Psikosomantik Menurut teori psikomatik, hiperemesis
gravidarum merupakan keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam
bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan
serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan
berduka, ambivalen, serta konflik dan hal tersebut dapat menjadi faktor
psikologis penyebab hiperemesis gravidarum. Gejala mual dan muntah dapat
juga disebabkan oleh gangguan traktus digestif seperti pada penderita
diabetes mellitus (gastroparesis diabeticorum).
Hal ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus atau keadaan pasca
operasi vagotomi. Selain merupakan reflesi gangguan intrinsik dari lambung,
gejala mual dan muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat
sentral pada pusat muntah (chemoreceptor trigger zone). Perubahan
metabolisme hati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini, oleh karena itu
pada kasus yang berat harus dipikirkan kemungkinan akibat gangguan fungsi
hati, kantung empedu, pankreatitis, atau ulkus peptikum (Runiari, 2010).
d. Penatalaksanaan
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus
dilakukan rawat inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan
Medikamentosa Berikan obat-obatan seperti yang telah dikemukakan diatas.
Namun harus diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogenik. Obat-
obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin,
antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid.
Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine
(vitamin B6). Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan
mual dan muntah. Anti histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan
dipendyramine.
Pemberian antihistamin bertujuan untuk menghambat secara langsung
kerja histamin pada reseptor H1 dan secara tidak langsung mempengaruhi
sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat muntah. Selama terjadi
mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan dalam
menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamin
10
antagonis.Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine,
promethazine, dan metocloperamide. Prochlorperazin dan promethazine
bekerja pada reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetik. Sementara itu
metocloperamide bekerja di sentral dan di perifer.
Obat ini menimbulkan efek antiemetik dengan cara meningkatkan
kekuatan spincter esofagus bagian bawah dan menurunkan transit time pada
saluran cerna. Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam
menurunkan keluhan mual dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan
rangsangan pusat muntah di medula. Serotonin antagonis yang dianjurkan
adalah ondansetron. Odansetron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis
gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain.
Sementara itu pemberian kortikosteroid masih kontroversial karena
dikatakan pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat meningkatkan
risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.
Terapi Nutrisi Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian
nutrisi tergantung pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan
peneriamaan penderita terhadap rencana pemberian makanan. Pada
prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus digunakan. Bila peroral
menemui hambatan dicoba menggunakan nasogastric tube (NGT). Saluran
cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya dapat mengabsorsi banyak
nutrien, adanya mekanisme defensif untuk menanggulangi infeksi dan
toksin. Selain itu dengan masuknya sari makanan ke hati melalui saluran
porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi.Bila penderita sudah
dapat makan peoral, modifikasi diet yang diberikan adalah makanan dalam
porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah protein dan rendah
lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari makanan yang
emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan muntah.1,2
Pemberian diet diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori seharihari
ditambah dengan 300 kkal perharinya..
11
Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan
memiliki peredaran udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat
saja yang diperbolehkan untuk keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan
yang keluar dan masuk. Pasien tidak diberikan makan ataupun minum
selama 24 jam. Biasanya dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang
atau hilang tanpa pengobatan.
Terapi psikologik Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya
dapat disembuhkan. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan
persalinan karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi penyakit
ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi
pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan..
Cairan parenteral Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk
mencegah mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi
uterus. Selama terjadi gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non
vital sehingga pasokan darah berkurang. Pada kasus hiperemesis gravidarum,
jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan
cairan (pure dehidration). Maka tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi
yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume normal, osmolaritas
yang efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk keseimbangan asam
basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan secara
cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium,
defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan
protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter
sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B
kompleks dan vitamin C, dapat diberikan pula asam amino secara intravena
apabila terjadi kekurangan protein. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk
dan yang dikeluarkan. Urin perlu diperiksa setiap hari terhadap protein,
aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan
tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada
permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pasien
12
tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba untuk memberikan
minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan makanan yang
tidak cair.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian Data
1. Data Subjektif
Boidata
2. Alasan dating
3. Keluhan utama
14
4. Riwayat kesehatan sekarang (menceriterakan bagaimana saat awal
dokter atau pernah minum obat beli sendiri, sampai dengan kondisi
kencing manis (kencing manis sama dengan gulah darah sama dengan
tinggi
7. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Keluhan : Disminore
HPHT : 19-6-2021
HPL : 26-3-2022
15
8. Status pernikahan.
Menikah : 1 kali
1
Spontan Bidan, (Normal ), P/ 42(menusui)
2011 3.300gram
2.
