Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN UMUR, TINGKAT STRES DENGAN

PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA DM


TIPE 2 DIPUSKESMAS BULANGO TIMUR

PROPOSAL

OLEH

TITIN HAMZAH
NIM: 841417122

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis

yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi), disebabkan karena

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan untuk memfasilitasi

masuknya glukosa dalam sel agar dapat di gunakan untuk metabolisme dan

pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa

tertahan didalam darah dan menimbulkan peningkatan gula darah, sementara

sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan

dan fungsi sel (Izzati &Nirmala, 2015).

Diabetes Melitus (DM) terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe I dan tipe II.

Individu yang menderita diabetes melitus tipe I memerlukan suplai insulin dari

luar (eksogeninsulin), seperti injeksi untuk mempertahankan hidup. Tanpa

insulin pasien akan mengalami diabetik ketoasidosis, kondisi yang

mengancam kehidupan yang dihasilkan dari asidosis metabolik. Individu

dengan diabetes melitus tipe II resisten terhadap insulin, suatu kondisi dimana

tubuh atau jaringan tubuh tidak berespon terhadap aksi dari insulin. Sehingga

individu tersebut hanya selalu menjaga polamakan, mencegah terjadinya

hipoglikemi atau hiperglikemi dan hal tersebut akanberlangsung secara

menerus sepanjang hidupnya (Izzati & Nirmala 2015).

Definisi hipertensi berdasarkan laporan American Heart Association

(AHA) dan American College of Cardiology (ACC) adalah kondisi saat


tekanan darah sistolik >1 30 mmHg atau tekanan darah diastolik > 80

mmHg.4 Seseorang dengan hipertensi dapat menderita DM secara bersamaan.

DM adalah penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak dapat

menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang

dihasilkan dengan efektif.

Pada umumnya, diabetes melitus tipe 2 menyerang orang-orang dengan

usia diatas 40 tahun. Akan tetapi, ada jenis diabetes yang langka dan

menyerang orang pada usia muda terutama pada anak-anak dan remaja di usia

sekitar 11 – 20 tahun, yaitu diabetes melitus tipe 2 usia muda sehingga orang-

orang salah menyangka bahwa itu adalah penyakit diabetes melitus tipe 1 dan

salah pengobatan dengan diberi suntikan insulin. Penyakit Diabetes Melitus

(DM) tipe 2 muncul pada usia remaja dan hampir sekitar 50% dari anggota

keluarga ikut terkena dampaknya (dominan autosomal). Biasanya, orang muda

yang terkena serangan tidak membutuhkan suntikan insulin tambahan karena

pankreas masih memproduksi insulin meski sangat terbatas (Azzarah, 2015).

Diabetes Mellitus adalah salah satu diantara penyakit degeneratif yang

tidak menular. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun

2015, bahwa pada tahun pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Mellitus

diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dalam kurun waktu 25 tahun

kemudian, pada tahun 2025 jumlah tersebut akan bertambah menjadi 300 juta

orang. Indonesia saat ini berada di peringkat keempat negara yang jumlah

Diabetes Melitus terbesar didunia setelah Cina, India, dan Amerika.

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) diperkirakan jumlah


penyandang Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai angka 10,3 juta orang

pada 2017. Proyeksi tersebut diprediksi meningkat mencapai 16,7 juta pada

2045. Saat ini Indonesia berada pada peringkat keenam sebagai negara dengan

jumlah penderita Diabetes Mellitus terbanyak di dunia (IDF, 2017).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi

sebesar 2,1% dimana prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi

terdapatdi DI Yogyakarta 2,6%, DKI Jakarta 2,5%, Sulawesi Selatan 2,4%

dan KalimantanTimur 2,3% (Muflihatin, 2015). Meningkatnya jumlah

penderita diabetes melitus dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya

adalah faktor keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya hidup, pola makan

yang salah, obatobatan yang mempengaruhi kadar glukosa darah, kurangnya

aktivitas fisik, proses menua, kehamilan, perokok dan stres (Muflihatin, 2015).

Berdasarkan rekapitulasi Dinas Kesehatan provinsi gorontalo 2019, Dari

93 Puskesmas provinsi gorontalo penderita diabetes melitus sebanyak 13.450

orang, dan khususnya kabupaten bonebolango berada pada peringkat pertama,

terbanyak pasien diabetes melitus yaitu, dengan total 7.241 dari 20 puskesmas.

Sedangkan puskesmas bulango timur yang akan rencana saya turun penelitian

berdasarkan hasil observasi data yang saya dapatkan bahwa terdapat 50 orang

yang menderita penyakit diabetes melitus.

Keadaan stres yang berat merupakan penyebab salah satu terjadinya

hipertensi, baik lansia, dewasa muda dan usia pertengahan. Sebagai penurunan

resiko terjadinya kerusakan organ tubuh semisal ginjal, jantung dan lainnya

dapat dilakukan dengan mengurangi pengkonsumsian garam, serta


memberikan motivasi penghilang stres atau membuat situasi yang nyaman

yang bisa dikondisikan untuk menurunkan tingkat stres bagi penderita

hipertensi (International journal of hypertension, 2011).Menurut American

Heart Association (AHA) hipertensi yaitu keadaan medis yang terjadi

peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu yang lama dengan tekanan

darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.Hipertensi

merupakan peningkatan tekanan darah lebih dari 140\90 mmHg menurut Joint

National Committee (JNC) VII, tekanan darah pada orang dewasa (berusia

lebih 18 tahun). Hipertensi atau yang sering disebut sebagai “ the silent

disease “ karena penderita sering tidak mengetahui gejalanya atau gangguan

yang sering tidak disadari. Hipertensi juga merupakan penyebab penyakit

degeneratif karena biasanya semakin bertambahnya umur tekanan darah

perlahan akan bertambah (Triyanto, 2014).

Damayanti (2015) memaparkan bahwa faktor risiko lainnya menyandang

diabetes mellitus tipe II adalah usia diatas 30 tahun, hal ini karena adanya

penurunan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat

sel, kemudian berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ

yang dapat mempengaruhi homeostasis. Ketua Indonesia Diabetes Association

menyebutkan bahwa diabetes mellitus tipe II biasanya ditemukan pada orang

dewasa usia 40 tahun keatas. Berdasarkan penelitian ini rata-rata usia

penderita diabetes mellitus diatas usia 40 tahun artinya ini sejalan dengan apa

yang sampaikan oleh Damayanti (2015) terkait faktor usia salah satu penyebab

dari diabetes melitus.


Adapun penelitian lain dari Julia dan Derek (2017) tentang hubungan

tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II yang

menyatakan bahwa sebagain besar mengalamit stres berat dan gula darah

buruk sehingga ada hubungan antara tingkat stres dengan kadar gula darah.

Menurut Stuart (2016), terdapat lima komponen model adaptasi stress

yaitu pertama, faktor predisposisi, dimana faktor risiko yang mempengaruhi

jenis dan jumlah sumber yang diperlukan individu untuk mengatasi stress.

Kedua, faktor presipitasi yaitu stimulus yang menantang, mengancam atau

menuntut individu untuk merespon. Ketiga, penilaian terhadap stressor yaitu

mengartikan dan memahami dampak situasi stressful bagi individu. Kempat,

sumber koping yaitu pilihan atau strategi yang membantu menentukan apa

yang dapat dilakukan. Kelima, mekanisme koping yaitu segala upaya untuk

mengelola stress.

Penelitian Labindjang, Kadir, & Salamanja (2015) dinyatakan bahwa stres

merupakan faktor yang berpengaruh penting bagi penyandang diabetes

peningkatan hormon stres diproduksi dapat menyebabkan Kadar Gula Darah

menjadi meningkat. Kondisi yang rileks dapat mengembalikan kotra-regulasi

hormon stres dan memungkinkan tubuh untuk menggunakan insulin lebih

efektif. Pengaruh stres terhadap peningkatan kadar gula darah terkait dengan

sistem neuroendokrin yaitu melalui jalur Hipotalamus-Pituitary-Adrenal.

Berdasarkan uraian diatas, maka saya tertarik untuk meneliti mengenai “

Hubungan Umur, Tingkat Stres, Dengan Peningkatan Tekanan Darah, Pada

Penderita DM Tipe II Dipuskesmas Bulango Timur”.


1.2 Rumusah Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil

rumusan masalah yaitu : Apakah ada hubungan antara umur, tingkat stres

dengan peningkatan tekanan darah pada penderita DM tipe II Dipuskesmas

Bulango Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui adanya hubungan umur, tingkat stres dengan

peningkatan tekanan darah pada penderita DM tipe II Dipuskesmas

Bulango Timur.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui hubungan umur pada penderita diabetes melitus

tipe II Dipuskemas Bulango Timur

2. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres pada penderita diabetes

melitus tipe II Dipuskesmas Bulango Timur

3. Untuk mengetahui hubungan tekanan darah pada penderita

diabetes melitus tipe II Dipuskesmas Bulango Timur

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan,

wawasan, dan informasi dalam bidang keperawatan.


1.4.2 Manfaat praktis

1. Manfaat bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui hubungan umur, tingkat stres dengan

peningkatan teknan darah pada penderita DM tipe II Dipuskemas Bulango Timur.

2. Manfaat bagi institusi pendidikan

Menambah literatur tentang pemelitian sehingga dapat menanmbah

pengetahuan bagi mahasiswa dalam institusi.

Anda mungkin juga menyukai