Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF DENGAN PERKEMBANGAN

MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH


DI TK MELATI PUTIH BANYUMANIK

Luthfia Nur Farida1), Elsa Naviati2)


1,2
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
email: elsanaviatizainal@gmail.com

Abstrak

Masa prasekolah merupakan pondasi tumbuh kembang bagi masa depan anak. Perkembangan
mental emosional anak tidak selamanya stabil. Prevalensi gangguan mental emosional pada anak
cukup tinggi. Masalah mental emosional diketahui melalui deteksi dini, apabila tidak diselesaikan
dengan baik akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak. Gaya pengasuhan
orangtua mempengaruhi perkembangan mental emosional. Pola asuh otoritatif menerapkan
keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan perilaku anak. Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan pola asuh otoritatif dengan perkembangan mental emosional pada anak usia
prasekolah di TK Melati Putih Banyumanik. Desain penelitian adalah deskriptif korelasi.
Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan total sampling dengan teknik purposive
sampling yaitu 42 rsesponden, responden dalam penelitian ini menerapkan pola asuh otoritatif,
dengan hasil perkembangan mental emosional baik sebesar 83,3%. Hasil uji statistika dengan
Spearman rank didapatkan nilai p 0.003 sehingga terdapat hubungan antara pola asuh otoritatif
dengan perkembangan mental anak usia prasekolah. Orangtua diharapkan dapat menerapkan pola
asuh otoritatif karena dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan mental emosional
anak.

Kata Kunci: pola asuh otoritatif, perkembangan mental emosional, prasekolah

1. PENDAHULUAN perkembangan fisik, intelektual dan emosional


Usia prasekolah merupakan periode yang optimal.
emas tumbuh kembang anak (Hurlock, 1995). Masalah mental emosional yang tidak
Pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam diselesaikan akan memberikan dampak negatif
ukuran, sedangkan perkembangan adalah terhadap perkembangan anak, terutama
perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya. terhadap pematangan karakternya, hal ini
Pada perkembangan normal, anak usia mengakibatkan terjadinya gangguan mental
prasekolah sudah mempunyai kemampuan emosional yang dapat berupa perilaku berisiko
motorik baik dan dapat mengkomunikasikan tinggi. Penelitian yang dilakukan di Desa
keinginan, pikiran dengan menggunakan Pucang Simo Kabupaten Jombang didapatkan
bahasa secara lisan (Poerwanti & Widodo, prevalensi gangguan mental emosional pada
2002). Perkembangan mental emosional bagi anak usia 3-5 tahun dengan hasil sebanyak
usia prasekolah merupakan perkembangan 74,2% (Maramis, 2013). Penanganan dan
dasar karena potensi otak anak dalam masa ini menganalisis kebutuhan emosi anak usia
akan mempengaruhi kejiwaan anak. Proses prasekolah diperlukan deteksi dini tumbuh
mental adalah proses pengolahan informasi kembang. Melalui deteksi dini dapat diketahui
yang menjangkau kegiatan kognisi, penyimpangan tumbuh kembang anak secara
intelegensia, berpikir, belajar, memecahkan dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi,
masalah dan pembentukan konsep (Prastito, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan
2010). Perkembangan mental berhubungan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa
dengan kesehatan mental pada anak. Menurut kritis proses tumbuh kembang.
Dewi tahun 2012 kesehatan mental merupakan Salah satu faktor yang turut berperan
suatu kondisi yang memungkinkan dalam perkembangan mental emosional pada

222
anak adalah pola asuh orangtua. Orangtua orangtua murid di TK Melati Putih
memiliki hubungan yang dekat dan waktu Banyumanik dengan total populasi adalah 47
yang relatif lama dalam bersosialisasi dengan orang.
anak, sehingga kemampuan orangtua dalam Kriteria inklusi dari penelitian ini
memberikan rangsangan atau stimulus adalah: orangtua (bapak/ibu) yang memiliki
mempengaruhi kondisi emosi anak (Isfandari pola asuh otoritatif, bisa membaca dan
& Suhardi, 1997). Sikap, perilaku, dan menulis, bersedia untuk menjadi responden
kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan penelitian. Adapun kriteria eksklusi dari
ditiru oleh anak, secara sadar atau tidak sadar penelitian ini adalah: orangtua murid
akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan (bapak/ibu) yang awalnya bersedia menjadi
pula bagi anak. Hal ini akan berpengaruh responden kemudian memutuskan berhenti
terhadap perkembangan anak. Pola asuh menjadi partisipan saat penelitian berlangsung,
orangtua terbagi menjadi tiga macam yaitu tiba-tiba meninggal dan sakit saat penelitian
otoriter, permisif, dan otoritatif. Pola asuh berlangsung.
otoritatif atau demokratis adalah pola asuh Teknik sampling dalam penelitian ini
orangtua yang mengarahkan anaknya secara total sampling dengan teknik purposive
rasional, berorientasi pada masalah yang sampling dengan cara peneliti menyeleksi
dihadapi, mengharapkan anak untuk mematuhi (skrininng) menggunakan kuesioner pola asuh
orang dewasa tetapi juga mandiri dan otoritatif dan selanjutnya orangtua yang
mengarahkan diri sendiri, saling menghargai memiliki pola asuh otoritatif yang digunakan
antara anak dan orangtua, memperkuat dalam sampel penelitian. Jumlah populasi 47
standar-standar perilaku (Widyarini & Nilam, orang, sedangkan sampel yang digunakan
2009). sebanyak 42 orang, 5 orang tidak masuk dalam
Berdasarkan dari penelitian kriteria inklusi.
Wijayaningrum tahun 2013 dan hasil Variabel independen dalam penelitian
wawancara, pola asuh orangtua yang ini adalah pola asuh otoritatif orangtua kepada
diterapkan di TK Melati Putih menyatakan anak usia prasekolah. Sedangkan variabel
93% orangtua murid menerapkan pola asuh dependen dalam penelitian ini adalah
otoritatif. Sedangkan pada perkembangan perkembangan mental emosi anak usia
mental emosional terdapat perilaku anak yang prasekolah.
mengalami gejala gangguan mental emosional. Peneliti menggunakan kuesioner
Penelitian Isfandari & Suhardi tahun 1997 sebagai alat penelitian yang kemudian hasilnya
mengungkapkan adanya gejala gangguan diolah dengan program statistik komputer.
mental emosional anak dapat dideteksi dari pertanyaan yang terdiri dari 29 pertanyaan
keluarga dan sekolah. Deteksi dini bertujuan pola asuh otoritatif. Menggunakan skala
untuk menemukan penyimpangan tumbuh guttman dengan 2 pilihan jawaban, ya dan
kembang mental emosional. Apabila mental tidak. Kemudian peneliti menguji normalitas
emosional ini tidak segera ditindaklanjuti menggunakan Shapiro-wilk karena jumlah
maka akan mempengaruhi perkembangan anak sampel ≤ 50. Hasil nilai kemaknaan 0,00 yang
pada tahap berikutnya. artinya data tidak normal karena nilai
Tujuan penelitian ini adalah untuk kemaknaan < 0,05.
mengetahui hubungan pola asuh otoritatif Kuesioner mengenai perkembangan
dengan perkembangan mental emosional anak mental emosional menggunakan kuesioner
usia prasekolah di TK Melati Putih baku yakni KMME (Kuesioner Masalah
Banyumanik. Penelitian ini dapat memberikan Mental Emosional) digunakan untuk
informasi mengenai hubungn pola asuh mengenali masalah mental emosional anak
otoritatif dengan perkembangan mental yang berusia 36-72 bulan, terdiri dari 12
emosional dan diharapkan dapat dijadikan pertanyaan. Kuesioner diberikan kepada
deteksi dini gangguan perkembangan mental responden, apabila responden kurang
emosional yang terjadi pada anak. memahami kuesioner yang diberikan,
responden dapat bertanya langsung dengan
2. METODE PENELITIAN peneliti. Penilaian jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Jawaban ‘ya’ menunjukkan anak mengalami
korelasi dengan metode survey cross sectional. masalah mental emosional. Apabila jawaban
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ‘ya’ lebih dari satu 38 pertanyaan anak

223
mengalami masalah mental emosional yang kuesioner. Jika ada pernyataan yang kurang
serius. Penilaian jawaban menunjukkan baik jelas responden diminta untuk menanyakan
jika jawaban tidak menunjukkan ‘ya’ atau langsung kepada peneliti. Kuesioner terdiri
jumlah ‘ya’ hanya terdapat 1. Jawaban dari 2 kuesioner yaitu kuesioner pola asuh
menunjukkan buruk apabila terdapat jawaban otoritatif dan kuesioner masalah mental
‘ya’ ≥ 2 pertanyaan. Uji expert ini dilakukan emosional.
dengan mengkonsultasikan intrumen kepada i. Apabila responden sudah memahami cara
ahlinya (expert) oleh dosen keperawatan anak pengisian kuesioner, responden dapat
dengan Ibu Ns. Meira Erawati, mengisi kuesioner tersebut.
S.Kep.,M.Si.Med dan dosen komunitas dengan j. Responden diminta untuk mengisi
Bapak Ns. Muhammad Muin, pertanyaan yang terdapat dikuesioner.
S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom. Uji validitas k. Peneliti mengumpulkan dan memeriksa
dalam penelitian ini dilakukan di TK Widuri kembali kelengkapannya.
Banyumanik pada tanggal 2-5 Mei, dengan l. Peneliti menyeleksi hasil kuesioner pola
alasan karena memiliki karakteristik yang asuh otoritatif, apabila pola asuh orangtua
sama dengan calon responden. Hasil uji bukan otoritatif maka tidak digunakan
validitas yang dilakukan kepada 30 orang tua, dalam penelitian.
dengan menggunakan rumus product moment m. Setelah selesai diisi kuesioner dikumpulkan
hasil yang diperoleh nilai validitasnya dan segera diteliti bila ada yang belum
kuesioner pola asuh otoritatif rentang nilai r lengkap atau kurang jelas maka peneliti
hitung -0,053-0,798. Terdapat 3 pertanyaan meminta penjelasan kepada responden dan
yang kurang dari nilai r tabel (0,361) apabila diperlukan responden dapat diminta
dinyatakan tidak valid, tetapi 2 pertanyaan kembali mengisi ulang kuesioner.
tersebut tetap digunakan karena merupakan
pertanyaan vital, pertanyaan tersebut tidak Teknik pengolahan data dalam penelitian
dilakukan perbaikan redaksi kata, dan 1 ini yaitu:
pertanyaan dihilangkan dari kuesioner. Jumlah a. Editing (memeriksa)
pertanyaan menjadi 29 pertanyaan. Dari hasil Editing yaitu melakukan pengencekan
uji kuesioner pola asuh orang tua didapatkan kelengkapan untuk memudahkan
nilai hasil Alpha Cronbach sebesar 0,998 yang pengolahan data. Data yang perlu diperiksa
menyatakan kuesioner reliabel. diantaranya kelengkapan identitas pengisi,
Pengumpulan data yang dilakukan di kelengkapan lembar kuesioner, kejelasan
tempat penelitian dengan prosedur sebagai jawaban dan tulisan. Tahap ini dilakukan di
berikut: tempat pengumpulan data.
a. Peneliti menyerahkan permohonan izin dari b. Coding (pengkodean)
institusi yaitu PSIK FK UNDIP kepada Coding adalah kegiatan merubah bentuk
Kepala Sekolah TK Melati Putih data lebih ringkas dengan menggunakan
Banyumanik. kode-kode tertentu.
b. Peneliti melakukan pendekatan dengan c. Sorting
kepala sekolah dan guru untuk menjelaskan Sorting adalah mensortir dengan memilih
maksud dan tujuan penelitian untuk atau mengelompokkan data menurut jenis
mendapatkan persetujuan. yang dikehendaki (klasifikasi data).
c. Peneliti melakukan pengambilan data awal. Pengelompokkan data pola asuh otoritatif.
d. Peneliti melakukan pendekatan dengan d. Entry data
responden dan menjelaskan tujuan, manfaat Entry data adalah memasukkan data yang
peran serta responden selama penelitian. telah ditabulasikan ke dalam komputer.
e. Menjelaskan kepada responden tentang Pengolahan data dilakukan dengan bantuan
cara pengisian kuesioner. program pengolahan data statistik.
f. Responden diminta membaca dan mengisi e. Cleaning
informed consent. Tahap cleaning dilakukan dengan
g. Bila bersedia menjadi responden maka pembersihan data untuk pengecekan
responden dipersilakan menandatangani kembali data apakah ada kesalahan atau
informed consent. tidak, baik berupa kesalahan pada waktu
h. Setelah menandatangani persetujuan, entry data maupun adanya data yang hilang
peneliti menjelaskan cara pengisian setelah selesai data disajikan. Cara yang

224
dilakukan oleh peneliti dalam tahap ini Kerahasiaan merupakan masalah etika
yaitu membuat tabel distribusi frekuensi dengan memberikan jaminan kerahasiaan
dari setiap variable melalui program hasil penelitian, baik informasi maupun
statistik komputer. Setelah itu, peneliti masalah- masalah lainnya. Untuk menjaga
melihat skor missing pada tabel ysng kerahasiaan responden, maka dalam lembar
menunjukkan nol yang berarti tidak ada pengumpulan data peneliti mengganti nama
kesalahan dalam memasukkan data. responden dengan nomor kode. Nomor
kode tersebut diisi oleh peneliti. Peneliti
Analisa data yang digunakan adalah analisa menjaga kerahasiaan dari hasil penelitian
univariat dan analisa bivariat. Data yang tentang informasi yang didapatkan.
dianalisis dalam penelitian ini adalah pola
asuh otoritatif dan perkembangan mental 3.HASIL DAN PEMBAHASAN
emosional. Data yang telah dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan alat bantu Tabel 1
komputer dan ditampilkan dalam bentuk Karakteristik Responden di TK Melati
distribusi frekuensi. Sehingga didapatkan Putih Banyumanik Semarang, Juni 2014
gambaran berbentuk tabel berdasarkan pola (n=42)
asuh otoritatif dan perkembangan mental Prosentase
emosional serta data karakteristik responden. No Kategori Frekuensi (%)
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat 1 Usia
hubungan antara kedua variabel. Dalam 26-35 tahun 14 33,3
analisis ini uji statistik yang dilakukan oleh 36-45 tahun 23 54,8
peneliti dengan data yang berdistribusi tidak 46-55 tahun 5 11,9
normal menggunakan Spearman Rank.43 2 Jenis
Hasil perhitungan menggunakan Spearman Kelamin
Rank dengan p value 0,003 (< 0,05) dengan
Perempuan 27 64,3
nilai kekuatan 0,452 yaitu sedang. Maka Ha
Laki-laki 15 35,7
gagal ditolak yang artinya penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola 3 Pendidikan
asuh otoritatif dengan perkembangan mental Tidak
emosional pada anak prasekolah. Sekolah 1 2,4
Etika dalam penelitian ini yaitu: SD 2 4,8
1. Informed Consent SMP 3 7,1
Informed Consent merupakan bentuk SMA 22 52,4
persetujuan antara peneliti dengan Diploma 7 16,7
responden penelitian dengan memberikan Sarjana 7 16,7
lembar persetujuan. Hal ini dilakukan agar 4 Pekerjaan
subjek penelitian dapat mengerti maksud Tidak
dan tujuan dari penelitian. Jika responden bekerja 9 21,4
setuju dengan penelitian maka responden Buruh 7 16,7
wajib menandatangani lembar persetujuan Pedagang 2 4,8
dan apabila sebaliknya peneliti harus Wiraswasta 4 9,5
menghormati hak pasien. Beberapa Swasta 20 47,6
informasi yang ada dalam informed consent
antara lain adalah partisipasi responden, Tabel 1 menunjukkan bahwa 54,8%
tujuan dilakukannya penelitian, prosedur sebanyak 23 responden berusia 36-45 tahun,
pelaksanaan, dan lainnya. Informed consent mayoritas berjenis kelamin perempuan 64,3%
masing-masing diberikan kepada orangtua sebanyak 27 responden, pendidikan terakhir
dan anak. Tidak terdapat responden yang responden yang paling banyak yaitu SMA
menolak dalam penelitian. dengan presentase 52,4% sebanyak 22
2. Anonymity (tanpa nama) responden sedangkan presetase responden
Peneliti hanya menuliskan kode pada yang tidak sekolah sangat kecil yaitu 2,4%
lembar pengumpulan data tanpa hanya 1 responden, pekerjaan responden
mencantumkan namanya. sebagian besar bekerja di bidang swasta 47,6%
3. Confidentiality (Kerahasiaan) sebanyak 20 responden.

225
Tabel 2 pekembangan sesuai dengan masanya. Faktor
Perkembangan Mental Emosional Anak jenis kelamin menunjukkan sebagian besar
Usia Pra Sekolah di TK Melati Putih responden berjenis kelamin perempuan yaitu
Banyumanik Semarang, Juni 2014 (n=42) sebanyak 27 orang (64,3%). Hal ini
Prosentase menunjukkan bahwa ibu cukup berperan
No Kategori Frekuensi (%) dalam proses pengasuhan anak (Syafei, 2006).
1 Baik 35 83,3 Kasih sayang ibu merupakan jaminan
2 Buruk 7 16,7 awal untuk tumbuh kembang anak dengan
Total 42 100 baik. Selain itu, pendidikan orangtua juga
menunjukkan mayoritas berpendidikan
terakhir SMA sebanyak 22 responden (52,4%).
Tabel diatas menunjukkan sebanyak 83,3%
Pendidikan dan pengalaman orangtua dalam
(mayoritas) mempunyai perkembangan mental
emosional baik. perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan
orangtua dalam menjalankan peran
pengasuhan (Hockenberry, 2009 & Supartini,
Tabel 3
2004). Tingkat pendidikan yang baik pada
Hubungan Pola Asuh Otoritatif dengan
orangtua akan menghasilkan pola asuh yang
Perkembangan Mental Emosional Anak
lebih baik pula terhadap anak.
Usia pRa Sekolah di TK Melati Putih
Data pekerjaan menunjukkan hasil
Banyumanik Semarang, Juni 2014 (n=42)
yang beragam dan paling menonjol yaitu
Uji responden bekerja dibidang swasta sebanyak
Statistik Variabel Hasil Analisis 20 responden (47,6%). Jika orang tua memiliki
Spearman Pola Asuh Nilai Signifikansi pekerjaan yang mapan maka kesejahteraan
Otoritatif Korelasi = 0,003 keluarga juga meningkat dan peran
dengan = 0,452 pengasuhan pun dapat terlaksana dengan baik
Perkemban (Supartini, 2004).
gan Mental Gambaran pola asuh otoritatif
emosional menunjukan responden yang menerapkan pola
asuh otoritatif terhadap anaknya sebanyak 42
Tabel 3 menunjukkan hasil responden (100%). Pola asuh otoritatif yaitu
perhitungan dengan menggunakan spearman pola asuh yang memberikan dukungan
rank diperoleh p value 0,003 dengan nilai alfa emosional dengan struktur dan bimbingan
0,05 yaitu p value < 0,05. sehingga Ha pada anak untuk mandiri namun tetap
diterima artinya ada hubungan antara pola menerapkan berbagai batasan yang akan
asuh otoritatif dengan perkembangan mental mengontrol perilaku mereka. Berdasarkan data
emosional anak usia prasekolah di TK Melati rata-rata pendidikan terakhir orang tua dalam
Putih Banyumanik. Nilai korelasi spearman penelitian ini tertinggi yaitu berpendidikan
sebesar 0,452 menunjukkan arah korelasi terakhir SMA, dimana orang yang memiliki
positif dengan kekuatan korelasi sedang. tingkat pendidikan yang tinggi biasanya akan
Sehingga semakin tinggi pola asuh orang cenderung menerapkan pola asuh yang baik
otoritatif semakin tinggi perkembangan mental kepada anaknya dengan menerapkan pola asuh
emosional anak usia prasekolah. otoritatif. Penelitian Lidyasari tahun 2013
tentang pola asuh demokratis/otoritatif
PEMBAHASAN menyebutkan bahwa pola asuh otoritatif
Karakteristik responden berusia pada menjadi jalan terbaik dalam pembentukan
rentang usia 36-45 tahun dengan prosentase karakter anak. Anak-anak prasekolah dari
54,8%. Rentang usia 35-45 merupakan masa orang tua yang demokratis cenderung lebih
usia dewasa tengah (Santrock, 2002). Pada percaya pada diri sendiri, pengawasan diri
periode dewasa tengah orangtua telah sendiri, mampu bergaul dengan baik dengan
mencapai kematangan dalam berfikir dan teman-teman sebayanya, kemandirian, sukses
bersikap sehingga dapat mempengaruhi dalam belajar dan bertanggungjawab secara
orangtua dalam mendidik dan mengasuh putra sosial (Santrock, 2002). Jadi dapat dikatakan
putri mereka sehingga jika anak mendapatkan bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh
pola pengasuhan yang benar dari orangtua yang efektif karena orang tua demokratis
maka anak akan mampu mencapai tahap menerapkan kesimbangan antara pengawasan

226
dengan kebebasan terhadap tingkah laku anak perkembangan mental emosional pada anak
sehingga anak merasa diberikan kesempatan prasekolah dengan p value 0,003. Penelitian
untuk mengutarakan pendapat mereka. mengenai hubungan pola asuh dengan
Gambaran perkembangan mental perkembangan anak mempunyai hasil yang
emosional menunjukkan perkembangan signifikan. Hasil ini sejalan dengan penelitian
mental emosional sebanyak 35 responden lain mengenai hubungan antara pola asuh
(83,3%) mempunyai perkembangan mental orang tua dengan perkembangan anak usia
emosional baik. Perkembangan mental prasekolah yang mempunyai hasil signifikan
emosional mencakup kemampuan anak untuk dan hasil analisis univariat mengenai pola asuh
mengerti dan mengendalikan emosi. Apabila orangtua sebagian besar orangtua menerapkan
anak tidak memiliki keseimbangan mental pola asuh otoritatif dan perkembangan anak
emosional maka anak sulit berinteraksi secara sesuai dengan tahap perkembangannya
sosial yang berdampak di masa depannya (Fatimah, 2012).
(Rahmayanti & Pujiastuti, 2012) Karakteristik Emosi yang dipendam dapat membuat
usia responden mayoritas berada pada usia 36- anak merasa tertekan dan terbebani sehingga
45 tahun yang memiliki status anak dengan menyebabkan anak mengalami keluhan fisik,
perkembangan mental emosional baik. Hal ini misalkan: sakit perut/sariawan/flu sebelum
menunjukkan usia tersebut merupakan usia ujian, ingin buang air kecil karena ketakutan,
dewasa tengah. Fase dimana produktifitas atau bicara gagap disaat gugup atau grogi.
dalam pencapaian mengasuh anak sudah Gaya pengasuhan otoritatif orangtua yang
berkembang dengan baik. Jenis kelamin bersifat hangat dan penyayang akan
responden paling banyak perempuan, dimana mendorong anak lebih mudah dalam
pada umumnya perempuan lebih mengerti mengekpresikan emosi yang dirasakannya.
tentang anak, karena lebih demokratis terhadap Kemampuan mengekpresikan emosi dengan
anaknya dibandingkan dengan orangtua laki- baik akan berdampak positif pada kesehatan
laki. Kasih sayang ibu merupakan jaminan fisik dan mental anak. (Isfandari & Suhardi,
awal bagi anak untuk mampu tumbuh dan 1997) Pilihan pertanyaan kuesioner pola asuh
berkembang maksimal sesuai masanya (Ihroni, otoritatif mengenai orangtua dalam
1999). Gaya pengasuhan otoritatif kepada memberikan pendapat kepada anak untuk
anak membuat orangtua mampu mencapai memilih teman dan memberikan kebebasan
tumbuh kembang anak sesuai masanya dan anak dalam memilih teman, tindakan orangtua
anak memiliki perkembangan mental tersebut merupakan pola asuh otoritatif,
emosional yang baik. dimana orangtua memberikan kebebasan,
Hubungan pola asuh otoritatif dengan namun tetap melakukan pengawasan terhadap
perkembangan mental emosional anak.
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola Selain itu pada kuesioner
asuh otoritatif dengan perkembangan mental perkembangan mental emosional poin
emosional pada anak prasekolah dengan p pertanyaan mengenai perilaku anak yang
value 0,003. Penelitian mengenai hubungan merusak, menentang dan tidak memperdulikan
pola asuh dengan perkembangan anak nasehat yang diberikan orangtua, keadaan
mempunyai hasil yang signifikan. Hasil ini tersebut menggambarkan bahwa anak tidak
sejalan dengan penelitian lain mengenai terlihat merusak menentang seperti melanggar
hubungan antara pola asuh orang tua dengan peraturan dan anak peduli dengan nasehat
perkembangan anak usia prasekolah yang yang diberikan orangtua. Pada proses
mempunyai hasil signifikan dan hasil analisis perkembangan mental emosional anak
univariat mengenai pola asuh orangtua memiliki mental emosional yang baik.
sebagian besar orangtua menerapkan pola asuh Keadaan tersebut berbanding terbalik apabila
otoritatif dan perkembangan anak sesuai anak tidak dapat mengekpresikan emosi, anak
dengan tahap perkembangannya (Fatimah, akan cenderung tertekan, memendam perasaan
2012). sendiri. Kejadian ini apabila tidak didukung
Emosi yang dipendam dapat membuat dengan sikap orangtua yang perhatian, namun
anak merasa tertekan Hubungan pola asuh sikap orangtua yang membiarkan anak atau
otoritatif dengan perkembangan mental mengekang anak akan mengakibatkan keadaan
emosional menunjukkan bahwa ada hubungan anak semakin tidak dapat mengekpresikan
antara pola asuh otoritatif dengan emosi dengan baik. Keadaan ini sejalan

227
dengan poin pertanyaan yang terdapat dalam Hockenberry, M. J.. [et.al]. (2009). Buku ajar
kuesioner pola asuh otoritatif, responden keperawatan pediatrik wong. Alih bahasa:
masih merasakan perilaku anak dengan Sutarna, A; Juniarti, N; Kuncoro. Editor
membiarkan anak ketika anak ingin edisi bahasa Indonesia : Yudha, E. K….[et
menyendiri dikamarnya. Selain itu pada al.]. Edisi 6. Jakarta: EGC
kuesioner perkembangan mental emosional Hurlock, E. B.(1995). Perkembangan anak.
terdapat poin pertanyaan mengenai perilaku Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
anak yang tampak menghindar dari teman atau Ihroni. (1999). Bunga rampai sosiologi
anggota keluarga dan terdapat responden yang keluarga. Cet.1. Jakarta: Yayasan Obor
merasakan anak tampak menghindar dari Indonesia.
teman atau anggota keluarga, keadaan tersebut Isfandari, S & Suhardi. (1997). e-journal
menggambarkan orangtua masih merasakan Litbang. Gejala gangguan mental
perilaku anak yang menyendiri yang dianggap emosional pada anak. pusat penelitian
wajar, padahal perilaku tersebut merupakan penyakit tidak menular,.
salah satu tanda penyimpangan mental http://ejournal.litbang.depkes.go.id. 22
emosional. Januari 2014.
Lidyasari, A. T. (2013). Pola asuh otoritatif
4.KESIMPULAN sebagai sarana pembentukan karakter anak
Berdasarkan hasil penelitian tentang dalam setting keluarga.
“Hubungan Pola Asuh dengan http://staff.uny.ac.id/. 27 Desember 2013.
Perkembangan Mental Emosional Anak Usi Maramis, M. M. (2013). Prevalensi gangguan
Prasekolah di TK Melati Putih Banyumanik, mental emosional pada anak usia 3-5
maka dapat disimpulkan bahwa: tahun di desa Pucang Simo Kecamatan
1. Perkembangan mental emosional anak Bandar Kedungmulyo Kabupaten
usia prasekolah di TK Melati Putih Jombang. www.penelitian.unair.ac.id. 24
Februari 2014.
Banyumanik sebagian besar mempunyai
Poerwanti, W. (2002). Perkembangan peserta
perkembangan mental emosional baik.
didik. Malang: UMM Press
2. Perkembangan mental emosional anak
Prastito. (2010). Perkembangan sosio
berdasarkan karakteristik usia responden emosional anak. Jakarta: Universitas
36-45 tahun memiliki perkembangan Terbuka.
mental emosional anak baik, mayoritas Rahmayanti, S. D & Pujiastuti, S. (2012). e-
jenis kelamin responden perempuan juga Journal Stikesayani. Hubungan pola asuh
memiliki perkembangan mental dengan perkembangan anak usia
emosional anak baik, pendidikan terakhir prasekolah di TK Kartika X-9 Cimahi.
responden yang paling banyak yaitu http://stikesayani.ac.id/publikasi/. 8 Juni
SMA, pekerjaan responden sebagian 2014.
besar bekerja di bidang swasta. Santrock, J. W. (2002). Life-span
3. Terdapat hubungan yang signifikan development: perkembangan masa hidup.
antara pola asuh otoritatif dengan Edisi 5. Volume 1. Jakarta: Erlangga.
perkembangan mental emosional anak Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar
usia prasekolah. keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Sutarna, A; Juniarti, N; Kuncoro. Editor edisi
5.REFERENSI bahasa Indonesia : Yudha, E. K….[et al.].
Edisi 6. Jakarta: EGC
Dewi, K. S. (2012). Buku ajar kesehatan Syafei, Sahlan. 2006. Mendidik anak. Bogor:
mental. Semarang: UPT UNDIP Press PT. Ghalia Indonesia.
Semarang. Widyarini, M. M & Nilam. (2009). Seri
Fatimah, L. (2012). Hubungan pola asuh orang psikologi populer: Relasi Orangtua dan
tua dengan perkembangan anak di r.a Anak. Jakarta: PT Elex Media
darussalam desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Komputindo.
Jombang. www.journal.unipdu.ac.id. 12 Wijayaningrum, N. B. (2013). Gambaran pola
Juni 2014. asuh orang tua pada anak usia prasekolah
di TK Melati Putih Banyumanik. Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro.

228

Anda mungkin juga menyukai