Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal.

452-521

PENELITIAN

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN,


PERILAKU DAN GULA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

Andi Lis Arming Gandini1), Emmy Pranggono 2), Helwiyah Ropi 3)


1) JurusanKeperawatan Poltekkes Kaltim,2)Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSHS.
Bandung,3)Staf Pengajar Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung
andilis20@yahoo.com

Abtract. Type 2 Diabetes Mellitus is a chronic disease that requires long-term care and
health education requires that the patient is able to perform self-management to prevent
acute and chronic complications. This study aims to prove the effect of health education
on knowledge, behavior and impact on blood sugar of patients with type 2 Diabetes
Mellitus in Polyclinic RSUD AW. Sjahranie Samarinda. This research is a quasi
experiment through health education pre and post test without control. After being given a
health education, there is a significant increase in knowledge (p = 0.001). There is also
an increase in behavioral scoring significantly (p = 0.001). Although not significant, but a
decline in fasting blood sugar levels and 2 hours PP, (p = 0.382) and (p = 0.194).
Conclusion: Health education by nurses can improve the knowledge and behavior of
patients with type 2 diabetes, but have not been able to improve blood sugar levels.
Keywords: health education, knowledge, behavior, blood sugar, diabetes mellitus type 2

Abstract. Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang membutuhkan


perawatan jangka panjang dan memerlukan pendidikan kesehatan agar pasien mampu
melakukan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut dan kronis. Penelitian
ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan,
perilaku dan dampaknya pada gula darah pasien Diabetes Mellitus tipe 2. di Poliklinik
RSUD, AW. Sjahranie Samarinda. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment melalui
pendidikan kesehatan pre and post test without control. Setelah diberi pendidikan
kesehatan, ter-dapat peningkatan pengetahuan secara bermakna (p=0,001). Terdapat
pula peningkatan skoring perilaku secara bermakna (p=0,001). Walaupun tidak
bermakna tetapi terjadi penurunan kadar gula darah puasa dan 2 jam PP, yaitu (p=0,382)
dan (p=0,194). Kesimpulan : Penerapan pendidikan kesehatan oleh perawat dapat
meningkatkan pengetahuan dan perilaku pasien DM tipe 2, akan tetapi belum dapat
memperbaiki kadar gula darah.
Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, pengetahuan, perilaku, gula darah, Diabetes
Mellitus tipe 2

PENDAHULUAN Association, 2009). Diabetes Mellitus ter-


jadi akibat sel-sel beta pankreas gagal
Diabetes Mellitus (DM) merupakan untuk memproduksi insulin yang cukup
suatu penyakit kronik akibat pankreas pada DM tipe 1, atau saat tubuh tidak
tidak menghasilkan cukup insulin atau tu- dapat menggunakan insulin secara efektif
buh tidak dapat memanfaatkan insulin pada DM tipe 2 (Setianto & Firdaus,
yang diproduksi secara efektif, dan me- 2011).
nyebabkan konsentrasi glukosa dalam Penyakit diabetes mellitus tipe 2
darah meningkat (American Diabetes merupakan penyakit kronis yang memiliki

474
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-521

risiko komplikasi. Komplikasi mikrovas- Samarinda tahun 2011 mencatat jumlah


kuler dan makrovaskuler jangka panjang penderita DM tipe 2 tahun 2008 sebanyak
yang meliputi retinopati, neuropati, nefro- 488 orang, diantaranya mengalami kom-
pati, dan penyakit jantung merupa-kan plikasi 188 orang. Pada tahun 2009
penyebab utama kesakitan dan kematian berjumlah 497 orang, mengalami kom-
pada penderita DM (Morton et al., 2008). plikasi 207 orang. Meningkat menjadi 582
Prevalensi penderita DM di dunia pada tahun 2010 dan mengalami ko-
saat ini 195 juta jiwa terus meningkat mplikasi 407 orang. Tahun 2011 ber-
setiap tahunnya. Sekitar 97% adalah jumlah 628 orang, mengalami komplikasi
penderita DM tipe 2. Jumlah ini 484 orang, dan pada tahun 2012 dari
meningkat menjadi 330 350 juta pada bulan Januari Juni berjumlah 803
tahun 2030. Kenaik-an ini berdampak orang, mengalami komplikasi 567 orang.
pada peningkatan jum-lah penderita Dari data tersebut menunjukkan bahwa
penyakit kardiovaskuler. (Setianto & terjadi peningkatan penderita DM tahun
Firdaus, 2011). 2009 mengalami komplikasi 41,5% dan
Berdasarkan data dari Badan Pusat tahun 2010 meningkat menjadi 70%.
Statistik Indonesia (2003), diperkirakan Penyakit DM tipe 2 merupakan urutan
penduduk Indonesia yang berusia di atas ketiga dari jumlah kasus yang dirawat
20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa. serta merupakan urutan ketiga dari
Dengan prevalensi DM pada daerah penyebab kematian (Rekam Medik
urban sebesar 14,7 dan daerah rural se- RSUD. AW. Sjahranie Samarinda).
besar 7,2%, diperkirakan pada tahun Hasil wawancara dengan perawat
2003 terdapat penyandang diabetes yang bertugas di Poliklinik Penyakit
sejumlah 8,2 juta didaerah urban dan 5,5 Dalam RSUD. AW. Sjahranie Samarinda
juta di daerah rural. Berdasarkan pola didapatkan bahwa pendidikan kesehatan
pertambahan penduduk, diperkirakan ta- yang diberikan perawat kepada pasien
hun 2030 nanti ada 194 juta penduduk Diabetes Mellitus yang di rawat jalan
yang berusia diatas 20 tahun dan dengan masih belum optimal. Hal ini disebabkan
asumsi prevalensi DM pada urban karena jumlah kunjungan berkisar rata-
(14,7%) dan rural (7,2%), maka rata 100 pasien perhari dengan jumlah
diperkirakan terdapat 12 juta penyandang perawat 4 orang perawat, 2 orang pe-
diabetes didaerah urban dan 8,1 juta rawat mendampingi dokter dan 2 orang
didaerah rural (Setianto & Firdaus, 2011). perawat lagi untuk mengatur regulasi pa-
Hasil Riset Kesehatan Dasar men- sien.
unjukkan prevalensi penderita DM di Data yang didapatkan dari hasil studi
Indonesia mencapai 5,7%, diperkirakan pendahuluan di ruang Flamboyan RSUD
sekitar 12 juta orang di Indonesia saat ini AW. Sjahranie Samarinda terjadi pening-
menderita DM (Depkes RI, 2008). Ber- katan sekitar 30% pasien rawat inap
dasarkan laporan statistik Riset Kese- pertahun, dan 50% diantaranya dirawat
hatan Dasar Provinsi Kalimantan Timur dengan ganggren diabetik. Jumlah pasien
DM =1,8%, GTG (gangguan toleransi yang dirawat inap pada bulan Januari
glukosa) = 4,9% (Depkes RI, 2008). sampai Juni 2013 dengan diagnosa DM
Hasil studi pendahuluan yang berjumlah 649 orang penderita yang ter-
dilakukan di RSUD. AW. Sjahranie diri dari 644 orang penderita dengan diag-

475
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-521

nosa DM tipe 2 dan 5 orang penderita de- katan tingkat aktivitas fisik dengan inten-
ngan DM tipe 1. sitas sedang merupakan metode yang
Pelayanan pada penderita DM tipe 2 efektif untuk mengurangi terjadinya dia-
selama ini hanya berfokus pada pe- betes mellitus tipe 2.
ngobatan atau aspek medis saja, se- Nyunt et al (2010), skor self care
hingga upaya penatalaksanaan penyakit pada pasien DM untuk diet sebesar
DM tipe 2 yang dilakukan penderita 81,2% kategori rendah, self care latihan
hanya bersifat klinis, sehingga sangat fisik 84,2% dengan kategori rendah re-
perlu upaya penatalaksanaan yang ber- latif terjadinya diabetes tipe 2 dari pada
orientasi pada perubahan perilaku. Ber- aktifitas fisik saja. Faktor gaya hidup yang
dasarkan studi pendahuluan yang dilaku- berhubungan dengan obesitas, perilaku
kan pada 5 orang pasien di Poliklinik makan, dan aktifitas fisik memainkan
Penyakit Dalam RSUD. AW. Syahranie peran utama dalam pencegahan dan
Samarinda didapat keterangan bahwa pengobatan diabetes tipe 2.
pendidikan kesehatan yang didapat lebih Meskipun aktivitas fisik kunci utama
kepada cara minum obat, dan kapan pencegahan penatalaksanaan diabetes
kembali kontrol. Pasien tidak memahami tipe 2 banyak penyakit kronis tidak
bahwa mematuhi aktifitas fisik, pola ma- melakukan aktifitas fisik secara teratur.
kan atau diet, merupakan hal yang pen- Aktifitas fisik secara teratur memperbaiki
ting untuk mengontrol gula darah pada kontrol gula darah dan pentingnya
penderita DM tipe 2. aktifitas fisik pada penderita diabetes tipe
American Diabetes Association 2 dapat mencegah komplikasi secara
(2000), DM merupakan penyakit meta- positif mempengaruhi lipid, tekanan
bolik kronik yang membutuhkan pera- darah, gangguan kardiovaskuler, mortality
watan medis dan pendidikan pengelolaan dan kualitas hidup. Intervensi yang
mandiri untuk mencegah komplikasi akut dilakukan dengan kombinasi antara
dan menemukan resiko komplikasi jangka aktifitas fisik dan penurunan berat badan
panjang. Tjokroprawiro (2011), DM tipe 2 dapat menurunkan resiko sebesar 58%
merupakan diabetes yang banyak diderita pada populasi (American Diabetes
masyarakat dan biasanya terjadi setelah Association, 2010).
usia 40 tahun, pada orang yang kelebihan Aktifitas fisik terstruktur yang terdiri
berat badan atau gemuk karena faktor dari latihan aerobik, latihan daya tahan,
gaya hidup dan pola makan. atau gabungan keduanya dapat menu-
Biswas (2006), dengan metode runkan HbA1c pada pasien dengan
randomized control trials di Inggris me- diabetes tipe 2. Latihan terstruktur lebih
nyimpulkan bahwa terdapat hubungan dari 150 menit perminggu dapat
yang kuat antara modifikasi gaya hidup menurunkan HbA1c, penurunan ini lebih
dengan diabetes, dan pencegahan. Pe- besar dari pada aktifitas fisik 150 menit
rubahan gaya hidup dengan modifikasi atau kurang perminggu. Hal ini lebih
diet dan peningkatan kegiatan fisik me- efektif bila aktifitas fisik dikombinasikan
ngurangi resiko relatif untuk terjadinya dengan diet akan sangat bermanfaat
diabetes dari pada aktivitas fisik saja. Hal dengan nilai HbA1c lebih rendah
ini menunjukkan bahwa intervensi gaya (Umpierreet al, 2011).
hidup dengan diet yang tepat dan pening-

476
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-521

Nyunt et al (2010), didapatkan hasil harus bisa melakukan perawatan secara


bahwa kepatuhan dengan skor rendah mandiri (self care) sehingga pasien dan
92,1%, perawatan mandiri (aktivitas fisik / keluarga harus dibekali pengetahuan dan
exercise dan diet/pola makan) dengan kete-rampilan yang cukup untuk
skor rendah untuk diet dengan skor mencegah kemungkinan rawat ulang
81,2%, aktivitas fisik/exercise 84,2%. (rehospita-lisasi) dengan kondisi yang
Sedangkan untuk melakukan kontrol gula lebih buruk (Carey et al, 2002).
darah (HbA1c berada pada level > 7%) Tujuan dari penelitian ini adalah
didapatkan 194 (72,9%) responden dari untuk mengindentifikasi pengaruh pendi-
266 total responden. dikan kesehatan terhadap pengetahuan,
Rahmadiliyani dan Muhlisin (2008), peri-laku dan gula darah pada pasien
Penelitian tentang tingkat pengetahuan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik
penderita DM tipe 2 bahwa sebagian Penyakit Dalam RSUD. AW. Sjahranie
besar tingkat pengetahuan penderita ten- Samarinda.
tang diabetes dan komplikasinya masih
sangat kurang. Penderita DM tipe 2 me- METODE
ngalami banyak sekali keterbatasan
dalam pengelolaan diri disebabkan keter- Merupakan penelitian kuantitatif,
batasan pengetahuan yang dimiliki se- desain penelitian menggunakan metode
hingga pemahaman cara pengelolaan se- eksprimen semu (quasi experiment)
cara mandiri perlu diberikan melalui edu- dengan design penelitian pre-test and
kasi. Dilaporkan oleh American Diabetes post-test without control. Penelitian ini
Association (2003), bahwa 50% - 75% hanya melakukan intervensi pada satu
penderita DM tipe 2 dilakukan amputasi kelompok tanpa pembanding. Efektifitas
ekstremitas bawah. Lebih dari 50% am- perlakuan dinilai dengan cara
putasi dapat dicegah dengan pemberian membandingkan nilai postest dengan
pendidikan dan pengajaran perawatan pretest (Dharma, 2011).
kaki dan mempraktikannya setiap hari.
Rendahnya pengetahuan penderita Responden yang dilakukan interve-
DM tipe 2 memberikan peluang bagi nsi telah dipilih sesuai dengan kriteria
perawat dalam memberikan peran edu- inklusi dan eksklusi Pendidikan minimal
kasi terhadap penderita DM.Peran pera- tamat Sekolah Dasar (SD), Kadar gula
wat tidak saja memberikan pelayanan darah puasa pada pemeriksaan 126
medis melainkan dapat memberikan pela- mg/dl, dan Kadar gula darah 2 jam PP
yanan pendidikan kesehatan terhadap 180 mg/dl, Mampu datang ke tempat
individu, keluarga dan masyarakat (Song pelayanan kesehatan sendiri 1) Belum
& Lipman, 2008). pernah dirawat inap, 2) belum pernah
Pendidikan kesehatan sangatlah menda-patkan pendidikan kesehatan, 3)
pen-ting diberikan kepada penderita DM Umur antara 40 65 tahun, 4) Pasien
tipe 2 agar mempunyai kemampuan berdomisili di Samarinda. Kriteria eksklusi
untuk sebisa mungkin mandiri dalam 1) pasien mengalami keterbatasan fisik,
melakukan perawatan diri, maka pasien mental atau kognitif yang dapat meng-
dan keluarga harus bisa mengambil alih ganggu penelitian seperti : gangguan
tanggung ja-wab tersebut dengan cara penglihatan atau buta, gangguan pen-

477
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-521

dengaran atau tuli, mengalami dimensia, e. PT 2 (6,67)


2) mengalami komplikasi serius yang 4 Penghasilan/bln
dapat mengganggu penelitian (menderita a. < 1 juta 13 (43,33)
serangan jantung berat, sakit ginjal b. 1 s.d 3 juta 12 (40,00)
berat). c. 3 s.d 5 juta 5 (16,67)
d. >5 juta -
Instrumen untuk mengukur penge- 5 BMI
tahuan adalah Michigan diabetes a. Kurus 2 (6,67)
knowledge test oleh Palchack di dalam b. Normal 12 (40,00)
Fitzgerald (1998) yang dimodifikasi. Se- c. Gemuk 15 (50,00)
dangkan Instrumen perilaku mengguna- d. Obesitas 1 (3,33)
kan SDSCA ( The Summary of Diabetes 6 Komplikasi
Self Care Activities) dikembangkan oleh a. Komplikasi 14 (46,67)
Toobert (2000) dan dimodifikasi oleh Wu b. Tidak ada komplikasi 16 (53,33)
(2009), dengan analisa univariatuntuk 7 Riwayat DM
pengetahuan dan perilaku dengan skala a. Ada riwayat 19 (63,33)
yang digolongkan kedalam baik, sedang b. Tidak ada 11 (36,67)
dan kurang dan kadar gula darah 8 Lama menderita DM dlm
menurun dan meningkat, sedangkan tahun
analisa bivariat melihat beda pre-test dan a. 0 4 17 (56,67)
post-test. b. 5 9 9 (30,00)
c. 10 14 4 (13,33)
d. > 15 -
9 Jenis obat yang
HASIL PENELITIAN
dikonsumsi
Karakteristik Responden
a. Tablet 28 (93,33)
Tabel 1 Gambaran Karakteristik
b. Insulin
Responden
c.Tablet dan insulin 2 (6,67)
No Karakteristik Jumlah/
10 Perilaku merokok
Prosentase
a. Merokok 7 (23,33)
1 Jenis kelamin
b. Tidak 23 (76,67)
a. Laki Laki 7 (23,33)
b. Perempuan 23 (76,67)
Dalam Tabel 1 jenis kelamin
2 Usia
perempuan lebih mendominasi
a. 40 44 4 (13,33)
dikarenakan usia 40 tahun keatas
b. 45 49 4 (13,33)
diabetes mellitus lebih banyak terjadi
c. 50 54 7 (23,33)
pada wanita, hal ini dipicu adanya
d. 55 59 7 (23,33)
persentase timbunan lemak badan pada
e. 60 65 8 (26,67)
wanita lebih besar dibandingkan dengan
3 Pendidikan
laki-laki yang dapat menurunkan
a. SD 10 (33,33)
sensitifitas terhadap kerja insulin pada
b. SMP/SLTP 8 (26,67)
otot dan hati (Elle, 2003). Semakin tua
c. SMA/SLTA 6 (20,00)
usia seseorang maka risiko peningkatan
d. D1-akademi 4 (13,33)
kadar gula darah dan gangguan toleransi

478
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-521

glukosa akan semakin tinggi. Ini bertindak sebagai kontributor independen


disebabkan melemahnya semua fungsi untuk penyakit kardiovaskuler pada
organ tubuh termasuk sel pankreas yang pasien diabetes (WHO, 2011).
bertugas menghasilkan insulin. Sel
pankreas bisa mengalami degradasi yang Tabel 2 Perbedaan Pengetahuan, Perilaku,
menyebabkan hormon insulin yang Gula Darah Pre- Post Test
dihasilkan terlalu sedikit sehingga kadar Means Difference
glukosa darah menjadi tinggi (Kurniawati,
2011). Tingkat pendidikan seseorang Variabel Pre- Post- ()
dapat mengembangkan pengetahuan dan test test
kemampuan sehingga individu mampu
Pengetahuan 16,17 23,07 6,90
mengelola diri sendiri (Notoadmodjo,
2003). Penghasilan yang rendah akan Perilaku 18,00 25,33 7,33
berdampak terhadap penggunaan fasi-
litas kesehatan bagi masyarakat. Bebe- GD Puasa. 185,80 179,37 6,43
rapa persepsi individu dalam menentukan
GD 2 Jam 254,03 247,90 6,13
kesehatan yang dipilihnya, yaitu predis-
PP.
posising factors (faktor predisposisi),
enabling factors(faktor pendukung), dan
reinforcing faktors (faktor penguat). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Faktor predisposisi atau faktor penguat terhadap Pengetahuan, Perilaku dan
meliputi usia, tingkat sosial ekonomi. Gula Darah
Faktor pendukung, mencakup keter-
sediaan sarana dan prasarana atau Tabel 3 Hasil Uji Pengetahuan, Perilaku,
fasilitas kesehatan (Notoatmodjo, dan Gula Darah Pre-test dan
2007).Faktor resiko diabetes mellitus Post-test
antara lain faktor keturunan (genetik). DM Variabel Test Mean/Median P
dapat diturunkan dari keluarga sebe- Pre 17,00** 0,001
lumnya yang juga menderita diabetes Pengetahuan
Post 25,00**
mellitus karena kelainan gen meng- Perilaku Pre 18,00* 0,001
akibatkan tubuhnya tak dapat meng- Post 25,33*
hasilkan insulin dengan baik, tetapi resiko GDP Pre 158,50** 0,382
terkena DM juga tergantung pada faktor Post 164,00**
kelebihan berat badan, kurang gerak dan Pre 227,00** 0,194
stress (Sustrani et al, 2010). Lama GD 2 Jam PP
Post 228,00**
menderita DM salah satu faktor predis- Keterangan : * = Mean
posisi untuk terjadinya komplikasi seperti: ** = Median
Penyakit Jantung, penyakit cerebro-
vaskuler, penyakit pembuluh darah Tabel 3 menunjukkan bahwa ter-
perifer. DM tipe 2 memiliki risiko 2 4 kali dapat perbedaan yang signifikan antara
lebih tinggi dibandingkan orang tidak pre-test pengetahuan dan perilaku
mengalami diabetes untuk terjadinya dengan post-test pengetahuan dan pe-
komplikasi pada jantung. Merokok, rilaku (p=0,001). Sedangkan gula darah
hipertensi, dislipidemia dan obesitas puasa dan gula darah 2 jam PP

479
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-521

menunjukkan bahwa tidak terdapat Nyunt et al (2010) diperoleh hasil


perbedaan yang signifikan antara pre- bahwa pasien diabetes mellitus yang me-
testdan post-test gula darah puasa dan miliki perilaku yaitu mengikuti diet yang
gula darah 2 jam PP (0,382) dan sesuai cenderung aktif melakukan peme-
(0,194). riksaan gula darah dibanding dengan
Keeratiyutawong et al (2005) du- pasien diabetes mellitus yang memiliki
kungan melalui program edukasi sangat perilaku yang kurang baik. Kondisi ini
efektif membantu pasien diabetes mellitus dapat disebabkan pasien dengan
tipe 2 untuk mengontrol penyakit, me- diabetes mellitus yang memiliki perilaku
ningkatkan kemampuan perawatan man- berupadiet atau pola makan yang baik
diri. Pendidikan yang diberikan kepada beranggapan bahwa melakukan pemerik-
pasien DM tipe 2 dapat meningkatkan saan gula darah sangat penting dalam
pengetahuan sehingga penderita memiliki memonitor terkontrol atau tidaknya kadar
kemampuan untuk merubah perilaku diri- gula darah.
nya. Setelah diketahui tidak ada hu-
Ellis (2005) di dalam Atak (2007), bungan yang signifikan antara penge-
peningkatan perilaku yang terjadi pada tahuan, perilaku dengan gula darah, hal
pasien DM tipe 2 setelah intervensi pem- ini disebabkan masih terdapat responden
berian informasi tentang penyakitnya dan yang tidak patuh terhadap diet dan aktifi-
bagaimana perawatannya akan menun- tas fisik sehingga berpengaruh langsung
jukkan hasil yang positif di dalam penge- terhadap hasil pemeriksaan kadar gula
lolaan penyakitnya. Pendidikan kese- darah. Tetapi terdapat juga faktor faktor
hatan yang kurang berdampak ter-hadap lain yang berpengaruh yang bisa ditelaah,
kemampuan pengelolaan DM secara ada variabel berpengaruh yang tidak
mandiri oleh pasien dan keluarga, se- dapat diken-dalikan misalnya : stress fisik
hingga mengakibatkan tingginya angka (infeksi, dehidrasi, kelainan hormonal),
rawat ulang dan komplikasi yang dialami stress psikis yang mempunyai pengaruh
oleh pasien. terhadap kadar gula darah pada pasien
Allen et al (2008)dengan metoda A diabetes mellitus tipe 2.
randomized clinical trialtentang efek
konseling pada penderita DM diperoleh
hasil bahwa setelah dilakukan konseling SIMPULAN DAN SARAN
kemudian dilakukan pengukuran 8 ming-
gu kedepan didapatkan hasil yang signi- Penerapan pendidikan kesehatan
fikan dalam meningkatkan aktifitas fisik dapat meningkatkan pengetahuan dan
pada penderita diabetes mellitus dengan perilaku pasien DM tipe 2. Perawat sa-
nilai p = < 0,05. Data ini menunjukkan ngat perlu mengaplikasikan perannya se-
bahwa intervensi konseling untuk individu bagai edukator dan perlu modifikasi
dengan diabetes mellitus tipe 2 dapat materi. Pasien diabetes mellitus tipe 2
meningkatkan tingkat aktifitas fisik dan perlu meningkatkan pengelolaan secara
mengurangi faktor risiko ter-jadinya mandiri. Dan perlu dilakukan penelitian
komplikasi yang berhubungan dengan lanjutan untuk memperkuat perlunya
diabetes. pendidikan kesehatan dengan memper-

480
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-521

hatikan dan mempertimbangkan faktor


lain.

481
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-521

DAFTAR PUSTAKA Education, Departemen of Public


Health Sciences.
Allen, N.A., Fain, J.A., Braun, B. And
Chipkin, S.R. 2008. Continous glu- Departemen Kesehatan RI. (2008).
cose monitoring counseling improves Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor
physical activity of individuals with Resiko Diabetes Mellitus. Jakarta :
type 2 diabetes. A randomized DITJEN PP dan PL.
clinical trial. Diabetes Clin Pract.
2008 June ; 80 (3): 371 379. doi : Fitzgerald, J. T., Funnell, M. M., Hess, G.
10.1016/k.diabres. 2008.01.006. E., Barr, P. A., Aderson, R. M., Hiss,
R. G., Davis, W. K. 1998. The
American Diabetes Association. 2000. Reliability and Validity of a Brief
Nutrition recomendation and prin- Diabetes Knowledge Test. Diabetes
ciples for people with diabetes Care, Volume 21, Number 5, May
mellitus. Diabetes Care. 23 (suppl. 1998.
1), 43 49.
Keeratiyutawong, P., Hanucharunkul, S.,
American Diabetes Association. 2003. Boochauy, W., Phumleng, B.,
Physycal activity / exercise and Muangkae, W. 2005. Effectiveness of
diabetes mellitus (position state- a Supportive-Educative Program on
ment). Diabetes Care, 26 (suppl. 1) Diabetic Control, Perceived Self-
73 77. Care Efficacy, and Body Mass
Indeks in Persons With Type 2
American Diabetes Association. 2009. Diabetes Mellitus.Thai J Nurs Res
Standars of Medical Care in 2005; 9 (1): 1- 12.
Diabetes. Diabetes Care ; Jan 2009;
Academic Research Library pg. S13. Kurniawati., DM. 2011. Perbedaan
Perubahan Berat Badan, Aktivitas
American Diabetes Association. 2010. Fisik, dan Kontrol Glukosa Darah
Standart of Medical Care in Diabetes antara Anggota Organisasi
2010. Journal of Diabetes, Vol. Penyandang Diabetes Mellitus dan
23.Suplement 1Januari 2010 11 non Anggota [skripsi]. Semarang:
61. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Atak, N., Gurkan, T., Kose, K. 2007. The Kedokteran Universitas Diponegoro.
effect of education on knowledge, Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C.,
self managemen behaviors and self Gallo, B. 2012. Keperawatan kritis :
efficacy of patient with type 2 Pendekatan asuhan holistik. Jakarta.
diabetes. Australian journal of EGC.
advanced nursing. Vol. 26 Number 2.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi
Biswas, A. 2006. Prevention of Type 2 Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta.
Diabetes-Life Style Modification with PT. Rineka Cipta.
Diet and Physical Activity VS
Physical Activity Alone. Karolinska Nyunt, S. W., Howteerakul, N.,
Institutet, Master of Public Health Suwannapong, N., Rajatanun, T.

482
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-521

2010. Self Efficacy, Self Care Samarinda : Laporan Rekam Medik


Behaviors and Glycemic Control Penderita Diabetes.
Among Type 2 Diabetes Patient
Attending Two Private Clinic in Song, M. K., & Lipman, T. H. 2008.
Yangoon, Myanmar. Faculty of Concept analysis : self monitoring in
Public Health, Mahidol University, type 2 diabetes mellitus. Interna-
Bangkok, Vol. 41 No. 4 July 2010. tional Journal of Nursing studies. 45
1700 1710.
Carey, Barbara, J., Maschak. 2002.
Pengkajian dan penatalaksanaan Tjokroprawiro, A. 2011. Hidup sehat dan
pasien diabetes mellitus. Dalam bahagia bersama diabetes, edisi
Smeltzer dan Bare (Ed). Buku ajar revisi ke 3. Jakarta. PT Gramedia
keperawatan medical bedah : Pustakan Utama.
Brunner & Sudarth Edisi 8. Vol. 2. Umpierre D., Ribeiro PA., Kramer C.K.,
Alih Bahasa : Kuncara, dkk. Jakarta. Leito C.B., Zucatti A.T., Azevedo
EGC. M.J., Gross J.L.,... Schaan, B. D.
Dharma, K. K. (2011). Metode penelitian 2011. Physical activity advice only or
keperawatan : panduan melaksana- structured exercise training and
kan dan menerapkan hasil penelitian. association with HbA1c levels in type
Jakarta. Trans Info Medika. 2 diabetes: a systematic review and
meta-analysis. Source Exercise
Setianto, B., Firdaus, I. 2011. Buku Saku Pathophysiology Research Labora-
Jantung Dasar. Departemen Jantung tory, Hospital de Clnicas de Porto
dan Pembuluh Darah RS Pusat Alegre, Porto Alegre, Brazil.
Jantung Nasional Harapan Kita FK
UI. Bogor. Ghalia Indonesia. World Health Organization. 2011. Causes
of death 2008: data sources and
Sustrani, L., Alam, S., Hadibroto, I. 2010. methods, Departement of Health
Diabetes : Informasi Lengkap untuk Statistics and informatics,World
Penderita dan Keluarga. Jakarta. Health Organization, Geneva.
Gramedia Pustaka.
Wilson, F.L., Mood, D.W., Risk, J.,
Rahmadiliyani, N., & Muhlisin, A. 2008. Kershaw, T. 2003. Evaluation of
Hubungan antara pengetahuan ten- education materials using Orem's
tang penyakit dan komplikasi pada Self-Care Deficit Theory, Nursing
penderita diabetes mellitus dengan Science Quarterly, 16 : 1, January
tindakan mengontrol kadar gula da- 2003.
rah di wilayah kerja Puskesmas I
Batak Sukoharjo. Berita Ilmu Kepe- Wu, S.F. 2007. Effektiveness of self
rawatan ISSN 1979-2697, Vol. I, No. management for person with type 2
2 , Juni 2008, 63-68. diabetes following the implemen-
tation of self efficacy enhancing inter-
RSUD. AW. Sjahranie Samarinda. 2011. vention program in Taiwan.
Profil RSUD. AW. Sjahranie Quensland University of Technologi;
Schoolmof Nursing.

483

Anda mungkin juga menyukai