Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN TINGKAT STRES PADA PASIEN DIABETES MELITUS BERDASARKAN

KENAIKAN KADAR GULA DARAH DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD.Dr.M.YUNUS

KOTA BENGKULU

BILDA AGUSTINA

F0H021109

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU 2023


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang terjadi akibat kelainan
sekresi atau kerja insulin yang ditandai dengan peningkatan gula darah. DM tipe 2
merupakan jenis DM yang paling sering terjadi dan jumlahnya mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Diabetes sering menimbulkan komplikasi sehingga
memerlukan dukungan edukasi berkaitan dengan perawatan dan pengobatan
jangka panjang diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang sering dialami
oleh manusia yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor keturunan
obesitas,pola hidup sehat (Nyoman et al., 2019).

Perhitungan terbaru dan paling komprehensif menunjukkan tingkat prevalensi global


/dunia saat ini adalah 6,1%, menjadikan diabetes sebagai salah satu dari 10 penyebab utama
kematian dan kecacatan. Di tingkat wilayah super, angka tertinggi adalah 9,3% di Afrika
Utara dan Timur Tengah, dan angka tersebut diproyeksikan akan melonjak menjadi 16,8%
pada tahun 2050. Angka tersebut di Amerika Latin dan Karibia diproyeksikan meningkat
menjadi 11,3%. Diabetes terutama terlihat pada orang berusia 65 tahun ke atas di setiap
negara dan mencatat tingkat prevalensi lebih dari 20% untuk demografi tersebut di seluruh
dunia. angka tertinggi adalah 24,4% pada kelompok usia antara 75 dan 79 tahun.
Berdasarkan data berdasarkan wilayah super, Afrika Utara dan Timur Tengah memiliki
angka tertinggi yaitu 39,4% pada kelompok usia ini, sedangkan Eropa Tengah, Eropa Timur,
dan Asia Tengah memiliki tingkat terendah di 19,8%.hampir seluruh kasus global (96%)
adalah diabetes tipe 2 (T2D); semua 16 faktor risiko yang diteliti dikaitkan dengan T2D.
Indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi merupakan risiko utama T2D – menyumbang 52,2%
dari kecacatan dan kematian T2D – diikuti oleh risiko pola makan, risiko
lingkungan/pekerjaan, penggunaan tembakau, aktivitas fisik yang rendah, dan penggunaan
alcohol
prevalensi, morbiditas, dan mortalitas diabetes di 204 negara dan wilayah berdasarkan
usia dan jenis kelamin antara tahun 1990 dan 2021 dan memperkirakan prevalensi diabetes
hingga tahun 2050. Mereka juga memberikan perkiraan diabetes tipe 1. diabetes (T1D) dan
diabetes tipe 2 (T2D) dan menghitung proporsi beban T2D yang disebabkan oleh 16 faktor
risiko. (IHME,june 2023)

Indonesia termasuk dalam sepuluh negara dengan jumlah kasus diabetes mellitus
terbanyak di dunia. Indonesia berada pada peringkat ke-6 pada tahun 2017 dengan jumlah
kasus terbesar 10,3 juta jiwa . diperkirakan akan meningkat menjadi 16,7 juta pasien per
tahun 2045. dalam 3 dekade terakhir, prevalensi diabetes tipe 2 telah meningkat secara
dramatis di negara-negara dengan semua tingkat pendapatan. Diabetes tipe 1, dulu dikenal
sebagai diabetes remaja atau diabetes tergantung insulin, adalah suatu kondisi kronis di mana
pankreas memproduksi sedikit atau tidak sama sekali insulin. Bagi penderita diabetes, akses
terhadap pengobatan yang terjangkau, termasuk insulin, sangat penting untuk kelangsungan
hidup mereka. Terdapat target yang disepakati secara global untuk menghentikan
peningkatan diabetes dan obesitas pada tahun 2025. Sekitar 422 juta orang di Indonesia
menderita diabetes, sebagian besar tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah, dan 1,5 juta kematian disebabkan langsung oleh diabetes setiap tahunnya. Jumlah
kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir(WHO 2022)

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi DM di


Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat
dari tahun 2013 sebesar 1,5% menjadi 2%. Prevalensi DM semua umur di Indonesia
pada Riskesdas 2018 sedikit lebih rendah dibandingkan prevalensi DM pada usia ≥15
tahun, yaitu sebesar 1,5%. Prevalensi DM pada tahun 2018 berdasarkan umur, jenis kelamin,
dan daerah domisili. Maka kategori usia penderita DM terbesar berada pada rentang
usia 55-64 tahun sebesar 6,3% dan 65-74 tahun sebesar 6%. Selain itu, penderita DM
di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin perempuan (1,8%) dari pada laki -laki (1,2%).
Kemudian untuk daerah domisili lebih banyak penderita DM yang berada di perkotaan
(1,9%) dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%). Berdasarkan status pendidikan dan
pekerjaan, prevalensi penderita DM tertinggi merupakan kategori jenjang pendidikan
tertinggi sebesar 2,8% status pekerjaan sebagai PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD (Riskesdas,
2019).

Gejala diabetes tipe 2 umumnya mirip dengan diabetes tipe 1, namun sering kali tidak
terlalu kentara. Akibatnya, penyakit ini dapat didiagnosis beberapa tahun setelah timbulnya
penyakit, setelah timbul komplikasi. Oleh karena itu, penting untuk mewaspadai faktor
risikonya. Gejala paling umum di antaranya adalah:

merasa sangat haus,buang air kecil lebih dari biasanya, terutama saat malam hari merasa
sangat lelah kehilangan berat badan tanpa melakukan apapun sariawan yang terus terjadi
penglihatan mengkabur luka yang tidak pernah sembuh, gejala diabetes tipe 1 cenderung
muncul saat anak-anak atau remaja, serta lebih parah.Orang yang lebih berisiko terkena
diabetes tipe 2 adalah kelompok umur di atas 40 tahun (atau 25 tahun di antara orang Asia
selatan); memiliki orang tua atau saudara sekandung penderita diabetes; kelebihan berat
badan atau obesitas,faktor genetic dapat memicu terjadinya penyakit diabetes mellitus
(kementrian kesehatan 2020).

Stress dan DM memiliki hubungan yang sangat erat terutama pada penduduk
lingkungan perkotaan . tekanan kehidupan dan gaya hidup yang sangat mempengaruhi,
stres dengan DM terutama penduduk perkotaan, sebab daerah perkotaan sangat tinggi
terhadap teknologi yang mempengaruhi gaya hidup dan bahkan kehidupan yang tinggi. Stress
mempengaruhi organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin yang menyebabkan timbulnya
proses glikoneogenesis di dalam hati, dan melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam
darah dalam beberapa menit, yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa
dalam darah saat stress atau tegang tingkat stres yang tinggi dapat memicu kadar
gula darah seseorang semakin meningkat, sehingga semakin tinggi tingkat stres yang
dialami oleh pasien Diabetes, maka penyakit Diabetes Melitus yang diderita akan
semakin tambah buruk. Stres dan Diabetes Melitus memiliki hubungan yang sangat
erat terutama pada penduduk perkotaan. Tekanan kehidupan dan gaya hidup tidak
sehat(pratiwi 2019).
untuk mencegah diabetes tipe 2 dan mencegah komplikasi serta kematian dini yang
dapat diakibatkan oleh semua jenis diabetes. hal ini mencakup kebijakan dan praktik di
seluruh populasi dan dalam lingkungan tertentu (sekolah, rumah, tempat kerja) yang
berkontribusi terhadap kesehatan yang baik bagi semua orang, terlepas dari apakah mereka
menderita diabetes, seperti berolahraga secara teratur, makan sehat, menghindari merokok,
dan mengontrol tekanan darah dan lemak. Titik awal untuk hidup sehat dengan diabetes
adalah diagnosis dini semakin lama seseorang hidup dengan diabetes yang tidak terdiagnosis
dan tidak diobati, kemungkinan besar dampak kesehatannya akan semakin buruk. Oleh
karena itu, akses mudah terhadap diagnostik dasar, seperti tes glukosa darah, harus tersedia di
rangkaian layanan kesehatan primer. Pasien memerlukan penilaian spesialis atau pengobatan
berkala untuk mengetahui komplikasinya. Serangkaian intervensi hemat biaya dapat
meningkatkan hasil akhir pasien, apa pun jenis diabetes yang mereka derita. Intervensi ini
mencakup pengendalian glukosa darah melalui kombinasi pola makan, aktivitas fisik dan,
jika perlu, pengobatan; pengendalian tekanan darah dan lipid untuk mengurangi risiko
kardiovaskular dan komplikasi lainnya; dan pemeriksaan rutin terhadap kerusakan pada
mata, ginjal, dan kaki untuk memudahkan pengobatan dini.(WHO 2023).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini ingin mengetahui berapa
berpengaruhnya tingkat stress terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus dalam jangka waktu yang dekat ,

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Tujuan penelitian ini di ketahuinya karakteristik meliputi(usia,jenis
kelamin,pekerjaan,dan pendidikan )pada pasien yang mengalami penyakit diabetes mellitus
di kota bengkulu.
1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan penelitian ini untuk membuktikan pegaruh stress terhadap kenaikan kadar gula
darah ,untuk mendapatkan data yang spesifik terhadap masalah /penyebab yang mempengaruhi
tentang hubungan stress dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1.manfaat teoritis
Untuk menambah pengetahuan terutama pada gambaran tingkat stress pada orang yang
mengalami /menderita penyakit diabetes mellitus untuk mengetahui apa saja penyebab faktor
kenaikan kadar gula darah dalam waktu yang cepat .

1.4.2 manfaat praktisi


1).Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan dan informasi bagi
keperawatan tentang gambaran karakteristik pasien yang menderita penyakit
diabetes mellitus dm ,hasil penellitian ini juga dapat di gunakan sebagai dasar
untuk penelitian selanjutnya .

2).Bagi peneliti

Penelitian ini memberikan ilmu dan pengetahuan dan pengalam baru serta
informasi –informasi yang sangat bagus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes mellitus

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Dibetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah (Hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin dan kerja insulin, kadar
glukosa darah setiap hari bervariasi, kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam. Kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang
terhadap penyakit kronis dinegara maju hanya 50% sedagkan di Negara berkembang jumlah
tersebut bahkan lebih rendah. Kepatuhan pasien sangat diperluan untuk mencapai
keberhasilan terapi utama penyakit yang tidak menular sepertis penyakit diabetes militus
dan penyakit lainnya. Kepatuhan pasien pada terapi penyakit diabetes melitus dapat
memberikan efek negatif yang sangat besar karena resentase kasus penyakit tidak menular
tesebut diseluruh dunia mencapi 54% dari seluruh penyakit .angka ini bahkan
diperkirakanakan akan meningkat menjadi lebih dari 65% pada tahun 2020. Prediksi
sepuluh tahun yang lalu bahwa jumlah diabetes akan mencapai 350 juta pada tahun 2025,
ternyata sudah sejauh ini . Lebih dari setengah populasi dunia yang menderita penyakit
diabetes berada di Asia, terutama di India, China, Pakista, dan Indonesia. Prevalensi
Diabetes Melitus pada orang dewasa 20-79 tahun diperkirankan 8,8% dari keseluruhan
penduduk di dunia. Penderita diabetes usia lanjut 20-79 tahun, 5,0 juta kematian akibat
diabetes dan jumlah penderita Diabetes Melitus usia lanjut 20-79 diprediksikan akan naik
menjadi 642 juta pada tahun 2040 (Ayu & Puspita, 2020).
Diabetes mellituss merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan
tingginya kadar gula dalam darah. Faktor resiko yang dapat mengakibatkan diabetes
mellitus diantaranya stres, faktor genetik, umur serta riwayat mengkonsumsi alkohol.
upaya yang paling sederhana untuk mengendalikan kadar gula darah yaitu dengan
menerapkan manajemen stres. Tetapi dalam realitanya, masih banyak penderita diabetes
mellitus yang tidak dapat mengelola stres sehingga terjadi kenaikan kadar gula darah
pada penderita itu sendiri. sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat stress dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus.. Stres dapat
meningkatkan kadar glukosa darah karena stres menstimulus tubuh untuk mengeluarkan
hormon kortisol dan ephinefrin. Kedua hormon ini mempunyai efek yang kuat dalam
menyebabkan timbulnya proses glikoneogenesis, sehingga akan meningkatkan kadar
glukosa darah dengan jumlah besar dalam beberapa menit bahkan dalam kurung waktu
yang singkat . Manajemen stres yang baik diharapkan dapat mengendalikan kadar gula
penderita sehingga terciptanya kualitas hidup yang lebih baik.( RE Dinar, L Wahyuni,
AD Ningsih ,2022).

2.1.2 Penyebab Diabetes mellitus Tipe II

Diabetes tipe II ialah Sesuatu situasi kronis yang di pengaruhi oleh sistem
kerja tubuh terhadap kadar gula darah (glukosa). Pada diabetes tipe II badan tidak
memproduksi cukup insulin, ataupun menolak insulin. Pertanda terbentukan keluhan
yang di rasakan padapasien diabetes mellitus tipe II yaitu rasa haus bertambah, sering
buang air kecil, lapar, letih, serta pandangan kabur. Pada sebagian permasalahan,
tidak terdapat gejalatindakan yang dapat kita lakukan untuk mengurangi terjadikan
pengaruh buruk terhadap penyakit diabetes ini bisa kita mulai dengan gaya hidup yang
sehat seperti diet, berolahraga,minum obat, serta melakukan terapi insulin untukm
memenuhi kebutuhan insulian yang tubuh kita perlukan Penyebab diabetes mellitus ada
bebrapa yaitu mulai dari ,keturunan.obesitas,dan pola gayahidup yang tidak sehata seperti
sering mengkonsumsi gula yang terlalu berlebihan ,dengan jangan waktu yang cukup
panjang (Febriana Maharani, Candra Hadi Prasetiya 2023).
2.1.3 Patofisiologi Diabetes Melitus

2.1.4 Manifestasi klinis diabetes mellitus


2.1.5 pemeriksaan penunjang diabetes mellitus

2.1.6 penatalaksanaan diabetes mellitus


2.1.7 komplikasi diabetes mellitus

Konsep Stres

Depresi, kecemasan, dan stress merupakan faktor yang berpengaruh bagi

penyakit kardiovaskular dan komplikasinya termasuk hipertensi dan diabetes mellitus

tipe 2. Pada lansia menjadi lebih beresiko dibanding usia lainnya (Dominguez, Galioto,

Pineo, Ferlisi, Ciaccio, Putignano, 2010).

Hal ini dapat dijelaskan melalui reaksi biokimia yaitu berawal dari adanya

tuntutan terhadap individu kemudian individu akan merespon terhadap tuntutan tersebut.

Respon dapat berupa respon positif maupun respon negatif. respon negatif akan

menghasilkan emosi negatif. emosi negatif dapat menimbulkan reaksi biokimia terhadap

respon tubuh. Respon dalam tubuh terjadi melalui sistem neural dan neuroendokrin.

Sistem neural akan memicu keluarnya hormon norepinefrin. Hormon norepinefrin

memicu frekuensi detak jantung. Pada sistem neuroendokrin akan memicu keluarnya

hormon adrenalin dan kortisol. Hormon adrenalin dan kortisol memicu detak jantung,

kecepatan pernafasan, serta nafsu makan. Akibat dari reaksi hormon norepinefrin,

adrenalin dan kortisol maka terjadi pengiriman glukosa dalam darah untuk digunakan
sebagai energi bagi otot. Hal ini menyebabkan pankreas mengalami kesulitan bekerja

sehingga terjadi resistensi insulin. Akibatnya glukosa tidak bisa dipindahkan dari darah

sehingga kadar gula dalam darah meningkat. Penderita diabetes memiliki riwayat stress

kronis dan emosi negatif dibanding individu dengan kadar gula darah normal. Stress

kronis dan respon sistem endokrin terhadap stress secara signifikan berhubungan dengan

kadar gula darah, resistensi insulin dan prevalensi diabetes mellitus (Siddiqui, Madhu,

Sharma, Desai, 2015).

Stress kronis berkaitan dengan munculnya penyakit gangguan metabolisme

termasuk penyakit diabetes mellitus (Tamashiro, Sakai, Shively, Karatsoreos, Reagan,

2011).

Peningkatan kadar gula darah atau sering disebut hiperglikemia berkaitan dengan

kemampuan mengontrol emosi, merespon secara negatif dan kurangnya kesabaran

(Thoolen, Ridder, Bensing, Gorter, Rutten, 2008).

Ketidakmampuan kelenjar hipothalamus mengontrol hormon pada kondisi stress

menyebabkan berbagai perubahan fungsi tubuh di berbagai tingkatan seperti jaringan,

organik atau sistemik dan akhirnya menimbulkan berbagai penyakit salah satunya

Diabetes Mellitus (Mitra, 2008).

Olahraga merupakan salah satu dari penatalaksanaan penanggulangan diabetes

mellitus. Selain olahraga penatalaksanaan juga dilakukan dengan diet, obat-obatan,

edukasi dan pemantauan secara berkala. Olah raga atau aktivitas fisik dapat

meningkatkan kerja otot sehingga akan meningkatkan metabolisme serta pembentukan

dan pengeluaran energi tubuh. Hal ini mengakibatkan konsumsi oksigen dan energi
meningkat sekitar 20 kali lipat. Dengan demikian penggunaan glukosa juga mengalami

peningkatan dalam jumlah besar namun dengan tidak memerlukan sejumlah besar insulin

karena serat otot menjadi lebih permeabel terhadap glukosa akibat kontraksi dari otot itu

sendiri (Soegondo, 2009).

Penyebab Stres

Dampak negatif yang didapatkan dari penderita Diabetes Mellitus selain

berpengaruh pada kondisi fisik juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis. Penderita

Diabetes Mellitus dapat mengalami dampak fisik seperti penurunan berat badan,

perubahan nafsu makan, nyeri, gangguan tidur, dan kelelahan. Dampak psikologis

seperti cemas, ketakutan, merasa sedih, merasa tidak berguna dan tidak berdaya,

tidak memiliki harapan hidup, putus asa, dan stres (Hidayat, Jumaini, and Hasneli

2021).

Stres dapat bersifat akut atau kronis. Keduanya dapat menimbulkan berbagai

macam efek samping, namun stres kronis dapat berdampak buruk dalam jangka

panjang terhadap kesehatan seseorang. Glukokortikoid (GC) dan katekolamin adalah

respon hormonal utama terhadap stres. Hormon-hormon ini tidak menimbulkan efek

samping pada fase akut namun dalam jangka panjang dapat menyebabkan

terganggunya homeostatis glukosa. Homeostasis glukosa yang terganggu ini dapat

menyebabkan hiperglikemia kronis, sehingga menyebabkan resistensi insulin dan

diabetes tipe II (Sharma et al. 2022).


Tanda Dan Gejala Stres

Cara pengukuran stress

Penatalaksanaan stres

Anda mungkin juga menyukai