Anda di halaman 1dari 60

EFEK SAMPING

OBAT

Muhammad Fifin Kombih, dr


Materi & Tujuan Mata Ajaran
• Materi:
 Hal-hal Penting
 Masalah ESO
 Klasifikasi ESO
 Jenis ESO

• Tujuan:
 Memahami mengenai MESO
 Dapat melakukan MESO
ESO
• Segala sesuatu yg tidak diinginkan untuk
tujuan terapi yang dimaksudkan pada
dosis yg dianjurkan
Dampak negatif ESO
• Kegagalan pengobatan
• Timbulnya keluhan penderita
• Pembiayaan meningkat
• Efek psikologik
Hal- hal Penting
• MESO merupakan program pemantauan keamanan obat
sesudah beredar (pasca pemasaran)
• ESO : rx yg merugikan atau  diingini  terjadi pd
penggunaan obat dg dosis yg biasa
• Tujuan  untuk mendukung upaya jaminan atas
keamanan obat sejalan keamanan obat sejalan
pelaksanaan evaluasi aspek efikasi, keamanan dan
mutu sebelum obat diberi izin edar (pra pemasaran)
Masalah ESO
• Mengapa Persentase terus   obat yg beredar 
tanpa disertai informasi yg proposional 
promosi   penggunaan 

• Berapa sering?
rawat nginap 
obat < 6 : 5% ;
obat > 15 : 40%
 kematian 45% ;
• berobat jalan : 20%
• Px masuk RS : 2 – 5% akibat ESO
• Case / fatality ratio akibat ESO pasien
rawat nginap : bervariasi 2–12%
  2–3%bayi lahir dg abnormalitas  akibat obat
yg digunakan ibu masa kehamilan
• Cost  negara berkembang  US$ 30–130
billion u/ ESO pasien yg berobat jalan
Faktor pendorong ESO
• Terapi obat ganda
• Usia
• Jenis kelamin
• Penyakit
• Perbedaan farmakokinetik
• Perbedaan etnik
• Faktor formulasi sediaan
• Rekonsiliasi obat yg tdk lengkap
ESO Tipe A
• Reaksi berlawanan yang merupkan konsekuensi dari
efek farmakologi normal obat shg kemunculannya dapat
diprediksi.
• Dosis yg tdk tepat
• Farmakokinteika yg tdk teratur (kegagalan eliminasi
obat)
ESO tipe A (aksi farmakologi yg berlebihan)
• Depresi respirasi pd pasien bronkhitis berat yg
menerima pengobatan morfin atau benzodiazepin
• Hipotensi pd strok akibat antihipetensi dosis tinggi
• Bradikardia pd pasien menerima digoksin dosis tinggi
• Palpitasi pd asma krn dosis teofilin tinggi
• Hipoglikemia akibat dosis obat DM terlalu tinggi
• Pendarahan pd pasien sdg menerima warfarin bersama
aspirin
Respon krn penghentian obat
• Reaksi pembalikan thd efek farmakologi obat krn
penghentian pengobatan
• Agitasi ekstrim, takikardi, bingung, delirium dan
konvulsan akibat penghenian deprensia SSP (ex alkohol,
barbiturat)
• Krisis addison akut krn penghentian kortikosteroid
• Hipertensi berat akibat penghentian klonidin
• Gejala putus obat narkotika
ESO bkn efek farmakologi utama
• Iritasi lambung (rifampisin, eritromisin, teofilin, analgetik,
kortikosteroid oral)
• Rasa kantuk
• Kenaikan enzim transferase hepar krn pemberian
rifampisin
• Efek teratogenik
• Penghambatan agregasi trombosit o/ aspirin shg
memperpanjang waktu pendarahan
• Ototoksisitas krn kinidin
ESO Tipe A
• Obat yang menyebabkan pendarahan uterus
ESO Tipe A
Obat yang menyebabkan konstipasi :
•amitriptilin dan imipramin (penghilang nyeri nekrotik)
•Fenitoin, karbamazepin, suplemen zat besi
•Diltiazem dan nifedipin
•Antasida yg mengandung alumunium
ESO TIPE A
• Obat yang menyebabkan mimpi buruk
• Obat yang
menyebabkan
dispepsia
Obat yg menyebabkan anemia hemolitik
Obat yg
menyebabkan
impotensi
• Obat yg menyebabkan edema
• Obat kemoterapi (anagrelida, arsen trioksida, bekaroten,
silosporin, gemsitabin, imatinib, leuprolid, temozolamid,
talidomit)
• Obat kanker (anastrozol, dorbupoetin)
• Kortikosteroid ( prednison, metilprednisolon)
• Progestin ( megaestrol, medroksiprogesteron)
• NSAID (ibuprofen, indometasin, naproksen, rofecoxib,
celecoxib)
Hiperpigmentasi
• Obat yg menyebabkan
hiperpigmetasi
• Obat yang menyebakan
hiperpigmentasi
Obat yg menyebabkan jaundice
Obat yg menyebabkan reaksi fototoksik
Obat yg menyebabkan netropenia
hepatotoxic
ESO TIPE B
• Tidak bs diprediksi, tdk tergantung dosis
• Sifat khas :
a. Gejala tdk sama dg efek farmakologinya
b. Tenggang waktu antara kontak pertama thdap timbulnya
efek
c. Reaksi dpt terjadi pd kontak ulangan walaupun hanya dg
jml sangat kecil obat
d. Reaksi hilang bila obat dihentikan
e. Gejala timbul : rash, serum sickness, anafilaksis, asma,
urtikaria, angioderma
Klasifikasi  hebatnya rx
• Mild  rash kulit yg ringan
• Moderate  nausea
• Severe  tekanan 
• Serius  perlu dirawat, mengancam jiwa, menyebabkan
kecacatan
HIPERSENSITIVITAS
Tipe Reaksi Jenis reaksi Obat Waktu Untuk
Bereaksi

