Anda di halaman 1dari 27

F1 : Promkes

- Penyuluhan 5M covid saat tracing


- Penyuluhan vaksinasi
- Penyuluhan PTM

F2 : Kesling

- Desinfeksi saat tracing


- Pemberian plastic buat limbah covid

F3 : KIA

- Imunisasi

F4 : Perbaikan Gizi

- Obat Cacing
- Vitamin A

F5 : Pencegahan PTM dan PM

- Vaksinasi
- Tracing
- Posbindu
- PE TB
- Posyandu lansia

F6 : Pengobatan dasar

- pemberian vit cpada covid

28/06/2021

Vaksinasi pkm taliwang

29/06/2021

Vaksinasi seteluk
F5

A. Judul Laporan
Vaksinasi COVID-19
B. Latar Belakang
Pemerintah telah menetapkan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai
bencana non-alam. Pandemi COVID-19 memberi tantangan besar dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dan memberI dampak dalam
berbagai sektor diantaranya sektor ekonomi, sosial, pariwisata dan pendidikan. Sementara
itu, tingkat kerentanan masyarakat semakin meningkat yang disebabkan oleh kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap penerapan protocol kesehatan. Oleh karena itu, perlu
segera dilakukan intervensi tidak hanya dari sisi penerapan protocol kesehatan namun
juga diperlukan intervensi lain yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan
penyakit, yaitu melalui upaya vaksinasi. Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk
mengurangi transmisi/penularan COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat dan melindungi
masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
C. Permasalahan
- Pada skrining vaksinasi covid-19, terdapat beberapa masyarakat yang butuh
penundaan.
- Ketersediaan vaksin yang tidak dapat ditentukan.
- Keterlambatan untuk vaksinasi covid-19 yang kedua.
D. Perencanaan
Dilaksanakan dalam 4 tahapan dengan mempertimbangkan ketersediaan, waktu
kedatangan dan Tahapan pelaksanaan vaksinasi COVID 19 dilaksanakan sebagai berikut:
- Tahap 1 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021 Sasaran vaksinasi COVID-19
tahap 1 adalah tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang serta
mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
- Tahap 2 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021 Sasaran vaksinasi COVID19
tahap 2 adalah: a. Petugas pelayanan publik yaitu Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas
pelayanan publik lainnya yang meliputi petugas di
bandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan, perusahaan listrik negara, dan
perusahaan daerah air minum, serta petugas lain yang terlibat secara langsung
memberikan pelayanan kepada masyarakat. b. Kelompok usia lanjut (≥ 60 tahun).
- Tahap 3 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022 Sasaran vaksinasi
COVID-19 tahap 3 adalah masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan
ekonomi.
- Tahap 4 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022 Sasaran vaksinasi tahap 4
adalah masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan pendekatan kluster
sesuai dengan ketersediaan vaksin.Pelaksanaan
E. Pelaksanaan
Terdapat alur 4 Meja Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19
1. Meja Pertama
Diisi petugas pendaftaran untuk verifikasi data. Di sini petugas akan memanggil
sasaran penerima vaksinasi ke meja pertama sesuai dengan nomor urutan kedatangan.
Selanjutnya, petugas memastikan sasaran menunjukkan nomor tiket elektronik (e-
ticket) dan/atau KTP untuk dilakukan verifikasi sesuai dengan tanggal pelayanan
vaksinasi yang telah ditentukan. Kemudian, petugas akan melanjutkan verifikasi data
dilakukan dengan menggunakan aplikasi Pcare Vaksinasi (pada komputer/laptop/HP)
atau secara manual.
2. Meja Kedua
Untuk melakukan skrining anamnesa dan pemeriksaan fisik sederhana, serta untuk
melakukan edukasi vaksinasi Covid-19. Di meja ini, petugas kesehatan melakukan
anamnesa untuk melihat kondisi kesehatan dan mengidentifikasi kondisi penyerta
(komorbid), serta melakukan pemeriksaan fisik sederhana. Pemeriksaan meliputi suhu
tubuh dan tekanan darah.
3. Meja Ketiga
Pada meja ketiga pelaksanaan vaksinasi dilakukan oleh vaksinator kepada penerima
vaksin. Untuk vaksin multidosis petugas harus menuliskan tanggal dan jam
dibukanya vial vaksin dengan pulpen/spidol di label pada vial vaksin. Di sini vaksin
Covid-19 akan diberikan secara intra muskular atau melalui lengan sebelah kiri sesuai
prinsip penyuntikan aman. Kemudian, petugas menuliskan nama sasaran, NIK, nama
vaksin dan nomor batch vaksin pada sebuah memo. Memo akan diberikan kepada
sasaran untuk diserahkan kepada petugas di meja 4.
4. Meja Keempat
Petugas akan menerima memo yang diberikan oleh petugas meja 3 dan memasukkan
hasil vaksinasi yaitu jenis vaksin dan nomor batch vaksin. Bila tidak memungkinkan
untuk menginput data langsung ke dalam aplikasi hasil akan pelayanan dicatat di
dalam format pencatatan manual. Petugas kemudian akan memberikan kartu
vaksinasi, manual dan/atau elektronik, serta penanda kepada sasaran yang telah
mendapat vaksinasi. Kartu tersebut ditandatangi dan diberi stempel lalu diberikan
kepada sasaran sebagai bukti bahwa sasaran telah diberikan vaksinasi.
F. Monitoring dan evaluasi
Petugas akan meminta penerima vaksinasi untuk menunggu selama 30 menit di ruang
observasi dan diberikan penyuluhan dan media KIE tentang pencegahan Covid-19
melalui 5M dan vaksinasi Covid-19.

A. Judul Laporan
Penyelidikan Epidemiologi TB
B. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang masih menempati peringkat
ke-10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016 berdasarkan laporan WHO.
Saat ini TB merupakan salah satu tujuan dalan SDGs (Sustainability Development
Goals). Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2014 yaitu 297 per 100.000
penduduk. Oleh sebab itu, eliminasi TB juga menjadi salah-satu dari 3 fokus utama
pemerintah di bidang kesehatan.
C. Permasalahan.
- Pada saat kunjungan rumah, kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat
- Sirkulasi udara dan pencahayaan rumah yang kurang dimaksimalkan
- Pemukiman padat penduduk, dan jarak antar rumah berhimpitan
D. Perencanaan
1. Kegiatan PE TB dibantu oleh semua program terutama program pencegahan penyakit
menular.
2. Penemuan pasien TB secara aktif dengan skrining awal gejala klinis disekitar rumah
penderita TB
E. Pelaksanaan
- Kegiatan PE ini dilakukan di Desa Seteluk Tengah
- Kegiatan yang dilakukan adalah mendatangi rumah pasien dan dilakukan wawancara
mengenai keluhan dan memberikan edukasi terkait PHBS.
- Mengunjungi rumah di sekitar rumah penderita, bila dicurigai terinfeksi TB dilakukan
deteksi dini dengan mantoux test untuk anak dan pemeriksaan dahak pada dewasa di
puskesmas.
F. Monitoring dan evaluasi
Indikator dalam program penanganan TB, yaitu:
1. Angka penjaringan suspek
Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000 penduduk pada
suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya
penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan
kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan).
2. Proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek
Adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang
diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai
diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek.
Angka ini sekitar 5 - 15%. Bila angka ini terlalu kecil (< 5 %)kemungkinan
disebabkan :
a. Penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi kriteria
suspek, atau
b. Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu).
Bila angka ini terlalu besar ( > 15 % ) kemungkinan disebabkan :
a. Penjaringan terlalu ketat atau
b. Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( positif palsu).
3. Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru tercatat/diobati
Adalah prosentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara semuapasien
Tuberkulosis paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritaspenemuan pasien
Tuberkulosis yang menular diantara seluruh pasienTuberkulosis paru yang diobati.
Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih rendah, itu
berarti mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan
pasien yang menular (pasien BTA Positif).
4. Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TB
Adalah prosentase pasien TB anak (<15 tahun) diantara seluruh pasien TB tercatat.
Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam
mendiagnosis TB pada anak.Angka ini berkisar 15%.Bila angka ini terlalu besar dari
15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
5. Angka penemuan kasus (Case detection rate)
Adalah prosentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati
dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah
tersebut. Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA
positif pada wilayah tersebut. Target Case Detection Rate Program Penanggulangan
Tuberkulosis Nasional minimal 70%.
6. Angka notifikasi kasus (Case notification rate)
Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat
diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan
serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di
wilayah tersebut.
7. Angka konversi
Angka konversi adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami
perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif.Indikator
ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan untuk mengetahui
apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar. Angka minimal
yang harus dicapai adalah 80%.
8. Angka kesembuhan
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru
BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB
paru BTA positif yang tercatat.
9. Angka keberhasilan pengobatan
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru
BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan
lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.Dengan demikian
angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan
lengkap.Cara perhitungan untuk pasien baru BTA positif dengan pengobatan kategori
1.

30/06/2021

Vaksinasi

01/07/2021

Posyandu Selayar (Imunisasi)

