Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki

peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.Pembangunan kesehatan harus

dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam

pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen

utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992

tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Pelayanan kesehatan masyarakat (Public Health Services) adalah kesehatan yang

tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran

utamanya adalah masyarakat. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan masyarakat adalah

Rumah Sakit. Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan tingkat ke II. Rumah Sakit

sbagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang tidak bisa ditangani pada pelayanan

tingkat pertama yaitu Puskesmas.

Dokter gigi, asisten dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan

mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Tindakan secara

asepsis harus selalu dilakukan, termasuk tindakan pencegahan seperti sterilisasi dan desinfeksi.

Dokter gigi harus menganggap pasiennya adalah carrier dari penyakit infeksi dan harus selalu

mengikuti prosedur tindakan pencegahan. Banyak penyakit infeksi dapat ditularkan selama

perawatan gigi, antara lain TBC, sifilis, hepatitis A, B, C, AIDS, ARC, herpes, dan lain-lain.

Dengan melakukan tindakan pencegahan infeksi dapat dicegah terjadinya infeksi yang

berbahaya, bahkan dapat mencegah terjadinya kematian.

Sumber infeksi yang potensial pada praktek dokter gigi termasuk tangan, saliva, darah,

sekresi hidung, baju, rambut juga alat-alat/instrumen dan perlengkapan praktek lainnya harus

dijaga sterilitasnya untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi. Kontaminasi dari rongga mulut

dan luka terbuka dapat disebarkan oleh udara, air, debu, aerosol, percikan atau droplets, sekresi

saluran pernafasan, plak, kalkulus, bahan tumpatan gigi dan debris. Flora mulut yang patogen

dari pasien dapat ditransmisikan pada jaringan atau organ (autogenous infection) seperti katup
jantung, sendi artificial, dan jaringan lunak sekitarnya, dan tulang. Prosedur pencegahan

penularan penyakit infeksi antara lain adalah evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi dan

desinfeksi, pembuangan sampah yang aman dan tindakan asepsis termasuk juga dalam

laboratorium tehnik gigi. Metode sterilisasi dan asepsis masa kini pada praktek dokter gigi dan

laboratorium gigi secara nyata telah menurunkan resiko terjadinya penyakit pada pasien, dokter

gigi, serta asistennya.

Pada dunia kedokteran gigi, penyakit dapat ditularkan dari pasien ke pasien, dokter gigi ke

pasien, dan pasien ke dokter gigi, jika tindakan pencegahan yang memadai tidak dilaksanakan.

Menurut Kohli dan Puttaiah (2007), beberapa cara penularan penyakit berdasarkan keparahannya

antara lain:

1. Perkutaneus (resiko tinggi)

Inokulasi mikroba dari darah dan saliva yang ditularkan melalui jarum atau benda tajam.

2. Kontak langsung (resiko tinggi)

Tersentuh atau terpaparnya kulit yang tidak utuh terhadap lesi oral yang menginfeksi,

permukaan jaringan yang terinfeksi, atau cairan yang terinfeksi, percikan cairan yang

terinfeksi.

3. Inhalasi aerosol atau droplet yang mengandung patogen (resiko sedang)

Menghirup bioaerosol yang mengandung material infektif saat menggunakan handpiece

dan scaler atau droplet nucleii yang berasal dari batuk.

4. Kontak tidak langsung

Menyentuh permukaan benda mati yang terkontaminasi pada ruangan perawatan atau

ruang operasi.

Berdasarkan Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi, data-data penting yang

perlu dicatat dan dirangkum dalam blangko sehingga berfungsi sebagai check list agar selalu

dapat diperiksa sehingga tidak terlewatkan adalah identitas pasien, keadaan umum pasien,

odontogram, data perawatan Kedokteran Gigi dan nama dokter gigi yang merawat. Penulisan

nomenklatur gigi disarankan menggunakan dua digit dari FDI (Federation Dentaire

International). Semua keadaan gigi dan terapi yang dilakukan dicatat secara jelas dan teliti,
sehingga dapat dibedakan dan diketahui secara pasti keadaan gigi dan jenis tindakan yang

dilakukan.

Kewajiban untuk membuat rekam medis telah diatur dalam Undang-undang nomor 29

tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Seorang dokter ataupun dokter gigi dalam menjalankan

praktik pribadi maupun praktik di rumah sakit serta institusi pelayanan kesehatan lainnya

diwajibkan membuat rekam medis. Melalui rekam medis yang dibuat maka seorang dokter

maupun dokter gigi dapat mengetahui pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien

dan sebaliknya pasien dapat mengetahui tindakan yang telah dilakukan dokter pada dirinya, di

samping itu juga rekam medis dapat menjadi ukuran terhadap mutu pelayanan yang diberikan.

Dalam rangka mempelajari tentang manajemen pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, maka

kami kelompok 1 telah melakukan observasi lapangan ke RSAD. R.W. Monginsidi Teling pada

tanggal 06-07 Oktober 2016. Adapun hasil observasi lapangan kami di RSAD. R.W. Monginsidi

Teling, dipaparkan secara lengkap dalam laporan ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan dibahas meliputi:

1. Bagaimana profil RSAD. R.W. Monginsidi Teling?

2. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan RSAD. R.W. Monginsidi Teling?

3. Bagaimana pelayanan kesehatan gigi dan mulut RSAD. R.W. Monginsidi Teling?

4. Bagaimana kelemahan dan kelebihan manajemen pelayanan RSAD. R.W. Monginsidi

Teling?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini antara lain adalah :

1. Mengetahui profil RSAD. R.W. Monginsidi Teling.

2. Mengetahui manajemen pelayanan kesehatan RSAD. R.W. Monginsidi Teling.

3. Mengetahui pelayanan kesehatan gigi dan mulut RSAD. R.W. Monginsidi Teling.

4. Mengetahui kelemahan dan kelebihan manajemen pelayanan RSAD. R.W.

Monginsidi Teling.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jalur utama penyebaran mikroorganisme pada praktek dokter gigi adalah melalui:

1. Kontak langsung dengan luka, saliva atau darah yang terinfeksi.


2. Kontak tidak langsung dengan alat-alat yang terkontaminasi.
3. Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yang terluka maupun
yang utuh atau mukosa.
4. Aerosol atau penyebaran mikroorganisme melalui udara.

2. 1 Kontrol infeksi secara umum


Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan gigi adalah
carrier mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus
dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen. Semua prosedur klinis yang
dilakukan pada semua pasien haruslah dilakukan dengan kontrol infeksi umum.

2.2 Infeksi melalui udara


Mikroorganisme yang ditularkan melalui udara terdapat pada aerosol yang terhirup dan
karenanya dapat menyebabkan penyakit influenza, common cold, dan tuberkulosis. Bila
terjadi aerosol misalnya, oleh instrumen high speed, terbentuk percikan-percikan dengan
ukuran yang berbeda-beda. Percikan yang diameternya lebih besar dari 100 nanometer yang
dinamakan splatter akan cepat jatuh oleh gaya tarik bumi, sedang percikan yang umum
terjadi adalah berukuran diameter kurang dari 100 nanometer. Percikan kecil ini dengan
cepat menguap dan tetap ada pada udara selama beberapa jam sebagai droplet nuclei yang
mengandung saliva atau sekresi serum yang kering dan mikroorganisme

2.3 Infeksi melalui benda tajam dan jarum suntik


Jalur utama terjadinya penularan penyakit infeksi dalam bidang kedokteran gigi yaitu melalui
kulit atau mukosa yang terluka oleh benda tajam atau jarum suntik, termasuk di sini adalah
penyebaran penyakit hepatitis B dari pasien ke dokter gigi dan sebaliknya yang sudah
terbukti.

2.4 Prosedur pencegahan infeksi

Prosedur pencegahan infeksi ada beberapa tahap:

 Evaluasi pasien
 Perlindungan diri
 Sterilisasi instrumen
 Desinfeksi permukaan
 Laboratorium yang asepsis
 Pembuangan sampah
 Evaluasi pasien

Harus diketahui riwayat kesehatan yang lengkap dari tiap-tiap pasien dan perbaharuilah pada tiap
tahap kunjungan berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya infeksi silang
yang kemungkinan terjadi pada praktek dokter gigi. Harus diperhatikan mengenai adanya
penyakit infeksi yang berbahaya.

 Perlindungan diri

Dalam hal ini termasuk:

 Kebersihan diri
 Pemakaian baju praktek
 Proteksi. Misal: sarung tangan, kacamata, masker dan rubberdam
 Imunisasi

Kebersihan diri

Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi.
Secara umum pada waktu merawat pasien seorang dokter gigi harus:

 Hindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien, hindari
kontak tangan dengan mata, hidung, mulut dan rambut serta hindari memegang luka atau
abrasi.
 Tutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan menggunakan plester sebab luka dapat
menjadi tempat masuknya mikroorganisme patogen (harus memakai sarung tangan).
 Cuci tangan dengan baik sebelum dan sesudah merawat pasien dengan memakai sabun
mikrobial (mis. Klorheksidin glukonat) sebelum memakai sarung tangan.

Pemakaian baju praktek

 Dokter gigi dan staff asisten harus memakai baju yang bersih dan baru dicuci
 Baju tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi kontaminasi
 Baju praktek harus dicuci menggunakan air panas dan deterjen serta pemutih klorin,
untuk baju yang sduah terkontaminasi perlu penanganan sendiri yang lebih khusus.
Karena bakteri patogen dan beberapa virus, terutama hepatitis B dapat hidup pada
pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Proteksi

1. Sarung tangan (gloves)


tangan harus dicuci dengan sikat dan sabun yang mengandung zat antimikrobial seperti
iodofor (1% iodine), klorheksidin glukonat (2-4%), para-klormeta-silenol (PMCX) 0,5-
3% atau alkohol (70% isopropil alkohol) dan lain-lain. Tangan digosok paling sedikit
selama 10 detik.
Ada 3 macam sarung tangan yang dipakai dalam keokteran gigi yaitu:
 Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi
memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya
pendarahan
 Sarung tangan steril yang harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau
mengantisipasi kemungkinan terjadinya pendarahan pada perawatan
 Sarung tangan heavy duty harus dipakai manakala harus membersihkan alat,
permukaan kerja atau bila menggunakan bahan kimia.

2. Kacamata pelindung
Kacamata ini harus dipakai untuk melindungi mata dari splatter dan debris yang
diakibatakan oleh highspeed handpiece, pembersihan karang gigi baik secara manual
maupun ultrasonik

3. Masker
Digunakan untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi saluran
pernapasan atas maupun bawah.
Efektivitas penyaringan masker tergantung dari:
 Bahan yang dipakai, masker polipropilen lebih baik daripada masker kertas
 Lama pemakaian, efektifnya adalah 30-60 menit, terutma bila masker itu basah.
Jadi sebaiknya satu masker untuk tiap pasien.

4. Rubber dam
Pemakaian rubber dam memungkinkan:
 Mendapatkan gambaran yang jelas setelah jaringan diangkat
 Mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, sehingga mengurangi terjadinya
luka pada jaringan dan mengurangi pendarahan
 Mengurangi terjadinya aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas
rubber dam.

Imunisasi

Dokter gigi dan mereka yang bekerja dibidang kesehatan haruslah memiliki data imunisasi yang
baru. Di Inggris, vaksin hepatitits B, tuberkulosis dan rubella (bagi dokter gigi wanita)
dianjurkan untuk mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi sebagai tambahan dari
imunisasi rutin seperti tetanus, poliomyelitis dan difteri. Di USA, dianjurkan untuk imunisasi
terhadap semua penyakit ini kecuali TBC dan influenza.

2.3 Penutupan
Dengan menutup beberapa permukaan benda, dapat mengurangi kebutuhan untuk desinfeksi.
yang paling sederhana adalah menggunakan kertas, plastik atau foil.

Alat-alat yang dapat ditutupi:

 Baki instrumen, tutupi dengan bib yaitu kertas yang dilapisi plastik
 Ujung alat rontgen ditutupi dengan plastik atau kertas yang diberi selotip
 Tombol-tombol pada unit gigi ditutupi dengan plastik arau aluminium foil
 Sandaran kepala dibungkus dengan penutup dari plastik atau kantung khusus
 Three way syringe dilapisi dengan plastik, dapat pula menggunakan ujung penutup yang
disposabel atau yang dapat disterilkan kembali.
 Ujung dari blood suction dilapisi dengan kantung plastik yang ujungnya digunting untuk
memasukkan ujungnya.
 Pegangan lampu ditutupi dengan aluminium foil, kertas atau spons berukuran 4x4 inci.
 Ujung dari alat untuk menyinari tumpatan komposite, pegangan dan tombol trigger
ditutupi dengan pembungkus plastik dan diberi selotip.
Beberapa alat-alat yang tidak dapat dituttupi, harus di sterilkan atau didesinfeksi. Daerah
operasional dapat dibersihkan dan didesinfeksi selama kurang dari 10 menit.

2.4 Sterilisasi dan desinfeksi

Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap:

 Pembersihan sebelum sterilisasi


 Pembungkusan
 Proses sterilisasi
 Penyimpanan yang aseptik

Pembersihan

Dalam bidang kedokteran gigi pemberishan dapat dilakukan dengan:

 Pembersihan manual
 Pemberishan dengan ultrasonik
Sebelum disterilkan alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris organik, darah dan
saliva. Asisten operator yang membersihkan alat tersebut harus memakai sarung tangan heavy
duty.

Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan detergen lebih aman, efisien dan
efektif dibanding penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang tertutup selama paling tidak 10
menit. Setelah dibersihkan, instrumen dicuci dibawah aliran air dan dikeringkan dengan baik
sbelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang sempurna dan
mencegah terjadinya karat.
Pembersihan dengan ultrasonik lebih baik sebab:

 Meningkatkan efisiensi pembersihan


 Mengurangi bahaya aerolization dari partikel yang infeksius
 Mengurangi insisden terluka akibat benda tajam
 Mengurangi waktu kerja

Pembungkusan

Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan
memakai:

 Nampan terbuka yang ditutup dengan kantong sterilisasi yang tembus pandang
 Nampan yang berlubang dengan penutup yang dibungkus dengan kertas sterilisasi
 Bungkus secara individual dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli

Proses sterilisasi

Pada kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui metode:

 Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave)


 Pemanasan kering (oven)
 Uap bahan kimia (chemivlave)

Penyimpanan aseptik

Penyimpanan yang baik, sama penting dengan proses sterilisasi. Penyimpanan yang kurang baik
akan menyebabkan instrumen menjadi tidak steril lagi. Pembungkus instrumen hanya boleh
dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu 1 bulan tidak digunakan, maka harus
dilakukan sterilisasi ulang.
BAB III
PEMBAHASAN
RSAD R.W MONGINSIDI TELING

3.1 Analisis Situasi Umum Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi
3.1.1 Gambaran Umum

Rumah Sakit Tingkat III Robert Wolter Mongisidi Manado merupakan rumah sakit TNI-
AD di wilayah Sulawesi Utara yang secara struktural dan teknis medis dibawah pembinaan
Denkesyah dan Kesdam VII/Wirabuana, namun dalam operasionalnya dibawah pengendalian
dan pengawasan Korem 131/Santiago. Rumah sakit ini melayani personil TNI, Pegawai Negeri
Sipil Pertahanan Keamanan dan keluarganya diwilayah korem 131/Santiago yang terdiri dari 6
(enam) wilayah yaitu Kodim 1301/Sangir Talaud, Kodim 1309/Manado, Kodim 1302/Minahasa,
Kodim 1303/Bolmong, Kodim1310/Bitung, dan Kodim 1304/Gorontalo. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan nomor: KEP/23/X/1990 tanggal 18 Oktober 1990,
rumah sakit TNI diperbolehkan melayani masyarakat umum. Selain melayani komunitas militer
dan sipil di wilayah Manado dan sekitarnya, rumah sakit ini juga melayani pasien rujukan dari
wilayah Kodam VII/Wirabuana maupun dari luar Kodam seperti dari Ternate dan Ambon.

3.1.2 Sejarah Singkat

Sejarah terbentuknya Rumah Sakit Tingkat III Robert Wolter Mongisidi Manado melalui
proses yang panjang mulai dari bentuk sederhana hingga bentuk bangunan seperti sekarang,
yakni :

a. Periode Pra Perang Kemerdekaan


Pada periode pra perang kemerdekaan di Manado didirikan Noed Zieken Zaal oleh
Belanda yang merupakan bagian kegiatan Belanda di Indonesia.

b. Periode Perang Kemerdekaan

Setelah peristiwa 14 Februari 1946, dua hari kemudian dibentuk TRISU (Tentara
Republik Indonesia Sulawesi Utara) dan dilakukan pengambil semua jawatan sipil dan militer
yang kemudian pada bulan Desember 1949 berubah menjadi Militery Hospital Teling

c. Periode Rumah SUMU

Pada tahun 1950, Militery Hospital Teling diubah menjadi Rumah Sakit Tentara Sulawesi
Utara dan Maluku Utara (SUMU).

d. Periode Rumah Sakit Komando Pasukan B


Pada periode ini Rumah Sakit SUMU berubah menjadi Rumah Sakit Komando Pasukan
B yang bertugas melakukan pemeriksaan kesehatan dan tes kesehatan bagi calon pasukan B.

e. Periode RI – 24 Tahun 1952 – 1957

Dengan adanya perubahan nama di tingkat Komando, Rumah Sakit Komando Pasukan B
berubah nama menjadi Djawatan Kesehatan RI – 24 yang disingkat DK – RI – 24 .

f. Periode KDM – SUT tahun 1957 – 1958

Sehubungan dengan Komando RI – 24 berubah nama menjadi KDM – SUT, maka DK –


RI – 24 berubah menjadi DK – KDM – SUT (Djawatan Kesehatan Komando Daerah Militer
Sulawesi Utara Tengah).

g. Periode tahun 1958 – 1963

Pada tanggal 16 Juni 1962, tepat HUT Kodam XIII/ Merdeka yang keempat,
dilaksanakan peletakan batu pertama untuk membangun RST Teling dan pada tanggal 05
Oktober 1963 gedung baru diresmikan oleh Pangdam XIII/Merdeka Kolonel Soenandar
Prijosoedarmo

h. Periode tahun 1964 – 1967

Pada tahun 1965, bangunan kamar bedah yang masih sederhana direhabilitasi dan
diresmikan oleh Menpangad Letjen TNI A. Yani.

i. Periode tahun 1969 – 1972

Pada periode ini dilakukan pembangunan gedung laboratorium, Verlor Kamar (VK) dan
bangunan bangsal E, F dan G yang diresmikan oleh Pangdam XIII/Merdeka Brigjen Wijoyo
Soejono tahun 1971.

j. Periode 1972 – 1985

Berdasarkan surat keputusan Menhankam Pangab nomor : Skep/151/1973 rumah sakit


Dam XIII/Merdeka menjadi Rumah Sakit Integrated Use.

k. Periode 1985 – sekarang

Dalam rangka likuidasi Kodam XIII/Merdeka menjadi Kodam VII/Wirabuana, rumah


sakit ini berubah menjadi Rumkit Tingkat. III 07.06.01 Manado. Perubahan nama Rumah Sakit
Rumkit Tingkat III 07.06.01 Manado berdasarkan Surat Pangdam VII/Wirabuana Nomor :
B/1401/XI/2007 tentang persetujuan memakai nama Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi
Manado.

3.1.3 Keadaan Geografis


Rumah Sakit Tingkat III R. W. Mongisidi Manado terletak di pusat kota Manado di Jl. 14
Februari Teling Bawah, Kotamadya Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Rumah sakit TNI – AD
Teling Manado ini berdiri diatas lahan seluas ± 107.885 m2 dengan luas bangunan keseluruhan ±
10.085 m2, luas bangunan lantai 1 ± 8.570 dan luas lantai bangunan bertingkat ± 1.515 m2.
Rumah sakit ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Utara : Perumahan penduduk


b. Selatan : Asrama gabungan TNI – AD
c. Timur : Mako Yonif 712/Wiratama
d. Barat : Perumahan penduduk

3.1.4 Falsafah dan Motto

Falsafah Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi adalah “Tumou Tou” yang artinya
mensejahterahkan orang lain, sedangkan motto Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi
Manado adalah “Setia Hingga Akhir”

1. Senyum, Sapa, Sopan, Santun

2. Empathy, Efektif, Efisien dalam Pelayanan

3. Tulus, Terampil dan Tanggap atas keluhan dan kebutuhan pelanggan

4. Ikhlas dalam pelayanan

5. Aman, Akurat dalam pengelolaan Rumah Sakit

6. Hati nurani sebagai andalan utama

7. Indah dan rapih 8. Nyaman dan bersih

9. Gagah dan perkasa

10. Gesit dan terampil dalam pelayanan

11. Aktif dan antusias

12. Akrab dan aman dalam bertindak sesuai standar pelayanan dan keselamatan kerja

13. Kepentingan pelanggan/pasien diutamakan

14. Handal dalam pelayanan

15. Inovatif, intensif dalam pencapaian tugas

16. Ramah dalam melayani


3.1.5 Visi dan Misi

Visi dan misi Rumah Sakit Tingkat III R.W.Mongisidi Manado adalah sebagai berikut:

1. Visi

Menjadi rumah sakit trauma center di kawasan Indonesia Timur

2. Misi

a. Tertib administrasi, manajemen dan rekam medis

b. Pelayanan medis yang optimal

c. Pelayanan gawat darurat yang handal

d. Pelayanan perawatan yang professional

e. Keselamatan pasien yang prima

3.1.6. Tujuan

Tujuan Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi adalah menjadi rumah sakit kebanggaan
prajurit dan pegawai negeri sipil beserta keluarganya di wilayah Korem131/Santiago dan
masyarakat umum.