I IgE-dependent Urtikaria, NSAID, Menit hingga jam


reactions angioedema, penisilin,streptomisin, setalah paparan
anafilaksis, hay fever anastesi lokal obat

II Cytotoxic Hemolisis, purpura Penisilin, sefalosporin, bervariasi


reactions, Ig G sulfonamid, rifampisin,
kuinidin

III Immune Vasculitis, serum Quinidin, salisilat, 1-3 minggu setlah


complex sickness chlorpromazine, paparan obat
reactions sulfonamid

IV Delayed-type Dermatitis contact, Mekanisme tersering 2-7 hari setlah


reaction/ reaksi Banyak obat (topikal & paparan obat
Cell mediated exanthematous, sistemik)
hypersensitivity reaksi photoallergic
Manifestasi alergi

a. Demam
b. Ruam kulit
c. Penyakit jaringan ikat
d. Gangguan sistem darah
e. Gangguan pernafasan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
anamnesis pasien alergi obat adalah:
• a). Mencatat semua obat yang dipakai pasien termasuk vitamin,
tonikum, dan juga obat yang sebelumnya telah sering dipakai
tetapi tidak menimbulkan gejala alergi obat;
• b). Riwayat pemakaian obat masa lampau dan catat bila ada
reaksi;
• c). Lama waktu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat
sampai timbulnya gejala. Pada reaksi anafilaksis gejala timbul
segera, tetapi kadang-kadang gejala alergi obat baru timbul 7 -
10 hari setelah pemakaian pertama; d). Mencatat lama
pemakaian serta riwayat pemakaian obat sebelumnya. Alergi
obat sering timbul bila obat diberikan secara berselang-seling,
berulang-ulang, serta dosis tinggi secara parenteral;

• e). Manifestasi klinis alergi obat sering dihubungkan
dengan jenis obat tertentu;
• f). Diagnosis alergi obat sangat mungkin bila gejala
menghilang setelah obat dihentikan dan timbul kembali
bila pasien diberikan obat yang sama;
• g). Pemakaian obat topikal (salep) antibiotik jangka lama
merupakan salah satu jalan terjadinya sensitisasi obat
yang harus diperhatikan.
Pilihan terapi pada keadaan anafilaksis
• epinefrin yang diinjeksi secara intramuskular atau intravena.
Pemberian epinefrin pertama diberikan 0,01 ml/kg/BB
sampai mencapai maksimal 0,3 ml subkutan dan diberikan
setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali.
• Pada urtikaria dan angioedema pemberian antihistamin
saja biasanya sudah memadai, tetapi untuk kelainan yang
lebih berat seperti vaskulitis, penyakit serum, kelainan
darah, hati, nefritis interstisial, dan lain-lain diperlukan
kortikosteroid dosis tinggi (60-100 mg prednison atau
ekuivalennya) sampai gejala terkendali dan
• selanjutnya pemberian prednison tersebut diturunkan
dosisnya secara bertahap selama satu sampai dua minggu.
Reaksi idiosinkrasi
• Suatu kejadian ESO yg tdk lazim, tdk dpt diperkirakan
mengapa bs terjadi
• Kanker pelvis ginjal dpt diakibatkan pemakaian analgetik
serampanga
• Kanker uterus dapat krn pemakian progestron dh lama
pencegahan
• Telusuri riwayat pengobatan
• Gunakan obat dgn indikasi jelas
• Hindari penggunaan poli farmasi
• Berikan khusus pelayanan kepada bayi dan anak, usia
lanjut, gangguan ginjal,
• Telaah apakah pengobatan diteruskan atau dihentikan
Penanganan ESO
• Hentikan obat
• Pengobatan suportif sesuai gejala yg muncul
CONTO ESO
• Kerusakan janin akibat talidomid
• Pendarahan usus akibat aspirin
• Penyakit kardiovaskuler akibat obat COX 2
• Tuli dan gagal ginjal akibat antibiotik gentamisin
• Kematian akibat propofol
• Depresi dan luka hati akibat inetrferon
• Diabetes akibat obat psikiatrik neuroleptika
• Diare akibat penggunaan orlistat
• Difungsi ereksi akibat antidepresan
• Demam akibat vaksinasi
• Glukoma akibat ttes mata kortikosteroid
• Rambut rontok dan anemia akibat obat kanker
• Hipertensi akibat penggunaan efedrin
• Kerusakan hati akibat paracetamol
• Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat pct
• Strok dan serangan jantung akibat antihistasmin
• Stroke atau serangan jantung akibat sildanafil
• Bunuh diri akibat penggunaan fluoxetin akibat SSP
Mengapa dilakukan MESO?
• Pemantauan keamanan obat sesudah beredar masih
perlu dilakukan karena penelitian atau izin yang
dilakukan sebelum obat diedarkan, baik uji preklinik
maupun uji klinik belum sepenuhnya dapat
mengungkapkan efek samping obar (ESO), utamanya
efek samping yang jarang terjadi ataupun yang timbul
setelah penggunaan obat untuk jangka lama.
• Pada uji klinik  tidak melibatkan pengguna obat yang
termasuk kelompok anak-anak, wanita hamil, wanita
menyusui, usia lanjut
Cara Melakukan MESO
• Beberapa cara melakukan MESO (spontaneous
reporting, voluntary , Intensive Hospital Monitoring ,
Record linkage, Limited Record, dll)
Pelaksanaan MESO
• Badan POM RI menggunakan metode pelaporan secara
sukarela (voluntary reporting) dari tenaga kesehatan
dengan formulir pelaporan yang dirancang sesederhana
mungkin sehingga memudahkan pengisiannya
Kegunaan
• Hasil pengkajian aspek keamanan berdasarkan laporan
ESO di Indonesia maupun informasi ESO Internasional
 digunakan untuk pertimbangan suatu tindak lanjut
regulatori, berupa pembatasan indikasi, pembatasan
dosis, pembekuan atau penarikan izin edar dan
penarikan obat dari peredaran untuk menjamin
perlindungan keamanan masyarakat
Praktikum
• ESO putus obat narkotika
• ESO putus obat alkohol
• ESO putus obat kortikosteroid
• Eso putus obat klonidin
• Syndrom steven jhanson
• ESO ekstrapiramidal
• ESO obat pelangsing
• ESO obat kuat
• ESO kemoterapi kanker
• ESO teratogenik
Ketentuan Laporan Praktikum
1.Pendahuluan tentang efek samping obat dan pentingnya
mempelajari ESO bagi perawat
2. ISI
a.Respon tubuh akibat ESO
b.Obat yg dpt menyebebakan ESO tsb
c.Pengatasan ESO dan pencegahan ESO
d.Gambar
3. Penutup
4.Dapus
PRAKTIKUM
• Cari jurnal/laporan ESO dr WHO/BPOM/Jurnal

Anda mungkin juga menyukai