Dosen Pengampu :
Kelompok 3
Disusun Oleh :
Tahun 2023
BAB I
PENDAHULUAN
COVID-19 Merupakan virus yang berbahaya. Terdapat kurang lebih 200 negara dari
berbagai belahan dunia yang telah terjangkit virus ini. Di indonesia pada 10 april 2020
terdapat 3.512 kasus yang positif, sembuh 282 orang dan meninggal sebanyak 306
orang dngan tingkat kematian sebesar 9,1%. Tingginya tingkat kematian di indonesia di
pengaruhi oleh keberadaan penyakit serta yag di miliki oleh pasien positif virus corona,
usia rentan, dan fasilitas kesehatan yang kurang memadai. Besarnya tingkat kematian
hari demi hari tidak hanya menimulkan gejala dan penyakit fisik saja akan tetapi,
berpengaruh besar terhadap kebijakan pemerintah seperti physical distancing dan PSBB
untuk mennggulangi COVID-19 ini bagi sebagian orang menimbulkan dampak negative
seperti cemas, tertekan, hingga stress. Pandemi COVID-19 di indonesia memiliki latar
belakang serupa dengan pandemi global. Pada awalnya, kasus pertama di indonesia
terkonfirmasi pada maret 2020, dan virus ini menyebar dengan cepat di berbagai
wilayah negara. Total kematian akibat Covid di Indonesia saat ini menempati posisi
tertinggi kedua di Asia, mencapai 150.000 kasus. Di tengah kondisi ini, pemerintah
Indonesia meniadakan syarat pengetesan dan karantina bagi pelaku perjalanan.Dengan
landasan kondisi ini, pemerintah diminta menyiapkan strategi mitigasi agar kasus positif
maupun kematian tidak terus naik.
Koordinator Tim Advokasi dari organisasi pemantau LaporCovid-19, Firdaus
Ferdiansyah, mengatakan sejak 4 Februari hingga 5 Maret 2022 tren kematian terus naik
atau meningkat enam kali lipat.Kondisi ini, katanya, menggambarkan situasi pandemi di
Indonesia masih genting. Tapi pemerintah justru memudahkan aturan soal pengetesan
dan membebaskan karantina bagi orang asing.Padahal angka kematian merupakan
indikator telak yang merepresentasikan kegagalan pemerintah mengintervensi kebijakan
penanggulangan di hulu hingga hilir. kata Firdaus. "Ini adalah satu-satunya cara untuk
bisa melihat dampak pandemi, makanya kenapa kami getol sekali dengan data
kematian," kata Firdaus kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News
Indonesia, Selasa (08/03). Dalam dua tahun pandemi, sambung Firdaus, pencatatan
angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia belum bisa diandalkan.Jika menggunakan
kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maka total kematian di Indonesia bisa
mencapai angka 191.000 lebih. Ribuan kasus itu termasuk pasien yang berstatus
probable yakni meninggal karena memiliki gejala klinis tapi belum terkonfirmasi Covid-
19 dan meninggal saat isolasi mandisi atau di luar fasilitas kesehatan.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Menurut PBB dan WHO,mortalitas atau kematian adalah hilangnya semua tandatanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.Still
birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Adanya virus Covid-19
menjadi salah satu yang mempengaruhi terjadinya mortalitas di indonesia.Virus ini akan
menyebar pada manusia ketika melakukan kontak secara dekat yaitu melalui tetsan kecil
yang di hasilkan oleh batuk,bersin atau berbicara.Gejala awal yang muncul umumnya
suhu badan menjadi tinggi atau panas,lalu terdapat gelaja batuk secara terus menerus dan
di ikuti dengan flu.Gejala lebih lanjut diantara nya seperti kelelahan hingga merasa sesak
nafas. Tidak ada vaksin yang di ketahui atau pengobatan anti virus khusus. Pengobatan
primer dalam menangani Covid-19 ini adalah terapi simtomatik dan suportif.
Kematian atau mortalitas merupakan salah satu komponen proses demografi yang
berpengaruh terhadap struktur penduduk.Munculnya Covid-19 ini mendorong
pemerintah membuat kebijakan yaitu (work from home) psbb (pembatan besar berskala
besar) ,social distancing, phsyical distancing dan kebijakan lainnya yang memerintahkan
masyarakat Indonesia untuk tetap berdiam diri di rumah jika tidak ada hal mendesak yang
perlu dilakukan diluar rumah agar mencegah dan meminimalisir rantai penularan virus
Covid-19. Munculnya Pandemi Covid-19 membuat keresahan di dalam masyarakat
karena persebaran virus yang sangat cepat dan dapat mengakibatkan merenggut nyawa
manusia dalam jumlah banyak, juga dampaknya yang meluas ke berbagai aspek
kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial dan lainnya. Hal tersebut memicu meningkatnya
mortalitas di Indonesia terutama pada orang orang di usia produktif dan lanjut usia, pada
21 April 2020 telah terkonfirmasi 7.135 kasus dan 616 orang meninggal karena virus
corona. Saat orang-orang di usia produktif tertular virus tersebut dan merenggut nyawa
mereka maka anak-anak yang perlu dinafkahi kehidupannya dan dibiayai pendidikannya
akan terdampak untuk putus sekolah dan memungkinkan untuk menikah di usia dini,
karena pendapatan merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi suatu
keputusan seseorang atau keluarga dalam merencanakan jumlah anak.
1. Faktor karakteristik : Usia dan jenis kelamin pasien yang terinfeksi Covid-19
mempengaruhi risiko kematian. Jenis kelamin laki-laki, usia yang lebih tua, dan
penyakit penyerta secara signifikan berhubungan dengan risiko kematian pada
pasien Covid-19. Tentu saja hal ini menyebabkan variasi antara usia dan jenis
kelamin yang beresiko mengalami kematian apabila terpapar covid-19.
2. Faktor penyakit kronis : Komorbiditas atau penyakit kronis yang dimiliki oleh
pasien secara bersamaan meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19. Hal ini
tentunya akan menciptakan variasi risiko kematian antara pasien yang memiliki
penyakit kronis dengan pasien yang tidak memiliki penyakit kronis.
3. Faktor gizi : Obsesitas atau faktor gizi juga mempengaruhi risiko kematian pada
pasien Covid-19. Kondisi ini akan menyebabkan variasi kematian antara pasien
yang mengalami obesitas dengan pasien yang memiliki gizi yang baik
4. Faktor hasil laboratorium darah : Faktor hasil laboratorium darah, seperti mutasi
DD, juga mempengaruhi risiko kematian pada pasien Covid-19.
5. Kebijakan pemerintah : Kebijakan pemerintah, seperti pengendalian Indeks Masa
Tubuh (IMT) dan kebijakan penanganan Covid-19, mempengaruhi penyebaran
virus dan dampaknya terhadap kematian.
6. Kesehatan masyarakat : Tingkat kesehatan masyarakat dan akses terhadap
layanan kesehatan juga mempengaruhi risiko kematian akibat Covid-19.
7. Permasalahan ekonomi : Dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi
Covid19, seperti krisis ekonomi, juga mempengaruhi kematian pasien Covid-19.
Memasuki tahun 2020, dunia diguncang oleh wabah virus korona yang menyebar
dengan sangat cepat ke seluruh dunia. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia untuk
melakukan upaya dan mengambil kebijakan penanganan virus korona. Salah satu
tindakan awal yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo saat itu adalah dengan
memerintahkan kedutaan Indonesia di China untuk memberi perhatian khusus
terhadap WNI yang terisolasi di Wuhan.
Selain di tingkat pusat langkah siaga juga dilakukan oleh pemerintah daerah
dengan menyiagakan 100 rumah sakit. Kesiagaan juga dilakukan di 135 bandara dan
pelabuhan internasional dengan memasang alat pendeteksi suhu tubuh.
Upaya preventif yang dilakukan adalah dengan pengawasan ketat di jalur masuk ke
Indonesia dari negara lain meliputi bandara, pelabuhan dan pos lintas batas darat.
Deteksi dini sebagai bentuk pengawasan dilakukan terutama untuk 19 area yang
memiliki akses langsung ke China, yakni Jakarta, Padang, Tarakan, Bandung, Jambi,
Palembang, Denpasar, Surabaya, Batam dan Manado.
Hingga akhir Januari 2020, belum ditemukan pasien positif korona. Hal ini
dikonfimasi oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan Muhadjir Effendy sembari mengingatkan pentingnya meningkatkan
kewaspadaan. “Kita mesti meningkatkan kewaspadaan agar terhindar dari wabah ini.
Kita juga perlu bersiap jika itu terjadi,”
Meskipun belum ada kasus positif Korona di Indonesia, pada tanggal 30 Januari
2020 Presiden Jokowi menginstruksikan agar segera dibuat prosedur evakuasi WNI
yang berada di Provinsi Hubei, China. Perintah itu disampaikan Presiden setelah
bertemu dengan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Sekretaris Negara
Pratikno, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Kesehatan Terawan
Agus Putranto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, serta Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo di ruang tunggu Pangkalan
TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan