Anda di halaman 1dari 9

HIGEIA 5 (2) (2021)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Strategi dalam Tindakan Pencegahan COVID19 Melalui Surveilans dan Promosi


Kesehatan

Alfiana Ainun Nisa 1, Tandiyo Rahayu2, Yuni Wijayanti1, Mahalul Azam1, Irwan
Budiono1, Lukman Fauzi1

1
Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang
2
Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Universitar Negeri Semarang (UNNES) mendeteksi COVID-19 lebih dini selama periode wabah.
Diterima 05 Mei 2021 Siswa dan karyawan mengisi formulir pengawasan kewaspadaan COVID-19 secara online.
Disetujui Mei 2021 Kemudian dilakukan analisis data, contact tracing / follow up, dan sosialisasi hasil surveilans
Dipublikasikan April kewaspadaan COVID-19. Sebanyak 8.360 responden dalam dua periode telah mengisi formulir
2021 kewaspadaan. Sebanyak 75,41% tidak menunjukkan gejala, 10,28% batuk, dan 1,21% memiliki
________________ riwayat demam> 38 ° C. Berdasarkan survei penyakit penyerta sebanyak 1,32% memiliki riwayat
Keywords: hipertensi dan sebanyak 1,32% menderita asma. Berdasarkan faktor risiko sebanyak 7,78% pernah
COVID19, Surveillance, mengunjungi fasilitas kesehatan sebagai pasien atau pengunjung. Sebanyak 0,90% pernah
Preventive Measures berkunjung ke luar negeri dan 38,44% pernah berkunjung ke kota / kabupaten lain. Kami
____________________ menyimpulkan bahwa mayoritas responden tidak memiliki gejala, tidak memiliki kondisi
DOI: bersamaan dan tidak memiliki faktor risiko pajanan COVID-19. Survei ini dapat digunakan untuk
https://doi.org/10.15294 mengukur pencegahan dan deteksi dini COVID-19. Karakteristik epidemiologi dan klinis perlu
/higeia/v5i2/46725 diperdalam sebagai langkah yang lebih komprehensif untuk skrining responden
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Universitas Negeri Semarang (UNNES) conducted periodic surveillance which was used to detect COVID-19
earlier during outbreak period. Students and employees filled out the COVID-19 vigilance surveillance form
online. Then data analysis, contact tracing / follow-up, and dissemination of COVID-19 vigilance surveillance
results were carried out. A total of 8360 respondents in two period have filled out the vigilance surveillance
form. A total of 75.41% had no symptoms, 10.28% had a cough, and 1.21% had a history of fever > 38°C.
Based on surveys of comorbidities as many as 1.32% have a history of hypertension and as much as 1.32%
have asthma. Based on risk factors as much as 7.78% had visited health facilities as patients or visitors. As
many as 0.90% had visited other countries and 38.44% had visited other cities / regencies. We conclude that
the majority of respondents have no symptoms, do not have concomitant conditions and have no risk factors for
exposure to COVID-19. This survey can be used to measure prevention and early detection of COVID-19. It is
necessary to deepen epidemiological and clinical characteristics as a more comprehensive step for screening
respondents.

© 2021 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: alfiana_ainun@mail.unnes.ac.id

283
Alfiana, A, N., et al / Strategi dalam Tindakan / HIGEIA 5 (2) (2021)

PENDAHULUAN paru (Arshad Ali S, 2019).