F3
1)
A. Judul Laporan
Posyandu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Selayar : Imunisasi Dasar Lengkap
B. Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi dengan
memberikan vaksin. Sedangkan imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan pada
anak untuk mendapatkan kekebalan awal secara aktif sebelum anak berusia 1 tahun yang
mencakup imunisasi BCG, hepatitis B, DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus), PCV, polio
dan campak. Imunisasi dasar juga merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan
penyakit infeksi untuk meningkatkan kualitas hidup. Indikator yang diukur untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah Universal Child Immunization (UCI). UCI
merupakan gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan)
yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.
C. Permasalahan
Permasalahan yang didapatkan berupa: 
- Penurunan cakupan sasaran imunisasi bayi dan balita di masa pandemi
- Pemahaman terkait KIPI yang dapat timbul setelah imunisasi
- Keterlambatan imunisasi pada bayi akibat keterbatasan persediaan vaksin
D. Perencanaan
- Edukasi ibu terkait pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap sehingga
diharapkan dapat menurunkan angka kejadian bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
dasar lengkap, menjelaskan KIPI yang dapat timbul dan pemantauan serta
penanggulangan KIPI.
- Bersama dengan kader untuk menghimbau masyarakat untuk imunisasi dengan
menerapkan protokol kesehatan di posyandu pada masa pandemi covid-19 sekarang
ini.
E. Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di Posyandu Selayar dari pukul 08.00 - 10.00. Kegiatan diawali
dengan melakukan penimbangan berat badan dan panjang badan/tinggi badan terhadap
bayi dan balita yang datang ke posyandu, kemudian hasilnya di catat pada buku KMS.
Setelah itu dilakukan pemberian imunisasi pada bayi dan balita, imunisasi yang diberikan
adalah imunisasi yang sesuai jadwal dari setiap bayi dan balita. Kemudian dilanjutkan
dengan pemberian penyuluhan terkait ASI eksklusif dan gizi balita/makanan pendamping
ASI. Penyuluhan mengenai gizi seimbang terutama pada ibu yang memiliki bayi bawah
garis merah.
F. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan Evaluasi dilakukan sesuai dengan Indikator Program Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) sebagai berikut: 
- Cakupan imunisasi dengan menghitung cakupan imunisasi, target cakupan, drop out
dan left out
- Pengelolaan vaksin dan logistik imunisasi : kelengkapan dokumen seperti buku/kartu
pencatatan suhu, kelengkapan dan ketersediaan seluruh jenis vaksin dan logistic
imunisasi seperti safety box, SOP perawatan cold chain dan SOP dalam kondisi
darurat, serta indeks pemakaian vaksin.
- Manajemen KIPI

Vaksinasi

12/07/21

Swab di PKM

13/07/21

PE di menaran (Novi, Fahrizal)

Promkes dan Kesling

14/07/21

Posyandu lansia Lamusung

a. Judul
Posyandu Lansia di Desa Lamusung
b. Latar Belakang
Jumlah penduduk lanjut usia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan
penduduk usia lanjut dapat meningkatkan penyakit degeneratif di masyarakat. Tanpa
diimbangi dengan upaya promotif dan preventif maka beban sosial yang ditimbulkan
maupun biaya yang akan diikeluarkan untuk pelayanan kesehatan usia lanjut akan cukup
besar, salah satu sarana pelayanan bagi usia lanjut dilaksanakan melalui posyandu lansia.
Posyandu lansia merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia.
c. Permasalahan
Permasalahan yang didapatkan berupa:
- Masih tingginya tekanan darah pasien berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan
petugas kesehatan
- Kurangnya pola hidup sehat
- Kurangnya kesadaran untuk kontrol dan minum obat secara rutin
d. Perencanaan
Sasaran penyelenggaraan posyandu lansia adalah seluruh penduduk yang berusia 60
tahun keatas dengan rencana kegiatan:
- Penyuluhan mengenai PTM terutama hipertensi
- Memberikan obat pada pasien dengan hipertensi
- Edukasi tentang pentingnya kepatuhan minum obat, kontrol PTM ke fasilitas
kesehatan terdekat, dan pola hidup sehat
e. Pelaksanaan
- Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Lamusung pada pukul 08.00-10.00
- Terdapat 5 meja yang disediakan di Posyandu lansia, yaitu:
 Meja satu untuk pendaftaran
 Meja dua untuk penimbangan
 Meja tiga untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia
 Meja empat untuk penyuluhan, penyuluhan disini dapat dilaksanakan secara
perorangan maupun secara kelompok
 Meja lima untuk pelayanan kesehatan yang meliputi pengukuran tekanan
darah dan pemeriksaan fisik.
f. Monitoring dan evaluasi
Indikator keberhasilan program posyandu lanjut usia dalam meningkatkan kesehatan
keluarga,sebagai berikut:
Indikator input:
1. Persentase (%) pra lansia peserta pemberdayaan yang memiliki media KIE
2. Persentase (%) lansia peserta pemberdayaan yang memiliki media KIE
3. Jumlah buku pedoman pemberdayaan lansia
4. Jumlah petugas yang melaksanakan pemberdayaan lansia dalam meningkatkan
kesehatan keluarga
Indikator proses:
1. Jumlah posyandu lansia yang melakukan kegiatan pemberdayaan lansia
2. Frekuensi penyuluhan kegiatan pemberdayaan kepada pra lansia dan lansia
3. Frekuensi pembinaan tenaga kesehatan terhadap kelompok pemberdayaan lansia
4. Frekuensi pembinaan tenaga kesehatan terhadap keluarga peserts pemberdayaan
lansia (kunjungan rumah)
Indikator output:
1. Persentase (%) lansia yang ikut kegiatan pemberdayaan lansia dalam meningkatkan
kesehatan keluarga
2. Persentase (%) lansia yang melakukan peran dalam peningkatan kesehatan
keluarganya
3. Jumlah lansia yang berpartisipasi pada kegiatan UKBM

Vaksin

15/07/21

Posyandu Rempe

F5

Posyandu posbindu

A. Judul Laporan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di Desa Rempe
B. Latar Belakang
Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak
menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80 persen kematian
tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan
pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6%
karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018). Keprihatinan
terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong lahirnya kesepakatan tentang
strategi global dalam pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya di negara
berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030 sehingga harus
menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. Tahun 2013 Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI mencanangkan program pencegahan dan pengendalian PTM melalui
program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
C. Permasalahan
Permasalahan yang didapatkan berupa:
- Masih tingginya tekanan darah, gula darah, dan kolesterol pasien berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan petugas kesehatan
- Kurangnya pola hidup sehat
D. Perencanaan
Sasaran utama kegiatan ini adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang
PTM berusia 15 tahun ke atas dengan rencana kegiatan:
- Penyuluhan mengenai PTM
- Memberikan obat pada pasien dengan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol tinggi
- Edukasi tentang pentingnya kepatuhan minum obat, kontrol PTM ke fasilitas
kesehatan terdekat, dan pola hidup sehat
E. Pelaksanaan
- Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Rempe dibantu oleh adanya kader dan perangkat
desa dalam menggerakkan masyarakat.
- Terdapat beberapa meja yang disediakan di Posbindu, yaitu:
a. Meja I :
 Pengisian Nomor Induk Kependudukan (NIK).
 Pengisian data peserta.
b. Meja II :
 Wawancara faktor risiko (FR) PTM.
c. Meja III :
 Pengukuran tinggi badan.
 Pengukuran berat badan mengggunakan timbangan.
 Menghitung IMT.
d. Meja IV :
 Pengukuran tekanan darah (tensimeter).
 Pengukuran gula darah/ glukometer.
 Pengukuran kolesterol
e. Meja V :
 Identifikasi faktor risiko PTM.
 Edukasi faktor risiko PTM.
 Tindak lanjut dini faktor risiko PTM dan edukasi pola hidup sehat.
 Pengisian hasil layanan.
F. Monitoring dan evaluasi
Indikator program P2PTM, yaitu:
SDGs
Mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak menular pada
tahun 2030.

Target Global
1. Penurunan kematian dini akibat PTM 25% tahun 2025
2. Penurunan komsumsi tembakau 30%
3. Tidak ada peningkatan diabetes/obesitas (0%)
4. Penurunan asupan garam 30%
5. Penurunan kurang aktifitas fisik 10%
6. Penurunan tekanan darah tinggi 25%
7. Cakupan pengobatan esensial dan teknologi untuk pengobatan PTM 80%
8. Cakupan terapi farmakologis dan konseling untuk mencegah serangan jantung dan
stroke 50%
9. Penurunan komsumsi alkohol 10%
10. Penurunan prevalensi kebutaan yang dapat dicegah sebesar 25% pada tahun 2020
11. Penurunan prevalensi gangguan pendengaran sebesar 90% pada tahun 2030

RPJMN 2015 – 2019


1. Penurunan prevalensi hipertensi dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 23,4% tahun
2019
2. Pengendalian obesitas usia ≥18 tahun tetap 15,4%
3. Penurunan Prevalensi merokok ≤ 18 tahun dari 7,2% tahun 2013 menjadi 5,4% tahun
2019

RENSTRA 2015 – 2019


1. 50% puskesmas melaksanakan pengendalian terpadu PTM (PANDU PTM)
2. 50% Desa/kelurahan melaksanakan posbindu PTM
3. 50% Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini kanker serviks dan payudara pada
Perempuan usia 30-50tahun.
4. 50% kab/kota melaksanakan kebijakan KTR minimal 50% sekolah
5. 30% puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan katarak

16/07/21

F1

Posyandu posbindu Seran 1

A. Judul Laporan
Penyuluhan Hipertensi dan DM tipe 2 pada Posbindu di Desa Seran
B. Latar Belakang
Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak
menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80 persen kematian
tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan
pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6%
karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018). Keprihatinan
terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong lahirnya kesepakatan tentang
strategi global dalam pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya di negara
berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030 sehingga harus
menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. Tahun 2013 Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI mencanangkan program pencegahan dan pengendalian PTM melalui
program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
C. Permasalahan
Permasalahan yang didapatkan berupa:
- Masih kurangnya pengetahuan masyarakat terkait PTM khususnya hipertensi dan DM
tipe 2
- Masih tingginya tekanan darah dan gula darah pasien berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan petugas kesehatan
- Kurangnya pola hidup sehat
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk rutin berobat bila terkena PTM khususnya
hipertensi dan DM tipe 2
D. Perencanaan
Sasaran utama kegiatan ini adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang
PTM berusia 15 tahun ke atas dengan rencana kegiatan:
- Penyuluhan mengenai PTM khususnya hipertensi dan DM tipe 2
- Memberikan obat pada pasien dengan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol tinggi
- Edukasi tentang pentingnya kepatuhan minum obat, kontrol PTM ke fasilitas
kesehatan terdekat, dan pola hidup sehat
E. Pelaksanaan
- Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Seran pukul 08.00-10.00 WITA.
- Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah mengenai hipertensi dan DM tipe 2
yang meliputi definisi, faktor risiko, tanda dan gejala, pengobatan terutama
ditekankan pada pentingnya kontrol dan minum obat secara teratur dan pencegahan
hipertensi dan DM tipe 2.
- Terdapat beberapa meja yang disediakan di Posbindu, yaitu:
1. Meja I :
 Pengisian Nomor Induk Kependudukan (NIK).
 Pengisian data peserta.
2. Meja II :
 Wawancara faktor risiko (FR) PTM.
3. Meja III :
 Pengukuran tinggi badan.
 Pengukuran berat badan mengggunakan timbangan.
 Menghitung IMT.
4. Meja IV :
 Pengukuran tekanan darah (tensimeter).
 Pengukuran gula darah/ glukometer.
 Pengukuran kolesterol
5. Meja V :
 Identifikasi faktor risiko PTM.
 Edukasi faktor risiko PTM.
 Tindak lanjut dini faktor risiko PTM dan edukasi pola hidup sehat.
 Pengisian hasil layanan.

F. Monitoring dan evaluasi


Penyuluhan berjalan lancar dengan metode ceramah yang dilakukan. Penyuluhan
selanjutnya dapat dilakukan dengan metode yang lebih menarik misal dengan presentasi
power point disertai audio visual/video. Sebainya dilakukan evaluasi pretest-posttest
terkait PTM khususnya hipertensi dan DM tipe 2, bukan hanya mengajukan pertanyaan
secara lisan. Diharapkan seluruh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan program tetap memantau secara berkala kehadiran rutin setiap peserta
Posbindu dan evaluasi terkait angka kejadian PTM pada masyarakat.

Posyandu Lansia Seran

g. Judul Laporan
Penyuluhan Hipertensi dan DM tipe 2 pada Posyandu Lansia di Desa Seran
h. Latar Belakang
Jumlah penduduk lanjut usia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan
penduduk usia lanjut dapat meningkatkan penyakit degeneratif di masyarakat. Tanpa
diimbangi dengan upaya promotif dan preventif maka beban sosial yang ditimbulkan
maupun biaya yang akan diikeluarkan untuk pelayanan kesehatan usia lanjut akan cukup
besar, salah satu sarana pelayanan bagi usia lanjut dilaksanakan melalui posyandu lansia.
posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan
oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia
i. Permasalahan
Permasalahan yang didapatkan berupa:
- Masih kurangnya pengetahuan masyarakat terkait PTM khususnya hipertensi dan DM
tipe 2
- Masih tingginya tekanan darah dan gula darah pasien berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan petugas kesehatan
- Kurangnya pola hidup sehat
- Kurangnya kepatuhan minum obat secara rutin
j. Perencanaan
Sasaran penyelenggaraan posyandu lansia adalah seluruh penduduk yang berusia 60
tahun keatas dengan rencana kegiatan:
- Penyuluhan mengenai PTM terutama hipertensi dan DM tipe 2
- Memberikan obat pada pasien dengan hipertensi dan DM tipe 2
- Edukasi tentang pentingnya kepatuhan minum obat, kontrol PTM ke fasilitas
kesehatan terdekat, dan pola hidup sehat
k. Pelaksanaan
- Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Seran pada pukul 08.00-10.00
- Terdapat 5 meja yang disediakan di Posyandu lansia, yaitu:
 Meja satu untuk pendaftaran
 Meja dua untuk penimbangan
 Meja tiga untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia
 Meja empat untuk penyuluhan, penyuluhan disini dapat dilaksanakan secara
perorangan maupun secara kelompok
 Meja lima untuk pelayanan kesehatan yang meliputi pengukuran tekanan
darah dan pemeriksaan fisik.
l. Monitoring dan evaluasi
Penilaian keberhasilan dilakukan dengan menggunakan data pencatatan dan pelaporan,
pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari:
- Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah
organisasi masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya.
- Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
- Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia 

19/07/21  evaluasi

20/07/21  idul adha

21/07/21

F6

Posyandu posbindu Seran 1

G. Judul Laporan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
H. Latar Belakang
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), data penyakit tidak menular (PTM)
di Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2007 hingga 2013. Prevalensi Hipertensi
meningkat dari 7,6% menjadi 9,5%, prevalensi Stroke juga meningkat dari 8,3 per 1000
penduduk menjadi 12,1 per1000 penduduk, bahkan Prevalensi DM meningkat hampir 2
kali lipat dari 1,1% menjadi 2,1%. Tahun 2013 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI
mencanangkan program pencegahan dan pengendalian PTM melalui program Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
I. Permasalahan
Permasalahan yang didapatkan berupa:
- Masih tingginya tekanan darah, gula darah, dan kolesterol pasien berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan petugas kesehatan
- Kurangnya pola hidup sehat
J. Perencanaan
Sasaran utama kegiatan ini adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang
PTM berusia 15 tahun ke atas dengan rencana kegiatan:
- Penyuluhan mengenai PTM
- Memberikan obat pada pasien dengan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol tinggi
- Edukasi tentang pentingnya kepatuhan minum obat, kontrol PTM ke fasilitas
kesehatan terdekat, dan pola hidup sehat
K. Pelaksanaan
- Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Tamekan dibantu oleh adanya kader dan perangkat
desa salam menggerakkan masyarakat.
- Terdapat beberapa meja yang disediakan di Posbindu, yaitu:
6. Meja I :
 Pengisian Nomor Induk Kependudukan (NIK).
 Pengisian data peserta.
7. Meja II :
 Wawancara faktor risiko (FR) PTM.
8. Meja III :
 Pengukuran tinggi badan.
 Pengukuran berat badan mengggunakan timbangan.
 Menghitung IMT.
9. Meja IV :
 Pengukuran tekanan darah (tensimeter).
 Pengukuran gula darah/ glukometer.
10. Meja V :
 Identifikasi faktor risiko PTM.
 Edukasi faktor risiko PTM.
 Tindak lanjut dini faktor risiko PTM dan edukasi pola hidup sehat.
 Pengisian hasil layanan.
L. Monitoring dan evaluasi
Evaluasi awal dari pelaksanaan Posbindu dengan cara membandingkan cakupan/hasil
setiap pelaksanaan kegiatan dengan rencana sasaran setiap kegiatan yang telah diberikan
oleh Pembina Posbindu/Puskesmas di awal tahun. Evaluasi ini dipakai sebagai dasar
penyusunan rencana tindak lanjut yang harus dilakukan agar target Posbindu dapat
tercapai dan Posbindu dapat dilaksanakan rutin minimal sekali dalam sebulan.
m. Judul Laporan

PE (Doni, Rizqi, Siti Hawa) Seteluk Tengah

Promkes

F1

AGUSTUS

2/8/21 PE

3/8/21 Posyandu Mata Ai 2

F4 (Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat)


A. Judul laporan kegiatan
Pemberian Obat Pencegahan Massal Cacingan di Posyandu Mata Ai 2

B. Latar belakang
Prevalensi Cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada
golongan penduduk yang kurang mampu, dengan sanitasi yang buruk. Prevalensi
Cacingan bervariasi antara 2,5% - 62%. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,
Program Pengendalian Cacingan berpindah direktorat, dari Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML di Subdit Pengendalian Diare dan
Cacingan ke Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik (P2PTVZ) di Subdit Filariasis dan Cacingan sehingga diharapkan integrasi
program pengendalian cacingan dengan program pengendalian filariasis akan berjalan
dengan lebih mudah karena dalam pemberian obat pencegahan massal (POPM) Filariasis
diberikan diethyl carbamazine juga diberikan Albendazol yang merupakan obat cacing.
Dasar utama untuk penanggulangan cacingan adalah memutuskan mata rantai penularan
cacingan. Oleh karena itu, upaya penanggulangan cacingan diarahkan pada pemutusan
rantai penularan cacingan, yaitu kelompok usia balita dan anak usia sekolah, dengan 1)
pemberian obat massal pencegahan cacingan kelompok rentan untuk menghentikan
penyebaran telur cacing dari penderita ke lingkungan sekitarnya, 2) peningkatan higiene
sanitasi, dan 3) pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat melalui promosi kesehatan.

C. Permasalahan
- Masih terdapat kejadian cacingan pada anak di desa Mata Ai 2
- Tingkat kebersihan kuku pada anak masih kurang seperti kuku panjang dan terdapat
kotoran
- Terdapat beberapa masyarakat yang tidak meminum langsung obat cacing di depan
kader atau petugas kesehatan, melainkan dibawa pulang sehingga tidak dapat
dipastikan apakah anak diberikan obat cacing atau tidak.

D. Perencanaan dan intervensi


- Edukasi keluarga dan masyarakat tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) cuci
tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan dan menjaga lingkungan anak agar
terhindar dari infeksi Cacingan.
- Deteksi dan penanganan dini balita sakit melalui pemeriksaan anemia dan telur
cacing di fasilitas pelayanan kesehatan (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

E. Pelaksanaan
1. Pemberian Obat Pencegahan Massal Cacingan
Obat yang digunakan dalam Pemberian Obat Pencegahan Massal Cacingan adalah
Albendazol dalam bentuk sediaan tablet kunyah dan sirup. Untuk anak usia Balita
diberikan dalam bentuk sediaan sirup, sedangkan untuk anak usia pra sekolah dan
usia sekolah diberikan dalam bentuk sediaan tablet kunyah. Dosis Albendazol yang
digunakan adalah sbb : untuk penduduk usia >2 tahun – dewasa : 400 mg dosis
tunggal, sedangkan anak usia 1 – 2 th : 200 mg dosis tunggal.
2. Program Penanggulanan Cacingan berkaitan dengan Promosi Kesehatan
a. Cuci tangan pakai sabun,
b. Kuku pendek dan bersih,
c. BAB dan BAK menggunakan Jamban Sehat,
d. Membuang sampah pada tempat sampah
F. Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dalam kegiatan Penanggulangan Cacingan meliputi:
1. Pelaksanaan pemberian obat pencegahan massal (POPM) Cacingan
a. Cakupan geografis
Cakupan geografis merupakan persentase desa/kelurahan/kabupaten/kota yang
diobati dalam satu kabupaten/kota/propinsi di setiap tahun pengobatan. Cakupan
ini dipergunakan untuk menilai apakah POPM Cacingan telah dilaksanakan di
seluruh desa/kelurahan/kabupaten/kota di kabupaten/kota/propinsi yang endemis
tersebut.
b. Cakupan POPM Cacingan
Cakupan ini dibuat setiap tahun yang dapat menjelaskan jumlah penduduk yang
berisiko untuk diobati dan aspek epidemiologinya.
2. Survei cakupan pengobatan
Survei ini untuk menilai besarnya cakupan POPM Cacingan yang telah dilaksanakan.
3. Survei evaluasi prevalensi
Evaluasi prevalensi dilaksanakan setelah 5 tahun berturut-turut pelaksanaan POPM
Cacingan.

4/8/21 Mandar 2

F4
A. Judul laporan kegiatan
Pemberian kapsul vitamin A di Posyandu Mandar 2

B. Latar Belakang
Kekurangan vitamin A (KVA) di dalam tubuh yang berlangsung lama dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang berdampak pada meningkatnya risiko
kesakitan dan kematian pada balita. Untuk memenuhi kecukupan asupan vitamin A
nasional, pemerintah Indonesia menjalankan program pemberian kapsul vitamin A setiap
bulan Februari dan Agustus, karena pada bulan tersebut dilakukan pemberian
suplementasi vitamin A pada anak dengan kelompok umur 6 sampai 59 bulan di seluruh
Indonesia. Pelaksanaan pemberian kapsul Vitamin A bersamaan dengan pelaksanaan
Posyandu. Pemberian kapsul vitamin A ini diberikan secara gratis tanpa dipungut biaya.
Strategi penanggulangan KVA dengan pemberian suplementasi vitamin A dilakukan
setiap bulan Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A) sejak tahun 1991
berdasarkan kesepakatan antara Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri,
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dan Departemen Pertanian.

C. Permasalahan
- Masih kurangnya pengetahuan ibu terkait pentingnya pemberian kapsul vitamin A
- Cara pemberian kapsul vitamin A masih kurang maksimal, terdapat beberapa balita
yang tidak diberikan kapsul vitamin A di depan kader atau petugas kesehatan
sehingga sulit untuk dipastikan apakah anak diberikan kapsul vitamin A tersebut atau
tidak.

D. Perencanaan dan intervensi


- Sasaran program pemberian kapsul vitamin A yaitu seluruh balita (6-59 bulan) di
Posyandu Mandar 2
- Melakukan pemberian kapsul vitamin A sesuai dengan kelompok umur
- Memberikan promosi kesehatan kepada orang tua terkait manfaat pemberian kapsul
vitamin A

E. Pelaksanaan
Dilakukan pemberian kapsul vitamin A saat posyandu di Posyandu Mandar 2. Terdapat
sasaran sebanyak 40 balita yang berusia 6-59 bulan. Berikut langkah-langkah pemberian
kapsul vitamin A:
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer sebelum
memberikan kapsul vitamin A
2. Memotong ujung kapsul dengan bersih dan kering
3. Memberikan kapsul vitamin A sesuai dengan umur balita dan pastikan isinya tidak
ada sisa.
- Kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru) untuk bayi 6-11 bulan
- Kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah) untuk anak balita 12-59 bulan.
4. Bila sudah diberikan kapsul vitamin A, dicatat di buku KIA atau dilaporkan kepada
kader atau petugas kesehatan

F. Monitor dan evaluasi


Pada pemberian kapsul vitamin A dilakukan pemantauan di posyandu dan puskesmas
dengan melakukan supervisi dan mencatat hasil pemantauan kegiatan. Berdasarkan hasil
pemantauan tersebut dievaluasi terkait apakah sudah mencapai target cakupan dan
menjangkau sasaran yang belum terjangkau.

5/8/21 Vaksinasi

F1 Penyuluhan 5M COVID-19

A. Judul Laporan
Penyuluhan protokol kesehatan 5M pada masa pandemi covid-19 pada saat vaksinasi
covid-19.
B. Latar Belakang
Pemerintah telah menetapkan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai
bencana non-alam. Pandemi COVID-19 memberi tantangan besar dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dan memberI dampak dalam
berbagai sektor diantaranya sektor ekonomi, sosial, pariwisata dan pendidikan. Sementara
itu, tingkat kerentanan masyarakat semakin meningkat yang disebabkan oleh kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap penerapan protocol kesehatan. Oleh karena itu,
pemerintah membuat pedoman dan protocol kesehatan dalam menghadapi covid-19 yaitu
5M yang dapat membantu dalam pencegahan penularan covid-19. Protokol pencegahan
covid-19 5M terdiri dari mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak,
menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.
C. Permasalahan
Permasalahan yang didapatkan berupa:
- Masih kurangnya pengetahuan masyarakat terkait protokol pencegahan covid-19 5M
- Masih tingginya angka insidensi covid-19 di wilayah Puskesmas Seteluk

D. Perencanaan
Sasaran utama kegiatan ini adalah peserta vaksinasi covid-19 di Puskesmas Seteluk
dengan rencana kegiatan:
- Penyuluhan mengenai protokol pencegahan covid-19 dengan 5M
- Pemberian vaksinasi covid-19 bagi masyarakat
E. Pelaksanaan
- Kegiatan ini dilaksanakan di Puskesmas Seteluk pukul 08.00-11.00 WITA.
- Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah mengenai protokol pencegahan covid-
19 dengan 5M yaitu mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak,
menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.
- Penyuluhan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan vaksinasi covid-19
- Terdapat alur 4 Meja Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19
1. Meja Pertama
Diisi petugas pendaftaran untuk verifikasi data. Di sini petugas akan memanggil
sasaran penerima vaksinasi ke meja pertama sesuai dengan nomor urutan
kedatangan. Selanjutnya, petugas memastikan sasaran menunjukkan nomor tiket
elektronik (e-ticket) dan/atau KTP untuk dilakukan verifikasi sesuai dengan
tanggal pelayanan vaksinasi yang telah ditentukan. Kemudian, petugas akan
melanjutkan verifikasi data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Pcare
Vaksinasi (pada komputer/laptop/HP) atau secara manual.
2. Meja Kedua
Untuk melakukan skrining anamnesa dan pemeriksaan fisik sederhana, serta
untuk melakukan edukasi vaksinasi Covid-19. Di meja ini, petugas kesehatan
melakukan anamnesa untuk melihat kondisi kesehatan dan mengidentifikasi
kondisi penyerta (komorbid), serta melakukan pemeriksaan fisik sederhana.
Pemeriksaan meliputi suhu tubuh dan tekanan darah. Petugas juga melakukan
penyuluhan protokol pencegahan covid-19 dengan 5M.
3. Meja Ketiga
Pada meja ketiga pelaksanaan vaksinasi dilakukan oleh vaksinator kepada
penerima vaksin. Untuk vaksin multidosis petugas harus menuliskan tanggal dan
jam dibukanya vial vaksin dengan pulpen/spidol di label pada vial vaksin. Di sini
vaksin Covid-19 akan diberikan secara intra muskular atau melalui lengan sebelah
kiri sesuai prinsip penyuntikan aman. Kemudian, petugas menuliskan nama
sasaran, NIK, nama vaksin dan nomor batch vaksin pada sebuah memo. Memo
akan diberikan kepada sasaran untuk diserahkan kepada petugas di meja 4.
4. Meja Keempat
Petugas akan menerima memo yang diberikan oleh petugas meja 3 dan
memasukkan hasil vaksinasi yaitu jenis vaksin dan nomor batch vaksin. Bila tidak
memungkinkan untuk menginput data langsung ke dalam aplikasi hasil akan
pelayanan dicatat di dalam format pencatatan manual. Petugas kemudian akan
memberikan kartu vaksinasi, manual dan/atau elektronik, serta penanda kepada
sasaran yang telah mendapat vaksinasi. Kartu tersebut ditandatangi dan diberi
stempel lalu diberikan kepada sasaran sebagai bukti bahwa sasaran telah diberikan
vaksinasi.

F. Monitoring dan evaluasi


- Penyuluhan berjalan lancar dengan metode ceramah yang dilakukan. Penyuluhan
selanjutnya dapat dilakukan dengan metode yang lebih menarik misal pemberian
leaflet 5M pencegahan penularan covid-19 disertai dengan gambar yang menarik.
Diharapkan seluruh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam memantau
penerapan protokol pencegahan covid-19 yang berupa 5M yaitu mencuci tangan
dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan
mengurangi mobilitas.

6/8/21 Vaksinasi

9/8/21 Vaksinasi
10-22 isoman

23/8/21 Posyandu Sedong Atas

24/8/21 2T Air Suning

25/8/21 2T Seran

26/8/21 -------

27/8/21 2T di BPP Tapir

Anda mungkin juga menyukai