3.1.7 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan di Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi adalah sebagai berikut:

1. Instalasi Rawat Jalan

Instalasi rawat jalan meliputi poliklinik umum, poliklinik interna, poliklinik bedah,
poliklinik mata, poliklinik THT, poliklinik anak, poliklinik KIA dan KB, poliklinik obstetri dan
ginekologi, poliklinik VCT (Voluntary Counseling Test)/TB – Paru, Unit Gawat Darurat (UGD)
1 x 24 jam, radiologi dan ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy).

2. Instalasi Rawat Inap

Ruang rawat terdiri dari perawatan bedah, perawatan penyakit dalam, perawatan
kebidanan dan kandungan, perawatan anak, Intensive Care Unit (ICU), kamar bersalin dan
kamar operasi. Kelas perawatan pada instalasi rawat inap terdiri dari perawatan UGD, VVIP,
VIP A dan VIP B, Wisma kelas I/II/III, IMC dan Cendana, ICU, Melati (G), Dahlia (Anak), OK
(Kamar Operasi), Flamboyan (EF) dan VK.
3. Instalasi Penunjang Diagnostik

a. Laboratorium

Jenis pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan darah rutin, kimia darah,
parasitologi, feses, imunoserologi endokrinologi, enzim, elektrolit, mikrobiologi, analisa
cairan tubuh, urinalisis dan pap smear.

b. Radiologi
Jenis pemeriksaan radiologi terdiri dari general X-Ray, USG, CT – Scan dan MRI

c. Pelayanan penunjang berupa farmasi

4. Bagian Administrasi

Bagian administrasi terdiri dari administrasi kesehatan, administrasi umum dan


bendahara

5. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dan Insenerator

IPAL digunakan untuk pengelolaan limbah padat infeksius dan sitotoksik. Untuk sampah
medis atau alat kesehatan digunakan sistem insenerator/pembakaran. Pemeriksaan fisika dan
kimia limbah rumah sakit diperiksa setiap 6 bulan sekali dengan parameter antara lain fisika
meliputi suhu, dan kimia meliputi pH, BOD, COD, TSS, NH3, PO4. Dengan mengacu pada
KEP–58/MENLH/12/1995

6. Ruangan penunjang

Ruang penunjang meliputi dapur, laundry dan kamar jenazah

7. Kendaraan

Ada dua kendaraan Ambulans yaitu 1 buah kendaraan Kijang bantuan dari Mabes TNI
dan 1 buah ambulans Mitsubishi bantuan dari Gubernur KDH Tk I Sulawesi Utara. Untuk
pengangkutan jenazah karena rumah sakit tidak mempunyai kendaraan kereta jenazah, maka
pengangkutan dilakukan oleh kereta jenazah kerjasama dengan perusahaan swasta.

3.1.8 Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia Rumah Sakit TNI – AD terbagi 3 kategori yaitu militer, pegawai
negeri sipil (PNS) dan karyawan honorer dengan tingkat pendidikan tenaga kesehatan dan non
tenaga kesehatan. Jumlah personil menurut kategori yaitu:
a. Militer sebanyak 34 orang
b. PNS sebanyak 27 orang
c. Honorer sebanyak 264 orang
Kualitas Sumber Daya Manusia tenaga kesehatan berdasarkan tingkat pendidikan, 15 %
sudah merupakan lulusan D.III Keperawatan. Jumlah tenaga yang ada di Rumah Sakit Tingkat
III R.W. Mongisidi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja di Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi

2.1.9. Struktur Organisasi


Struktur organisasi Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Tingkat III R.W.


