Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah


memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Farmakoterapi Pediatric”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Ibu apt Heni Setyoningsih.M,Farm pada mata kuliah Farmakoterpai. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang farmakoterapi pediatric
Makalah “Farmakoterapi Pediatric” ini bertujuan untuk memberikan
gambaran atau informasi mengenai farmakoterapi pediatric beserta pemilihan
obat dan dosisnya. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ` i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ iii
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5
2.1 Pengertian Pediatri .................................................................................. 5
2.2 Perubahan Farmakokinetika dan Farmakodinamika Pada Pediatri ......... 5
2.3 Pemilihan Obat Untuk Pasien Pediatri .................................................... 9
2.4 Penyesusaian Dosis Pada Pasien Pediatri ............................................... 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19
3.2 Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian bayi (AKB) atauInfant Mortality Rate merupakan
indicator yang merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase
ntarakelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000
kelahiranhidup. Badan Pusat Statistik mengestimasikan angka kematian bayi
(AKB) pada tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. AKB pada
tahun 2002-2003 sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. AKB pada tahun2007
menunjukkan bahwa angka terendah dimiliki oleh provinsi DIY sebesar 19 per
1000 kelahiran hidup, diikuti oleh NAD sebesar 25 per1000 kelahiran hidup
dan Kalimantan Timur sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB
tertinggi dimiliki oleh provinsi Sulawesi Barat sebesar 74 per 1000 kelahiran
hidup, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 72 per 1000 kelahiran
hidup dan Sulawesi Tengah sebesar60 per kelahiran hidup.
Angka Kematian Balita (AKABA) menggambarkan peluang untuk
meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum berumur 5 tahun.Badan
Pusat Statistik menyebutkan AKABA pada tahun 2007 sebesar 44 per 1000
kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKABApada tahun
2002-2003 sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup. AKABA di Sulawesi Barat
sebesar 96 per 1000 kelahiran hidup, AKABA di Maluku sebesar 93 per 1000
kelahiran hidup, AKABA di Nusa Tenggara Barat sebesar 92 per 1000
kelahiran hidup, AKABA di Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1000
kelahiran hidup, AKABA di Jawa Tengah sebesar 32per 1000 kelahiran hidup
dan AKABA di DI Yogyakarta sebesar 22 per 1000 kelahiran hidup.
Masa bayi dan anak merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Anak bukan dewasa kecil sehingga penggunaan obat untuk
anak merupakan hal khusus yang terkait dengan perbedaan laju perkembangan
organ, sistem enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan
ekskresi obat. Hal ini ditunjang dengan belum banyaknya penelitian tentang

1
penggunaan obat pada bayi dan anak. Data farmakokinetik, farmakodinamik,
efikasi dan keamanan obat untuk bayi dan anak-anak masih sangat jarang.
Kurangnya informasi mengenai halini menyebabkan timbulnya kejadian reaksi
obat yang tidak dikehendaki seperti grey baby syndrome (sebagai akibat
pemberian kloramfenikoldengan dosis berlebih),phocomelia (sebagai akibat
pemberianthalidomida) dankernicterus (sebagai akibat pemberian
sulfonamide)
Hal penting yang harus diperhatikan untuk pediatri adalah dosis yang
optimal, regimen dosis tidak dapat disederhanakan hanya berdasarkanberat
badan atau luas permukaan tubuh pasien pediatri yang diperoleh dari
ekstrapolasi data pasien dewasa. Bioavalaibilitas, farmakokinetik,
farmakodinamik, efikasi dan informasi tentang efek samping dapat berbeda
secara bermakna antara pasien pediatri dan pasien dewasakarena adanya
perbedaan usia, fungsi organ dan status penyakit.Perkembangan yang
signifikan telah dibuat untuk farmakokinetik untukpediatri selama dua dekade
ini, tetapi hanya sedikit penelitian yangmempunyai korelasi secara
farmakokinetik dengan outcome efikasi, efek samping dan kualitas hidup.
Beberapa faktor tambahan harus dipertimbangkan dalam optimalisasi
terapi obat pediatri. Banyak obat yang diresepkan untuk bayi dan anak-anak
tidak tersedia dalam bentuk sediaan yang dikehendaki maka banyak
diresepkan obat racikan. Dengan demikian, apoteker harus mampumenilai dan
mengambil keputusan profesional untuk masalah tersebut.Selain itu untuk
pemberian sediaan yang terkendala oleh jumlah volumeyang diberikan dan
akses yang terbatas untuk pediatri, maka pemberian secara intra vena
memerlukan metode khusus. Pemberian sediaan oraluntuk bayi dan anak dapat
menjadi hal yang rumit bagi orang tua atauperawat. Selain itu peningkatan
kepatuhan dalam penggunaan obat bagipasien pediatri memiliki tingkat
kerumitan tersendiri.
Ada beberapa pengertian yang mengatur batasan pediatri. Pediatri berasal
dari bahasa Yunani yaitu pedos yang berarti anak dan iatrica yang berarti

2
pengobatan anak. Beberapa penyakit memerlukan penanganan khusus untuk
pasien pediatri.
Untuk menentukan dosis obat, The British Paediatric Association (BPA)
mengusulkan rentang waktu berikut yangdidasarkan pada saat terjadinya
perubahan – perubahan biologis
➢ Neonatus : Awal kelahiran sampai usia 1 bulan ( dengan
subseksi tersendiri untuk bayi yang lahir saat usia
kurang dari 37 minggu dalam kandungan).
➢ Bayi : 1 bulan sampai 2 tahun
➢ Anak : 2 sampai 12 tahun (dengan subseksi: anak di
bawah usia6 tahun memerlukan bentuk sediaan
yang sesuai)
➢ Remaja : 12 sampai 18 tahun

Perubahan biologis yang diwakili oleh tiap rentang waktu tersebut adalah :
➢ Neonatus : Terjadi perubahan klimakterik
➢ Bayi : Awal pertumbuhan yang pesat
➢ Anak : Masa pertumbuhan secara bertahap
➢ Remaja : Akhir perkembangan secara pesat hingga menjadi
orang dewasa

Perkembangan penanganan klinik penyakit untuk pasien pediatri sangat


berarti. Ada banyak prinsip farmakoterapi yang harus dipertimbangandalam
penanganan pasien pediatri. Beberapa definisi yang berhubungandengan
pediatri adalah :
➢ Pediatri : Anak yang berusia lebih muda dari 18 tahun*
➢ Prematur : Bayi yang dilahirkan sebelum berusia 37 minggu
➢ Neonatus : Usia 1 hari sampai 1 bulan
➢ Bayi : Usia 1 bulan sampai 1 tahun
➢ Anak : Usia 1 tahun sampai 11 tahun
➢ Remaja : Usia 12 tahun sampai 18 tahun

3
Menurut
The European Medicine Evaluation Agency
➢ Bayi baru lahir : 0 -27 hari
➢ Bayi : 28 hari -23 bulan
➢ Anak : 2 -11 tahun
➢ Remaja : 12 – 16/18 tahun
Guna meningkatkan pemahaman tenaga teknis kefarmasian dalam pelayanan
kefarmasian untuk pasien pediatri, maka Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik menyusun buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Pasien
Pediatri

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud pediatric?
2. Perubahan Farmakonetika dan Farmakodinamika Pada Pediatri
3. Contoh pemilihan obat untuk pasien padietric
4. Penyesuaian dosis pasien pediatric
1.3 Tujuan
Umum :
Sebagai sumber informasi atau acuan tenaga teknis kefarmasian dalam
menjalankan praktek di sarana kesehatan
Khusus :
- Sebagai acuan bagi asisten apoteker penatalaksnaan pemberian obat secara
optimal bagi pasien pediatric
- Sebagai pedoman bagi asisten apoteker dalam memberikan pelayanan
informasi obat

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pediatri

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), pediatrik adalah


spesialisasi ilmu kedokteran yang berkaitan dengan fisik, mental dan social
kesehatan anak sejak lahir sampai dewasa muda. Pediatrik juga merupakan
disiplin ilmu yang berhubungan dengan pengaruh biologis, sosial, lingkungan dan
dampak penyakit pada perkembangan anak. Anak-anak berbeda dari orangdewasa
secara anatomis, fisiologis, imunologis, psikologis, perkembangan dan
metabolisme (AAP, 2012).

2.2 Perubahan Farmakokinetika dan Farmakodinamika Pada Pediatri

Kinetika obat dalam tubuh anak-anak berbeda dengan dewasa sesuai


dengan pertambahan usianya. Beberapa perubahan farmakokinetika terjadi selama
periodeperkembangan dari masa anak-anak sampai masa dewasa yangmenjadi
pertimbangan dalam penetapan dosis untuk pediatric

a. Absorpsi
Absorpsi obat melalui rute oral dan parenteral pada anaksebanding dengan
pasien dewasa. Pada bayi dan anak sekresi asam lambung belum sebanyak
pada dewasa, sehingga pHlambung menjadi lebih alkalis. Hal tersebut
akan menurunkan absorbsi obat – obat yang bersifat asam lemah
sepertifenobarbital dan fenitoin, sebaliknya akan meningkatkanabsorbsi
obat – obat yang bersifat basa lemah seperti penisilindan eritromisin.
Waktu pengosongan dan pH lambung akanmencapai tahap normal pada
usia sekitar tiga tahun. Waktupengosongan lambung pada bayi baru lahir
yaitu 6-8 jam sedangkan dewasa 3-4 jam. Oleh karena itu harus
diperhatikanpada pemberian obat yang di absorbsi di lambung.
Peristaltik pada neonatus tidak beraturan dan mungkin lebih lambat karena
itu absorbsi obat di usus halus sulit di prediksi. Absorpsi perkutan

5
meningkat pada bayi dan anak-anakterutama pada bayi prematur karena
kulitnya lebih tipis, lebih lembab, dan lebih besar dalam ratio luas
permukaan tubuh perkilogram berat badan. Sebagai contoh terjadinya
peningkatan absorpsi obat melalui kulit, terjadi pada penggunaan
steroid,asam borat, heksaklorofen, iodium, asam salisilat dan alkohol.
Absorpsi obat pada pemberian secara intramuskular bervariasidan sulit
diperkirakan. Perbedaan masa otot, ketidakstabilanvasomotor perifer,
kontraksi otot dan perfusi darah yang relatiflebih kecil dari dewasa,
kecuali persentase air dalam otot bayi lebih besar dibandingkan dewasa.
Efek total dari faktor-faktor inisulit diperkirakan, misalnya fenobarbital
akan diabsorpsi secaracepat sedang absorpsi diazepam memerlukan waktu
lebih lama.Oleh karena itu, pemberian secara intramuskular jarang
dilakukan pada neonatus kecuali pada keadaan darurat atautidak
dimungkinkannnya pemberian secara intra vena.
Pemberian obat secara rektal umumnya berguna untuk bayi dan anak yang
tidak memungkinkan menggunakan sediaan oral seperti pada kondisi
muntah, kejang. Namun demikian, seperti halnya pada pasien dewasa, ada
kemungkinan terjadinya variasi individu pada suplai darah ke rektum yang
menyebabkanvariasi dalam kecepatan dan derajat absorpsi pada
pemberiansecara rektal
b. Distribusi
Distribusi obat pada bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa, karena
adanya perbedaan volume cairan ekstraselluler, total air tubuh, komposisi
jaringan lemak, dan ikatan protein. Volume cairan ekstraselular relatif
lebih tinggi dibandingkan orang orang dewasa, volume ini akan terus
menurun seiring bertambahnya usia; pada neonatus 50%, padabayi berusia
4-6 bulan 35%, pada usia satu tahun 25%sedangkan pada orang dewasa
sebanyak 20-25% dari total berat badan. Hal lain yang lebih penting
adalah total cairan dalam tubuh akan lebih tinggi pada bayi yang
dilahirkan secaraprematur (80-85% dari total berat badan) dibandingkan
pada bayi normal (75% dari total berat badan) dan pada bayi usia 3 bulan

6
60% dan pada orang dewasa (55% dari total berat badan). Besarnya
volume cairan ekstra sel dan total air tubuhakan menyebabkan volume
distribusi dari obat-obat yang larutdalam air contoh fenobarbital Na,
penisillin dan aminoglikosida,akan meningkat sehingga dosis mg/kg BB
harus diturunkan.
Hal sebaliknya terjadi berupa lebih sedikitnya jaringan lemakpada bayi
dibandingkan pada orang dewasa. Pada bayiprematur 1-2% sedangkan
pada bayi lahir cukup bulan 15%sedangkan pada orang dewasa sekitar
20%. Sebagai konsekuensinya volume distribusi obat yang larut lemak
padabayi dan anak lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa
sehingga diperlukan penurunan dosis dan/atau penyesuaianinterval.
Afinitas ikatan obat dengan protein plasma pada bayidan anak lebih
rendah dibandingkan dengan orang dewasa, halini ditambah pula dengan
terjadinya kompetisi untuk tempatikatan obat tertentu oleh senyawa
endogen tertentu seperti bilirubin. Ikatan protein plasma seperti
fenobarbital, salisilat dan fenitoin pada neonatus lebih kecil daripada orang
dewasasehingga diperlukan dosis yang lebih kecil atau interval yang lebih
panjang.
Afinitas ikatan obat dengan protein akan sama dengan orangdewasa pada
usia 10-12 bulan. Sebagai contoh, dosisgentamisin pada neonatus usia 0-7
hari 5 mg/kg BB setiap 48 jam, bayi usia 1 - 4 minggu tiap 36 jam, lebih
dari 1 bulan setiap24 jam. Pada anak usia 7-8 bulan 4 mg/kg BB setiap 24
jam.
c. Metabolisme
Rendahnya metabolisme obat di hati pada neonatus disebabkanoleh
rendahnya aliran darah ke hati, asupan obat oleh sel hati,kapasitas enzim
hati dan ekskresi empedu. Sistem enzim di hatipada neonatus dan bayi
belum sempurna, terutama padaproses oksidasi dan glukoronidase,
sebaliknya pada jalur konjugasi dengan asam sulfat berlangsung sempurna.
Meskipun metabolisme asetaminofen melalui jalurglukoronidase pada
anak masih belum sempurna dibandingkanpada orang dewasa, sebagian

7
kecil dari bagian ini dikompensasi melalui jalur konjugasi dengan asam
sulfat. Jalur metabolism ini mungkin berhubungan langsung dengan usia
dan mungkin memerlukan waktu selama beberapa bulan sampai satu tahun
agar berkembang sempurna. Hal ini terlihat dari peningkatan klirens pada
usia setelah satu tahun.
Dosis beberapa jenis antiepilepsi dan teofilin untuk bayi lebihbesar
daripada dosis dewasa agar tercapai konsentrasi plasmaterapeutik. Hal ini
disebabkan bayi belum mampu melakukan metabolisme senyawa tersebut
menjadi bentuk metabolitaktifnya.
d. Eliminasi Melalui GinjalFiltrasi glomerulus, sekresi tubulus, reabsorbsi
tubulus menurun dan bersihan (clearance) obat tidak dapat di prediksi,
tergantung cara eliminasi obat tersebut di ginjal.
Pada umumnya obatdan metabolitnya dieliminasi melalui ginjal.
Kecepatan filtrasiglomerulus pada neonatus adalah 0,6–0,8 mL/menit per
1,73 man pada bayi adalah 2-4 mL/menit per 1,73m. Proses
filtrasiglomerulus, sekresi tubuler dan reabsorpsi tubuler akan
menunjukkan efisiensi ekskresi ginjal. Proses perkembangan proses ini
akan berlangsung sekitar beberapa minggu sampaisatu tahun setelah
kelahiran.

Perubahan Farmakodinamika
Sensitivitas jaringan terhadap obat juga mengalami perubahan
sesuai pertambahan umur seseorang. Mempelajari perubahan
farmakodinamik pada usia lanjut lebih kompleks dibanding
farmakokinetiknya karena efek obat pada seseorang pasien sulit di
kuantifikasi, di samping itu bukti bahwa perubahan farmakodinamik itu
memang ada harus dalam keadaan bebas pengaruh efek perubahan
farmakokinetik. Perubahan farmakodinamik dipengaruhi oleh degenerasi
reseptor obat di jaringan yang mengakibatkan kualitas reseptor berubah
atau jumlah reseptornya berkurang (Depkes RI, 2004).

8
Interaksi farmakodinamik melibatkan satu obat yang mengubah efek klinis
obat lain. Jenis interaksi ini mungkin lebih sering terjadi pada pasien usia
lanjut daripada interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik terjadi
ketika dua atau lebih obat yang digunakan memiliki aktivitas farmakologis
aditif atau sinergis atau memiliki aktivitas farmakologis antagonis.
Interaksi farmakodinamik lebih sulit untuk dideteksi dan dipelajari
daripada interaksi farmakokinetik. Seringkali, obat-obatan digunakan
dalam kombinasi untuk memanfaatkan efek farmakodinamiknya yang
serupa, seperti penggunaan sulfonylurea dan metformin pada diabetes
mellitus. Contoh lain dari aktivitas farmakologis sekunder sering terlihat
dengan diphenhydramine. Meskipun obat ini adalah antihistamin yang
umum digunakan, obat ini juga memiliki sifat antikolinergik yang kuat,
yang mungkin tidak dipertimbangkan.
Diphenhydramine bila digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan
obat antikolinergik lain pada pasien usia lanjut dapat menyebabkan
frekuensi kebingungan dan delirium yang tinggi, memperburuk gejala
hipertrofi prostat, menyebabkan xerostomia, dan banyak efek merugikan
lainnya. Diphenhydramine dan obat antikolinergik lainnya, seperti
tolterodine dan oxybutynin, dapat melawan efek penghambat
asetilkolinesterase yang digunakan untuk mengobati penyakit Alzheimer.
Dokter harus mengetahui semua aktivitas farmakodinamik dari semua obat
yang digunakan oleh pasien mereka untuk menghindari interaksi obat yang
sering tidak dikenal (Delafuente, 2003).

2.3 Pemilihan Obat Untuk Pasien Pediatri


Resep untuk anak-anak, berat, tinggi, dan jenis kelamin.Tabel di
bawah ini memperlihatkan nilai rata-rata untuk berat, tinggi dan jenis
kelamin berdasarkan usia; Nilai-nilai ini berasal dari pertumbuhan
Inggris-WHO tangga lagu 2009 dan centile standar UK1990
grafik, dengan mengekstrapolasi sentil ke-50, dan dapat digunakan
untuk menghitung dosis tanpa adanya pengukuran aktual. Namun,

9
anak itu berat dan tinggi badan sebenarnya mungkin sangat bervariasi
dari nilai-nilai dalam tabel dan penting untuk melihat anak untuk
memastikan bahwa nilainya dipilih adalah tepat. Dalam kebanyakan
kasus, anak pengukuran aktual harus diperoleh segera sebisa mungkin
dan dosis dihitung ulang (BNF CHILDREN 2009)

Gambar 2.3 nilai rata-rata untuk berat, tinggi dan jenis kelamin
berdasarkan usia

Perawatan obat yang diuraikan dibawah ini dimaksudkan


untuk digunakan oleh professional kesehatan masyarakat. Hanya
obat-obatan yang digunakan untuk penanganan. Dimana kondisi
anak memerlukan inevstigasi dan penanganan lebih lanjut, anak
harus segera dipindahkan ke rumah sakit (BNF CHILDREN
2009)

10
Gambar 2.3 pemilihan obat pasien pediatric

11
Gambar 2.3 pemilihan obat pasien pediatric

12
Gambar 2.3 Paediatric Basic Life Support

13
Gambar 2.3 Paediatric Basic Life Support

14
2.4 Penyesusaian Dosis Pada Pasien Pediatri
Dosis umumnya didasarkan pada berat badan (dalam kilogram)
atau rentang usia tertentu (BNF CHILDREN 2009)
➢ Neonatus digunakan untuk menggambarkan bayi baru lahir
berusia 0–28 hari.
➢ Anak-anak digunakan secara umum untuk menggambarkan
keseluruhan rentang dari
➢ Bayi hingga remaja (1 bulan-17 tahun).
➢ Rentang usia ditentukan saat informasi dosis berlaku untuk
batasan usia yang lebih
➢ Sempit, misalnya usia 10-12 tahun

Perhitungan dosis
Banyak dosis anak distandarkan menurut beratnya, oleh karena itu
perlu dikalikan dengan berat badan dalam kilogram untuk
menentukan dosis anak
➢ Kadang-kadang, dosis distandarisasi oleh luas permukaan tubuh
(dalam m2).
➢ Untuk kebanyakan obat, dosis maksimal orang dewasa tidak
boleh dilampaui.
Misalnya, jika dosisnya dinyatakan sebagai 8 mg / kg (maks.
300 mg), anak dengan berat 10 kg harus menerima 80 mg tetapi
anak dengan berat 40 kg harus menerima 300 mg (bukan 320
mg)
➢ Kadang-kadang anak kecil mungkin memerlukan dosis yang
lebih tinggi per kilogram daripada orang dewasa karena tingkat
metabolisme mereka lebih tinggi.
➢ Masalah lain perlu dipertimbangkan.
Misalnya:
kalkulasi menurut berat badan pada anak yang kelebihan berat
badan dapat mengakibatkan

15
pemberian dosis yang jauh lebih tinggi daripada yang diperlukan
dalam kasus seperti itu, dosis harus dihitung dari berat badan
ideal, terkait dengan tinggi dan usia.

Perkiraan luas permukaan tubuh (BSA)


➢ Perkiraan luas permukaan tubuh (BSA) terkadang lebih
disukai daripada berat badan untuk perhitungan dosis
pediatrik karena banyak fenomena fisiologis berkorelasi
lebih baik dengan luas permukaan tubuh.
➢ Luas permukaan tubuh dapat diperkirakan dari beratnya

.
Gambar 2.4 Luas Permukaan Tubuh (BSA)

Faktor Yang Harus Diperhatikan Ketika Memilih Regimen


Dosis Obat atau Rute Pemberian Untuk Pasien Anak
➢ Apakah berat badan sesuai dengan usia yang disebutkan?
Jika tidak, konfirmasikan perbedaannya.
➢ Dapatkah perbedaan dijelaskan oleh penyakit yang
mendasari pasien (misalnya, pasien dengan gangguan

16
neurologis seperti cerebral palsy mungkin memiliki berat
badan kurang secara signifikan untuk usianya)?
➢ Apakah perlu menghitung dosis berdasarkan luas
permukaan tubuh, mis. terapi sitotoksik?
Ingatlah bahwa tinggi dan berat badan dapat berubah
secara signifikan pada anak-anak dalam waktu yang
sangat singkat.
Sangat penting untuk memeriksa ulang luas permukaan
pada setiap siklus pengolahan dengan menggunakan
tinggi dan bobot terkini.

Gambar 2.4 Body weight over 40 kg

17
Gambar 2.4 body weight under 40 kg

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penggunaan obat pada pasien pediatri perlu perhatian khusus dan
harusdipahami serta diterapkan oleh apoteker agar tidak terjadi kesalahan
dalampenggunaan obat

3.2 Saran
Dengan berkembangnya iptek maka perlu dikembangkan pedoman dan
pendidikan berkelanjutan pelayanan kefarmasian pediatri yang lebih
spesialistik terutama untuk penyakit yang dominan di masyarakat

19
DAFTAR PUSTAKA

Https://www.academia.edu/24845695/PEDIATRI
Ttps://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/515054/mod_resource/
content/1/5.%20DRP%20terkait%20terapi%20obat%20pada%20Pediatri.
Pdf
British National Formulary for Children 2009.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai