PENDAHULUAN
kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal. Masalah kesehatan dapat dipengaruhi oleh pola hidup, pola makan, lingkungan
kerja, olahraga dan stres. Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan
DM merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi dan
gangguan metabolisme pada umumnya, yang pada perjalanannya bila tidak dikendalikan dengan
baik akan menimbulkan berbagai komplikasi baik yang akut maupun yang menahun. Kelainan
dasar dari penyakit ini ialah kekurangan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas, yaitu
kekurangan jumlah dan atau dalam kerjanya. Jumlah Penderita diseluruh dunia Jumlah penderita
di seluruh dunia tahun 1998 yaitu ± 150 juta, tahun 2000 yaitu ± 175,4 juta diperkirakan tahun
2010 yaitu ± 279 juta (Jafar, 2009)Belum tersedianya data nasional mengenai prevalensi DM
pada perempuan usia reproduksi (15-49 tahun), membuat peneliti tertarik untuk mengetahui
gambaran prevalensi DM pada usia tersebut beserta faktor risikonya, dengan begitu kita dapat
mewaspadai dan menghindari hal tersebut agar tidak terjadi Diabetes mellitus pada usia tersebut
DM atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena
adanya peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin, baik absolut maupun
relatif. Absolut artinya pankreas sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin sehingga harus
mendapatkan insulin dari luar (melalui suntikan) dan relatif artinya pankreas masih bisa
menghasilkan insulin yang kadarnya berbeda pada setiap orang (Perkeni, 2013).
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. DM dibagi dalam
dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 dimana sel pankreas penderita tidak dapat membuat
hormorn insulin, sedangkan tipe 2 dimana insulin yang dibuat tidak dapat berfungsi secara
normal. Tipe DM yang paling banyak ditemukan adalah tipe 2 (PERKENI, 2015).
ditangani dengan serius. DM memberikan dampak terhadap kualitas hidup manusia, maka semua
pihak terutama tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan suatu gambaran untuk mengetahui tentang
pengetahuan tenaga kesehatan tentang DM. DM bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau
adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ketujuh di dunia
sedangkan tahun 2012 angka kejadian DM didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana
proporsi kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita DM. Hasil Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai
57%. Tingginya prevalensi DM tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat
diubah misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur (Noor, 2015).
Uraian dan data tersebut diatas menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita DM baik
Mandailing Natal dari tahun ketahun, oleh karena itu peneliti menganggap pentingnya penelitian
tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian DM Tipe 2 (Kemenkes, 2013) di
Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing Natal. Pada tahun 2013 DM menempati urutan
ketujuh penyakit tidak menular terbanyak di Sumatera Utara dengan prevalensi 1,21% setelah
penyakit persendian, gangguan mental, Hipertensi, Cedera, dan Asma. Prevalensi pasien rawat
jalan yang menderita DM di seluruh rumah sakit di Sumatera Utara tahun 2002 menempati
urutan kelima dengan proporsi 8,09%. Di kota Medan, tahun 2004 prevalensi DM sebesar 2,26%
Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008,
menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka
kejadian DM didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian DM tipe 2 adalah
95% dari populasi dunia yang menderita DM dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita DM
Menurut Dyah (2013) apabila kadar gula darah tetap dibiarkan tinggi dalam jangka
panjang, maka berpotensi merusak sel-sel saraf dan aliran darah ke organ-orang seksual. Hal ini
secara umum mengakibatkan fungsi seksual para diabetes mudah terganggu (Chandra, 2013).
Hasil Penelitian Tahun 2013 tentang faktor gaya hidup pasien DM mempengaruhi kesehatan
reproduksi dengan hasil DM dapat secara langsung atau tidak langsung terkait dengan beberapa
gangguan pada sistem reproduksi dan fungsi seksual. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa dapat dicegah dengan mengurangi berat badan, olahraga teratur, modifikasi diet, pantang
merokok, dan membatasi konsumsi alkohol. Kontrol berat badan tampaknya menawarkan
keuntungan terbesar. Penyuluhan kesehatan untuk DM merupakan langkah awal yang penting
untuk membuat pilihan gaya hidup sehat dan mengelola kondisinya secara efektif (Guillaume
Aboua, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan dari data rekam medik di Puskesmas sihepeng Kabupaten
Mandailing Natal kasus DM dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tercatat tahun 2019
jumlah DM pada perempuan usia subur sebanyak 203 kasus meningkat pada tahun 2020
sebanyak 220 kasus dan meningkat tahun 2021 yaitu sebesar 230 kasus. Hal ini menunjukkan
Natal.
Dari hasil wawancara 6 orang dari mereka mengatakan ibu/ayah mereka mempunyai
riwayat penyakit DM, 18 orang dari mereka mengatakan kurang olahraga, kebiasaan makan,
dislipidemia, hipertensi, stres, dan obesitas dan 6 orang mengatakan kebiasaan mengkonsumsi
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti masalah faktor yang mempengaruhi Penderita DM Tipe 2 Melakukan Kontrol Kadar
1.2 Permasalahan
Berdasarkan data rekam medik di Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
kasus DM dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tercatat tahun 2019 jumlah DM pada
perempuan usia subur sebanyak 101 kasus meningkat pada tahun 2020 sebanyak 121 kasus dan
meningkat tahun 2021 yaitu sebesar 129 kasus. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan DM
Tipe II dari tahun ke tahun di Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing Natal. Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah faktor yang
Tujuan Penelitan ini adalah untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi Penderita DM
Tipe 2 Melakukan Kontrol Kadar Gula Darah Ke Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing
Melakukan Kontrol Kadar Gula Darah sehingga dapat dijadikan masukkan dalam penelitian
selanjutnya.
3. Untuk peningkatan pengalaman dan wawasan bagi peneliti sendiri dalam menganalisa
tentang faktor yang mempengaruhi Penderita DM Tipe II Melakukan Kontrol Kadar Gula
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus (DM)
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar
gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana
organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. DM jika
tidak cepat ditangani, dalam jangka panjang DM bisa menimbulkan berbagai komplikasi.
2.1.1 Defenisi
DM adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen
dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara
klinis maka DM ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan
Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap
dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin
DM Tipe II adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah
akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin
2.1.2 Patogenesis DM
secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)
2.1.3 Patofisiologi DM
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas DM tipe II bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak
terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita
DM tipe II dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak
terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe II.
Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe II hanya bersifat relatif dan
tidak absolut.
Pada awal perkembangan DM tipe II, sel B menunjukan gangguan pada sekresi
insulin eksogen. Pada penderita DM tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor
2.1.4 Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
>200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa
darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang- kurangnya diperlukan kadar glukosa darah
2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas
yang menurun cepat. Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan
penyaring. Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM,
bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat
keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr, kolesterol HDL <=
35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang
positif uji penyaring. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan
2.1.5 Komplikasi
akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu :
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal (< 50 mg/dl).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali
per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak
mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
2) Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba,
ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.
b. Komplikasi Kronis
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.
(Waspadji, 2009).
2.1.6 Pencegahan
masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya
hidup dan faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra.
sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola
makan yang kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orangorang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk
keiuarga DM; Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr; Disipidemia (HvL
Trigliserida>250mg/dl); dan Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT).
sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini hendaknya telah ditanamkan pengertian
tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga
badan agar tidak terlalu gemuk:, dan risiko merokok bagi kesehatan.
b. Pencegahan Sekunder
penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit.
Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin
hipoglikemik.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan
kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama
dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit
Kerangka teori dalam penelitian ini disusun berdasarkan rangkuman tinjauan teori
yang ada, dikhususkan tentang faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian DM tipe II
II sebagai berikut : pola gaya hidup, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, usia, jenis
kelamin serta berat badan. Di samping itu pola konsumsi makan yang berhubungan
dengan kondisi status gizi. Berdasarkan alasan diatas selanjutnya dapat digambarkan
pekerjaan, penghasilan, riwayat keluarga, aktifitas fisik dan pola konsumsi makan. Yang
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Case Control dimana pengumpulan data
dimulali dari efek atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek tersebut ditelusuri
Faktor Resiko ( + )
Retrospektif Kontrol : Responden yang
Faktor Resiko ( - ) tidak menderita DM
Mandailing Natal. Pemilihan kasus ini berdasarkan karena masih tingginya DM tipe II di
Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing Natal. Adapun yang menjadi alasan peneliti
adanya masalah yang bisa dilihat pada Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
sebagai tempat fasilitas kesehatan yang banyak didatangi penderita DM tipe II karena
sampelnya cukup, sumber buku lengkap, lokasi penelitian dekat dari tempat tinggal
yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
3.3.1 Populasi
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh penderita terdiagnosa DM tipe
II di ruang rawat jalan Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing Natal sebanyak 230
orang . Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh responden yang tidak
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi, pada penelitian ini sampel dibagi menjadi 2
yaitu sampel kasus dan sampel kontrol. Penelitian kasus kontrol memerlukan nilai OR
dari penelitian terdahulu untuk digunakan dalam perhitungan besar sampel. Nilai OR
beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan variabel independen dalam penelitian.
Besarnya sampel yang diambil pada studi kasus kontrol dihitung denganmenggunakan
Keterangan :
Jumlah sampel minimal dengan menggunakan rumus di atas, maka terlebih dahulu dicari
(OR) P2
P1 = ------------------------
(OR) P2 + (1 – P2)
Setelah dari atas dan didasarkan pada perhitungan P2 dan OR hasil penelitian terdahulu,
dimana jumlah sampel setiap variabel dengan α = 0,05 perbandingan satu kasus dan satu kontrol
dapat di hitung besar sampel minimal dengan melihat OR yang paling tinggi dari peneliti
Variabel OR n Peneliti
Pendidikan 9,33 22 Wijaksono (2011)
Pekerjaan 1,54 30 Mongonsidi (2014)
Penghasilan 0,49 28 Kiadaliri(2013)
Riwayat Keluarga 4, 3 40 Syamiyah ( 2014 )
Obesitas 0,52 26 Hutabarat ( 2014 )
Aktifitas fisik 4,40 36 Desiana ( 2016 )
Pola Makan 4,7 33 Hutagaol ( 2014 )
Berdasarkan tabel diatas OR yang paling tinggi dari peneliti terdahulu yaituvariabel
riwayat keluarga (Syamiyah, 2014) dengan OR = 4,3 dan n = 40. Perhitungan rumus besar
sampel minimal di atas, maka jumlah sampel untuk kasus ditetapkan sebanyak 40 orang dengan
perbandingan kasus kontrol 1:1, sehingga jumlah sampel kontrol sebanyak 40 orang.
Besarnya pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti terkait waktu, dana, dan
tenaga. Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan accidental sampling
merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan/
incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok dengan sebagai sumber data (Notoatmodjo, 2014).
1) Sampel Kasus
Sampel kasus adalah seluruh responden yang terdiagnosa DM tipe II berdasarkan data
rekam medis tahun 2021 di Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing Natal. Kriteria sampel
pada kasus merupakan kriteria eksklusi penderita DM tipe II dan bersedia menjadi responden
Sampel kasus adalah seluruh responden yang tidak terdiagnosa DM tipe 2 berdasarkan data
rekam medis tahun 2021 di Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing Natal. Kriteria sampel
pada kasus yaitu penderita DM tipe II dan bersedia menjadi responden penelitian. yaitu
sebanyak 40 orang. Kriteria sampel pada sampel kontrol merupakan kriteria inklusi bukan
penderita DM atau gula darah normal serta bersedia menjadi responden dan kriteria eksklusi
Sampel diambil sebanding dengan jumlah sampel kasus dengan perbandingan 1 : 1, maka
jumlah kontrol sebanyak 40 orang. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel :
kelompok kasus kontrol.Pencocokan (matching) terdiri dari umur dengan kelompok kasus dan
kontrol adalah yang berada pada wilayah kerja Puskesmas sihepeng Kabupaten Mandailing
Pengumpulan data dalam penelitian ini derngan menggunakan data primer dan
sudah ditentukan. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan
aktifitas fisik dan pola makan, yang pengisiannya dibimbing oleh pewawancara
mencakup variabel penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas. Data primer diperoleh dari wawancara langsung pada responden yang terdiri
tentang identitas responden (nama, umur, alamat, tanggal lahir, tinggi badan, berat
badan), pendidikan, pekerjaan, penghasilan, riwayat keluarga, aktifitas fisik, dan pola
konsumsi makanan/ frekuensi konsumsi pangan (food frequency). Tinggi badan diukur
dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm, berat badan diukur
menggunakan timbangan injak yang mempunyai kapasitas 130 kg dengan dengan tingkat
ketelitian 0,1 kg, selanjutnya hasil pengukuran dibandingkan dengan hasil perhitungan
pada diagram indikator IMT/U kemudian sesuaikan nilai Z score sesuai dengan jenis
Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait dengan penelitian ini yaitu data yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium (bila ada) diperoleh dari rekam medis laporan
Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi kepada kita
tentang bagaimana caranya mengukur variabel. Definisi operasional adalah semacam petunjuk
Definisi operasional merupakan informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang sama. Karena berdasarkan
informasi itu, ia akan mengetahui bagaimana caranya melakukan pengukuran terhadap variabel
yang dibangun berdasarkan konsep yang sama. Dengan demikian ia dapat menentukan apakah
tetap menggunakan prosedur pengukuran yang sama atau diperlukan pengukuran yang baru.
Adalah darah mengandung kadar glukosa diatas normal>200 mg/dl, glukosa darah puasa
>126 mg/dl.
b) Pendidikan
Adalah Pendidikan formal yang ditamatkan oleh responden berdasarkan ijazah terkhir
yang dimiliki
c) Pekerjaan
Adalah Kegiatan yang menghasilkan uang dalam satuan waktu tertentu dalam jangka
d) Penghasilan
e) Riwayat Keluarga
Adalah penyakit kronis yang terjadi akibat ketidak efektifan tubuh dalam menggunakan
f) IMT
g) Aktifitas fisik
Adalah Jumlah kalori yang dikeluarkan dari total kegiatan yang dilakukan sehari-hari
Adalah Jumlah makanan yang dikonsumsi responden dalam satu hari (energi, dan protein)
No. Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Variabel Dependen
1.DM mengandung KGD Wawancara 1.Tidak Ordinal
kadar glukosa ada DM
diatas normal 2. Ada DM
>200 mg/dl,
glukosa darah
puasa >126
mg/dl.
.
Variabel Independen
1.Pendidikan Pendidikan Kuesioner Wawancara 1.Rendah Nominal
formal yang (< SMP)
ditamatkan 2.Tinggi
oleh responden (SMA -PT
berdasarkan (Sugiyono, 2012)
ijazah terkhir
yang dimiliki
2. Coding: untuk memudahkan proses entri data tiap jawaban diberi kode dan skor,
4. Cleaning, sebelum dilakukan analisa data, maka dilakukan pengecekan dan perbaikan.
pada penelitian ini adalah pendidikan, pekerjaan, penghasilan, riwayat keluarga, IMT,
aktifitas fisik, pola konsumsi makan, dan variabel dependennya adalah kejadian DM tipe
II.
dengan variabel dependen menggunakan uji Chi square, yaitu untuk mengestimasi
hubungan dari masing-masing faktor yang diteliti terhadap kejadian DM tipe II. Beberapa
Untuk mengukur risiko dari paparan terhadap terjadinya suatu penyakit atau kejadian,
b. OR >1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang benar merupakan faktor risiko
uji regresi logistik berganda. Variabel independen yang di uji pada analisis multivariat
adalah variabel yang pada hasil analisis bivariat mendapat nilai p < 0,25. Kemudian
Hasil analisis multivariat yang mendapat nilai p < 0,05 adalah variabel
independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen dan nilai OR yang terbesar
P(y) = 1
1 + e – (+1 X1 + 2 X2 + 3 X3 +......6 X6
Keterangan :
A.Alimul Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data.
Surabaya: Salemba
Bryer, M. (2012). 100 Tanya Jawab Mengenai Diabetes. Jakarta Barat; Rineka Cipta.
33.
Chandra, A. (2013, Mei 14). Libido Wanita Bisa Padam Akibat Diabetes. Retrieved
Jakarta: DEPKES.
Sekitarnya (Studi Kasus di RSUP Dr. Kuriadi dan RSUD Kota Semarang)
UPT- Pustak-UNDIP.
Handbook, M. (2013, Maret 08). Dampak Diabetes Pada Wanita. Retrieved April
handbook.com/id/pages/1458145
Kemenkes, RI. (2010). Petunjuk Teknis Pengantar Faktor Risiko Diabetes Millitus.
Alfabeta.
Wahyuni, Sari. (2012). Faktor Risiko Kejadian DM Tipe 2 Pada Usia Produktif.
Waspadji. (2009). Buku Ajar Penyakit Dalam: Komplikasi Kronik Diabetes,. Jakarta:
FK:UI.