Anda di halaman 1dari 13

F1

Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. PENYULUHAN DIABETES MELLITUS DI LOBI


PUSKESMAS DUKUPUNTANG
2. PENYULUHAN HIPERTENSI DAN STROKE DI BALAI
DESA KEDONGDONG
3. PENYULUHAN TENTANG BAHAYA PANDEMI COVID 19
DI HALAMAN PUSKESMAS DUKUPUNTANG 
4. PENYULUHAN DIARE DAN IMUNISASI DESA
PAGARGUNUNG
5. PENYULUHAN KESEHATAN REMAJA DI PESANTREN DI
DESA CIPANAS
F1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (1)
Judul :  PENYULUHAN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS DUKUPUNTANG
Latar belakang:
Diabetes adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan. Data milik Kementerian
Kesehatan yang diperoleh dari Sample Registration Survey 2014 menunjukkan
diabetes menjadi penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan persentase
sebesar 6,7%, setelah stroke (21,1%), dan penyakit jantung koroner (12,9%).

Di Indonesia, prevalensi diabetes di Indonesia mengalami peningkatan dari 5,7% pada


2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta jiwa pada 2013. Data terbaru dari
International Diabetes Federation (IDF) Atlas tahun 2017 menunjukkan bahwa
Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia dengan jumlah diabetesi sebanyak 10,3
juta jiwa. Jika tidak ditangani dengan baik, World Health Organization bahkan
mengestimasikan angka kejadian diabetes di Indonesia akan melonjak drastis menjadi
21,3 juta jiwa pada 2030.

90% dari total kasus diabetes merupakan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 umumnya
terjadi pada orang dewasa, namun beberapa tahun terakhir juga ditemukan pada anak-
anak dan remaja. Hal ini berkaitan erat dengan pola diet tidak seimbang dan kurang
aktivitas fisik yang membuat anak memiliki berat badan berlebih atau obesitas.

Orang yang hidup dengan diabetes tipe 2 memiliki gejala yang begitu ringan.
Penderita tidak akan menyadari kondisi kesehatannya tengah terganggu dalam jangka
waktu yang lama, sehingga penyakit ini pun cenderung terabaikan. Namun penyakit
diabetes tipe 2 akan diam-diam merusak fungsi berbagai organ tubuh dan
menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti penyakit kardiovaskular, kebutaan,
gagal ginjal, dan amputasi anggota tubuh bagian bawah. Diabetes yang tidak
ditanggulangi segera dapat menyebabkan penurunan produktivitas, disabilitas dan
kematian dini.

Orang tua memegang peranan penting dalam melindungi keluarga dari diabetes.
Orang tua sebaiknya memperhatikan faktor gaya hidup tidak sehat yang menjadi
pemicu diabetes tipe 2, antara lain jumlah asupan energi yang berlebih, kebiasaan
mengonsumsi jenis makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (tinggi lemak dan
gula, kurang serat), jadwal makan tidak teratur, tidak sarapan, kebiasaan mengemil,
teknik pengolahan makanan yang salah (banyak menggunakan minyak, gula, dan
santan kental), serta kurangnya aktivitas fisik yang diakibatkan kemajuan teknologi
dan tersedianya berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan bagi
sebagian besar masyarakat.

Masalah:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya Diabetes Mellitus
2. Pengobatan yang kurang optimal
3. Mudahnya mendapatkan obat yang seharusnya tidak bisa didapatkan tanpa adanya resep
dokter

Rencana dan intervensi


Metode penyuluhan dan diskusi berupa tanya jawab

Pelaksanaan
Penyuluhan ini diadakan bersamaan dengan kegiatan PromKes PHBS pada tanggal 2 Maret 2021
Kegiatan diawali dengan penyuluhan dan dilanjut dengan diskusi tanya jawab

Monitoring dan evaluasi


Monitoring : Pemegang Program PromKes akan mendata dan mengintervensi pasien-pasien yang
memiliki faktor resiko dan terdiagnosis diabetes mellitus dan akan dipantau tiap bulan
Evaluasi : Evaluasi akan dilakukan tiap bulan oleh pemegang program PromKes
F1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (2)
Judul :  PENYULUHAN BAHAYA HIPERTENSI DAN STROKE
Latar belakang:
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan utama di
negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu di
dunia setiap tahunnya.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak
disandang masyarakat.
''Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia,
karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti
jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,'' kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, pada Temu Media
memperingati Hari Hipertensi Dunia 2019 di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jumat (17/5).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di
dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah
penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada
1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017 menyatakan tentang faktor risiko
penyebab kematian prematur dan disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life
Years (DAILYs) untuk semua kelompok umur. Berdasarkan DAILYs tersebut, tiga faktor risiko
tertinggi pada laki-laki yaitu merokok, peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan
kadar gula.
Sedangkan faktor risiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan kadar
gula darah dan IMT tinggi,

Masalah:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya Hipertensi dan Stroke
2. Pengobatan yang kurang optimal
3. Mudahnya mendapatkan obat yang seharusnya tidak bisa didapatkan tanpa adanya resep
dokter

Rencana dan intervensi


Metode penyuluhan dan diskusi berupa tanya jawab

Pelaksanaan
Penyuluhan ini diadakan bersamaan dengan kegiatan PromKes PHBS pada tanggal 3 Maret 2021
Kegiatan diawali dengan penyuluhan dan dilanjut dengan diskusi tanya jawab

Monitoring dan evaluasi


Monitoring : Pemegang Program PromKes akan mendata dan mengintervensi pasien-pasien yang
memiliki faktor resiko dan terdiagnosis hipertensi dan stroke dan akan dipantau tiap bulan
Evaluasi : Evaluasi akan dilakukan tiap bulan oleh pemegang program PromKes
F1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (3)
Judul :  PENYULUHAN BAHAYA PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS
DUKUPUNTANG
Latar belakang:
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah
virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-
19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang
berat, hingga kematian.

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal


dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus
ini bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak,
dan bayi, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.

Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali


ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat
cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu
beberapa bulan.

Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk


memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia
sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan
penyebaran virus ini.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada
banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus
ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).

Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran pernapasan, misalnya
ketika berada di ruang tertutup yang ramai dengan sirkulasi udara yang kurang baik atau kontak
langsung dengan droplet.
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok
ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus
penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari
kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS
dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.

Bila Anda memerlukan pemeriksaan COVID-19, klik tautan di bawah ini agar Anda
dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan terdekat:

 Rapid Test Antibodi


 Swab Antigen (Rapid Test Antigen)
 PCR

Tingkat Kematian Akibat Virus Corona (COVID-19)

Virus Corona yang menyebabkan COVID-19 bisa menyerang siapa saja. Menurut data
yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Republik Indonesia, jumlah kasus
terkonfirmasi positif hingga 1 Maret 2021 adalah 1.334.634 orang dengan jumlah kematian
36.166 orang. Tingkat kematian (case fatality rate) akibat COVID-19 adalah sekitar 2,7%.

Jika dilihat dari persentase angka kematian yang di bagi menurut golongan usia, maka
kelompok usia 46-59 tahun memiliki persentase angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan
golongan usia lainnya.

Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, 56,4% penderita yang meninggal akibat COVID-
19 adalah laki-laki dan 43,6% sisanya adalah perempuan.

Gejala Virus Corona (COVID-19)

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu


demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang
dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam
tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut
muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.

Masalah:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya Covid-19
2. Pengobatan yang kurang optimal, serta penelitian yang masih berlangsung
3. Banyak informasi hoax yang beredar dan banyak masyarakat percaya dengan hoax tersebut
3. Mudahnya mendapatkan obat yang seharusnya tidak bisa didapatkan tanpa adanya resep
dokter

Rencana dan intervensi


Metode penyuluhan dan diskusi berupa tanya jawab

Pelaksanaan
Penyuluhan ini diadakan bersamaan dengan kegiatan PromKes PHBS pada tanggal 6 Maret 2021
Kegiatan diawali dengan penyuluhan dan dilanjut dengan diskusi tanya jawab

Monitoring dan evaluasi


Monitoring : Pemegang Program PromKes akan mendata dan mengintervensi pasien-pasien yang
memiliki faktor resiko dan terdiagnosis covid-19 dan akan dipantau tiap bulan
Evaluasi : Evaluasi akan dilakukan tiap bulan oleh pemegang program PromKes
F1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (4)
Judul :  PENYULUHAN DIARE DAN PENTINGNYA IMUNISASI DI DESA
GUNUNGSARI
Latar belakang:
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di
Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang
dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat
kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun
2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun
2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi,
dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun
2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73
orang (CFR 1,74 %.)

Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian
anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun
diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab
utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat.

Masalah:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya diare dan pentingnya imunisasi
2. Pengobatan yang kurang optimal
3. Mudahnya mendapatkan obat yang seharusnya tidak bisa didapatkan tanpa adanya resep
dokter

Rencana dan intervensi


Metode penyuluhan dan diskusi berupa tanya jawab

Pelaksanaan
Penyuluhan ini diadakan bersamaan dengan kegiatan PromKes PHBS pada tanggal 10 Maret
2021
Kegiatan diawali dengan penyuluhan dan dilanjut dengan diskusi tanya jawab

Monitoring dan evaluasi


Monitoring : Pemegang Program PromKes akan bekerja sama dengan bidan desa serta kader
untuk memonitor balita dan anak-anak yang memiliki masalah dengan diare
Evaluasi : Evaluasi akan dilakukan tiap bulan oleh pemegang program PromKes
F1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (5)
Judul :  PENYULUHAN KESEHATAN REMAJA DI PESANTREN DESA CIPANAS
Latar belakang:
Remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang berusia antara 10-18 tahun, dan
merupakan kelompok penduduk Indonesia dengan jumlah yang cukup besar (hampir 20% dari
jumlah penduduk). Remaja merupakan calon pemimpin dan pengerak pembangunan di masa
depan.
''Remaja merupakan masa yang sangat berharga bila mereka berada dalam kondisi kesehatan
fisik dan psikis, serta pendidikan yang baik'', ujar Menteri Kesehatan RI dalam paparannya yang
disampaikan oleh Plt Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Pattiselano Robert Johan,
MARS, pada Seminar Kesehatan dan Gizi Remaja di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta
Selatan, Senin (15/5).
Menkes menerangkan bahwa di dalam masa remaja terjadi apa yang dinamakan growth spurt
atau pertumbuhan cepat, juga pubertas. Pada fase tersebut, terjadi pertumbuhan fisik disertai
perkembangan mental-kognitif, psikis, juga terjadi proses tumbuh kembang reproduksi yang
mengatur fungsi seksualitas.Menkes mengatakan bahwa masa remaja seringkali dianggap
sebagai periode hidup yang paling sehat.
Padahal, pertumbuhan fisik pada remaja tidak selalu disertai dengan kematangan kemampuan
berpikir dan emosional. Selain itu, di masa remaja juga terjadi proses pengenalan jati diri, dan
kegagalan dalam proses pengenalan diri ini bisa menimbulkan berbagai masalah.
''Kalau kita perhatikan hanya sedikit remaja yang datang berobat ke fasilitas kesehatan
dibandingkan kelompok usia lain (bayi, Balita, atau lansia). Padahal masalah yang dihadapi
remaja itu rumit, salah satu diantaranya adalah masalah kesehatan'', terang Menkes.
Menkes mengatakan bahwa permasalahan yang dialami remaja cukup kompleks, mulai dari
masalah prestasi di sekolah, pergaulan, penampilan, menyukai lawan jenis dan lain sebagainya.
Berbagai hal tersebut bisa membawa pengaruh terhadap perilaku dan status kesehatan remaja itu
sendiri.
''Penanganan masalah remaja termasuk di dalamnya masalah kesehatan, akan sangat
membutuhkan keterlibatan multi disiplin ilmu, lintas program, lintas sektor dan masyarakat'',
imbuh Menkes.

Menkes juga menyatakan bahwa remaja mudah dipengaruhi oleh teman sebaya dan media sosial
sehingga rawan terpengaruh oleh perilaku yang tidak sehat, atau mendapatkan informasi
kesehatan dan gizi yang tidak benar (hoax). Misalnya, mengikuti pola diet selebritis,
mengonsumsi jajanan yang sedang hits namun tidak bergizi, atau kurang beraktifitas fisik karena
terlalu sering bermain games sehingga malas gerak (mager).
Pola makan remaja yang tergambar dari data Global School Health Survey tahun 2015, antara
lain: Tidak selalu sarapan (65,2%), sebagian besar remaja kurang mengonsumsi serat sayur buah
(93,6%) dan sering mengkonsumsi makanan berpenyedap (75,7%). Di antara remaja itu juga
kurang melakukan aktifitas fisik (42,5%). Apabila cara konsumsi ini berlangsung terus menerus
dan menjadi kebiasaan pola makan tetap para remaja, maka akan meningkatkan resiko terjadinya
penyakit tidak menular.
Remaja sebenarnya memiliki kemampuan untuk membuat pilihan, bagaimana pola makan dan
berperilaku hidup yang sehat, serta bagaimana menjadi pribadi yang bermanfaat, tandas Menkes.
Masalah:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan remaja
2. Informasi yang kurang optimal di dapat

Rencana dan intervensi


Metode penyuluhan dan diskusi berupa tanya jawab

Pelaksanaan
Penyuluhan ini diadakan bersamaan dengan kegiatan PromKes PHBS pada tanggal 3 April 2021
Kegiatan diawali dengan penyuluhan dan dilanjut dengan diskusi tanya jawab
Monitoring dan evaluasi
Monitoring : Pemegang Program PromKes akan bekerja sama dengan bidan desa serta pihak
sekolah untuk memonitor pelajar
Evaluasi : Evaluasi akan dilakukan tiap bulan oleh pemegang program PromKes

Anda mungkin juga menyukai