3.2 Analisis Situasi Khusus Urusan Pelayanan Medis
3.2.1 Gambaran Umum
Salah satu yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah rumah sakit adalah bagian Urusan
Pelayanan Medis (Uryanmed). Uryanmed bertanggung jawab terhadap pendaftaran, administrasi
umum dan rekam medik. Uryanmed merupakan unsur penunjang pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi Manado.
Urusan pelayanan medis tidak lepas kaitannya dengan tempat penyimpanan berkas rekam
medis (status pasien). Bagian Uryanmed di Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi terdiri dari
empat ruangan yaitu ruang pendaftaran pasien umum, ruang pendaftaran pasien anggota, ruang
penyimpanan berkas/status pasien dan ruang pengolahan data seperti surat keterangan medis dan
rekapituasi pasien rawat inap dan rawat jalan.

3.2.2. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia urusan pelayanan medis dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja di
urusan pelayanan medis.

Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja di Urusan Pelayanan Medis

3.2.3. Struktur Organisasi


Struktur organisasi Urusan Pelayanan Medis di Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi
dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Struktur Organisasi Urusan Pelayanan Medis

3.2.4. Tugas Pokok dan Fungsi


Tugas pokok dan fungsi organisasi urusan pelayanan medis dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Kepala Urusan Pelayanan Medis
Kepala Urusan Pelayanan Medis bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit
dan menerima laporan dari rawat inap dan rawat jalan. Kepala urusan pelayanan medis
membawahi:
a. Petugas Tempat Pendaftaran Pasien
b. Petugas Koding dan indexing
c. Petugas pembuat surat keterangan medis
d. Petugas Asembling dan analising
e. Petugas penyimpanan (filing) dan pendistribusian berkas Rekam Medis
f. Petugas Pelaporan
g. Petugas Administrasi umum

Tugas Pokok yaitu mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan kesehatan


di urusan pelayanan medis. Uraian tugas kepala urusan pelayanan medis adalah sebagai
berikut:
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga uryanmed sesuai dengan kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah dan jenis peralatan yang diperlukan.
c. Merencanakan jenis kegiatan yang akan diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan.
d. Mengkoorganisasikan seluruh kegiatan pelayanan medis dengan bekerja sama
dengan berbagai pihak yang terkait.
e. Melaksanakan pertemuan berkala
f. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, kertas dan buku lain yang
diperlukan.

2. Petugas tempat pendaftaran pasien


Petugas tempat pendaftaran pasien bertanggung jawab terhadap pelayanan di
tempat pendaftaran pasien kepada kepala urusan pelayanan medis. Tugas pokok petugas
tempat pendaftaran pasien yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan pendaftaran
penerimaan pasien rawat jalan, rawat inap, dan UGD untuk pembagian pasien anggota
milter, pasien asuransi dan pasien umum. Uraian tugas bagi petugas tempat pendaftaran
pasien adalah sebagai berikut:
a. Setiap pasien diterima di tempat pendaftaran pasien dan akan diwawancarai
serta menulis identitasnya
b. Memasukkan identitas pasien kedalam komputer
c. Setiap pasien baru akan memperoleh nomor rekam medis
d. Membuat kartu berobat pasien.
e. Melaporkan hasil kerja dan permasalahannya kepada kepala uryanmed

3. Petugas pembuat surat keterangan medis


Petugas pembuat surat keterangan medis bertanggung jawab terhadap pembuatan
surat keterangan medis seperti surat kelahiran, surat kematian, surat lepas perawatan, dan
lain-lain dan bertanggung jawab kepada kepala urusan pelayanan medis. Tugas pokok
yaitu membuat surat keterangan medis dan meminta persetujuan kepala rumah sakit
untuk ditandatangani dan memberi cap kepala rumah sakit di bagian tata usaha dan
urusan dalam (TUUD).
Uraian tugas bagi petugas pembuat surat keterangan medis adalah sebagai berikut:
a. Membuat surat keterangan medis
b. Mencatat pada buku laporan keterangan medis seperti buku BLP (buku lepas
perawatan) dan lain-lain
c. Memberi nomor surat
d. Meminta penandatanganan kepala rumah sakit untuk surat keterangan medis
dan mencap kepala di bagian Tata Usaha Dan Urusan Dalam (TUUD)
e. Meminta administrasi pembuatan surat keterangan medis

4. Petugas pemberi kode (coding) rekam medis


Petugas pemberi kode rekam medis bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pemberian kode (coding) rekam medis kepada kepala urusan pelayanan medis. tugas
pokok yaitu memberikan kode pada rekam medis sesuai dengan petunjuk buku ICD – X
baik itu penyakit, gejala, cedera maupun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan
petunjuk buku ICD IX.

5. Petugas Asembling dan analising


Petugas asembiling dan analising bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
assembling dan analising rekam medis kepada kepala urusan pelayanan medis.

Tugas pokok petugas assembling dan analising adalah:

a. Merakit formulir-formulir rekam medis menjadi dokumen

b. Memeriksa kelengkapan berkas rekam medis yang akan digunakan.

c. Memeriksa kelengkapan dan keterlambatan rekam medis yang sudah digunakan

d. Memisahkan rekam medis yang lengkap dengan yang tidak lengkap.

Uraian tugas bagi petugas assembling dan analising adalah sebagai berikut:

a. Menyusun atau merakit formulir – formulir menjadi dokumen rekam medis


b. Menerima pengembalian dokumen rekam medis yang sudah digunakan
c. Melakukan pemeriksaan kelengkapan rekam medis rawat inap dan rawat jalan
sehingga dapat dipisahkan antara yang lengkap dan tidak lengkap.
 Rekam medis yang tidak lengkap dikembalikan ke unit yang bertanggung
jawab untuk dilengkapi dan harus dikembalikan kembali paling lambat 2 x
24 jam
 Menyerahkan rekam medis yang lengkap kepada petugas kooding untuk
diberi kode sesuai dengan petunjuk buku ICD – X.

6. Petugas penyimpanan (filing) dan pendistribusian berkas rekam medis


Petugas penyimpanan dan pendistribusian berkas rekam medis bertanggung jawab
terhadap kegiatan filing dan pendistribusian rekam medis kepada kepala urusan
pelayanan medis.
Tugas pokok petugas penyimpanan dan pendistribusian berkas rekam medis
adalah sebagai berikut:
a. Mengambil rekam medis dari rak penyimpanan rekam medis untuk digunakan
sesuai dengan kebutuhan.
b. Mengantarkan rekam medis ke bagian atau unit yang membutuhkan rekam
medis
c. Mengambil kembali rekam medis yang sudah digunakan.
d. Memasukkan kembali rekam medis yang sudah digunakan kedalam rak
penyimpanan rekam medis
Uraian tugas bagi petugas penyimpanan dan pendistribusian berkas rekam medis adalah
sebagai berikut:
a. mengambil rekam medis dari rak penyimpanan rekam medis untuk digunakan
sesuai dengan kebutuhan
b. mengantarkan rekam medis ke bagian atau unit yang membutuhkan rekam
medis dan mengambil kembali rekam medis yang sudah digunakan
c. memasukkan kembali rekam medis yang sudah digunakan kedalam rak
penyimpanan rekam medis
d. melayani peminjaman/mengekspedisi peminjaman rekam medis
e. melaksanakan penyisiran dokumen rekam medis secara periodik
f. melakukan penyusutan dokumen yang tidak aktif ke rak tempat penyimpanan
dokumen rekam medis non aktif
g. Menggabungkan dokumen rekam medis lama dan baru ke dalam satu map
h. Membantu dalam pemusnahan dokumen rekam medis

7. Petugas pelaporan
Petugas pelaporan bertanggung jawab terhadap pembuat pelaporan kepada kepala
urusan pelayanan medis. Tugas pokok petugas pelaporan yaitu membuat dan mengirim
laporan RL.1 sampai dengan RL. 6, melakukan surat menyurat (Korespondensi) rekam
medis sesuai dengan kebutuhan.
Uraian tugas bagi petugas pelaporan adalah sebagai berikut:
a. Menerima sensus bulanan dan merekap dalam RP. 1.
b. Menerima dan mengirim laporan individual pasien Rl. 1.2, 2.3 ke Depkes
c. Melaporkan data penyakit malaria dan data kematian ke Dinkes
d. Melaporkan data penyakit TB paru ke Denkesyah
e. Membuat laporan indikator rumah sakit (BOR, LOS, TOI, BTO, NDR dan
GDR) setiap bulan dengan menampilkan grafik Barber Johson per tahun
f. Membuat laporan urutan sepuluh penyakit paling menonjol
g. Menyusun laporan berdasarkan RP. 1 dan RL.2a, 2b, 2a1, 2b1, 3, 4, 5
h. Memintakan tanda tangan kepala urusan pelayanan medis untuk laporan
laporan tersebut
i. Mengirim laporan-laporan tersebut ke Dinkes dan Denkesyah
j. Mengarsipkan laporan-laporan tersebut

Anda mungkin juga menyukai