Anda di halaman 1dari 4

Nomor 1

Terjadinya penyakit covid-19 hingga menjadi pandemic dipengaruhi oleh banyak factor. Karena ini
adalah penyakit menular maka dapat dianalisa melalui trias epidemiologi (Agent, Host, Environment) :

1. Agent : Penyakit covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh novel corona virus atau SARS-
CoV-2. Terdapat 4 genus Corona virus yaitu Alfa, Beta, Gamma, Delta. Yang masuk dalam golongan Beta
adalah SARS-Cov, MERS-CoV, dan yang terbaru ini adalah SARS-CoV-2. Virus ini memiliki virulensi cukup
kuat dan mudah menular. Namun virus ini tidak dapat bertahan lama jika di luar tubuh manusia.
Lamanya virus ini bertahan hidup dipengaruhi oleh berbagai kondisi (jenis permukaan, suhu atau
kelembapan lingkungan). Adapun inkubasinya adalah 2-14 hari. Jika ada penularan maka dalam waktu 2-
14 hari dapat muncul gejala. Maka fakta mengenai agen penyebab dan masa inkubasi ini dapat dijadikan
landasan berpikir klinis dalam menangani pasien covid-19.

2. Host : Sudah dapat dipastikan bahwa dalam tubuh manusia adalah tempat hidup dan
berkembang virus covid-19. Dan manusia adalah sumber penularan covid-19 ke manusia lainnya. Maka
prinsip memutus mata rantai penularan adalah dengan menjaga kontak antar manusia (prokes). Prokes
minimalnya adalah 3M (Memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan rutin). Jika 3M ini
tidak disiplin dijalankan maka semakin besar peluan penularan. Contoh misal berada di depan orang
yang terinfeksi covid-19 dan jaraknya kurang dari 1 meter, dan tidak memakai masker maka dengan
mudah terkena percikan droplet atau aerosol yang mengandung virus ini sehingga bisa tertular. Jika
tidak rajin cuci tangan maka bisa jadi manusia baru saja menyentuh barang-barang yang ada virus covid-
19 kemudian memegang mulut atau hidung maka ini bisa menjadi sumber penularan. Maka dari fakta ini
dapat disusun kebijakan prokes ketat di Rumah Sakit untuk penanganan Covid-19. Tim medis
menggunakan APD minimal level 2 di IGD umum dan wajib APD level 3 di IGD Covid-19 dan ruang
perawatan Covid-19.

3. Environment : Lamanya virus ini bertahan hidup dipengaruhi oleh berbagai kondisi (jenis
permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam di
permukaan plastic dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada
kardus. SARS-CoV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Dengan berjemur di bawah sinar
matahari bisa membantu mengurangi penularan dan mempercepat pemulihan. Apalagi kalau di tempat
dengan suhu 65 derajat C maka virus ini cepat mati. Virus ini dapat hidup pada kondisi suhu rendah dan
kelembapan 60-90%. Maka jika lingkungan suhu panas, terbuka dan tidak lembap maka akan sulit untuk
virus ini berkembang. Virus ini juga tidak dapat bergerak dari ruangan bertekanan udara negative ke
ruangan yang bertekanan udara positif. Maka fakta-fakta ini dapat dijadikan landasan dalam mendesain
ruang perawatan pasien covid-19, misalnya membuat ruangan perawatan tanpa AC, diatur tidak terlalu
lembap, tekanan udara negative agar virus tidak bergerak ke ruangan udara positif sehingga tidak
menularkan kepada orang lain.

Rumah Sakit juga harus aktif memperhatikan aspek outbreak dan melakukan surveilan baik aktif
maupun pasif. Outbreak adalah adanya kasus/penyakit baru yang belum ada sebelumnya atau
terjadinya lonjakan 50% jumlah kasus penyakit dari yang telah ada sebelumnya. Untuk mengetahui
angka-angka ini juga harus aktif dilakukan surveilan. Jika memang menemukan lonjakan kasus maka
harus segera dilaporkan ke dinas kesehatan agar ada keputusan dan regulasi yang homogen bagaimana
menanganinya. Rumah Sakit harus aktif berkordinasi dengan dinkes dan puskesmas untuk mengerjakan
surveilan agar dapat melacak kasus termasuk outbreak. Surveilan dapat dilakukan dengan cara :

1. Surveilan pasif dapat dilakukan karena pasien covid -19 akan datang ke IGD Rumah Sakit maka
ini akan menjadi catatan.

2. Surveilan aktif dapat dilakukan kepada keluaarga/kerabat/teman pasien yang diketahui kontak
dengan pasien covid-19 yang diktehaui melalui anamnesis pasien yang datang ke Rumah Sakit. Maka
Rumah Sakit dapat berkordinasi dengan puskesmas untuk melakukan sruveilan kepada orang-orang
yang dicurigai kontak. Surveilan aktif juga dapat dilakukan kepada tim medis dan non medis RS secara
berkala karena merupakan orang-orang yang beresiko besar tertular. Dengan melakukan pemeriksaan
berkala kepada nakes maka bisa mejaga status kesehatan nakes agar tetap bisa bekerja, apalagi jika ada
penambahan kapasita daya tamping perawtan pasien covid-19.

Melalu data surveilan ini Rumah Sakit memiliki gambaran berapa rata-rata jumlah pasien covid-19 yang
ditangani dalam 1 bulan, lalu bisa membuat kebijakan menambah kapasitas daya tamping yang tentu
ruangan-ruangan dan alat yang disediakan dikondisikan ideal untuk penanganan covid-19. Dan
bagaimana status kesehatan para nakes apakah cuku jumlah dan cukup sehat untuk ditempatkan dalam
penanganan covid-19.

Strategi Epidemiologi juga harus diterapkan dalam membuat kebijakan penambahan kapasitas daya
tamping perawatan pasien covid-19. Strategi Epidemiologi terdiri dari Studi Deskriptif (laporan kasus)
dan Studi Analitik (observasional dan eksperimental). Sebenarnya kedua jenis studi ini dapat digunakan
dalam hal ini. Namun saya memberikan contoh jika kita menggunakan studi deskriptif (laporan kasus)
karena dalam menangani covid-19 ini harus cepat maka studi yang bisa dilakukan dengan singkat adalah
laporan kasus. Kita bisa membuat laporan kasus per pasien covid-19. Sehingga kita bisa membandingkan
kondisi antar pasien, membuat rata-rata lama perawatan tiap pasien dengan gejala sedang sampai
berat. Kita bisa mengetahui rata-rata lama penggunaan alat bantu napas dan lain sebagainya. Dan ini
sangat diperlukan dalam menentukan kebijakan penambahan kapasitas daya tampung perawatan
pasien covid-19 di Rumah Sakit dan berapa lama pasien boleh dipulangkan setelah perawatan (tentunya
jika kondisi sudah baik dan stabil).

Nomor 2.

Mutu pelayanan kesehatan adalah bagaiamana menciptakan kinerja pelayanan kesehatan terbaik untuk
mencapai kepuasan pasien dengan tetap sesuai prosedur dan etika yang benar. Dengan menjaga mutu
yang baik maka otomatis juga akan mencapai keselamatan pasien. Dalam menjaga mutu pelyanan dan
keselamatan pasien tidak terlepas dari 3 dimensi health servie quality yaitu :

1. Client Quality : adalah memahami keinginan dan kebutuhan pasien. Contoh di masa pandemic
ini masyarakat membutuhkan banyak daya tampung penanganan covid-19 di RS. Maka RS harus
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Professional Quality : adalah melayani pasien sesuai SOP dan etika yang benar. Contoh di masa
pandemi ini banyak sekali pasien covid-19, maka dalam menangani pasien covid-19 ada SOP tersendiri,
ada perbedaan APD, perbedaan ruangan. Sehingga pasien covid-19 tidak becampur dengan pasien non
covid, pasien non covid tida tertular.

3. Manajegement Quality : adalah penempatan dan penggunaan sumber daya yang tepat. Sebagai
manajemen RS kita harus menempatkan SDM sesuai kualifikasi masing-masing. Di masa pandemi ini,
karena covid-19 adalah penyakit baru maka semua tenaga kesehatan harus diupdate ilmunya, harus
diberikan seminar kecil untuk update ilmu.

Dalam menyusun dan menjaga mutu juga kita dapat melakukan trilogy mutu:

1. Quality planning : adalah memahami apa masalah, mencari solusi (program), dan menerapkan
solusi (program) tersebut. Contoh saat ini dalam penanganan pandemic covid-19, banyak sekali kasus
kehabisan oksigen di RS. Maka ini harus dicari solusinya. Saya akan menjawab pada quality
improvement.

2. Quality Control : Menjaga kualitas solusi (program) yang telah dijalankan : contoh dari kasus diatas,
misalnya kita sudah mengetahui bagaimana cara memenuhi kebutuhan oksigen pasien maka langkah-
langkah tersebut harus kita pertahankan.

2. Quality Improvement : Memperbaiki setiap aspek yang bermasalah. Contoh dari kasus diatas.
Menurut saya dalam kondisi darurat oksigen sentral harus dipastikan dapat terus berjalan dengan baik
dan tercukupi kebutuhannya. Namun RS harus menyiapkan antisipasi. Misalnya jumlah slot oksigen
sentral tidak banyak, sedangkan pasien yang butuh oksigen banyak. Maka secara darurat harus diadakan
banyak tabung oksigen sebagai pengganti oksigen sentral. Apalagi dalam membuat ruangan baru
penanganan covid-19 kita seringnya menggunakan oksigen tabung agar dapat lebih mobile dan tidak
mudah menularkan ke pasien lain jika dari sumber oksigen sentral yang sama.

Namun sebelum melakukan health service quality dan trilogy mutu maka kita harus memenuhi 4 unsur
pokok penyelengaraan pelayan kesehatan yang bermutu :

1. Input : Harus ada dan cukup jumlah SDM, dana, sarana prasarana. Contoh dalam penangan
covid-19 ini membutuhkan banyak personil dokter, perawat, pegawai lab, dan paramedic lain dan non
medis seperti tim steril ruangan. Dana dibtuhkan untuk mengadakan peralatan dan obatan. Contoh
dalam pandemic covid-19 ini, jika memungkinkan maka kita dapat memisahkan IGD dan gedung untuk
perawatan pasien covid-19. Maka kita juga harus menyiapkan tenaga kesehatan khusus. Jika
memungkinkan tenaga kesehatan untuk covid-19 dan non covid dibedakan karena memang memiliki
beban kerja dan resiko tertular yang beda. Dan tentu kita harus menyiapkan reward yang pantas juga.

2. Environment : adalah system dan aturan yang berlaku baik dari manajemen RS maupun dari
pemerintah. Dalam manajemen RS saya akan membuat kebijakan yang tepat untuk pasien dan teapt
untuk pegawai namun tidak menyalahi aturan yang dibuat pemerintah.
3. Process : adalah proses yang dijalankan dalam pelayanan kesehatan baik itu pelayananmedis
maupun non medis yang semuanya harus sesuai SOP

4. Output : Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan baik medis maupun non medis.

Dengan mutu yang baik kita dapat mencapai tujuan salah satunya adalah keselamatan pasien. Tujuan
kesalamatan pasien di rumah sakit adalah untuk mencegah terjadinya cedera atau perburukan kondisi
karena kesalahan tindakan atau tidak mengambil tindakan. Dalam mengusahakan keselamatan pasien
telah dibuat standar internasional (International Patinet Safety Goals), yaitu :

1. Identifikasi pasien dengan benar (nama, TTL, no.RM) : banyak pasien namanya sama, makan
bedakan dengan TTL, alamat, dan No.RM

2. Komunikasi efektif : komunikasi yang efektif kepada pasien dan komunikasi efektif antar nakes
meningkatkan keselamatan pasien. Misalnya dalam operan jaga antar dokter itu menentukan ketetapan
informasi kondisi pasien.

3. Keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai : harus ada catatan kode obat, warna obat.
Karena banyak sekali obat dengan nama bentuk warna yang sangat mirip. Dan tidak lupa menyiapkan
prosedur penanganan salah memasukkan/memberikan obat kepada pasien. Misalnya menyiapkan
antidotum.

4. Lokasi pembedahan yang benar, prosedur benar, pasiennya benar : Sebab jika salah lokasi
pembedahan maka sekurang-kurangnya kerugian yang didapat pasien adalah rugi kosmetik dan waktu.

5. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan : alat-alat penunjang semua harus steril
dan dijalankan dengan aman. Misalnya penggunana ventilator. Selang sungkup semua dipastikan steril
agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.

6. Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh : membuat prosedur pasien resiko jatuh
mislanya memberikan gelang khusus pertanda pasien harus mendapat perlakuan khusus karena ada
resiko jatuh. Dan juga menyediakan saran prasarana yang aman, bed yang aman, lantai yang tidak licik
agar mengurangi resiko jatuh.

Kesimpulannya adalah menjaga mutu pelayanan kesehatan sangat penting dan ini juga menjadi kunci
keselamatan pasien. Pada dasarnya hamper sama menjaga mutu dan keselamatan pasien covid dan non
covid, yang terpenting adalah mencegah penularan dari pasien covid ke pasien non covid. Itulah
pentingnya kita berusaha memisahkan IGD dan ruangan penanganan covid dan non covid. Karena jika
kita tidak mencegah penularan maka pasien non covid akan takut datang ke Rumah Sakit, kalaupun
pasien datang ke rumah sakit maka ada resiko besar penularan dan ini dapat mengganggu kualitas mutu
pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai