Anda di halaman 1dari 33

PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

ANALISIS JURNAL KESEHATAN MENTAL

DOSEN PEMBIMBING :
Ns Nanik Dwi Astutik,S.Kep.,M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

Alfan Razil Surya Dwiki (11220001)

Brigita Riadi ( 12220006 )

Kamilia Hanna Auges Hariadi ( 12220011 )

Leonardus Dheanova Alfando Wibowo ( 12220012 )

Natacia (12220018)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG

2022/2023 SEMESTER GANJIL/GENAP


ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEMATIAN AKIBAT COVID-19
TERHADAP KESEHATAN MENTAL MASYARAKAT DI INDONESIA
Salma Matla Ilpaj1, Nunung Nurwati2
1,2
Program Sarjana Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Padjadjaran
salma18013@mail.unpad.ac.id1; nngnurwati@yahoo.co.id2

ABSTRAK
COVID-19 merupakan virus yang berbahaya. Terdapat kurang lebih 200 negara dari berbagai belahan
dunia yang telah terjangkit virus ini. Di Indonesia pada 10 April 2020 terdapat 3.512 kasus yang positif, sembuh
282 orang dan meninggal sebanyak 306 orang dengan tingkat kematian sebesar 9,1%. Tingginya tingkat
kematian di Indonesia dipengaruhi oleh keberadaan penyakit penyerta yang dimiliki oleh pasien positif virus
corona, usia rentan, dan fasilitas kesehatan yang kurang memadai. Besar nya tingkat kematian hari demi hari
tidak hanya menimbulkan gejala dan penyakit fisik saja akan tetapi, berpengaruh besar terhadap
kesejahteraan masyarakat Indonesia yang didalamnya mencakup kesehatan mental. Ditambah dengan
kebijakan pemerintah seperti physical distancing dan PSBB untuk menanggulangi COVID-19 ini bagi sebagian
orang menimbulkan dampak negative seperti cemas, tertekan, hingga stress. Tujuan dari artikel ilmiah ini
adalah untuk menganalisis lebih lanjut mengenai akibat COVID-19 yang bukan hanya berpengaruh pada
kesehatan fisik namun pada kesehatan mental masyarakat luas serta mengetahui bagaimana cara mengurangi
dampak negative terhadap hal tersebut.
Metode yang gunakan untuk analisis ini yaitu dengan kajian literatur. Adapun teknik pengumpulan data yaitu
dengan melakukan penggalian informasi dari beberapa sumber dokumen seperti buku-buku, artikel, jurnal,
majalah, serta dokumen lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji.
Berdasarkan hasil temuan dalam kajian ini, yaitu dengan adanya tekanan selama pandemic global telah
menyebabkan beberapa gangguan seperti ketakutan dan kecemasan baik pada diri sendiri maupun orang-
orang terdekat; perubahan pola tidur dan pola makan, rasa tertekan dan sulit berkonsentrasi; bosan dan stress
karena terus-menerus berada di rumah, terutama anak-anak, serta munculnya gangguan psikomatis.

Kata Kunci: COVID-19; Tingkat Kematian; Kesehatan Mental

Abstract
COVID-19 is a dangerous virus. There are approximately 200 countries from different parts of the world that
have been infected with this virus. In Indonesia on 10 April 2020 there were 3,512 positive cases, recovered
282 people and died as many as 306 people with a death rate of 9.1%. The high mortality rate in Indonesia
is influenced by the presence of infectious diseases owned by Corona virus patients, vulnerable age, and
inadequate health facilities. His great mortality rate of day by day not only raises the symptoms and physical
illness alone but, has a great influence on the welfare of the people of Indonesia in which it includes mental
health. Coupled with government policies such as physical distancing and PSBB to tackle this COVID-19 for
some people caused negative impacts such as anxious, depressed, and stressed. The purpose of this scientific
article aims to further analyse the results of the COVID-19 which not only affects the physical health but on
the mental health of the wider community and knows how to reduce negative impact on it.
The method used for this analysis is literature review. The data collection technique is to extract information
from several document sources such as books, articles, journals, magazines, and other documents that are
relevant to the problem being examined.
Based on the findings in this study, namely the presence of pressure during the global pandemic has caused
several disorders such as fear and anxiety both to oneself and those closest to them; changes in sleep and
eating patterns, stress and difficulty concentrating; boredom and stress from constantly being at home,
especially children, and the emergence of psychomatic disorders.

Keywords: COVID-19; Death Rate; Mental Health


PENDAHULUAN
Kasus gangguan pernapasan akut yang dikenal dengan 2019-nCoV( Bramasta, Dandy
lebih dikenal dengan virus Corona atau COVID-19 Bayu;2020).
masih menjadi berita utama di sebagaian besar Hari demi hari masyarakat semakin panik
media masa dunia tahun 2020 ini. COVID-19 ini karena pasien yang terjangkit terus bertambah dan
merupakan virus yang sangat berbahaya terbukti menyebar ke luar dari Negara China termasuk
dengan pernyataan WHO yang mengatakan bahwa Indonesia. Terdapat kurang lebih 200 negara yang
virus ini merupakan pandemi global setelah jumlah telah terkena virus ini dari yang terbanyak yaitu
infeksi di seluruh dunia mencapai lebih dari Amerika Serikat dengan kurang lebih 186.046
1
121.000 kasus. dengan adanya pernyataan ini orang positif corona, lalu Italia dengan 105.792
maka kondisi saat ini tidak boleh disepelekan kasus, dan Spanyol sebanyak 95.923 kasus.2 Di
karena dalam sepanjang sejarah hanya terdapat Indonesia sendiri pada 10 April 2020 terdapat
beberapa penyakit yang digolongkan sebagai 3.512 kasus yang positif, sembuh 282 orang dan
pandemi. Pandemi sendiri merupakan sebuah meninggal sebanyak 306 orang dengan fatality rate
epidemic yang menyebar ke beberapa Negara dan atau tingkat kematian sebesar 9,1% (Kementrian
menjangkiti banyak orang. Istilah pandemi Kesehatan Republik Indonesia;2020). Kasus yang
ditunjukan pada tingkat penyebarannya saja bukan terjadi di Indonesia memang tidak sebanyak
digunakan untuk menunjukan tingkat keparahan negara yang telah penulis sampaikan diatas,
suatu penyakit. namun terdapat kemungkinan bahwa akan terjadi
Berawal dari salah satu kota di China yaitu kenaikan terus menerus dalam beberapa waktu
Wuhan yang dilaporkan terdapat 27 orang dekat. Banyaknya jumlah kematian yang
menderita penyakit mirip pneumonia, demam, bertambah hari demi hari akibat virus corona ini
kesulitan bernapas, dan paru-paru yang tidak tidak hanya menimbulkan gejala dan penyakit fisik
normal (Bramasta, Dandy Bayu;2020). Kejadian ini saja akan tetapi, berpengaruh besar terhadap
tepatnya berasal dari salah satu pasar makanan kesejahteraan masyarakat Indonesia yang
hewan laut serta terdapat berbagai hewan lain didalamnya mencakup kesehatan mental. Seperti
seperti kelinci, ular dan unggas lainnya. 5 Januari berdampak pada kondisi sosial ekonomi keluarga
2020 China melaporkan kasus ini kepada WHO yang ditinggalkan, hal ini dapat berpengaruh
(World Health Organization) bahwa telah terdapat secara signifikan apabila seseorang yang terjangkit
41 orang dan satu orang diantaranya meninggal virus corona lalu meninggal dunia adalah tulang
dunia. Dilansir dari LiveScience pada 15/01/2020, punggung dalam keluarganya. Lalu pengaruhnya
WHO menyatakan bahwa virus misterius ini adalah terhadap masyarakat yaitu membuat menjadi lebih
virus baru yang bernama Novel Coronavirus atau mudah panik, cemas dan stress. Rasa cemas atau
khawatir secara berlebihan karena terlalu banyak

1
Utomo, Ardi Priyatno. (2020). WHO Umumkan Virus Corona 2
Bramasta, Dandy Bayu. (2020). Update Virus Corona di Dunia
sebagai Pandemi Global. Melalui < 1 April: 854.608 Kasus di 201 Negara, 176.908 Sembuh. Melalui
https://www.kompas.com/global/read/2020/03/12/001124570 <
/who-umumkan-virus-corona-sebagai-pandemi- https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/01/070200365/u
global?page=all>. Diakses pada 11 April 2000. pdate-virus-corona-di-dunia-1-april-854608-kasus-di-201-
negara-176908>. Diakses pada 11 April 2020.
menerima informasi tersebut yang akhirnya PEMBAHASAN
menyebabkan tubuh menciptakan gejala mirip 1. Konsep Mortalitas
coronavirus.Padahal gejala tersebut hanya Kematian atau mortalitas merupakan salah
perwujudan dari rasa cemas berlebihan, bukan satu dari tiga komponen proses demografi yang
terinfeksi coronavirus. Kondisi seperti itu dikenal berpengaruh terhadap struktur penduduk, dua
dengan istilah psikosomatik akibat virus corona. komponen yang lainnya adalah kelahiran (fertilitas)
Adanya peraturan pemerintah yang semakin ketat dan mobilitas penduduk (Mantra, 2000)3. Kematian
seperti physical distancing untuk mencegah dapat diartikan sebagai peristiwa hilangnya semua
tingginya penyebaran virus corona ini tidak bisa tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang
dipungkiri dapat menyebabkan kesehatan mental bias terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup
yang kurang baik. Hal ini termasuk kedalam (Utomo, 1985)4. Menurut PBB dan WHO, mortalitas
pengaruh tingginya tingkat kematian di Indonesia. atau kematian adalah hilangnya semua tanda-
Tingginya tingkat kematian akibat virus tanda kehidupan secara permanen yang bias
corona ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
dari dalam individu seperti penyakit bawaan yang Keguguran dan lahir mati (still birth) tidak
telah dialami dan kurangnya awareness masing- termasuk dalam pengertian kematian
masing individu terhadap virus ini dan faktor (Mantra,I.B;2000). Maka setelah melihat beberapa
eksternal seperti fasilitas rumah sakit yang kurang definisi diatas bahwa keadaan mati hanya bisa
memadai, peraturan pemerintah yang belum terjadi ketika seseorang telah didahului oleh
efektif, dan sebagainya. Berdasarkan keadaan hidup atau dengan kata lain yaitu mati
permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk tidak pernah ada jika tidak ada kehidupan.
menganalisis lebih lanjut mengenai akibat COVID- Peristiwa-peristiwa kematian atau mortalitas
19 bukan hanya berpengaruh pada kesehatan fisik dibedakan menjadi dua yaitu yang terjadi di dalam
namun pada kesehatan mental masyarakat luas rahim (intra uterin) dan di luar rahim (extra uterin).
serta mengetahui bagaimana cara mengurangi Ketika masa janin masih di dalam kandungan ibu,
dampak negative terhadap hal tersebut. terdapat beberapa peristiwa kematian janin seperti
abortus yaitu kematian janin menjelang dan
METODE sampai 16 minggu, immature yaitu kematian janin
Metode yang gunakan oleh penulis dalam artikel ini antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai
menggunakan metode literatur. Teknik pada umur kandungan 28 minggu, dan premature
pengumpulan data yaitu melakukan penggalian yaitu kematian janin di dalam kandungan pada
informasi berdasarkan beberapa sumber tertulis umur di atas 28 minggu sampai waktu lahir.
seperti buku-buku, artikel, jurnal, majalah, serta Selanjutnya kematian bayi di luar rahim (extra
dokumen sesuai dengan permasalahan yang dikaji uterin) dibedakan menjadi lahir mati (still birth)
sehingga dapat memperkuat argumentasi pada yaitu kematian bayi yang cukup masanya pada
artikel ini. waktu keluar dari rahim serta tidak ada tanda-
tanda kehidupan, kematian baru lahir (neo natal

3
Mantra, I. B. (2000). Demografi Umum. Pustaka Pelajar: 4
Utomo, B. (1985). Mortalitas: Pengertian dan Contoh Kasus di
Yogyakarta Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI: Jakarta
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 16 - 28 Juli 2020
Jurnal Pekerjaan Sosial

death) yaitu kematian bayi sebelum berumur satu dan lain sebagainya semakin lama akan membuat
bulan tetapi kurang dari satu tahun, kematian lepas seseorang merasa tertekan dan keadaan
baru lahir (post neo natal death) yaitu kematian terburuknya korban bullying akan depresi lalu
bayi setelah berumur satu bulan tetapi kurang dari bunuh diri; kedudukan sosial ekonomi, seseorang
satu tahun, dan yang terakhir kematian bayi (infant yang berada dalam keadaan ekonomi yang
mortality) yaitu kematian setelah bayi lahir hidup menengah kebawah lalu belum dapat mencukupi
hingga berumur kurang dari satu tahun (Mantra, I. kebutuhan pokok nya maka akan menimbulkan
B. ;2000). beberapa masalah yang berujung kematian.
Terdapat beberapa faktor yang Dimulai dari sulitnya mendapatkan makanan
mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu bergizi lalu terkena penyakit,namun tidak
faktor langsung atau faktor dari dalam dan faktor mendapat pengobatan yang maksimal karena
tidak langsung atau faktor dari luar. Yang pertama, kekurangan biaya hal ini dapat menimbulkan
faktor langsung dapat dipengaruhi dengan kematian; faktor didalam pernikahan, tidak jarang
beberapa variable seperti umur, seorang manusia terdapat masalah antara pasangan suami istri yang
memiliki kapasitas atau batas untuk hidup di dunia menimbulkan KDRT dan berujung pada kematian;
ini. Semakin tua umur seseorang maka tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat yang
kemampuannya pun semakin terbatas dan berakhir rendah mengenai kesehatan ibu hamil dan juga
pada kematian; penyakit, WHO pada tahun 2014 latar belakang pen didikan yang rendah pula dapat
menunjukan bahwa penyakit kardiovaskular berperan dalam meningkatkan tingkat kematian
(penyakit yang berkaitan dengan jantung dan lebih khususnya pada wanita /ibu; pekerjaan, di
pembuluh darah) merupakan penyebab kematian negara Jepang terdapat fenomena penyakit yang
tertinggi di Asia tenggara termasuk Indonesia yaitu dinamakan Karoshi yaitu dimana penduduk yang
sebesar 37%. Penyakit kardiovaskuler tergila-gila oleh pekerjaan hingga menghabiskan
menyumbang lebih dari 80% kematian serta waktu dengan bekerja dan kerap kali
penyakit paru-paru obstruktif krinok sebesar 90% menyebabkan kematian karena kelelahan. Di
rata-rata terjadi di negara berpendapatan Indonesia sendiri pekerjaan yang menyebabkan
menengah kebawah. Hal ini menunjukan penyakit
5 kematian meliputi bidang pekerjaan bangunan dan
merupakan faktor yang paling banyak terjadi yang pertambangan. International labour Organization
menyebabkan kematian; kecelakaan, kekerasan; (ILO) pada tahun 2013 menyatakan bahwa 30%
dan bunuh diri. hingga 50% pekerja di negara berkembang
Selanjutnya faktor tidak langsung menderita Pneumoconiosis. Penyakit ini
dipengaruhi oleh beberapa variable seperti tekanan merupakan penyakit saluran pernapasam yang
(baik psikis maupun fisik), terdapat banyak kasus disebabkan oleh partikel debu yang masuk atau
bullying di Indonesia yang biasanya terjadi pada mengendap di dalam paru-paru. Serta berdasarkan
kalangan anak dan remaja, dimulai dari hal-hal WHO tahun 1999 menyatakan bahwa dari 1 juta
yang sepele seperi mengejek, menghina, kematian pada pekerja, 5% diantaranya
mengambil uang jajan, mengancam, menendang

5
World Health Organization. (2014). Noncommunicable
diseases country profiles. WHO: Geneva
20
diakibatkan oleh penyakit Pneumoconiosis6; terjangkit Coronavirus ini seperti diabetes, ini
tempat tinggal dan pencemaran lingkungan, merupakan salah satu penyakit kronis yang
limbah ialah suatu zat atau benda yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.
mengandung berbagai bahan yang dapat Terdapat lebih dari 35% pasien Coronavirus yang
membahayakan mahluk hidup. meninggal dunia di Italia disebabkan oleh penyakit
2. Penyebab Tingginya Angka Kematian diabetes. sebesar 180.000 setiap tahunnya.8
Akibat COVID-19 di Indonesia Coronavirus ini merupakan virus yang menyerang
Tingginya tingkat kematian Coronavirus ini sistem pernapasan. Penderita asma tidak memiliki
diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor kemungkinann besar terkena coronavirus daripada
individu dan faktor dari luar individu. orang lain. Namun, coronavirus sama seperti virus
Faktor individu meliputi usia, Secara biologis pernapasan lainnya dapat membuat gejala asma
penduduk lansia akan mengalami proses penuaan yang dialami bertambah buruk serta berpotensi
yang ditandai dengan menurunnya daya tahan mengalami serangan asma yang mengancam
fisik. Hal ini dapat menyebabkan tubuh lebih rentan nyawa. World Health Ornganization juga
terhadap penyakit tertentu. Separuh lansia mencantumkan penyakit asma, bersama dengan
Indonesia mengalami keluhan kesehatan dan diabetes serta penyakit jantung sebagai kondisi
persentasenya semakin meningkat seiring yang membuat seseorang lebih rentan menjadi
bertambahnya umur lansia. Menurut data statistic sakit parah akibat coronavirus; kardiovaskular,
penduduk lanjut usia oleh Badan Pusat Statistik yaitu penyakit yang menyangkut jantung dan
(BPS) 1 dari 4 lansia sakit dalam sebulan terakhir7. pembuluh-pembuluh darah. Terdapat beberapa
Sedangkan di Indonesia sendiri data yang tercatat penyakit yang termasuk kelompok penyakit
dalam laman Kawal COVID-19 menunjukan kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
sebanyak 40% korban meninggal berusia lebih dari seperti, hipertensi, penyakit jantung koroner,
60 tahun. Sementara 56% lainnya terdapat di penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung
rentang umur 50-59 tahun. Tidak hanya lansia rematik, gagal jantung, penyakit jantung katup,
yang termasuk dalam kelompok rentan terkena penyakit pembuluh darah perifer, penyakit jantung
infeksi berat Coronavirus ini karena dalam data di bawaan, kardiomipati dan sebagainya.9 Infeksi
laman ini menyatakan kelompok umur 40-49 tahun coronavirus menyerang pernapasan yaitu paru-
menyumbang angka kematian sebanyak 12,5% paru lalu merusak jantung, maka seseorang yang
dan umur di bawah 40 tahun sebanyak 6,25%. memeiliki penyakit kardiovaskuler dan hipertensi
Riwayat penyakit menjadi salah satu lebih beresiko terinfeksi dan mengalami kefatalan
faktor yang menyebabkan kematian. Penyakit akibat virus corona. Infeksi virus corona tampak
bawaan yang dapat membahayakan apabila lebih parah daripada virus lainnya karena

6
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pekerja Industri Keputusan menteri kesehatan RI Nomor
Pertambangan Rentan Terkena Pneumoconiosis. Melalui < 1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian
https://www.kemkes.go.id/article/view/15111300003/mining- penyakit asma, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
industry-workers-are-vulnerable-to-pneumoconiosis.html>. Indonesia; (2009)
Diakses pada 12 April 2020. 9
Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
7
Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Penduduk Lanjut Usia Republik Indonesia Nomor 854/MENKES/SK/IX/2009 tentang
2019. BPS: Jakarta pedoman pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah,
8
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Jakarta; (2009)
Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
menyebabkan kerusakan otot jantung yang Social Distancing menurut Centers for Disease
terdeteksi dengan mengukur protein Troponin Control and Prevention (CDC) merupakan sebuah
dalam darah serta dapat menyebabkan cedera istilah pembatasan sosial yaitu menghindari tempat
jantung seperti perikarditis (radang selaput umum, menjauhi keramaian, dan menjaga jarak
jantung) dan miokarditis (radang otot jantung); optimal dua meter dari orang lain.11 Namun, WHO
obesitas obesitas. menganjurkan untuk mengganti istilah tersebut
Kurangnya kesadaran masyarakat, dengan physical distancing. Karena dikhawatirkan
masyarakat masih belum sadar terhadap apa yang penggunaan istilah Social Distancing disalahartikan
harus dilakukan dan tidak dilakukan untuk dengan memutuk komunikasi atau interaksi sosial
pencegahan Coronavirus ini. Terdapat beberapa dengan keluarga serta kerabat. Padahal
aturan serta anjuran dari pemerintah untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain
mengurangi serta mencegah terjadinya penularan memiliki peran penting dalam upaya melawan
virus corona ini. Pemerintah Indonesia melalui pandemic Coronavirus ini. Dengan menjaga
kementrian kesehatan Republik Indonesia tahun berkomunikasi, dapat saling member semangat,
2020 dan World Health Organization (WHO) sehingga tidak merasa kesepian, sedih, dan lain-
menganjurkan masyarakat untuk menjaga jarak lain. Perasaan negative ini dapat memicu stress
aman dengan orang lain dengan physical dan depresi serta melemahkan daya tahan tubuh.
distancing. 10
Pada saat physical distancing World Health Organization berharap dengan
masyarakat dianjurkan untuk tidak bepergian ke penggantian istilah ini dapat memudahkan
tempat ramai seperti pusat perbelanjaan, restoran, masyarakat memahami upaya yang perlu
pasar, pusat olahraga. Sebisa mungkin untuk dilakukan untuk mencegah meluasnya virus corona
menghindari penggunaan comuter line, busway adalah dengan cara menjaga jarak secara fisik,
atau transportasi umum lainnya yang rentan bukan memutus kontak atau interaksi sosial.
dengan keramaian. Physical distancing dapat Terdapat beberapa kategori untuk pasien
dilakukan dengan beberapa cara seperti tidak yangrentan dengan virus corona, seperti Orang
keluar rumah keculai untuk urusan penting dalam Pengawasan (ODP) yaitu seseorang memiliki
(membeli kebutuhan pokok atau berobat ketika salah satu gejala yang muncul antara demam atau
sakit), menyapa orang lain ditak dengan berjabat gangguan pernapasan, batuk, pilek, sakit
tangan, bekerja dirumah atau belajar dirumah, tenggorokan, dan sesak napas. Lalu Pasien dalam
memanfaatkan handphone dan video call untuk Pemantauan (PDP) yaitu seseorang yang telah
tetap dapat berkomunikasi dengan kerabat atau memiliki gelaja demam maupun gangguan
rekan kerja, melakukan olahraga dirumah, apabila pernapasan. Dan yang terakhir Orang Tanpa Gejala
ingin berbelanja kebutuhan sehari-hari lakukan di (OTG), yaitu istilah yang digunakan untuk kondisi
luar jam sibuk serta menggunakan masker. teringan dan tidak ditemukan gejala virus corona.
Sebelumnya terdapat pula istilah Social Distancing Hari demi hari, pasien yang terkena virus corona di
dalam upaya pembatasan jarak dengan orang lain. Indonesia semakin bertambah. Maka pemerintah

10
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020). Pedoman 11
Centers for Disease Control and Prevention (2020).
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID- Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
19).
menyarankan masyarakat untuk tetap berada energy; fasilitas kesehatan atau fasilitas lain dalam
dirumah dan menerapkan protokol isolasi mandiri, rangka pemenuhan pelayanan kesehatan; serta
terutama bagi yang mengalami gejala Coronavirus. tempat atau fasilitas umum untuk pemenuhan
Hal-hal yang perlu dilakukan selama isolasi mandiri kebutuhan dasar penduduk lainnya termasuk
14 hari di rumai sesuai anjuran pemerintah seperti kegiatan olahraga. 13
namun, pada pelaksanaan
tidak beraktivitas di luar rumah, hindari interaksi PSBB jumlah pelanggar masih cukup banyak.
dekat dengan orang yang tinggal satu rumah, Direktorat lalu Lintas Polda Metro Jaya DKI Jakarta
memakai masker, menggunakan perlengkapan mencatat terdapat 3.474 pelanggaran pada 13 april
terpisah, terapkan perilaku hidup sehat dan bersih, 2020. Mayoritas pelanggar itu karena pengendara
serta hubungi dokter apabila terdapat keluhan baru tidak menggunakan masker. Selain itu terdapat
atau gejala jadi memberat.12 Fakta yang terjadi beberapa pelanggaran seperti pelanggaran
menunjukan masih banyak kelompok masyarakat kapasitas mobil, dan kendaraan roda dua
yang mengabaikan peraturan physical distancing boncengan tidak satu alamat. Lalu laporan di Kota
atau isolasi mandiri, larangan berkumpul dan tidak Depok, aparat kepolisian mencatat sampai dengan
rajin melakukan cuci tangan sehingga penularan hari ke enam Pembatasan Sosial berskala Besar
terus menerus terjadi. Maka untuk mempertegas (PSBB) jumlah pelanggar yang mendapat teguran
anjuran physical distancing, Kementrian kesehatan sebanyak 2.400 orang.
menetapkan pedoman Pembatasan Sosial Berskala Selanjutnya, faktor dari luar individu yang
Besar (PSBB) dalam penanganan COVID- 19. menjadi penyebab tingginya angka kematian
Beberapa wilayah di Indonesia telah melakukan akibat COVID-19 di Indonesia meliputi fasilitas
PSBB ini. Kriteria wilayah yang menerapkannya kesehatan kurang memadai, Rumah sakit yang
yaitu memiliki peningkatan jumlah kasus dan telah ditunjuk sebagai RS Rujukan bagi pasien
kematian akibat COVID-19 secara signifikan dan COVID-19 harus memenuhi fasilitas seperti
cepat. Kebijakan PSBB dilakukan dengan terdapat ruang isolasi, ICU, ruang perawatan,
penetapan work from home untuk pekerja, kelas perlengkapan yang lengkap, dan terdapat standar
daring untuk pelajar dan mahasiswa, pembatasan unkuran ventilasi. 14
namun, dalam faktanya
kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di terdapat beberapa rumah sakit yang masih belum
tempat umum, pembatasan moda transportasi memenuhi persyaratan tersebut. Seperti di Rumah
serta pembatasan kegiatan asoek pertahanan dan Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya, pada 28
keamanan. Adapun pengecualian untuk Maret 2020 Kepala Bidang Pelayanan Medis rumah
supermarket, minimarket, pasar, toko atau tempat sakit ini mengatakan bahwa hanya memiliki
penjualan obat-obatan dan peralatan medis, persediaan 20 set pakaian hamzat dan 100 set
kebutuhan pangan, barang kebutuhan pokok, masker N-95. Jumlah alat bantu pernapasan atau
barang penting, bahan bakar minyak gas dan ventilator pun masih minim hanya terdapat empat

12
Iftikhar, N. Healthline (2020). Coronavirus (COVID-19)
Prevention: 11 Tips and Strategies. 14
Sari, Astini Mega. (2020). Pelayanan di RS Rujukan Pasien
Corona: Berdesakan di Ruang Isolasi hingga Kurangnya Fasilitas
13
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Lain. Melalui <
Tahun 2020. Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala https://papua.tribunnews.com/2020/03/17/pelayanan-di-rs-
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus rujukan-pasien-corona-berdesakan-di-ruang-isolasi-hingga-
Disease 2019 (COVID-19). kurangnya-fasilitas-lain?page=4>. Diakses pada 13 April 2020.
unit, serta RSUD Pidie Jaya tidak memiliki ruanan untuk membantu penanganan pasien corona
khusus isolasi bagi pasien Orang dalam sebanyak 211 tenaga.
Pemantauan (ODP) COVID-19. Lalu Rumah Sakit 3. Pengaruh Tingginya Tingkat Kematian
Umum daerah (RSUD) Pasar Minggu pun menjadi terhadap Kesehatan Mental
RS Rujukan yang menjadi kategori kurang Terjadinya perubahan besar menyangkut
memadai. Pasien yang jumlah nya banyak sosial dan ekonomi akibat dari Virus Corona yang
membuat ruang isolasi menjadi penuh. Akibatnya terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia
satu ruangan isolasi berukuran 3x4 meter diisi tidak mengherankan apabila berdampak besar
hingga 6 orang. Hal ini tentu sangat dalam pengangguran dan jarak sosial yang dapat
menghawatirkan mengingat seluruh pasien dikatakan isolasi sosial. Lalu besarnya jumlah
suspect belum menjalani tes swab untuk orang sakit dan orang meninggal dunia berdampak
memastikan apakah mereka positif terkena virus besar pula terhadap kesehatan mental secara
corona ataukan negative. Hal ini terjadi karena kolektif. Holly Daniels, selaku direktur pelaksana
RSUD Pasar Minggu belum memiliki alat untuk tes urusan klinis untuk California Association of
swab. Beberapa Rumah Sakit yang telah memiliki Marriage and Family Therapists, yang dikutip
alat uji swab pun menyatakan bahwa dari thejakartapost.com mengatakan bahwa
keterlambatan pemeriksaan hasil uji swab adanya anjuran pemerintah untuk #DirumahAja
menjadi penghambat. Terdapat pula kejadian pun untuk sebagian orang terdapat anggapan
dimana Rumah Sakit yang bukan merupakan RS bahwa rumah bukanlah tempat yang aman.15 Hal
Rujukan COVID-19 mendapat kondisi Pasien dalam ini karena bagi sebagian orang yang sendirian dan
pengawasan (PDP) penyakit virus corona, lalu terisolasi dapat menyebabkan seseorang berada di
pihak Rumah sakit member rujukan kepada Rumah situasi tidak aman. Serta adanya social distancing
sakit yang memang rujukan COVID-19 namun RS menimbulkan jarak secara emosional antara
tersebut penuh dan tidak dapat merawat PDP. keluarga, teman, sahabat, atau umat di tempat
Alhasil dua pasien dengan kondisi PDP meninggal ibadah yang dapat saling member dukungan. Lebih
dunia. Selain fasilitas rumah sakit yang belum lanjut lagi dengan terjadinya rasa kesepian dan
memadai, kurangnya tenaga medis pun terisolasi akan meningkatnya tingkat bunuh diri.
menjadi salah satu faktor. Semakin hari dan Namun begitu, para ahli kesehatan
semakin banyak pasien yang perlu ditangani mengatakan bahwa keadaan seperti ini normal
mengakibatkan banyaknya tenaga medis yang terjadi jika orang-orang merasakan kecemasan dan
kelelahan serta kurangnya tenaga medis dibuktikan kekhawatiran ditengah pandemic ini, ditambah
dengan banyaknya pihak rumah sakit yang dengan tidak mengetahui kapan akan berakhir.
membuka lowongan tenaga kerja kesehatan. hal-hal seperti itu tidak saja terjadi pada orang
Pemerintah Provinsi Sumatera barat contohnya, yang telah memiliki penyakit mental, seperti
membuka rekrutmen untuk tenaga kerja kesehatan depresi atau gangguan kecemasan umum. Namun
dapat terjadi pada orang yang sehat secara fisik

15
Larassaty, Levi. (2020). Dampak Wabah COVID-19 Pada 19-pada-kesehatan-mental-penduduk-amerika-
Kesehatan Mental Penduduk Amerika Serikat. Melalui < serikat?page=all>. Diakses pada 18 april 2020.
https://health.grid.id/read/352088726/dampak-wabah-COVID-
dan mental. Kelompok yang rentan terkena stress cemas. Beberapa waktu lalu ketika virus
psikologi dalam pandemic global virus corona ini corona di Indonesia mulai menyebar,
adalah anak-anak, lansia, serta petugas medis.16 masyarakat takut dan cemas apabila
Tekanan selama pandemic global ini pemerintah membuat kebijakan lockdown
berlangsung dapat menyebabkan beberapa (karantina aktivitas public) sehingga tidak
gangguan seperti: kebagian stok bahan makanan. Maka
a) Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan masyarakat berbondong-bondong membeli
akan kecemasan diri sendiri maupun orang- kebutuhan makanan, bahan bakar, dan
orang terdekat. Kecemasan menurut Linda L. sebagainya sebanyak mungkin karena
Davidov (1991) adalah emosi yang ditandai masyarakat khawatir akan terjadi sesuatu
oleh perasaan akan bahaya dan yang berbahaya, situasi ini disebut dengan
diantisipasikan, termasuk juga ketegangan istilah panick buying. Akibat bdari panick
dan stress yang menghadang dan oleh buying ini membuat sembako, hans santizer,
bangkitnya syaraf simpatetik. 17
Sedangkan masker, sabun, serta alat pengukur suhu
Kartini Kartono (2002) mengungkapkan tubuh habis di supermarket atau toko-toko
bahwa kecemasan merupakan semacam lainnya, jika ada pun harganya yang melonjak
kegelisahan, kekhawatiran dan ketakukan tinggi. Perilaku panic buying menurut Enny Sri
terhadap sesuatu yang tidak jelas, serta hartati, Direktur Eksekutif Institute for
mempunyai cirri mengazab pada seseorang. Development of Economics and Finance
Apabila seseorang merasa bahwa kehidupan (INDEF) melalui riset tirto.id19 mengatakan
ini terancam oleh sesuatu walaupun sesuatu bahwa hal ini dipicu oleh faktor psikologis
tersebut tidak jelas kebenarannya, maka ia yang biasanya terjadi karena informasi tidak
menjadi cemas. Seseorang pun akan merasa sempurna atau menyeluruh yang diterima
cemas apabila ia khawatir kehilangan oleh masyarakat. Akibatnya timbul
seseorang yang disayangi dan cintai, ataupun kekhawatiran dan respon tindakan melakukan
dengan seseorang yang telah menjalin ikatan- belanja secara massif sebagai upaya
ikatan emosional yang kuat. Perasaan penyelamatan diri.19 Lebih lanjut lagi
bersalah serta bertentangan dengan hati kecemasan yang berlebihan akan
nurani, dapat juga menimbulkan banyak menyebabkan gangguan mental yaitu anxiety
kecemasan.18 Banyak nya informasi mengenai disorder, ini merupakan seseorang yang
negative COVID-19 yang menyebar luas merasa cemas namun berbeda dengan cemas
dimana-mana ditambah dengan data jumlah biasanya. Orang dengan gangguan cemas
pasien yang terkena maupun yang meninggal akan merasa sangat khawatir terhadap
terus bertambah membuat pikiran semakin

16
Brooks, K.S. (2020). The Psychological Impact of Quarantine 18
Kartono, Kartini. (2002). Patologi sosial 3. Jakarta: PT. Raja
and How to Reduce It: Rapid Review of the Evidence. Lancet, Grafindo Persada.
395, pp. 912–920.
17
Davidoff, Linda. L. (1981). Psikologi suatu pengantar. (Edisi 19
Syafina, Dea Chadiza. (2020). Panic Buying dan Dampak
2). Jakarta: Erlangga. PT. Midas Surya Grafindo Terhadap Ekonomi. Melalui < https://tirto.id/panic-buying-dan-
dampaknya-terhadap-ekonomi-eDDT>. Diakses pada 18 april
2020.
berbagai hal, bahkan ketika dirinya dalam dan tubuh, diawali pada kondisi seperti
kondisi sehat atau normal. cemas, takut, stress ataupun
b) Perubahan pola tidur dan pola makan, rasa depresi. 20
Dampak dari gangguan ini
tertekan dan sulit berkonsentrasi. Pandemic bermacam-macam tergantung penyakit yang
global dan kebijakan pemerintah membuat dipikirkan. Apabila seseorang merasa cemas
keadaan serta rutinitas seseorang berubah dan takut mengenai COVID-19 maka
drastis. Hal ini dapat berdampak pada pola gejalanya seperti batuk-batuk, sesak napas
tidur yang dimiliki. Gangguan pola tidur dapat hingga demam. Biasanya gangguan
berupa kelelahan, mengantuk, serta tekanan psikomatik ini terjadi setelah membaca berita
darah tinggi. Berdampak pula secara kognitif negative meliputi bahaya virus corona, tingkat
yaitu menurunnya motivasi, konsentrasi kematian yang terus bertambah dan lain-lain.
menurun, dan mudah lupa. 4. Solusi atau cara Menanggulangi
c) Bosan dan stress karena terus-menerus kesehatan Mental yang Kurang Baik
berada di rumah, terutama anak-anak. Terdapat beberapa cara untuk
Adanya tekanan dan larangan untuk berdiam menanggulangi kesehatan mental yang kurang
dirumah dengan waktu yang cukup lama baik. Dapat dilakukan dengan melakukan
membuat seseorang khususnya anak-anak kegiatan positif yang menggunakan
merasa bosan dan stress. Ditambah dengan aktivitas fisik. Selama berada dirumah
rutinitas keseharian anak yang biasanya hendaknya melakukan olahraga ringan seperti lari-
bermain diluar rumah dengan teman- lari kecil, lompat ditempat, atau push up dan
temannya membuat semakin terasa bosan. sebagainya. Membereskan rumah pun membuat
d) Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. tubuh memproduksi hormone endorphin yang
Tindak lanjut dari keadaan stress dan cemas dapat meredakan stress, mengurangi rasa khawatir
yang berlebihan dapat menyebabkan dan meningkatkan mood. Tidak lupa berjemur
seseorang mengkonsumsi alkohol dan obat- dibawah matahari pagi untuk meningkatkan
obatan. Kebiasaan buruk ini harus segera system imun.
dihentikan, karena akan mengganggu Mengkonsumsi makanan bergizi.
kesehatan fisik maupun mental seseorang. Asupan nutrsisi yang cukup dapat menjaga
e) Munculnya gangguan psikomatis. Maraknya kesehatan mental. Seperti makanan yang
informasi yang beredar di media sosial mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat,
mengenai penderitaan virus corona terkadang vitamin, mineral, serta serat.
membuat seseorang yang membacanya tidak Membangun hubungan yang baik
nyaman, ditambah dengan beberapa berita dengan keluarga dan teman, dengan kesibukan
hoax menambah rasa cemas yang ada. Dalam work from home yang terjadi dirumah, luangkanlah
hal terdapat gangguan psikomatis yang dapat untuk berkomunikasi bersama keluarga, sahabat
terjadi. Gangguang psikosomatik adalah dan rekan keja melalui telepon atau video call.
gangguan kesehatan yang melibatkan pikiran Dengan bercerita mengenai kondisi serta bersenda

20
Henderson, R. Patient. (2016). Psychosomatic Disorders.
gurau satu sama lain, tekanan dan kecemasan and Prevention;2020). Secara biologis penduduk
yang dirasakan selama pandemic global ini dapat lansia akan mengalami proses penuaan yang
berkurang. Kegiatan yang dilakukan dirumah ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik. Lalu
dengan anggota keluarga seperti berolahraga, riwayat penyakit yang dimiliki pasien termasuk pula
makan, beribadah, bermain bersama pun akan dalam factor individu. penyakit bawaan yang
mengurangi kecemasan yang ada. dapat membahayakan apabila terjangkit
Melakukan meditasi untuk Coronavirus ini seperti diabetes, gangguan liver,
mengendalikan kecemasan. Mediasi adalah autoimun, kanker, asma, dan kardiovaskular. Serta
teknik senderhana untuk melatih focus pikiran dan kesadaran masyarakan akan anjuran untuk
meningkatkan rasa tenang yang umumnya mengikuti kebijakan pemerintah seperti physical
dilakukan dengan kondidi duduk tenang serta distancing dan PSBB masih kurang. Selanjutnya
mengatur pernapasan perlahan dan teratur selama faktor luar individu meliputi fasilitas kesehatan
kurang lebih 15-20 menit.21 Meditasi bermanfaat kurang memadai, keterlambatan hasil uji swab,
untuk meningkatkan kesadaran diri, melatih focus, dan kurangnya tenaga medis yang menangani
mengurangi sugesti negative, melatih untuk pasien.
mengendalikan stress dan melihat suatu keadaan Banyaknya jumlah kematian yang
dari sisi positif.22 bertambah hari demi hari akibat virus corona ini
tidak hanya menimbulkan gejala dan penyakit fisik
KESIMPULAN DAN SARAN saja akan tetapi, berpengaruh besar terhadap
COVID-19 merupakan sekumpulan virus kesejahteraan masyarakat Indonesia yang
yang dapat menginfeksi system pernapasan. didalamnya mencakup kesehatan mental. Tekanan
Dampak dari virus ini tudak hanya menyebabkan selama pandemic global ini berlangsung dapat
infeksi pernapasan ringan tetapi dapat menyebabkan beberapa gangguan seperti
menyebabkan infeksi pernapasan berat seperti ketakutan dan kecemasan yang berlebihan akan
pneumonia dan lebih lanjut lagi menyebabkan kecemasan diri sendiri maupun orang-orang
kematian. Terdapat kurang lebih 200 negara yang terdekat; perubahan pola tidur dan pola makan,
telah terkena virus ini dari yang terbanyak yaitu rasa tertekan dan sulit berkonsentrasi; bosan dan
Amerika Serikat dengan kurang lebih 186.046 stress karena terus-menerus berada di rumah,
orang positif corona, lalu Italia dengan 105.792 terutama anak-anak; penyalahgunaan obat-obatan
kasus, dan Spanyol sebanyak 95.923 kasus. dan alkohol; dan munculnya gangguan psikomatis.
Tingginya tingkat kematian ini disebabkan oleh dua Terdapat beberapa solusi yang dapat
factor yaitu faktor individu yang meliputi usia. dilakukan untuk mengurangi rasa cemas akibat
Lembaga kesehatan masyarakat nasional Amerika COVID-19 ini diantaranya melakukan kegiatan
serikat (CDC) menyatakan bahwa 8 dari 10 positif dirumah yang menggunakan aktivitas fisik,
kematian di amerika akibat Coronavirus terjadi mengkonsumsi makanan bergizi, membangun
pada 65 tahun ke atas (Centers for Disease Control hubungan yang baik dengan keluarga dan teman,

21
Web MD. (2015). Meditation, Stress, and Your Health. Melalui 22
Mayo Clinic (2017). Meditation: A simple, fast way to reduce
< https://www.webmd.com/balance/guide/meditation-natural- stress.
remedy-for-insomnia#1>. Diakses pada 20 April 2020.
dan melakukan meditasi untuk mengendalikan Kartono, Kartini. (2002). Patologi sosial 3. Jakarta:
kecemasan. PT. Raja Grafindo Persada.
Agar terlindung dari penyakit COVID-19 ini Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pekerja Industri
patuhilah anjuran dari pemerintah, lakukan solusi Pertambangan Rentan Terkena
diatas untuk mengurangi kecemasan, tidak lupa Pneumoconiosis. Melalui
untuk hidup bersih, dan selalu berdoa. < https://www.kemkes.go.id/article/view/1
5111300003/mining-industry-workers-are-
DAFTAR PUSTAKA vulnerable-to-pneumoconiosis.html>.
Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Penduduk Diakses pada 12 April 2020.
Lanjut Usia 2019. BPS: Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020).
Bramasta, Dandy Bayu. (2020). Update Virus Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Corona di Dunia 1 April: 854.608 Kasus di Coronavirus Disease (COVID-19).
201 Negara, 176.908 Sembuh. Melalui Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri
< https://www.kompas.com/tren/read/202 Kesehatan Republik Indonesia Nomor
0/04/01/070200365/update-virus-corona- 854/MENKES/SK/IX/2009 tentang pedoman
di-dunia-1-april-854608-kasus-di-201- pengendalian penyakit jantung dan
negara-176908>. Diakses pada 11 April pembuluh darah, Jakarta; (2009).
2020. Larassaty, Levi. (2020). Dampak Wabah COVID-19
Brooks, K.S. (2020). The Psychological Impact of Pada Kesehatan Mental Penduduk Amerika
Quarantine and How to Reduce It: Rapid Serikat. Melalui
Review of the Evidence. Lancet, 395, pp. < https://health.grid.id/read/352088726/da
912–920. mpak-wabah-COVID-19-pada-kesehatan-
Centers for Disease Control and Prevention (2020). mental-penduduk-amerika-
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). serikat?page=all>. Diakses pada 18 april
Davidoff, Linda. L. (1981). Psikologi suatu 2020.
pengantar. (Edisi 2). Jakarta: Erlangga. PT. Mantra, I. B. (2000). Demografi Umum. Pustaka
Midas Surya Grafindo. Pelajar: Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Mayo Clinic (2017). Meditation: A simple, fast way
Penyehatan Lingkungan Departemen to reduce stress.
Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
menteri kesehatan RI Nomor Nomor 9 Tahun (2020). Tentang Pedoman
1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
pedoman pengendalian penyakit asma, Rangka Percepatan Penanganan Corona
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Virus Disease 2019 (COVID-19).
Indonesia; (2009) Putri, Aditya Widya. (2020). Mengapa Persentase
Henderson, R. Patient. (2016). Psychosomatic Kematian Akibat COVID-19 di Indonesia
Disorders. Tinggi?. Melalui < https://tirto.id/mengapa-
Iftikhar, N. Healthline (2020). Coronavirus (COVID- persentase-kematian-akibat-COVID-19-di-
19) Prevention: 11 Tips and Strategies.
indonesia-tinggi-eLRR>. Diakses pada 13 April 2020.
Putri, Gloria Setyvani. (2020). Studi Temukan, Pasien Kanker Lebih Rentan Terinfeksi Corona.
Melalui
<https://www.kompas.com/sains/read/202 0/03/26/173200123/studi-temukan-pasien- kanker-lebih-
rentan-terinfeksi- corona?page=2 >. Diakses pada 12 April2020.
Sari, Astini Mega. (2020). Pelayanan di RS Rujukan Pasien Corona: Berdesakan di Ruang Isolasi hingga
Kurangnya Fasilitas Lain. Melalui
< https://papua.tribunnews.com/2020/03/1 7/pelayanan-di-rs-rujukan-pasien-corona- berdesakan-di-
ruang-isolasi-hingga- kurangnya-fasilitas-lain?page=4>. Diaksespada 13 April 2020.
Syafina, Dea Chadiza. (2020). Panic Buying danDampak Terhadap Ekonomi. Melalui
< https://tirto.id/panic-buying-dan-dampaknya-terhadap-ekonomi-eDDT>.
Diakses pada 18 april 2020.
Utomo, Ardi Priyatno. (2020). WHO UmumkanVirus Corona sebagai Pandemi Global. Melalui
< https://www.kompas.com/global/read/20 20/03/12/001124570/who-umumkan-virus- corona-
sebagai-pandemi-global?page=all>.Diakses pada 11 April 2000.
Utomo, B. (1985). Mortalitas: Pengertian dan Contoh Kasus di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI:
Jakarta.
Web MD. (2015). Meditation, Stress, and Your
Health. Melalui
< https://www.webmd.com/balance/guide/ meditation-natural-remedy-for- insomnia#1>. Diakses pada
20 April 2022.
JURNAL 1

Judul Analisis pengaruh tingkat kematian akibat covid-19 terhadap


kesehatan mental masyarakat di indonesia

Jurnal Mental Health

Volume & halaman Vol.3, No.1

Tahun Juli 2020

Penulis Salma Matla Ilpaj dan Nunung Nurwati

Reviewer Kelompok 4

Tanggal Kamis, 23 Maret 2023

COVID-19 merupakan virus yang berbahaya. Terdapat kurang lebih


Abstrak
200 negara dari berbagai belahan dunia yang telah terjangkit virus
ini. Di Indonesia pada 10 April 2020 terdapat 3.512 kasus yang
positif, sembuh 282 orang dan meninggal sebanyak 306 orang
dengan tingkat kematian sebesar 9,1%. Tingginya tingkat kematian
di Indonesia dipengaruhi oleh keberadaan penyakit penyerta yang
dimiliki oleh pasien positif virus corona, usia rentan, dan fasilitas
kesehatan yang kurang memadai. Besar nya tingkat kematian hari
demi hari tidak hanya menimbulkan gejala dan penyakit fisik saja
akan tetapi, berpengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat
Indonesia yang didalamnya mencakup kesehatan mental. Ditambah
dengan kebijakan pemerintah seperti physical distancing dan PBB
untuk menanggulangi COVID-19 ini bagi sebagian orang
menimbulkan dampak negatif seperti cemas, tertekan, hingga stress.
Tujuan dari artikel ilmiah ini adalah untuk menganalisis lebih lanjut
mengenai akibat COVID-19 yang bukan hanya berpengaruh pada
kesehatan fisik namun pada kesehatan mental masyarakat luas serta
mengetahui bagaimana cara mengurangi dampak negatif terhadap
hal tersebut. Metode yang digunakan untuk analisis ini yaitu dengan
kajian literatur. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan
melakukan penggalian informasi dari beberapa sumber dokumen
seperti buku-buku, artikel, jurnal, majalah, serta dokumen lainnya
yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Berdasarkan hasil
temuan dalam kajian ini, yaitu dengan adanya tekanan selama
pandemic global telah menyebabkan beberapa gangguan seperti
ketakutan dan kecemasan baik pada diri sendiri maupun orang
orang terdekat; perubahan pola tidur dan pola makan, rasa tertekan
dan sulit berkonsentrasi; bosan dan stress karena terus-menerus
berada di rumah, terutama anak-anak, serta munculnya gangguan
psikosomatis.

Penyakit COVID-19 menjadi penyakit pandemi yang selalu


Pengantar
diberitakan di seluruh dunia lantaran virus ini telah menginfeksi
manusia hingga mencapai lebih dari 121.000 kasus. Penyakit ini
berawal dari negara China tepatnya di kota Wuhan, dimana
kejadian ini berasal dari salah satu pasar makanan hewan laut serta
berbagai hewan lain seperti kelinci, ular dan unggas lainnya.
Dilaporkan terdapat 27 Orang menderita penyakit mirip pneumonia,
demam, kesulitan bernapas, dan paru-paru yang tidak normal.
Penyakit ini dalam penyebarannya sangat cepat melalui media
udara hingga sampai lebih 200 negara terjangkit virus ini sehingga
memakan banyak korban. Di Indonesia sendiri terdapat 3.512 kasus
pasien positif, sembuh 282 orang dan meninggal sebanyak 306
orang dengan tingkat kematian sebesar 9,1% dimana data ini akan
terjadi terjadi kenaikan terus menerus. Banyaknya jumlah pasien
yang terjangkit virus ini serta kematian yang diakibatkan, membuat
kesehatan mental masyarakat terutama pada keluarga pasien yang
ditinggalkan terganggu terlebih jika yang meninggal adalah tulang
punggung keluarga sehingga bisa berdampak pada kondisi sosial
dan ekonomi seseorang.
Seseorang dapat juga mengalami kondisi psikosomatik akibat virus
corona karena mengalami kecemasan dan stress yang berlebihan
dan juga adanya peraturan physical distancing membuat kesehatan
mental seseorang kurang baik pula.
Selain keadaan mental individu, tingginya tingkat kematian akibat
COVID-19 bisa dibebankan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam
individu seperti penyakit bawaan dan kurangnya perhatian akan
penyakit COVID-19. Lalu faktor kedua yaitu faktor eksternal
seperti fasilitas RD yang kurang memadai, peraturan pemerintah
yang belum efektif dan lain sebagainya.

Metode yang digunakan oleh penulis dalam artikel ini


Metode Penelitian
menggunakan metode literatur. Teknik pengumpulan data yaitu
melakukan penggalian informasi berdasarkan beberapa sumber
tertulis seperti buku-buku, artikel, jurnal, majalah, serta dokumen
sesuai dengan permasalahan yang dikaji sehingga dapat
memperkuat argumentasi pada artikel ini.

Tekanan selama pandemic global ini berlangsung dapat


Hasil Penelitian
menyebabkan beberapa gangguan seperti:

a. Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan akan kecemasan


diri sendiri maupun orang- orang terdekat. Kecemasan
menurut Linda L. Davidoff (1991) adalah emosi yang
ditandai oleh perasaan akan bahaya dan diantisipasikan,
termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang dan
oleh bangkitnya saraf simpatetik.17 Sedangkan Kartini
Kartono (2002) mengungkapkan bahwa kecemasan
merupakan semacam kegelisahan, kekhawatiran dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, serta
mempunyai ciri mengazab pada seseorang. Apabila
seseorang merasa bahwa kehidupan ini terancam oleh
sesuatu walaupun sesuatu tersebut tidak jelas kebenarannya,
maka ia menjadi cemas. Seseorang pun akan merasa cemas
apabila ia khawatir kehilangan seseorang yang disayangi
dan cintai, ataupun dengan seseorang yang telah menjalin
ikatan- ikatan emosional yang kuat. Perasaan bersalah serta
bertentangan dengan hati nurani, dapat juga menimbulkan
banyak kecemasan.
b. Perubahan pola tidur dan pola makan, rasa tertekan dan sulit
berkonsentrasi. Pandemic global dan kebijakan pemerintah
membuat keadaan serta rutinitas seseorang berubah drastis.
Hal ini dapat berdampak pada pola tidur yang dimiliki.
Gangguan pola tidur dapat berupa kelelahan, mengantuk,
serta tekanan darah tinggi. Berdampak pula secara kognitif
yaitu menurunnya motivasi, konsentrasi menurun, dan
mudah lupa.
c. Bosan dan stress karena terus-menerus berada di rumah,
terutama anak-anak. Adanya tekanan dan larangan untuk
berdiam dirumah dengan waktu yang cukup lama membuat
seseorang khususnya anak-anak merasa bosan dan stress.
Ditambah dengan rutinitas keseharian anak yang biasanya
bermain diluar rumah dengan teman- temannya membuat
semakin terasa bosan.
d. Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. Tindak lanjut dari
keadaan stress dan cemas yang berlebihan dapat
menyebabkan seseorang mengkonsumsi alkohol dan obat-
obatan. Kebiasaan buruk ini harus segera dihentikan, karena
akan mengganggu kesehatan fisik maupun mental
seseorang.Munculnya gangguan psikosomatis. Maraknya
informasi yang beredar di media sosial mengenai
penderitaan virus corona terkadang membuat seseorang
yang membacanya tidak nyaman, ditambah dengan beberapa
berita hoax menambah rasa cemas yang ada. Dalam hal
terdapat gangguan psikosomatis yang dapat terjadi.
Gangguan psikosomatik adalah gangguan kesehatan yang
melibatkan pikiran

Solusi atau cara Menanggulangi kesehatan Mental yang


Kurang Baik
1. Terdapat beberapa cara untuk menanggulangi kesehatan
mental yang kurang baik. Dapat dilakukan dengan
melakukan kegiatan positif yang menggunakan aktivitas
fisik. Selama berada dirumah hendaknya melakukan
olahraga ringan seperti lari- lari kecil, lompat ditempat, atau
push up dan sebagainya. Membereskan rumah pun membuat
tubuh memproduksi hormone endorphin yang dapat
meredakan stress, mengurangi rasa khawatir dan
meningkatkan mood. Tidak lupa berjemur dibawah matahari
pagi untuk meningkatkan sistem imun.
2. Mengkonsumsi makanan bergizi. Asupan nutrisi yang cukup
dapat menjaga kesehatan mental. Seperti makanan yang
mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat, vitamin,
mineral, serta serat.
3. Membangun hubungan yang baik dengan keluarga dan
teman, dengan kesibukan work from home yang terjadi di
rumah, luangkanlah untuk berkomunikasi bersama keluarga,
sahabat dan rekan kerja melalui telepon atau video call.
Dengan bercerita mengenai kondisi serta bersenda gurau
satu sama lain, tekanan dan kecemasan yang dirasakan
selama pandemic global ini dapat berkurang. Kegiatan yang
dilakukan dirumah dengan anggota keluarga seperti
berolahraga, makan, beribadah, bermain bersama pun akan
mengurangi kecemasan yang ada.
4. Melakukan meditasi untuk mengendalikan
kecemasan. Mediasi adalah teknik sederhana untuk melatih
fokus pikiran dan meningkatkan rasa tenang yang umumnya
dilakukan dengan kondisi duduk tenang serta mengatur
pernapasan perlahan dan teratur selama kurang lebih 15-20
menit.21 Meditasi bermanfaat untuk meningkatkan
kesadaran diri, melatih fokus, mengurangi sugesti negatif,
melatih untuk mengendalikan stress dan melihat suatu
keadaan dari sisi positif.

Sumber http://journal.unpad.ac.id/focus/article/view/28123/13683
Jurnal Program Studi PGRA
ISSN (Print): 2540-8801; ISSN (Online):2528-083X

Volume 5 Nomor 1 Januari 2019


P. 85-92

KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI SEBAGAI


DASAR KESEHATAN MENTAL ANAK USIA DINI
Shinta Mutiara Puspita
Universitas Islam
Nusantara
mut.shinta87.sm@gmail.co
m

Abstrak: Anak adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu lingkungan sekitar anak
yaitu keluarga, sekolah dan pemerintah harus menciptakan anak yang berkualitas dan sehat
baik secara fisik maupun mental, karena kesehatan mental anak-anak adalah salah satu
investasi yang paling penting untuk membentuk generasi yang baik namun sayangnya saat ini
jumlah orang yang mengalami gangguan kesehatan mental semakin meningkat. Data World
Health Organization (WHO) tahun 2000 memperoleh angka gangguan mental yang semula
12% meningkat menjadi 13% di tahun 2001. WHO bahkan memprediksi angka gangguan
jiwa penduduk dunia meningkat hingga 15% pada tahun 2015. Berdasarkan laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 di Indonesia, prevalensi penduduk yang mengalami
gangguan mental emosional berumur 15 tahun ke atas secara nasional adalah 6,0% (37.728
orang dari 703.946). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya membangun
kesehatan mental sejak usia dini dengan melatih kemampuan mengelola emosi anak. Dengan
kemampuan mengelola emosi dengan baik dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan
yang sehat secara fisik maupun mental. Dari latar belakang di atas, maka aspek-aspek yang
akan dijelaskan dalam artikel ini adalah kemampuan mengelola emosi, konsep kesehatan
mental dan karakteristiknya serta pengaruh kemampuan mengelola emosi dalam membangun
kesehatan mental.
Kata kunci : Kemampuan Mengelola Emosi, Emosi, Kesehatan Mental

Pendahuluan
Data World Health Organization (WHO) tahun 2000 memperoleh angka gangguan mental
yang semula 12% meningkat menjadi 13% di tahun 2001 dan diprediksi pada tahun 2020 menjadi
15%. WHO bahkan memprediksi angka gangguan jiwa penduduk dunia meningkat hingga 15%
pada tahun 2015. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 di Indonesia,
prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional berumur 15 tahun ke atas secara
nasional adalah 6,0% (37.728 orang dari 703.946). Dalam jurnal Department Of Health South
East dijabarkan mengenai Gangguan
Kesehatan Jiwa pada Anak & Young People ( BMA 2006 ), gangguan perilaku : 6 % dari 5-16 tahun
memiliki gangguan perilaku yang lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan termasuk perilaku
menantang bagi lebih dari 6 bulan atau perilaku menantang yang ekstrim atau pada usia yang tidak
pantas . Gejalanya meliputi : sering atau berat amarah; parah dan persisten, ketidaktaatan;
pemberontak provokatif, perilaku; tingkat berlebihan pertempuran atau intimidasi; kekejaman
terhadap hewan dan menyinggung perilaku.
Gangguan emosional : 4 % dari anak usia 5-16 tahun memiliki gangguan emosional .
Mereka lebih umum pada anak perempuan dan termasuk kecemasan , depresi dan fobia. Gejalanya
termasuk kesedihan , lekas marah dan kehilangan kepentingan dalam kegiatan, kelelahan ,
gangguan tidur , kehilangan nafsu makan, sulit berkonsentrasi , perasaan bersalah
, tidak berharga dan bunuh diri. Gangguan hiperkinetik : 2 % dari anak usia 5-16 tahun memiliki
gangguan hiperkinetik . Umumnya adalah anak laki-laki , dan termasuk perhatian.
Deficit Hyperactivity Disorder ( ADHD ) dan Attention Deficit Disorder (ADD ). Gejalanya
meliputi gangguan perhatian dan aktivitas yang berlebihan , yang mempengaruhi kemampuan untuk
berkonsentrasi dan perilaku yang mengganggu . Gangguan kurang umum : 1 % dari 5-16 tahun
memiliki gangguan kurang umum, termasuk autisme , gangguan makan , tics dan selektif sifat bisu ;
Gangguan Spektrum Autistik : lainnya umum di anak laki-laki dan berkisar dari ringan bentuk, mis
Asperger Syndrome, dengan bentuk-bentuk yang lebih ekstrim dari pembelajaran kecacatan ,
kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain ; Gangguan Makan umumnya
pada perempuan muda , dengan hingga 1 persen dari perempuan di Inggris antara usia 15 dan 30
menderita anoreksia nervosa , dan antara 1 dan 2 persen menderita bulimia nervosa . Rata-rata usia
onset anoreksia adalah 15 dan bulimia 18 .

Emosi
Seringkali kita mendengar kata emosi yang seolah-olah sebagai ungkapan rasa marah
. Emosi menurut para psikolog (Santrock, 2002) ada 2 jenis, yaitu 1). emosi positif seperti
antusiasme, kegembiraan, perasaan sabar, tenang, sukacita dan tertawa dan 2) emosi negatif
seperti kecemasan, kemarahan, perasaan bersalah dan kesedihan. Dalam (Hude, 2006) telah
dikemukakan bahwa emosi adalah suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada
persepsi, sikap dan tingkah laku serta mengejawantah dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi
dirasakan secara psiko-fisik karena terkait dengan jiwa dan fisik.
Goleman (2005) berpendapat tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80
persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, dan IQ hanya menyumbang 20 persen”. Dari
pendapat Goleman tersebut, anak yang cerdas tidak harus selali cerdas dibidang kognitif (IQ).
Tanpa kecerdasan emosional (EQ), anak sulit mengembangkan kepribadiannya. Keduanya akan
sangat mempengaruhi kepribadian, bahkan dapat juga mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalannya. Orang tua bersama para pengajar dan lingkungan memiliki peran yang sangat
penting dalam membantu anak mengembangkan potensi kecerdasan yang mereka miliki.
Kapasitas kecerdasan emosional anak dimulai sejak usia dini, jauh di bawah usia sekolah.
Berbagai penelitian dalam bidang psikologi anak (dalam Goleman, 430) membuktikan
bahwa kecerdasan emosional itu sangat berpengaruh pada masa depan anak : “Anak-anak
dengan kecerdasan emosional yang tinggi adalah anak-anak yang bahagia, percaya diri, populer,
dan lebih sukses. Mereka lebih mampu menguasai gejolak emosinya, menjalin hubungan yang
manis dengan orang lain, bisa mengatasi stress, dan memiliki kesehatan mental yang baik”. Dengan
demikian, kecerdasan emosional diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam hidup ini dan
menjadi dasar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab, penuh perhatian, dan cinta kasih
serta produktif.
Dalam jurnalnya Scutzh and Nizielski telah dikemukakan bahwa kecerdasan emosional dapat
digambarkan sebagai seperangkat kemampuan saling mengenal emosi sendiri serta emosi orang
lain. Ada 4 dimensi yang membedakan dalam kecerdasan emosi, yaitu :
1. memahami emosi
2. menggunakan emosi untuk memfasilitasi pemikiran
3. memahami informasi emosional
4. mengatur emosi.
Kecerdasan emosional terdiri dari lima wilayah utama (Goleman, 2005) yaitu mengenali
emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina
hubungan. Lima wilayah ini menentukan anak tersebut cerdas secara emosi atau tidak.
Kemampuan mengenali emosi diri yaitu kemampuan anak untuk mengenali emosi yang
sedang dirasakannya saat terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Hal
ini harus dilatih kepada anak sejak dini bagaimana mengenal jenis-jenis emosi yang dirasakannya.
Kemampuan mengelola emosi adalah menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap
dengan tepat yang merupakan kesadaran diri. Orang yang menguasai keterampilan ini dapat lebih
cepat kembali dari kesedihan, kemerosotan dan perasaan yang membuat dia putus asa dalam
menjalani kehidupan.
Keterampilan memotivasi diri sendiri lahir dari kemampuan menata emosi yang dijadikan
alat untuk mencapai tujuan dalam memotivasi diri sendiri, menguasai diri sendiri dan berkreasi.
Orang yang memiliki kemampuan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun
yang mereka kerjakan.
Mengenali emosi orang lain berupa perasaan empati terhadap perasaan yang sedang
dialami oleh orang lain yang sering dikatakan bahwa keterampilan ini adalah keterampilan bergaul.
Orang-orang yang empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial di lingkungannya. Dan
keterampilan selanjutnya yaitu membina hubungan dengan cara menggunakan keterampilan
mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini merupakan hal yang menunjang popularitas,
kepemimpinan, dan keberhasilan di lingkungan sosial.
Sejalan dengan itu, Robert dan Cooper (Ginanjar, 2001:44) mengungkapkan bahwa
kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya
dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, emosi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.
Individu yang mampu memahami emosi individu lain, dapat bersikap dan mengambil keputusan
dengan tepat tanpa menimbulkan dampak yang merugikan kedua belah pihak. Emosi dapat timbul
setiap kali individu mendapatkan rangsangan yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa dan
menimbulkan gejolak dari dalam.
Emosi yang dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan dalam
berbagai bidang karena pada waktu emosi muncul, individu memiliki energi lebih dan mampu
mempengaruhi individu lain. Segala sesuatu yang dihasilkan emosi tersebut bila dimanfaatkan
dengan benar dapat diterapkan sebagai sumber energi yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas,mempengaruhi orang lain dan menciptakan hal-hal baru.
Semua kemampuan di atas sangat penting, namun dewasa ini sangat minim sekali
kemampuan seseorang mengelola emosi sehingga terjadi kasus-kasus yang sangat merugikan
seperti stress, depresi, kecemasan yang berlebihan dan gejala lainnya bahkan sejak usia dini.
Kemampuan mengelola emosi ini adalah kemampuan anak untuk menguasai dirinya sendiri.
Kemampuan mengendalikan emosi sangat penting dalam kehidupan manusia,
khususnya untuk mereduksi ketegangan yang timbul akibat emosi yang memuncak. Emosi
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormonal di dalam tubuh dan memunculkan
ketegangan psikis, terutama pada emosi-emosi negatif. Seperti yang dikemukakan dalam
(Q.S. Thaha : 16) yang artinya bahwa “Maka sekali kali janganlah kamu dipalingkan
darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa
nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa.”
Kata nafsu dalam ayat Al-qur’an di atas sama artinya dengan emosi seseorang. Ayat di atas
menjelaskan bahwa emosi sangat mempengaruhi seseorang dalam setiap tindakan atau perbuatan.
Misalnya ketika peserta didik mengalami depresi dalam belajar, maka akan mengganggu proses
belajar dari peserta didik dan timbulnya perasaan malas untuk belajar. Untuk itu, pengendalian
emosi sangat diperlukan agar peserta didik mampu menghadapi dan menghilangkan depresi juga
perasaan malas.
Kemampuan mengelola emosi akan mendorong seseorang untuk memiliki daya tahan yang
lebih tinggi jika suatu saat ia dihadapkan pada persoalan persoalan yang lebih kompleks dan rumit.
Kemampuan ini pembentukan kesadaran menyebabkan seseorang mampu mengatasi masalah
secara dewasa dalam menghadapi masalah yang berat. Ketika seseorang dihadapkan pada
persoalan yang berat, misalnya duka yang mendalam, kekecewaan yang berat secara tidak sadar
emosinya dapat mengalahkan nalar. Jika hal itu terjadi sangat mungkin dapat membahayakan
keselamatan dirinya.
Hal ini sebagaimana sesuai dengan firman Allah (Q.S. Al An’am : 56) yang artinya
“Katakanlah, aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika
berbuat demikian dan tidaklah pula termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Emosi tentu saja tidak cukup hanya dikenali saja, tetapi lebih dari itu harus pula disadari
eksistensinya dan dikelola agar dapat memberi pengaruh yang positif dalam kehidupan. Oleh karena
itu, kompetensi dimensi kedua ini adalah mengelola emosi. Perasaan perlu ditangani dan
dikendalikan agar dapat terungkap dengan pas. Ketika perasaan sedang senang tidak perlu terlalu
berlebihan dan ketika sedang down, murung, cemas, atau tersinggung, juga tidak terlalu berlebihan.
Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu
mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis apabila
terus berlanjut sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga.
Istilah lain gangguan mental emosional adalah distress psikologik dan distres emosional. Untuk itu
diperlukan gambaran mengenai gejala mental emosional yang dialami masyarakat melalui
karakteristik latar belakang yang mempengaruhinya.
Gangguan mental ini menciptakan kesulitan besar bagi anak-anak dan mencegah mereka
dari berkembang dan mencapai mereka potensial. Sebagai contoh, seorang anak yang mengalami
penganiayaan berkelanjutan menderita langsung konsekuensi, membuat mereka kurang mampu
berpartisipasi secara sosial dan akademis dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Mereka sering
pergi untuk mengembangkan perilaku, kecemasan atau gejala depresi itu dapat berkembang
menjadi gangguan mental. Gangguan kemudian senyawa penderitaan anak dan selanjutnya
menghambat pembangunan sosial dan akademik. Anak ini kemudian berisiko tinggi menjadi tidak
dapat berpartisipasi penuh dalam keluarga, sekolah, pekerjaan dan kehidupan masyarakat dalam
jangka panjang. menambahkan membebani, stigma yang diasosiasikan dengan gangguan mental
sering mencegah anak-anak dan mereka keluarga dari mencari bantuan, atau mencegah mereka
mengalami respon simpatik ketika mereka lakukan.
Masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapatkan perhatian yang serius. Krisis
yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap kesehatan mental kurang terpikirkan.
Lingkungan masih fokus kepada hal-hal yang bersifat penanganan, kurang memperhatikan hal-hal
yang sifatnya preventif untuk menjaga supaya mental tetap sehat untuk menciptakan generasi yang
berkualitas. Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku
manusia menjadi faktor yang memberikan pengaruh kurangnya kepekaan masyarakat terhadap
kesehatan mental di lingkungannya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan mental sebagai keadaan
sosial dan kesejahteraan emosional , bukan hanya tidak adanya gangguan . Dengan demikian,
kesehatan mental adalah sumber daya untuk hidup, penting bagi semua anak-anak untuk
berkembang dan penting bagi pembangunan manusia yang optimal dan berfungsi di sepanjang
kehidupan. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental pada anak. (Waddell,
2007).
Kesehatan mental menurut Semiun (2006), berarti bebas dari simtom-simtom yang
melumpuhkan dan mengganggu, yang merusak efisiensi mental, kestabilan emosi atau ketenangan
pikiran. Menurut definisi ini, orang yang bermental sehat adalah orang yang dapat menguasai
segala faktor dalam hidupnya sehingga ia dapat mengatasi kekalutan mental sebagai akibat dari
tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal yang menimbulkan frustasi. Kesehatan mental tidak hanya
jiwa yang sehat berada dalam tubuh yang sehat ( mens sana in corpore sano), tetapi juga suatu
keadaan yang berhubungan erat dengan seluruh eksistensi manusia. Itulah suatu keadaan
kepribadian yang bercirikan kemampuan seseorang untuk menghadapi kenyataan dan untuk
berfungsi secara efektif dalam suatu masyarakat yang dinamik.
Kesehatan mental adalah sumber daya untuk hidup , penting bagi semua anak untuk
berkembang. Dalam jurnal Royal College of Nursing mengemukakan bahwa kesehatan mental yang
baik bukan hanya tidak adanya masalah kesehatan mental sekarang tentang kesejahteraan fisik dan
emosional, hidup penuh dan hidup kreatif dan mampu menangani naik turunnya kehidupan. Pada
anak-anak dan remaja , kesehatan mental yang baik dapat ditunjukkan dengan keterampilan
sebagai berikut:
1. mengembangkan emosional, kreatif, intelektual dan rohani
2. memprakarsai, mengembangkan serta mempertahankan hubungan pribadi dan
sosial
3. menghadapi masalah , menyelesaikannya dan belajar dengan cara yang tepat
sesuai usia anak
4. mengembangkan rasa benar dan salah
5. menjadi percaya diri dan asertif
6. menyadari orang lain dan berempati dengan mereka
7. menikmati kesendirian
8. bermain dan belajar

Faktor-faktor yang dapat melindungi anak dari gangguan kesehatan mental meliputi:
kecerdasan emosi, dicintai dan merasa aman, tinggal di lingkungan rumah yang stabil, pekerjaan
orangtua cukup mempengaruhi terhadap kesehatan mental karena akan berdampak kepada faktor
ekonomi keluarga, orangtua yang baik, kesehatan mental orangtua yang baik, kegiatan rutinitas dan
minat anak, hubungan positif dengan sesamanya, ketahanan emosional dan berpikir positif juga
rasa humor.
Kriteria kesehatan mental dalam Semiun (2006) :
1. Efisiensi mental
Efisiensi dapat digunakan untuk menilai kesehatan mental.
2. Pengendalian dan Integrasi pikiran dan tingkah laku
Pengendalian yang efektif selalu merupakan salah satu tanda yang sangat pasti dari
kepribadian yang sehat. Integrasi pikiran suatu hal yang penitng bagi kesehatan mental,
suatu kualitas yang biasanya diidentifikasikan sebagai integritas pribadi.
3. Integrasi motif-motif serta pengendalian konflik dan frustasi
4. Perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang positif dan sehat
5. Ketenangan dan kedamaian pikiran
6. Sikap-sikap yang sehat
7. Konsep diri (self-concept) yang sehat
8. Identitas ego yang sehat
Identitas ego adalah diri atau orang dimana ia merasa menjadi dirinya sendiri.
9. Hubungan yang adekuat dengan kenyataan
Kemampuan Mengelola Emosi Bagi Kesehatan Mental
Saat ini masih banyak orang yang berpandangan bahwa kecerdasan kognitif menentukan
keberhasilan seseorang, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah kecerdasan hati seperti
ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang telah menjadi dasar penilaian baru
(Ginanjar, 2001).
Dalam Shitadewi (2013) mengenai mengelola emosi diri dikemukakan bahwa emosi terbagi
dua yaitu emosi positif dan emosi negatif. Menghadapi emosi positif yang perlu dilakukan adalah
menerima emosi tersebut untuk kemudian disyukuri supaya emosi positif ini memberikan pengaruh
positif pada motivasi seseorang, memperkuat motivasi seseorang untuk kemudian berperilaku positif
demi tujuan yang positif pula. Emosi positif apabila dikelola secara positif demi tujuan positif
tentunya akan berpeluang memberikan dampak hasil yang positif.
Untuk menghadapi emosi negatif, hal yang dapat dilakukan adalah pertama dapat dilakukan
dengan cara mengalihkan perhatian atau distraksi. Mengalihkan perhatian dari emosi negatif dalam
batasan tertentu dan dengan jalur tertentu mungkin bisa bermanfaat untuk mengurangi ganjalan
emosi negatif dalam hati seperti dengan menonton televisi, berlibur, menyibukkan diri, membaca,
aktif olahraga dll. Namun, sifatnya hanya sementara,dan tidak menyelesaikan akar masalah. Di saat
yang sama, mengalihkan perhatian emosi negatif secara berlebihan dengan cara yang salah juga
berpotensi untuk memperburuk kondisi emosi yang bersangkutan. Dapat berdampak negatif pada
orang lain dan lingkungan sekitar serta pada diri sendiri.
Kedua adalah dengan cara memblock/menahan tekanan emosi. Menekan emosi juga sering
jadi pilihan untuk memperlakukan emosi negatif yang hadir. Padahal, emosi negatif yang ditekan
akan menekan balik dengan tekanan yang lebih besar. Seperti hukum Pascal yang menjelaskan
besarnya tekanan balik sama besarnya dengan bidang dan kekuatan tekanan. Seseorang yang
terlalu sering menekan emosi dalam skala yang besar, jelas akan mempengaruhi kondisi kejiwaan
dan kesehatan yang bersangkutan. Bahkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat oleh para
ahli dari Harvard School of Public Health dan The University of Rochester mengungkapkan bahwa
risiko kematian dini akibat beberapa penyakit fatal meningkat hingga 35 persen pada mereka yang
jarang mengungkapkan perasaan dan emosi mereka. Hasil ini justru terjadi sebaliknya pada mereka
yang secara teratur mengungkapkan emosi mereka.
Ketiga dengan cara mengeluarkan tekanan emosi dari sistem diri yaitu melepas atau me-
release sesungguhnya adalah kemampuan alami (fitrah) yang dimiliki manusia yang
sering kita lihat pada anak kecil yang polos, bebas kepentingan, seperti menangis ketika sedih,
marah, berteriak, memukul, berlari, curhat atau apa saja untuk mengeluarkan tekanan sehingga kita
merasa lega sesudahnya. Rasa lega mengindikasikan bahwa kita berhasil mengeluarkan tekanan
yang tadinya terperangkap dalam sistem diri. Hambatan terjadi tatkala lingkungan kurang
mendukung untuk pelepasan emosi negatif ini. Melepas inilah cara me-manajemen emosi yang
sehat nyaman dan aman untuk dilakukan.
Jika seseorang tidak dapat mengelola emosi baik itu emosi positif dan emosi negatif dengan
cara baik dan tepat, maka sangat berdampak kepada kesehatan individu itu sendiri terhadap
kesehatan fisik maupun mental karena merupakan kesatuan. Dengan membiarkan emosi begitu saja
seiring berjalannya waktu, berharap terselesaikan dan berangsur-angsur bisa melupakan peristiwa
yang membuat emosinya terganggu, yang terjadi justru bisa sebaliknya karena lupa bukanlah
indikator selesainya masalah dan terlepasnya emosi negatif dari dalam sistem diri. Emosi negatif
yang disimpan di dalam diri tanpa diproses terlebih dahulu menjadi netral, bisa berpotensi menjadi
tumpukan emosi negatif. Tumpukan emosi negatif inilah bisa menjelma menjadi berbagai gangguan
emosi dan perilaku yang menyebabkan masalah dalam kesehatan mental.

Kemampuan Mengelola Emosi menurut Perspektif Islam


Dalam Al-quran dikemukakan gambaran yang cermat mengenai berbagai emosi yang
dirasakan manusia, yaitu takut, marah, cinta, senang, benci dan malu.
Beberapa cara mengendalikan emosi yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunah, yaitu :
1. Segera memohon perlindungan kepada Allah Swt dari godaan syetan dengan
membaca taawudz karena sumber marah adalah setan, sehingga godaannya bisa
diredam dengan memohon perlindungan kepada Allah. Seperti yang dikemukakan
dalam HR. Bukhari dan Muslim yaitu “Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat
jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz,
marahnya akan hilang”.
2. Diam dan menjaga lisan, “jika kalian marah, diamlah” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-
Arnauth)
3. Mengambil posisi lebih rendah, “Apabila kalian marah dan dia dalam posisi berdiri,
hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga
hilang, hendak dia mengambil posisi tidur” (HR. Ahmad, Abudaud)
4. Ingatlah hadits
“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya,
maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai
Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki”. (HR. Abu Daud,
Turmudzi)
5. Segera berwudhu atau mandi
Ketika kita mampu mengelola dan mengekspresikan emosi, maka keuntungannya kita akan
mampu lebih cepat menguasai perasaan, dan kembali membangkitkan kehidupan emosi yang
normal. Orang yang cepat mengausai perasaan, akan cepat pula bangkit dalam perasaan yang
normal. Hal ini akan lebih baik, karena bisa kembali dalam menjalani kehidupannya. Barangsiapa
mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa, baik yang memilukan dan juga
menggembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan
keyakinan. Karena itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan
keberhasilannya mengalahkan nafsu.
Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan diri
sendiri. Sebab, ketika marah misalnya, maka kemarahan akan meluap dan sulit dikendalikan.
Barangsiapa yang mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan menimbang segalanya dengan
benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan tahu jalan yang lurus dan akan menemukan hakekat. Islam
telah mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti dan perilaku sebagaimana ia mengajarkan manhaj yang
lurus, syariat yang diridhai dan agama yang suci.

Daftar Rujukan

Ginanjar, Ari. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ
(Emotional Spiritual Quetiont). Jakarta : Arga
Goleman, Daniel. (2005). Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional). Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Hude, M. Darwis. (2006). Khasanah Kajian Al-Quran “Emosi”. Jakarta : Erlangga
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Ri
Royal College of Nursing. (2009). Mental Health in Children and Young People. London : Royal
College of Nursing
Santrock, John. (2002). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga
Sedgwick, Rae. (1981). Family Mental Health Theory and Practice. USA : C.V. Mosby company
Shapiro, Lawrence. (1997). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Shitadewi. (2013). Mengelola Emosi Diri. [online], (http: http://lenterakecil.com/penulisan- daftar-pustaka-
dari-internet, diakses tanggal 24 September 2013)
Siswanto. (2007). Kesehatan Mental. Yogyakarta : Andi Offset
Sopa, Ikhwan. (2013). Manajemen Pikiran dan Perasaan. Jakarta : Zaman
Waddell, Charlotte. (2007). Improving the Mental Health of Young Children. Columbia : Children’s
Health Policy Centre
JURNAL 2

Kemampuan Mengelola Emosi Sebagai Dasar Kesehatan Mental


Judul Anak Usia Dini

Jurnal SELING ( Jurnal Program Studi PGRA)

Volume & halaman Volume 5 Nomor 1 halaman 85-92(8 halaman)

Tahun 2019

Penulis Shinta Mutiara Puspita

Reviewer Kelompok 4

Tanggal 23 Maret 2023

Abstrak Anak adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu


lingkungan sekitar anak yaitu keluarga, sekolah dan pemerintah
harus menciptakan anak yang berkualitas dan sehat baik secara
fisik maupun mental, karena kesehatan mental anak-anak adalah
salah satu investasi yang paling penting untuk membentuk
generasi yang baik namun sayangnya saat ini jumlah orang
yang mengalami gangguan kesehatan mental semakin
meningkat. Data World Health Organization(WHO) tahun 2000
memperoleh angka gangguan mental yang semula 12%
meningkat menjadi 13% di tahun 2001. WHO bahkan
memprediksi angka gangguan jiwa penduduk dunia meningkat
hingga 15% pada tahun 2015. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 di Indonesia, prevalensi penduduk yang
mengalami gangguan mental emosional berumur 15 tahun ke atas
secara nasional adalah 6,0% (37.728 orang dari 703.946).Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya membangun
kesehatan mental sejak usia dini dengan melatih kemampuan
mengelola emosi anak. Dengan kemampuan mengelola
emosi dengan baik dapat membantu anak dalam menjalani
kehidupan yang sehat secara fisik maupun mental. Dari latar
belakang di atas, maka aspek-aspek yang akan dijelaskan dalam
artikel ini adalah kemampuan mengelola emosi, konsep
kesehatan mental dan karakteristiknya serta pengaruh
kemampuan mengelola emosi dalam membangun kesehatan
mental.

Pengantar Data World Health Organization(WHO) tahun 2000 memperoleh


angka gangguan mental yang semula 12% meningkat menjadi
13% di tahun 2001 dan diprediksi pada tahun 2020 menjadi
15%.WHO bahkan memprediksi angka gangguan jiwa
penduduk dunia meningkat hingga 15% pada tahun 2015.
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
di Indonesia, prevalensi penduduk yang mengalami gangguan
mental emosional berumur 15 tahun ke atas secara nasional
adalah 6,0% (37.728 orang dari 703.946).Dalam jurnal
Department Of Health South East dijabarkan mengenai
Gangguan

Kesehatan Jiwa pada Anak & Young People ( BMA 2006 ),


gangguan perilaku: 6 % dari 5-16 tahun memiliki gangguan
perilaku yang lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan termasuk
perilaku menantang bagi lebih dari 6 bulan atau perilaku menantang
yang ekstrim atau pada usia yang tidak pantas .
Gejalanyameliputi: sering atau berat amarah; parah dan
persisten, ketidaktaatan; pemberontak provokatif, perilaku;
tingkat berlebihan pertempuran atau intimidasi; kekejaman
terhadap hewan dan menyinggung perilaku.Gangguan emosional :
4 % dari anak usia 5-16 tahun memiliki gangguan emosional .
Mereka lebih umum pada anak perempuan dan termasuk
kecemasan , depresi dan fobia. Gejalanya Termasuk kesedihan
,lekas marah dan kehilangan kepentingan dalam kegiatan,
kelelahan , gangguan tidur , kehilangan nafsu makan, sulit
berkonsentrasi , perasaan bersalah , tidak berharga dan bunuh
diri. Gangguan hiperkinetik : 2 % dari anak usia 5-16 tahun
memiliki gangguan hiperkinetik . Umumnya adalah anak laki-laki ,
dan termasuk perhatian. Deficit Hyperactivity Disorder ( ADHD
) dan Attention Deficit Disorder (ADD ).Gejalanya meliputi
gangguan perhatian dan aktivitas yang berlebihan , yang
mempengaruhi kemampuan untuk berkonsentrasi dan perilaku yang
mengganggu .Gangguan kurang umum : 1 % dari 5-16 tahun
memiliki gangguan kurang umum, termasuk autisme , gangguan
makan , tics dan selektif sifat bisu ; Gangguan Spektrum Autistik :
lainnya umum di anak laki-laki dan berkisar dari ringan bentuk,
mis Asperger Syndrome, dengan bentuk-bentuk yang lebih
ekstrim dari pembelajaran kecacatan , kesulitan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain ; Gangguan
Makan umumnya pada perempuan muda , dengan hingga 1
persen dari perempuan di Inggris antara usia 15 dan 30
menderita anoreksia nervosa , dan antara 1 dan 2 persen
menderita bulimia nervosa . Rata-rata usia onset anoreksia adalah
15 dan bulimia 18

Metode Penelitian Menggunakan metode kualitatif

Hasil Penelitian Mengenai mengelola emosi diri dikemukakan bahwa emosi


terbagi dua yaitu emosi positif dan emosi negatif. Menghadapi
emosi positif yang perlu dilakukan adalah menerima emosi
tersebut untuk kemudian disyukuri supaya emosi positif ini
memberikan pengaruh positif pada motivasi seseorang,
memperkuat motivasi seseorang untuk kemudian berperilaku
positif demi tujuan yang positif pula. Emosi positif apabila
dikelola secara positif demi tujuan positif tentunya akan
berpeluang memberikan dampak hasil yang positif.Untuk
menghadapi emosi negatif, hal yang dapat dilakukan adalah

1. pertama dapat dilakukan dengan cara mengalihkan perhatian


atau distraksi. Mengalihkan perhatian dari emosi negatif dalam
batasan tertentu dan dengan jalur tertentu mungkin bisa
bermanfaat untuk mengurangi ganjalan emosi negatif dalam hati
seperti dengan menonton televisi, berlibur, menyibukkan diri,
membaca, aktif olahraga dll. Namun, sifatnya hanya
sementara,dan tidak menyelesaikan akar masalah. Di saat yang
sama, mengalihkan perhatian emosi negatif secara berlebihan
dengan cara yang salah juga berpotensi untuk memperburuk kondisi
emosi yang bersangkutan. Dapat berdampak negatif pada orang lain
dan lingkungan sekitar serta pada diri sendiri.

2. Kedua adalah dengan cara memblok/menahan tekanan emosi.


Menekan emosi juga sering jadi pilihan untuk memperlakukan
emosi negatif yang hadir. Padahal, emosi negatif yang ditekan
akan menekan balik dengan tekanan yang lebih besar. Seperti
hukum Pascal yang menjelaskan besarnya tekanan balik sama
besarnya dengan bidang dan kekuatan tekanan. Seseorang yang
terlalu sering menekan emosi dalam skala yang besar, jelas
akan mempengaruhi kondisi kejiwaan dan kesehatan yang
bersangkutan.

3. Ketiga dengan cara mengeluarkan tekanan emosi dari sistem diri


yaitu melepas atau me-release sesungguhnya adalah kemampuan
alami (fitrah) yang dimiliki manusia yang

sering kita lihat pada anak kecil yang polos, bebas


kepentingan, seperti menangis ketika sedih, marah, berteriak,
memukul, berlari, curhat atau apa saja untuk mengeluarkan tekanan
sehingga kita merasa lega sesudahnya. Rasa lega
mengindikasikan bahwa kita berhasil mengeluarkan tekanan
yang tadinya terperangkap dalam sistem diri. Hambatan terjadi
tatkala lingkungan kurang mendukung untuk pelepasan emosi
negatif ini. Melepas inilah cara memanajemen emosi yang sehat
nyaman dan aman untuk dilakukan.Jika seseorang tidak dapat
mengelola emosi baik itu emosi positif dan emosi negatif
dengan cara baik dan tepat, maka sangat berdampak kepada
kesehatan individu itu sendiri terhadap kesehatan fisik maupun
mental karena merupakan kesatuan. Dengan membiarkan emosi
begitu saja seiring berjalannya waktu, berharap terselesaikan
dan berangsur-angsur bisa melupakan peristiwa yang membuat
emosinya terganggu, yang terjadi justru bisa sebaliknya karena
lupa bukanlah indikator selesainya masalah dan terlepasnya emosi
negatif dari dalam sistem diri. Emosi negatif yang disimpan di
dalam diri tanpa diproses terlebih dahulu menjadi netral, bisa
berpotensi menjadi tumpukan emosi negatif. Tumpukan emosi
negatif inilah bisa menjelma menjadi berbagai gangguan
emosi dan perilaku yang menyebabkan masalah dalam kesehatan
mental.

Sumber Link Jurnal :

http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/seling/article/view/434/
402

Daftar Pustaka Jurnal :

Ginanjar, Ari. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan


Emosi dan Spiritual ESQ (Emotional Spiritual Quetiont). Jakarta
: Arga

Goleman, Daniel. (2005). Emotional Intelligence (Kecerdasan


Emosional).Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Hude, M. Darwis. (2006). Khasanah Kajian Al-Quran “Emosi”.


Jakarta : Erlangga

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian


Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Ri

Royal College of Nursing. (2009). Mental Health in Children and


Young People. London : Royal College of Nursing

Santrock, John. (2002). Life-Span DevelopmentPerkembangan


Masa Hidup. Jakarta : Erlangga

Sedgwick, Rae. (1981). Family Mental Health Theory and Practice.


USA : C.V. Mosby company

Shapiro, Lawrence. (1997). Mengajarkan Emotional Intelligence


Pada Anak. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Shitadewi. (2013). Mengelola Emosi Diri. [online],


(http:http://lenterakecil.com/penulisan-daftar-pustaka-dari-internet,
diakses tanggal 24 September 2013)Siswanto. (2007). Kesehatan
Mental. Yogyakarta : Andi OffsetSopa, Ikhwan. (2013).

Manajemen Pikiran dan Perasaan. Jakarta : ZamanWaddell,


Charlotte. (2007). Improving the Mental Health of Young
Children. Columbia : Children’s Health Policy Centre

Anda mungkin juga menyukai