Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

“PPOK EKSASERBASI AKUT”


Disusun Oleh :
dr. Jody Setiawan

Pendamping :
dr. Hj.Sumarmi
Pendahuluan

Epidemiologi

Amerika Serikat
•Peringkat 6 sebagai penyebab Destruksi jaringan parenkimal
kematian dan fibrosis saluran kecil
•Biaya akibat penyakit $24 milyar per
tahun

Indonesia
•Peringkat 6 sebagai penyebab Sesak nafas dan gejala khas
kematian PPOK
•Peringkat 1 menyumbang angka
kesakitan pada penyakit tidak menular
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 57 tahun
Gender : Lelaki
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak Tamat SD
St.Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Muktisari
Tgl MRS : 16/02/2023
Tgl Pemeriksaan: 16/02/2023
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak Napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
SESAK

Sesak dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan bertambah berat sejak 3 hari SMRS IGD
RS45

Sesak dirasakan sangat berat sehingga butuh usaha untuk bernapas, sesak disertai bunyi
ngik-ngik

Sesak dirasakan berulang-ulang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari dan mudah


lelah serta capek

Sesak di pengaruhi oleh perubahan posisi baik itu dalam keadaan duduk atau telentang
dan bertambah berat saat munculnya keluhan batuk berdahak
ANAMNESIS
Anamnesis
RiwayatPenyakitDahulu:
Riwayat sakit sama sebelumnya(-), Riwayat
alergi (-) Riwayat Asma (-)
RiwayatPenyakitKeluarga:
Keluarga tidak ada riwayat apapun
Riwayat Pribadi dan Sosial:
Pekerjaan : Wiraswasta (pedagang)
Merokok : Sejak Usia 17 tahun 2 bungkus
sehari
Riwayat Pengobatan:
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

KU : Tampak sakit sedang


Kes : CM (E4 V5 M6)
TTV : TD : 140/90mmHg
Nadi : 86 x/m
Respirasi : 30 x/m
Suhu : 37,0 C
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Leher : Pembesara KGB (-), JVP normal
Thorak :
Pulmo :
Inspeksi : Dada simetris, Gerakan dada kiri dan kanan simetris, Pelebaran
sela iga (+)
Palpasi : Vokal fremitus dada kiri dan kanan sama
Perkusi : Hipersonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Ronkhi (+/+), Wheezing (+/+)
Cor :
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra V
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II regular, Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk cembung,
Auskultasi : Bising usus(+)normal
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepatomegali
(-), splenomegali (-)
Ekstremitas : akral Hangat, Oedem -/-, CRT
<2
PEMERIKSAAN LABOORATORIUM :
HASIL LAB DI IGD 21/01/2023 Hasil Nilai rujukan

Hemoglobin 15.8 12 – 16
Leukosit 14,02 4.0 – 10.0
Hematokrit 46.8 35.0 – 47.0
Trombosit 327.000 150 – 450
Eritrosit 5.41 4.10 – 5.10
MCV 86.7 80.0 – 96.0
MCH 29.2 28.0 – 33.0
MCHC 33.7 33.0 – 36.0
Basofil 0 0.0 – 1.0
Eosinofil 0 1.0 – 6.0
N. Batang 0 2.0 – 6.0
N.Segment 74 40.0 – 59.0
Limfosit 14 33.0 – 48.0
Monosit 12 2.0 – 9.0
Jumlah Limfosit 1.92 > 1.5
Neutrofil Limfosit ratio 5.36 < 3.13
SGOT 16 5 – 31
SGPT 19 < = 34
Ureum 29 10 – 50
Kreatinin 0.55 0.5 – 1.1
Natrium 128 135 – 145
Kalium 3.9 3.5 – 5.1
Kalsium 1.22 1.13 – 1.32
Antigen (-) Negatif (-) Negatif
HBsAg (-) Negatif (-) Negatif
Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen Thorax (16/02/2023)
Pemeriksaan Penunjang

Elektrokardiografi (EKG)
RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD 45 dengan keluhan
sesak napas, sesak dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan
bertambah berat sejak 3 hari SMRS, sensasi sesak
dirasakan sangat berat sehingga butuh usaha untuk
bernapas, sesak dirasakan berulang-ulang sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari dan mudah lelah serta
capek disertai adanya bunyi napas ngik-ngik,sesak juga di
pengaruhi oleh posisi duduk atau telentang dan bertambah
berat saat munculnya keluhan batuk berdahak.
selain sesak pasien juga mengeluh adanya batuk
berdahak warna putih kental sejak 3 hari SMRS, disertai
demam sejak 1 minggu yang lalu, tanpa disertai menggigil,
pasien menyangkal adanya pilek, dahak bercampur darah,
penurunan BB tidak ada, nyeri dada (-), keringat pada
malam hari (-) riwayat pengobatan selama 6 bulan (-)
Pemeriksaan TTV Dalam batas normal,
pemeriksaan thorax paru-paru Auskultasi : Ronkhi (+/+),
Wheezing (+/+)
Diagnosis Kerja
PPOK EKSASERBASI
AKUT
Diagnosis
Banding ASMA
TB PARU

Penatalaksanaan di
IGD -IVFD Assering 20 Tpm
-Nebu Ventolin 1x
-Inj. MP 1 amp IV extra
Konsul dr.Uun.Sp.P :
-Nebu Ventolin/8jam
-Nebu Flexotide/8jam
-Metilprednisolon 3x62,5 inj IV
PROGNOSIS
Qou ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo sanationam : Dubia ad bonam
TGL Hasil Assesmen Pasien Instruksi Dokter
S: Sesak (+), demam (-), Batuk (+), Sulit Obs. TTV
tidur (+) Nebu Ventolin/8jam
O: keadaan umum : sakit sedang -Nebu Flexotide/8jam
TD : 140/90 -Metilprednisolon 3x62,5 inj IV
HR : 86 x/menit -Inj. Ceftriaxone IV 2x1
16/02/23 RR : 30x/menit Terapi lain lanjut
Suhu : 37.0 C
SpO2 : 96%

A : PPOK Eksaserbasi Akut


P : instruksi dr. Uun.Sp.P
S: Sesak (+), demam (-), Batuk (+), Sulit Terapi sementara lanjut
tidur (+)
O: keadaan umum : sakit sedang
TD : 130/70
HR : 88 x/menit
RR : 30x/menit
17/02/23 Suhu : 36.8 C
SpO2 : 95%

A : PPOK Eksaserbasi Akut


P : instruksi dr. Uun.Sp.P
S: Sesak berkurang(+), demam (-), Batuk Terapi lain lanjut
(+) jarang, Sulit tidur (+)
O: keadaan umum : sakit sedang
TD : 110/70
HR : 87x/menit
18/02/23 RR : 28x/menit
Suhu : 36.5 C
SpO2 : 97%

A : PPOK Eksaserbasi Akut


P : instruksi dr. Uun.Sp.P
S: Sesak (-), demam (-), Batuk (+) jarang, ACC Pulang
tidur nyenyak (+), makan minum enak.
O: keadaan umum : sakit sedang
TD : 120/80
HR : 86 x/menit
RR : 26 x/menit
19/02/23 Suhu : 36.5 C
SpO2 : 98%

A : PPOK Eksaserbasi Akut


P : instruksi dr. Uun.Sp.P
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI

• Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau


juga dikenali sebagai Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) merupakan
obstruksi saluran pernafasan yang progresif
dan ireversibel yang terjadi bersamaan dengan
bronkitis kronik,
emfisema atau
kedua-duanya.
Faktor Risiko
Tabel 2. 1. Faktor Risiko COPD1
• Gen
• Paparan terhadap partikel
- Asap rokok
- Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun
- Polusi di dalam ruangan dari asap kompor, pemanas ruangan dan ventilasi rumah
yang kurang baik
- Populasi di luar ruangan
• Tumbuh kembang paru
• Stress oksidatif
• Gender
• Umur
• Infeksi saluran nafas
• Riwayat tuberculosis dan asma
• Status sosioekonomi
• Nutrisi
Faktor Risiko
• Faktor risiko meliputi faktor pejamu, faktor perilaku
merokok, dan faktor lingkungan.
• Faktor pejamu meliputi genetik, hiperesponsif jalan
napas dan pertumbuhan paru.
• Faktor genetik yang utama adalah kurangnya alfa 1
antitripsin, yaitu suatu serin protease inhibitor.
Hiperesponsif jalan napas juga dapat terjadi akibat
pajanan asap rokok atau polusi.
• Pertumbuhan paru dikaitan dengan masa kehamilan,
berat lahir dan pajanan semasa anak-anak.
• Penurunan fungsi paru akibat gangguan pertumbuhan
paru diduga berkaitan dengan risiko mendapatkan
PPOK.
Patogenesis
Keterbasan aliran udara dan air trapping
• Luasnya inflamasi, fibrosis dan eksudat pada
lumen saluran nafas kecil berkorelasi dengan
reduksi VEP1 dan VEP1/KVP. Selama ekspirasi
udara terperangkap akibat adanya obstruksi
saluran nafas perifer secara progresif sehingga
mengakibatkan hiperinflasi.
Patogenesis
Abnormalitas pertukaran gas
• Peradangan merupakan elemen kunci terhadap
patogenesis PPOK. Inhalasi asap rokok atau gas
berbahaya lainnya mengaktifasi makrofag dan
sel epitel

Hipersekresi Mukus
• Hipersekresi mucus mengakibatkan batuk kronis
yang produktif.
Patogenesis
Eksaserbasi
• Eksaserbasi dapat disebabkan oleh infeksi
atau faktor – faktor lain seperti polusi udara,
kelelahan atau timbulnya komplikasi dan
sepertiga dari eksersebasi akut penyebabnya
tidak dapat diidentifikasi.
Diagnosis
• Diagnosis PPOK dimulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis
Anamnesis & Faktor Resiko
Gejala Keterangan
Sesak  Progresif (sesak bertambah berat seiring berjalannya waktu)
 Bertambah berat dengan aktivitas
 Persisten (menetap sepanjang hari)
 Pasien mengeluh berupa, “Perlu usaha bernafas, berat, sukar
bernafas, terengah-engah

Batuk Kronis Hilang timbul dan mungkin tidak berdahak


Batuk Kronis Setiap batuk kronik berdahak dapat mengindikasikan PPOK
Berdahak

Riwayat  Asap rokok


Terpajan  Debu
Faktor  Bahan kimia di tempat kerja
Risiko  Asap dapur
Diagnosis
• Inspeksi
» Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
» Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
» Penggunaan otot bantu napas
» Hipertropi otot bantu napas
» Pelebaran sela iga
» Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema
tungkai
» Penampilan pink puffer atau blue bloater
• Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar

Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah

• Auskultasi
» Suara napas vesikuler normal, atau melemah
» Terdapat ronki pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa ekspirasi
memanjang bunyi jantung terdengar jauh
Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
• WBC dalam batas normal atas dan penurunan
jumlah sel darah merah, hemoglobin, dan
hematokrit yang sangat sedikit.
Analisis Gas Darah (AGD)
• Adanya hipoventilasi pada banyak alveoli dan
kerusakan dinding alveolus mengakibatkan
terjadinya peningkatan kadar pCO2 dalam darah
dan penurunan kadar pO2 dalam darah.
Diagnosis
Chest X-Ray
• Hasil pemeriksaan radiologis dapat ditemukan
kelainan paru berupa gambaran hiperinflasi atau
hiperlusen, diafragma mendatar, peningkatan
corakan bronkovaskuler, jantung pendulum dan
ruang retrosternal melebar.
Spirometry
• Pada pasien dengan PPOK biasanya menunjukkan
penurunan nilai FEV1 dan KVP. Tingkat abnormalitas
dari nilai spirometri dapat menunjukkan derajat
keparahan dari PPOK
Klasifikasi PPOK12
Derajat Klinis Faal paru
Derajat I: PPOK Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada -VEP1/KVP < 70%
Ringan tapi tidak sering. -VEP1 ≥ 80% prediksi

Derajat II: PPOK Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan -VEP1/KVP < 70%
Sedang kadang ditemukan gejala batuk dan produksi -50 < VEP1 < 80% prediksi
sputum.

Derajat III: PPOK Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, - VEP1/KVP < 70%
Berat rasa lelah dan serangan eksaserbasi makin -30 < VEP < 50% prediksi
1
sering

Derajat IV: PPOK Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal - VEP1/KVP < 70%
Sangat Berat napas atau gagal jantung kanan dan - VEP <30% prediksi atau
1
ketergantungan oksigen.
VEP1 < 50% disertai gagal
napas kronik.
Tabel 2.3 Diagnosis Banding PPOK1,4
Diagnosis Gambaran Klinis
Asma • Onset usia dini
• Gejala bervariasi dari hari ke hari
• Gejala pada waktu malam/dini hari lebih menonjol
• Ditemukan riwayat alergi, rinitis, atau eczema
• Ada riwayat asma dalam keluarga
• Hambatan aliran udara umumnya reversibel

Gagal jantung • Adanya riwayat hipertensi


kongestif • Ditemukan ronkhi basah pada basal paru
• Gambaran foto thoraks berupa pembesaran jantung dan edema paru
• Pemeriksaan faal paru restriksi, bukan obstruksi

Bronkiektasis • Sputum purulen dalam jumlah yang banyak


• Sering berhubungan dengan infeksi bakteri
• Ronkhi basah kasar
• Gambaran foto thoraks tampak honeycomb appearance dengan penebalan
dinding bronkus.
Tabel 2.3 Diagnosis Banding PPOK1,4
Diagnosis Gambaran Klinis
Tuberkulosis • Onset semua usia
• Gambaran foto thoraks berupa infiltrat
• Ditemukan BTA pada pemeriksaan mikrobiologi

Bronkiolitis • Usia muda


obliterasi • Tidak merokok
• Dapat ditemukan riwayat adanya artritis reumatoid
• CT paru ekspirasi terlihat gambaran hipodens

Diffuse • Sering pada perempuan tidak merokok


panbronchiolitis • Seringkali berhubungan dengan sinusitis
• Pada foto rontgen dan CT paru resolusi tinggi
memperlihatkan bayangan diffuse nodul opak
sentrilobular dan hiperinflasi.
Eksaserbasi Akut
• Gejala eksaserbasi utama berupa peningkatan sesak,
produksi sputum meningkat, dan adanya perubahan
konsistensi atau warna sputum.
• Eksaserbasi akut dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu
Tipe I (eksaserbasi berat) apabila memiliki 3 gejala
utama,
Tipe II (eksaserbasi sedang) apabila hanya memiliki 2
gejala utama,
Tipe III (eksaserbasi ringan) apabila memiliki 1 gejala
utama ditambah adanya infeksi saluran napas atas
lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan
batuk
PENATALAKSANAAN
Bronkodilator
• Bronkodilator yang lebih dipilih pada terapi
eksaserbasi PPOK adalah short-acting inhaled B2-
agonists.
Kortikosteroid
• Kortikosteroid oral/intravena direkomendasikan
sebagai tambahan terapi pada penanganan
eksaserbasi PPOK.
• Dosis prednisolon oral sebesar 30-40 mg/hari
selama 7-10 hari adalah efektif dan aman (GOLD,
2009).
PENATALAKSANAAN
Antibiotik
Berdasarkan bukti terkini yang ada, antibiotik harus
diberikan kepada:
a. Pasien eksaserbasi yang mempunyai tiga gejala
kardinal, yaitu peningkatan volume sputum,
sputum menjadi semakin purulen, dan
peningkatan sesak
b. Pasien eksaserbasi yang mempunyai dua gejala
kardinal, jika peningkatan purulensi merupakan
salah satu dari dua gejala tersebut
c. Pasien eksaserbasi yang memerlukan ventilasi
mekanik.
PENATALAKSANAAN
Terapi Oksigen
• Pada eksaserbasi akut terapi oksigen
merupakan hal yang pertama dan utama,
bertujuan untuk memperbaiki hipoksemia dan
mencegah keadaan yang mengancam jiwa.
Ventilasi Mekanik
• Tujuan utama penggunaan ventilasi mekanik
pada PPOK eksaserbasi berat adalah
mengurangi mortalitas dan morbiditas, serta
memperbaiki gejala.
KOMPLIKASI
DAFTAR
PUSTAKA
PerhimpunanDokterParuIndonesi(PDPI).PedomanDiagnosisdanPenatalaksanaan PPOK
di Indonesia. 2003
WanC,TzeP.COPDinAsia.Whereeastmeetswest,Chest.2011:hal517-27
Buist AS, McBurnie MA,Vollmer WM.InternationalVariation in The Prevalence ofCOPD
(the BOLD Study)a population-based prevalence study. Lancet: 2007
WorldHealthOrganization.COPD.Geneva: 2008
KatleenH,DongFengGu.RiskFactorsforCOPDmortalityinChineseAdult.AM Journal of
Epidemiology Vol 167 issue 8.hal 1998- 1004
Di Pede C. Chronic Obstructive Lung Disease and Occupational Exposure. Curt Op
inAllergy Clin Immuno. 2012. Hal 115-121
Romieu,TrengaC.DietandObstructiveLungDisease.EpidemiolDev:hal268-287
Rojas S, Romieu, Perez P. Lung Function Growth im Children with Longterm Exposure
to Air Pollutans in Mexico City. Epidemiology 2006: 17. hal 266-67
Alsaggaf.BukuAjarIlmuPenyakitParu.BagianIlmuPenyakitParuFakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Surabaya : Airlangga University;2004

Anda mungkin juga menyukai