Anda di halaman 1dari 49

L

LAPORAN HASIL OBSERVASI


MANAJEMEN PRAKTIK KG DI
RSGM-P UNSRAT DAN RS. TNI-AD
WOLTER MONGINSIDI TELING
KELOMPOK 8
Kelompok 8 :

Intania Wongkar 120113002

Eoudia Bidfana Wawo 120113004

Marchelina M. Bonde 120113008

Patricia Sagrang 120113011

Theresia U. Sapara 120113017

Eska Lambiju 120113054

Chendrakasih Kusumawardani 120113052

Lisa M.L. Ramschie 120113056

Susanna A.F. Kawengian 120113062

Novany Lumempouw 120113068

Ivana R. Polakitan 120113071

Rigel N. V. Taneh 120113088

Jolanda Ticoalu 120113090

Nikita W. Massie 120113116


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada TUHAN yang Maha Esa karena
dengan pertolonganNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan observasi di
RSGMP Program Studi Pendidikan Dokter Gigi dan RS. TNI-AD Wolter
Monginsidi.

Tujuan dibuatnya laporan ini adalah selain untuk meninjau pelaksanaan


manajemen kontrol infeksi, pengolahan limbah serta pelaksanaan proram kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) di RSGMP dan RS. TNI-AD Wolter Monginsidi. juga
untuk memenuhi tugas skil lab VIII.

Dalam penyusunan laporan ini, ada beberapa hambatan serta kesulitan yang
dialami namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drg. Devi Rosanti selaku pembimbing lapangan yang memberikan banyak


infirmasi seputar pelayanan praktik dokter gigi di poli gigi RS. TNI-AD Wolter
Monginsidi
2. Drg. Vonny N.S.Wowor, M.Kes selaku ketua modul manajemen praktik
kedokteran gigi yan selalu memberikan arahan dan bimbingan selama observasi
di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSMP)
3. Staf tenaga kesehatan gigi gigi dan pegawai yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk Tanya jawab dan memberikan arahan.
4. Dokter-dokter Muda yang telah memberikan informasi mengenai manajemen
praktik di RSGMP.
5. Teman-teman anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam pengerjaan
laporan ini.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yan telah diberikan
oleh semua pihak yang telah membantu kami, baik dalam observasi maupun dalam
proses penyusunan laporan.

Kami menyadari laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat dibutuhkan dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Terima kasih.

Manado, 21 Maret 2015

Kelompok 8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HASIL PENGAMATAN DI RSGMP

BAB III PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN DI RSGMP

BAB IV HASIL PENGAMATAN RS. TNI-AD WOLTER MONGINSIDI

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN RS. TNI-AD WOLTER MONGINSIDI

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

 Kewaspadaan Universal (Universal Precaution)

Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan


oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan
didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan
penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).
Tenaga kesehatan gigi sangat rentan terhadap penularan infeksi, karena dalam
memberikan asuhan ketenaga kesehatan gigian kepada pasien akan kontak langsung
dengan darah dan cairan tubuh. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko
tertular infeksi, dengan menggunakan tindakan kewaspadaan universal. Oleh karena
pentingnya tindakan ini dilakukan maka tenaga kesehatan gigi dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang memadai.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, yang dapat menimbulkan perubahan
persepsi dan terbentuknya kepercayaan, sehingga membentuk sikap yang konsisten.
Dengan pengetahuan, sikap dan pelaksanaan tindakan kewaspadaan universal yang
baik mengurangi resiko tertular infeksi. Pengetahuan, sikap, dan perilaku yang
menjadi dasar penelitian adalah tentang tindakan kewaspadaan universal yang
berhubungan dengan penularan infeksi melalui darah dan cairan tubuh yang meliputi :
mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dengan benar, pemakaian alat
pelindung diri; pengelolaan alat kesehatan; pengelolaan jarum dan alat tajam;
pengelolaan limbah. Keberhasilan kegiatan tindakan kewaspadaan univesal
dipengaruhi sarana dan kebijakan dari rumah sakit
Penerapan standar ini penting untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau tidak diketahui
(misalnya pasien, benda terkontaminasi,jarum suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam
system pelayanan kesehatan.
Ketiga prinsip tersebut di jabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu
mencuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya
pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius
lain, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan alat tajam untuk mencegah perlukaan,
dan pengelolaan limbah (Depkes RI, 2003)
1. Cuci Tangan

Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan
dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005). Tujuan mencuci tangan adalah
untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk
mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Mikroorganisme pada kulit manusia
dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu flora residen dan flora transien
Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilangkan dari permukaan dengan
gesekan mekanis dan pencucian dengan sabun atau detergen. Cuci tangan harus
dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan
walupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau
mengurangi mikrorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat
di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan harus di cuci sebelum dan
sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian
sarung tangan.
Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung lain. Tindakan ini
untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan kerja tetap terjaga.
Cuci tangan dilakukan pada saat sebelum; memeriksa (kontak langsung dengan
pasien), memakai sarung tangan ketika akan melakukan menyuntik dan pemasangan
infus. Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang diantisipasi akan terjadi
perpindahan kuman

2. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lender petugas
dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret atau ekskreta, kulit yang
tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis tindakan yang beresiko mencakup tindakan
rutin. Jenis alat pelindung: Sarung tangan, masker, kacamata pelindung dan baju
kerja. Tidak semua alat pelindung tubuh harus dipakai, tetapi tergantung pada jenis
tindakan yang akan dikerjakan.

3. Pengelolaan Alat-Alat Kesehatan

Pengelolaan alat kesehatan bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi


melalui alat kesehatan atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap
pakai. Semua alat, bahan dan obat yang akan dimasukan ke dalam jaringan di bawah
kulit harus dalam keadaan steril.
Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 4 tahap kegiatan yaitu
dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau DDT dan penyimpanan. Pemilihan cara
pengelolaan alat kesehatan tergantung pada kegunaan alat tersebut dan berhubungan
dengan tingkat resiko penyebaran infeksi.

a. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari


suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai
langkah pertama bagi pengelolaan pencemaran lingkungan, seperti misalnya
tumpahan darah atau cairan tubuh, Juga sebagai langakah pertama pengelolaan
limbah yang tidak dimusnahan dengan cara insinerasi atau pembakaran.
Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan
atau suatu permukaan benda, sehingga dapat melindungi petugas atau pun pasien.
Dekontaminasi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan yaitu suatu bahan
atau larutan kimia yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda
mati dan tidak digunakan untuk kulit atau jaringan mukosa. Salah satu yang biasa
dipakai terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah larutan klorin 0,5%
atau 0,05 % sesuai dengan intensitas cemaran dan jenis alat atau permukaan yang
akan didekontaminasi.

b. Pencucian alat

Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan langkah penting


yang harus dilakukan. Tanpa pembersihan yang memadai maka pada umumnya
proses disenfeksi atau selanjutnya menjadi tidak efektif. Kotoran yang tertinggal
dapat mempengaruhi fungsinya atau menyebabkan reaksi pirogen bila masuk ke
dalam tubuh pasien. Pada alat kesehatan yang tidak terkontaminasi dengan darah,
misalnya kursi
roda, alat pengukur tekanan darah, infus pump dsb. Cukup dilap dengan larutan
detergen, namun apabila jelas terkontaminasi dengan darah maka diperlukan
desinfektan.
Pembersihan dengan cara mencuci adalah menghilangkan segala kotoran yang
kasat mata dari benda dan permukaan benda dengan sabun atau detergen, air dan
sikat. Kecuali menghilangkan kotoran pencucian akan semakin menurunkan jumlah
mikroorganisme yang potensial menjadi penyebab infeksi melalui alat kesehatan atau
suatu permukaan benda dan juga mempersiapkan alat untuk kontak langsung dengan
desinfektan atau bahan sterilisasi sehingga dapat berjalan secara sempurna.
Pada pencucian digunakan detergen dan air. Pencucian harus dilakukan
dengan teliti sehingga darah atau cairan tubuh lain betul-betul hilang dari permukaan
tersebut.

c. Desinfeksi dan Sterilisasi

Seperti sudah dibicarakan sebelumnya bahwa faktor resiko infeksi disarana


kesehatan adalah pengelolaan alat kesehatan atau cara dekontaminasi dan desinfeksi
yang kurang tepat.

Pengelolaan alat dikategorikan menjadi 3 yaitu:

1) Resiko tinggi

Suatu alat termasuk dalam kategori resiko tinggi karena penggunaan alat
tersebut beresiko tinggi untuk menyebabkan infeksi apabila alat tersebut
terkontaminasi oleh mikroorganisme atau spora bakterial. Alat tersebut mutlak perlu
dalam keadaan steril karena penggunaannya menembus jaringan atau system
pembuluh darah yang steril. Dalam kategori ini meliputi alat kesehatan bedah, kateter
jantung dan alat yang ditanam. Alat-alat tersebut harus dalam keadaan steril pada saat
pembeliaannya atau bila mungkin disterilkan dengan otoklaf. Apabila alat itu tidak
tahan panas maka sterilisasi dilakukan dengan etilen oksida atau kalau terpaksa
apabila cara lain tidak memungkinkan dilakukan streilisasi kimiawi seperi dengan
glutaraldehide 2% atau hidrogen peroksida 6%.
Cara tersebut harus tetap memperhatikan persyaratan yang harus dipenuhi
yaitu pencucian yang cermat sebelumnya.

2) Resiko sedang

Alat yang digunakan untuk menyentuh lapisan mukosa atau kulit yang tidak
utuh harus bebas dari semua mikroorganisme kecuali spora. Lapisan mukosa yang
utuh pada umumnya dapat menahan infeksi spora tetapi tetap rentan terhadap infeksi
basil TBC dan virus, yang termasuk dalam kategori resiko sedang antara lain alat
untuk terapi pernafasan, alat anestesi, endoskopi dan ring diagfragma. Alat beresiko
sedang memerlukan paling tidak desinfeksi tingkat tinggi, baik secara pasteurisasi
atau kimiawi.
Pemilihan proses desinfeksi harus memperhatikan efek sampingnya seperti
klorin yang mempunyai sifat korosif. Laparascopi dan artroskopi yang dipakai
dengan menembus jaringan steril secara ideal harus disterilkan terlebih dahulu,
namun
biasanya hanya dilakukan disenfeksi tingkat tinggi saja. Disarankan agar semua alat
dibilas dengan air steril untuk menghindari kontaminasi dengan mikroorganisme
yang berasal dari air seperti mikrobakteria nontuberkulosa dan legionella. Bila tidak
tersedia air steril dapat dengan air biasa diikuti dengan bilasan air alkohol dan cepat
dikeringkan dengan semprotan udara. Semprotan udara ini dapat mengurangi
cemaran mikroorganisme dan mengurangi kelembaban yang dapat mempercepat
pertumbuhan bakteri.

3) Resiko rendah

Alat yang masuk dalam kategori resiko rendah adalah yang digunakan pada
kulit yang utuh dan bukan untuk lapisan mukosa.

4. Pengelolaan Benda Tajam

Benda tajam sangat beresiko menyebabkan perlukaan sehingga meningkatkan


terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah. Penularan infeksi HIV, hepatitis
B dan C di sarana pelayanan kesehatan, sebagian besar disebabkan kecelakaan yang
dapat dicegah, yaitu tertusuk jarum suntik dan perlukaan alat tajam lainnya. Untuk
menghindari perlukaan atau kecelakaan kerja maka semua benda tajam harus
digunakan sekali pakai, dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh digunakan
lagi. Sterilitas jarum suntik dan alat kesehatan yang lain yang menembus kulit atau
mukosa harus dapat dijamin.
Keadaan steril tidak dapat dijamin jika alat-alat tersebut didaur ulang walaupun
sudah di otoklaf. Tidak dianjurkan untuk melakukan daur ulang atas pertimbangan
penghematan karena 17% kecelakaan kerja disebabkan oleh luka tusukan sebelum
atau selama pemakaian, 70% terjadi sesudah pemakaian dan sebelum pembuangan
serta 13% sesudah pembuangan.hampir 40% kecelakaan ini dapat dicegah dan
kebanyakan kecelakaan kerja akibat melakukan penyarungan jarum suntik setelah
penggunaannya. Perlu diperhatikan dengan cermat ketika menggunakan jarum suntik
atau benda tajam lainnya.
Setiap petugas kesehatan bertanggung jawab atas jarum dan alat tajam yang
digunakan sendiri, yaitu sejak pembukaan paking, penggunaan, dekontaminasi hingga
kepenampungan sementara yang berupa wadah alat tusukan. Untuk menjamin
ketaatan prosedur tersebut maka perlu menyediakan alat limbah tajam atau tempat
pembuangan alat tajam di setiap ruangan, misalnya pada ruang tindakan atau
perawatan yang mudah dijangkau oleh petugas.
Seperti prosedur pengelolaan alat kesehatan lainnya maka petugas harus selalu
mengenakan sarung tangan tebal, misalnya saat mencuci alat dan alat tajam. Risiko
kecelakaan sering terjadi pada saat memindahkan alat tajam dari satu orang ke orang
lain, oleh karena itu tidak dianjurkan menyerahkan alat tajam secara langsung,
melainkan menggunakan technik tanpa sentuh (hands free) yaitu menggunakan
nampan atau alat perantara dan membiarkan petugas mengambil sendiri dari
tempatnya, terutama pada prosedur bedah. Risiko perlukaan dapat ditekan dengan
mengupayakan situasi kerja dimana petugas kesehatan mendapat pandangan bebas
tanpa halangan, dengan cara meletakkan pasien pada posisi yang mudah dilihat dan
mengatur sumber pencahayaan yang baik.
Pada dasarnya adalah menjalankan prosedur kerja yang legeartis, seperti pada
penggunaan forsep atau pingset saat mengerjakan penjahitan. Kecelakaan yang sering
terjadi pada prosedur penyuntikan adalah pada saat petugas berusaha memasukkan
kembali jarum suntik bekas pakai kedalam tutupnya, oleh karena itu sangat tidak
dianjurkan untuk menutup kembali jarum suntik tersebut melainkan langsung buang
ke penampungan sementara, tanpa menyentuh atau memanipulasinya seperti
membengkokkannya. Jika jarum terpaksa ditutup kembali (recaping) gunakanlah
dengan cara penutupan dengan satu tangan untuk mencegah jari tertusuk jarum.
Sebelum dibuang ketempat pembuangan akhir atau tempat pemusnahan, maka
diperlukan wadah penampungan sementara yang bersifat kedap air dan tidak mudah
bocor serta kedap tusukan.
Wadah penampung jarum suntik bekas pakai harus dapat digunakan dengan satu
tangan agar pada saat memasukkan jarum tidak usah memeganginya dengan tangan
yang lain. Wadah tersebut ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi dengan limbah,
dan setelah ditutup tidak dapat dibuka lagi sehingga tidak tumpah. Hal tersebut
dimaksudkan agar menghindari perlukaan pada pengelolaan yang selanjutnya.
Idealnya benda tajam dapat diinsinerasi, tetapi bila tidak mungkin dapat dikubur dan
dikaporisasi bersama limbah lainnya.
5. Pengeloaan Limbah