2014 ABO RTU S
3.
Sc Dokter, sc, 2019 P/3600gram 42 menyusui
4.
HA MI L INI
16
sebagai ibu rumah tangga. sebagai ibu rumah tangga.
K
5 ebersihanIbu mandi 2x sehari, sikat gigiIbu
sehari
mandi 2x sehari, sikat gigi sehari 2x,
2x, keramas 2hari sekali dan keramas 2hari sekali dan
ganti pakian setiap habis ganti pakian setiap habis
mandi mandi
Hub.
6 Seksual - -
Psikologis: Ibu merasa cemas dan takut dengan keadaannya saat ini.
dan harmoni.
Sosial budaya : Ibu menganut adat jawa dan ibu tidak berpantang
makanan.
Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
Kesadaran : Baik
Nadi : 83 x/menit
Suhu : 36,5 ˚C
RR : 20 x/menit
Berat badan : 55 Kg
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
17
Rambut : Warna hitam, bersih, tidak ada kutu dan ketombe.
Hidung : Simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung dan tidak ada secret.
Mulut dan gigi : Simertis, warna bibir merah mudah, tidak sembab.
Abdomen : Perut ibu membesar sesuai dengan usia kehamilannya, ada bekas
Palpasi
Leher : Tidak teraba ada membesaran pada vena jugularis, kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid.
Payudara : Tidak teraba ada nyeri tekan dan benjolan abnormal dan terdapat
kolostrum.
Abdomen : DJJ –
Leopold II : Balotemen +
dada diatas)
18
Pemeriksaan penunjang
HbSAg NR
TTV :
TD : 110/80mmHg
N : 83 x/menit
S : 36,5 °C
RR : 20 x/menit
BB : 50 kg
Palpasi :
19
Leopold II : Balotement +
Abdomen : DJJ –
HPHT : 19-6-2021
HPL : 26-3-2022
UK : 14-15 Minggu
DJJ : - (pendobelan)
BBLR
Prematur
Dehidrasi pada ibu
V. Intervensi
Hiperemesis Gravidarum
Intervensi :
20
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaannya, agar ibu dapat mengetahui kondisi
2. Jelaskan tanda bahaya kehamilan trimester 1-2, agar dapat terdeteksi dini
komplikasi kehamilan.
3. Berikan konseling tentang pola nutrisi untuk baik R/ agar pasien mengetahui
VI. Implementasi
Tanggal : : 02-10-2021
Hiperemesis Gravidarum
Melakukan TTV:
TD : 1100/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 ˚C
RR : 20 x/menit
Abdomen : DJJ –
Leopold II : Balotemen +
21
(Mana implementasi yang sesuai dengan Intervensimu?)
VII. Evaluasi
Hiperemesis Gravidarum
N : 80 x/menit
S : 36,1˚C
RR : 20 x/menit
Abdomen : DJJ –
Leopold II : Balotemen +
Hiperemesis Gravidarum
P:
RR: 20x/m
22
2. Memberikan KIE tentang tanda bahaya trisemester 1 dan 2 seperti mual-
dan muntah disertai badan lemas, bemgkak pada tangan dan kaki,
pendarahan, keluar cairan berbauh dari jalan lahir, nyeri ulu hati, dan
pandangan kabur
3. Memberikan KIE pola nutrisi yang baik selama kehamilan yaitu makan
sedikit tapi sering, hindari makanan pedas, dan hindari makanan berminyak
4. Memberikan KIE istirahat yang cukub siang minimal 1-2 jam dan malam 8
jam
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
mual muntah yang terjadi secara terus-menerus pada kehamilan muda 6-12
3.2 saran
1. untuk lebing meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik lagi seperti
pola nitrisi yang baik pada ibu dengan hiperemesis yaitu makan sedikit
2. Bagi Bidan
23
Dalam menangani pasien hendaknya menerapkan asuhan kebidanan
3. Bagi klien
atau dokter
DAFTAR PUSTAKA
Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician. Jul
2003
2008;35:401-417.
24
Graves L. Hyperemesis gravidarum and Helicobacter pylori infection: a systematic
25