Anda di halaman 1dari 14

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Selama Pandemi COVID-19

pada Petugas Kesehatan RSP-USK 2021


Factors affecting the anxiety levels during COVID-19 pandemic in health worker at RSP-
USK 2021

M.Hafidz Al-Qadri1, Saifuddin Ishak2, Budi Yanti3, Iflan Nauval4, Subhan Rio
Pamungkas5
1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala;
2) Staf Pengajar Bagian Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala;
3) Staf Pengajar Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala;
4) Staf Pengajar Bagian Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala;
5) Staf Pengajar Bagian Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Pandemi COVID-19 yang terjadi di Wuhan cina sekarang sudah menyebar keseluruh dunia, salah satu
dampak dari pandemi COVID-19 ini adalah masalah kecemasan , kecemasan ini terutama terjadi pada petugas
kesehatan, petugas kesehatan sendiri sering mengalami kecemasan di dalam memberikan penanganan kepada
pasien ,hal ini berkaitan dengan usia dari petugas Kesehatan, jenis kelamin, terlalu banyak informasi yang
simpang siur, adanya pembatasan aktivitas, pengalaman masa lalu dan lonjakan dari virus COVID-19. Tujuan
umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan selama
pandemi COVID-19 pada petugas kesehatan RSP-USK 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian
observasional analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Penelitian ini tidak melakukan
intervensi, dan bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan selama
pandemi COVID-19 pada petugas kesehatan RSP-USK 2021. Subjek penelitian ini seluruh petugas kesehatan
RSP-USK. Terdapat 87 responden dalam penelitian ini yang diperoleh dengan teknik non probality sampling
dengan metode total sampling ,yaitu seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen
yang digunakan dalam mengukur tingkat kecemasan adalah kuesioner DASS 42 yang terdiri dari 14
pertanyaan. Analisis data akan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat akan menggunakan uji
Chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% α= 0,05. Hasil penelitian didapatkan tidak adanya hubungan
antara Usia (p= 0,780), Jenis kelamin (p=0,919), Informasi (p=0,311), Pengalaman aktifitas (p=0,677),
pengalaman masa lalu (p=0,120), dan lonjakan virus COVID-19 (p=0,707) dengan tingkat kecemasan pada
petugas kesehatan RSP-USK 2021. Disimpulkan bahwa hipotesis ditolak untuk semua variabel yaitu usia, jenis
kelamin, informasi, pembatasan aktivitas, pengalaman masa lalu, dan lonjakan virus COVID-19.
Kata kunci : Petugas Kesehatan, Faktor Kecemasan, Tingkat Kecemasan

ABSTRACT
The COVID-19 pandemic that occurred in Wuhan china has now spread throughout the world, , one of
the impacts of this COVID-19 pandemic is anxiety problems, this anxiety mainly occurs in health workers,
health workers themselves often experience anxiety in providing treatment to patients, this is related to the age
of health workers, gender, too much confusing information, restrictions activities, past experiences and spikes
from the COVID-19 virus. The general purpose of this study was to determine the factors that influence the
level of anxiety during the COVID-19 pandemic in health workers at RSP-USK 2021. This type of research
was an analytical observational study with a cross-sectional approach. This study did not intervene, and aims
to determine the factors that influence the level of anxiety during the COVID-19 pandemic in health workers
at RSP-USK 2021. The subjects of this study were all health workers at RSP-USK. There are 87 respondents
in this study obtained by non-probability sampling technique with the total sampling method, namely the entire
population that meets the inclusion and exclusion criteria. The instrument used to measure the level of anxiety
is the DASS 42 questionnaire which consists of 14 questions. Data analysis will use univariate analysis and
bivariate analysis will use Chi-square test with 95% confidence level = 0.05. The results showed that there
was no relationship between age (p= 0.780), gender (p=0.919), information (p=0.311), activity experience
(p=0.677), past experience (p=0.120), and the spike in the COVID virus. -19 (p=0.707) with anxiety levels
among health workers at RSP-USK 2021. It was concluded that the hypothesis was rejected for all variables,
namely age, gender, information, activity restrictions, past experiences, and spikes in the COVID-19 virus.
Keywords: Health Officer, Anxiety Factor, Anxiety Level

[Desember 2021] 1
PENDAHULUAN Korban virus Corona terbanyak berada di
Pada Desember 2019, ditemukan DKI Jakarta (26.624 kasus), Jawa Timur
kasus pneumonia aneh yang terjadi di (25.917 kasus), Jawa Barat (10.765 kasus).
Wuhan. Sumber penularan kasus ini diduga (5) Gejolak ini telah ditetapkan sebagai krisis
dari kelelawar, kasus ini terkait dengan pasar kesejahteraan di seluruh dunia. Infeksi ini
di Wuhan yang menjual berbagai jenis telah menghambat semua aktivitas manusia
hewan yang disembelih. Dalam waktu dari hari ke hari. Isolasi saja mungkin tidak
kurang dari sebulan, infeksi telah menyebar cukup untuk mencegah penyebaran infeksi
ke berbagai wilayah di China, Thailand, Coronavirus, dan efek penyakit di seluruh
Jepang, dan Korea Selatan.(1) dunia dengan infeksi ini menjadi salah satu
Perkembangan 2019-nCoV telah menarik perhatian yang berkembang. (2)
perhatian dunia, dan Pada 30 Januari WHO Penemuan awal menunjukkan bahwa
menyatakan Coronavirus sebagai krisis pasien mengalami demam berat dan gangguan
kesehatan umum. Perluasan kasus virus pernapasan yang hebat. Efek samping yang
Corona berlangsung cepat dan telah muncul pada pasien adalah demam, lesu,
menyebar ke berbagai negara. Pada 25 maret kering, sakit tenggorokan, diare, hilang rasa,
2020, 414.179 kasus yang terkonfirmasi dan perubahan warna pada tangan dan kaki. (6)
dengan 18.440 kematian ,dengan kasus yang Pada kasus yang serius, Coronavirus dapat
terungkap di 192 negara . (2) menyebabkan pneumonia, gangguan
COVID-19 pertama dilaporkan di pernafasan yang intens, gangguan ginjal
Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 dengan bahkan sampai meninggal dunia. (2)
dua kasus yaitu ibu dan anak, yang kontak Kurangnya tentang ciri-ciri virus dan
dengan orang jepang.(1) Presiden Republik diagnosa penyakit, pengobatan dan prognosis,
Indonesia Joko Widodo juga telah menyebabkan pasien dalam ketegangan dan
melaporkan kejadian positif pertama virus ketakutan akan penyakit.(7)Umumnya pada
Corona di Indonesia pada Senin 2 Maret pasien rawat inap memiliki tingkat kecemasan
2020 yang ditularkan melalui penularan dari dan gejala somatisasi yang lebih tinggi,
manusia ke manusia. Berbagai upaya telah dikarenakan hilangnya fungsi sosial pada
dilakukan oleh pemerintah Indonesia, salah pasien.(8) Kejadian ansietas, depresi, dan
satunya dengan membentuk Tim gangguan tidur pada penderita suspek dan
Peningkatan Kecepatan Penanggulangan terkonfirmasi Kasus COVID-19 tidak terlihat
Virus Corona yang disahkan oleh Keputusan berbeda berdasarkan jenis kelamin, status
Presiden RI Nomor 7 Tahun 2020, yang perkawinan, dan tingkat pendidikan.(9)
kemudian diperbarui kembali melalui Berbagai alasan ketidaknyamanan yang
keputusan Presiden RI Nomor 9 Tahun muncul yang diidentifikasi dengan pandemi
2020.(3) Coronavirus dapat menyebabkan masalah fisik
Fasilitas kesehatan Indonesia belum dan mental jika tidak segera ditangani atau
siap untuk menghadapi COVID-19. dikendalikan.(10) Untuk situasi ini, banyak
Persiapan besar-besaran seharusnya peneliti memusatkan perhatian pada
ditanggapi dengan serius di awal penyakit kecemasan pada pasien Coronavirus, peneliti
menyebar di Republik Rakyat Cina, menemukan beberapa penyebab kecemasan,
Berdasarkan informasi terbaru dari menteri salah satunya adalah keterbatasan sosial pasien
kesehatan Indonesia, hanya terdapat 309.100 dari kontak sosial, selain fakta bahwa sulit
tempat tidur klinik gawat darurat di untuk bertahan melalui sakit yang parah.
Indonesia, dengan sebagian besar terletak di kecemasan merupakan hal yang mendasar pada
pulau Jawa. (4) pasien karena ketidaknyamanan di luar,
Keadaan virus Corona di Indonesia sehingga semakin mengganggu kondisi
diperkirakan sekitar 130.718 kasus positif pasien. (8)
dengan 85.798 kasus sembuh dan 5.903 Banyak dari petugas Kesehatan sering
kematian per Agustus 2020 yang telah mengalami kecemasan di dalam memberikan
menyebar di 34 wilayah di Indonesia. penagana kepada pasien ,hal ini berkaitan

[Desember 2021] 2
dengan usia dari petugas Kesehatan, jenis setiap unsur atau anggota populasi untuk
kelamin dari petugas kesehatan, terlalu dipilih menjadi sampel. dan teknik yang
banyak informasi yang simpang siur, adanya digunakan adalah Total sampling, Total
pembatasan aktivitas, pengalaman masa lalu sampling adalah teknik pengambilan sampel
dan lonjakan dari virus COVID-19. Atas dasar dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti Alasan mengambil Total sampling karena
Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat jumlah populasi yang kurang dari 100.
kecemasan selama pandemi COVID-19 pada
petugas kesehatan RSP-USK 2021.pada HASIL PENELITIAN
penelitian ini peniliti memilih RSP-USK
sebagai tempat penelitian di karenakan Tabel 1 Distribusi Frekuensi kecemasan
mempertimbangkan beberapa hal, pada petugas kesehatan RSP-USK
diantaranya, pasien yang datang ke RSP-USK 2021
belum di ketahaui apakah terpapar COVID-19
atau tidak sehingga meningkatkan Kecemasan pada Frekuensi Persentase(%)
kekhawatiran pada petugas kesehatan, juga petugas kesehatan (n)
RSP-USK 2021
lokasi yang cukup dekat dari tempat tinggal Tidak ada 57 65,5
peneliti dan kebanyakan petugas kesehatan di kecemasan
RSP-USK adalah dosen di Fakultas Kecemasan Ringan 13 14,9
kedokteran USK sehingga akan memudahkan Kecemasan Sedang 12 13,8
peneliti dalam melaukan penelitiannya. Kecemasan Berat 1 1,1
Kecemasan Berat 4 4,6
sekali
METODE PENELITIAN Total 87 100
Jenis penelitian ini adalah penelitian
observasional analitik dengan pendekatan Dari Tabel 1 diatas, didapatkan data
potong lintang (cross-sectional). Penelitian ini bahwa mayoritas petugas kesehatan RSP-USK
tidak melakukan intervensi, dan bertujuan 2021 tidak memiliki masalah kecemasan
untuk mengetahui faktor- faktor yang selama pandemi COVID-19 yaitu sebanyak 57
mempengaruhi tingkat kecemasan selama responden (65,5%) yang tidak memilik
pandemi COVID-19 pada petugas kesehatan kecemasan, sedangkan untuk kecemasan ringan
RSP-USK 2021. terdapat 13 responden (14,9%), kecemasan
Penelitian ini dilakukan di RSP-USK sedang terdapat sebanyak 12 responden
banda aceh dan dilakukan pada bulan (13,8%), kecemasan berat sebanyak 1
Agustus-Desember 2021. responden (1,1%) dan kecemasan berat sekali
Populasi penelitian ini adalah seluruh sebanyak 4 responden (4,6%).
petugas kesehatan RSP-USK 2021. Dimana
petugas kesehatan yang dimaksud merujuk ke Tabel 2 Distribusi Frekuensi faktor resiko
pada Pasal 11 Undang-Undang Nomor 36 kecemasan
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan yaitu
:Tenaga medis,tenaga psikologi klinis,tenaga Faktor resiko Frekuensi Persentase(%)
keperawatan,tenaga kebidanan, tenaga (n)
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, Usia
tenaga kesehatan lingkungan, tenaga Remaja Akhir (17- 12 13,8
gizi,tenaga keterapian fisik,tenaga keteknisian 25 Tahun)
Dewasa Awal (26- 37 42,5
medis,tenaga teknik biomedika,tenaga 35 Tahun)
kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan Dewasa Akhir (36- 36 41,4
lain. Dengan jumlah total 87 petugas 45 Tahun)
kesehatan pada RSP-USK Lansia Awal (46-55 2 2,3
Metode pengambilan sampe yaitu Non Tahun)
Probality Sampling, yaitu teknik yang tidak
memberi peluang/kesempatan yang sama bagi

[Desember 2021] 3
Jenis Kelamin memiliki faktor resiko dan yang memiliki
Laki-Laki 25 28,7 faktor resiko sebanyak 41 responden (47,1%).
Perempuan 62 71,3
Pada faktor resiko pembatasan aktivitasa
didapatkan data bahwa mayoritas petugas
Faktor resiko kesehatan RSP-USK 2021 memiliki faktor
Informasi resiko pembatasan aktivitas selama pandemi
Terdapat faktor COVID-19 yaitu sebanyak 53 responden
resiko 37 42,5
(60,9%) yang memilik faktor resiko dan yang
Tidak Terdapat
50 57,5 tidak memiliki faktor resiko sebanyak 34
faktor resiko
responden (39,1%), sedangkan untuk faktor
Faktor resiko resiko pengalaman masa lalu didapatkan data
pembatasan bahwa mayoritas petugas kesehatan RSP-USK
aktivitas 2021 tidak memiliki Faktor resiko pengalaman
Terdapat faktor 53 60,9
resiko masa lalu selama pandemi COVID-19 yaitu
Tidak terdapat 34 39,1 sebanyak 50 responden (57,5%) yang tidak
faktor resiko memilik faktor resiko dan yang memiliki faktor
resiko sebanyak 37 responden (42,5%). Dan
Faktor resiko untuk faktor resiko lonjakan virus COVID-19
pengalaman masa
lalu didapatkan data bahwa mayoritas petugas
Terdapat faktor 37 42,5 kesehatan RSP-USK 2021 memiliki Faktor
resiko resiko lonjakan virus COVID-19 yaitu
Tidak Terdapat 50 57,5 sebanyak 85 responden (97,7%) yang memilik
faktor resiko faktor resiko dan yang tidak memiliki faktor
Faktor resiko
resiko sebanyak 2 responden (2,3%).
lonjakan virus
COVID-19
Terdapat faktor 85 97,7
resiko
Tidak Terdapat 2 2,3
faktor resiko
Total 87 100

Berdasarkan Tabel 2 diatas, didapatkan


data bahwa mayoritas umur petugas kesehatan
RSP-USK 2021 adalah Dewasa Awal (26-35
tahun) sebanyak 37 responden (42,5%),
sedangkan Remaja Akhir (26-35 tahun)
sebanyak 12 responden (13,8%), Dewasa akhir
(36-45 tahun) sebanyak 36 responden (41,4%)
dan lansia awal 2 responden (2,3%).
Penelitian ini juga mendapatkan data
bahwa mayoritas jenis kelamin petugas
kesehatn RSP-USK 2021 adalah perempuan
sebanyak 62 responden (71,3%), sedangkan
jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 responden
(28.7%).
Distribusi frekuensi pada faktor resiko
informasi di dapatkan data bahwa bahwa
mayoritas petugas kesehatan RSP-USK
2021 tidak memiliki faktor resiko yang
berkaitan dengan informasi tentang COVID-
19 yaitu sebanyak 46 responden (52,9%) tidak
[Desember 2021] 4
Tabel 3 Hubungan usia dengan tingkat kecemasan pada petugas kesehatan RSP-USK 2021

Tingkat kecemasan
Tidak Kecemasan Kecemasan Kecemasan Kecemasan
Usia Ada Ringan Sedang Berat Berat sekali Total p-
(tahu Kecemasa % value
n) n
n % n % n % n % n %

17-25 9 10,3 1 1,1 2 2,2 0 0 0 0 13,6


26-35 27 31 3 3,4 5 5,7 0 0 2 2,2 42,33
36-45 20 22,9 8 9,1 5 5,7 1 1,1 2 2,2 41 0,701
46-55 1 1,14 1 1,1 0 0 0 0 0 0 2,24

Total 57 65,5 13 14,9 12 13,7 1 1,1 4 4,5 100

Berdasarkan analisis data pada Tabel 3 terlihat bahwa mayoritas kecemasan paling banyak
di temui pada dewasa akhir (36-45 tahun) dengan jumlah responden yang mengalami kecemasan
sebanyak 15 responden (18,1%). Dari Tabel 3 terlihat bahwa mayoritas tiap usia tidak memiliki
kecemasan dengan total 57 responden (65,5%). Berdasarkan uji statistik menggunakan Uji Chi-
Square, didapatkan nilai signifikansi atau p Value = 0,701 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Usia dan Peningkatan kejadian
cemas pada petugas kesehatan RSP-USK 2021.

Tabel 4 Hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pada petugas kesehatan RSP-
USK 2021

Berdasarkan analisis data pada Tabel 4 terlihat bahwa mayoritas kecemasan paling banyal
adalah perempuan sebanyak 23 responden (26,2%) yang mengalami cemas Dari Tabel 4 terlihat
bahwa mayoritas jenis kelamin perempuan dan laki-laki tidak memiliki kecemasan dengan total 57
responden (65,5%). Berdasarkan uji statistik menggunakan Uji Chi-Square, didapatkan nilai
signifikansi atau p Value = 0,942 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan Peningkatan kejadian cemas pada
petugas kesehatan RSP-USK 2021.

[Desember 2021] 5
Tabel 5 Hubungan informasi yang berkaitan dengan COVID-19 dengan tingkat kecemasan
pada petugas kesehatan RSP-USK 2021

Tingkat kecemasan
Tidak Ada Kecemasan Kecemasan Kecemasan Kecemasan
Faktor Kecemasan Ringan Sedang Berat Berat Total% p-
resiko sekali value
informasi n % n % n % n % n %

Ada Faktor
23 26,4 9 10,3 6 6,8 1 1,1 2 2,2 47,1
Resiko
Tidak Ada 0,319
faktor 34 39,4 4 4,5 6 6,8 0 0 2 2,2 52,9
Resiko
Total 57 65,5 13 14,9 12 13,7 1 1,1 4 4,5 100

Berdasarkan analisis data pada Tabel 5 terlihat bahwa mayoritas kecemasan paling banyak
terdapat pada petugas kesehatan RSP-USK yang memiliki faktor resiko informasi yang berkaitan
dengan COVID-19 sebanyak 18 responden (20,4%). Dari Tabel 5 terlihat bahwa mayoritas
responden yang memiliki dan tidak memiliki faktor resiko yang berkaitan dengan informasi terkait
COVID-19 tidak memiliki kecemasan dengan total 57 responden (65,5%). Berdasarkan uji statistik
menggunakan Uji Chi-Square, didapatkan nilai signifikansi atau p Value = 0,319 (p>0,05).
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor
resiko informasi yang berkaitan dengan COVID-19 dan Peningkatan kejadian cemas pada petugas
kesehatan RSP-USK 2021.

Tabel 6 Hubungan pembatasan aktivitas selama pandemi COVID-19 dengan tingkat


kecemasan pada petugas kesehatan RSP-USK 2021

Berdasarkan analisis data pada Tabel 6 terlihat bahwa mayoritas kecemasan paling banyak
terdapat pada petugas kesehatan RSP-USK yang memiliki faktor resiko pembatasan aktivitas selama
pandemi COVID-19 sebanyak 17 responden (19,3%). Dari Tabel 6 terlihat bahwa mayoritas
responden yang memiliki dan tidak memiliki faktor resiko yang berkaitan dengan pembatasan
aktivitas selama COVID-19 tidak memiliki kecemasan dengan total 57 responden (65,5%).
Berdasarkan uji statistik menggunakan Uji Chi-Square, didapatkan nilai signifikansi atau p Value =
0,763 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara faktor resiko pembatasan aktivitas selama pandemi COVID-19 dan Peningkatan
kejadian cemas pada petugas kesehatan RSP-USK 2021.

[Desember 2021] 6
Tabel 7 Hubungan pengalaman masa lalu selama pandemi COVID-19 dengan tingkat
kecemasan pada petugas kesehatan RSP-USK 2021

Tingkat kecemasan

Faktor Tidak Ada Kecemasan Kecemasan Kecemasan Kecemasan Total% p-


resiko Kecemasan Ringan Sedang Berat Berat sekali value
Pengalaman
Masa lalu n % n % n % n % n %

Ada Faktor
27 31,03 3 2,4 3 3,4 1 1,1 3 3,4 42,5
Resiko
Tidak Ada 0,128
faktor 30 34,4 10 11,4 9 10,3 0 0 1 1,1 57,5
Resiko
Total 57 65,5 13 14,9 12 13,7 1 1,1 4 4,5 100

Berdasarkan analisis data pada Tabel 7 terlihat bahwa mayoritas kecemasan paling banyak
terdapat pada petugas kesehatan RSP-USK yang tidak memiliki faktor resiko pengalaman masa lalu
selama pandemi COVID-19 sebanyak 20 responden (22,8%). Dari Tabel 7 terlihat bahwa mayoritas
responden yang memiliki dan tidak memiliki faktor resiko yang berkaitan dengan pengalaman masa
lalu selama COVID-19 tidak memiliki kecemasan dengan total 57 responden (65,5%). Berdasarkan
uji statistik menggunakan Uji Chi-Square, didapatkan nilai signifikansi atau p Value = 0,107
(p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara faktor resiko pengalaman masa lalu selama pandemi COVID-19 dan Peningkatan kejadian
cemas pada petugas kesehatan RSP-USK 2021.

Tabel 8 Hubungan lonjakan virus COVID-19 dengan tingkat kecemasan pada petugas
kesehatan RSP-USK 2021

Tingkat kecemasan

Faktor Total% p-
resiko value
lonjakan Tidak Ada Kecemasan Kecemasan Kecemasan Kecemasan
virus Kecemasan Ringan Sedang Berat Berat sekali
COVID-19
n % n % n % n % n %
Ada Faktor
56 64,3 12 13,7 12 13,7 1 1,1 4 3,4 97,7
Resiko
Tidak Ada 0,707
faktor 1 1,1 1 1,1 0 0 0 0 0 0 2,3
Resiko
Total 57 65,5 13 14,9 12 13,7 1 1,1 4 4,5 100

Berdasarkan analisis data pada Tabel 8 terlihat bahwa mayoritas kecemasan paling banyak
terdapat pada petugas kesehatan RSP-USK yang memiliki faktor resiko lonjakan virus COVID-19
sebanyak 29 responden (33.3%), terlihat bahwa mayoritas responden yang memiliki faktor resiko
yang berkaitan dengan lonjakan virus COVID-19 tidak memiliki kecemasan dengan total 56
responden (64,3%) sedangkan responden yang tidak memiliki faktor resiko yang berkaitan dengan
lonjakan virus COVID-19 seimbang antara yang tidak mengalami kecemasan dan mengalami
kecemasan selama pandemi COVID-19. Berdasarkan uji statistik menggunakan Uji Chi-Square,
didapatkan nilai signifikansi atau p Value = 0,573(p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor resiko lonjakan virus COVID-19 dan
Peningkatan kejadian cemas pada petugas kesehatan RSP-USK 2021.
[Desember 2021] 7
PEMBAHASAN cemas. namun perbedaan penelitian ini bisa
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa disebabkan karena sedikitnya petugas
mayoritas kecemasan paling banyak di temui kesehatan RSP-USK 2021 yang mengalami
pada dewasa akhir (36-45 tahun) dengan kecemasan dan juga perbedaan dalam
jumlah responden yang mengalami kuesioner yang digunakan. Penelitian ini juga
kecemasan sebanyak 15 responden (18,1%). dilakukan pada bulan Oktober-November
Dari Tabel 3 terlihat bahwa mayoritas tiap sehingga kemungkinan petugas kesehatan
usia tidak memiliki kecemasan dengan total sudah beradaptasi dengan kejadian COVID-
57 responden (65,5%). Berdasarkan uji 19 yang dapat menurunkan kejadian cemas
statistik menggunakan Uji Chi-Square, pada petugas kesehatan RSP-USK 2021. hal-
didapatkan nilai signifikansi atau p Value = hal tersebut dapat menyebabkan mengapa
0,701 (p>0,05). usia tidak berhubungan dengan tingkat
Penelitian ini sendiri sejalan dengan kecemasan pada petugas kesehatan RSP-
penelitian yang dilakukan oleh Titasari dkk, USK 2021. Menurut hasil dari data
menyebutkan bahwa dalam penelitian yang penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa
mereka lakukan ditemukan kecemasan paling jenis kelamin perempuan lebih rentan terkena
banyak berada pada usia 30 tahu ke atas Hal gangguan kecemasan dari pada pria yang
ini berarti usia 30 tahun ke atas lebih rentan sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
terkena gangguan psikologis baik depresi, perempuan 2 kali lebih rentan terkena
anxiety atau stress daripada usia di bawah 30 gangguan kecemasan dibandingkan laki-laki,
tahun. Sesuai dengan penelitian terdahulu, dari data penelitian ini terlihat bahwa jenis
yang menyatakan bahwa usia yang semakin kelamin tidak berhubungan dengan tingkat
bertambah mengakibatkan seseorang akan kecemasan, hal ini bisa disebabkan karena
mudah mengalami stres, hal ini berkaitan kecemasan selama pandemi COVID-19 ini
dengan faktor fisiologis yang mengalami adalah suatu respon normal karena adanya
kemunduran dalam berbagai kemampuan bahaya yang tidak berhubungan dengan
seperti kemampuan visual, berpikir, psikologi seseorang, dimana normalnya laki-
mengingat dan mendengar.(11) laki lebih bisa mengontrol kondisi emosinya
Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dibandingkan perempuan, responden dalam
dengan penelitian yang dilakukan oleh fadli penelitian ini sendiri lebih dari setengah
dkk yang dilakukan pada petugas kesehatan responden berasal dari kalangan perempuan
dimana ditemukan hubungan antara sehingga analisis data dari penelitian ini bisa
kecemasan dan usia (p=0,030). Berdasarkan saja salah, hal-hal tersebut dapat
hasil karateristik usia, hampir semua usia menyebabkan mengapa jenis kelamin tidak
mengalami kecemasan ringan yaitu usia ≤30 berhubungan dengan tingkat kecemasan pada
tahun (39,1%) dan usia >30 tahun (26,1%).(12) petugas kesehatan RSP-USK 2021.
namun penelitian yang dilakukan Eky dkk,
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
mayoritas kecemasan paling banyal adalah
antara kejadian cemas dengan usia (p=0,709)
perempuan sebanyak 23 responden (26,2%)
temuan ini dapat dikarenakan sampel yang
yang mengalami cemas Dari Tabel 4 terlihat
berbeda dan mekanisme coping sampel yang
bahwa mayoritas jenis kelamin perempuan dan
mempengaruhi bagaimana seseorang
laki-laki tidak memiliki kecemasan dengan
mengatasi stressor.(13)
total 57 responden (65,5%). Berdasarkan uji
Menurut hasil dari data penelitian ini,
statistik menggunakan Uji Chi-Square,
peneliti berpendapat bahwa usia dewasa awal
didapatkan nilai signifikansi atau p Value =
(26-35 tahun) dan dewasa akhir (36-45 tahun)
0,942 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut
lebih mudah mengalami cemas di bandingkan
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
usia lainnya hal ini sesuai dengan teori yang
yang signifikan antara jenis kelamin dan
mengatakan bahwa individu dengan usai
Peningkatan kejadian cemas pada petugas
diatas 30 tahun lebih rentan terkena gangguan
kesehatan RSP-USK 2021.
[Desember 2021] 8
Penelitian ini sejalan dengan penelitian mayoritas kecemasan paling banyak terdapat
yang dilakukan oleh papa dkk, menyebutkan pada petugas kesehatan RSP-USK yang
bahwa dalam penelitian yang mereka lakukan memiliki faktor resiko informasi yang
pada petugas kesehatan selama pandemi berkaitan dengan COVID-19 sebanyak 18
COVID-19 ditemukan tingkat kecemasan yang responden (20,4%). Dari Tabel 5 terlihat
lebih tinggi pada perempuan dari pada laki- bahwa mayoritas responden yang memiliki dan
laki, dengan prevalensi perempuan yang tidak memiliki faktor resiko yang berkaitan
mengalami cemas adalah 29,06 % sedangkan dengan informasi terkait COVID-19 tidak
untuk laki-laki adalah 20,9%, dalam penelitian memiliki kecemasan dengan total 57 responden
ini diperkirakan penyebab kecemasan lebih (65,5%). Berdasarkan uji statistik
tinggi pada perempuan karena sebagian menggunakan Uji Chi-Square, didapatkan nilai
perawat yang merawat pasien adalah signifikansi atau p Value = 0,319 (p>0,05).
perempuan sehingga lebih berisiko terpapar Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa
COVID-19 karena mereka lebih banyak tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
menghabiskan waktu dalam melakukan faktor resiko informasi yang berkaitan dengan
perawatan di ruang rawat inap, memberikan COVID-19 dan Peningkatan kejadian cemas
perawatan langsung kepada pasien dan pada petugas kesehatan RSP-USK 2021.
bertanggung jawab atas pengumpulan dahak Penelitian ini sejalan dengan penelitian
untuk deteksi virus.(14) ini juga didukung yang dilakukan oleh Hidayatun, menyebutkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh fadli bahwa dari 102 responden yang di teliti
dkk pada petugas kesehatan dimana tidak terdapat 72 responden yang mengalami
ditemukan hubungan antara jenis kelamin dan kecemasan, dimana semakin banyak informasi
kecemasan (p=0,538). Tidak ditemukannya simpang siur yang beredar maka akan
hubungan antara kecemasan dan jenis kelamin meningkatkan kejadian cemas pada seorang
bisa di sebabkan karena pada penelitian lebih individu.(44) juga didukung oleh penelitian
banyak responden perempuan dari pada laki- yang dilakukan oleh Baurele, yang
laki dan kebanyakan responden yang tidak menunjukkan bahwa orang yang terpapar
memiliki kecemasan.(12) informasi terkait COVID-19 lebih rentan
Menurut hasil dari data penelitian ini, mengalami cemas, satu penjelasan yang bisa
peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin menjawab kenapa ini bisa terjadi adalah bahwa
perempuan lebih rentan terkena gangguan kecemasan selama pandemi COVID-19
kecemasan dari pada pria yang sesuai dengan bukanlah kecemasan patologis, tetapi respon
teori yang mengatakan bahwa perempuan 2 yang lebih rasional yang disebabkan oleh
kali lebih rentan terkena gangguan kecemasan peningkatan kejadian COVID-19 di dunia.(15)
dibandingkan laki-laki, dari data penelitian ini Hasil penelitian ini sendiri tidak sejalan
terlihat bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh Klincel
dengan tingkat kecemasan, hal ini bisa dkk, menyebutkan bahwa terdapat hubungan
disebabkan karena kecemasan selama pandemi yang bermakna antara informasi yang
COVID-19 ini adalah suatu respon normal berkaitan dengan kejadian COVID-19 dengan
karena adanya bahaya yang tidak berhubungan kejadian cemas (p=0,036) pada individu
dengan psikologi seseorang, dimana dimana 58,1% responden merasakan
normalnya laki-laki lebih bisa mengontrol kekhawatiran karena sering terpapar dengan
kondisi emosinya dibandingkan perempuan, informasi yang berkaitan dengan COVID-
responden dalam penelitian ini sendiri lebih 19.(16)
dari setengah responden berasal dari kalangan Menurut hasil dari data penelitian ini,
perempuan sehingga analisis data dari peneliti berpendapat bahwa penyebab tidak
penelitian ini bisa saja salah, hal-hal tersebut adanya hubungan antara informasi dan usia
dapat menyebabkan mengapa jenis kelamin bisa disebabkan karena penelitian ini sendiri
tidak berhubungan dengan tingkat kecemasan dilakukan pada petugas kesehatan sehingga
pada petugas kesehatan RSP-USK 2021. kemungkinan petugas kesehatan di RSP-USK
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa 2021 sudah memiliki informasi yang akurat

[Desember 2021] 9
terkait COVID-19 yang mungkin saja dapat seseorang, ini bisa saja disebabkan karena ada
menurunkan tingkat kecemasan pada petugas faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
kesehatan RSP-USK 2021, hal-hal tersebut tingkat kecemasan seseorang. dimana terlihat
dapat menyebabkan mengapa informasi tidak bahwa pembatasan aktivitas selama pandemi
berhubungan dengan tingkat kecemasan pada COVID-19 tidak terlalu menganggu aktivitas
petugas kesehatan RSP-USK 2021. dari petugas kesehatan RSP-USK 2021, karena
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa pembatasan aktivitas di indonesia yang tidak se
mayoritas kecemasan paling banyak terdapat ketat pembatasan aktivitas di negara lainnya
pada petugas kesehatan RSP-USK yang terutama di provinsi aceh, hal-hal tersebut
memiliki faktor resiko pembatasan aktivitas dapat menyebabkan mengapa pembatasan
selama pandemi COVID-19 sebanyak 17 aktivitas tidak berhubungan dengan tingkat
responden (19,3%). Dari Tabel 6 terlihat kecemasan pada petugas kesehatan RSP-USK
bahwa mayoritas responden yang memiliki dan 2021.
tidak memiliki faktor resiko yang berkaitan Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa
dengan pembatasan aktivitas selama COVID- mayoritas kecemasan paling banyak terdapat
19 tidak memiliki kecemasan dengan total 57 pada petugas kesehatan RSP-USK yang tidak
responden (65,5%). Berdasarkan uji statistik memiliki faktor resiko pengalaman masa lalu
menggunakan Uji Chi-Square, didapatkan nilai selama pandemi COVID-19 sebanyak 20
signifikansi atau p Value = 0,763 (p>0,05). responden (22,8%). Dari Tabel 7 terlihat
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa bahwa mayoritas responden yang memiliki dan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tidak memiliki faktor resiko yang berkaitan
faktor resiko pembatasan aktivitas selama dengan pengalaman masa lalu selama COVID-
pandemi COVID-19 dan Peningkatan kejadian 19 tidak memiliki kecemasan dengan total 57
cemas pada petugas kesehatan RSP-USK 2021. responden (65,5%). Berdasarkan uji statistik
Penelitian ini sejalan dengan penelitian menggunakan Uji Chi-Square, didapatkan nilai
yang dilakukan oleh Hikmatul Azizah, signifikansi atau p Value = 0,107 (p>0,05).
menyebutkan bahwa pembatasan aktifitas tidak Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa
berhubungan dengan kejadian cemas selama tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pandemi COVID-19 (p=1,000), dimana faktor resiko pengalaman masa lalu selama
Menurunnya aktivitas fisik tidak dapat pandemi COVID-19 dan Peningkatan kejadian
diartikan secara langsung akan meningkatkan cemas pada petugas kesehatan RSP-USK 2021.
level kecemasan. Banyak faktor lain yang Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dapat meningkatkan kecemasan selain yang dilakukan oleh Vibriyanti, menyebutkan
rendahnya aktivitas fisik atau physical bahwa pengalaman masa lalu yang dimiliki
inactivity, seperti pengelolaan emosi kurang Jika stressor dinilai berbahaya maka reaksi
baik terhadap masa pandemi.(17) juga didukung kecemasan akan timbul. Reaksi kecemasan ini
oleh penelitian yang dilakukan oleh Gusti Ayu ada yang bersifat sesaat (state anxiety) dan ada
dkk. Menemukan bahwa pengurangan aktivitas yang bersifat permanen (trait anxiety), dan ini
tidak berpengaruh terhadap kecemasan sangat bergantung kepada sikap, pengetahuan
seseorang (p=1,000), dikarenakan kecemasan dan kemampuan individu itu sendiri dalam
tidak hanya tergantung oleh karena pembatasan mengelola emosinya.(20) ini juga di dukung
aktivitas fisik namun tergantung juga oleh oleh penelitian yang dilakukan oleh Hadiyanul,
faktor lainnya, faktor seperti pengelolaan menyebutkan bahwa pengalaman masa lalu
kecemasan dan tingkat pertahanan diri (self yang dimiliki dapat mempengaruhi seorang
defence) yang baik, serta adanya kemampuan individu ketika menghadapi stressor yang sama
beradaptasi dengan masa pandemi turut karena indvidu memiliki kemampuan
berpengaruh terhadap level kecemasan.(18)(19) beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih
Menurut hasil dari data penelitian ini, baik ,sehingga tingkat kecemasan pun akan
peneliti berpendapat bahwa terlihat bahwa berbeda dan dapat menunjukkan tingkat
pembatasan aktivitas bukanlah salah satu kecemasan yang lebih ringan.(21)
faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan Menurut hasil dari data penelitian ini,

[Desember 2021] 10
peneliti berpendapat bahwa Rendahnya Menurut hasil dari data penelitian ini,
tingkatan petugas kesehatan RSP-USK yang peneliti berpendapat bahwa bahwa lonjakan
memiliki faktor resiko pengalaman masa lalu virus COVID-19 ini akan memiliki dampak
selama pandemi COVID-19 bisa disebabkan yang sangat buruk, dimana menurut teori yang
karena perbedaan tiap-tiap individu dalam ada kecemasan selama pandemi COVID-19 ini
menyikapi pengalaman masa lalu mereka, bukanlah kecemasan patologis namun
terlebih pandemi COVID-19 yang merupakan merupakan kecemasan normal yang salah satu
virus baru sehingga tidak ada pengalaman penyebabnya adalah lonjakan virus COVID-
dalam penanganan virus COVID-19, hal-hal 19, ketika penelitian di lakukan lonjakan virus
tersebut dapat menyebabkan mengapa COVID-19 di aceh sedang dalam penurunan
pengalaman masa lalu selama pandemi kasus COVID-19 dimana menurut data
COVID-19 tidak berhubungan dengan tingkat Kementrian Koordinator Bidang
kecemasan pada petugas kesehatan RSP-USK Perekonomian pada 11 Oktober tingkat
2021. Recovery Rate (RR) nasional adalah 96,05%
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 3,37%
mayoritas kecemasan paling banyak terdapat dan penurunan kasus aktif nasional -95,55%
pada petugas kesehatan RSP-USK yang dimana hasil ini menunjukkan angka
memiliki faktor resiko lonjakan virus COVID- penanganan kasus COVID-19 sudah sangat
19 sebanyak 29 responden (33.3%), terlihat baik ,sehingga kemungkinan akan bisa
bahwa mayoritas responden yang memiliki mengurangi tingkat kecemasan pada petugas
faktor resiko yang berkaitan dengan lonjakan kesehatan RSP-USK 2021, hal-hal tersebut
virus COVID-19 tidak memiliki kecemasan dapat menyebabkan mengapa pengalaman
dengan total 56 responden (64,3%) sedangkan masa lalu selama pandemi COVID-19 tidak
responden yang tidak memiliki faktor resiko berhubungan dengan tingkat kecemasan pada
yang berkaitan dengan lonjakan virus COVID- petugas kesehatan RSP-USK 2021.
19 seimbang antara yang tidak mengalami
kecemasan dan mengalami kecemasan selama Kesimpulan
pandemi COVID-19. Berdasarkan uji statistik
Berdasarkan hasil penelitian, maka
menggunakan Uji Chi-Square, didapatkan nilai
dapat diambil kesimpulan bahwa:
signifikansi atau p Value = 0,573(p>0,05).
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa
1. Mayoritas petugas kesehatan RSP-USK
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
2021 tidak memiliki masalah kecemasan
faktor resiko lonjakan virus COVID-19 dan
selama pandemi COVID-19 yaitu
Peningkatan kejadian cemas pada petugas
sebanyak 57 responden (65,5%) yang
kesehatan RSP-USK 2021.
tidak memilik kecemasan, sedangkan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
untuk kecemasan ringan terdapat 13
yang dilakukan oleh Alexander Baurele, yang
responden (14,9%), kecemasan sedang
menunjukkan bahwa kecemasan selama
terdapat sebanyak 12 responden (13,8%),
pandemi COVID-19 bukanlah kecemasan
kecemasan berat sebanyak 1 responden
patologis, tetapi respon yang lebih rasional
(1,1%) dan kecemasan berat sekali
yang disebabkan oleh peningkatan kejadian
sebanyak 4 responden (4,6%).
COVID-19 di dunia. Peningkatan virus
2. Tidak terdapat hubungan antara faktor
COVID-19 ini sendiri akan menyebabkan
usia, jenis kelamin, informasi, pembatasan
penurunan SDM petugas kesehatan aktif
aktivitas dan pengalaman masa lalu
selama lonjakan virus COVID-19 dimana ini
terhadap kejadian cemas pada petugas
bisa di sebabkan karena banyaknya beban yang
kesehatan RSP-USK 2021 hal ini juga
akan berimbas kepada penurunan daya tahan
didapatkan pada penelitian sebelumnya.
tubuh atau imunitas dari petugas kesehatan
3. Dari berbagai faktor resiko kecemasan
yang akan berimbas kepada kesehatan mental
seperti usia, jenis kelamin, informasi,
petugas kesehatan selama pandemi COVID-
pembatasan aktivitas, pengalaman masa
19.(15)(21)
lalu, dan lonjakan virus. Faktor resiko
[Desember 2021] 11
lonjakan virus adalah faktor resiko yang Perawat Profesional. 2020 Aug ; 2(3): 317-
paling banyak dimiliki oleh petugas 320
kesehatan RSP-USK 2021 dengan total 85 6. Suwetty AM, Beni KN. Faktor yang
responden (97,7%) Berhubungan Dengan Gangguan Mental
Emotional Masyarakat di Masa Pandemic
Saran COVID-19. J Penelitian Kesehatan Suara
Forikes. 2020 Dec ; Spec No: 11: 135-139
Adapun saran yang peneliti berikan dalam 7. Yang L,Wu D, Hou Y. Analysis of
penelitian ini adalah: Psychological State and Clinical
Psychological Intervention Model of
1. Bagi masyarakat umum penelitian ini Patients with COVID-19. 2020 Mar 24.
diharapkan mampu menjadi pengetahuan 8. Jannah AR, Jatimi A, Azizah MJ.
akan pentingnya pengendalian dan Kecemasan Pasien COVID-19: A
manajemen kesehatan mental terutama Systematic Review. J Penelitian
kecemasan saat menghadapi COVID-19. Kesehatan Suara Forikes. 2020 Dec ; Spec
2. Bagi petugas kesehatan RSP-USK 2021 No: 11 : 33-36
sebagai bagian dari garda terdepan 9. Mai M, Wang J, Xia D. Survey of Anxiety
kesehatan diharapkan mampu melakukan and Depression in Patients with Suspected
pengendalian dan manajemen kesehatan and Confirmed Cases of COVID-19
mental terutama kecemasan saat During Hospitalization and Isolation.
menghadapi COVID-19. 10. Chodija M, Nurjannah DS, Yuliyanti AY.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar SEFT Sebagai Terapi mengatasi
dapat melakukan penelitian terkait Kecemasan Menghadapi Covid-19.
hubungan faktor-faktor resiko kecemasan 11. Vikawati NE, Nurrahma HA, Hardini IT,
pada petugas kesehatan dengan Hidajati EN. Tidak Didapatkan
menambahkan variabel lainnya. Kecemasan Pada Petugas Kesehatan
4. Bagi responden dengan kecemasan berat Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19.
dan kecemasan berat sekali pada Syifa’ Med J Kedokt dan Kesehat.
penelitian ini diharapkan agar dapat 2021;11(2):116.
ditangani masalah kecemasan nya agar 12. Bank Indonesia. Krisis Kemanusiaan
tidak bertambah parah. COVID-19 dan Implikasinya pada
Tatanan Perekonomian Global. 2020
[Internet]. 2020;20. Available from:
DAFTAR PUSTAKA https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/
Documents/3_LPI2020_BAB1.pdf
1. Susilo A,Rumende CM, Pitoyo CW. 13. Titasari NA, Fani T. Dampak Psikologis
Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Pandemi Covid-19 Pada Petugas Rekam
Literatur Terkini. J Penyakit Dalam Medis. Pros Disk Ilm. 2021;1(1):74–81.
Indonesia . 2020 Mar ; 7(1): 45-62 14. Fadli F, Safruddin S, Ahmad AS, Sumbara
2. Putri RN. Indonesia dalam Menghadapi S, Baharuddin R. Faktor yang
Pandemi Covid-19. J Ilmiah Universitas Mempengaruhi Kecemasan pada Tenaga
Batanghari Jambi. 2020 Jul ; 20(2): 705- Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan
709 Covid-19. J Pendidik Keperawatan
3. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Indones. 2020;6(1):57–65.
COVID-19. Protokol Percepatan 15. Pappa S, Ntella V, Giannakas T,
Peanganan Pandemi COVID-19. 2020
Giannakoulis VG, Papoutsi E, Katsaounou
Mar 30 P. Prevalence of depression, anxiety, and
4. Setiati S,Azwar MK. COVID-19 and insomnia among healthcare workers
Indonesia. J Intern Med. 2020 Jan ; 52(1): during the COVID-19 pandemic: A
84-87 systematic review and meta-analysis.
5. Harahap RJT. Karatertistik Klinis Brain Behav Immun.
Penyakit Coronavirus 2019. J Penelitian
[Desember 2021] 12
2020;88(January):901–7.
16. Hidayatun VA, Kesehatan FI, Surakarta
UM. Pengaruh Informasi “ Hoax ”
Terhadap Tingkat Kecemasan Masyarakat
Surakarta Selama Pandemi Covid-19.
2021;
17. Bäuerle A, Teufel M, Musche V,
Weismüller B, Kohler H, Hetkamp M, et
al. Increased generalized anxiety,
depression and distress during the
COVID-19 pandemic: A cross-sectional
study in Germany. J Public Heal (United
Kingdom). 2020;42(4):672–8.
18. Khanal P, Devkota N, Dahal M, Paudel K,
Joshi D. Mental health impacts among
health workers during COVID-19 in a low
resource setting: A cross-sectional survey
from Nepal. Global Health. 2020;16(1):1–
12.
19. Azizah H, Kesehatan FI, Surakarta UM.
HUBUNGAN LEVEL AKTIVITAS
FISIK DENGAN LEVEL KECEMASAN
DI MASA PANDEMIK COVID-19.
2021;
20. Mahadewi GA, Ardani GAI. Hubungan
Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup
pada Lansia di Panti Sosial Werdha Wana
Seraya Denpasar Bali. E-Jurnal Med.
2018;7(8):1–8.
21. Vibriyanti D. Kesehatan Mental
Masyarakat: Mengelola Kecemasan Di
Tengah Pandemi Covid-19. J Kependud
Indones. 2020;2902:69.
22. Haqi MH. Gambaran Status Mental. Ir-
perpustakaan Univ airlangga. 2019;9–55.

[Desember 2021] 13
[Desember 2021] 14

Anda mungkin juga menyukai