Pandemi virus corona atau covid-19 yang
COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) saaat ini sudah semakin meluas telah membuat
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus semua orang kesulitan dalam melakukan
SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory berbagai aktivitas sehari-hari, wabah virus
Syndrome Coronavirus-2). Gejala utama corona telah berdampak besar terhadap berbagai
penyakit ini adalah demam, batuk, dan sesak berbagai bidang terutama di bidang kesehatan,
nafas dengan masa inkubasi 1-14 hari, median: bidang lain seperti bidang ekonomi, pariwisata,
5 hari. Penyakit ini dapat menular tanpa gejala sosial, pendidikan dan berbagai bidang lainnya
(asimtomatis). Virus corona dapat masuk ke juga terkena imbas akibat pandemi Covid 19.
tubuh melalui mukosa hidung dan saluran Kasus COVID-19 di Indonesia saat ini
pernafasan, mulut, atau mata. Penularan dapat masih terus bergerak naik dan perlu usaha
terjadi melalui 2 cara, yaitu melalui kontak secepat mungkin untuk menangkap segera kasus
dekat (person-to-person) melalui droplet/percikan yang terdeteksi dan menelusuri semua kontak
(Ghinai I, 2020)(Arshad Ali S, 2019) dan untuk mencegah penyebaran. Usaha penemuan
melalui kontak dengan permukaan benda yang kasus dan upaya pencegahan massal harus
terkontaminasi virus COVID-19 (Hsu LY,2020) segera dilakukan karena saat ini hanya tinggal
(Direktorat Jenderal Pencegahan dan beberapa pekan sebelum Idul Fitri, dimana akan
Pengendalian Penyakit, 2020). terjadi pergerakan massa besar-besaran dan
Virus ini menyebar dari orang ke akan mempersulitkan tindakan pembatasan
orangmelalui droplet yang keluar dari mulut masa. Oleh karena belum ditemukan vaksin dan
atau hidung yang mengenai seseorang atau obat spesifik, maka upaya pengendalian kondisi
jatuh ke permukaan benda disekitar dan epidemi ini didasarkan pada sejumlah langkah.
kemudian tersentuh oleh orang lain. Ketika Dalam mengantisipasi COVID-19 saat ini
virus ini menempati suatu inang yang memiliki Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya
kondisi sesuai dan mendukung untuk terjadinya dalam mendeteksi, menguji, merawat,
metabolism, maka virus ini dalam waktu mengisolasi, melacak, dan menggerakkan
tertentu dapat tumbuh dan berkembang biak masyarakat untuk mencegah penyebaran
dengan membelah diri. Rumah atau inang virus COVID-19. Dalam hal deteksi, Kemenkes RI
korona yang memungkinkan virus terseatau menetapkan standar dalam koleksi sampel,
inang virus korona yang memungkinkan virus pengujian dan pelaporan sampel. Namun
tersebut berkembang biak adalah pada daerah demikian, deteksi yang dilakukan Kemenkes RI
mata, adalah pada daerah mata, mulut, hidung, terhadap pasien yang diduga terinfeksi COVID-
atau bagian tubuh yang memiliki jaringan 19 yang sedang dirawat di rumah sakit
lunak. (Fauci, lane and Redfield, 2020) mendekati 0 (nol) antara periode Januari hingga
Tanda dan gejala umum infeksi akhir Februari 2020, dan kemudian terjadi
COVID-19 antara lain gejala gangguan peningkatan secara eksponensial dalam periode
pernapasan akut seperti demam, batuk dan 3 – 13 Maret (total 69 kasus COVID-19).
sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari (WHO, 2020) (Roser M, 2020) Kebijakan social
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. dan physical distancing terbukti efektif untuk
Pada kasus COVID-19 yang berat dapat mencegah penularan COVID-19 yang terus
menyebabkan pneumonia, sindrom meluas (Hellewel J, 2020). Hal ini
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan mengindikasikan bahwa Indonesia berada
kematian. Tanda-tanda dangejala klinis yang dalam kondisi bahaya karena akan terjadi
dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah keterlambatan pembendungan dan rendahnya
demam, dengan beberapa kasus mengalami kesadaran masyarakat untuk melakukan social
kesulitan bernapas, dan hasil rontgen dan physical distancing sehingga dapat
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua menyebabkan penyebaran virus menjadi

284
Alfiana, A, N., et al / Strategi dalam Tindakan / HIGEIA 5 (2) (2021)

semakin sulit untuk dikendalikan. penanganan dan dapat menjadi barisan terdepan
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dalam usaha pencegahan dan penanggulangan
dapat menular dari manusia ke manusia Pandemi Covid-19. Telah disampaikan oleh
melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak Menteri Kesehatan Republik Indonesia bahwa
melalui udara. Orang yang paling berisiko beberapa hal menjadi strategi dalam penguatan
tertular penyakit ini adalah orang yang kontak survailance Covid-19 yakni; penguatan dari sisi
erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang tes, lacak, isolasi, & manajemen data serta
merawat pasien COVID-19. Rekomendasi pentingnya peran kepala daerah menjadi kunci
standar untuk mencegah penyebaran infeksi keberhasilan program surveilans.
adalah melalui cuci tangan secara teratur Salah satu rekomendasi Kementerian
menggunakan sabun dan air bersih, Kesehatan dalam menghadapi epidemi COVID-
menerapkan etika batuk dan bersin. Menurut 19 adalah melaksanakan surveilans dan respon
informasi yang diterima, mungkin diperlukan kejadian luar biasa COVID-19 (Direktorat
sekitar satu minggu hingga dua minggu untuk Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
pemaparan gejala COVID-19 dari orang yang Penyakit, 2020). Dengan melakukan surveilans
terinfeksi, meskipun selama periode ini, orang kewaspadaan dini, maka data dan informasi
tersebut dapat menginfeksi orang yang rentan dapat diperoleh secara dini, sehingga upaya
lainnya. Namun, mungkin ada beberapa orang pencegahan dan kewaspadaan dapat dilakukan
yang terinfeksi yang infeksinya sangat ringan secara dini pula. Oleh karena itu, UNNES
sehingga orang tersebut akan pulih karena melalui Satgas Kewaspadaan COVID-19
kekebalan bawaan bahkan sebelum dirawat. mengembangkan sistem surveilans melalui
Zonanisasi persebaran COVID 19 formulir kewaspadaan COVID-19 di lingkungan
khususnya di Indonesia ditentukan oleh Gugus UNNES.
satuan Tugas Penanganan Covid 19 dalam hal Surveilans Kesehatan sangat penting bagi
ini dilakukan oleh Badan Nasional penanganan pengambil keputusan di bidang kesehatan dalam
Bencana (BNPN) dengan empat warna sebagai rangka upaya untuk meningkatkan derajat
zona sesuai hasil perhitungan dengan 15 kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
parameter, yakni 11 parameter epideiologi, 2 Untuk terselenggaranya Surveilans Kesehatan
meter surveilans Kesehatan masyarakat dan 2 yang optimal diperlukan peran serta semua
parameter pelayanan Kesehatan. (Yuliana, sektor, terutama seluruh fasilitas pelayanan
2020) kesehatan milik pemerintah ataupun swasta
Seperti halnya kota-kota besar di dalam menjamin mutu informasi yang
Indonesia, Jawa Tengah juga terdampak diberikan, baik instansi kesehatan di daerah
epidemi COVID-19. Beberapa kecamatan maupun di pusat, dibutuhkan harmonisasi
merupakan zona merah yang perlu mendapat secara lintas program dan lintas sektor yang
perhatian lebih agar kasus tidak semakin diperkuat dengan jejaring kerja surveilans
meningkat. Perkembangan kasus COVID-19 11 kesehatan.
November 2020 di Jawa Tengah adalah 988 Menurut WHO surveilans adalah suatu
meninggal dunia, 11.215 terkonfirmasi dan 9641 kegiatan pengamatan yang dilakukan secara
sembuh (Gugus Tugas Percepatan Penanganan terus menerus dan sistematis berupa
COVID-19, 2020). Klaster penyebaran virus pengumpulan data, pengolahan, analisa data,
Corona atau COVID-19 kembali bermunculan interpretasi dan diseminasi informasi terhadap
di Jawa Tengah. Klaster Corona di Jateng ini kejadian dan distribusi penyakit beserta faktor-
terdiri dari klaster takziah, klaster ziarah, klaster faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat
pondok pesantren (ponpes), hingga klister sehingga dapat dilakukan tindakan
tempat kerja. penanggulangan yang lebih efektif.
Pada masa pandemi ini Surveilans Kesiapsiagaan yang optimal dan terkoordinasi
merupakan kegiatan utama dalam rangka dengan baik didukung oleh data/informasi yang

285
Alfiana, A, N., et al / Strategi dalam Tindakan / HIGEIA 5 (2) (2021)

valid dan lengkap serta response cepat terhadap untuk menganalisis kejadian, fenomena, atau
pasien indikasi Covid 19, akan keadaan secara sosial. Jenis penelitian deskriptif
mencegah/meminimalisir penyebaran covid 19 kualitatif menampilkan hasil data apa adanya
yang tidak terkendali di masyarakat. tanpa proses manipulasi atau perlakuan
Setelah melalui tahap deteksi dini, lain.(Nazir, 2009)
sebaiknya dilakukan pencegahan dengan Surveilans berbasis peristiwa,
menggunakan media promosi Kesehatan. didefinisikan sebagai “pengumpulan,
Media atau alat peraga dalam promosi pemantauan, penilaian, dan interpretasi
kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu terorganisir dari informasi mengenai peristiwa
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, atau risiko kesehatan, yang dapat mewakili
didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk risiko akut terhadap kesehatan manusia”,
memperlancarkomunikasi dan penyebar-luasan melengkapi pengawasan rutin kesehatan
informasi. Pada pelaksanaannya, promosi masyarakat yang sering tidak termasuk dalam
kesehatan tidak dapat lepas dari media. pengawasan rutin, termasuk kelompok orang
Karena melalui media tersebut pesan-pesan tertentu (misal mahasiswa, dosen, karyawan).
kesehatan yang disampaikan menjadi menaik Sistem pelaporan elektronik berbasis ponsel
dan mudah dipahami, sehingga sasaran dapat untuk memungkinkan pelaporan peristiwa dari
dengan mudah menerima pesan yang individu ke tingkat komunitas secara cepat telah
disampaikan (Notoatmodjo, 2005). dikembangkan. Pada bulan Maret 2020 UNNES
Edukasi dan promosi kesehatan melalui Satgas Kewaspadaan COVID-19
memegang peran utama dalam penanganan mengembangkan sistem surveilans melalui
COVID-19. Promosi kesehatan mengenai cara formulir kewaspadaan yang berfokus pada
pencegahan COVID-19 sangat penting deteksi dini kasus COVID-19 di lingkungan
diberikan kepada masyarakat. Selain itu, UNNES. Formulir surveilans kewaspadaan
pemberian informasi mengenai cara transmisi yang dikembangkan diisi oleh seluruh sivitas
dan tingkat keparahan penyakit juga dapat UNNES, mulai dari dosen, tenaga
diberikan untuk meningkatkan kewaspadaan kependidikan, petugas keamanan, petugas
masyarakat. Pemberian informasi dapat kebersihan, mitra, dan, tamu beserta
diberikan melalui media sosial dan media cetak, keluarganya secara daring. Pengisian formulir
seperti poster dan pamflet.Langkah yang ini dilakukan tiap 2 minggu sekali.
diambil UNNES setelah melakukan surveilans Alur ini dimulai dari pengembangan
adalah dengan memberikan beberapa informasi formulir surveilans kewaspadaan COVID-19.
dan edukasi pencegahan COVID 19 melalui Formulir dikembangkan berdasarkan panduan
berbagai media. Media yang diberikan adalah terbaru dari Kemenkes RI dan Gugus Tugas
media yang mudah diakses baik oleh Percepatan Penangangan COVID-19
masyarakat pada umumnya dan sivitas (Direktorat Jenderal Pencegahan dan
akademika pada khususnya. Pengendalian Penyakit, 2020). Setelah
dilakukan simulasi, formulir dikirimkan dan
METODE disebarluaskan kepada seluruh sivitas UNNES
melalui platform telegram dan media sosial.
Penelitian ini menggunakan metode Pengisian formulir dilakukan tiap 2 minggu,
deskriptif kualitatif. penelitian deskriptif sehingga reminder juga dilakukan tiap 2 minggu
kualitatif merupakan sebuah metode penelitian sekali. Setelah data terkumpul, selanjutnya
yang memanfaatkan data kualitatif dan dilakukan analisis data, kemudian disajikan dan
dijabarkan sejara deskriptif. Jenis penelitian diinterpretasikan. Apabila terdapat data yang
deskriptif kualitatif merupakan gabungan patut dicurigai OTG atau ODP, maka Satgas
penelitian deskriptif dan kualitatif Jenis Kewaspadaan COVID-19 UNNES melalukan
penelitian deskriptif kualitatif kerap digunakan penemuan kasus secara aktif (active case finding)

286
Alfiana, A, N., et al / Strategi dalam Tindakan / HIGEIA 5 (2) (2021)

melalui contact tracing dengan melalukan Tabel 1. Hasil Surveilans Gejala


kunjungan rumah/ kost atau komunikasi Gejala Tahap 1 Tahap 2
melalui WA/ telefon. Selanjutnya, OTG atau Tidak ada gejala 5076 6168
ODP tersebut direkomendasikan oleh tim untuk Batuk 819 859
karantina diri atau dirujuk ke fasilitas pelayanan Pilek 462 486
kesehatan. Selain digunakan untuk penemuan Sakit tenggorokan 244 259
kasus, data dan informasi yang diperoleh Sakit Kepala 197 202
disampaikan kepada pimpinan universitas Riwayat demam > 38 ° C 98 101
melalui proses diseminasi hasil. Seluruh hasil Sesak Nafas 72 75
contact tracing dan hasil diseminasi dapat Nyeri Otot 37 40
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan Demam > 38 ° C 26 28
terkait pencegahan penyebaran COVID-19 di Menggigil 5 6
lingkungan UNNES.
Selain melakukan surveilans, berdasarkan Tabel 2. Kondisi Penyerta COVID 19
analisa situasi yang didapatkan, tim Tahap Tahap
menyebarkan media informasi dan edukasi Kondisi Penyerta 1 2
COVID 19. Dimana distribusi media tersebut Tidak ada 6628 6628
Asma 93 94
melalui online dan offline dipasang ditiap sudut
Hipertensi 63 64
kampus yang mudah dilihat. Media promosi
Hamil 35 37
kesehatan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
Diabetes Melitus 29 37
media cetak, media elektronik, dan media luar
Gangguan sistem imun
ruangan (Notoatmodjo, 2005). Universitas
berdasarkan diagnosis dokter 16 32
Negeri Semarang dalam melakukan promosi
Penyakit Jantung 14 31
kesehatan menggunakan 3 media tersebut. Keganasan (Tumor/Kanker) 2 27
Media cetak yang digunakan berupa leaflet, Gagal ginjal kronis 1 51
infografis, dan poster. Media elektronik yang Penyakit paru obstruktif
digunakan melalui broadcast message telegram, kronis (PPOK) 1 1088
dan melalui media social Universitas Negeri
semarang. Media luar ruangan dengan 75,41% responden tidak memiliki gejala yang
memasang spanduk dan poster besar di tempat dicurigai mirip dengan gejala COVID-19.
yang strategis. Namun ada sebanyak 10,28% responden yang
melaporkan batuk, pilek 5,81% , 1,21%, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN mempunyai riwayat demam > 38 ° C
Pada deteksi dini kewaspadaan terhadap
Hasil COVID-19, selain beberapa gejala dideteksi juga
Penelitian ini menggunakan metode beberapa faktor penyerta. Paling banyak
deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam responden melaporkan bahwa tidak ada kondisi
penelitian ini adalah hasil surveilan deteksi dini penyerta 95,53 %, namun ada 1.32% punya
yang diisi oleh responden melalui formulir Riwayat hipetensi dan 1.32% asma. Kondisi
kewaspadaan dini COVID 19 yang disebarkan tiap responden akan berbeda dengan responden
secara online. Sejak Maret 2020 selama 5 lainnya. Gejala-gejala umum yang diala,I atau
periode surveilans sebanyak 8360 responden dirasakan oleh responden dituangkan dalam
mengisi formulir surveilans kewaspadaan formular surveilans.
COVID-19. Dari lima periode tersebut, Sebanyak 92,12% responden melaporkan
sebanyak 6395 (76,5%) mahasiswa, 1123 tidak memiliki factor resiko, meskipun demikian
(13,43%) dosen dan 522 (6,24%) tenaga berbasis resiko 7.78% pernah mengunjungi
kependidikan. fasilitas Kesehatan sebagai pasien atau
Selama 5 periode pengisian, sebanyak pengunjung. Pada tahap 1 surveilans diaporkan

287
Alfiana, A, N., et al / Strategi dalam Tindakan / HIGEIA 5 (2) (2021)

Tabel 3. Faktor Resiko COVID 19 pernapasan memberikan persetujuan untuk


Tahap Tahap melakukan tes untuk mengidentifikasi apakah
Faktor Risiko 1 2 gejala yang dialami tersebut adalah gejala
Tidak Memiliki Faktor COVID-19 atau influenza dan patogen
Risiko 6418 7701 pernapasan lainnya. Sejalan dengan penelitian
Riwayat berkunjung ke yan dilakukan Helen yang menyatakan bahwa
fasilitas kesehatan sebagai Surveilans mungkin tidak dapat
pasien atau pengunjung 557 609 mengidentifikasi gejala yang dialami secara
Riwayat kontak erat dengan signifikan, perlu intervensi lanjutan sebagai
ODP 99 0 langkah pengawassan (Helen Y, 2020).
Riwayat kontak erat dengan Langkah pencegahan yang dilakukan
PDP 36 0 adalah dengan menyebarkan media promosi
Mengunjungi pasar hewan 29 33 Kesehatan berupa leaflet yang berisi tentang
Riwayat mengunjungi
informasi gejala-gejala yang timbul dari COVID
pasien penderita ISPA berat 14 14
19. Media leaflet ini memudahkan masyarakat
Riwayat kontak erat dengan
dan civitas academia untuk memahami dan
kasus positif COVID-19 3 3
mendeteksi diri secara dini terhadap gejala-
Tabel 4. Kunjungan Ke Negara Lain gejala yang mungkin dialami.
Kunjungan ke Negara Tahap Tahap Kebanyakan responden tidak memiliki
Lain 1 2 kondisi penyakit penyerta, hanya ada sebanyak
Pernah 73 75 1,35% yang mempunyai riwayat hipertensi dan
Tidak Pernah 7083 8285 1,32% yang mempunyai riwayat asma.
Meskipun hanya sedikit responden yang
Tabel 5.Kunjungan ke Kota/ Kabupaten Lain memiliki penyakit penyerta, namun penelitian
Kunjungan ke Tahap Tahap ini memberikan perspektif lain untuk menilai
Kota/Kabupaten Lain 1 2 epidemiologi dan karakteristik klinis COVID-
Pernah 3085 3214 19. Meskipun semua kelompok populasi
Tidak Pernah 4071 5146 berisiko tertular, risiko kematian yang terkait
dengan COVID-19 lebih tinggi pada orang di
sebanyak 1,38% memiliki riwayat kontak erat atas 60 tahun, dan pada kelompok populasi
dengan ODP dan sebanyak 0,50% mempunyai dengan penyakit kronis seperti penyakit
riwayat kontak erat dengan PDP. Untuk tahap 5 kardiovaskular, hipertensi, diabetes, penyakit
tidak ada responden yang melaporkan pernapasan kronis. dan penyakit ginjal (WHO,
mempunyai kontak erat dengan ODP dan PDP. 2020).
Berdasarkan riwayat kunjungan ke negara Penyakit penyerta atau komorbid
lain sebesar 0,90% responden mempunyai cenderung bisa meningkatkan risiko maslah
riwayat berkunjung ke negara lain. Kesehatan pada pasien Ketika terinfeksi
Berdasarkan riwayat kunjungan ke penyakit tertentu, sehingga menghambat
kabupaten/kota lain sebesar 38,44% responden penyembuhan. COVID 19 lebih beresiko bagi
mempunyai riwayat berkunjung ke orang yang sebelumnya mengidap penyakit
kabupaten/kota lain. Komorbid. Sebab mayoritas kematian pada
Pembahasan pasien COVID 19 berhubungan dengan yang
Kebanyakan responden tidak memiliki memiliki Riwayat penyakit penyerta. Pada
gejala yang dirasakan mirip dengan gejala kasus COVID 19 terdapat penurunan distribusi
COVID-19. Hanya ada beberapa yang oksigen pada organ-organ tubuh yang terinfeksi.
melaporkan gejala seperti batuk (10,28%), pilek Kondisi ini akan berdampak buruk pada orang-
(5,81%), riwayat demam > 38C.(1,21%). orang dengan komorbid. Meskipun begitu ada
Responden yang melaporkan gejala penyakit pula kasus kematian COVID 19 yang terjadi