Limbah dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas:

1) Limbah rumah tangga atau limbah non medis, yaitu limbah yang tidak kontak
dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai resiko rendah. yakni sampah-
sampah yang dihasilkan dari kegiatan ruang tunggu pasien, administrasi.

2) Limbah medis bagian dari sampah rumah sakit yang berasal dari bahan yang
mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai limbah
beresiko tinggi. Beberapa limbah medis dapat berupa: limbah klinis, limbah
laboratorium, darah atau cairan tubuh yang lainnya,
material yang mengandung darah.

a. Pemilahan

Pemilahan dilakukan dengan menyediakan sampah yang sesuai dengan jenis


sampah medis. Wadah-wadah tersebut biasanya menggunakan kantong plastik
berwarna misalnya kuning untuk infeksius hitam untuk non medis atau wadah yang
diberi label yang mudah dibaca.

b. Penampungan Sementara

Pewadahan sementara sangat diperlukan sebelum sampah dibuang. Syarat yang


harus dipenuhi adalah :

1) Di tempatkan pada daerah yang mudah dijangkau petugas, pasien, dan


pengunjung.
2) Harus tertutup dan kedap air.
3) Hanya bersifat sementara dan tidak boleh lebih dari satu hari.

c. Pembuangan Benda Tajam


1) Wadah benda tajam merupakan linbah medis yang harus dimasukkan kedalam
kantong sebelum insinerasi.
2) Idealnya semua benda tajam dapat diinsinerasi tetapi bila tidak mungkin dapat
dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain
3) Apapun metode yang dilakukan haruslah tidak memberikan perlukaan

 Imunisasi

Dokter gigi serta mereka yang bekerja dibidang kedokteran gigi harus memiliki
data imunisasi yang lengkap dan baru. Di Inggris vaksin hepatitis B, tuberkulosis, dan
rubella (bagi dokter gigi wanita) dianjurkan untuk mereka yang bekerja dibidang
kedokteran gigi sebagai tambahan dari Imunisasi rutin seperti tetanus, poliomyelitis
dan difteri. Di USA dianjurkan imunisasi terhadap semua penyakit ini kecuali TBC
dan Influenza.

 Desain Ruang Praktek dan Tata Letak

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah
prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas
yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan menjadi lebih baik letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis,
banyak faktor lain yang merupakan unsur ergonomis seperti desain warna,
pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan, serta desain peralatan
yang digunakan. Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata
letak peralatan dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan
kenyamanan bagi Dokter Gigi, Perawat Gigi, berserta Pasiennya ketika proses
perawatan dilakukan. Ukuran minimal Ruang Perawatan untuk satu Dental Unit
adalah 2,5 X 3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu buah Dental
Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool.
Unsur penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi
untuk hiburan pasien yang sedang dirawat. Perhatian pertama dalam mendesain
penempatan peralatan adalah terhadap Dental Unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi
dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi rebah panjang Dental
Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di belakang Dental Unit diperlukan ruang sebesar 1
Meter untuk Operator’s Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara
ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang
diletakkan di belakang adalah 3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental
Unit dengan dinding depan minimal 0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki
lebar 0,9 Meter, bila Tray dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan
umumnya 1,5 Cm. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di
Operator’s Zone dan Asistant’s Zone. Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan
bahan dan alat yang akan digunakan pada saat perawatan diletakan di Static Zone.
Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak dianatara Operator’s Zone dan
Assistant Zone sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat Gigi akan dengan
mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan.
Bila Mobile Cabinet lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di
Operator’s Zone.
Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental
Cabinet sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi.
Umumnya berbentuk bufet setengah badan seperti Kitchen Cabinet dengan
ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini ditempatkan di Static Zone ,
sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan Assistant’s Zone.
Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan untuk
menempatkannya.
Prinsip-prinsip ergonomis dalam mengorganisir ruang adalah sebagai berikut:
1. Kenyamanan (peralatan yang paling sering digunakan adalah di
tempat yang paling nyaman untuk operator).
2. Posisi (duduk untuk akses ke pasien tanpa penyimpangan postur,
seperti membungkuk, mencondongkan rotasi, dll).
3. Frekuensi (operasi yang paling sering / prosedur dilakukan secara
bersamaan ditempatkan sebagai dekat mungkin). Akibatnya,
operator mempertahankan posisi kerja yang terbaik dan
berinvestasi upaya minimal, dan mengurangi upaya fisik dan
psikis.
 Syarat
Syarat tata ruang dental office:
1) Temperature
2) Pencahayaan
3) Wall dan floor covering
4) Traffic control
5) Sound control
6) Privacy
7) Ruangan

Kriteria fisik yang harus di pertimbangkan ketika merancang peralatan


gigi :

1) Peralatan gigi harus sesuai dengan berbagai pasien


2) Interval penyesuaian ketinggian
3) Peralatan gigi harus memungkinkan penempatan peralatan
lainnya
4) Warna, bentuk, tekstur, dan arah gerakan yang diperlukan
untuk beroperasi yang dipilih dalam batas kapasitas manusia
 Komponen
Komponen klinis dalam ruang praktik dokter gigi
1) Kursi dental
2) Bangku operator
3) Bangku asisten
4) Dental unit
5) Cabinet for storage
6) A wall-mounted radiograph unit
7) A radiograph view box
8) A sink (wastafel)

Oral evacuation system


Saliva ejector = kekuatan sunctionnya lebih lemah dibandingkan HVE
(High Volume Evacuator). Peralatan ini dapat memberikan rasa nyaman
bagi pasien

 Four Handed Dentistry

Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja disekitar Dental
Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12
terletak tepat di belakang kepala pasien, maka:
 Static Zone, arah jam 11 sampai jam 2. Static zone adalah daerah
tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta tidak terlihat
oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak
(Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang
dapat membuat takut pasien
 Assistant’s Zone, arah jam 2 sampai jam 4. Assistant’s zone adalah
zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini
dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta
Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap.
 Transfer Zone, arah jam 4 sampai jam 8. Transfer Zone adalah daerah
tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan
tangan Perawat Gigi.
 Operator’s Zone, arah jam 8 sampai jam 11. sebagai tempat
pergerakan Dokter Gigi Selain pergerakan yang terjadi di
seputar Dental Unit.
Pergerakan lain yang perlu diperhatikan ketika membuat desain tata
letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi, Pasien, dan Perawat Gigi di
dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta
dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang
bagi pergerakan Dokter Gigi, Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk
atau keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari Dental
Cabinet , serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi. Pergerakan
dalam Ruang Pemeriksaan (Kilpatrick, 1974).
BAB II
HASIL PENGAMATAN DI RSGMP

PROS ORTO OM PERIO BM KONSERV PEDO

TOTAL
N HASIL OBSERVASI
URAIAN
O Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
PENGONTROLA
N INFEKSI (SOP
&
PELAKSANAAN
Imunisasi
A
(Hepatitis B)
1 Operator 60 100 100 60 60 100 60 77
2 Dental Assistant 60 100 100 60 60 100 60 77
Sebelum merawat
B
pasien
Melakukan
1 pemeriksaan riwayat 80 80 80 60 100 80 60 77
medis
Menggunakan
penutup disposable
untuk mencegah
kontaminasi
2 permukaan, atau 20 100 40 80 20 0 40 43
mendesinfeksi
permukaan sesudah
melakukan tenaga
kesehatan gigian
Selama merawat
C
pasien
Memperlakukan
pasien seakan-akan
1 60 0 60 60 60 20 40 43
mempunyai
penyakit menular
2 Teknik barier
 Memakai sarung 60 100 100 100 40 20 100 74
tangan
 Memakai 60 100 80 100 40 40 100 74
masker
 Memakai
kacamata 0 0 0 20 0 0 0 3
pelindung
 Memakai baju 100 100 100 100 100 100 100 100
kerja
Kurangi
terbentuknya
3
percikan, tetesan,
aerosol
 Menggunakan
isolator karet/
rubber dam
untuk 40 100 60 80 40 20 60 57
mengisolasi gigi
dan daerah kerja
bila
memungkinkan
4 Perlindungan tangan
 Mencuci tangan
sebelum 40 100 100 40 60 0 80 0 53
memakai sarung
tangan
 Mencuci tangan
sesudah melepas 60 100 100 100 60 0 80 71
sarung tangan
 Ganti sarung
tangan setiap 100 100 100 80 100 100 80 94
pergantian
pasien
 Membuang
sarung tangan 100 100 100 80 100 60 80 89
yang rusak
 Menghindari 60 100 100 80 80 0 80 71
cedera tangan
Menghindari
tertusuk instrumen
5
tajam dan jarum
suntik
 Memegang
benda tajam 60 80 60 80 60 40 60 63
dengan hati-hati
 Tidak menekuk
atau
mematahkan X 80 60 60 40 40 60 57
jarum yang
disposable
 Menempatkan
jarum suntik
bekas pakai
yang tidak X 80 80 80 40 20 80 63
ditutup kembali
pada daerah
yang terpisah
 Jika jarum
suntik bekas X 100 80 80 60 100 60 80
pakai harus
ditutup kembali
 Menempatkan
benda-benda
tajam bekas 60 100 80 80 80 60 60 74
pakai dalam
wadah khusus
Sesudah
D
merawat pasien
Menggunakan
sarung tangan kerja
1 dari karet tebal saat 0 0 0 0 0 0 0 0
membersihkan
instrumen
Membersihkan
instrument bekas
2 60 80 80 80 60 20 40 60
pakai secara
menyeluruh
Mensterilkan
3 68
instrumen
 Mensterilkan
instrumen yang
digunakan X X 80 40 80 60 80
menembus
jaringan lunak
atau tulang
 Mensterilkan 60 100 80 20 80 20 40 57
(jika
memungkinkan)
/ didesinfeksi
dengan
menggunakan
desinfektan yang
sesuai untuk
semua instrumen
yang
terkontaminasi
dengan sekresi
pasien / saliva
 Membersihkan
henpis, dental 20 60 20 20 20 20 20 26
unit, skeler
ultrasonik
 Membersihkan
henpis, dental
unit, spuit
udara/air, skeler 20 40 20 0 20 0 0 14
ultrasonik setiap
pergantian
pasien
 Mensterilkan
jika
memungkinkan /
mendesinfeksi
henpis, dental 0 40 0 20 0 0 20 11
unit, spuit
udara/air, skeler
ultrasonik setiap
pergantian
pasien
Memegang
4 istrumen tajam
dengan hati-hati
 Menempatkan
jarum dispo,
skalpel, benda
tajam lainnya 40 100 60 40 40 20 80 54
dalam kondisi
utuh didalam
wadah yang
tidak mudah
berlubang
sebelum
akhirnya
dibuang
Melakukan
5 dekontaminasi
permukaan kerja
 Menyeka
permukaan kerja
dengan handuk
yang menyerap
air untuk 20 20 20 40 0 0 0 14
menghilangkan
kotoran dan
tempatkan dalam
wadah yang
sesuai
 Melakukan
desinfeksi
permukaan kerja
dengan 20 20 20 20 0 0 0 11
desinfektan
kimia yang
sesuai
 Mengganti
penutup/
pelindung, pada 0 100 0 20 0 0 20 20
pegangan lampu,
benda-benda
lainnya
Dekontaminasi
6 bahan-bahan dan
peralatan
 Mencuci dan
mendesinfeksi
cetakan gigi,
registrator 60 100 X X X 20 X 60
gigitan dan
protesa gigi
tiruan / pesawat
orto yang akan
dikirim ke
laboratorium
Memberitahukan
pengontrolan
infeksi yang sudah
dilakukan pada
7 20 40 X X X 20 X 27
teknisi lab cetakan
gigi, dll yang
dikirim (diberi label
catatan)
Menyediakan
sejumlah pumis
dalam wadah dispo
8 40 100 X X X X X 70
untuk sekali pakai
dan membuang
sisanya
Membuang sampah
yang sudah
9
terkontaminasi
sesuai prosedur
 Menguyur
darah, cairan
saliva kedalam
saluran
pembuangan 80 60 80 40 80 60 80 69
yang
dihubungkan
dengan sistem
sanitasi
 Membuang
sampah padat
yang
terkontaminasi
dengan darah,
saliva ke dalam 60 60 80 60 60 60 60 63
kantung yang
kuat dan tertutup
dan buang sesuai
peraturan
pemerintah
Mencuci tangan
60 100 80 80 100 20 100 77
setelah melepas
sarung tangan
KESEHATAN
DAN
KESELAMATAN
KERJA
Manajemen
pengelolaan
limbah (SOP
&Pelaksanaan)
1 Limbah RS 80 80 80 40 80 100 80 77
2 Limbah medis 80 80 80 40 80 100 80 77
Pembuangan air 80 80 80 20 80 60 80 67
3
limbah
Pembuangan
4 80 80 80 60 80 80 80 77
sampah padat
5 Pemisahan sampah 80 80 80 60 80 40 80 71
Penampungan
6 80 60 80 40 80 60 80 69
sampah
Pengangkutan
7 80 60 80 40 80 20 80 63
sampah
Perlakuan sebelum
8 80 80 80 60 80 40 80 71
sampah dibuang
9 Incinerator 0 0 0 0 0 0 0 0
DESAIN RUANG
PRAKTIK &
TATA LETAK
Desain ruang
1
praktik
 Penerangan/ 40 100 60 60 40 20 40 51
pencahayaan
 Ventilasi /
kualitas udara 60 100 60 60 60 60 20 60
ruangan, suhu
ruangan
 Kebisingan 60 60 60 80 60 100 100 74

 Warna dinding 40 60 60 60 60 40 80 57

 Lantai 80 60 80 80 100 60 40 71

 Tempat cuci 40 60 60 40 60 20 20 43
tangan
 Tempat cuci alat 40 60 40 40 40 20 20 37
/ instrument
 Tempat
sterilisasi 80 80 80 80 100 60 80 80
instrument
 Fasilitas sanitasi
dan drainase
(tempat 80 80 100 80 80 40 80 77
pembuangan
limbah cair &
padat)
Rancangan arus lalu
2 0 20 0 0 0 0 0 3
lintas
TATA LETAK
Desain tata letak
alat-alat utama
(dental unit, mobile
cabinet)
memperhatikan
1 20 20 20 60 20 20 20 26
efektifitas &
efisiensi pergerakan
operator & dental
asistant (prinsip
ergonomis)
Four Handed
dentistry
Ketersediaan dental
1 stool (operator & 60 80 60 40 40 60 60 57
dental assistan)
Posisi duduk (akses
kepasien tanpa
penyimpangan
postur seperti
2
membungkuk,
mencondongkan
badsn, gerakan
memutar, dll)
 operator 60 100 80 60 80 40 80 71

 dental assistant 20 100 40 40 0 40 60 43

 pasien 80 100 100 80 100 40 100 86


3 Area kerja
 operator 60 100 80 80 80 60 80 77
(operator zone)
 dental assistant 60 100 40 60 0 60 40 51
(assistant zone)
 area transfer 80 0 60 40 0 20 40 34
(asistant zone)
Operator bergerak
efektif dan efisien
4 dalam bekerja
(prinsip gerak
ergonomis)
 transfer
instrumen dan
bahan antara 40 60 60 80 40 60 60 57
operator dan
dental assistant
 prinsip gerakan
operator yang 40 60 40 60 0 40 20 37
efisien
 pengaturan letak
peralatan ditable
dental unit 60 80 60 40 80 40 60 60
(menjamin
efektifitas dan
efisiensi kerja)
TOTAL 56 0 78 0 68 0 57 0 66 0 49 0 64 0
BAB III
PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN DI RSGMP

Pengontrolan Infeksi (SOP dan pelaksanaan)

A. Imunisasi.
Imunisasi merupakan salah satu cara tenaga medis melindungi diri
mereka dari beberapa penyakit menular. Begitu pula dengan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di bidang kedokteran gigi. Adapun macam imunisasi
yang harus diberikan ada tenaga medis khususnya kedokteran gigi adalah
hepatitis B, mums, measles,rubella,difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis dan
TBC. Karena berdasarkan beberapa penelitian, tenaga pelayanan kesehatan
gigi memiliki risiko tinggi terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Namun berdasarkan pengamatan di RSGMP, imunisasi belum
sepenuhnya dilakukan oleh operator maupun dental assisten. Data yang kami
peroleh dari semua bagian kedokteran gigi, diperoleh 77 % yang telah
melakukan imunisasi.

B. Sebelum merawat pasien


1. Melakukan pemeriksaan riwayat medis menyeluruh
Pemeriksaan secara menyeluruh bertujuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien, baik itu penyakit sistemik maupun penyakit menular yang
diderita oleh pasien selain itu juga digunakan untuk melengkapi data
pasien pada rekam medik.
Pemeriksaan riwayat medis dilakukan dengan melalui anamnesa,
pemeriksaan extraoral/intraoral dan jika diperlukan dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan lab maupun rontgen foto.
*Hasil pengamatan: yang kami peroleh dari observasi di RSGMP,
pemeriksaan riwayat medis telah sepenuhnya dilakukan untuk
mendapatkan catatan medis yang lengkap dari pasien yang sedang mereka
tangani serta dijadikan acuan untuk setiap tindakan yang akan dilkukan
pada pasien, hal ini juga berhubungan dengan perlindungan terhadap diri
sendiri jika ada pasien yang diketahui meiliki penyakit menular.

2. Menggunakan penutup disposable untuk mencegah kontaminasi


permukaan, atau mendesinfeksi permukaan sesudah melakukan
perawatan.

- Penggunaan penutup disposable adalah untuk memastikan sterilitas


alat-alat atau instrument.
Penutup disposable biasanya digunakan pada permukaan dental
unit, pegangan lampu dan meja instrument dan diganti setiap
pergantian pasien.

- Desinfeksi adalah membunuh organisme pathogen dengan cara fisik


atau kimia yang dilakukan tehadap benda mati. Seharusnya, desinfeksi
permukaan dilakukan pada dental unit, cabinet, tuba, pipa, serta
handpiece dan instrument tangan. Macam-macam desinfektan yang
lazim digunakan pada kedokteran gigi antara lain adalah alkohol,
aldehid, biguanid, senyawa halogen, fenol, klorsilenol. Salah satu cara
desinfeksi permukaan
Hal di atas berbeda dengan yang kami dapatkan di lapangan, terutama
pada penggunaan penutup disposable. Menurut beberapa sumber, penutup
disposable hanya diganti satu kali dalam sehari. Sementara untuk
desinfeksi, kebanyakan hanya menggunakan alkohol. Misalnya untuk
desinfeksi dental unit yang seharusnya menggunakan alkohol yang
dicampur dengan aldehid, namun hanya menggunakan alkohol.
Sedangkan menurut ADA, alkohol tidak dianjurkan untuk dipakai pada
desinfeksi permukaan karena cepat menguap tanpa meniggalkan efek sisa.

C. Selama merawat pasien


1. Memperlakukan pasien seakan-akan berpenyakit menular
Merupakan suatu bentuk bentuk kewaspadaan dari operator maupun
asisten yang dalam mengerajakan pasien akan selalu beranggapan bahwa
pasien memiliki penyakit menular, sehingga hal ini akan membuat
operator maupun asisten akan meningkatkan perlindungan diri agar tidak
terkontainasi oleh penyakit menular. Karena dalam beberapa kasus,
penyakit menular yang diderita pasien tidak diketahui oleh dokter, entah
karena pasien itu sendiri yang tidak ingin mengatakan hal itu atau karena
pasien itu sendiri tidak tahu jika mengidap penyakit menular.

2. Teknik barier
- Mamakai sarung tangan
Operator dan asisten harus memakai sarung tangan lateks atau vini
sekali pakai. Hal ini untuk melindungi operator, staf dan pasien.
Tujuan penggunaan sarung tangan adalah untuk mencegah
bersebtuhan langsung dengan darah, saliva, mukosa, cairan tubuh,
sekresi tubuh lainnya dari pederita. Sarung tang harus diganti setiap
pergantian pasien.
- Memakai masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya
digunakan pada saat menggunakan instrument berkecepatan tinggi
untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat mengifeksi saluran
pernafasan atas dan bawah.
- Memakai kacamata pelindung
Kacamata pelindung ahrus dipakai oleh dokter gigi dan asistennya
untuk melindungi mata dari dbris yang diakibatkan oleh high speed
handpiece dan pemberdihan karang gigi baik secara manual ataupun
ultrasonik
- Memakai baju kerja
Dokter gigi dan asisten harus memakai baju kerja yang bersih dan
sudah dicuci. Jas tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti
setiap saat terjadi kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan air
panas dan deterjen serta pemutih klorin.

Teknik barier yang di RSGMP sebagian besar telah terlaksana.


Kecuali penggunaan kacamata pelindung. Dari seluruh bagian di
RSGMP hanya segelintir orang yang memakai kacamata pelindung
pada saat mengerjakan pasien.
3. Kurangi terbentuknya percikan, tetesan, aerosol
- Menggunakan isolator karet untuk mengisolasi gigi dan daerah kerja
bila memungkinkan
4. Perlindungan tangan
- Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan
- Mencuci tangan sesudah melepas sarung tangan
- Ganti sarung tangan setiap pergantian pasien
- Membuang sarung tangan yang sobek/rusak/berlubang
- Menghindari cedera tangan
Sebagian besar hal-hal yang berhubungan dengan perlindungan tangan
telah dilaksanakan dengan baik di RSGMP.

5. Menghindari tertusuk instrument tajam dan jarum suntik


- Memegang benda tajam dengan hati-hati (cara memegang jarum
suntik)
- Tidak menekuk atau mematahkan jarum yang disposable
- Menempatkan jarum suntik bekas pakai harus ditutup kembali pada
daerah yang terpisah
- Jika jaru suntik bekas pakai harus ditutup kembali (mengunakan
metode yang dapat melindungi tangan dari cedera tertusuk
- Menempatkan benda-benda tajam bekas pakai dalam wadah khusus

D. Sesudah merawat pasien


1. Menggunakan sarung tangan kerja tebal saat membersihkan
instrument
Serung tangan yang digunakan untuk membersihkan alat atau instrument,
permukaan kerja, atau saat menggunakan bahan kimia adalah sarung
tangan jenis heavy duty.

*hasil pengamatan: tidak ada satupun bagian kedokteran gigi yang terlihat
memakai sarung tangan tebal ketika membersihkan instrument. Malah
ketika mencuci alat dilakukan dengan tangan telanjang.

2. Membersihkan instrument bekas pakai secara menyeluruh


Seluruh instrumen yang digunakan dalam proses perawatan harus
dicuci/digosok menggunakan sabun dan air. Larutan deterjen harus
disiapkan setiap hari, dan dianti lebih sering jika Nampak kotor. Gunakan
selalu sikat atau sikat gigi yan berbulu lunak untuk menggosok instrument
dan alat lainnya untuk menhilangkan seluruh materi organic dan kotoran
lainnya.

3. Mensterilkan instrument:
- Mensterilkan instrument yang digunakan menembus jaringan lunak
atau tulang.
Instrument yang bersentuhan dengan tulang atau jaringan lunak atau
telah bersentuhan dengan darah harus disterilisasi. Apabila tidak
tersedia autoklaf, instrument dapat di disinfeksi dengan direbus dalam
panic berisi air selama 20 menit setelah dibersihkan dengan
menggunakan air dan sabun . 20 menit dihitung sejak air mulai
mendidih. Setelah air mulai mendidih, jangan tambahakan air ataupun
instrument selama proses disinfeksi berlangsung.
Alkohol dan iodofor tidak dapat digunakan untuk disinfeksi tingkat
tinggi tetapi dapat untuk disinfeksi tingkat rendah dengan cara
merendam alat tersebut selama 20 menit.

- Mensterilkan/didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan


yangsesuai untuk semua instrument yang terkontaminasi dengan
sekresi pasien/saliva.

- Membersihkan handpiece, dental unit, unit gigi, skeler ultrasonik.

- Mesterilkan jika memungkinkan/mendesinfeksi handpiece, dental unit,


unit gigi, spuit udara/air, skeler ultrasonic, setiap pergantian pasien.
4. Memegang instrument tajam dengan hati-hati:

- Menempatkan jarum disposable, scalpel, benda-benda tajam lainnya


dalam kondisi utuh di dalam wadah yang tidak mudah berlubang
sebelum akhirnya dibuang.
Benda-benda tajam seperti jarum atau skalpelharus dimasukan dalam
tempat yang tahan terhadap tusuka sebelum dimasukan dalam kantung
plastik.

5. Melakukan dekontaminasi permukaan kerja

- Menyeka permukaan kerja dengan handuk yang menyerap air untuk


menghilangkan kotoran dan tempatkan handuk dalam wadah yang
sesuai.
- Melakukan desinfeksi permukaan kerja dengan desinfektan yang
sesuai
- Mengganti penutup/pelindung pada pegangan, lampu dan benda
lainnya.

6. Dekontaminasi bahan-bahan dan peralatan

- Mencuci dan mendesinfeksi cetakangigi, registrator gigitan dan


protesa/gigi tiruan/pesawat orto yang akan dikirim ke lab.
7. Memberitahukan pengontrolan infeksi yang sudah dilakukan teknisi
lab.

*hasil pengamatan: berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di bagian


prostodontik dan ortodontik pelaksanaan dilakukan sebanyak 30%

8. Menyediakan sejumlah pumis dalam wadah disposable untuk sekali


pakai dan membuang sisanya

*hasil pengamatan: pelaksanaan 80%

9. Membuang sampah yang sudah terkontaminasi sesuai prosedur:

- Mengguyur darah, cairan saliva, ke dalam saluran pembuangan yang


dihubungkan dengan sistem sanitasi
- Membuang sampah padat yang terkontaminasi dengan darah, saliva ke
dalam akntun yang kuat dan tertutup dan buang sesuai peraturan
pemerintah
10. Mencuci tangan setelah melepas sarung tangan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Manajemen Pengolahan Limbah (SOP dan Pelaksanaan)

1. Limbah RS
2. Limbah medis
3. Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah yang berasal dari dental unit, mengalir ke pipa-pipa dari
tiap dental unit dan berakhir di septic tank.
4. Pembuangan sampah padat.
Untuk sampah padat, setiap minggunya ada mobil sampah yang datang untuk
mengambil sampah.
5. Pemisahan sampah
Sampah dipisahkan antara sampah basah, kering dan sampah medis dan untuk
bekas syringe di berikan label khusus
6. Penampungna sampah
Tiap lantai di RSGM memiliki masing-masing penampungan sampah.
7. Pengangkutan sampah
Pengangkutan sampahmenggunakan mobil sampah pemerintah.
8. Perlakuan sebelum sampah dibuang
Sebelum sampah dibuang, sampah dimasukkan telebih dahulu ke dalam trash
bag.
9. Incinerator
Sampai saat ini, RSGMP belum memiliki incineratornya sendiri, melainkan
masih mengandalkana incenerator di RS. Prof Kandou

*hasil pengamatan: secara keseluruhan, pengolahan limbah di RSGM


mendekati sangat baik, hanya saja belum memiliki incineratornya sendiri.

Desain Ruang Praktik dan Tata Letak

1. Desain ruang praktik


- Penerangan/pencahayaan
Pencahayaan yang terdapat di RSGMP masih kurang memadai karena
sebagian besar masih mengandalkan sinar matahari dan cahaya lampu
dari dental unit.

- Ventilasi/kualitas udara ruangan, suhu


- Kebisingan
- Warna dinding
- Lantai
- Tempat cuci tangan
- Tempat cuci alat/instrument
- Tempat sterilisasi instrument
- Fasilitas sanitasi dan drainase (tempat pembuangan limbah cair dan
padat)
2. Rancangan arus lalu lintas
Untuk rancangan arus lalu lintas, masih sangat kurang, karena tidak ada sama
sekali jalur untuk instrument steril dan kotor. Keduanya masih melewati jalur
yang sama

Tata Letak

1. Desain tata leta alat-alat utama (dental unit, mobile cabinet, dental
cabinet) mmpeperhatikan efektifitas dan efisiensi pererakan operator
dan dental assisten.
Untuk masalah letak, letak dental unit antara satu dengan yang lain sangat
berdekatan sehingga dapat menyebabkan terganggunya pergerakan operator
maupun asisten.

Four Handed

1. Ketersediaan dental stool


2. Posisi duduk
- Operator
- Dental assistant
- Pasien
3. Area kerja
- Operator
Operator’s Zone, arah jam 8 sampai jam 11. sebagai tempat
pergerakan Dokter Gigi Selain pergerakan yang terjadi di
seputar Dental Unit.

- Dental assistant
Assistant’s Zone, arah jam 2 sampai jam 4. Assistant’s zone adalah
zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini
dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta
Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap.

- Pasien
4. Operator bergerak efektif dalam bekerja:
- Transfer instrument dan bahan antara operator dan dental assistant.
Transfer Zone, arah jam 4 sampai jam 8. Transfer Zone adalah daerah
tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan
tangan Perawat Gigi.
- Prinsip gerakan operator efisien
- Penagturan letak peralatan di table dental unit
- Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi
adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan
antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik
maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi
lebih baik letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DI RS. TNI-AD WOLTER MONGINSIDI

NO URAIAN HASIL PENILAIAN


OBSERVASI
1 2 3 4 5
PENGONTROLAN INFEKSI (SOP &
PELAKSANAAN) YA TDK
A IMUNISASI (HEPATITIS B)
1 Operator √ √
2 Dental Asistant √ √
B SEBELUM MERAWAT PASIEN
1 Melakukan pemeriksaan riwayat medis √
menyeluruh
2 Menggunakan penutup disposable untuk mencegah √
kontaminasi permukaan, atau mendesinfeksi
permukaan sesudah melakukan tenaga kesehatan
gigian
C Selama merawat pasien
1 Memperlakukan pasien seakan-akan mempunyai √
penyakit menular
2 Teknik barrier
 Memakai sarung tangan √ √
 Memakai masker √ √
 Memakai kacamata pelindung √
 Memakai baju kerja √ √
3 Kurangi terbentuknya percikan, tetesan, aerosol
 Menggunakan isolator karet/ rubberdam √
untuk mengisolasi gigi dan daerah kerja
bila memungkinkan
4 Perlindungan tangan
 Mencuci tangan sebelum memakai sarung √ √
tangan
 Mencuci tangan sesudah melepas sarung √ √
tangan
 Ganti sarung tangan setiap pergantian √ √
pasien
 Membuang sarung tangan yang sobek / √ √
rusak / berlubang
 Menghindari cedera tangan √ √
5 Menghindari tertusuk instrumen tajam dan jarum
suntik
 Memegang benda tajam dengan hati-hati √ √
(cara memegang jarum suntik)
 Tidak menekuk atau mematahkan jarum √ √
yang disposable
 Menempatkan jarum suntik bekas pakai √ √
yang tidak ditutup kembali pada daerah
yang terpisah
 Jika jarum suntik bekas pakai harus dittutup √ √
kembali (menggunakan metode yang dapat
melindungi tangan dari cedera tertusuk)
 Menempatkan benda-benda tajam bekas √ √
pakai (jarum suntik, scalpel dll) dalam
wadah khusus
D SESUDAH MERAWAT PASIEN
1 Menggunakan sarung tangan kerja dari karet tebal √
saat membersihkan instrumen
2 Membersihkan instrument bekas pakai secara √
menyeluruh
3 Mensterilkan instrumen
 Mensterilkan instrumen yang digunakan √ √
menembus jaringan lunak atau tulang
 Mensterilkan (jika memungkinkan) / √ √
didesinfeksi dengan menggunakan
desinfektan yang sesuai untuk semua
instrumen yang terkontaminasi dengan
sekresi pasien / saliva
 Membersihkan henpis, dental unit, skeler √ √
ultrasonik
 Membersihkan henpis, dental unit, spuit √
udara/air, skeler ultrasonik setiap
pergantian pasien
 Mensterilkan jika memungkinkan / √
mendesinfeksi henpis, dental unit, spuit
udara/air, skeler ultrasonik setiap
pergantian pasien
4 Memegang istrumen tajam dengan hati-hati
 Menempatkan jarum dispo, skalpel, √ √
benda tajam lainnya dalam kondisi
utuh didalam wadah yang tidak
mudah berlubang sebelum akhirnya
dibuang
5 Melakukan dekontaminasi permukaan kerja
 Menyeka permukaan kerja dengan √
handuk yang menyerap air untuk
menghilangkan kotoran dan
tempatkan dalam wadah yang sesuai
 Melakukan desinfeksi permukaan √ √
kerja dengan desinfektan kimia
yang sesuai
 Mengganti penutup/ pelindung, √
pada pegangan lampu, benda-benda
lainnya
6 Dekontaminasi bahan-bahan dan peralatan
 Mencuci dan mendesinfeksi cetakan √ √
gigi, registrator gigitan dan protesa
gigi tiruan / pesawat orto yang akan
dikirim ke laboratorium
7 Memberitahukan pengontrolan infeksi yang √ √
sudah dilakukan pada teknisi lab cetakan
gigi, dll yang dikirim (diberi label catatan)
8 Menyediakan sejumlah pumis dalam wadah √ √
dispo untuk sekali pakai dan membuang
sisanya
9 Membuang sampah yang sudah
terkontaminasi sesuai prosedur
 Menguyur darah, cairan saliva √ √
kedalam saluran pembuangan yang
dihubungkan dengan sistem sanitasi
 Membuang sampah padat yang √ √
terkontaminasi dengan darah, saliva
ke dalam kantung yang kuat dan
tertutup dan buang sesuai peraturan
pemerintah
10 Mencuci tangan setelah melepas sarung √ √
tangan
KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA
Manajemen pengelolaan limbah (SOP
&Pelaksanaan)
1 Limbah RS √ √
2 Limbah medis √ √
3 Pembuangan air limbah √ √
4 Pembuangan sampah padat √ √
5 Pemisahan sampah √ √
6 Penampungan sampah √ √
7 Pengangkutan sampah √ √
8 Perlakuan sebelum sampah dibuang √ √
9 incinerator √ √
DESAIN RUANG PRAKTIK & TATA
LETAK
1 Desain ruang praktik
 Penerangan/pencahayaan √ √
 Ventilasi / kualitas udara ruangan, √
suhu ruangan
 Kebisingan √
 Warna dinding √ √
 Lantai √ √
 Tempat cuci tangan √ √
 Tempat cuci alat / instrument √ √
 Tempat sterilisasi instrument √ √
 Fasilitas sanitasi dan drainase (tempat √ √
pembuangan limbah cair & padat)
2 Rancangan arus lalu lintas √
TATA LETAK
1 Desain tata letak alat-alat utama (dental √ √
unit, mobile cabinet) memperhatikan
efektifitas & efisiensi pergerakan operator
& dental asistant (prinsip ergonomis)
Four Handed dentistry
1 Ketersediaan dental stool (operator & √ √
dental assistan)
2 Posisi duduk (akses kepasien tanpa
penyimpangan postur seperti membungkuk,
mencondongkan badsn, gerakan memutar,
dll)
 operator √
 dental assistant √ √
 pasien √ √
3 Area kerja
 operator (operator zone) √ √
 dental assistant (assistant zone) √ √
 area transfer (asistant zone) √ √
4. Operator bergerak efektif dan efisien dalam
bekerja (prinsip gerak ergonomis)
 transfer instrumen dan bahan antara √ √
operator dan dental assistant
 prinsip gerakan operator yang √ √
efisien
 pengaturan letak peralatan ditable √ √
dental unit (menjamin efektifitas
dan efisiensi kerja)
BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN DI RS. TNI-AD WOLTER


MONGINSIDI TELING

PENGONTROLAN INFEKSI (SOP DAN PELAKSANAAN)

A. Imunisasi
Baik operator dan dental assistant, telah diimunisasi vaksin Hepatitis B.

B. Sebelum Merawat Pasien


 Operator melakukan pemeriksaan riwayat medic secara menyeluruh
dengan mengacu pada rekam medic yang telah diberikan oleh kepala
ruangan bagian Poliklinik Gigi.
 Operator dan dental assistant tidak menggunakan penutup disposable
untuk mencegah kontaminasi permukaan atau mendesinfeksi
permukaan sesudah melakukan perawatan

C. Selama Merawat Pasien


 Operator dan dental assistant tidak menganggap pasien seakan-akan
mempunyai penyakit menular karna mereka hanya memakai masker
untuk proteksi diri.
 Untuk perlindungan diri, operator dan dental assistant hanya
menggunakan masker dan baju kerja tanpa menggunakan sarung
tangan dan kaca mata pelindung.
 Operator tidak menggunakan isolator karet/rubber dam dan hanya
menggunakan kaca mulut untuk mengisolasi gigi dan daerah kerja
 Operator dan dental assistant tidak mencuci tangan sebelum memakai
sarung tangan
 Operator dan dental assistant mencuci tangan setelah melepas sarung
tangan, mengganti sarung tangan tiap pergantian pasien, membuang
sarung tangan yang sobek/rusak/berlubang
 Untuk menghindari tertusuk instrrumen tajam dan jarum suntik
Operator memegang benda tajam dengan hati-hati, menempatkan
jarum suntik bekas pakai yang tidak ditutup kembali, menempatkan
benda tajam dalam wadah khusus.
 Operator tidak menekuk atau mematahkan jarum yang disposable

D. Sesudah Merawat Pasien


 Dental assistant tidak menggunakan sarung tangan kerja dari karet
tebal saat membersihkan instrument. Dental assistant tidak
menggunakan sarung tangan
 dental assistant tidak mensterilkan /mendesinfeksi dengan
menggunakan desinfektan yang sesuai untuk semua instrument yang
terkontaminasi dengan sekresi pasien/saliva
 operator tidak membersihkan henpis, dental unit/unit gigi, skaler
ultrasonic, dan tidak membersihkannya saat pergantian pasien.
 Operator menempatkan jarum disposable dalam kondisi utuh di dalam
wadah yang tidak mudah lubang sebelum akhirnya dibuang.
 Operator dan dental assistant tidak melakukan desinfeksi permukaan
kerja
 Operator mencuci dan mendesinfeksi cetakan gigi, registrator gigitan,
dan protesa/gigi tiruan yang akan dikirim ke lab.
 Operator memberitahukan pengontrolan infeksi yang sudah dilakukan
pada teknisi lab.
 Operator mengguyur darah, cairan saliva ke dala saluran pembuangan
yang dihubungkan dengan system sanitasi, membuang sampah padat
yang terkontaminasi dengan darah, saliva ke dalam kantung yang kuat
dan tertutup dan buang sesuai peraturan pemerintah, dan mencuci
tangan setelah melepas sarung tangan.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Manajemen Pengelolaan Limbah (SOP dan Pelaksanaan)


Pembuangan limbah Rumah Sakit terdapat di belakang Rumah Sakit untuk
semua bagian.

B. Desain Ruang Praktek dan Tata Letak


1. Desain ruang praktek
 Penerangan/pencahayaan sudah cukup untuk menerangi operator
selamat perawatan dilakukan
 Terdapat ventilasi di dalam ruangan namun tidak pernah dibuka.
Terdapat AC yang dapat berfungsi dengan baik sehingga suhu
udara tetap terjaga dengan baik
 Suara kompresor tidak terdengar dan ruangan kedap suara
 Lantai menggunakan ubin yang dapat dengan mudah dibersihkan
 Tempat cuci tangan mudah dijangkau dan dapat mempermudah
aksses
 Tempat cuci alat sama dengan tempat cuci tangan
 Terdapat tempat untuk sterilisasi alat (autoklaf)
 Ada penampungan, drainase melalui pipa
 Tempat sterilisasi berada dalam ruangan praktek
2. Tata Letak
Desain tata letak alat-alat utama (dental unit, mobile cabinet, dental
cabinet) sudah memperhatikan efektifitas dan efisiensi pergerakan
operator dan dental assistant
3. Four Handed denstistry
 Tersedia dental stool
 Operator dan dental assistant melakukan tindakan perawatan
sambil berdiri
 Area kerja sudah mengikuti clock concept
 Operator bergerak efektif dan efisien dalam bekerja
DAFTAR PUSTAKA

1. Laporan tutorial manajemen praktik kedokteran gigi kelompok 8


2. Standar pencegahan dan pengendalian infeksi pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di fasilitas pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai