Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang biasa disebut sebagai PPOK merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara didalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang bersifat progresif ini disebabkan karena terjadinya inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi. WHO memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga Dep. Kes. RI tahun 1992, PPOK bersama asma bronchial menduduki peringkat keenam. Merok merupakan farktor risiko terpenting penyebab PPOK di samping faktor risiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-lainnya. Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2007, dibagi atas 4 derajat yaitu COPD ringan, sedang, berat dan sangat berat. Penderita COPD datang dengan keluhan sesak nafas, batuk-batuk kronis, sputum yang produktif, faktor resiko (+). Sedangkan COPD ringan dapat tanpa keluhan atau gejala. Pemeriksaan foto toraks pada PPOK dapat ditemui hiperinflasi, hiperlusen, diafragma mendatar, corakan

bronkovaskuler meningkat dan bulla. Tujuan terapi PPOK adalah mencegah progesifitas penyakit, mengurangi gejala, meningkatkan toleransi latihan, mencegah dan mengobati komplikasi, mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang, mencegah atau meminimalkan efek samping obat, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru, meningkatkan kualitas hidup penderita dan menurunkan angka kematian. Penatalaksanaan PPOK terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Prognosis PPOK tergantung dari derajat penyakit paru dan penyakit komorbid lain. Komplikasi PPOK termasuk gagal nafas, kor pulmonal dan septikemia. Karena banyaknya insiden PPOK, maka sangat perlu pemahaman yang lebih mendalam baik anamnesis, gejala klinik, pemeriksaan fisik, serta kelainan lain yang menyertai penyakit ini, sehingga identifikasi dan pengobatan menjadi lebih tepat. Karena alasan tersebut kami memilih kasus ini.

BAB II LAPORAN KASUS

II.1

IDENTIFIKASI Nama Jenis kelamin Usia Alamat Pekerjaan Status perkawinan Agama MRS Tgl. Pemeriksaan : Tuan AR : Laki-laki : 28 tahun : 13 Ulu, Palembang : Pegawai bengkel : Kawin : Islam : 28 November 2010 : 29 November 2010

II.2

ANAMNESIS (Autoanamnesis) Keluhan Utama Sesak napas semakin berat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Perjalanan Penyakit 3 minggu SMRS os mengeluh sesak nafas, sesak nafas tidak dipengaruhi aktivitas, posisi, cuaca ataupun emosi. Keluhan bangun di tengah malam karena 2

sesak disangkal. Sesak tidak disertai bunyi mengi. Os juga mengeluh batuk, tidak berdahak. Keluhan nyeri dada disangkal. Demam ada terutama di malam hari, demam tidak terlalu tinggi, menggigil tidak ada. Keringat malam hari ada. Os menyangkal adanya keluhan mual dan muntah. Badan terasa lemas ada, nafsu makan berkurang ada, penurunan berat badan tidak ada. BAK dan BAB seperti biasa. Os kemudian pergi berobat ke dokter, diberi obat (os tidak tahu nama obat) namun keluhan tidak berkurang.

2 hari SMRS os mengeluh sesak napas semakin berat, sesak terjadi terus menerus, sesak tidak dipengaruhi aktivitas, posisi, cuaca ataupun emosi. Sesak tidak disertai bunyi mengi. Os juga mengeluh batuk, tidak berdahak. Keluhan nyeri dada kiri. Demam ada terutama di malam hari, demam tidak terlalu tinggi, menggigil tidak ada. Keringat malam hari ada. Badan terasa lemas ada, nafsu makan berkurang ada, penurunan berat badan tidak ada. BAK dan BAB seperti biasa. Os akhirnya memutuskan untuk berobat ke RS Muhammadiyah, namun karena kapasitas penuh, pasien dirujuk ke RSMH.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit asma disangkal Riwayat penyakit paru disangkal Riwayat minum obat yang diminum selama 6 bulan disangkal Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok sejak 15 tahun yang lalu, bungkus/ hari, berhenti 3 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

II.3

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum 3

Keadaan umum : tampak sakit Keadaan sakit Kesadaran Gizi Kesan : tampak sakit sedang : compos mentis : (BB 50 kg,TB:165 cm) RBW= 76,9 % : underweight

Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi Pernapasan Temperatur : 94 x/ menit, teratur, : 33 x/ menit : 37,1 celcius

Keadaan Spesifik Kulit Warna sawo matang, turgor kembali cepat, ikterus pada kulit (-), sianosis (-), scar (-), keringat umum (+), keringat setempat (-), pucat pada telapak tangan dan kaki (-), pertumbuhan rambut normal. KGB Kelenjar getah bening di submandibula, leher, axila, inguinal tidak teraba.

Kepala Bentuk oval, simetris, ekspresi tampak sakit, warna rambut hitam, rambut mudah rontok (-), deformitas (-)

Mata Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (+/+), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya (-), pergerakan mata ke segala arah baik

Hidung Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik, selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-),pernapasan cuping hidung (-).

Telinga Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik

Mulut Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor (-), atrofi papil (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-)

Leher Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (52) cmH2O, hipertrofi musculus sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)

Dada Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)

Paru-paru Inspeksi : statis : asimetris, dada kiri lebih cembung dari dada kanan dinamis : dada kiri tertinggal Palpasi : stemfremitus kiri melemah mulai ICS IV ke bawah, stemfremitus kanan normal Perkusi : redup pada paru kiri mulai ICS IV ke bawah, sonor pada paru kanan Auskultasi : paru kiri: vesikuler menurun mulai ICS IV ke bawah, ronkhi basah sedang pada apex paru paru kanan: vesikuler (+) normal, ronkhi basah sedang pada lobus tengah, wheezing (-)

Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi : ictus cordis tidak terlihat : ictus cordis tidak teraba, thrill (-) : batas jantung atas ICS II, batas jantung kanan linea sternalis dextra, batas jantung kiri sulit dinilai. Auskultasi : HR 94 x/ menit, murmur (-), gallop (-)

Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : datar, venektasi (-) : lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba : thympani, shifting dullness (-) : bising usus (+) normal

Alat Kelamin Tidak diperiksa

Ekstremitas Ekstremitas atas : nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-) Ekstremitas bawah : nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (), pigmentasi normal, telapak kaki pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-)

II.4

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium Hematologi (29 November 2010) Hb Hematokrit Leukosit LED Trombosit Hitung Jenis Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit : 0 (normal : 0-1 %) : 1 (normal : 1-3%) : 1 (normal : 2-6%) : 76 (normal : 50-70%) : 16 (normal : 20-40%) 6 : 10,4 g/dl (normal : 14 18 g/dl) : 33 vol % (normal: 40-48 vol%) : 7.100 / mm3 (normal : 5000-10000/mm3) : 20 mm/jam (normal : < 10 mm/jam) : 370.020/mm3 (normal : 200.000-500.000/mm3)

Monosit

: 6 (normal : 2-8%)

Kimia Klinik (29 November 2010) BSS Ureum Creatinin Uric acid Protein Total Albumin Globulin Na K+ SGOT SGPT
+

: 150 mg/dl : 21 mg/dl (normal : 15-39 mg/dl) : 1,0 mg/dl (normal : 0.6-1.0 mg/dl) : 2,8 mg/dl (normal : 3,5-7,1 mg/dl) : 6,2 g/dl (normal : 6.0-7.8 g/dl) : 2,9 g/dl (normal : 3.5-5.0 g/dl) : 3,3 g/dl : 132 mmol/l (normal : 135-155 mmol/l) : 3,5 mmol/l (normal : 3.5-5.5 mmol/l) : 50 U/ l (normal < 40 U/ l) : 43 U/l (normal <41 U/ l)

Urinalisa (28 November 2010) Sedimen : sel epitel Leukosit Eritrosit Protein Glukosa : negatif : negatif : (+) : 1-3/ LPB (N : 0-5/LPB) : 0-2/LPB (N : 0-1/LPB)

B. Foto Toraks Tgl. 26 November 2010

Kondisi foto baik. Simetris kanan kiri. Sela iga tidak melebar. Kondisi tulang baik. CTR sulit dinilai Sudut costophrenicus tumpul di paru kanan dan paru kiri Diafragma tenting (-) Tampak perselubungan homogen radioopak pada lapangan paru kiri setinggi ICS IV ke bawah

Kesan: Efusi pleura sinistra Efusi pleura dextra minimal

Tgl. 30 November 2010 (post aspirasi ke-1)

jantung sulit dievaluasi sebagian sisi kiri jantung masih tertutup opasitas tampak infiltrate di lapangan atas paru kanan dan kiri, dan lapangan tengah paru kiri tampak bayangan radioopaq di lateral paru kiri meluas ke sentral, bentuk konveks hemidiafragma kanan mendatar dengan sudut costofrenikus kanan tumpul hemidiafragma kiri dan sudut costofrenikus sulit dievaluasi tulang-tulang dan jaringan lunak baik

Kesan: TB paru lesi lanjut dengan efusi pleura kanan Empiema paru kiri DD/ efusi pleura kiri

C. EKG (28 November 2010)

Sinus takikardi

D. Pemeriksaan Cairan Pleura (30 November 2010) Parameter Hasil Metode Interpretasi klinis Transudat Eksudat

MAKROSKOPIS Volume Warna Kejernihan 10 ml kuning Jernih Makroskopis Makroskopis Makroskopis Kekuningan Jernih Bervariasi Jernih sampai keruh Bau Tidak bau Makroskopis Tidak bau Kadangkasdang berbau busuk Bekuan Ada Makroskopis Tidak ada Kadang kadang terdapat bekuan BJ MIKROSKOPIS Jumlah sel Jumlah sel PMN MN KIMIA Glukosa 3.88 0.12 GOD-PAP (human/indo R) Kira-kira sama < dengan plasma plasma (3.9 6.1 kadar 2% 98% 475 sel/L Mikroskopis Mikroskopis < 1000/ mm3 > 1000/ m3 1010 Makroskopis 1005-1015 > 1018

10

mmol//L) Protein 42.27 0.06 Bluret (human/ < 30 g/L g/L LDH ka/L Indo R) Kira-kira sama >Kadar dengan plasma plasma (1.7 3.2 kat/L ) Rivalta Positif (+) Negatif (-) Positif (+) > 30 g/L

23.18 0.04 UV-Test (human/ dialab)

E. Pemeriksaan Sputum BTA (1 Desember 2010) Metoda : pewarnaan Ziehl Neelsen Bahan BTA I BTA II BTA III Hasil Positif (+) Nilai Normal Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-)

II.5

RESUME Seorang laki-laki berinisial Tn. AR, berumur 28 tahun, MRS tanggal 28 November 2010 dengan keluhan utama sesak napas semakin berat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. 3 minggu SMRS os mengeluh sesak nafas. Os juga mengeluh batuk tidak berdahak. Demam ada terutama di malam hari, demam tidak terlalu tinggi. Keringat malam hari ada. Badan terasa lemas dan nafsu makan berkurang.Os kemudian pergi berobat ke dokter, diberi obat (os tidak tahu nama obat) namun keluhan tidak berkurang. 2 hari SMRS os mengeluh sesak napas semakin berat, sesak terjadi terus menerus. Os juga mengeluh batuk tidak berdahak. Keluhan nyeri pada dada kiri. Demam ada terutama di malam hari, demam tidak terlalu tinggi. Keringat malam hari ada. Badan terasa lemas dan nafsu makan berkurang. Os akhirnya memutuskan untuk berobat ke RS Muhammadiyah, namun karena kapasitas penuh, pasien dirujuk ke RSMH. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, keadaan gizi underweight, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 94 x/ 11

menit, pernapasan 33 x/ menit, dan konjungtiva palpebra pucat (+/+). Pada pemeriksaan paru ditemukan asimetris, dada kiri lebih cembung dari dada kanan,dada kiri tertinggal dari dada kanan, stemfremitus kiri melemah mulai ICS IV ke bawah, redup pada paru kiri mulai ICS IV ke bawah, vesikuler menurun pada paru kiri mulai ICS IV ke bawah, ronkhi basah sedang pada apex paru kiri dan ronkhi basah sedang pada lobus tengah paru kanan. Pada pemeriksaan jantung, abdomen, dan ekstremitas tidak ditemukan kelainan. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 10,4 g/dl, hematokrit 33 vol %, LED 20 mm/jam, uric acid 2,8 mg/dl, albumin 2,9 g/dl, globulin g/dl, Na+ 3,3

132 mmol/l, SGOT 50 U/ l dan SGPT 43 U/l. Dari

pemeriksaan rontgen toraks didapatkan efusi pleura kiri dan efusi pleura kanan minimal. Pada EKG ditemukan sinus takikardi. Pada pemeriksaan cairan pleura didapatkan jumlah sel MN 98%, dan Rivalta (+). Pada pemeriksaan sputum BTA I (+).

II.6

DIAGNOSIS SEMENTARA Efusi pleura bilateral e.c TB paru kasus baru + hipoalbuminemia + hiponatremia.

II.7

DIAGNOSIS BANDING Efusi pleura bilateral e.c Tumor paru + hipoalbuminemia + hiponatremia.

II.8

PENATALAKSANAAN Non farmakologis: o Istirahat o Diet NB TKTP o Aspirasi pleura (torakosintesis)

Farmakologi: o IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit o OBH syr 3X1 c o Vit B1, B6, B12 3x1 tab o Asam mefenamat 3x1tab

12

II.9

Rencana Pemeriksaan Sitologi cairan efusi pleura Foto toraks PA dan lateral dekubitus post aspirasi pleura ke-2

II.10 PROGNOSIS : Quo ad vitam Quo ad functionam : dubia ad bonam : dubia

Follow Up: Tanggal S 29 November 2010 Nafsu makan menurun (+), sesak (+), demam (+) terutama malam hari O: Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Pernapasan Temperatur Compos mentis 110/70 mmHg 98 x/menit 32 x/ menit 36,90C

Keadaan spesifik Kepala Conjungtiva palpebra pucat (+/+) Sclera ikterik (-/-) Leher JVP (5-2) cm H2O Pembesaran KGB (-) Thorax: Paru I : statis: asimetris, dada kiri lebih cembung dari dada kanan, dinamis : dada kiri tertinggal P : stemfremitus kiri melemah mulai ICS IV ke bawah, stemfremitus kanan normal P : redup pada paru kiri mulai ICS IV ke bawah, sonor pada paru kanan. A: 13

paru kiri: vesikuler menurun mulai ICS IV ke bawah, ronkhi basah sedang pada apex paru paru kanan: vesikuler (+) normal, ronkhi basah sedang pada lobus tengah, wheezing (-)

Jantung

I : ictus cordis tidak terlihat P : ictus cordis tidak teraba P : batas atas ICS 2, batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri sulit ditentukan A : HR 98 x/ menit murmur (-), gallop (-)

Abdomen

I : datar P : lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar-lien tidak teraba P : thympani A : bising usus (+) normal

Genitalia Ekstremitas A

Tidak diperiksa Edema (-) Efusi pleura bilateral e.c TB paru kasus baru + hipoalbuminemia + hiponatremia

Non farmakologis: Istirahat Diet NB TKTP Aspirasi pleura (torakosintesis): telah

dilakukan aspirasi didapatkan cairan serous santokrom, sebanyak + 500cc

Farmakologi: IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit OBH syr 3X1 c

14

Vit B1, B6, B12 3x1 tab Asam mefenamat 3x1tab

Tanggal S O: Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Pernapasan Temperatur

30 November 2010 Sesak (+), batuk kering (+)

Compos mentis 100/70 mmHg 90 x/menit 30 x/ menit 37,00C

Keadaan spesifik Kepala Conjungtiva palpebra pucat (+/+) Sclera ikterik (-/-) Leher JVP (5-2) cm H2O Pembesaran KGB (-) Thorax: Paru I : statis asimetris, dinamis dada kiri tertinggal P : stemfremitus kiri < kanan P : redup pada paru kiri mulai ICS IV ke bawah, paru kanan sonor. A : vesikuler menurun pada paru kiri, RBS (+) di apex paru kiri, vesikuler (+) normal pada paru kanan, wheezing (-)

Jantung

I : ictus cordis tidak terlihat P : ictus cordis tidak teraba P : batas atas ICS 2, batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri sulit ditentukan A : HR 90 x/ menit murmur (-), gallop (-)

15

Abdomen

I : datar P : lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar-lien tidak teraba P : thympani A : bising usus (+) normal

Genitalia Ekstremitas A

Tidak diperiksa Edema (-) Efusi pleura bilateral e.c TB paru kasus baru + hipoalbuminemia + hiponatremia

Non farmakologis: Istirahat Diet NB TKTP Aspirasi pleura (torakosintesis): telah

dilakukan aspirasi didapatkan cairan serous santokrom, sebanyak + 500cc

Farmakologi: IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit OBH syr 3X1 c Vit B1, B6, B12 3x1 tab Asam mefenamat 3x1tab

Tanggal S O: Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Pernapasan Temperatur

1 Desember 2010 -

Compos mentis 110/70 mmHg 90 x/menit 28 x/ menit 36 0C

16

Keadaan spesifik Kepala Conjungtiva palpebra pucat (-/-) Sclera ikterik (-/-) Leher JVP (5-2) cm H2O Pembesaran KGB (-) Thorax: Paru I : statis asimetris, dinamis dada kiri tertinggal P : stemfremitus kiri < kanan P : redup pada paru kiri mulai ICS IV ke bawah, paru kanan sonor. A : vesikuler menurun pada paru kiri, RBS (+) di apex paru kiri, vesikuler (+) normal pada paru kanan, wheezing (-)

Jantung

I : ictus cordis tidak terlihat P : ictus cordis tidak teraba P : batas atas ICS 2, batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri sulit ditentukan A : HR 90 x/ menit murmur (-), gallop (-)

Abdomen

I : datar P : lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar-lien tidak teraba P : thympani A : bising usus (+) normal

Genitalia Ekstremitas A

Tidak diperiksa Edema (-/-) Efusi pleura bilateral e.c TB paru kasus baru + hipoalbuminemia + hiponatremia

Non farmakologis: Istirahat

17

Diet NB TKTP

Farmakologi: IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit OBH syr 3X1 c Vit B1, B6, B12 3x1 tab

BAB III ANALISA KASUS Berdasarkan keluhan utama os, yakni sesak nafas yang semakin berat sejak 2 hari SMRS maka gangguan organ yang mungkin pada kasus ini ialah gangguan paruparu, gangguan jantung, ginjal, hati dan darah. Dari anamnesis terhadap os, didapatkan bahwa os mengeluh sesak nafas, akan tetapi sesak nafas os tidak dipengaruhi aktivitas dan tidak ada sesak pada malam hari. Dengan demikian gangguan pada organ jantung dapat disingkirkan. 18

Anamnesis juga menunjukkan bahwa os tidak ada gangguan dalam BAK. Pemeriksaan fisik juga menunjukkan bahwa tidak ada sembab dan tekanan darah masih dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil laboratorium creatinin dan creatinin dengan demikian gangguan pada organ ginjal dapat disingkirkan. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan pembesaran pada hepar, tidak ditemukan adanya sklera ikterik dan nyeri tekan pada perut kanan atas. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa SGOT dan SGPT sedikit meningkat. Peningkatan ini menurut penulis tidak disebabkan akibat gangguan di ginjal, akan tetapi lebih pada peningkatan katabolisme tubuh. Sehingga gangguan pada hepar dapat disingkirkan. Dari anamnesis didapatkan adanya pengakuan os merasa sesak napas dan nyeri dada sebelah kiri, dari pemeriksaan fisik paru ditemukan asimetris, dada kiri lebih cembung dari dada kanan,dada kiri tertinggal dari dada kanan, stemfremitus kiri melemah mulai ICS IV ke bawah, redup pada paru kiri mulai ICS IV ke bawah, vesikuler menurun pada paru kiri mulai ICS IV ke bawah, ronkhi basah sedang pada apex paru kiri dan pada lobus tengah paru kanan. Pemeriksaan penunjang, rontgen thorax, memberikan kesan adanya efusi pleura sinistra setinggi ICS IV ke bawah dan efusi pleura kanan minimal. Jadi, dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan gambaran radiologis disimpulkan bahwa terjadi efusi pleura bilateral. Efusi cairan dapat berbentuk eksudat maupun transudat. Pada kasus ini cairan berbentuk eksudat karena pada pemeriksaan cairan pleura Rivalta (+) yang dapat menunjukkan bahwa kelainan berasal dari paru. Adapun etiologi yang mungkin dari efusi pleura eksudativa ialah para pneumonia, tuberkulosa, keganasan (tumor), infeksi fungi dan viral, pancreatitis, perforasi esofagus, abses intraabdomen, penyakit kolagen vaskuler (rheumatoid arthritis, SLE). Dari anamnesis, os mengeluh batuk kering sejak 3 minggu SMRS, sesak napas, disertai demam yang tidak terlalu tinggi, nafsu makan yang menurun, badan terasa lemas sehingga penulis menganalisis bahwa TB paru kasus baru (sebab os mengaku belum pernah makan obat yang menyebabkan kencingnya jadi berwarna merah) dan keganasan pada paru sebagai penyebab dari efusi pleura ini. Penulis lebih TB paru kasus baru karena adanya keringat pada malam hari, demam terutama pada malam hari, tidak ditemukan penurunan berat badan yang drastis seperti pada keganasan, serta dari pungsi thorax sinistra pada ICS VII linea axilaris posterior didapatkan cairan efusi yang berwarna kekuningan (serous santokrom) bukan merah keruh seperti pada keganasan (tumor paru). Pada pemeriksaan cairan pleura terdapat sel

19

MN 98% yang menunjukkan adanya perjalanan penyakit yang kronis, dan Rivalta (+) yang menunjukkan eksudat. Sedangkan pada pemeriksaan sputum BTA I (+). Selain itu, pada pasien ini juga didapatkan hasil laboratorium dimana kadar albumin yang rendah serta kadar natrium yang rendah. Sehingga os juga didiagnosis dengan hipoalbumin dan hiponatremia. Keadaan hipoalbumin dapat diakibatkan oleh intake yang kurang, output yang berlebihan maupun oleh karena katabolisme yang meningkat. Pada pasien ini, hipoalbumin lebih diakibatkan oleh intake yang kurang dan proses katabolisme yang meningkat. Dimana dari anamnesis didapatkan adanya keluhan nafsu makan pasien menurun, dimana intake yang kurang akan menyababkan tubuh kekurangan energi sehingga untuk mencukupi kebutuhan energi ini, albumin sebagai cadangan energi digunakan untuk mencukupi kebutuhan energi. Sehingga terjadilah hipoalbuminemia pada pasien ini. Hiponatremia lebih disebabkan oleh adanya penurunan intake cairan dari pasien. Akibatnya cairan ekstraseluler lebih pekat dari cairan intraseluler. Sebagai kompensasi untuk menjaga osmolalitas tetap normal maka tubuh berusaha membuang kelebihan elektrolit terutama natrium. Keadaan ini berlangsung kronik sehingga tercetuslah keadaan hiponatremia. Adapun penatalaksanaan pada pasien ini ialah : Non Farmakologi o Istirahat o Diet NB TKTP o Aspirasi pleura (torakosintesis): terutama ditujukan untuk mengurangi sesak nafas dari pasien akibat adanya cairan efusi pada pleura pasien.

Farmakologi: o IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit: adapun tujuan pemberian IVFD ini ialah untuk koreksi hiponatremia dan juga untuk rehidrasi. o OBH syr 3x1 c, untuk mengurangi batuk. o Vit B1, B6, B12 3x1 tab, karena nafsu makan os yang menurun dan badan terasa lemas sehingga diperlukan suplemen tambahan o Asam mefenamat 3x1tab, untuk mengurangi gejala nyeri dada. Adapun prognosis pada pasien ini dubia. Tergantung penyebab dan keadaan komorbid. 20

DAFTAR PUSTAKA Jay A. Fishman. Fishmans Pulmonary Disease and Disorders. Ed IV. New York: Mc Graw Hill. G Antunes. BTS Guidline : pleural effusions. 2003. BMJ Publishing Group Ltd & British Thoracic Society. Dennis L, Kasper. Harrisons Principles of Internal Medicine. Ed 16. New York: Mc Graw Hill. Corwin EJ. Sistem Pernapasan. Buku Saku Patofisiologi.Ed 3. Jakarta. EGC. Halim Hadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Penyakit-penyakit Pleura. Jilid II. Ed 4. Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Uyainah A. Efusi Pleura. In: Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI 21

Light RW. Disorders of The Pleura, Mediastunun and Diaphragm. In : Braun Wald E, Fauci AS. Harrisons Principles of Internal Medicine. Ed 16. New York, Mc Graw Hill.

22

Anda mungkin juga menyukai