288
Alfiana, A, N., et al / Strategi dalam Tindakan / HIGEIA 5 (2) (2021)

tanpa penyakit penyerta walaupun jumlahnya leaflet dan poster mengenai informasi
tak sebanyak dengan kasus kematian pasien penundaan mengunjungi tempat pelayanan
komorbid. Kesehatan, dikarenakan tempat tersebut
Media promosi Kesehatan yang mempunyai rsiko penularan tinggi. Kecuali
didistribusikan secara online adalah berupa dalam keadaan darurat, ada banyak cara yang
infografis. Media berisi informasi mengenai bisa dilakukan untuk berkonsultasi dengan
kondisi penyakit penyerta yang bisa tenaga medis. UNNES menyediakan layanan
memperparah kondisi penularan COVID 19. konsultasi kesehatan secara online demi
Kondisi ini mempunyai resiko yang lebih tinggi memudahkan masyarakat dalam mendapat
untuk tertular COVID 19. Oleh karenanya informasi seputar kesehatannya.
diperlukan media promosi Kesehatan yang Penularan penyakit dari orang yang
memberikan informasi kepada masyarakat atau rentan ke yang terinfeksi tergantung pada
civitas akademika agar yang memiliki penyakit beberapa parameter, yaitu, tindakan pencegahan
penyerta lebih mawas diri supaya tidak tertular (penggunaan masker wajah, jarak sosial, tidak
COVID 19. menggosok wajah dan hidung menggunakan
Responden tetap berada dirumah dan tangan, dan lain-lain.) Dan lingkungan higienis
menerapkan physical distancing selama masa (penggunaan sabun) dan sanitizer, mencuci
pandemic COVID-19, sehingga kebanyakan tangan, membersihkan lingkungan ,dan lain-
responden tidak memiliki resiko tertular lain.) dilakukan oleh orang yang rentan maupun
COVID-19. Ini menjelaskan bahwa social yang terinfeksi. Karena di sini, kita
distancing dan physical distancing memiliki efek mengasumsikan bahwa virus COVID-19
nyata dalam mencegah penularan (Hellewel, menyebar ketika orang yang rentan bersentuhan
2020) (Liang En, 2020). Sejalan dengan dengan orang yang terpapar;(Manotos, 2020)
penelitian , bahwa social distancing layak Lebih lanjut, kami berasumsi bahwa responden
dilakukan untuk mencegah penularan yang berkunjung ke fasilitas kesehatan harus
selanjutnya. Sosial distancing juga sebagai melakukan tindakan pencegahan, seperti
perlindungan untuk meminalkan bertambahnya memakai masker, mencuci tangan dengan
kasus sejak awal pendeteksian(Liang En, 2020) sabun, dan menjaga jarak dengan orang lain.
Faktor resiko yang dilaporkan responden Riwayat perjalanan responden ke luar
karena mempunyai riwayat berkunjung ke negeri sebanyak (0,90%). Riwayat perjalanan ke
fasilitas kesehatan sebagai pasien atau daerah lain sebanyak (38,44%). WHO
pengunjung sejumlah 7,28%. Pada hasil menetapkan pedoman untuk menghadapi
surveilans tahap 1 terdapat responden yang pandemi ini, yang berawal dari pencegahan
melaporkan mempunyai riwayat kontak erat paling dasar seperti mencuci tangan secara
dengan ODP (1,38%) dan riwayat kontak erat konstan. , kebiasaan kebersihan, jarak sosial
dengan PDP (0,50%). Berdasarkan nomor dengan tes deteksi, perawatan pasien di dalam
telepon responden, tim surveilans melakukan perumahan, pengawasan epidemiologis, tidak
screening dan tracking, dengan tujuan untuk berkunjung ke negara dan daerah lain dan
mendeteksi dan menganalisa langkah-langkah banyak lainnya.( L.D.deLeón-Martínez, 2020).
pencegahan selanjutnya yang harus dilakukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Setelah dilakukan wawancara secara mendalam, telah mulai menggunakan istilah physical
dapat dianalisa bahwa responden tersebut tidak distancing atau jarak fisik sebagai cara untuk
pernah melakukan kontak langsung dengan menghindari penyebaran virus corona lebih
ODP dan PDP, hanya pernah berada dalam luas. WHO merekomendasikan menjaga jarak
ruangan yang diduga terdapat ODP dan PDP lebih dari 1 meter dari orang lain. Sementara,
pada saat berkunjung ke fasilitas kesehatan beberapa pakar kesehatan menyarankan untuk
sebagai pasien. menjaga jarak setidaknya dua meter dari orang
Tim juga mendistribusikan media berupa lain. Sejumlah langkah dapat diambil untuk

289
Alfiana, A, N., et al / Strategi dalam Tindakan / HIGEIA 5 (2) (2021)

meningkatkan ruang fisik antara orang-orang, Berbagai media diaplikasikan dalam


termasuk tinggal di rumah lebih banyak, bekerja bentuk virtual yang memberikan daya tarik dan
dari rumah jika mungkin, membatasi tamu di juga mempermudah pemahaman bagi
rumah, menghindari pertemuan besar dan masyarakat sehingga informasi yang
transportasi umum. Physical distancing perlu disampaikan dapat tersampaikan dengan baik
dilakukan untuk memutus mata rantai terutama terkait COVID-19. Media memberikan
penyebaran COVID 19. Responden yang pemahaman tentang bagaimana bertindak dan
setelah melakukan perjalanan keluar kota/ berperilaku dalam situasi pandemi serta
kabupaten lain sebaiknya melakukan self isolated memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
selama 14 hari. Self isolated bertujuan agar pemerintah dan masyarakat dalam mengedukasi
responden benar-benar beristirahat, dan masyarakat dan lingkungan sekitar.
meningkatkan stamina. Selama self isolated Surveilans Kewaspadaan Dini Terhadap
merupakan langkah pencegahan penularan Covid sebaiknya terus dilaksanakan. Hasil
COVID 19 kepada keluarga. deteksi dini akan memudahkan analisa kondisi
Penulis menilai kembalinya masyarakat Kesehatan masyarakat ataupun civitas
ke rumah mereka, sebagai faktor yang tidak akamedia UNNES. Langkah-langkah
akan memungkinkan mereka untuk mengambil selanjutnya yang akan dilakukan juga lebih
langkah-langkah pencegahan minimum mudah untuk ditetukan, apakah Langkah
terhadap penyakit. Didukung dengan adanya pencegahan atau Langkah penanganan. Dalam
kebiasaan pulang kampung masyarakat pada penggunaan media edukasi pencegahan
saat hari raya Idul Fitri. Pemerintah telah COVID-19 pastikan informasi yang diperoleh
mengeluarkan larangan pulang kampung untuk berasal dari situs resmi dan dapat dipercaya,
mencegah pencegahan dan meminimalisir Sebaiknya dilakukan pemilahan dan
kasus. penyaringan informasi sehingga dapat
Manusia membutuhkan informasi untuk memberikan edukasi bagi masyarakat dengan
berinteraksi, bersosialisasi dan berkomunikasi infromasi yang benar. Adanya pengaruh
sehingga mereka berusaha untuk mengakses surveilans kewaspadaan dini yang dilakukan
informasi secepat mungkin. Teknologi informasi UNNES dan promosi Kesehatan melalui media
pun berkembang dengan munculnya internet. diharapkan dapat mengurangi dampak
Beberapa media edukasi yang dipublikasi penyebaran COVID-19, manfaatkan media
melalui media social berisi segala hal yang sosial sebagai media pembelajaran dan sarana
berkaiatan tentang Kewaspadaan dini terhadap pendukung kegiatan pencegahan COVID-19.
COVID -19 seperti edukasi gejala COVID19,
edukasi kondisi penyerta COVID 19, edukasi DAFTAR PUSTAKA
faktor resiko COVID19, edukasi pencegahan
COVID 19, dan edukasi penundaan berkunjung Arshad Ali S, Baloch M, Ahmed N, Arshad Ali A,
Iqbal A. 2020. The outbreak of Coronavirus
ke fasilitas Kesehatan.
Disease 2019 (COVID-19)-An emerging
global health threat. J Infect Public Health
PENUTUP [Internet]. 2020;2019:2019–21. Available
from:
Sebagian besar responden tidak memiliki http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3219
gejala, tidak memiliki kondisi yang bersamaan 9792
dan tidak memiliki faktor risiko untuk terpajan Clara A, Do TT, Dao ATP, et al. 2017. Event-based
surveillance at community and healthcare
COVID-19. Survei ini dapat digunakan untuk
facilities, Vietnam, 2016–2017. Emerg Infect
mengukur pencegahan dan deteksi dini COVID-
Dis 2018;24:1649–58
19. Perlu untuk memperdalam karakteristik De Ceukelaire W, Bodini C. 2020. We Need Strong
epidemiologis dan klinis sebagai langkah yang Public Health Care to Contain the Global
lebih komprehensif untuk menyaring responden. Corona Pandemic. Int J Health Serv

290
Alfiana, A, N., et al / Strategi dalam Tindakan / HIGEIA 5 (2) (2021)

[Internet]. 2020;20731420916725. Available the COVID-19, Scienceof the Total


from: Environment , available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3218 doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.139357
8308 Liang En, Jean Xiang, Edwin Philip, et al, 2020.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Containment of COVID-19 cases amongst
Penyakit. 2020. Pedoman Pencegahan dan healthcare workers: the role of surveillance,
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID- early detection and outbreak management.
19). 3rd ed. Jakarta: Kemenkes RI; 0–115 p. Infection Control & Hospital Epidemiologyas
Fauci, A.S, Lane, H.C and Redfield, R.R. 2020. part of theCambridge Coronavirus Collection.
Covid 19 Navigating the Uncharted, New Available from DOI: 10.1017/ice.2020.219
England Journal of Medicine, 382(13), pp. Manotosh Mandal, Soovoojeet, et.al. 2020. A model
1268-1269. Doi: 10.1056/nejme2002387 based study on the dynamics of COVID-19:
Ghinai I, McPherson TD, Hunter JC, Kirking HL, Prediction and control. Journal Pre-proof.
Christiansen D, Joshi K, et al. 2020. First Available from
known person-to-person transmission of doi.org/10.1016/j.chaos.2020.109889
severe acute respiratory syndrome coronavirus Nazir, 2009. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia
2 (SARS-CoV-2) in the USA. Lancet Indonesia
[Internet]. 2020;0(0):1–8. Available from: Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan
http://dx.doi.org/10.1016/S0140- Aplikasi. PT Rineka Cipta. Jakarta
6736(20)30607-3 Roser M, Ritchie H, Ortiz-Ospina E. 2020.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Coronavirus Disease (COVID-19) – Statistics
2020. Pedoman Penanganan Cepat Medis dan and Research [Internet]. Available from:
Kesehatan Masyarakat COVID-19 di https://ourworldindata.org/coronavirus
Indonesia. Jakarta: Gugus Tugas Percepatan Taubenberger JK, Morens DM. 2019. The 1918
Penanganan COVID-19. 1–39 p. Influenza Pandemic and Its Legacy. Cold
Helen Y, Janet A, Lea M, et al. 2020. Early Detection Spring Harb Perspect Med. 2019;a038695.
of Covid-19 through a Citywide Pandemic WHO. 2020. Coronavirus disease (COVID-2019)
Surveillance Platform. The New England situation reports [Internet]. Available from:
Journal of Medicine. Available from https://www.who.int/emergencies/diseases/
nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMc2008646 novel-coronavirus-2019/situation-reports/
Hellewell J, Abbott S, Gimma A, Bosse NI, Jarvis CI, Yuliana (2020) Corona virus diseases (covid 19) :
Russell TW, et al. 2020. Feasibility of sebuah tinjauan literatur. Wellness and
controlling COVID-19 outbreaks by isolation Healthy Magazine, 2(1), pp 187-192. Doi
of cases and contacts. Lancet Glob :10.2307/jctvzxxb18.12
Heal;(20):1–9.
Hsu LY, Chia PY, Lim JF. The Novel Coronavirus
(SARS-CoV-2) Epidemic. Ann Acad Med
Singapore [Internet]. 2020;49(1):1–3.
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3220
0398
Idubor OI, Kobayashi M, Ndegwa L, et al. 2020.
Improving Detection and Response to
Respiratory Events — Kenya, April 2016–
April 2020. MMWR Morb Mortal Wkly Rep
2020;69:540–544. Available from DOI:
http://dx.doi.org/10.15585/mmwr.mm6918a
2
L.D.deLeón-Martínez,L.delaSierra-
delaVega,A.Palacios-Ramírez,etal.,2020.
Critical review of social,environmental and
health risk factors in the Mexican in digenous
population and their capacity to respond to

291

Anda mungkin juga menyukai