Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS MANAGEMEN PELAYANAN KESEHATAN

CORONA VIRUS DISEASE 2019 ( COVID-19 ) DI RUMAH SAKIT PERMATA


KUNINGAN
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas UTS Mata Kuliah
Managemen Pelayanan Kesehatan

Disusun Oleh :
NOVIA SRI DAMAYANTI
NIM : 62019192

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI CIREBON


KONSENTRASI MANAGEMEN KESEHATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Managemen Pelayanan
Kesehatan Corona Virus Disease 2019 ( Covid-19 ) di Rumah Sakit Permata Kuningan ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas UTS
pada Mata Kuliah Managemen Pelayanan Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Covid-19 bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. A. darmawan Achmad, SE. S.Kom,
S.PdI, MMKes, M.PdI, MBA selaku dosen Mata Kuliah Managemen Pelayanan Kesehatan yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, Januari 2021

Penulis
PENDAHULUAN
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2) atau
yang sering disebut virus Corona. Virus ini memiliki tingkat mutasi yang tinggi dan merupakan
patogen zoonotik yang dapat menetap pada manusia dan binatang dengan presentasi klinis yang
sangat beragam, mulai dari asimtomatik, gejala ringan sampai berat, bahkan sampai kematian.
Penyakit ini dilaporkan memiliki tingkat mortalitas 2-3%. Beberapa faktor risiko dapat
memperberat keluaran pasien, seperti usia >50 tahun, pasien imunokompromais, hipertensi,
penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, penyakit paru, dan penyakit jantung.[1-3]
COVID-19 dapat dicurigai pada pasien yang memiliki gejala saluran pernapasan, seperti
demam >38⁰C, batuk, pilek, sakit tenggorokan yang disertai dengan riwayat bepergianke daerah
dengan transmisi lokal atau riwayat kontak dengan kasus suspek atau kasus konfirmasi COVID-
19. Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien COVID-19 tidak spesifik, tetapi limfopenia,
peningkatan laktat dehidrogenase, dan peningkatan aminotransferase, umumnya sering
ditemukan.
Penemuan ground glass opacification (GGO) bilateral, multilobar dengan distribusi
periferal atau posterior merupakan karakteristik penampakan COVID-19 pada pemeriksaan
pencitraan CT scan toraks nonkontras. Walaupun kurang spesifik, ultrasonography (USG)
dan Rontgen toraks juga dapat membantu menegakkan diagnosis COVID-19. Diagnosis COVID-
19 dapat dikonfirmasi dengan dideteksinya viral RNA pada pemeriksaan nucleic acid
amplification test (NAAT), seperti RT-PCR dari spesimen saluran pernapasan, tes antigen, dana
tes serologi.
Sampai saat ini, belum terdapat terapi antiviral spesifik dan vaksin dalam penanganan
COVID-19. Akan tetapi, beberapa terapi, seperti remdesivir, dexamethasone, lopinavir-ritonavir,
dan tocilizumab ditemukan memiliki efikasi dalam penanganan COVID-19 dan sudah masuk
dalam uji coba klinis obat. Pada awal pandemi, beberapa medikamentosa lain, seperti
chloroquine, hydroxychloroquine, dan oseltamivir telah diteliti tetapi tidak menunjukkan
efektivitas terhadap COVID-19.
Pasien COVID-19 dengan infeksi ringan umumnya hanya disarankan isolasi di rumah
dan menggunakan obat yang dijual bebas untuk meredakan gejala. Pada pasien dengan infeksi
berat, disarankan untuk dirawat inap dan terkadang diperlukan tindakan intubasi dan ventilasi
mekanik apabila terjadi gagal napas atau acute respiratory distress syndrome.
ANALISIS ALUR PELAYANAN PASIEN COVID-19

Seseorang dari zona merah atau kontak dengan pasien positif COVID-19 termasuk
suspek yang kemudian ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab. Jika hasilnya positif,
penatalaksanaan pasien dilakukan berdasarkan gejala atau tanpa gejala yang dialami.
Penanganan pasien positif COVID-19 yang tidak bergejala akan diimbau untuk isolasi mandiri di
rumah atau di RS Darurat. Isolasi minimal 10 hari sejak ditegakkan diagnosis. Setelah isolasi 10
hari maka pasien dinyatakan selesai isolasi.
Lain hal nya dengan pasien positif COVID-19 dengan gejala sakit ringan-sedang. Pasien
diimbau untuk isolasi mandiri di rumah, RS Darurat, RS, maupun RS Rujukan COVID-19.
Isolasi minimal 10 hari sejak munculnya gejala ditambah 3 hari bebas demam dan gejala
pernapasan. Setelah itu pasien dinyatakan selesai isolasi.
Bagi pasien positif COVID-19 dengan gejala sakit berat akan diisolasi di rumah sakit atau rumah
sakit rujukan. Pasien diisolasi minimal 10 hari sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas demam
dan gejala pernapasan. Pasien akan dilakukan lagi tes swab jika hasilnya negatif maka pasien
akan dinyatakan sembuh.
Dalam pelayanan pasien positif COVID-19 ada layanan alih rawat non isolasi. Layanan
tersebut diperuntukkan bagi pasien yang sudah memenuhi kriteria selesai isolasi tetapi masih
memerlukan perawatan lanjutan untuk kondisi tertentu yang terkait dengan komorbid, co-
insiden, dan komplikasi.
Proses alih rawat diputuskan berdasarkan hasil assessment klinis yang dilakukan oleh
dokter penanggungjawab pelayanan sesuai standar pelayanan atau standar prosedur operasional.
Bagi pasien yang diisolasi di rumah sakit, RS Darurat, maupun di RS Rujukan COVID-19 dapat
dipulangkan berdasarkan pertimbangan dokter penanggungjawab pasien karena adanya
perbaikan klinis, comorbid teratasi, dan/atau follow up PCR menunggu hasil.
Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, dan gejala berat/kritis dinyatakan
sembuh apabila telah memenuhi kriteria selesai isolasi, dan dikeluarkan surat pernyataan selesai
pemantauan, berdasarkan penilaian dokter di fasyankes tempat dilakukan pemantauan atau oleh
dokter penanggungjawab pasien.
Sementara itu, pasien dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit, bila memenuhi
kriteria selesai isolasi dan memenuhi kriteria klinis sebagai berikut:
a. Hasil assesmen klinis menyeluruh termasuk diantaranya gambaran radiologis
menunjukkan perbaikan, pemeriksaan darah menunjukan perbaikan, yang dilakukan oleh
DPJP menyatakan pasien diperbolehkan untuk pulang.
b. Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien, baik terkait sakit COVID-19
ataupun masalah kesehatan lain yang dialami pasien.
DPJP perlu mempertimbangkan waktu kunjungan kembali pasien dalam rangka masa
pemulihan. Khusus pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang sudah dipulangkan tetap
melakukan isolasi mandiri minimal 7 hari dalam rangka pemulihan dan kewaspadaan terhadap
munculnya gejala COVID-19, dan secara konsisten menerapkan protokol kesehatan.
PEMBAHASAN

KONSEPTUAL

Rumah sakit Permata Kuningan baru di buka di Bulan November 2020. Investasi yang
dilakukan oleh Rumah Sakit Permata Kuningan adalah dengan melakukan investasi berupa
menjadi salah satu rumah sakit swasta pertama yang menerima pelayanan rujukan covid di
Kabupaten Kuningan disaat rumah sakit umum daerah yang ditunjuk menjadi rumah sakit
rujukan covid penuh . Hal yang pertama dilakukan oleh rumah sakit adalah menyediakan
pelayanan tes mendeteksi Covid-19, yaitu RT-Antibody, RT- Antigen dan Swab PCR, tes ini
merupakan instrumen utama dalam penanganan Covid-19, terhitung di bulan desember sampai
dengan saat ini rumah sakit telah melayani tes covid berupa RT Antigen 158 pasien, RT Antibodi
85 pasien, dan Swab PCR 10 pasien. Saat dibuka nya pelayanan covid-19 di rumah sakit permata
kuningan, pemeriksaan Hal kedua yaitu karena pada saat ini kabupaten kuningan mengalami
keterbatasan fasiltas untuk rumah sakit rujukan covid-19 padahal pasien denga gejala ringan-
sedang maupun sedang-berat yang membutuhkan pelayanan rawat inap mulai meningkat .
Rumah sakit permata kuningan telah mempersiapkan 24 tempat tidur untuk pasien covid-19, dari
kedua hal tersebut pihak rumah sakit dapat melakukan pemisahan pelayanan antara pasien covid-
19 dengan pasien umum atau non covid, baik dari segi ruangan, dokter, tenaga medis lainnya,
maupun fasilitasnya. Alhasil, pelayanan tetap berjalan tanpa adanya potensi penularan di rumah
sakit, mengingat hal terpenting dalam penanganan Covid-19 adalah kesiapan fasilitas kesehatan.

AKTUAL
Di masa pandemi Covid-19 melanda dunia, hampir seluruh industri terkena dampaknya.
Tak terkecuali industri kesehatan, khususnya rumah sakit. Di sisi lain, industri rumah sakit pun
harus menghadapi berbagai tantangan untuk tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan, baik
pada penderita Covid-19 maupun pasien umum.

Adanya perubahan perilaku konsumen dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dengan


fasiltas atau institusi kesehatan selama pandemi terjadi. Jika sebelum pandemi, setidaknya
mengunjungi institusi kesehatan setidaknya satu kali dalam satu tahun sebanyak 31,8 persen.
Namun, pada masa pandemi, kunjungan ke instutsi kesehatan, seperti klinik dan rumah sakit
turun drastis. Bahkan, dalam survei terungkap bahwa sebanyak 71,8 persen memilih untuk tidak
mengunjungi fasiltas kesehatan. Selama pandemi responden pun memilih untuk menggunakan
pelayanan kesehatan digital untuk melakukan konsultasi mereka. Tantangan yang dihadapi pun
semakin besar di industri kesehatan ini, terlebih di tahun ini yang penuh ketidakpastian.Tak
pelak ancaman penurunan atau bahkan kerugian pun terbuka lebar.
SOLUSI

Sangat penting untuk menerapkan konsep surviving atau bertahan, preparing atau bersiap,


dan actualizing atau aktualisasi dari yang telah direncanakan ditengah pandemi ini setidaknya
ada dua tantangan besar yang dihadapi RS Permata Kuningan saat pandemi ini terjadi.

Pertama adalah tantangan dalam memberikan pelayanan atau asuhan kepada pasien atau
masyarakat. Tantangan ini mencakup kemampuan testing dalam mengindetifikasi Covid-19,
menjaga keamanan dokter dan staf, penanganan pasien positif Covid-19 dan melayani kebutuhan
pasien non covid akan kesehatan.

Tantangan kedua adalah berkaitan dengan keberlangsungan bisnis. Tak bisa dipungkiri Covid-19
telah membuat berantakan cash flow. Mengingat selama pandemi pendapatan mengalami
menurun. Di satu sisi, biaya operasional meningkat dengan adanya standar prosedur baru dalam
mengamankan lingkungan rumah sakit, baik bagi karyawan maupun tenaga medis lainnya.
Belum lagi, ketidak pastian di masa depan.

Rumah Sakit menghadapi pilihan antara mengirit cash flow atau tetap memenuhi panggilan
untuk tetap melayani pasien dengan cash flow yang tidak menentu. Akhirnya, rumah sakit
memutuskan untuk investasi agar dapat turut ambil bagian dalam penanganan Covid-19 di
Indonesia. Bekerja sama dengan Kemenkes dan Dinkes kabupaten untuk klaim pelayanan
penanganan pasien Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai