P DENGAN DIAGNOSA
MEDIS KONFIRMASI COVID-19 GEJALA RINGAN + DM GRADE II
DI RUANGAN ISOLASI COVID
RS St. GABRIEL KEWAPANTE
OLEH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan rahmatNya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini dengan judul Asuhan keperawatan pada pasien Tn. P.R.P
Dengan Diagnosa Medis Konfirmasi Covid-19 Gejala Ringan + DM Grade II Di
Ruangan Isolasi Covid Rs.St.gabriel kewapante.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan asuhan keperawatan ini penilis
banyak mendapatkan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak terlepas
dari bantuan tenaga, pikiran, dan dukungan moril. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak dr.Benyamin Boli selaku Direktur Rumah Sakit St.Gabriel Kewapante
2. Sr. Maria Kristiani Nasri, SSpS selaku Kepala bagian keperawatan
3. Sr. Maria Desara Gosta, SSpS selaku Kepala bagian sumber daya manusia
sekaligus sebagai penguji.
4. Sr.veridiana M, SSpS selaku Kepala bagian penunjang medic sekaligus
sebagai penguji.
5. Teman-teman sejawat yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan ASKEP tersebut.
6. Pasien yang sudah membina hubungan saling percaya dengan penulis dan
mau bekerja sama dengan baik.
Akhir kata penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
dalam penyempurnaan asuhan keperawatan ini.Akhir kata semoga laporan ASKEP
ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis.
Kewapante, Oktober 2021
Penulis
DAFTAR SINGKATAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengangkat rumusan masalah :
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Tn.P.R.P dengan diagnose
medis konfirmasi covid-19/DM grade II
2. Bagaimana pengkajian keperawatan pada Tn.P.R.P dengan diagnose
medis konfirmasi covid-19/DM grade II
3. Bagaimana merumuskan diagnose keperawatan pada pasien covid 19 dan
DM grade II
4. Apa saja intervensi keperawatan pada pasien Tn.P.R.P dengan diagnose
medis konfirmasi covid-19/DM grade II
5. Bagaimana implementasi keperawatan pada pasien dengan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Asuhan keperawatan ini bertujuan agar Peneliti mampu menerapkan
asuhan keperawatan kepada pasien Tn.P.R.P dengan diagnose medis
Confirmasi Covid-19 gejala ringan + DM grade II di Ruang Isolasi Covid
Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante
2. Tujuan Kasus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tn.P.R.P dengan
diagnose medis Confirmasi Covid-19 gejala ringan + DM grade II di
Ruang Isolasi Covid Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante, peneliti mampu
:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn.P.R.P dengan
diagnose medis Confirmasi Covid-19 gejala ringan + DM grade II di
Ruang Isolasi Covid Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante
b. Merumuskan diagnose keperawatan pada pasien Tn.P.R.P dengan
diagnose medis Confirmasi Covid-19 gejala ringan + DM grade II di
Ruang Isolasi Covid Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Tn.P.R.P dengan
diagnose medis Confirmasi Covid-19 gejala ringan + DM grade II di
Ruang Isolasi Covid Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien Tn.P.R.P dengan
diagnose medis Confirmasi Covid-19 gejala ringan + DM grade II di
Ruang Isolasi Covid Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Tn.P.R.P dengan
diagnose medis Confirmasi Covid-19 gejala ringan + DM grade II di
Ruang Isolasi Covid Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante
D. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai sumber informasi dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada pasien dengan
penyakit Covid-19 dan diabetes melitus
2. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai sumber informasi di bidang keperawatan tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit Covid-19 dan diabetes melitus
3. Bagi Pasien dan keluarga pasien
Agar pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit dan
perawatan serta pencegahan penyakit Covid-19 dan diabetes melitus
4. Bagi Penulis
Laporan asuhan keperawatan ini berguna untuk menambah wawasan
penulis dan sebagai bekal ilmu bagi penulis untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat terkait dengan masalah - masalah yang
berhubungan dengan penyakit Covid-19 dan diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3. Istilah-Istilah Covid 19
a. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Adalah seseorang yang tidak bergejala dan memiliki resiko tertular
dari orang terkonfirmasi covid-19.Orang tanpa gejala merupakan orang
yang kontak erat dengan kasus konfirmasi Covid-19. Konatak erat
adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau atau berada dalam
ruangan atau berkunjung ( dalam radius 1 meter dengan kasus pasien
dalam pengawasan atau konfirmasi ) dalam dua hari sebelum kasus
timbul dan gejala hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
b. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Adalah orang yang mengalami demam ( ≥ 38° ) atau riwayat demam,
atau gejala gangguan system pernapasan seperti pilek atau sakit
tenggorokan, batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal dinegara atau wilaya
yang melaporkan transmisi local.
c. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
Adalah orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yaitu
demam ≤ 38° C atau riwayat demam disertai salah satu gejala atau
tanda penyakit seperti batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, pilek,
pneumonia ringan hingga berat dan pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di wilaya ataua
Negara yang merupakan transmisi local. Orang dengan demam ≥ 38°
C atau riwayat demam dan ISPA pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus Covid-19. Orang dengan
ISPA berat atau pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis
yang meyakinkan (Zulkifi, dkk, 2020).
b. Kasus Probable
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut :
1) Seseorang yang memiliki kriteria klinis riwayat kontak erat
dengan kasus probable, terkonfirmasi atau berkaitan dengan
cluster Covid-19.
2) Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif kea rah
Covid-19.
3) Seseorang dengan gejala akut anosmia (kehilangan kemampuan
indra penciumam/ ageusia (kehilangan kemampuan indra
perasa) dengan tidak ada penyebab lain yang dapat
teridentifikasi
4) Orang dewasa yang meninggal distress pernapasan dan memiliki
riwayat kontak erat dengan kasus probable, terkonfirmasi atau
cluster Covid-19
c. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan kasus positif terinfeksi virus Covid-19
dengan kriteria sebagai berikut :
1) Seseorang dengan RT-PCR positif
2) Seseorang dengan hasil rapid antigen SARS-Cov 2 positif dan
memenuhi kriteria defenisi kasus probable atau suspek (kriteria
klinis dan epidemilogi)
3) Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil rapid antigen
SARS-CoV-2 positif yang memiliki riwayat kontak erat dengan
probable atau terkonfirmasi
5. Etiologi
Covid -19 merupakan penyakit yang yang disebabkan oleh
penyakit jenis baru yang diberi nama SARS-Cov-2. Covid19. Covid –
pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, Provinsi Huba Tiongkok pada
Desember 2019 yang ditetapkan sebagai pandemic oleh organisasi
kesehatan dunia ( WHO ), pada 11 Maret 2020. Wabah ini menyebar
keseluruh dunia dengan sangat cepat, sudah ada jutaan kasus covid-19
yang dilaporkan dari ratusan Negara di dunia yang mengakibatkan ratusan
ribu orang meninggal dunia dan sudah ada pula ratusan ribu orang yang
sembuh dari wabah ini. (Algivari, 2020)
6. Patofisiologi
Covid-19 termasuk virus yang menyerang saluran pernapasan. Virus
yang berhubungan dengan saluran pernapasan akan menggunakan sel
epitel dan mukosa saluran napas sebagai target awal dan menyebakan
infeksi pada saluran pernapasan atau kerusakan organ. Virus Corona
merupakan virus RNA rantai tunggal dan rantai positif yang masuk
keluarga coronaviridae yang dibagi menjadi subfamily menurut serotip
dan genotip.Coronavirus pada umumnya menyerang hewan khususnya
kelelawar dan unta. Coronavirus mempunyai sampul(enveloped), dengan
partikel bulat dan seringkali berbentuk pleomorfik. Dinding corona virus
dilapisi oleh protein S sebagai proten antigenic utama yang dapat
berikatan dengan reseptor yang ada di tubuh hostnya, terdapat enam jenis
coronavirus yang ditemukan di saluran napas pada manusia 229E, NL63
dari genus polygonum, OC43, HPU dari genus beta, Midle East
Respiratory Syindrome-associated coronavirus (MERS-CoV), dan
Severe Acute Respiratory Syndrome Assaciated Coronavirus (SARS-
Cov). Coronavirus jenis baru atau SARS-CoV 2 penyebab Covid-19
dapat diklasifikasi dalam kelompok betacoronavirus yang menyerupai
SARS-Cov 2 dan MERS-Cov 2 tetapi tidak sama persis.
Coronavirus pada kele;awar merupakan sumber utama yang
menyebabkan Midle East Respiratory Syindrome-associated coronavirus
(MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome Assaciated
Coronavirus (SARS-Cov). Coronavirus sensitive terhadap panas dengan
suhu 56°C selama 30 menit dinding lipid dapat dihancurkan.Alkohol
75%, klorin mengandung desinfekstan.Asam peroksiasetat dan klorform
juga dapat melarutkan lipid.coronavirus.Coronavirus lebih stabil pada
plastic dan stainless steel ≥ 72 jam dibandingakn tembaga (4 jam) dan
kardus 24 jam. (Van Doremelon dkk, 2020)
6. Pathway
SARS-Cov 2
Hipersekresi jalan napas Perubahan membrane alveolus Proses infeksi Covid-19 Asupan nutrisi in adekuat kelemahan Fisik
Obstruksi jalan napas O2 CO2 Penurunan ekspansi paru Peningkatan Suhu tubu Myalgia
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Rapid Tes Antibodi
b. Rapid Tes Antigen
c. Swab-PCR
d. Rontsen Thoraks
9. Penatalaksanaan Covid-19
a. Tanpa Gejala
1) Isolasi dan Pemantauan
a) Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan specimen
diagnose konfirmasi baik isolasi mandiri di rumah maupun fasilitas
public yang dipersiapkan pemerintah.
b) Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP)
c) Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk pemantauan
klinis
2) Non Farmakologi
Berikan edukasi kepada pasien :
a) Selalu memakai masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi dengan
anggota keluarga
b) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizersesering
mungkin
c) Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
d) Upayakan kamar tidur sendiri/terpisah
e) Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
f) Alat makan-minum segera dicuci dengan air dan sabun
g) Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya (sebelum
jam 9 pagi dan setelah jam 15.00 sore)
h) Pakaian yang telah dipakai sebaiknya dimasukan dalam kantong plastic
atau wadah tertutup yang berpisah dengan pakaian kotor keluarga
lainnya sbelum dicuci
i) Ukur dan catat suhu tubuh dua kali sehari (pagi dan malam hari)
j) Segera beri informasi ke petugas pemantauan/FKTP atau keluarga jika
terjadi peningkatan suhu tubuh ≥ 38°C
k) Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara, membuka jendela kamar secara
berkala, bila memungkinkan menggunakan APD (masker/sarung
tangan), bersihkan kamar setiap hari bisa dengan air sabunatau bahan
desinfektan lainnya
l) Bagi anggota keluarga yang berkontak erat sebaiknya memeriksakan
diri ke FKTP/Rumah Sakit, anggota keluarga senantiasa pakai masker,
jaga jarak minimal 1 meter dari pasien, senantiasa mencuci tangan,
jangan sentuhdaerah wajah jika tida yakin tangan bersih, ingat
senantiasa membuka jendela ruamh agar sirkulasi udara tertukar,
bersihkan sesering mungkin daerah yang mungkin tersentuh pasien
misalnya gagang pintu
3) Farmakologi
a) Bila terdapat penyakit penyerta atau komorbid dianjurkan untuk tetap
melanjukan pengobatan yang rutin di konsumsi. Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE-
inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perluh berkonsultasi ke
dokter Spesialis Penyakit Dalam atau dokter Spesialis Jantung
b) Vitamin C (untuk 14 hari) dengan pilihan : tablet vitamin C non acidic
500mg/6-8 jam oral (selama 14 hari), tablet hisap vitamin C 500mg/12
jam oral (selama 30 hari), multivitamin yang mengandung vitamin C 1-
2tablet/24 jam (selama 30 hari) dan dianjurkan multivitamin yang
mengandung vitamin C, B,E dan Zinc
c) Vitamin D dengan pilihan : suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia
dalam bentuk kapsul, tablet, tablet effervescent, tablet kunya, tablet
hisap, kapsul lunak, serbuk dan sirup). Obat : 1000-5000 IU/hari
tersedia dalam tablet 1000 IU dan tablet kunya 5000 IU)
d) Obat-obat suportif baik tradisional (fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun tetap memperhatiakan
perkembangan kondisi klinis pasien
e) Obat-obat yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan
b. Gejala Ringan
1) Isolasi dan Pemantauan
a) Isolasi mandiri di rumah/fasilitas karantina selama maksimal 10 hari
sejak muncul gejala di tambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan
pernapasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi dilanjutkan
hingga gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat
dilakukan mandiri di rumah maupun fasilitas public yang dipersiapkan
pemerintah
b) Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan pemantauan kondisi
pasien
c) Setelah melewati masa isolasi pasien akan control ke FKTP terdekat
2) Non Farmakologi
Edukasi terkait tindakan yang harus dialakukan (sama dengan edukasi
tanpa gejala)
3) Farmakologi
a) Vitamin C dengan pilihan : tablet vitamin C non acidic 500mg/6-8
jam/oral selama 14 hari, tablet hisap vitamin C 500mg/12 jam oral
(selama 30 hari), multivitamin yang mengandung vitamin C
1-2tablet/24 jam (selama 30 hari) dan dianjurkan multivitamin yang
mengandung vitamin C, B, E dan Zinc
b) Vitamin D dengan pilihan : suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia
dalam bentuk kapsul, tablet, tablet effervescent, tablet kunya, tablet
hisap, kapsul lunak, serbuk dan sirup). Obat : 1000-5000 IU/hari
tersedia dalam tablet 1000 IU dan tablet kunya 5000 IU)
c) Azitromisin 1 x 500 mg/hari selama 5 hari
d) Antivirus : Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari
(terutama apabila didugai adanya infeksi influenza). Favipiravir
(Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1
dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
e) Pengobatan simtomatis seperti paracetamol bila demam
f) Obat-obat suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan
kondisi klinis pasien
g) Pengobatan komplikasi dan komorbid yang ada
c. Gejala Sedang
1) Isolasi dan Pemantauan
a) Rujuk ke Rumah sakit ke ruang perawatan Covid-19 atau Rumah sakit
darurat Covid-19
b) Isolasi ke Rumah sakit ke ruang perawatan Covid-19 atau Rumah sakit
darurat Covid-19
2) Non Farmakologis
a) Istirahat total, asupan kalori adekuat, control elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan dan oksigen
b) Pemantauan laboratorium darah lengkap, pemeriksaan fungsi ginjal,
fungsi hati dan foto toraks secara berkala
3) Farmakologis
a) Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9 % habis dalam 1
jam diberikan secara drip intravena selama perawatan
b) Diberikan terapi farmakologis : Azitromisin 500 mg/24 jam/IV atau per
oral (selama 5-7 hari). Pengobatan alternative Levofloksasin dapat
diberikan apabila curiga ada infeksi nakteri, dosis 750 mg/24 jam per
IV/oral (selama 5-7 hari). Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading
dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 3 x 600 mg mg
(hari ke 2-5). Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1)dilanjutkan 1 x 100
mg IV drip (hari ke 2-5 atau 2-10)
4) Antikoagulan berdasarkan evaluasi DPJP
5) Pengobatan simtomatis (Paracetamol, antrain)
6) Pengobatan komorbid atau komplikasi yang ada
d. Gejala Berat
1) Isolasi dan Pemantauan
a) Isolasi di ruang Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara kohorting
b) Pengambilan swab PCR
2) Non Farmakologis
a) Istirahat total, asupan elektrolit adekuat, control elektrolit, status hidrasi
(terapi cairan), dan oksigen
b) Pemantauan laboratorium darah lengkap, pemeriksaan fungsi ginjal,
fungsi hati, Hemostatis, pemeriksaan foto thoraks
c) Monitor TTV
3) Farmakologis
a) Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9 % habis dalam 1
jam diberikan secara drip intravena selama perawatan
b) Vitamin B 1 1 ampul/24 jam intravena
c) Vitamin D : suplemen 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk
tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunya, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk dan sirup). Obat : 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam tablet
1000 IU dan tablet kunya 5000 IU)
d) Azitromisin 500 mg/24 jam/IV atau per oral (selama 5-7 hari).
Pengobatan alternative Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi nakteri, dosis 750 mg/24 jam per IV/oral (selama 5-7 hari)
e) Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena infeksi bakteri,
pemilihan antibiotic disesuaikan dengan kondisi klinis, focus infeksi dan
factor resiko yang ada pada pasien.
c) Antivirus : Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600
mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 3 x 600 mg mg (hari ke 2-5).
Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1)dilanjutkan 1 x 100 mg IV drip
(hari ke 2-5 atau 2-10)
f) Antikoagulan berdasarkan evaluasi DPJP
g) Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari
h) Pengobatan komorbid atau komplikasi yang ada (Burhan Erlina dkk,
2020)
B. Konsep Dasar Askep Coronavirus Diases (Covid-19)
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
a) Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan
terahir, agama, tanggal masuk Rumah sakit, No.RM dan diagnose
medis
b) Identitas Penangung Jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, alamat, hubungan
dengan pasien
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan utama yang menyebabkan pasien pergi
mencari pertolongan professional (Muscari,2005). Pasien dengan
diabetes mellitus keluhan utamanya adalah demam
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang menggambarkan kronologi sampai
tejadinya penyakit Covid-19
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Mengambarkan riwayat sebelumnya yaitu pernah mengalami penyakit
Covid-19
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Menggambarkan apakah sebelumnya ada anggota keluarga yang
pernah tertular penyakit virus Covid-19
3) Pengkajian Perpola
Menurut (Gordon, 1994 pada pengkajian perpola terdapat pola focus yang
berkaitan dengan penyakit Covid-19 antara lain meliputi
a) Pola Nutrisi Metabolik
Keluhan yang dirasakan pasien Covid-19 meliputi lidah terasa pahit,
mual, muntah, , anoreksia
b) Pola Kognigtif dan Perceptual
Keluhan yang dirasakan pasien Covid-19 meliputi sesak napas,
demam, kehilangan kemampuan pengecapan dan penciuman.Hidung
tersumbat, nyeri tenngorokan, tenggorokan terasa gatal, batuk kering.
c) Pola Aktivitas
Keluhan yang dirasakan pasien covid -19 meliputi myalgia, fatique
dan badan terasa lemah
4) Pemeriksaan Fisik
Menurut Robert Prihardjo (2002) pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
pasien yang terinfeksi virus Covid-19 adalah dengan Pemeriksaan Head
To Toe yang dilakukan dengan menggunakan empat cara yang meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
a) Kepala
Inspeksi : bentuknya simetris/asimetris, kondisi kulit kepala,
adanya lesi
1)) Mata : inspeksi bentuknya simetris/asimetris, konjungtiva,
sclera
2)) Hidung : Inspeksi simetris/asimetris, pernapasan cuping
hidung, secret
3)) Telinga : Inspeksi simetris/asimetris, serum, fungsi
pendengaran
4)) Mulut : inspeksi simetris/asimetris, kelengkapan gigi, ada/tidak
karies, mukosa bibir lembab
b) Leher
Inspeksi : Pemeriksaan pemebesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
getah bening
Palpasi : Pemeriksaan pemebesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
getah bening, ada/tidak nyeri tekan
c) Dada
Inspeksi : simetris/asimetris, pengunaan otot bantu napas/tidak
Auskultasi : suara napas (vesikuler, wheezing, ronchi, gurling)
Perkusi : Resonan/tidak, S1/S2 jantung
Palpasi : nyeri tekan
d) Abdomen
Inspeksi : simetris/asimetris,
Auskultasi : Bising usus
Perkusi : timpani/hipertimpany
Palpasi : nyeri tekan/tidak
e) Genitalia
Inspeksi : simetris/asimetris, kebersihan genitalia
f) Ekstermitas
1)) Ekstermitas atas
Inspeksi : simetris/asimetris, ada udema/tidak
Palpasi : Pemeriksaan CRT
b. Tabulasi Data
hidung tersumbat, hilangnya pengecapan (ageusia) dan hilangnya
penciuman (anosmia), mual, anoreksia, lidah terasa pahit, demam, batuk
kering, tenggorokan terasa gatal, nyeri tenggorokan, sesak napas, RR
meningkat, penggunaan otot bantu napas, SpO2 ≤ 93 % napas cepat,
frekuensi napas ≥ 30x/menit, sianosis, tarikan dinding dada yang sangat
berat,PCO2 meningkat, PO2 menurun, PH abnormal.
c. Klasifikasi Data
DS : Hidung tersumbat, hilangnya pengecapan (ageusia) dan hilangnya
penciuman (anosmia), mual, anoreksia, lidah terasa pahit, demam,
batuk kering, tenggorokan terasa gatal, nyeri tenggorokan, sesak
napas
DO : peningkatan suhu tubuh(≥ 38°C), RR meningkat, penggunaan otot
bantu napas, SpO2 ≤ 93 % napas cepat, frekuensi napas ≥ 30x/menit,
sianosis, tarikan dinding dada yang sangat berat,PCO2 meningkat,
PO2 menurun, PH abnormal.
d. Analisa Data
Kelemahan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membrane alveolus yang ditandai
dengan
DS : Sesak napas
DO : RR meningkat, SpO2 ≤ 93 % napas cepat, frekuensi napas ≥
30x/menit, sianosis, tarikan dinding dada yang sangat berat, PCO2
meningkat, PO2 menurun, PH abnormal
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d hipersekresi jalan napas yang
ditandai dengan
DS : Hidung tersumbat, sesak napas, batuk kering
DO : RR meningkat, SpO2 ≤ 93
c. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru yang ditandai dengan
DS : Sesak napas,
DO :RR meningkat, penggunaan otot bantu napas, SpO2 ≤ 93
d. Hipetermi berhungan dengan infeksi virus Covid-19 yang ditandai dengan
DS : Demam
DO : Peningkatan suhu tubuh (≥ 38°C)
e. Nyeri b/d inflamasi tenggorokan yang ditandai dengan
DS : Tenggorokan terasa gatal, nyeri tenggorokan
DO : -
f. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrisi in adekuat
yang ditandai dengan
DS : hilangnya pengecapan (ageusia) dan hilangnya penciuman
(anosmia), mual, anoreksia, lidah terasa pahit
DO : -
g. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik yang ditandai dengan
DS : Myalgia
DO : Aktivitas di bantu
3. Intervensi Keperawatan
1. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia)
akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua –
duanya (ADA,2017)
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi
ketika pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh
tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang
mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula
darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu
panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh,
khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata
(dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011)
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit
dengan peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur
tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas
(Shadine, 2010)
2. Anatomi Fisiologis
a. Anatomi
Prankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang
glaster didalam ruang retroperitonial. Disebelah kiri ekor prankreas
mencapai hiluslinpa diarah kronio dorsal dan bagian kiri atas kaput
prankreas dihubungkan dengan corpus oleh leher prankreas yaitu
bagian prankreas yang lebar biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan
vena mesentrika superior berada dibagian kiri prankreas ini disebut
processus unsinatis prankreas. Menurut Gonzaga Prankreas terdiri
dari 2 jaringan utama yaitu:
1) Asinus yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
2) Pulau langerhans tidak mengeluarkan sekretnya tetapi mensekresi
insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau langerhans
manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan
delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat
pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi
glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin (Gonzaga.B,
2010)
b. Fisiologi
Prankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai 2 fungsi yaitu
sebagai kelenjer eksokrin dan kelenjer endokrin.Fungsi eksokrin
menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat
menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan endokrin
menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang peranan
penting pada metabolisme karbohidrat.Kelenjer prankreas dalam
mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon hormon
yang disekresikan oleh sel-sel di pulau langerhans.
3. Etiologi
Menurut Smeltzer 2015. Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam
2 kategori klinis yaitu:
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
1) Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik
kearah terjadinya diabetes type 1.Kecendurungan genetik ini
ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses
imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
2) Imunologi Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah
respon autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing.
(Smeltzer 2015 dan bare,2015)
3) Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan
bare,2015)
4. Manifestasi Klinis
a. Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang
ditunjukan meliputi:
1) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
Pada diabetes karena insulin bermasalah.Pemasukan gula kedalam
sel sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itu
sebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar
sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan
2) Sering merasa haus (polidipsi) Dengan banyaknya urin keluar,
tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi.untu mengatasi hal
tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum
dan ingin minum manis, minuman manis akan sangat merugikan
karena membuat kadar gula semakin tinggi.
3) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri) Jika kadar gula
melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar bersama urin,
untuk menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung gula,tak
terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam
urin sehingga volume urin yang keluar banyak dan kencing pun
sering. Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan
turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu),
mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual
(PERKENI, 2015) .
DM tipe I DM tipe ii
Sel Beta pancreas hancur Sel beta pancreas rusak
Defisiensi Insulin
(WHO, 2015)
b. Pemeriksaan fungsi tiroid peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
c. Pemeriksaan urin didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
d. Pemeriksaan Kultur pus untuk mengetahui jenis kuman pada luka dan
memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman
8. Komplikasi
a. Kompilkasi Akut
1) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai dengan
adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/Ml) dan terjadi
peningkatan anion
2) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa hingga
mencapai ≤ 60 mg/dl. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergic
(berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala
neuroglikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma).
3) Hiperosmolar Non Ketonik (HNK) 42 Pada keadaan ini terjadi
peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600- 1200 mg/dl), tanpa tanda
dan gejala asidosis,osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat
c. Ulkus
Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi sebagian (Partial
Thickness) atau keseluruhan (Full Thickness) pada daerah kulit yang
meluas ke jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang
terjadi pada seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM),
kondisi ini timbul akibat dari peningkatan kadar gula darah yang tinggi.
Apabila ulkus kaki berlangsung lama tidak dilakukan penatalaksanaan dan
tidak sembuh, luka akan menjadi terinfeksi. Ulkus kaki, infeksi,
neuroarthropati dan penyakit arteri perifer merupakan penyebab terjadinya
gangren dan amputasi ekstremitas pada bagian bawah.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
1) Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
Prinsip diet DM,adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/ tidak Dalam melaksanakan diet diabetes
sehari hari hendaknya diikuti pedoman 3 J yaitu:
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau
ditambah 2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
3) Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi
penderita,
2) Olahraga Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita
DM adalah:
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
b) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
c) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
d) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga
akan dirangsang pembentukan glikogen baru
f) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3) Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan
pencegahannya.Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada
dokter, mencari artikel mengenai diabetes.
4) Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara
(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus
diberikan obat obatan
5) Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan
lima pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
6) Melakukan perawatan luka
b. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi insulin
2) Obat Antidiabetik Oral
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama merupakan keluhan utama yang dirasakan pasien saat
masuk Rumah Sakit
b) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti
mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
c) Riwayat kesehatan lalu Biasanya klien DM mempunyai Riwayat
hipertensi, penyakit jantung seperti Infark miokard
d) Riwayat kesehatan keluarga Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang
menderita DM
3. Pengkajian Perpola
a) Pola persepsi Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan
persepsi dan tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan
tentang dampak gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan
persepsi negatif terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak mematuhi
prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari
penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik
bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal
Februari 201)
b) Pola nutrisi metabolik Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau
adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat
dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak
makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengarui status kesehatan penderita.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
c) Pola eliminasi Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif
tidak ada gangguan.
d) Pola ativitas dan latihan 57 Kelemahan, susah berjalan dan bergerak,
kram otot, gangguan istirahat dan tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu
melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka
gangren dan kelemahanotot otot pada tungkai bawah menyebabkan
penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari secara maksimal,
penderita mudah mengalami kelelahan.
e) Pola tidur dan istirahat Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada
kaki yang luka,sehingga klien mengalami kesulitan tidur
f) Kongnitif persepsi Pasien dengan gangren cendrung mengalami
neuropati/ mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri.
Pengecapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan.
g) Persepsi dan konsep diri Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka
yang sukar sembuh , lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan
dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem)
h) Peran hubungan Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau
menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
i) Seksualitas Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan
kualitas maupun ereksi serta memberi dampak dalam proses ejakulasi
serta orgasme. Adanya perdangan pada vagina, serta orgasme menurun
dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker prostat
berhubungan dengan nefropatai.
j) Koping toleransi Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik,
persaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung,
dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang kontruktif/adaptif.
k) Nilai kepercayaan Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola ibadah penderita.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal,
Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika
terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah
terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure)
normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan
cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler) Pada keadaan lanjut bisa terjadi
adanya kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal Sering merasa lelah dalam melakukan
aktifitas, sering merasa kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah
bisa terasa nyeri, bisa terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative
(CMC)
2 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
c. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
`
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakstabilan gula Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemungkinan 1. Sebagai acuan untuk
darah berhubungan keperawatanmaka ketidakstabilan penyebab hiperglikemia menentukan intervensi
dengan resistensi insulin gula darah membaik KH : 2. Monitor tanda dan gejala selanjutnya
1. Kestabilan kadar glukosa hiperglikemia 2. Kemungkinan ketidakstabilan
darah membaik 3. Berikan asupan cairan oral gula darah dapat diperoleh
2. Status nutrisi membaik 4. Ajurkan kepatuhan terhadap dari tanda dan gejala klinis
3. Tingkat pengetahuan diet dan olah raga 3. Salah satu manifestasi klinis
meningkat 5. Kolaborasi pemberian insulin dari diabetes mellitus adalah
dan obat antidiabetes polidipsi
4. Insulin dan obat antidiabetes
dapat menstabilkan gula darh
dan mempercepat proses
penyembuhan
2. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Sebagai acuan untuk
dengan Agen cedera fisik Keperawatan diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, menetukan intervensi
menurun KH : kualitas,intensitas nyeri, skala selanjutnya
1. Tingkat nyeri menurun nyeri 2. Napas dalam dapat
2. Penyembuhan luka membaik 2. Anjurkan relaksasi napas meningkatkan ventilasi
3. Tingkat cidera menurun dalam alveoli sehinnga nyeri yang
3. Kolaborasi - Kolaborasi dirasakan berkurang/hilang
pemberian analgetik 3. Obat analgetik berfungsi
meredakan nyeri
3. Infeksi b.d peningkatan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Salah satu manifestasi klinis
Leukosit keperawatan maka tingkat infeksi infeksi lokal dan sistematik dari adanya infeksi yaitu
menurun KH : 2. Berikan perawatan kulit pada dengan peningkatan suhu
1. Tingkat nyeri menurun area edema tubuh
2. Integritas kulit dan jaringan 3. Cuci tangan sebelum dan 2. Perawatan kulit mencegah
membaik sesudah kontak dengan pasien terjadinya decubitus
3. Kontrol resiko meningkat dan lingkungan pasien 3. Tangan yang kotor
4. Jelaskan tanda dan gejala mengandung kuman sehinnga
infeksi dapat memperparah kondisi
5. Ajarkan cara memeriksa 4. Meningkatkan pengetahuan
kondisi luka pasien
6. Kolaborasi pemberian obat 5. Pemeriksaan kondisi luka
antibiotic dapat mengetahui sejauh
mana perkembnagn penyakit
6. Obat antibiotic dapat
menyembuhkan infeksi
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tintdakan 1. Identifikasi defisit tingkat 1. Sebagai acuan untuk
berhubungan dengan keperawatan intoleransi aktivitas aktivitas menentukan intervensi
imobilitas membaik KH : 2. Identifikasi kemapuan selanjunya
1. Toleransi aktivitas membaik berpartisipasi dalam aktivitas 2. Aktivitas normal
2. Tingkat keletihan menurun 3. Fasilitasi pasien dan keluarga dimanifestasikan dengan
dalam menyesuiakan kemampuan dalam
lingkungan untuk beraktivitas
mengakomodasi aktivitas 3. Lingkungan membantu
yang di pilih proses aktivitas pasien
4. Libatkan keluarga dalam 4. Keluarga berperan dalam
aktivitas menetukan kesempurnaan
5. Ajarkan cara melakukan aktivitas pasien
aktivitas yang dipilih 5. Meningkatkan kemampuan
dalam beraktivitas
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan
5. Evaluasi
Catatan perkembangan pasien dilakukan berdasarkan SOAPIE
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. P.R.P
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur : 62 tahun
Alamat : Wolomarang
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Katolik
Pendidikan Terakhir: SMA
No. RM : 86.550
Tanggal/Jam MRS : 30/08/2021/09.30 WITA
Tanggal/Jam Pengkajian : 30-08-2021/14.00
Diagnosa Medis : Confirmasi Covid-19 Gejala Ringan + DM Grade
II
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S.S
Alamat : Wolomarang
Hbungan dengan Pasien : Istri
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan badan badan terasa lemah
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 16 September 2021 memeriksa
kesehatan ke Puskesmas dan dilakukan pemeriksaan gula darah oleh
perawat dan hasilnya gula darah pasien 300 mg/dl, sehingga pasien
dianjurkan untuk diet DM dan diberikan terapi metformin 3 x 500
mg, tetapi dalam perjalanan pasien tidak mematuhi anjuran diet
tersebut sehingga keadaanya semakin memburuk dan akhirnya pada
tanggal 30 September 2021 pukul 09.30 pasien masuk RS St.
Gabriel Kewapante bersama keluarga dengan keluhan badan lemah
dirasakan kurang lebih satu minggu disertai demam, mual, lidah
terasa pahit dan nafsu makan berkurang. Sesampainya di IGD
perawat memeriksa TTV, rapid antigen, pemasangan infuse dan
pengecekan acak gula, karena hasil rapid antigennya positif pasien
dianjurkan untuk di rawat di ruangan isolasi Covid dan disetujui
oleh pasien bersama keluraga. Setelah observasi selama 6 jam di
IGD akhirnya pasien dipindahkan ke ruangan isolasi pada pukul
14.00.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah mendarita penyakit diabetes mellitus
selama 2 tahun dan jarang mengontrol kesehatan ke fasilitas
kesehatan serta riwayat kontak dengan keluarga yang pernah kontak
dengan pasien Covid-19 dalam hal ini orang tanpa gejala.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit diabetes mellitus dan belum ada anggota keluarga yang
menderita penyakit Covid-19 tetapi sempat kontak dengan kasus
Covid-19 dalam hal ini orang tanpa gejala.
c. Pengkajian Perpola
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaaan Kesehatan
a) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit dietnya tidak teratur. Sering
mengonsumsi makanan manis. Pasien juga mengatakan jika
sakit pergi berobat ke Puskesmas atau tempat praktek dokter.
b) Selama Sakit
Klien mengatakan kurang memahami penyakit yang
dialaminya, factor penyebab timbulnya penyakit dan cara
mengatasinya. Pasien juga mengatakan dietnya tidak teratur
dan berharap dengan adanya perawatan di rumah sakit masalah
kesehatan yang sedang dialaminya bisa segerah sembuh
5) Pola Aktivitas
a) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas secara mandiri
seperti duduk, berdiri, berjalan, mandi, berpakaian dan toileting.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan bisa melaukan aktivitas secara mandiri
seperti duduk, berdiri, berjalan, mandi, berpakaian dan toileting
6) Pola Kognigtif dan Persepsi Sensori
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan dapat mengingat dengan baik kejadian
sebelumnya seperti tempat, waktu dan orang. Pasien
mengatakan dapat melihat dengan jelas, dapat mencium aroma
bau, dapat meraba serta dapat mendengar dengan baik
b) Selama sakit
Pasien mengatakan dapat mengingat dengan baik kejadian
sebelumnya seperti tempat, waktu dan orang.Pasien mengatakan
dapat melihat dengan jelas, dapat mencium aroma bau, dapat
meraba serta dapat mendengar dengan baik. Pasien juga
mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan seperti kesemutan
maupun nyeri
7) Pola personal Hygieni
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan mandi 2 x sehari, sikat gigi 2 x sehari, cuci
rambut seminggu sekali potong kuku seminggu sekali dan
dilakukan secara mandiri.
b) Selama Sakit
Pasien mengatakan mandi 2 x sehari, sikat gigi 2 x sehari, cuci
rambut seminggu sekali potong kuku seminggu sekali dan
dilakukan secara mandiri.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : composmentis,
2) Tanda Tsnda Vital
Tekanan Darah : 130/80mmHg Nadi : 80 x/menit SpO2 :
97 %
Respirasi : 20 x/menit Suhu : 37,5°C
3) Pemeriksaan Head To Toe
a) Kepala
Inspeksi : simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi.
Mata :
Inspeksi : simetris, konjungtiva merah muda, sclera tidak
ikterik.
Hidung
Inspeksi : simetris, pernapasan cuping hidung (-), secret (-).
Telinga
Inspeksi : simetris, serum (-), fungsi pendengaran baik
Mulut : simetris, gigi lengkap, karies (-), mukosa bibir
lembab.
b) Leher
Inspeksi : Pembesaran kelenjar troid (-), pembesaran kelenjar
getah bening (-).
c) Dada
Inspeksi : simetris,penggunaan otot bantu napas (-), tipe
pernapasan : pernapasan dada
Auskultasi : suara napas vesikuler
Perkusi : Resonan
Palpasi : Nyeri tekan (-)
d) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : bising usus 5 x/menit
Perkusi : thympani
Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran lien (-)
e) Genitalia
-.
f) Ekstermitas
Ekstermitas atas
Inspeksi : simetris, Terpasang infus RL 20 tpm, udema (-), lesi
(-)
Palpasi : CRT ≥ 3 detik
Ekstermitas bawah
Inspeksi : simetris,
Palpasi : kemampuan otot 5 5 udema (-)
5 5 ,
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2021
Pemeriksan Rapid
Antigen Positif
Pemeriksaan GDS
Pre dan Post Meal
30/08/2021
Pre Meal 469 ≤ 140
Post Meal 394 ≤ 200
31/-0/2021
Pre Meal 278
Post Meal 342
01/08/2021
Pre Meal 146
Post Meal 203
Rapid Antigen Positif
2) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 31/08/2021
Foto thorax PA, erect, asimetris, inspirasi dan kondisi cukup.
Kesan :
1) Peningkatan gerakan bronchovaskuler bilateral
2) Tidak tampak pneumonia saat ini
3) CRT dalam batas normal
4) Tulang yang tervisualisasi inval
f. Terapy
20.3
0
Senin, 2 14.0 Menerima overan dinas pagi S :Pasien mengatakan badan terasa lemah, mual,
30/08/2021 0 Mengobservasi KU pasien lidah terasa pahit dan nafsu maan berkurang
14.3 Mengontrol TTV O : KU : lemah, Kesadaran : Composmentis, GDS
0 Tekanan Darah : 130/80 mmHg, Nadi : pre meal : 469, post meal : 394, Tekanan
16.3 80 x/menit, suhu : 37,5 °C, Respirasi : Darah : 135/89 mmHg, Nadi : 82 x/menit,
0 20 x/menit, SPO2 : 97 % Suhu : 37,0°C, Respirasi : 20 x/menit, SpO2 :
KIE tentang penyakit DM 96 %
Mengontrol GDS pre meal : 469 A : Masalah keperawatan ketidakstabilan gula
Melayani pasien makan malam darah belum teratasi
16.4 Melayani terapi oral Gluquidone 30 mg P : Intervensi dilanjutkan
0 (1 tablet )
17.3 Mengontrol GDS post meal : 394
0 Mengontrol TTV
18.0 Tekanan Darah : 135/89 mmHg, Nadi :
0 82 x/menit, Suhu : 37,0°C, Respirasi :
18.3 20 x/menit, SpO2 : 96 %
0
19.0
0
20.3
0
Selasa. 14.0 Menerima overan dinas pagi S :Pasien mengatakan badan lemah berkurang,
31/08/2021 0 Mengobservasi KU pasien mual berkurang, lidah terasa pahit berkurang
14.3 Mengontrol TTV dan nafsu makan mulai meningkat
0 Tekanan Darah : 130/80 mmHg, Nadi : O : KU : lemah, Kesadaran : Composmentis, GDS
16.3 80 x/menit, suhu : 37,5 °C, Respirasi : pre meal : 278, post meal : 342, Tekanan
0 20 x/menit, SPO2 : 97 % Darah : 135/89 mmHg, Nadi : 82 x/menit,
KIE tentang penyakit DM Suhu : 37,0°C, Respirasi : 20 x/menit, SpO2 :
Mengontrol GDS pre meal :278 96 %
Melayani pasien makan malam A : Masalah keperawatan ketidakstabilan gula
16.4 Melayani terapi oral Gluquidone 30 mg darah belum teratasi
0 (1 tablet ) P : Intervensi dilanjutkan
17.3 Mengontrol GDS Post meal : 342
0 Mengontrol TTV
18.0 Tekanan Darah : 135/89 mmHg, Nadi :
0 82 x/menit, Suhu : 37,0°C, Respirasi :
18.3 20 x/menit, SpO2 : 96 %
0
19.0
0
20.3
0
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/ No Jam Evaluasi
tanggal Dx
Rabu, 1 07.00 S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan demam
01/08/2021 O : KU : lemah, Kesadaran : Composmentis,
Tekanan Darah : 135/79 mmHg, Nadi : 77
x/menit, Suhu : 36,5°C, Respirasi : 20
x/menit, SpO2 : 96 %
A : Masalah hipertermi teratasi
P : intervensi dilanjutkan di rumah
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan
antara teori dan asuhan keperawatan dimana pada terori covid-19 terdapat tujuh
diagnose keperawatan yang terdiri atas gangguan pertukaran gas b/d perubahan
membrane alveolus, bersihan jalan napas tidak efektif b/d hipersekresi jalan
napas, pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, hipertermi b/d
proses infeksi virus Covid-19, nyeri b/d inflamasi tenggorokan, resti nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d dan intolreansi aktivitas b/d kelemahan fisik
sedangkan diagnose yang ditemukan pada kasus hanya satu yaitu
hipertermi.Pada teori diabetes mellitus terdapat empat diagnose keperawatan
yang terdiri atas ketidakstabilan gula darah b/d resistensi insulin dan
ketidakpatuhan terhadap asupan diet, nyeri akut b/d agen cedera fisik, infeksi b/d
peningkatan leukosit dan intoleransi aktivitas b/d imobilitas sedangkan pada
kasus ditemukan satu diagnose keperawatan yaitu ketidakstabilan gula darah b/d
ketidakpatuahn terhadapat asupan diet Adapun intervensi dan implementasi yang
dilakukan sesuai dengan keluhan yang dirasakan pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian ada keterkaitan antara kasus Covid-19 dan
diabetes mellitus dikarenakan pada penderita diabetes mellitus mengalami
penurunan imun tubuh apabila terjadi kontak erat dengan kasus probable dan
konfirmasi maka virus Covid-19 akan mudah masuk dan menyerang saluran
pernapasan sehingga dapat memperparah kondisi tubuh bahkan dapat
menyebabkan kematian
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante
Diharapkan agar lebih meningkatkan penyediaan fasilitas pelayanan yang
menunjang untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapaan agar pasien dapat mengetahui dan memahami edukasi yang
diberikan oleh perawat serta diharapkan agar keluarga ikut berpartisipasi
membantu dan mendukung pasien sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan.
3. Bagi Perawat
Diharapkan agar tim kesehatan terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal
dengan penyakit Covid-19 dan diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA