PROFESI
Soal Pembahasan Lengkap 12 Mata Kuliah
Buku ini hasil kerja keras dan semangat yang tinggi dari
kami, Farmasi Sains dan Industri Angkatan 2004 untuk
kemajuan Indonesia.
Keluarga Besar
Farmasi Sains dan Industri Angkatan 2004
Universitas Gadjah Mada
Tim Penyusun: Farmakokinetika Klinik
Fitri Purwita Sari
Etika Farmasi dan Undang-Undang Kesehatan Isa Abdulhaq
M. Agung Sumantri Hertanti Trias Febriani
Miyanto Saptanti UJ
Edison Chrisnanto Slamet Siagian
Vera Fariha Fauziati
Asmurani Farmasi Industri
Sarmoko
Pelayanan Kefarmasian M. Novrizal Abdi Sahid
Beti Pudyastuti Ilyas Pratomo
Willia Indarwanti Sandro Rossano Yunas
M. Iqbal Dodi Purwitosari
Haryadha Agustian
Pambar Interaksi Obat
Retno Wulandari
Manajemen Farmasi Komunitas Theresia Chrestiningsih
Pramita Kurniasari Etik Romdiyah
Eny Yulianti Nurul Hidayati
Ani Setyowati Fahrurozi
Asri Widyaningsih
Nurl Husna Mumtaz Indah Komunikasi dan Konseling
Dwi Mumpuni
Manajemen Produksi Chintya Yuli Astuti
Irfan Muris Setiawan Gretaci Dyah Sairandhri
Tri Bekti Agung Wibowo Ratri Kumalasari
Ulfi Asih Styaningrum Larasati
Viddy Agustian Rosyidi
Indri Hardini Compounding and Dispensing
Yudo Prihartanto
Farmakoterapi Anis Kurnia Utami
Hermawansyah Indrasta Riyona Desvy Pratiwi
Tries Mumtohani Nofa Nur Sayrifaini
Dinda Putri Utaminingtyas Ania Rachma Apriani
Agil Novianto
Fanie Yogi Pratami Biofarmastika Terapan
Anastasia Avelina RM
Terminologi Medis Rosmanita Dian AR
Pipit Adiani Adhi Atmaja Ika Dyaning Ratri
Fransisca Emi Hartanti Wijaya Andi
Umi Fadilah Fea Prihapsara
Tias Ekaviana Hati
Etik Pratiwi
Editor: Sarmoko
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan hidayahnya sehingga PSC Kumpulan Soal “BUKU
SAKTI UJIAN PROFESI” ini dapat digarap dan selesasi dengan hasil yang memuaskan.
Buku ini sangat sakti, mengapa? Karena berisi soal plus pembahasan lengkap 12mara kuliah.
Dikatakan sakti karena sangat ampuh buat belajar sistem SKS, dan bakal menjadi bacaan wajib ketika
ujian. Dan juga perlu diketahui, buku ini adalah “harta” yang tak ternilai harganya, ditulis dengan
keihlasan hati, kesuciam jiwa, ketekunan, kesungguhan, kerja keras, perjuangan, demi mencapai
masa depan nan gemilang. Opo tho yo...
Thanx buat teman-teman Profesi 2008 Kelas C (Farmasi Sains dan Industri) yang saya banggakan. Tuh,
bener khan. Saya bilang juga apa, kita pasti bisa. Bisa apa? Bisa bekerja sama dalam keluarga, saling
bahu dan membahau sehingga buku ini ada di tangan teman-teman semua dan siap baca, enak
dibawa menjelang ujian dan bisa dirasakan manfaatnya.
Emang, dalam membuat buku ini susah, nyari-nyari literatur di perpus, bongkar-bongkar file di CD,
obarak-abrik catetan kuliah, bakan saya dapet laporan katanya tim Farmakoterapi sampe lembur jam
2 pagi, bahkan tim MFK dibela-belain sampe jan 3 pagi. Wow, kurang apa coba? Demi kita, demi calon
apoteker baru, untuk merintis kehidupan yang lebih baik dan Indonesia yang maju.
Oya, mungkin dalam menjawab soal-soal banyak kesalahan kami mohon maaf, semoga rekan-rekan
calon sejawat bisa memaklumi dan memberi masukan untuk penerbitan yang lebih baik di tahun
depan.
Semoga apa yang kita lakukan, kita rintis, sesuatu yang kita create ini, mungkin yang pertama dalam
sejarah Farmasi, semoga bisa bermanfaat bagi rekan-rekan semua. Amin...
Review materi:
1. Pendahuluan Etika dan UU
2. Diskusi implikasi dan perkembangan UU
3. Regulasi narkotika dan psikotropika
4. Impor bahan baku obat dan industri farmasi
5. PBF, apotek, pembentukan toko obat
6. Peran dan tugas apoteker sesuai UU kesehatan
7. Sistem kesehatan nasional
8. Konas, Kontranas, Bahan Tambahan pangan
9. Produk farmasi berdasatkan Kepmenkes 722
10. UU pangan dan perlindungan konsumen
11. NAKES dan Kosmetik
12. Manusia dan leingkungan
13. Ilmu pengetahuan
14. Etika
15. Kajian etika
16. Teori etika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
a. Psikotropika Golongan I; contoh: brolamfetamina, katinona, DMA, DMHP, DMT,
lisergida, TMA, PMA.
b. Psikotropika Golongan II; contoh: anfetamina, sekobarbital, rasemat, zipepprol,
fenetilina.
c. Psikotropika Golongan III; contoh: aminobarbital, butalbital, katina, pentazosina,
glutetimida, pentabarbital.
d. Psikotropika Golongan IV; contioh: alprazolam, aminorex diazepam, lorazepam,
mazindol, pipradrol, vinilbital.
Kewajiban APA:
1. Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik
serta keabsahan terjamin.
2. Melayani resep dokter, dokter gigi, dokter hewan.
3. Melakukan konsultasi dengan dokter jika diperlukan.
4. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman ,
rasional atas permintaan masyarakat.
5. Menandatangani salinan resep.
6. Merahasiakan dan menyimpan resep dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
7. Melayani OWA.
8. Melakukan dan membuat berita acara serah terima resep Narkotika dan
psikotropika dan perbekalan farmasi yang lainnya serta kunci-kunci penyimpanan
obat narkotika dan psikotropika, apbila terjadi penggalihan tanggung jawab
pengelolaan farmasi.
Soal nomor 2
2) a. Mengingat Penjelasan BAB VII Pasal 71 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan bahwa Masyarakat memperoleh desempatan seluas-luasnya untuk berperan
serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya mulai dari
inventarisasi masalah sampai tahap penilaiannya. Bagaimanakah saran anda sebagai
seorang farmasis, apabila seseorang (tidak mempunyai latar belakang farmasi) ingin
mendirikan sarana kesehatan yang berupa Pedagang Besar Farmasi dan tuliskan
beberapa kewajiban dan larangannya? Jelaskan !
Jawab:
Seorang yang tidak memiliki/mempunyai latar belakang farmasi boleh mendirikan
sarana kesehatan yang berupa pedagang besar farmasi (PBF), sesuai SK Menkes 1191
th 2002 tentang perubahan peraturan Menkes No 918/Menkes/PER/X/1993 tentang PBF
pada pasal 5, yaitu:
1. Dilakukan oleh badan hokum berbentuk PT, koperasi, PN
(perusahaan Negara).
2. Memiliki NPWP (Nomor pokok wajib pajak).
3. Memiliki Apoteker atau AA sebagai penanggung jawab.
4. Anggota direksi tidak pernah terlibat pelanggaran ketentuan per-
UU di bidang farmasi.
b. Pada waktu sebelum tahun 1987 sebagian besar Pabrik Farmasi melakukan promosi
obat dan/atau mengedarkan contoh obat dalam rangka persaingan produk dipasaran.
Apakah yang dimaksud promosi obat dan contoh obat tersebut dan bagaimana nasibnya
sekarang? Jelaskan !
Jawab:
Promosi Obat adalah kegiatan memperkenalkan dan mengingatkan kembali obat jadi
terdaftar dalam usaha untuk memasarkan obat jadi tersebut.
Contoh Obat adalah obat jadi yang diberikan atau diserahkan dalam jumlah kecil
secara cuma-cuma dalam rangka promosi obat.
Sekarang promosi obat dan contoh obat sudah dilarang sesuai edaran SK
Menkes RI No 437/menkes/SK/VI/1987 tentang pelarangan produksi, impor, distribusi,
penyerahan dan pemberian contoh obat.
Keputusannya adalah:
a. produksi dan peredaran contoh obat harus dihentikan dan dilarang.
b. Sanksi pelanggaran terhadap keputusan ini dikenakan sanksi administrative berupa
pencabutan nomor pendaftaran obat jadi yang bersangkutan.
c. Informasi tentang obat jadi dapat disalurkan melalui leaflet, brosur, majalah ilmiah,
seminar ilmiah.
Jawaban
1. Setuju. Sesuai dengan pasal 58 BAB IV UU No. 23 tahun 1992 disebutkan bahwa sarana
kesehatan harus berbentuk badan hukum. Hal ini dimaksudkan agar persyaratan sarana
kesehatan yang berlaku sesuai dengan peraturan pemerintah.
2. Contoh obat dan promosi obat mengandung arti berbeda tetapi bermaksud sama yaitu,
mengikalankan produk obat kepada masyarakat agar dapat dikenal dan laku di masyarakat.
Contoh obat : pembagian obat secara gratis kepada masyarakat sebagai sampel jika
masyarakat sakit dapat diobati dengan obat yang diberi gratis tersebut
Promosi obat : pengiklanan suatu obat dengan pemberian informasi kepada masyarakat.
Saat ini, contoh obat sudah dilarang Depkes untuk menekan biaya produksi dan
menghindari penyalahgunaan obat. Sedangkan promosi obat saat ini, banyak yang
melanggar karena tidak diinformasikan tentang efek samping obat, kontraindikasi maupun
zat aktif obat. Promosi obat hanya ditujukan komersil saja. Oleh karena itu, WHO maupun
pemeritah Indonesia membuat etika promosi obat.
3. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996
TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi
- Tenaga Keperawatan meliputi : Perawat dan Bidan
- Tenaga Kefarmasian meliputi Apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker.
- Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian
- Tenaga gizi meliputi nutrisionis (ahli gizi) dan dietisien
- Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan ahli terapiwicara
- Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik protetik, teknisi transfusi
dan perekam medis
Kewajiban:
- Memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang kesehatan, dibuktikan dengan ijazah
dari lembaga pendidikan
- Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan
yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri
- tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari
- lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah
yang bersangkutan melakukan adaptasi
4. Masyarakat dapat mendirikan sarana kesehatan sesuai dengan bab VII pasal 71 ayat 1 UU
no. 23 tahun 1992. Dalam mendirikan toko obat berijin harus memenuhi ketentuan dalam
peraturan daerah. Ketentuan dalam mendirikan toko obat berijin diantaranya,
a. Dibuatnya surat izin usaha syarat dibuatnya izin usaha adalah:
1. Surat permohonan dari Pemilik sarana Toko Obat
2. Foto Copy KTP Pemohon
3. Pas Foto Pemohon
4. Foto Copy Ijazah Asisten Apoteker Penanggungjawab teknis
Jawaban
1. Perbedaaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan latar belakang tiap orang. Moral
seseorang dibangun dari etika (misal adat kebiasaan dan tempat tinggal) yang
menimbulkan sikap yang berbeda. Hal inilah yang menimbulkan adanya isu moral.
Cara pengatassannya dengan pendekatan isu moral baik secara mikro maupun makro
2. Persamaan:
Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia
Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif
Perbedaan:
Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan, etika memberi norma tentang
perbuatan itu sendiri.
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, etika berlaku meskipun tidak ada saksi mata
etiket bersifat relatif, sedangkan etika lebih mutlak.
Etiket terfokus pada bentuk lahiriah, sedangkan etika menyangkut sesuatu segi manusia
dari dalam (batin).
Sebagai produk
1. ilmu pengetahuan didapat melalui metode ilmiah
2. hasilnya menjadi milik umum yang digunakan untuk kepentingan umat manusia
3. tetapi sebelumnya harus mendapat persetujuan dunia ilmiah
4. dan siap diuji kebenarannya. Kebenaran yang dimiliki dapat ditumbangkan sewaktu-
waktu karena ilmu pengetahuan sendiri senantiasa berkembang
1. Ada dua cara pendekatan isu moral yang terjadi, yaitu secara mikokosmis dan
makrokosmis. Apa maksudnya dan bagaimana menurut pendapat saudara dari
kedua pendekatan tersebut. Beri suatu contoh konkrit dengan pengamblan kasus
di indutri farmasi. (16 Januari 2008)
2. Salah satu tipe utama dari teori etika adalah UTILITARIANISME. Apa yang sudara
ketahui tentang teori tersebut, jelaskan dengan contoh yang sederhana (2 Januri
2008)
3. Menurut sinyalemen Francis Bacon, KNOWLEDGE IS POWER. Untuk itu perlu
adanya peningkatan keterkaitan ilmuwan dengan alam, tidak hanya sekedar
intrinsik kosmologis, tetapi harus etis epistemologis. Terangkan maksud
pernyataan tsb (2 Januari 2008).
4. Apa yang saudara ketahui tentang OTONOMI MORAL, dan bagaimana cara
memperkuat otonomi moral itu. Terangkan jawaban saudara. (11 Juni 2007)
5. Sampai sekarang dikenal ada 4 tipe teori moral. Apa perbedaan landasan pokok
dari ke-4 teori tsb. Terangakn jawaban saudata dengan memberikan ilustrasi
contoh suatu kasus moral. (11 Juni 2007)
6. Apa sesungguhnya peran sebuah KODE ETIK bagi ilmuwan. Jelaskan jawaban
saudara. (11 Juni 2007)
7. Dalam hubungan kebenaran dan kualitas pengetahuan, ada berapa maca tingkat
pengetahuan? Terangkan jawaban saudara perbedaan satu tingkatan dengan yang
lain.
8. Kontroversi pendapat tentang suatu isu moral antara seseorang dan orang lain
seting terjadi. Kenapa hal ini bisa muncul dalam realitas kehidupan kita, dan
bagaimana pengatasannya? Terangkan jawaban saudara.
9. Apa keuntungan dan kelemahan kalau HUKUM dijadikan norma dalam suatu
pertimabangan untuk menyelesaikan masalah/problema moral dalam kehidupan
manusia? Jelaskan pendapat saudara dengan memberikan suatu ilustrasi/contoh.
(6 Januari 2006)
10. Apa yang saudara ketahui tentang etika, etiket dan ajaran moral? Bagaimana
dengan persamaan dan perbedaannya. (6 Januari 2006)
11. Ceriterakan tentang kisah “DILEMA HEINZ”. Bagaimana kesimpulan yang dapat
saudara ambil apabila digunakan penalaran pada tingkat konvebsional dan tingkat
pasca konvensional.
12. Dalam suatu issue moral sering ada keterkaitan antar HUKUM dan
KONVENSIONALISME ETIS. Terangakn pendapat saudara tentang hal tersebut di
atas. (19 Juni 2003)
13. Kajian soal moral perlu melibatkan tiga macam kajian yang berbeda yaitu normatif,
konseptual dan deskriptif. Terangkan maksud ketiga kajian di atas.
Buatlah suatu contoh kasus moral yang menyangkut seorang apoteker di tempat
kerjanya. (19 Juni 2003)
Bagaimana analisa kasus tersebut dari ketuga kajia tersebut di atas.
14. Egoisme etis sering disebut sebagai sebagai penolakan skeptis tentang moral. Apa
maksudnya dan terangkan jawaban saudara. (8 Januari 2003)
15. Terangkan tentang konteks perselisihan profesioal yang mungkin dihadapi oleh
para ilmuwan. (2 Januari 2004).
2 Januari 2008
1. Dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat mandiri, langkah dan strategi apa yang
ditempuh oleh stake holder di bidang kesehatan?
2. Mr X adalah seorang apoteker lulusan Fakultas Farmasi UGM periode Februari 2007
yang rencananya akan bekerja di Provinsi Jawa Barat sebagai APA. Setelah 2 tahun
bekerja di Jawa Barat, Mr X akan pindah ke wilayah DIY dan bekerja di suatu RS.
Sebagai tenaga kesehatan Mr. X wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada
dalam peraturan perundangan yang berlaku. Pertanyaan:
- Apa yang harus diakukan oleh Mr. X setelah menerima ijazah apoteker untuk
mendapat izin kerja sebagai APA di provinsi Jawa Barat sampa dengan ybs bekerja di
RS DIY?
- Apa bentuk izin kerja MR X selama menjadi APA dan pada saat bekerja di RS? Kapan
Mr. X selesai melaksanakan masa baktinya?
4.
1. Dalam rangka pengamanan bahan berbahaya baik obat tradisional atau sediaan farmasi
lainnya tentunya perlu suatu tindakan agar masyarakat dilindungi dari efek penggunaan bahan
tsb. Menurut Saudara langah apa yang ditempuh Pemerintah untuk mengatasi hal tsb di atas.
2. Jawablah soal di bawah ini sesuai PP 32 tahun 1996 Tenaga Kesehatan dan Permenkes RI No.
184 tahun 1995tentang penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan ijin kerja apoteker.
Andi adalah seorang apoteker lulusan UGM periode Agustus 2008 yang diterima di Industri
Farmasi di wilayah Tangerang dengan masa kontrak 1 tahun. Setelah selesai kontrak, Andi
bekerja sebagai APA di wilayah DKI.
Pertanyaan:
a. Apakah yang harus diakukan oleh Andi setelah lulus sampai yang bersangkuatan menjadi
APA di DKI?
b. Apa bentuk izin Andi pada saat bekerja di apotek?
c. Kewajiban-kewajiban apa saja yang harus dipenuhi oleh Andi dalam menjalankan profesiya
sebagai apoteker?
3. Seorang keluarga pasien membeli obat di apotek A pada jam 12.00 dengan membawa resep
dari RS B, terdiri dari 3 macam obat, salah sarunya racikan puyer. Resep tsb dilayani oleh AA
karena apotekernya sedang tidak ada di tempat.
Setelah diberi harga oleh petugas apotek keluarga pasien sepakat untuk membeli obat
tersebut. Berhubung tidak membawa uang, keluarga pasien izin pulang untuk mengambil uang
sambil berkata, “Mbak toong disiapkan saja obatnya, bayarnya nanti saya ambil uang dulu”.
Tanpa diklarifikasi obat diracik dan dibuatkan. Beberapa saat kemudian keluarga pasien
tersebut datang ke apotek sambil berkata,”Mbak, maaf obatnya diambil separuh dulu, nanti
kalau cocok diambil lagi”.
Kejadian ini berakibat terjadi pertengkaran antara keluarga pasien dengan petugas apotek.
Agar tidak berkepanjangan maka obat diserahkan separuh sesuai dengan permintaan sambil
menggerutu.
Sampai di rumah, obat yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang ditulis resep, setelah
ditelusuri disebabkan karena tulisan dokter kurang jelas.
Pertanyaan: apakah kesalahan yang dilakukan oleh AA tersebut dapat dikenakan sanksi
pidana/perdata sesuai denga perlindungan konsumen? Jelaskan !
PELAYANAN KEFARMASIAN
Pak Riswaka
1. Bagaimanakah kondisi ideal yang harus tercipta lebih dulu agar tahapan-tahapan
collaborative working relationship dapat dilaksanakan oleh farmasis?
(Januari 2006)
Berilah penjelasan tentang kondisi yang harus tersedia agar PC sebagai suatu collaborative
working relationship dapat terlaksana!
Sebutkan hasil yang diperoleh jika masing-masing kondisi tersebut terjadi!
(Juni 2008)
JAWABAN:
- Hubungan yang dekat antara farmasis dan dokter. Farmasis merupakan counterpart
dokter, bukan partner dokter karena farmasis harus selalu ada di samping dokter
untuk memberikan masukan mengenai pengobatan yang tepat untuk pasien.
- Waktu untuk berinteraksi. Diefisienkan dengan menyapa dokter setiap bertemu,
rendah hati, percaya diri terhadap kemampuannya, dan tunjukkan rasa empati
sehingga waktu berinteraksi dengan dokter semakin banyak. Intinya tunjukkan
bahwa kita adalah farmasis.
- Pengetahuan klinis yang memadai, sangat mendukung untuk berinteraksi dengan
dokter.
- Saling terbuka/menerima untuk suatu kerja sama.
- Adanya penghormatan/ menghargai tanggung jawab masing-masing profesi.
- Adanya diskusi aktif mengenai hal-hal yang berkautan dengan permasalahan
pasien. Terjadi ketika hubungan farmasis dengan dokter semakin dekat dan ada
waktu untuk berinteraksi.
- Saling menghormati satu sama lain (ditunjukkan dengan perbuatan).
- Adanya saling percaya terhadap kompetensi masing-masing.
Hasil akhir tercipta hubungan kerjasama secara profesionalitas antara farmasis dengan
dokter sehingga dapat meningktakan kualitas hidup pasien.
4. Berilah penjelasan tentang langkah yang harus dikerjakan farmasis, agar dapat menjalankan
standar profesi tersebut!
JAWABAN:
Langkah yang harus ditempuh adalah 5 tahap pengembangan stage 0-stage 4 (udah
dijelasin di atas) yang terangkum dalam OTC (open communication, trust, and caring).
Open communication dilakukan dengan menyapa dokter, dan memperkenalkan diri kita
”tunjukkan bahwa kita adalah farmasis”, setelah itu tanamkan kepercayaan (trust) antar
profesi kesehatan, dan lakukan caring untuk menjaga hubungan profesionalitas.
5. Mengapa PC sukar terlaksana di Indonesia, dan tindakan proporsional seperti apakah yang
harus dilaksanakan farmasis untuk mewujudkan tercapainya tujuan ideal tersebut?
JAWABAN:
a. tingkah laku/attitude dari farmasis yang menyebabkan hubungan farmasis dan
dokter menjadi kurang harmonis.
Tindakan: Lakukan OTC
b. Kurangnya kemampuan berpraktek PC yang baik dari farmasis (lebih pintar teori
daripada praktek).
Tindakan: tingkatkan kemampuan/skill terutama yang berhubungan dengan
praktek PC
c. Ketidakleluasaan yang berhubungan dengan sumber daya
d. Ketidakleluasaan yang berhubungan dengan sistem
Ketidakleluasaan ini berhubungan dengan sistem pendidikan kefarmasian yang
berbeda antar universitas sehingga menghasilkan farmasis yang berbeda pula
tingkah lakunya.
e. Hambatan intraprofesional
Hubungan profesionalitas antar farmasis sulit dikembangkan karena bisa jadi
mengganggap saingan (hubungan cenderung kompetitif).
Tindakan: membentuk jaringan atau relationship yang lebih baik dengan
menganggap bahwa sesama farmasis adalah saudara/ ada hubungan kolegalitas
sehingga satu sama lain harus saling bekerjasama
f. Hambatan akademik/pendidikan.
Perbedaan pendidikan kefarmasian yang diperoleh oleh masing-masing farmasis.
Pak Satibi
1. Jelaskan integrated antara pharmaceutical care dengan medical care? Penjelasan disertai
dengan gambar!
Medical care (dokter)
JAWABAN:
Pharmaceutical Obat
care (farmasis) Pertimbangan (pilihan)
masalah farmasetikal
Penjelasan: Antara dokter & farmasis diperlukan suatu hubungan profesionalitas dalam
mengatasi masalah pasien. Dokter berkewajiban untuk mengidentifikasi problem pasien
dan mendiagnosis penyakit pasien. Sementara farmasis berkewajiban dalam siklus
terapetik pasien (berhubungan dengan pengobatan untuk pasien). Kerjasama keduanya
menghasilkan rencana pengobatan untuk pasien, salah satunya dengan obat.
2. Jelaskan hubungan antara therapeutic cycle, drug management cycle, dan dispensing dalam
pelaksanaan PC! Penjelasan disertai dengan gambar!
JAWABAN:
seleksi
Mengenali
penggunaan procurement
problem pasien
Menganalisa
problem pasien Fungsi penunjang
Mengumpulkan
data
Menentukan distribusi
Siklus tujuan terapi
Mengimplementasi terapetik
kan monitoring
Mendesain rencana
Interpretasi
Implementasi monitoring
& verifikasi
terapi
Menerapkan dispensing
monitoring
Menerima resep Konseling &
& konfirmasi supply
Untuk melaksanakan PC, diperlukan fungsi farmasis dalam proses dispensing obat &
pengaturan fungsi penunjang PC.
4. Buatlah skema tentang kompetensi yang dibutuhkan farmasis dalam upaya melaksanakan
PC di rumah sakit agar fungsi-fungsi penunjang PC dapat dilaksanakan secara optimal!
JAWABAN:
Pasien masuk wawancara, DRP, monitoring, konseling pasien keluar
Farmasi klinik PC
Fokus utama dokter/ profesi kesehatan lainnya pasien
Kontinyuitas diskontinyu kontinyu
Strategi menemukan penyakit/mencegah mengantisipasi&improve
Orientasi proses hasil terapi
13. Bagaimana menentukan strategi untuk memulai praktek PC? Fungsi-fungsi (farmasis) apa
saja yang diperlukan dalam PC? Jelaskan masing-masing fungsi tersebut!
(Januari 2006)
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk memulai PC di rumah sakit?
(Juni 2006)
Jika anda selaku kepala IFRS, akan memulai praktek PC, perlu melakukan perubahan
secara filosofi, organisasi, dan fungsional. Jelaskan maksud pernyataan tersebut!
(Januari 2008)
JAWABAN:
Strategi/upaya:
1. Mensosialisasikan visi dan misi yang baru (perubahan filosofi).
2. merubah organisasi yang sesuai dengan perubahan yang memfasilitasi terselenggaranya
quality assurance (perubahan organisasi).
3. Menentukan fungsi-fungsi farmasis : siapa yang melakukan tugas PC, siapa yang
melakukan tugas penunjang, contoh: distribusi obat, pembuatan IV admixture, PMR, drug
information, dokumentasi, dll. (perubahan fungsi).
4. Masing-masing fungsi mengetahui tugasnya sehingga dapat memberikan pengobatan yang
tepat.
Fungsi farmasis dalam PC:
- Fungsi yang berhubungan langsung dengan PC:
• identifikasi DRP aktual&potensial dari pasien
• memecahkan DRP actual
• mencegah DRP potensial agar tidak menjadi problem aktual.
dilanjutkan dengan konseling & follow-up (monitoring)
- Fungsi farmasis dilayanan penunjang adalah menjamin terlaksananya:
• pelayanan distribusi obat yang tepat waktu & akurat
11. Seandainya anda selaku farmasis di rumah sakit diminta untuk memulai PC, langkah
kongkret apa yang akan anda lakukan untuk memulai PC tersebut!
(Juni 2006)
Jika anda selaku kepala IFRS, akan melakukan praktek PC, bagaimana langkah yang anda
lakukan untuk memulainya?
(Juni 2008)
Seandainya anda selaku Kepala IFRS sebuah RS tipe C dengan kapasitas tempat tidur 300
TT, BOR 70%, serta pelayanan poliklinik untuk pasien rawat jalan. Pasien rawat jalan rata-
rata tiap hari 150 pasien. IFRS mempunyai 5 farmasis dan 12 AA. Anda punya keinginan
yang kuat untuk melaksanakan PC, jelaskan strategi yang anda lakukan dalam memulai
praktek PC di RS tersebut!
(Januari 2007)
JAWABAN:
1. Awal pelaksanaan PC, maksimal sumber daya yang ada.
2. Tentukan visi dan misi serta sosialisasikan visi dan misi baru tentang PC kepada
direktur RS dan teman sejawat lainnya disertai dengan data-data penunjang
pelaksanaan PC (perubahan filosofi).
3. Mulai dengan 1 bangsal sebagai pilot project, di mana dokternya menerima farmasis
dan AA dengan baik.
4. Perubahan struktur organisasi yang sesuai untuk pelaksanaan PC (perubahan
organisasi).
5. Farmasis difungsikan dalam hal managerial dan fungsionalnya dan masing-masing
fungsi tahu tugasnya (perubahan fungsi), contoh: dengan sistem matriks. 1 apoteker
kepala (untuk fungsi manajemen), 1 apoteker untuk mengurusi logistik dan SDM, 3
apoteker fungsional dan pelaksanaan fungsi pendukung PC. Sedangkan AA bertugas
dalam pelayananan out-patient, pendistribusian obat, dan pengelolaan perbekalan
kesehatan.
6. Penetapan dan pelaksanaan PC (in place and in use) dan dokumentasi.
12. Bagaimana upaya penerapan konsep zero defect dalam pelayanan PC?
JAWABAN:
- pembangunan sistem pengendalian
- pelaksanaan in process control
13. Bagaimana pendapat anda tentang identifikasi dan penanganan drug related problem (DRP)
mampu menurunkan medication error? Bagaimana upaya yang dilakukan di pelayanan
farmasi untuk mengatasi DRP!
KEMUNGKINAN JAWABAN:
DRP berhubungan dengan kebutuhan pasien akan terapi. Dengan adanya identifikasi
adanya DRP sejak awal penerimaan resep dan penanganan yang segera baik dengan dokter
dan pasien, kemungkinan terjadinya ME dapat dicegah.
Upaya yang dilakukan:
• identifikasi DRP aktual&potensial dari pasien
• memecahkan DRP actual
• mencegah DRP potensial agar tidak menjadi problem aktual.
dilanjutkan dengan konseling & follow-up (monitoring).
15. Bagaimana pendapat anda tentang kekuatan mata rantai pelayanan farmasi terletak pada
mata rantai yang terlemah? Jelaskan!
KEMUNGKINAN JAWABAN:
1. setiap pemberian obat adalah langkah etrakhir dari 10-15 langkah sebelumnya.
2. setiap langkah mengandung peluang kesalahan.
3. kekuatan suatu rantai sama dengan kekuatan mata rantai terlemah, artinya tahap krusial
di mana pada tahap tersebut terjadinya medication errors paling besar merupakan tahap
yang paling menentukan hasil akhir dari terapi pengobatan. Jika pada mata rantai terlemah
tersebut, farmasis bisa mengatasinya, maka PC akan berjalan baik.
Pak Waldi
3. SK Menkes RI No.1027 tahun 2004 memuat standar pelayanan kefarmasian (PC) di apotek
disebutkan bahwa apoteker harus melakukan pelayanan yang komprehensif dengan tujuan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pertanyaan:
a. berikan keterangan tentang pelayanan kefarmasian yang komprehensif tersebut!
b. Pendekatan penyelesaian problem dalam pelayanan kefarmasiaan telah diinfokan
dalam kuliah ada 3 macam, yaitu 5 kebutuhan pasien tentang terapi obat, PWDT,
dan SOAP. Berikan keterangan tentang ketiga hal ini!
JAWABAN:
a. Pelayanan komprehensif adalah berpusat pada pasien, berorientasi pada outcome terapi
pasien, yaitu memberikan pelayanan sampai tujuan terapi tercapai atau sampai memperoleh
hasil terapi yang diharapkan dengan efek samping sekecil-kecilnya sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien.
b. 5 kebutuhan pasien tentang terapi:
- Pasien mempunyai indikasi yang sesuai dengan tiap obat yang diberikan
- terapi obat yang efektif (dosis tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar)
- terapi obat yang aman (tidak muncul ADR)
- pasien patuh/ bersesuaian dengan terapi obat dan segala aspek terapi yang
diperolehnya (dilihat dari perkembangan penyakitnya setelah menjalani terapi).
- pasien telah memperoleh terapi yang diperlukan untuk indikasi penyakit yang
belum ditangani. (dilihat dari tanda dan gejala penyakit pasien yang belum
diobati).
PWDT (Pharmacist, Workout, Drug, Therapy)
• Hal/masalah terkait dengan terapi obat pasien
• Daftar problema terapi obat yang spesifik terhadap pasien
• Outcome terapi yang diharapkan
• Daftar alternatif terapi yang bisa digunakan untuk mencapai outcome yang
diharapkan
• Rekomendasi yang dilakukan apoteker dan individualisasi pasien
• Menyusun rencana untuk monitoring terapi obat sehingga efek yang tidak
diinginkan minimal dan efek yang diinginkan benar-benar terjadi.
SOAP (Subjective, Objective, Assesment, Plan)
• Subjective: Informasi yang menjelaskan penyebab problem. Informasi bahwa
pasien melaporkan gejala yang dirasakan, perawatan yang coba dilakukan,
pengobatan yang dilakukan/obat yang digunakan, dan efek samping yang
ditemukan. Data bersifat non-reprodusibel karena berdasarkan interpretasi pasien
dan memori akan kejadian yang telah berlalu.
• Objective: Informasi dari pemerikasaan fisik (tes denyut jantung, bunyi pernafasan,
tekanan darah), hasil laboratorium, tes diagnostik, jumlah pil yang telah digunakan,
dan informasi profil farmasi. Data dapat diukur dan reprodusibel.
• Assesment: Deskripsi problema yang lengkap namun singkat, termasuk di
dalamnya kesimpulan atau diagnosis yang secara logis didukung oleh data
subyektif dan obyektif di atas.
• Plan: Rekomendasi atau deskripsi detail tentang:
- workup (lab, radiologi, konsultasi)
- treatment
- pendidikan pada pasien (tentang merawat diri, perilaku sehat, tujuan terapi,
pengawasan dan penggunaan obat).
- pengawasan dan tindak lanjut yang berhubungan dengan assessment tadi.
4. Pelayanan kefarmasian diharapkan dapat memberikan hasil terapi obat yang positif dan pasien
memperoleh keuntungan terapi obat yang maksimal dengan resiko yang minimal. Pertanyaan:
a. Apa sajakah hasil terapi obat itu (5 hasil)? Berikan satu contoh untuk tiap hasil
terapi yang diharapkan itu!
b. Pemberian obat pada pasien menjadi rasional bila pasien memperoleh
kebutuhannya yang berhubungan dengan terapi obat. Bila kebutuhan itu tidak
terpenuhi, maka problema terapi obat akan timbul. Sebutkan 5 kebutuhan pasien
tentang terapi obat dan 8 problem terapi obat yang timbul akibat kebutuhan pasien
yang berhubungan dengan terapi obat tidak terpenuhi. Berikan sekedar contoh-
contohnya!
JAWABAN:
a. 5 hasil terapi obat:
- menyembuhkan penyakit (cth: infeksi bakteri diobati dengan antibiotik, radang
diobati dengan anti inflamasi)
- menghilangkan atau mengurangi symptom (cth: rasa nyeri diatasi dengan analgetik,
demam diatasi dengan antipiretik)
- menghambat progresi/proses perkembangan penyakit (cth: pada pasien kanker)
- mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang tidak diinginkan (cth:
vaksin/imunisasi, fluoride untuk mencegah karies gigi, kontrasepsi)
- mendiagnosis penyakit (cth: untuk penyakit pada kelenjar tiroid dideteksi dengan
radioaktif iodine)
b. Jawaban sama dengan no. 6.
5. Pelayanan farmasi membutuhkan:
a. an expert knowledge of therapeutik.
b. A good understanding of diseases processes
- pasien telah memperoleh terapi yang diperlukan untuk indikasi penyakit yang belum
ditangani. (dilihat dari tanda dan gejala penyakit pasien yang belum diobati).
• 8 hal tentang drug therapy problem, contoh & pengatasan:
- Indikasi yang tidak diberi terapi. Pasien memerlukan terapi obat untuk indikasi
spesifik tetapi pasien tidak memperolehnya.
Contoh: terapi profilaksis sebelum operasi (dengan menggunakan antibiotik)
- Pemilihan obat yang tidak tepat. Obat yang diberikan pada pasien tidak efektif atau
toksik.
Contoh: penderita asma menggunakan asetosal. Asetosal akan memperparah asma.
Solusi: asetosal sebaiknya tidak digunakan, diganti dengan obat lain yang berefek
sama dengan asetosal atau jiak tetap menggunakan asetosal perlu dilakukan
monitoring.
- Dosis subterapi. Dosis yang diterima pasien terlalu kecil.
Contoh: perhitungan dosis keliru, frekuensi pemakaian tidak tepat, atau rute
penggunaan tidak tepat. Solusi: dilakukan penyesuaian dosis.
- Dosis berlebihan. Dosis yang diterima pasien terlalu besar.
Contoh: perhitungan dosis keliru, frekuensi pemakaian yang kurang tepat, atau
lama pemakaian tidak tepat. Solusi: dilakukan penyesuaian dosis.
- Pasien tidak memperoleh obat. Pasien tidak memperoleh obat atau tidak meminum
obat.
Berhubungan dengan kepatuhan pasien. Contoh: pasein memilih tidak memakai
obat karena efek terapi tidak terasa, contohnya pasien hipertensi.
Solusi : lakukan monitoring atau follow-up untuk melihat kepatuhan pasien, bisa
dilihat dari outcomes terapi setelah pemakaian obat.
- Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD). Pasien memperoleh suatu kondisi
sebagai akibat reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Contoh: parasetamol berefek hepatotoksik, untuk orang normal dengan dosis terapi
biasanya tidak bermasalah. Tetapi untuk orang yang kekurangan enzim tertentu
dalam hati atau alkoholik berat, akan beresiko terjadinya efek hepatotoksik.
- Interaksi obat. Problema medik dapat timbul sebagai hasil interaksi antara obat
dengan obat, makanan, nutrisi, minuman, penyakit, dan bahan dari lingkungan.
Contoh: Interaksi antibiotik dengan antasida, dimana penggunaan antasida akan
mengurangi absorpsi dari antibiotik. Solusi: Antasida diberikan sebelum antbiotik
dan diberi selang waktu minimal 2 jam.
- Pasien memperoleh obat tanpa ada indikasi. Pasien memperoleh obat tetapi pasien
itu tidak mempunyai indikasi valid bagi obat tersebut.
Contoh: anti histamin yang membuat mengantuk, sehingga diberi obat anti-
ngantuk. Seharusnya dicari anti histamin yang tidak membuat mengantuk.
7. Untuk memulai praktek pelayanan kefarmasiaan, anda telah diberi informasi tentang 14
pertanyaan menyangkut kesiapan apoteker menjalankan profesinya. Selain itu, anda diberi
informasi tentang 7 kebiasaan untuk menjadi apoteker yang efektif dalam melakukan
pelayanan kefarmasian. Pertanyaan:
a. Sebut dan beri keterangan 7 saja dari 14 pertanyaan di atas yang saudara anggap
lebih penting dari yang lainnya!
b. Sebut dan beri keterangan 4 kebiasaan untuk menjadi apoteker yang efektif dari 7
kebiasaan yang saudara anggap mempunyai peranan yang lebih besar dari lainnya
dalam rangka kesuksesan praktek pelayanan kefarmasian.
JAWABAN:
a. – apakah anda mempunyai keinginan besar tehadap pasien dan profesi anda?
Farmasis mempunyai komitmen 100% pada profesi dan pasien, keinginan kuat
untuk menolong orang lain dan membuat hubungan baik dengan rekan sejawat dan
sesama farmasis.
- apakah anda tahu siapa diri anda dan apakah anda mempunyai dukungan di tempat
anda?
Farmasis perlu memiliki dukungan pribadi dan profesional yang menjadi dasar
kepercayaan diri dan kekuatan baru. Diperlukan suatu jaringn untuk mendapatkan
dorongan dan mendiskusikan pendapat baru.
- dapatkah anda mengatakan pada orang lain apa yang anda lakukan?
Visi dan misi yang jelas dan dibutuhkan comunication skill dalam bahasa yang
mudah dimengerti oleh semua orang.
- apakah anda mempunyai keberanian untuk bertindak?
Mengubah visi dari profesi dan kesempatan untuk mewujudkan dalam dunia nyata
adalah sesuatu yang sulit dilakukan, kemauan saja tidak cukup harus ada
keberanian untuk bertindak.
- sudahkah anda belajar dari kesalahan?
Kesalahan adalah pengalaman yang berharga. Sukses datang dengan belajar dari
pengalaman.
- apakah anda melihat gelas kaca itu sebagai setengah kosong atau setengah penuh?
Farmasis harus menjadi pemikir yang independen yang melihat kesempatan dan
perubahan sebagai hal positif. Mereka harus optimis.
- maukah anda memulai dengan hal-hal kecil?
(Kasus dan jawabannya lebih lanjut bisa dilihat di PSC Pak Waldi tanggal 17
Oktober 2006 dan 14 November 2006)
6. V.C., a 30 year old woman, comes to the pharmacy with a prescription for nitrofurantoin
sustained release (macrobid) 100 mg BID for 7 days. The computer profile shows that the
only other medicine V.C. is taking is metronidazole (Flagyl) 500 mg BID for 7 days, which
she received 7 days prior. Both the same prescriptions were written by the same general
practitioner in the hospital’s medical clinic.
V.C. claims good compliance to the metronidazole, tidak ada efek samping dan dia berkata
bahwa vaginanya gatal. Tetapi sekarang dia mengalami panas ketika buang air kecil. 3 hari
yang lalu. V.C. datang ke dokter dengan keluhan utama mua dan muntah campuran kopi
dan darah.
Dia menyatakan bahwa dia biasanya pulih setelah dua hari ketika mual dan muntahnya
menjadi baikan setelah makan malam. Darah terlihat dimuntahannya ketika awal-awal
muntah dan she has continued to vomit intermittently since then to the point where she has
vomited “more times than she can count”.
V.C. juga menyatakan bahwa kemarin fesesnya menjdai kehitaman dan appear to be tarry.
Dia tidak memasukkan apapun ke mulutnya sejak mulai muntah-muntah dan sekarang dia
merasa pusing. Dia merasa demam, chills, sakit perut, diare.
Gejala infeksi saluran urinenya sudah membaik.
Riwayat pengobatannya:
’nervous stomach’ sejak kecil, kadang-kadang nyeri di dada ketika berbaring
setelah makan, didiagnosis endometriosis 2 tahun lalu, tidak ada riwayat pentakit tukak.
Pertanyaan:
Anda disarankan untuk melaksanakan PC dengan menggunakan PWDT atau pendekatan
SOAP untuk pasien V.C. Langkah demi langkah pendekatan PWDT atau SOAP
dikerjakan.
Jawaban:
----
10 Juni 2008
1. Bagaimana kondisi ideal yang harus tercipta lebih dulu agar tahapan-tahapan collaborative
working relationship dapat dilaksanakan oleh farmasis?
2. Bagaimana cara menghadapai (mengatasi) kendala utama pelaksanaan PC yang merupakan
tantangan diubah menjadi peluang?
3 Januari 2008
1. Seperti apakah persyaratan pokok yang harus dilakukan agar PC dapat diwujudkan dengan
benar?
Berilah penjelasan tentang tujuan utama masing-masaing yang akan dicapai saat
persyaratan pokok tersebut terlaksana.
1. Jika Anda selaku kepala IFRS, akan memulai melaksanakan praktik PC, bagaimana
langkah yang akan Anda lakukan untuk memulainya? (10)
2. Jelaskan kompetensi farmasis yang harus dipunyai untuk menerapkan PC! (10)
3. Jelaskan karakteristik PC dibanding sistem palayanan farmasi yang lain! (10)
1. Bagaimana pendapat Anda tentang identifikasi dan penanganan Drug Related Problem
(DRP) mampu menurunkan medication error?
Bagaimana upaya yang dilakukan di pelayanan farmasi untuk mengatasi DRP? (30)
2. Bagaimana menentukan strategi untuk memulai PC?
Fungsi-fungsi (farmasis) apa saja yag diperlukan dalam PC? Jelaskan masing-masing
fungsi tersebut. (40)
3. Jelaskan hubungan antara therapeutic cycle, drug management cycle dan dispensing dalam
pelaksanaan PC.
Berikan penjelasan dengan gambar. (30)
3 Januari 2008
1. Jika Anda kepala IFRS, akan memulai praktek PC, perlu melakukan perubahan secara
filosofi, organisasi dan fungsional. Jelaskan maksud penyataan tersebut ! (8)
2. Jelaskan fungsi-fungsi penunjang dalam PC? (6)
3. Jelaskan keunikan PC dibanding pelayanan farmasi sebelumnya? (6)
1. Jelaskan hubungan antara managing drug cycle, dispensing dan therapeutic cycle dalam
pelayana farmasi (penjelasan disertai gambar)! (25)
2. Jelaskan 7 (tujuh) elemen yang harus dilaksanakan farmasis dalam pelaksanaan PC? (30)
3. Seandainya Anda selaku kepala IFRS tipe C dengan kapasitas tempat tidur 300 TT, BOR
70%, serta pelayanan poliklinik untuk pasien rawat jalan. Pasien rawat jalan rata-rata tiap
hari 150 pasien. IFRS mempunyai 5 farmasis dan 12 AA. Anda mempunyai keinginan
yang kuat untuk melaksanakan PC. Jelaskan strategi yang Anda lakukan dalam memulai
PC di RS tersebut? (45)
3 Januari 2007
FARMAKOKINETIKA KLINIK
1. Infus IV
2. Infus berulang
3. (infus dan pe oral) combination
4. Pemberian sediaan oral berulang
5. Penetapan dosis
6. BA
7. Aplikasi farmakokinetika klinik
MFK |1
Time goes by yah guys...ternyata qt dah di ujung waktu (waktu retensi farmasi UGM dan
sekitarnya)…udah jadi angkatan bangkotan, tapi teteup gantengan dan cantikan…uda makan
asam, basa, garam, ion dan molekul di farmasi…he2…
Now it’s time to struggle …ayooo berjuang…di ujian trakir mahasiswa (amin, amin, amin…ga ada
yang replikasi ujian), so give your best…
Met belajar, doa duyu, biar cepet terdisolusi, terabsorbsi dan memberikan respon berupa nilai
A…he2…
Semangatttt…!!!
11 Januari 2007
1.Jelaskan cara pengadaan obat dan perbekalan farmasi lain dimulai dari perencanaan,
pemesanan sampai barang tersebut tersedia di apotek.
Jawab:
Perencanaan:
Dalam mengelola sediaan farmasi maupun perbekalan farmasi yang ada di apotek kita
harus melakukan perencanaan terlebih dahulu. Ada 4 metode perencanaan dalam
pengadaan (pembelian) barang di apotek yaitu:
a. Epidemiologi → perencanaan didasarkan pada penyebaran penyakit, wabah, atau
penyakit yang paling banyak diderita di daaerah itu. Bisa juga kita mencari
informasi di puskesmas tentang 10 besar penyakit yang paling sering diderita
warga sekitar.
b. Konsumsi → direncanakan berdasar pengeluaran barang periode sebelumnya, jadi
kita harus memantau obat apa yang paling banyak keluar di periode sebelumnya
dalam menentukan obat apa yang akan kita beli di periode sekarang ini. Sehingga
kita perlu melakukan pngelompokan barang menjadi 2 yaitu fast moving dan slow
moving.
c. Kombinasi epidemiologi dan konsumsi → direncanakan berdasarkan apa saja yang
banyak keluar dan epidemologi saat itu. Misal lagi musim hujan banyak yang
terserang flu, jadi kita menyediakan obat flu dalam jumlah besar.
d. JIT (Just In Time) → Jika sedang butuh, baru memesan atau membeli. Metode ini
dipilih terutama untuk obat yang jarang laku, hargnya mahal, dan keluarnya
sedikit.
Pemesanan:
→ Obat dipesan dari PBF dengan disertai SP (surat pesanan) yang ditandatangani oleh
apoteker sehingga ada tanggung jawab penuh terhadap obat yang akan dibeli.
Penerimaan:
→ Pengiriman barang disertai faktur (memuat nama PBF, tanggal, jenis dan jumlah
barang), kemudian dicocokkan/pengecekan (ED, keadaan fisik obat, sesuai dengan
permintaan jenis dan jumlah obat). Jika sesuai maka faktur ditandatangani Apoteker /AA
(nama terang, SK, cap apotek), dan faktur asli akan diperoleh jika sudah melunasi
pembayaran obat. Obat yang diperoleh dicatat di buku penerimaan/ED, menyangkut
nama PBF yang mengirim barang, harga barang, dan no.batch. No.batch penting karena
sewaktu-waktu BPOM bisa menarik obat tertentu dengan no.batch tertentu.
Penyimpanan
→ Penyimpanan obat dalam wadah asli (misal box, yang terdapat no.batch, keterangan
ED). Jika dipindahkan dari wadah aslinya perlu dicatat kembali nama obat, kapan ED nya,
dan no.batch.
Penataan perbekalan farmasi
1. Harus ditata secara sistematis agar tidak kesulitan dalam mencari.
2. Bahan baku → dipisahkan serbuk, cairan, dan ynag setengah padat, kemudian
disusun berdasarkan alfabetis.
3. Obat jadi lebih baik disusun berdasarkan bentuk sediaan lalu masing-masing
disusun berdasarkan alfabetis.
4. Almari khusus → terutama untuk golongan narkotika dan psikotropika harus
dipisah penyimpanannya dan dalam almari khusus.
5. Obat dengan persyaratan suhu dingin → simpan di almari es.
6. Obat generik → bisa juga dikelompokkan jadi 1 rak tersendiri.
7. Antibiotika → boleh dikelompokkan tersendiri.
8. Alat kesehatan → boleh dikelompokkan tersendiri.
2. Kemampuan apa yang dimiliki oleh APA yang juga sebagai manager di apotek agar
apotek dapat berjalan dengan efektif dan efisien? Terangkan!
Jawab:
a. Planning, dimulai saat akan mendirikan apotek, termasuk calon APA harus melakukan
survey lokasi, studi banding, penyusunan budget, kapan modal akan kembali, dsb.
b. Organizing, mampu memberikan job description kepada pegawai dan menempatkan
orang pada right place dan right time. Mampu mendelegasikan wewenang kepada
pegawai.
c. Actuating, melakukan program yang telah direncanakan. Mampu menggerakan setiap
orang supaya bekerja dengan senang hati bukan dengan keterpaksaan agar kondisi kerja
menyenangkan.
d. Controlling, melakukan pengawasan/evaluasi terhadap segala kegiatan yang dilakukan
di apotek.
Jawab:
Pengelolaan administrasi meliputi:
1. Kesekretariatan
• Surat menyurat
- buku agenda → mencatat keluar masuknya surat
- buku ekspedisi → mencatat pengiriman surat dan obat
- blanko surat (SP/surat pesanan)
- barang cetakan → kuitansi, nota, kopi resep, dll
•Pembuatan/pengiriman laporan
- Laporan penjualan harian (laporan ke dalam) → penjualan OWA,OTC,
resep
- Laporan narkotika, psikotropka,statistika resep (laporan keluar)
- Laporan tenaga kesehatan
2. Kepegawaian
Mencatat:
- biodata pegawai → nama, tempat tinggal dan tanggal lahir, alamat, pendidikan,
tahun lulus, besarnya gaji
- absensi pegawai → mencatat cuti yang telah diambil
3. Keuangan
• Buku kas
- uang masuk → penjualan tunai, kredit
- uang keluar → pembelian harian tunai, kredit (administrasi pembelian)
Pembelian kredit biasanya dilakukan dengan PBF dengan perjanjian
tertentu. Tapi untuk apotek yang baru berdiri, 3 bulan pertama pembelian
dengan PBF harus tunai.
• Buku pembelian/buku hutang
• Biaya operasional
- biaya operasional harian → fotokopi, pembelian bahan bakar, dll
- pengeluaran bulanan → rekening listrik, air, telefon, gaji pegawai,dll
- pengeluaran tahunan → sewa bangunan, pajak,dll
4. Penyimpanan/pergudangan
• Kartu stock : kartu yang mencatat stock obat atau bahan obat
Sebaiknya warna berbeda-beda untuk berbagai jenis obat (missal: merah
untuk narkotik, kuning untuk psikotropika, hijau untuk obat bebas)
• Kartu selling: kartu yang berfungsi untuk melacak berkurang atau
bertambahnya barang. Diletakkan di dekat bahan masing-masing, di
dalamnya memuat tanggal, nomor resep, sisa obat, dan paraf.
• Buku bon →a mbil barang di gudang
• Buku ED → mencatat tanggal ED setiap obat→mencatat tanggal ED setiap
obat, obat yang rusak
• Buku defecta → untuk mencatat berang/persediaan obat yang sudah
menipis
• Faktur → sebaiknya tiap PBF, mapnya tersendiri
• Berita acara pemusnahan→misalnya pemusnahan resep, obat yang sudah
rusak/ED
4.a. Seorang wajib pajak (WP) dalam tahun 2006 memperoleh onset eh, omzet di apotek
sebesar Rp.300.000.000,- WP tersebut berstatus kawin dan mempunyai 1 orang anak.
Hitunglah besarnya pajak PPh Ps 25 yang harus dibayar tiap bulan pada tahun 2007
Jawab:
Omzet = Rp 300.000.000,00
Penghasilan netto (20%) = Rp 60.000.000,00
PTKP (kawin dengan 1 anak) = Rp 15.600.000,00 -
Penghasilan kena pajak = Rp 44.400.000,00
PTKP:
Untuk WP sendiri Rp. 13.200.000,00
Untuk status nikahnya Rp. 1.200.000,00
Untuk status anak satu Rp. 1.200.000,00 +
Rp. 15.600.000,00
PPh terhutang :
5% dari Rp. 25.000.000,00 adalah Rp. 1.250.000,00
10% dari Rp 19.400.000,00 adalah Rp. 1.940.000,00
Rp. 3.150.000,00
Mr. Satibi
1. Apotek X mempunyai aset perbekalan farmasi: obat, alat kesehatan, obat alami, dan
kosmetik serta mempunyai tenaga farmasis 2, AA 3 dan tenaga non farmasi 3. Apotek
ini telah terdiversifikasi dengan dibukanya mini market serta beberapa praktek dokter.
Resep yang diperoleh tiap hari rata-rata 40 lembar dan self medication 50 px. Farmasis
mengupayakan adanya sistem pengendalian serta TQM bisa dilaksanakan:
a. Sistem pengendalian apa saja yang diperlukan?
b. Alat yang diperlukan
c. Bagaimana TQM bisa dilaksanakan?
Jawab:
a. Sistem pengendalian yang diperlukan:
- Pengendalian barang :
• Pengendalian barang regular : cek stock, pengendalian harga,
pengendalian barang macet, dan pengendalian barang kadaluarsa
3. Seandainya anda bekerja di apotek, buat strategi map apotek dengan pendekatan balanced
scorecard (kondisi apotek diasumsikan seperti soal nomor 1)!
Jawab:
Strategic map: dipandu oleh visi dan misi apotek
Finansial :
Meningkatnya TOR, ROI dan Net Profit margin
Proses bisnis
internal: Zero defect PIO Dispensing Efisiensi Ketersediaan
time operasional obat
menurun
Kompetensi bagus
1. Di dalam pelayanan obat yang termasuk golongan OWA apa yang harus
dilakukan oleh Apt, terangkan dengan contohnya untuk pemberian obat
oral kontrasepsi?
Jawab:
Yang dilakukan apoteker dalam pelayanan OWA:
a. pelayanan OWA harus memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis
obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan
(berapa tablet, tube atau botol)
b. apoteker harus membuat catatan pasien dan obat yang diserahkan
(tanggal, jenis obat, jumlah, nama dan alamat pasien,keluhan)
c. apoteker harus memberikan informasi : dosis, aturan pakai,
kontraindikasi, efek samping,dll)
Contoh pada obat oral kontrasepsi:
a. pemberian pertama kali harus menggunakan resep dokter (melalui
dokter dulu)
b. pemberian ke-2 sampai ke-5 bisa langsung ke apotek., pemberian ke-
6 harus ke dokter dulu (menggunakan resep dokter), maksimal 1
bulan 1 strip
Jawab:
Pengelolaan SDM sesuai standard pelayanan kefarmasian:
Apoteker harus menguasai 4 fungsi managemen: planning, organizing,
actuating, controlling.
Permenkes 1027, ttg pengelolaan SDM: apotek dikelola oleh apoteker yang
professional, yaitu:
a. mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik.
b. Mampu mengambil keputusan yang tepat
c. Mampu berkomunikasi antar profesi terutama profesi kesehatan misal:
dokter
d. Leadership
e. Dapat mengelola SDM scr efektif , harus mampu berencana :berapa
pegawai yang dibutuhkan, dll
f. Selalu belajar (long-life learner), belajar terus,,,sampe tuaaa,,,,
g. Memberi pendidikan dan peluang untuk memberi pengetahuan pada
pegawai.
Pengelolaan SDM:
a. Struktur organisasi harus jelas, garis koordinasi dan
pertanggungjawaban harus jelas.
b. Job description harus jelas, sesuai dengan bidang, berguna untuk
mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenang. Penempatan
berdasarkan pengetahuan, bakat, dan keterampilan.
Jawab:
a. cara penyimpanan obat agar memenuhi standar pelayanan kefarmasian
di apotek:
1. dalam wadah asli, jika dipindah, maka dicantumkan nama obat, no.
batch, dan ED yang jelas.
2. kondisi sesuai, layak, dan menjamin kestabilan obat supaya tidak cepat
rusak.
Agar tercapai tujuan penyimpanan, yt aman, tidak mudah rusak, dan
mudah diawasi dapat dicapai.
Gudang obat harus memenuhi persyaratan :
1. ruang tersendiri
2. cukup aman, kuat, dapat dikunci
3. tidak terkena sinar matahari langsung
4. kering, tidak lembab
5. bersih
6. tersedia rak yang cukup
7. dilengkapi alat pemadam kebakaran
Untuk penataan perbekalan farmasi, dapat disusun secara sistematis :
1. bahan baku: dipisahkan serbuk, cairan setengah padat, dll
berdasarkan alphabet
2. obat jadi: berdasarkan sediaan, alphabet, efek farmakologi, pabrik,
dll.
b. cara pengelolaan obat gol narkotika dan psikotropika yang sudah
rusak/ED di apotek:
Barang yang ED/rusak harus disisihkan, kemudian ditukar atau
dimusnahkan. Untuk melakiukan pemusnahan:
• kadaluarsa
• tidak memenuhi standard persyaratan untuk digunakan di pelayanan
kesehatan atau pengembangan ilmu pengetahuan
• berkaitan dengan tinfdak pidana
Jawab:
a. pajak yang harus dibayar adalah PPh pasal 23, (ayoo, diinget-inget,
nurut pasal 23, untuk apotek yang bentuknya badan dikenai pajak lagi
sebesar 15% dari dividen atau keuntungan), dan besarnya adalah 15%
dari keuntungan, jadi di kasus ini besarnya = 15% x 30.000.000 = Rp.
4.500.000,
Tapi ada juga yang harus diperhatikan ma temen-temen…pajak yang
dibayar untuk tahun 2007 totalnya 12x300.000 = 3.600.000, berarti
total keuntungan tahun 2006 adalah Rp. 36.000.000 soalnya pajak
terutangnya kan 10% dari keuntungan. Nah, ternyata keuntungan taun
2006 > tahun 2007. kalau seumpama keuntungan tahun 2007> tahun
2006, maka badan tersebut masih harus membayar PPh pasal 29, yaitu
pembayaran pajak kurang bayar pada akhir tahun.
b. laba = Rp. 30.000.000
PPh terutang = 10% x Rp. 30.000.000 = Rp. 3.000.000
PPh pasal 25 (angsuran) = 1/12 x 3.000.000 = 250.000
c. yang masih harus dibayar adalah PPh pasal 23, keterangannya idem
point a yaah,,,
1. Aspek apa saja yang perlu dianalisis pada studi kelayakan pendirian suatu
apotek. Jelaskan!
Jawab :
Aspek yang perlu dianalisis pada studi kelayakan pendirian suatu apotek
adalah :
a. aspek manajemen
meliputi apakah apotek yang akan didirikan merupakan perorangan
atau badan usaha, dan apakah merupakan cabang dari apotek lain,
karena hal ini akan menentukan dalam hal distribusi obat
b. aspek teknis
Jawab :
a. Pengelolaan sumber daya sarana dan prasarana agar memenuhi
standar pelayanan kefarmasian di apotek menurut Kepmenkes
1027/2004 adalah :
1. Pelayanan produk farmasi harus terpisah dari aktivitas yang
lain untuk menjaga kualitas obat dan sediaan farmasi
2. Kualitas merupakan salah satu syarat prasarana apoteker
karena ada obat-obat tertentu yang butuh penyimpanan
khusus
Syarat ruang dan perlengkapan apotek minimal harus ada :
1. Ruang tunggu nyaman, misalnya dipasang AC, TV, dll
2. Tempat display informasi bagi pasien
3. Ruang tertutup untuk konseling (meja, kursi, dan lemari untuk
menyimpan catatan medikasi pasien)
4. Ruang racikan
5. Keranjang sampah
Perabotan harus tertata rapi
Rak penyimpanan obat dan barang lain harus rapi, terlindung dari
debu, serta kelembaban dan cahaya yang berlebihan
Kondisi ruang (Temperatur diperhatikan)
Cahaya tidak boleh langsung mengenai obat, kelebaban tidak
boleh tinggi karena bisa mengakibatkan kerusakan obat
b. Obat oral kontrasepsi adalah merupakan obat yang termasuk
golongan OWA, sehingga jika seorang pasien menginginkan obat oral
kontrasepsi maka kewajiban yang harus dilakukan apoteker di
apotek dalam melayani pasien dengan OWA adalah:
1. memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat setiap pasien
yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan (seperti berapa
tabet, tube, maupun botol)
3. Seorang pasien Ny. Andi datang ke Apotek membawa copy resep untuk
membeli sisa obat yang belum diambil
Apotek “FARMASET”
Jl. Malioboro 100
Telp. (0274) 562675
Yogyakarta
COPY RESEP
R/ Aminophyllin mg 150
Efedrin HCl
Phenobarb aa mg 25
Prednison mg 5
GG mg 50
m.f. pulv dtd No. XV
da in caps
s p r n caps I
det 7
pcc
Berapa harga yang harus dibayar oleh Ny. Andi apabila diketahui :
HNA (belum termasuk PPN) Aminophyllin Rp. 100,-/tab
Efedrin HCl Rp. 50,-/tab
Phenobarb 100mg Rp. 75,-/tab
Prednison Rp. 100,-/tab
GG 100 mg Rp. 75,-/tab
Kapsul HJA Rp. 100,-/kap
Indeks 1,25
Jawab :
Dari soal diketahui bahwa :
Jumlah total obat (kapsul) yang harus diberikan adalah 15
Jumlah obat (kapsul) yang telah diberikan adalah 7
Sisa obat (kapsul) yang belum diambil adalah 8
e. GG
Jumlah GG yang dibutuhkan dalam resep : 50 mg x 8 kapsul = 400
mg
Tablet GG yang tersedia : 100 mg
Jumlah tablet GG yang digunakan : 400 mg : 100 mg = 4 tablet
Satibi
Selasa 24 Juni 2008
!!Jawablah soal bapaknya dengan singkat, jelas dan tulisan mudah dibaca…
Jawab:
Dalam BSC terdapat 4 perspektif yaitu learning and growth, internal business process,
customer dan financial. Ke empat perspektif tersebut saling terkait.
Intinya tuh bagan ini:
Keuangan
Loyalitas pelanggan
Pelanggan
lebih baik akan menghasilkan pelayanan yang bermutu dan akan memberkan customer
satisfaction, membentuk loyalitas konsumen. Pada akhirnya hal ini dapat meningkatkan
keuangan, yang dapat dilihat dari ROI dan penjualannya naik.
a. perspektif customer
O : Peningkatan kepuasan konsumen
M : kuesioner yang berisi penilaian tentang kecepatan pelayanan, cara pelayanan, packaging,
counseling, kemudahan akses, kenyamanan ruang tunggu, kebersihan.
T : 90% konsumen menyatakan puas
I:
• Menyediakan leflet, brosur dan menambah jam buka apotek
• Mengubah interior, ruang tunggu yang nyaman
• Melengkapi alat
• Membuat packaging yang menarik, berlogo dan etiket jelas dan informative.
• Parker luas dan gratis
• Kotak kritik dan saran
• Member card (pemberian diskon , ngasi gift kaya kalender atau suvenir lain, misalnya
gantungan kunci dari rangkaian tablet dan kapsul, he2,,,
b. Perspektif keuangan
O : meningkatkan nilai ROI, mengelola persediaan obat
M:
2. Apotek adalah bisnis yang terfragmentasi, bagaimana strategi yang dilakukan untuk apotek
yang terfragmentasi? (Waktu kuliyah, pa satibi sering banget loh bahas tentang apotek, sang
bisnis terfragmentasi!!!)
Bisnis terfragmentasi means bisnis yang pasarnya sempit dalam satu daerah tertentu, sehingga
strategi bisnis terfragmen misalnya membuat cabang di tempat yang baru, sehingga tercipta
segmen pasar baru.
3. Dari hasil stock opname Apotek “Kompeten Sehat” pada akhir tahun2006 sebesar Rp.
50.500.000,00. Sepanjang tahun 2007 apotek ini melakukan pembelian obat dan alkes sebesar
Rp. 800.500.000,00 dan pada akhir tahun 2007, hasil stock opname yang dilakukan sebesar
Rp. 45.500.000,00.
a. Berapa harga Harga Pokok Penjualan (HPP)?
b. Berapa nilai TOR? Bagaimana pengendalian yang dilakukan dan upaya untuk
meningkatkan/ mempertahankan TOR?
(officially, pas kuliyah profesi qta ga bener-bener dikualiahin lagi tentang analisis keuangan,
tapiiii…bapaknya eman sempet member wejangan ke kita bwt belajar juga tentang analisis
keuangan,,,sooo,,,tak ada salahnya dijawab yahhh,,,)
a. HPP= (persediaan awal+pembelian bersih)-persediaan akhir
= (50.500.000+800.500.000)-45.500.000
= 805.500.000,00
b.
= 805.500.000
(50.500.000 + 45.500.000)/2
= 805.500.000
48.000.000
= 16,78 kali/tahun = 17 kali/ tahun
Cara meningkatkan/ mempertahankan TOR yaiu meningkatkan penjualan, mengurangi obat-
obat slow moving, menigkatkan obat-obat fast moving
Nilai x % adalah
PKP Tarif pajak (%)
s/d 25 juta 5
> 25 juta-50 juta 10
> 50 juta-100 juta 15
>100 juta-200 juta 25
> 200 juta 35
2. Badan
X % adalah....
b. HJA
HJA = {(HNA+PPN) x indeks x Jumlah obat}+ Pengemas+ servis
PPN tuh biasanya dipake 10%, indeks untuk obat dengan resep 1,25-1,3, obat
bebas 1,1
Fyuhh, selese juga niy... Semoga bermanfaat.. Kalo ada yang kurang jelas bisa langsung
menghubungi dokter, eh salah...menghubungi d’ powerfive girl (Husna, Anik, Endut, Achie,
Mitha)...=). Kalo seumpama jawaban di sini dianggap kepanjangan, ya boleh disingkat sendiri,
kalo kependekan ya boleh mengarang indah sendiri, pokonya lege artis lah...
Ada sedikit tips hasil berguru sama kakak angkatan...point yang langganan keluar tuh...
• Studi kelayakan
• Itung2 harga resep racikan
• Teori-teori pajak
• Peraturan pemerintah + kepmenkes
• Balance scorecard
• Strategi manajemen
Huff, koq kayanya almost smua bahan keluar yah...Hiks...Ya udin lah gpp, tetep sehat, teteup
semangat, , biar bisa berjaya di ujian ini...Last, kalo ada kekurangan mohon dimaapkan, kalo ada
kelebihan mbok ya disusuk’i!!!!
Sukses 4 all of u guys... tetep kompak PST walo udah kesebar dari Sabang sampai meruke
CATATAN KULIAH
MANAJEMEN PRODUKSI
Referensi:
1. “Operations Management “ Roger G Schroeder, McGraw-Hill International Edition,
Third Edition
2. “Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi“ T. Hani Handoko, BPFE Yogyakarta
3. “Manajemen Produksi“ Sukanto Reksohadiprodjo, BPFE Yogyakarta
4. “Pengendalian Produksi“ , Agus Ahyari , BPFE Yogyakarta
5. “Mark Plus on Strategy“ Hermawan Kertajaya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sebelum materi dimulai, saya mau cerita dulu nih deskripsi suasana kuliah MANPRO yang
dirapel jadi 2 hari dari jam 8.00 – 16.00. Buset..puyeng gak tuh !!!
Sabtu, jam sudah menunjukkan pukul 08.30. Ruangan rame bgt, ya iyalah kan ini kuliah bareng
anak FBA. Sekitar ada 100 mahasiswa berada di ruang VIII. Tapi ternyata viewer-nya jelek,
pindahlah kita semua ke ruang VI.
“Ketua kelasnya mana nih?” kelas hening. Kok gak ad yang angkat tangan. Baru deh aku dan
Aryo angkat tangan. Pak Purwadi agak gimana gitu, kok kalian keep quite bgt. Jangan keep
quite, Anda harus “berani tampil”. Tampilkan your idea, inovation, creativity. Kayak Singapura
itu lho, negara yang kreatif dan penuh inovasi. Alhasil, semua perusahaan dunia yang keren2,
pasti punya kantor perwakilan di negeri jiran ini.
“Tau gak, bentar lagi kalian akan menjadi Farmasis. Sekarang zaman serba sulit. Serba krisis
yang mendunia. Keadaan ini berbeda dengan 2 bulan yang lalau. Sekarang BBM naik, terjadi
krisis global, 1 US $ = Rp 12.000,- (terendah sejak tahun 1991). Bahkan, negara Pakistan sudah
memulai krisisnya dengan inflasi sebesar 30%. Bagaimana dengan Indonesia? Ya kita juga baru
memulainya, walau pemerintah mengklaim kita gak ter-imbas dengan krisis global, tapi
faktanya? Tunggu aja waktunya akan segera tiba. Hiiiiiiiiii.........serem. Btw, ttg INFLASI akan
dijelaskan lebih dalam di bagian belakang. OK, sabar ya ..
Cerita menarik pertama tentang USA; sebuah negara adidaya yang kuat, kok bisa krisis ya? Jadi
begini ceritanya (at a glance): pada zaman pemerintahan Bush, dia punya target yaitu
pertumbuhan ekonomi yang sepesat-pesatnya. Caranya yaitu dengan memberikan kredit
rumah dengan mudah. Perbankan dengan mudahnya memberikan kredit. Harapannya dengan
cara ini, ........................
Tapi ternyata, tidak sesuai harapan. Sistem ini tidak berjalan dengan baik (sub-prime/busuk).
Apa dampak krisis dengan indstri farmasi? Berpengaruh pada harga. Dulu 1 kg parasetamol 3
dollar, tapi 1 dollar harganya masih Rp 10.000, sekarang 12.000 maka terjadi kenaikan bahan
baku sebesar 30%. Padahal kita ngimpor.
BANK adalah perusahaan yang bekerja denga prissip kehati-hatian (frudent) dalam
menyalurkan kredit. Kalau berikan kredit rumah 100 juta, agunan harus lebih besar, misal 2
kalinya yaitu 2000 juta.
Amerika mengalami bubble economy atau kayak balon, yaitu suatu titik tertentu jika tumbuh
berkambang dengan pesatnya maka bisa pecah. Dari kejadian ini, bisa diambil kesimupulan
bahwa sistem LIBERALISME terbukti tidak kuat.
Irfan bertanya: “Bahan baku naik 30%, pekerja minta naik gaji. Dalam kondisi sulit seperti itu,
apa yang harus dilakukan?”
Jawabnya adalah seperti lagunya Celendion: the power of .......... (bukan love tapi
simplification).
Tingkatkan efisensi dan produktivitas.
Added value = nilai tambah, bagaimana cara meningkatkan added value?
Kapan perusahan menikmati added value? Terjadi transaksi penjualan. Added value diperoleh
selesai proses transformasi dinikmati dalam bentuk keuntungan/dll transaksi
penjualan P&L statement.
Itu baru pembuka, sekarang batu kita menginjak slide kedua Pak Purwadi tentang ekonomi
makro dan mikro. Apakah itu?
Mikro ekonomi adalah pelaku bisnis yang menjalankan ushaa secara riil, unit-unit ekonomi
yang bisa dilihat secara fisiknya. Misal gedung atau unit usaha. Dalam hal ini, perusahaaan
farmasi, garment, dan perusahaan lain adalah termasuk mikro ekonomi.
Makro ekonomi adalah kondisi lingkungan yang mampu mendukung usaha ekonomi untuk
tumbuh dan berkembang. Secara fisik, makro ekonomi tidak terlihat, namun ada indikator-
indikatornya. Makro ekonomi tidak bisa berdiri sendiri, sangat berhubungan dengan negara
lain.
Mikro dan makro ekonomi sangat berhubungan erat. Bagaimanakah hubungannya? Saya mulai
cerita ini dengan konsep “TUMBUH dan BERKEMBANG”.
Setiap industri bisnis harus tumbuh dan berkembang agar dapat menjalankan aktivitas bisnis
terus-menerus. Selain itu, perusahaan juga ingin mensejahterakan karyawannya. Hal ini
disadari karena unit bisnis tidak bisa berjalan sendiri, dia perlu karyawan untuk bisa survivie. Di
sisi lain, biaya produksi dan biaya pegawai meningkat tiap waktu. Berarti perusahaan harus
bisa survivie dalam kondisi sulit tersebut. Jadi apa yang dilakukan? Diperlukan adanya general
understanding. Karyawan juga harus diberi pemahaman bahwa kita harus sama-sama bisa
survive. Karyawan tetap bisa memberikan nafkah kepada keluarganya, perusahaan tetap bisa
menjalankan usaha bisnisnya.
Lalu apakah peran farmasis? Anda akan involve dalam manajemen tersebut. Peran Anda
adalah secara ikhlas untuk berkontribusi demi kemajuan perusahaaan dan bekerja dalam
kondisi maksimal. Tujuannya, supaya bisa sama-sama survivie. Bekerja adalah amanah atau
tanggung jawab yang harus dijaga sebaik-baiknya. Bahkan dalam Islam dikatakan bekerja,
memberikan nafkah adalah ibadah. Dengan demikian akan muncul semangat baru dalam
bekerja. Dan farmasis UGM adalah extraordinary person, orang yang luar biasa. Camkan itu !!
Perusahaan untuk tumbuh dan berkembang perlu stimulus. Stimulus itu berupa kondisi dan
lingkungan yang sehat. Apakah itu? Jawabnya adalah makro ekonomi. Makro ekonomi ada
ditengah-tengah kita. Indikator dari makro ekonomi meliputi:
1. Kebijaksanaan fiskal/moneter
2. Exchange rate
3. Interest rate
4. Employment >< unemployment
5. Poverty
6. Inflation
7. Economy growth
8. GNP/GDP
9. Income per capita
Jadi ada hubungan antara makro-mikro ekonomi, yang bisa menimbulkan multiplier effects.
Ceritanya nasib karyawan yang penghasilannya naik, uang saku anaknya naik, terus beli bakso.
Pedagang bakso dagangannya laris, uang saku anak pedagang bakso naik, terus kuliah, beli
bakso lagi,das..dst..sehingga pedagang bakso sejahtera.
Penting !!
Kalau inflasi rendah, maka bunga bank juga rendah, sehingga bunga kredit juga rendah.
Dengan demikian kredit mudah tersalurkan, bisa buat usaha. Ini menimbulkan multiplier
effects (seperti kartu domino). Dalam kondisi inflasi yang rendah:
- perusahaan bisa tumbuh dan berkembang, bisa rekrut pegawai baru (membuka
lapangan pekerjaan baru)
- orang bisa spending money lebih besar
- perusahaan bisa melakukan ekspansi.
Setiap 1% pertumbuhan ekonomi artinya menyerap 300,000 tenaga kerja (TK) baru. Di tahun
2008, yang tersedia hanya 1,5 juta lapangan pekerjaan baru. Faktanya Indonesia akan muncul
TK baru 2 juta/tahun.
Setiap tahun akan muncul 2,000,000 TK baru. Aliasnya jumlah pengangguran di Indonesia
sebesar 500,000an per tahun.
Biar lapangan kerja banyak, cara utama untuk menjaga pertumbuhan adalah dengan
meningkatkan investasi mengundang investor baru. Investor yang yang sektornya padat
tenaga kerja, contoh agribisnis atau industri tekstil. Industri tekstil merupakan industri yang
banyak meyerap tenaga kerja, namun rawan terhadap kenaikan biaya produksi.
Pada zaman orde baru dulu, presiden Soeharto bisa mengendalikan ekonomi
denganbaik. Tapi di Indonesia, ekonomi sangat depengaruhi oleh kondisi politik, dimana kalau
kondisi politik stabik maka orang bisa berdang dengan tenang, akibatnya pertumbuhan
ekonomi membaik. Pada saat itu, kondisi ekonomi ditopang oleh konglomerat. Tapi,
konglomerat huga tidak hidup sendiri, ada stake hollder sebagi pelaku ekonominya seperti
ppegawai dsb. So, pelaku-pelaku ekonomi juga jadi ikut-ikutan makmur. Ini yang disebut
trickle-down effect atau yang disebut efek menetes ke bawah, dimana suatu perusahaan yang
tumbuh da berkembang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan lainnya untuk ikut
tumbuh dan berkembang, ujung-ujungnya semua warga di NKRI makmur deh.
Setiap Conglomerate------mempunyai bank ------ property building ---- business over heated.
Tapi, ada namanya ersat konglomerat (konglomerat jadi-jadian) yaitu konglomerat yang
tumbuh berkembang bukan karea adnya free competition tapi karena adanya monopoli dan
pemberian fasilitas. Ini berbeda dengan pengusaha rokok yang disebut genuine konglomerat
atau exact konglomerat, yang memulai dari bawah, dari 1 rupiah, 10, 100, 1000, juta, M, T
sehingga kuat.
Semua konglomerat punya bank, karena untuk bikin bank murah banget. Cuma perlu uang
sekitar 50 M bermunculan bank-bank seperi Bank Pratami, Bank Yudo, dll. Terus, para
konglomerat pada berlomba-lomba bikin tower building yang keren-keren gitu dimana uang
buat bangun tower ngutang dari bank-nya sendiri. Nah, waktu dulu tower-nya gak laku disewa,
lha wong banyak bener yang bikin. Tower belium bisa menghasilkan revenue, padahal yang
minjam duit adalah pemilik bank itu sendiri, gak pake agunan lagi. Lalu apakah yang terjadi?
Pada suatu hari ada nasabah sebut saja di Bank Pratami, nasabah mau transfer uangnya di
bank tsb ke bank yang lain. Tapi kok gak bisa-bisa. Namanya kalah kliring, yaitu orang yang
punya uang di bank gak bisa ngambil uangnya sendiri. Ya iya gak ada duit, duit nasabah kan
dipake buat bikin tower ma empu-nya bank.
Nah, belum selesai ceritanya. Ternyata nasabah yag lain pada denger, maka beramai-ramailah
nasabah yang lain pergi ke bank untuk ngambil duitnya. Finally, bank bangkrut deh. Padahal
bank kan bekerja berdasar atas kepercayaan. Prinsip dasar: pemberian kredit harus berhati-
hati.
1. Apakah dia mampu membayar?
2. Apakah ada agunan atau jaminan yang cukup?
Jika dalam sehari semua nasabah pada ngambil duitnya, bank telah mengalami krisis
kepercayaan dan bangkrutlah seketika. Hubungannya, kalau bank bangkrut maka negara juga
bisa bangkrut, karena transaksi jarang sekali yang pakai cash.
Inilah yang terjadi pada tahun 1997 silam.
Setelah bangkrut Indonesia minta bantuan ma IMF. Sehingga didengarlah woro-woro dari
pemerintah bahwa semua uang nasabah di bank gak bakalan ilang. Terusm pemerintah pinter,
dikasihlah bunga yang tinggi, sampai 50% per tahun. Padahal kan gak ada uang di bank, ya
supaya uang yang di bank gak ditarik. Dan akhirnya bank-bank tersebut dikasih BLBI ma
pemerintah (yang berujung banyak kasus BLBI hingga sekarang, 2008-red).
ad 2. Exchange rate
Exchange rate adalah nilai tukar mata uang tertentu (kita) terhadap mata uang
asing/stable/hard currency = $, Y, DM, Euro >< soft currency/unstable. Ngapain kita mengurusi
dollar? Karena dollar adalah mata uang yang stabil, dan transaki ekspor-impor, kebanyakan
memakai dollar.
ad 1. Kebijakan fiskal
ad 8. GNP/GDP dan ad 9. Income per capita
Planning, bicara masa depan, tapi kudu inget masa lalu. Jadi bagusnya ada data based.
Seoang farmasis muda harus tampil beda. Beda yang baik tentunya, punya pemikiran-
pemikiran kreatif. Misal ketika di produksi membuat databased.
2. Organizing
Supaya bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Orang sukses biasanya malah cerewet.
Mengapa? Katrena ada follow-up. Ditegor sekali, belum buk. Ditegur kedua kali, lebih
keras, belum bu!! Dengan follow-up, kita bisa tau sampai di tahap mana, proses senag
berlangsung.
3. Actuating
Jalankan komitmen dan rencana Anda.
4. Controlling
Harus ada evaluasi. Apakah adapenyiumpangan? On target gak?
Gunanya utuk melakukan ..........
Penyimpanagn ada, dan itu wajar, tapi sipanganya jangan teralu jauh . ini baru hebat.
IPC = in process control..
1. Merger process
2. Acquisition process
- mutual benefits , win-win solution
- hostile acquisition
3. Co-marketing
4. Strategic alliance
5. Products License
6. Network rationalization
7. Operational Excellence
8. New products discovery
1. Merger process
Diperlukan dana atau modal yang sangat besar untuk penemuan obat baru/drug discovery :
NCE (new chemical entity), NBE (new biological entity), juga waktu yang lama (5-20 tahun)
15% total revenue 3 billion GBP/th, 1 GBP= 17800 IDR ) = 53 triliun IDR/th atau = 2 kali
konsumsi obat nasional.
GlaxoSmithKline (GSK) sebagai perusahaan farmasi terbesar kedua di dunia lahir melalui perjalanan
sejarah yang sangat panjang. Pabrik GSK di Indonesia dibangun pada awal tahun 1990 di Pulogadung,
selesai pada tahun 1992, dan diresmikan pada tahun 1994 oleh Menteri Kesehatan Prof. Dr. Sujudi. GSK
merupakan perusahaan yang berdiri dari hasil merger antara Glaxo Wellcome dan SmithKline Beecham.
Merger antara Glaxo Wellcome dan SmithKline Beecham terjadi pada tanggal 27 Desember 2000
menjadi GlaxoSmithKline yang mempunyai kantor pusat di London, Inggris dan cabang-cabangnya telah
tersebar di berbagai negara. Cabang-cabang GlaxoSmithKline ini dikoordinasikan dalam beberapa
kawasan yaitu kawasan Asia Pasifik, Eropa Utara, Eropa Tengah, Eropa Selatan, Amerika Utara dan
Amerika Latin. Penyediaan atau supply produk GlaxoSmithKline ke pasar dikoordinasikan oleh sebuah
unit bisnis yang bernama Global Supply Network (GSN). Merger kedua perusahaan tersebut dilakukan
untuk melakukan sinergi operasi dan sekaligus efisiensi biaya riset dan pengembangan sehingga
GlaxoSmithKline mempunyai kemampuan yang lebih kuat untuk berkompetisi dengan perusahaan-
perusahaan farmasi lain. Walaupun demikian baik SmithKline Beechem maupun Glaxo Welcome sendiri
memiliki sejarah panjang sehingga menjadi perusahaan multinasional seperti sekarang ini.
SmithKline Beecham berawal dari rumah grosir obat terbesar di Philadelphia pada tahun 1890 yaitu
Smith Kline & Company. Perusahaan ini kemudian melakukan merger dengan beberapa perusahaan lain
dan dengan ditemukannya obat syaraf “Eskay’s Neurophosphates”, kapsul lepas lambat, obat cold dan
flu, dan obat tukak lambung (Tagamet) menjadikan Smith Kline & Company semakin berkembang. Pada
tanggal 26 Juli 1989, SmithKline & Co. kemudian bergabung dengan Beecham yang menjadi besar
karena akuisisi. Pendirian laboratorium riset (Beecham Research Laboratories) menghasilkan penemuan
antibiotik Amoxicilin dan Augmentin untuk mengatasi resistensinya. Hasil merger SmithKline & Co.
dengan Beecham Group menghasilkan perusahaan dengan nama SmithKline Beecham, kemudian pada
tahun 1994 SmithKline Beecham mengakuisisi Sterling Health.
Sementara Glaxo Wellcome sendiri terbentuk dari merger 2 perusahaan besar yaitu Glaxo dan
Burroughs Wellcome. Glaxo berawal dari usaha produksi susu dan mentega yang berkembang dengan
ditemukannya Streptomycin dan Vitamin B12. Sementara pada tahun 1880 terbentuk Burroughs
Wellcome yang kemudian terkenal dengan produk Digoxin dan Polymixin. Tahun 1995 Glaxo dan
Burroughs Wellcome merger menjadi Glaxo Wellcome.
Di Indonesia, GSK terdiri dari tiga badan hukum, yaitu PT. Glaxo Wellcome Indonesia yang bertempat di
Pulogadung, PT. Sterling Products Indonesia, dan PT. SmithKline Beecham Pharmaceuticals yang
bertempat di Cimanggis.
Ciri-ciri merger:
1. Menggunakan nama baru, bisa gabungan dari naba depan masing-masing perusahaan.
Contoh: GSK.
2. Hiang dua-duanya, pakai nama yang baru. Conroh: Novartis, merger daei Sansoz dan
Chiba. Juga Ruchel + ................ = Aventis.
Drug discovery:
Sekarang era-nya biotek enginering, duu adaah molecularly engineering. Contoh produk biotek
adalah vaksin, dan ternyata produk biotek memerlukan waktu yang lebih cepat yakni 5 tahun
saja untuk menemukannya, sedangkan molekularly bisa sampai 20 tahunan (lebioh lama).
Kalau saham banyak yang beli, maka harga saham akan naik. Banyak yang beli berarti
prospeknya baik, semakin banyak produk yang dikeluarkan.
Perusahaan unggulan/blue chips, sahamnya selalu naik. Misal sat ini adalah perusahaan
telekomunikasi seperti Telkomsel, Telkom, dan Indosat.
1. dividen / SHU/ EPS (earning per share)---- kalau untung. Yaitu keuntungan perusahaan
yang dibayarka tiap tahun.
2. Profit gain yaitu keuntungan jika orang membeli saham perusahaan dan menjualnya
lagi, so harganya lebih mahal.
Paling mudah sih didepositokan. Atau buat beli tanah atau rumah (tiap tahun kan harganya
naik), tapi jangan buat beli motor atau mobil (nilainya tiap tahun bakal turun), dan yang
terakhir beli saham di stock market (pasar modal).
Mengapa orang beli saham? Karena bisa menerima dividen yang ebih besar, dibanding bunga
bank.
2. Akuisisi/ acquire
Akuisisi bisa dartika membeli. Ada 2 macam akuisisi yaitu yang win-
win solution dan hostile acquitition. Contoh terkenal: Pfizer
mengakuisisi WLPD (Warner Lambert Parke Davis), gara-gara Lipitor
(penurun kolesterol yang terlaris di dunia = block buster), dimana
Pfizer kemudian melakukan tuntutan hukum. Tapi si WLPD ingkar janji. Pfizer gak mau nunggu,
gak sabar, akhirya saham WLPD dibeli ma Pfizer (lalu menguasai 51% dari 70% yang tadinya
mllik berbeda-beda) dan WLPD dimatikan oleh Pfizer. Pfizer kemudian meng-akuisisi WLPD
(hostile acquisition).
Network rationalization
unit cost =
Operational excellence
Adalah aktivitas operasi yang sll meningkatkan efficiency dan produktivitas , melakukan “
continuous improvements “ , mengurangi beaya / cost saving program / cost reduction , shg
dapat meningkatkan daya saing produk ( strengthening products competitiveness )
- Sigma yang merupakan simbul dari standar deviasi, dan biasa dilambangkan dengan
σ.
Six Sigma sering dituliskan dalam simbul 6σ. Jadi, 6σ itu apa?
Untuk sampai ke arti Six Sigma, kita perlu tengok sejarahnya sedikit. Six Sigma dimulai
oleh Motorola ditahun 1980-an dimotori oleh salah seorang engineer disana bernama Bill
Smith atas dukungan penuh CEO-nya Bob Galvin. Motorola menggunakan statistics tools
diramu dengan ilmu manajemen menggunakan financial metrics (yaitu Return on Investment,
ROI) sebagai salah satu metrics/alat ukur dari quality improvement process. Konsep ini
kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Dr. Mikel Harry dan Richard Schroeder yang lebih
lanjut membuat metode ini mendapat sambutan luas dari petinggi Motorola dan perusahaan
lain.
Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang
difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaligus mengurangi
cacat (produk/jasa yang diluar spesifikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving
tools secara intensif.
Secara harfiah, Six Sigma (6σ) adalah suatu besaran yang bisa kita terjemahkan secara
gampang sebagai sebuah proses yang memiliki kemungkinan cacat (defects opportunity)
sebanyak 3 buah dalam satu juta produk/jasa. Ada banyak kontroversi di sekitar penurunan
angka Six Sigma menjadi 3 dpmo (defects per million opportunities). Namun bagi kita, yang
penting intinya adalah Six Sigma sebagai metrics merupakan sebuah referensi untuk mencapai
suatu keadaan yang nyaris bebas cacat. Dalam perkembangannya, 6σ bukan hanya sebuah
metrics, namun telah berkembang menjadi sebuah metodologi dan bahkan strategi bisnis.
GMP
cGMP (current Good Manufacturing Practice) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).
cGMP adalah GMP yang senantiasa diperbaharui terus-menerus sesuai dengan perkembangan
terkini.
Di dalam SOP ini harus ada SOP (Standard Operational Procedure), yang berarti SOP ini harus
ada (in place). Kemudian, SOP tersebut tidak cukup bila ada saja, tetapi SOP tersebut harus
dijalankan/dilaksanakan (in use). Dengan adanya QMS ini, bisa menjamin bahwa produk yang
dihasilkan bisa mencapai kualifikasi yang ditetapkan.
1. Pasien dan pelanggan. Dalam hal ini, pasien dan pelanggan menuntut untuk
mendapatkan produk yang berkualitas.
2. Pemerintah (BPOM/NADFC, FDA, TGA). Pemerintah menuntut agar produk-produk
farmasi yang dihasilkan memenuhi persyaratan-persyaratan atau standar yang telah
ditetapkan.
3. Pemegang Saham. Agar pemegang saham tidak merasa dikecewakan, harus ada
peningkatan usaha. Dalam artian, jika usaha meningkat, maka keuntungan akan
meningkat sehingga deviden yang diberikan kepada pemegang saham semakin
meningkat pula. Adanya peningkatan usaha ini, mempengaruhi tingkat kepercayaan
para pemegang saham terhadap perusahaan kita.
Quality Relationship
Quality Management
Quality Assurance
GMP
Quality Control
Catatan: yang bertanggung jawab terhadap kualitas adalah semua yang ikut terlibat
dalam proses produksi.
Dengan dilaksanakannya GMP ini, menjamin bahwa produk secara konsisten diproduksi dan
dikontrol.
Mencegah /menghindari resiko yang tidak bisa dikontrol oleh testing produk. Resiko yang
harus dihindari adalah cross contamination dan mix-ups.
Kita tahu bahwa produk yang dites sebagai sampel oleh bagian kontrol kualitas adalah hanya
sebagaian kecil dari produk yang kita buat. Ya jelas hanya sebagian kecil saja! Kalau semua
produk yang kita buat jadi sampel, kita bisa bangkrut karena gak ada produk buatan kita yang
bisa dijual. Lalu, siapa yang menjamin bahwa produk yang tidak menjadi sampel tersebut
adalah benar-benar berkualitas? Jawabnya, yang menjamin kualitas produk (obat) yang tidak
dapat jatah dites tadi adalah pelaksanaan GMP secara ketat di lapangan.
Untuk menjamin bahwa produk dapat secara konsisten diproduksi dan dikontrol adalah
digunakannya teknologi untuk mencegah human error.
c. Robust Process (proses yang handal/tangguh), SOP, melaksanakan GMP secara ketat,
Process capability.
b. Mix-ups. Mix-ups mungkin dapat terjadi sebagai contoh: kita ingin memproduksi tablet
parasetamol, tapi packaging material yang diambil malah untuk tablet ibuprofen. Kan jadi gak
cocok! Isinya tablet parasetamol kok kemasannya ditulisi ibuprofen. Oleh karena itu, agar tidak
terjadi kesalaha, tiap packaging material diberi barcode verifiyer. Selain itu mix-ups dapat
dicegah dengan diberlakukannya full segregation saat proses produksi, sehingga produk A dan
produk B tidak tercampur satu sama lain. Kalo dalam satu gedung diproduksi obat A dan B,
perlu adanya pembatas yang jelas agar produk A dan B tidak saling bercampur. Sebelum
proses produksi, harus dipastikan bahwa tidak ada kemasan atau produk lain yang tertinggal di
alat yang akan digunakan (line clearance). Double check juga dilakukan agar tidak terjadi mix-
ups. Untuk mendeteksi kemungkinan obat ketambahan logam yang berasal dari mesin-mesin
dapat ditambahkan metal detector.
Mix-ups dapat dicegah dengan menggunakan alat dan diberlakukannya sistem (double check
system).
Produk yang harus pabrik tersendiri dan terpisah adalah untuk produksi betalaktam dan high
toxic (obat kanker).
Menjamin bahwa produk secara konsisten diproduksi dan dikontrol untuk memenuhi standar
kualitas.
Secara ketat mengikuti konsep bahwa kualitas harus dibangun/ditanamkan ke dalam produk
yang dibuat.
Testing tidak dapat menjamin kualitas karena testing hanya mengambil sebagian kecil dari
populasi (testing can not guarantee the quality). Yang menjamin kualitas adalah pelaksanaan
GMP secara ketat.
Walau kita memiliki teknologi tinggi dalam proses produksi, starting material penting dalam
mempengaruhi kualitas obat. Agar diperoleh produk yang berkualitas, diperlukan starting
material yang berkualitas pula. Oleh karena itu, ada yang harus kita ketahui atau ada beberapa
hal yang harus kita lakukan terhadap supplier atau manufacturer dari starting material dan
packaging material yang kita gunakan.
a. Supplier atau manufacturer harus menerapkan QMS. Dari mana kita tahu bahwa
mereka menerapkan QMS? Jika mereka menerapkan QMS, pasti ada kejelasan proses
sistem release dan sistem reject. Jika menerapkan sistem QMS, pasti ada dokumen-
dokumen tentang release dan reject.
b. Ada auditing/external auditing secara rutin. Untuk membuktikan bahwa supplier atau
manufacturer menjalankan QMS, kita malakukan auditing terhadap mereka dengan
cara peninjauan langsung ke pabriknya. Mereka memiliki sistem untuk mencegah cross
contamination dan mix-up.
c. Saat receiving starting material dan packaging material dilakukan double check dan
juga checking COA.
d. Kita harus senantiasa mendapatkan informasi tentang perubahan-perubahan yang
mereka lakukan. Misalnya, ada perubahan-perubahan dalam proses produksi mereka.
Dengan harapan bahwa, perubahan-perubahan tersebut tidak merubah kualitas. Jika
ada perubahan, harus ada change control. Perubahan pasti terjadi, tapi perubahan
tersebut harus kita manage agar kualitas tidak turun/tidak berubah. Perubahan
dilakukan dalam rangka untuk improvement.
e. Independent terhadap supplier. Kita harus memiliki lebih dari satu supplier dan jangan
sampai mengalami ketergantungan pada satu supplier. Dengan satu supplier, jika
supplier tersebut ada masalah, maka kita pun juga ikut bermasalah. Jika kita hanya
memiliki satu supplier, bargaining position kita lemah dihadapan supplier tersebut.
Ada tambahan ni dari pak Pur!!! Nasehat beliau, kita juga harus senantiasa menganalisis
resiko-resiko bisnis (risk management). Sebagai contoh, untuk di pabrik sebagai pemanas lebih
dipilih mana antara boiler dengan heater? Di pabrik, boiler lebih sering digunakan sebagai
pemanas karena heater mudah meledak dan consume energi (watt-nya tinggi). Jika kita
mengeringkan bahan-bahan yang mengandung alkohol, penggunaan heater dapat beresiko
terjadinya ledakan.
Boiler cukup aman karena pengeringan bahan menggunakan uap panas. Tapi, boiler tidak
100% aman karena sumber ledakan di boiler tersebut. Kalo boiler meledak, paling tidak pabrik
kita masih selamat karena boiler bisa ditaruh di luar pabrik dan udara panas disalurkan ke
dalam pabrik melalui pipa-pipa. Untuk mencegah terjadinya ledakan, boiler dilengkapi dengan
safety device berupa alat pengaman untuk menurunkan tekanan.
Heater sangat beresiko karena diletakkan di dalam pabrik. Jika heater meledak, maka pabrik
bisa ikut terbakar.
Bagaimanakan agar kita dapat menjamin konsistensi kualitas produksi? Jawabnya adalah kita
harus merubah sesuatu yang tidak konstan menjadi konstan.
Untuk mendapatkan proses yang robust (tangguh), harus dilakukan validasi proses. Melalui
validasi proses, bisa didapat kualitas yang konsisten.
Sebagai contoh, yang mempengaruhi proses mixing adalah waktu pencampuran, kecepatan
pengadukan, suhu dan volume. Oleh karena itu, perlu dilakukan validasi proses pencampuran
sehingga dapat diketahui berapa lama waktu pencampuran yang baik, kecepatan yang cocok,
suhu yang pas dan volume yang sesuai agar variabel-variabel tersebut menjadi fix.
Agar proses produksinya robust (tangguh), dibuat SOP sehingga perlu well trained personel
untuk menjalankan SOP tersebut.
Quality control process meliputi testing di tiap proses, bahan baku, WIP (Walk In Process),
intermediate product maupun finished product.
Untuk mencegah cross contamination, alat maupun gedung tempat produksi harus mudah
dibersihkan. Lubricant yang dipakai pada mesin tidak boleh mencemari bahan. Kalaupun
lubricant tersebut tidak sengaja masuk ke dalam bahan, maka lubricant yang dipakai harus
edible (dapat dimakan).
PRODUCT RECALL
Product recall: artinya bahwa perusahaan menarik kembali produk yang sudah dirilis ke pasar,
oleh karena itu perusahaan harus tau kemana saja produk tadi didistribusikan, agar sistem
recall berjalan cepat.
Siapa yang biasanya memutuskan bahwa suatu produk itu harus di recall? Biasanya adalah
regulator kalau di Indonesia BPOM, biasanya BPOM menarik obat-obat yang berupa obat
single, katanya BPOM cuma bisa menganalisis obat yang punya satu bahan aktif saja.
Sedangkan yang kedua yang melakukan recaal adalah perusahaan itu sendiri, penyebabnya
adalah dilakukannya APR (Annual Product Review) yaitu suatu tinjauan kembali dari suatu
perusahaan terhadap produknya, misalnya masalah kadaluarsa.
Ada dua metode untuk menentukan waktu kadaluarsa yaitu: metode stabilitas obat yang
dipercepat, pada metode ini bahan obat diletakkan pada suatu lingkungan yang ekstrim
misalnya pada suhu 40 C atau RH 70 %. Sehingga dari proses ini didapat suatu harga ED yang
“kasar” (karena belum tentu sesuai dengan kenyataan). Sedangkan yang kedua adalah real
time stability study yaitu studi stabilitas sesuai kenyataan, artinya obat disimpan pada kondisi
yang sesuai dengan kondisi yang tertera pada pengemas. Pada metode ini tiap 3 bulan
konsentrasi obat dipantau, sehingga didapatkan suatu harga ED yang sebenarnya. Nah jika
suatu obat telah dirilis ke pasar dengan menggunakan nilai ED menggunakan uji stabilitas yang
dipercepat namun nilainya tidak sesuai dengan nilai ED sebenarnya maka produk bisa di recall,
misalnya jika suatu produk dirilis dengan ED 3 tahun dengan uji stabilitas yang dpercepat,
namun dari hasil studi real time nya ED produk tersebut ternyata hanya 2 tahun, maka pada
tahun kedua setelah produk tersebut rilis, produk tersebut harus di recall.
Namun sebaliknya jika nilai ED sebenarnya lebih besar dari ED yang tertera di kemasan maka
perusahaan boleh memperpanjang masa hidup produk tersebut (extended). Namun produk
yang sudah rilis tetap tidak boleh diperpanjang masa hidupnya.
Untuk bahan baku, nilai kadaluarsanya bisa diperpanjang namun untuk memperpanjangnya
kita tetap harus melakukan testing terlebih dahulu, misalnya suatu bahan baku tercatat bahwa
dia akan kadaluarsa pada Januari, namun pada januari bahan tersebut dites dan ternyata
masih memenuhi specs, maka bahan tersebut dapat diperpanjang masa hidupnya.
Nah bagaimana jika bahan baku kadaluarsanya Januari 2009 dan kita memproduksi pada
November 2008, apakah produk tersebut akan kadaluarsa pada Januari 2009?? Viddy
menjawab: Tidak, karena produk jadi telah mengalami proses yang sedemikian rupa dan
formula yang tersendiri sehingga nilai EDnya berbeda dengan nilai ED bahan baku.
Setiap terjadi suatu recall terhadap produk maka kita harus segera mengevaluasi dan
menganalisis sebab terjadinya product recall. Analisis ini berdasarkan batch record. Batch
record merupakan sejarah atau history dari suatu produk dari batch record ini kita bisa
melakukan treacability (penelusuran ulang apakah ada penyimpangan dalam proses produksi.
Jadi untuk menghindari adanya recall maka dalam produksi harus melakukan CPOB:
Dengan pelaksanaan CPOB maka memungkinkan produksi yang kita lakukan memenuhi syarat
kualitas produk yang kita inginkan, sebaliknya jika proses manufaktur/produksi kita buruk
(Poor manufacture Practice) maka akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
1. Fatality: produk yang buruk dapat menyebabkan suatu hal yang fatal bahkan kematian
pasien misalnya adalah thalidomide pada tahun 1963 (yang menyebabkan 4 orang
bayi menjadi cacat)
2. Product recall: Produk yang buruk tentu saja akan ditarik (karena membahayakan)
sebagai contohnya akhir-akhir ini terdapat 22 produk obat yang ditarik/dilarang
beredar oleh pemerintah, tentu saja hal ini akan mempengaruhi citra dari perusahaan,
dan yang lebih penting adalah produk tersebut membahayakan pasien
3. Factory closure: jika yang produk yang ditarik adalah produk andalan suatu
perusahaan, maka perusahaan itu bisa tutup, dan bila pabrik ditutup akan
menyebabkan terjadinya pengangguran.
4. Tarnished image: image perusahaan akan rusak, hal ini merupakan kerugian besar bagi
perusahaan, karena image akan mempengaruhi loyalitas customer terhadap
perusahaan tersebut
5. Reject/rework: adanya praktek manufaktur yang buruk dapat mengakibatkan
rework/kerja ulang yang ini akan menambah cost bagi perusahaan.
6. Increase cost/waste
7. Decreased efficiency
8. Litigation: Praktek manufaktur yang buruk dapat menyebabkan ditutupnya pabrik oleh
pengadilan
9. Loss of morale: moral karyawan hilang
10. missed order
11. Low quality index
12. Increased complaint: Produk yang buruk tentu saja akan dikomplain oleh pelanggan
dan komplain merupakan awal terjadinya recall produk.
Tantangan dunia farmasi ke depan mungkin akan semakin berat hal ini karena situasi yang
kadang tidak terduga (seperti krisis keuangan global saat ini) dan perusahaan dituntut
untuk selalu menyesuaikan diri terhadap keadaan tersebut dan berikut ini adalah
tantangan dunia farmasi Indonesia kedepan:
5. Customer are more demanding artinya konsumen mulai menuntut suatu produk yang
berkualitas namun harganya terjangkau dan mudah ditemui (availabilty), dan
perusahaan sebisa mungkin harus memenuhinya karena kalau tidak maka pangsa
pasar perusahaan tersebut bisa diambil oleh perusahaan yang lebih kompetitif, untuk
memenuhi hal ini maka perlu dilakukan suatu inovasi, yang mana dari inovasi tersebut
dapat menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan terjangkau
6. Multinational distributor (Chain Distributor) masuk ke indonesia, sehingga menambah
ketat persaingan.
7. Kemungkinan para MNC (multinational Company) untuk melakukan merger
8. Adanya Rumah sakit asing
9. AFTA (perdagangan bebas) memungkinkan persaingan bebas dalam perdagangan,
tidak adanya monopoli, oligopoli, maupun kartel, sehingga persaingan dalam industri
farmasi pun juga akan semakin ketat, tantangannya adalah bagaimana kita membuat
perusahaan kita menjadi prusahaan yang kompetitif, karena perusahaan yang tidak
kompetitif akan terlempar dari persaingan.
10. Unemployment rate yang masih tinggi
11. Bahan baku obat import masih menjadi kendala
12. Semakin mahalnya biaya produksi seperti yang terjadi saat ini dimana nilai tukar
rupiah yang lemah terhadap dolar, maka akan menambah biaya produksi (karena kita
beli bahan baku pake dolar, jualnya pake rupiah) maka tantangannya adalah
bagaimana kita membuat suatu proses produksi yang efektif dan efisien, dan juga
meminimalkan produk yang salah (reject)
13. Diperlukan qualified and competence Pharmacist, nah ini adalah tugas kita artinya kita
harus belajar terus-menerus (belajar adalah hobi dan lifestyle). Sehingga kita benar-
benar harus menguasai bidang keilmuan kita.
Yaitu membuat produk atau jasa dengan biaya serendah-rendahnya, menjual dengan harga
wajardan membentuk kebiasaan artinya bahwa:
Dalam perdagangan harga merupakan faktor penting untuk dikendalikan, dan untuk
menghasilkan produk dengan harga kompetitif maka perusahaan harus dapat menekan biaya
produksi serendah-rendahnya sehingga perusahaan tetap survive. Industri farmasi merupakan
highly regulated dan mempunyai standard kualitas (GMP) yang sama, sehingga pembuatan
produk dengan biaya produksi yang rendah dapat menjadi keunggulan atau daya saing
tersendiri bagi suatu perusahaan untuk survive atau bahkan tumbuh, karena harga yang
rendah namun masih dalam batas kewajaran (artinya produk dijual sesuai dengan nilainya),
dapat dijangkau oleh para customer sesuai dengan kegunaannya dan perusahaan masih
mendapatkan keuntungan dari hasil penjualannya. Apabila perusahaan dapat menjaga kualitas
dan harga yang kompetitif serta komunikasi yang baik kepada customer maka memungkinkan
terciptanya suatu kebiasaan dari customer untuk loyal terhadap produk perusahaan tersebut
(retain customer) dan terciptalah brand awereness (customer hanya menginginkan satu merk
produk).
Jadi secara umum tujuan perusahaan adalah menjual produk dengan harga yang wajar untuk
mendapatkan keuntungan (PROFIT ORIENTED) kemudian menciptakan loyalitas customer dan
BRAND AWERENESS, dan yang paling penting apabila suatu perusahaan telah tumbuh maka
hal yang paling berat adalah MENJAGA DAN MEMPERTAHANKAN PERTUMBUHAN tersebut.
Produksi
Produksi dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar, dengan pembuatan produk dengan
biaya minimal. Produksi harus menjamin keberlanjutan supply, jangan ada loss of supply
karena akan menyebabkan perusahaan kehilangan penjualan (loss of sale) dan juga kehilangan
pelanggan, karena pelanggan akan memilih alternatif produk yang lain.
Pemasaran
Fungsi lainnya:
Keuangan :
Perusahaan harus menyediakan dana baik itu untuk investasi maupun untuk gaji karyawan
Oke, kita mulai bahas satu-satu soal ujian yang ada. Jangan lupa berdoa dulu ya!!! Moga
diberi kemudahan dalam memahami.
Sekartaji (22 th) seorang penderita epilepsi, setiap hari mengkonsumsi fenitoin 300mg/hari,
fenobarbital 100 mg/hari dan karbamasepin 200 mg/hari. Sudah selama 2 tahun ini kadar
obat-obat tersebut di dalam darah konsisten dan sudah tidak pernah lagi mengalami kejang
selama 18 bulan terakhir. Dia baru saja menikah 2 bulan yang lalu.
Pertanyaan
a. Apa saran saudara bila dia ingin segera punya anak?
b. Apa saran saudara bila dia ingin menggunakan obat untuk KB?
Jawaban
a. Saran bila pasien ingin punya anak (Ya gampanglah, tinggal bikin
doank.......capcus,............., yak yuuukk, .............., betul gak Yud???!!! Hehe).
PAGE 1
Tapi gak semudah itu, kehamilan pada wanita yang mengidap epilepsi dapat
menaikkan beberapa masalah, termasuk kemungkinan meningkatnya maternal seizure,
komplikasi selama kehamilan dan adverse fetal outcome (dengan kata lain, ada
kemungkinan kecacatan pada janin). Gampangannya, kalo pas hamil epilpesinya kumat
mpe kejang-kejang, bisa membahayakan keselamatan janin (kalo parah bisa keguguran).
Fakta lain yang harus diketahui adalah obat-obat anti epilepsi (AED/Anti Epileptic
Drug) seperti barbiturat dan fenitoin dapat menyebabkan congenital heart malformation,
orofacial clefts dan berbagai malformasi. Asam valproat dan karbamazepin dapat
menyebabkan spina bifida (neural tube defect) dan hypospadias. Dengan kata lain, pada
umumnya obat-obat anti epilepsi bersifat teratogenik.
So.........., saran yang harus diberikan:
• Penderita epilepsi yang akan hamil HARUS DIBERI KONSELING tentang efek
epilepsy terhadap kehamilan, efek kehamilan terhadap epilepsy, dan potensi teratogenik
dari obat antiepilepsi.
• Perlu dikonselingkan faktor2 apa saja yang meningkatkan risiko kejang selama
kehamilan sehingga dapat diwaspadai, yaitu:
- Ketidakpatuhan pasien meminum obat karena takut efek teratogenik obat,
- Meningkatnya konsentrasi estrogen yang menurunkan ambang kejang,
- Kurang tidur dan stres.
• Apabila pasien ingin hamil, kehamilan harus direncanakan terlebih dahulu. Saat ini
pasien mengkonsumsi 3 obat antiepilepsi (fenitoin 300mg/hari, fenobarbital 100
mg/hari dan karbamasepin 200 mg/hari). Dengan pengobatan itu, pasien tidak pernah
mengalami kejang lagi selama 18 bulan. Jika ingin hamil, 3 obat ini harus diturunkan
perlahan-lahan dosisnya selama 6 bulan sebelum konsepsi. Kemudian, dipilih salah satu
obat AED yang efek sampingnya paling sedikit (monoterapi) dengan dosis serendah
mungkin karena dosis besar dan politerapi meningkatkan resiko teratogenik. (waktu “6
bulan” ini, kami tim psc belum begitu yakin, temen-temen cari lagi di buku ya!kayaknya
ini ada di dipiro deh.).
• Asam folat 4000 mcg selama 1-3 bulan sebelum konsepsi dan dilanjutkan selama
trimester pertama. Kemudian untuk mencegah teratogenik AED dengan dosis 0,4-5 mg
tiap hari sampai persalinan..
PAGE 2
• Vitamin K dosis 10 mg po selama 6 minggu terakhir kehamilan dan 20 mg/hari
(2x10mg/hari) selama 2 minggu sebelum kalahiran. Jika hal ini tidak dilakukan, maka
parenteral vit.K harus diberi saat persalinan. Hal ini diperlukan untuk mencegah risiko
perdarahan pada bayi baru lahir karena defisiensi vit.K yang disebabkan Phenytoin-
induced vitamin K.
b. Saran bila pasien ingin mengunakan obat KB
Sebelum memberi saran, ada beberapa hal yang harus temen-temen ketahui. Pada
wanita, estrogen memiliki efek mengaktivasi terjadinya seizure, sedangkan progresteron
memiliki efek memproteksi terjadinya seizure. Estrogen memiliki efek menginhibisi
reseptor GABA, mempotensiasi eksitatori akitivitas glutaminergik. Progesteron memiliki
efek berlawanan dengan estrogen, yaitu mempotensiasi aktivitas reseptor GABA dan
menurunkan kecepatan neural discharge.
Obat-obat antiepilepsi, terutama yang bersifat induktor enzim pemetabolisme di hati,
dapat mempengaruhi hormon dengan meningkatkan metabolisme steroid hormone dan
menginduksi produksi hormon seks yang berikatan dengan globulin. Hal ini dapat
menyebabkan turunnya fraksi hormon dalam bentuk bebas. Obat-obat antiepilepsi yang
bersifat induktor enzim pemetabolisme dapat menyebabkan kegagalan pada wanita
yang juga mengkonsumsi kontrasepsi oral.
So, ............. saran yang harus diberikan:
• Untuk antiepilepsi bisa diberikan fenitoin dosis 300 mg/hari dalam dosis terbagi yaitu
3xsehari dan duarsi jangka panjang….perlu monitor kadar hormone.
• Untuk kontrasepsi, terapi dengan moderate atau high hormonal dosis oral kontrasepsi.
Etinil estradiol dosis 50 mcg/hari bisa dipilih dengan regimen 1x sehari, dengan durasi
sampai ingin hamil.
• Oral kontrasepsi diminum 1x sehari bersama atau tanpa makanan.
• Jika lupa minum obat, maka segera minum saat ingat dan minumlah tablet berikutnya
pada waktu yang seharusnya walaupun minum 2 tablet dalam 1 hari atau waktu yang
sama.
• Informasikan kepada pasien agar melaporkan bila terjadi efek samping obat seperti
depresi berat dan TD> 160/100 mmHg.
PAGE 3
• Fenitoin diminum 3x sehari 1 kapsul bersama makanan. Jika terlambat 1 dosis segera
minum setelah ingat. Jika sudah mendekati dosis selanjutnya maka minum dosis yang
selanjutnya saja (jangan mendobel/menambah dosis), gunakan secara teratur kembali.
• Kebanyakan obat-obat oral KB mengandung kombinasi progesteron dan estrogen.
Sarankan penggunaan oral KB yang isinya hnya progesteron saja. Namun tingkat
keberhasilan untuk mencegah kehamilan dengan pil yang berisi progestagen saja lebih
rendah dari pil kombinasi.
• Disarankan juga untuk menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
2. Soal HIPERTENSI DAN IHD (Dosen: Dra. Fita Rahmawati, Sp. FRS, Apt)
Bapak Andi (umur 60 tahun) datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, nyeri di
dada menjalar ke lengan kiri. Rasa nyeri muncul bila digunakan beraktivitas sejak satu
bulan terakhir dan terjadi rata-rata dua kali sehari.
Riwayat penyakit:
Tuan RT juga seorang penderita asma dan hipertensi sejak 2 tahun yang lalu
Pertanyaan:
1. Manakah gejala dan hasil pemeriksaan yang menunjang terhadap diagnosa iskhemia?
2. Bagaimanakan penatalaksanaan kasus tersebut baik untuk mengatasi serangan akut IHD
maupun profilaksis?
Jelaskan alasan pemilihan obat
Jelaskan mekanisme kerja obat yang digunakan
3. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi bapak Andi?
4. Jelaskan monitoring keberhasilan terapinya
5. Informasi apa yang perlu diberikan pada pasien?
PAGE 4
Jawaban
Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada hal yang perlu temen-temen tau. IHD
(Ischemic Heart Disease) penyebab utamanya adalah coronary atherosclerosis. Iskemia
adalah kurangnya oksigen dan menurunnya atau tidak ada darah yang mengalir di
miokardium yang disebabkan karena penyempitan coronary artery atau obstruksi. Kita
review sedikit ya tentang hasil-hasil pemeriksaannya (sambil diliat PSC kita yang edisi
data lab klinik ya!):
Tekanan darah : 160 / 95 (hipertensi stage 2)
Suhu : 37,6oC (ini kayaknya normal deh)
Kolesterol : 210 mg/dl (Borderline High/alias normal tinggi)
Gula darah puasa: 90 mg/dl (normal)
Heart rate : 88 x per menit (normal)
RR : 24 x per menit (terjadi kesulitan bernafas karena RR > normal)
Trigliserida : 180 mg/dl (high)
1. Gejala yang menunjang terhadap diagnosis iskemia adalah sakit kepala, nyeri di dada
menjalar ke lengan kiri dan neyeri tersebut muncul saat digunakan untuk beraktivitas.
Hasil pemeriksaan yang menunjang diagnosis iskemia adalah RR: 24 x permenit (normal:
12- 15 x per menit), dari kadar kolesterol dalam darah (210 mg/dL) yang masuk kategori
nirmal tinggi dapat diduga ada atheriosclerosis (atheriosclerosis faktor resiko IHD).
Diagnosis dokter berdasarkan pemeriksaan melalui EKG.
PAGE 5
Mekanisme kerja nitrogliserin: yaitu (a) mendilatasi epicardial coronary arteries dan (b)
venodilatasi untuk menurunkan preload dan tekanan pengisian ventriuler. Menurunkan
myocardial oxygen demand karena menyebabkan venodilatasi dan dilatasi beberapa
arteriolar melalui dua mekanisme yaitu stimulasi produksi cGMP (cGMP ini gak da
kaitannya ma kuliah farmasi industri lho! Hehe, cGMP maksudnya cyclic Guanosil
Monophosphate) dan menghambat sintesis tromboxan.
PAGE 6
- Stop merokok (kalo ngrokok).
- Banyak mengkonsumsi antioksidan, asam lemak omega 3 dan minyak ikan.
- Mencegah faktor resiko hipertensi (oleh karena itu, terapi non farmakologis untuk
hipertensi, sebagian besar cocok untuk pasien IHD)
- Menghindari stress (nyante wae bro!)
- LIAT DI DIPIRO ….
3. Penatalaksanaan hipertensi
Dari pemeriksaan telah diketahui bahwa tekanan darah pasien 160/95 (sistol 160,
diastole 95). Dari tekanan darah sistolik, pasien mengalami hipertensi stage 2 walaupun
tekanan darah diastole masuk rentang stage 1??? Why tetep masuk stage 2? Karena kriteria
masuk stage 2 kan tekanan darah sistol 160-179 mmHg DAN/ATAU tekanan diastolic 100-
109 mmHg .
a. Terapi Non farmakologi
Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi berat badan untuk individu yang obese
atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)
yang kaya akan kalium dan kalsium, walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif
terhadap garam, kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa
hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Merokok merupakan faktor resiko utama
independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus
dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.
c. Terapi farmakologi
Untuk terapi hipertensi ini, digunakan CCB. Jadi, obat CCB yang digunakan slaen
buat pengobatan profilaksis IHD juga sekaligus buat pengobatan hipertensinya. Berhubung
si pasien masih tergolong hipertensi stage 2 tapi awal banget, maka kayaknya cukup dengan
monoterapi saja dan belum perlu kombinasi. Kalo liat algoritme terapi untuk hipertensi
stage 2, perlu kombinasi dengan diuretik tiazid sebagai obat pertama dan obat yang kedua
dipilih salah satu dari ACE inhibitor, ARB (Angiotensin Receptor Blocker), beta blocker
atau CCB). Namun, terapi dengan kombinasi ini bisa dipertimbangkan bila dengan
monoterapi gagal mencapai target tekanan darah (140/90). Jadi, initine kalo pasien baru
PAGE 7
pertama kali banget terdiagnosa hipertensi, cukup satu obat. Tapi setelah jalan dengan
satu obat tadi gak mencapai terget, bisa dipertimbangkan untuk kombinasi obat.
Kayaknya pasien hipertensi dengan stage 2 uda perlu kombinasi dech. Slaen itu kan
pasien udah 2 tahun punya riwayat hipertensi. Kayaknya perlu ditanyain pasien selama ini
pake obat apa untuk ngontrol hipertensinya. Kayaknya kombinasi antara CCB dan ACE-I
pada pasien IHD dan hipertensi perlu direkomendasikan lho!!!
Obat CCB yang cocok kayaknya golongan dihidropiridon seperti amlodipin (dosis
lazim 2,5 – 10 mg 1 x sehari), felodipin (dosis lazim 5 -20 mg 1 x sehari), nifedipin LA
(baca: Long Acting; dosis lazim 10 – 40 mg 1 x sehari). Golongan dihidropiridon ini adalah
vasodilator yang kuat dari pada nondihidropiridin (diltiazem, verapamil). Golongan
nondihidropiridon dapat menurunkan denyut jantung (ini untung kalo pasien menderita
tachycardy) tapi berhubung denyut jantung pasien masih kisaran normal kayaknya gak
perlu untuk dilambatin. Selaen itu, golongan nondihidropiridon dapat menyebabkan heart
block, lha padahal pasien menderita IHD (bisa-bisa kalo kena heart block beneran, pasien
malah game over, hehe).
Oya, ada tambahan ni! Tapi gak tau masuk di jawaban nomer 1 ato 2. Coba
sekarang temen-temen liat di hasil pemeriksaan trigliserida dan kolesterol. Di situ,
trigliserida 180 mg/dL yang masuk dalam kategori high (baca: tinggi) dan kolesterol 210
mg/dL yang masuk kategori normal tinggi. Ingat, profil lipid yang di atas normal menjadi
faktor resiko untuk penyakit IHD dan hipertensi. So, profil lipid perlu diturunkan kalo bisa
masuk rentang normal. Untuk awal-awal penurunannya cukup terapi non farmakologi yang
meliputi modifikasi gaya hidup (olah raga, diet rendah lemah jenuh, dll). Kalo terapi non
farmakologi ini kurang berhasil, dapat dipertimbangkan untuk penggunaan obat (terapi
farmakologi).
Obat antihiperlipidemia yang dibutuhkan adalah yang mampu menurunkan
trigliserid (karena yang masuk kategori tinggi adalah trigliserid). Drug of choice adalah
golongan statin, fibrat atau niasin yang kesemuanya efektif sebagai triglycerid-lowering
agent. Pasien dengan hypertriglyceridemia dan normal cholesterol, golongan fibrat
merupakan drug of choice. Jadi, karena kategori kolesterol si pasien masih normal (normal
tinggi) maka dipilih golongan fibrat (gemfibrosil, fenofibrat, klofibrat).
PAGE 8
4. Monitoring keberhasilan terapi.
a. Berkurangnya intensitas dan frekuensi sakit kepala, nyeri di dada menjalar ke lengan
kiri. Ini dapat menjadi monitoring keberhasilan terapi karena merupakan gejala IHD dan
untuk sakit kepala merupakan gejala hipertensi.
b. Pengukuran RR. Penurunan RR dari pemeriksaan sebelumnya menunjukkan adanya
perbaikan. Nilai RR yang lebih besar dari normal menunjukkan bahwa pasien kesulitan
bernafas. Kalo Rra normal, berarti tidak terjadi gangguan pasokan oksigen (ingat, IHD
salah satunya disebabkan karena menurunnya pasokan oksigen di otot jantung).
c. Pemeriksaan EKG. Alesannya, yang paling deket untuk tau IHD pa gak berdasarkan
pemeriksaan-pemeriksaan yang telah dilakukan ya cuman pemeriksaan EKG. (Hehe,
maaf alesan ilmiahnya gak tau ki!)
d. Profil lipid. Kalo bisa yang diperiksa kolesterol, trigliserid dan LDL. Profil lipid
dipantau karena hiperlipidemia merupakan faktor resiko untuk IHD dan hipertensi.
e. Tekanan darah. Tekanan darah terus dipantau dengan paling tidak setiap dua minggu
sekali cek tekanan darah. Target tekanan darah yang dicapai adalah 140/90.
PAGE 9
b. Cara penyimpanan
Secara umum, ditaruh di tempat yang tidak terkena sinar cahaya matahari langsung, tidak di
tempat lembab, jauhkan dari jangkauan anak-anak. Untuk nitrogliserin, obat tetap disimpan
dalam wadahnya dan ditutup rapat, obat lain jangan dicampur ke dalam wadah nitrogliserin.
Hanya dapat digunakan sampai 6 bulan-1 tahun setelah tempat penyimpanan dibuka. Dan
setelah obat dikeluarkan dari botol harus segera digunakan karena efektivitas akan segera
berkurang dalam beberapa jam.
Perlu diinformasikan kepada pasien bahwa nitrogliserin bukan analgesik. Kemudian juga
pasien perlu peduli terhadap kemungkinan terjadinya postural hipotensi. Jika lupa minum
obat, segera obatnya dimunum. Kalo lupa minum obat tapi mendekati jadwal minum obat
selanjutnya maka dosis obat yang terlupa tidak perlu diminum, yang diminum hanya dosis
selanjutnya (intinya, kalo lupa gak perlu ndobel minum obat).
PAGE 10
Riwayat penyakit :
Tuan RT juga seorang penderita hiprtensi sejak 2 tahun yang lalu.
Berikut adalah hasil pemeriksaan:
Tekanan darah : 150/95 heart rate : 88 x/menit
0
Suhu : 37,6 C RR : 24 x per menit
Kolestrol : 210 mg/dl Triseglerida : 180 mg/dl
Gula darah puasa : 90 mg/dl
Setelah dilakukan pemeriksaan melalui EKG diagnosa dokter adalah IHD dan hipertensi
stage I.
Pertanyaan:
1. Manakah gejala dan hasil pemeriksaan yang menunjang terhadap diagnosa ischemia?
(nilai 10).
2. Bagaimana penatalaksanaan farmakologi maupun nonfamakologi kasus tersebut baik
untuk mengatasi serangan akut IHD maupun profilaksis? (nilai 40).
Jelaskan alasan pemilihan obat.
Jelaskan mekanisme kerja obat yang digunakan.
3. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi bapak Andi baik farmakologi maupun no
farmakologi? (Nilai 30).
4. Jelaskan monitoring keberhasilan terapinya ? (Nilai 10).
5. Informasi apa saja yang perlu diberikan pada pasien? (Nilai 10).
Jawaban
Di soalnya bu fita yang kedua ini agak beda lho! Yang mbedain, pasien gak
menderita asma tapi ngrokokan. Terus tekanan darah .150/95 (stage 1). Jadi terapinya bisa
agak beda.
1. Gejala dan hasil pemeriksaan yang menunjang terhadap diagnosa ischemia: mirip
banget kayak yang soal sebelum ini.
2. a. Terapi farmakologi untuk IHD akut: Nitrogliserin (sama kayak soal sebelum ini).
Untuk alasan pemilihan obat dan mekanisme, liat di atas ya!
PAGE 11
pasiennya ngrokokan, maka ada baiknya jika diganti dengan CCB. Coz riwayat ngrokok
selama 30 tahun dapat dicurigai adanya obstruksi pulmo yang bila diberi beta blocker bisa
kesulitan bernafas karena efek bronkokonstriksi.
Mekanisme kerja: nitrogliserin dan CCB (liat di soal sebelum ini ya!).
2. c. Terapi non farmakologi untuk IHD: menjauhi semua faktor resiko yang dapat
menyebabkan IHD antara lain: kontrol LDL, kolesterol, trigliserid; berhenti merokok;
kontrol gula darah; kontrol hipertensi; mengadopsi pola hidup sehat (olah raga,
menurunkan berat badan, menurunkan kolesterol dan diet mengurangi lemak jenuh dalam
makanan).
3.a. Penatalaksanaan hipertensi non farmakologi: sama kayak soal yang sebelum ini.
PAGE 12
3. Soal Nausea&Vomiting dan Peptic Ulcer Disease (PUD) (dosen: Arief Rahman
Hakim, S. Si., M. Si, Apt)
Pertanyaan:
a. Berdasarkan data-data diatas dan asumsi yang bisa anda berikan, tegaskan etiologi,
indikasi (problem yang dihadapi), dan kondisi penderita? (20)
b. Tatalaksana terapi apa yang akan saudara rekomendasikan? Mengapa demikian? (20)
c. Informasi penting apa saja yang akan anda berikan kepada Ibu Santi, agar tatalaksana
terapi yang anda sarankan dapat mencapai hasil yang memuaskan? (10)
Jawaban:
Sebelum kita menjawab pertanyaan, kit bahas dulu data lab kliniknya ya!
• Kreatinin serum 5,5 mg/l = 0,55 mg/dl (berarti normal, coz untuk wanita normalnya 0,5
– 0,9 mg/dl)
• Kadar ureum darah 160 mg/dl: tinggi (normal 10 – 50 mg/dl).
• Kadar kolesterol total 285 mg/dl: tinggi.
• Tekanan darah 150/85: hipertensi stage 1.
PAGE 13
• Gagal ginjal yang ditunjukkan dari hasil pemeriksaan kadar ureum darah.
PAGE 14
sehari.(pagi dan sore) untuk meminimalkan diuresis pada malam hari. Jadi, diuretik
digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan membantu mengeluarkan cairan
karena fungsi ginjal yang sudah menurun. Pada pasien Hipertensi stage 1 dan ada
insufisiensi renal maka sebaiknya gunakan loop diuretic (hindari tiazid diuretic) atau
lebih baik gunakan ACE-I….LIHAT DIPIRO LAGI!
Hiperlipidemia merupakan faktor resiko hipertensi. Oleh karena itu perlu
penurunan kadar kolesterol darah. Sebelum memulai terapi dengan obat, perlu
dilakukan modifikasi gaya hidup. Jika tidak ada perubahan, bisa ditambah dengan obat.
Obat yang cocok untuk menurunkan kolesterol adalah golongan statin seperti
simvastatin, lovastatin atau statin yang lain.
d. Informasi penting yang akan anda diberikan kepada Ibu Santi, agar tatalaksana
terapi dapat mencapai hasil yang memuaskan.
• Pasien harus menghindari makanan yang dapat memperparah terjadinya tukak
lambung seperto makanan asam, pedas, kopi (kafein), alkohol.
• Gunakan alternatif obat antiinflami dengan rekomendasi ke Pak Dokter
menggunakan COX-2 selektif inhibitor.
• Penggunaan antibiotik harus ada complience agar tukak lambung dapat sembuh.
• Penurunan berat badan untuk mengurangi faktor resiko RA dan hipertensi.
• Disarankan olah raga yang cocok untuk penderita RA dan hipertensi.
• Cara aturan pakai dan jadwal meminum obatnya (gimana ya? Maaf kita masih
bingung ni!).
• PPI digunakan 30-60 menit sebelum sarapan (bila ingin menggunakan 1x sehari)
atau 30-60 menit sebelum sarapan dan sebelum makan malam (bila ingin
menggunakan 2x sehari). Durasi PPI based three drug eradication sebaiknya 10-14
hari. Jangan gunakan PPI kurang dari 7 hari dan lebih dari 14 hari.
• Edukasikan tentang ESO yang sering muncul.
PAGE 15
Tanggal Ujian: Senin, 21 Januari 20008
Riwayat penyakit sekarang: Ibu YP umur 30 tahun mengeluh 2 hari ini mengalami gejala
mual dan muntah.
Riwayat penyakit terdahulu: Satu minggu terakhir Ibu YP sedang mengalami gangguan flu
berat. Ibu YP tidak memiliki penyakit kronis.
Riwayat sosial: Ibu YP telah bersuami, belum memiliki anak, tidak merokok dan tidak
meminum alkohol.
Pertanyaan:
1. Terangkan etiologi, indikasi (problem yang dihadapi) dan kondisi penderita!
2. Tatalaksana terapi seperti apa yang akan saudara rekomendasikan? Mengapa demikian?
3. Informasi penting apa yang akan Anda berian kepada ibu YP, agar tatalaksana terapi
yang anda sarankan dapat mencapai hasil yang memuasakan?
Jawaban
Data lab kayaknya normal-normal aja (coba cek lagi di PSC edisi data lab klinik ya!)
PAGE 16
2.Tatalaksana terapi
Farmakologi
Mual muntahnya tidak perlu diobati karena ada kemungkinan obat-obatan dapat
mempengaruhi perkembangan janin. Namun, bila mual dan muntahnya parah dapat
digunakan obat antiemetik yang tidak teratogenik, seperti siklizin, antihistamin,
antikolinergik (scopolamin, dicyclomine), antagonis dopamin (fenotiazin, metoclopramid)
atau dapat pula diberi multivitamin yang mengandung vitamin B6 dan B12 yang juga
berfungsi sebagai anti mual.
Non-farmakologi
Menggunakan jahe, makan dalam jumlah kecil namun sering, hindari makanan berlemak
dan berbumbu & berbau tajam, akupresur, psychotheraphy.
PAGE 17
4. Soal PPOK (Dosen: Dra. Zulies Ikawati, Ph.D., Apt.)
Bp SMS (60 tahun) pensiunan karyawan pabrik semen, diantar keluarganya ke RS dengan
keluhan sesak nafas 4 hari yang lalu. Beberapa minggu lalu dia pernah mengalamai sesak
nafas, tapi dapat terkontrol dengan Combivent inhaler. Namun 4 hari terakhir ini, gangguan
sesak nafasnya meningkat sehingga sering menggunakan Combivent dibanding biasanya,
dan disertai batuk-batuk pada malam hari. Batuknya berdahak diserti dahak kental
berwarna hijau kekuningan. Badannya demam.
Riwayat sosial: Merokok sejak 18 tahun, 1 pak sehari (parah banget heheh eh ga dink
biasa aja). Sejak 3 tahun lalu sudah banyak berkurang tapi intinya MASIH tetep merokok.
Diagnosis: dari berbagai pemeriksan dan test fungsi paru, Bp SMS didiagnosis eksaserbasi
akut PPOK (derajat 3).
Pertanyaan
Bagaimana tata laksana terapi; Pilihan obat; Alasan pemilihan Obat; Regimen terapi;
Terapi non-frmakologi; Pemantauan apa yang perlu dilakukan dan informasi yang perlu
diberikan mengenai penggunan obat?
Jawaban
Sebelum masuk ke jawaban pertanyaan, kita review obatnya dulu ya!
Combivent: mengandung Ipatoprium Bromida dan Salbutamol.
Cataflam: Kalium dikofenak.
a. Tata laksana terapi
Terapi non farmakologis
• Diawali dengan assesment dan pemantauan penyakit pasien yang meliputi:
Bagaimana paparan terhadap faktor resiko, termasuk intensitas dan durasinya.
Seperti apa riwayat kesehatannya, seperti asma, alergi, sinusitis, polip hidung,
infeksi saluran pernafasan, atau penyakit paru lainnya.
Apakah ada riwayat keluarga PPOK dan penyakit paru kronis lainnya.
Seperti apa pola perkembangan gejalanya.
PAGE 18
Seperti apa riwayat eksaserbasi atau perawatan RS sebelumnya. Dan bagaimana
cara menggunakan obat sebelumnya.
Apapakah ada penyakit penyerta seperti jantung atau rematik yang memungkinkan
mempengaruhi aktivitasnya.
• Mengurangi faktor resiko (berarti mau tidak mau harus berhenti merokok).
• Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif termasuk fisioterapi, latihan pernafasan,
latihan relaksasi, perkusi dada dan drainase postural, mengoptimalkan perawatan medis,
mendukung secara psikosis dan memberikan edukasi kesehatan.
• Hidrasi secukupnya (minum air yang cukup: 8 – 10 gelas sehari). Menghindari susu
sebab dapat menyebabkan sekresi bronkus meningkat.
• Nutrisi yang tepat, yaitu diet kaya protein dan mencegah makanan berat menjelang tidur.
Terapi Farmakologi
Karena pasien didiagnosa PPOK derajat 3, maka pemberian obat yang digunakan
adalah kortikosteroid dan bronkodilator. Selain itu, direkomendasikan pula untuk
pemberian antibiotik karena ada infeksi bakteri yang ditandai dengan batuk berdahak diserti
dahak kental berwarna hijau kekuningan dan badannya demam. Pada pasien dengan PPOK
stage 3 terapi farmakologi dengan satu atau lebih bronkodilator aksi panjang dan
tambahkan inhalasi kortikosteroid dengan sistem STEP-WISE THERAPHY. Pada pasien,
antibiotik juga perlu direkomendasikan karena ada gejala infeksi. Penggantian
bronkodilator ke teofilin tidak bisa dilakukan begitu saja. Harus dipastikan mengapa
bronkodilator tidak efektif. Apakah karena cara penggunaan atau karena memang uda ga
efektif.... dari kasus, bronkodilator kurang efektif karena pasien tidak patuh dan tidak benar
bagaimana cara penggunaan obatnya...(perlu konselingkan akan pentingnya kepatuhan dan
pemakaian yang benar. Bila pasien tetap sukar maka dapat ditambahkan terapi dengan
metilxantin seperti teofilin dan aminofilin. Namun pemakaian metilxantin secara tunggal
tidak terbukti efektif sehingga tetap lebih baik bila dikombinasikan dengan bronkodilator
yang lain seperti β2 agonis yaitu salmeterol atau salbutamol).
PAGE 19
b. Alasan pemilihan obat
Kortikosteroid mempunyai mekanisme kerja sebagai antiinflamasi dan mempunyai
keuntungan pada penanganan PPOK: yaitu mereduksi permeabilitas kapiler untuk
mengurangi mukus, menghambat pelepasan enzim proteolitik dari leukosit dan
menghambat prostaglandin.
Penggunaan bronkodilator yaitu teofilin karena penggunaan ipatoprium dan inhaled beta-
2 agnoist tidak memberikan respon klinik yang optimal. Dengan toefilin sustained-release
dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan mencapai kadar serum yang lebih konsisten.
Antibiotik perlu diberikan pada paling tidak dua atau tiga gejala yang menyertai, seperti:
meningkatnya dyspnea, meningkatnya volume sputum, dan peningkatan purulensi sputum.
Pemberian antibiotik karena pada pasien PPOK severe biasanya terjadi komplikasi berupa
infeksi pernafasan (terutama ISPA) apalagi pasien juga menunjukkan terjadinya infeksi.
c. Regiment terapi
Digunakan glukokortikoid yang aksi cepat/aksi menengah dosis efektif serendah
mungkin (Prednisolon 7,5 mg per hari). Dosis seharusnya diberikan sekali tiap hari di pagi
hari untuk me-mimic variasi diurnal normal dari sekresi kortisol endogen.
Untuk terapi pemeliharaan, teofilin digunakan dengan dosis awal 200 mg 2 x sehari
dan dititrasi meningkat dalam 3 – 5 hari, sampai dicapai dosis lazimnya antara 400 – 900
mg sehari.
Terapi antibiotik dimulai dalam 24 jam setelah gejala terlihat untuk mencegah
percepatan penurunan fungsi paru-paru karena iritasi dan sumbatan mukus karena adanya
proses infeksi. Pemberian antibiotik selam 7 – 10 hari. Perlu dicek juga patogen penyebab
yang mungkin menginfeksi dengan tes sputum. Kalo dilihat dari karakteristik pasien sih,
kayaknya cocok kalo dikasi co-amoxiclav (liat di buku PPOK-nya bu Zullies hal 80 ya!!!)
Untuk pasien PPOK dengan risk factors dengan poor outcome maka guideline
merekomendasikan penggunaan regimen antibiotik broad spectrum seperti kombinasi
inhibitor β-lactam (contoh: amoksiklav), kuinolon atau sefalosforin generasi 2 atau 3.
PAGE 20
d. Evaluasi dan pemantauan Terapi
Pada PPOK stabil kronis, perlu dilakukan tes fungsi paru secara periodik untuk mengetahui
pengaruh perubahan terapi atau penghentian suatu terapi. Selain itu, juga dipantau skor
dispneu, kualitas hidup, frekuensi eksaserbasi. Sedangkan untuk eksaserabasi akut, perlu
dilakukan evaluasi terhadap hitung leukosit, tanda vital, rontgen dada, dan perubahan dalam
frekuensi dispneu, volume sputum, dan purulensi sputum selama terapi eksaserbasi
berlangsung. Pada eksaserbasi yang lebih berat, analisa saturasi oksigen dan gas darah
harus dilakukan.
Riwayat Penyakit
Hipertensi 8 tahun
DM tipe 2
Riwayat pengobatan
Glibenklamid 5 mg 1 kali sehari
Adalat 30 mg 1 kali sehari
Vital sign
Tekanan darah: 150 / 97 mmHg; RR: 18, suhu: 37,7oC
PAGE 21
Data laboratorium 1 bulan yang lalu
Na : 130 mEq/L BUN : 12 mg/dL
K : 4,0 mEq/L SCr : 0,9 mg/dL
Cl : 98 mEq/L Gula darah acak: 284 mg/dL
CO2 : 22 mEq/L HbA1C: 8,0%
Kolesterol total : 275 mg/dL
HDL : 28 mg/dL
LDL : 160 mg/dL
Trigliserida : 300 mg/dL
Diagnosa
Diabetes mellitus tipe 2 yang baru terdiagnosa, hipertensi, hiperlipidemia
Soal
1. Drug Related Problems apa yang Anda temukan pada kasus di atas?
2. Jelaskan tata laksana terapi yang anda rekomendasikan untuk mengatasi diabetes
mellitus, hipertensi dan hiperlipidemia pada Tn. GH (kalau diperlukan obat sebutkan
macam obat, dosis, frekuensi dan cara pemberiannya)
3. Komunikasi, Informasi dan Edukasi apa sajakah yang perlu anda sampaikan pada Tn.
GH?
4. Monitoring apa saja yang harus Anda lakukan terkait dengan efek terapi maupun efek
sampingnya?
Jawaban
1. Drug Related Problem yang ditemukan pada kasus tersebut:
• Obat hipertensi disertai diabetes melitus (DM) yang dianjurkan adalah ACE-inhibitor
dan ARB, sedangkan Adalat (nifedipin) merupakan CCB (Calcium Channel Blocker).
Pemakaian CCB sebagai single theraphy pada pasien hipertensi dengan DM harus
dihindari.
• Glibenklamid merupakan antidiabetika generasi ke-2 yang aksinya lebih kuat dari
generasi ke-1, dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan kadar gula darah yang
drastis pada Tn.GH yang baru terdiagnosa diabetes. Perlu diketahui apakah pasien
overweight atau tidak. Namun, dperkirakan karena pasien DM dan hiperlipidemia maka
untuk terapi awal DMnya first line dengan metformin bukan sulfoilurea.
PAGE 22
2. Tata laksana terapi yang direkomendasikan :
A. Diabetes militus
Sasaran Terapi
Mengontrol kelebihan kadar gula darah namun tidak sampai kadar gula darah menjadi
terlalu rendah.
Tujuan Terapi
Menghilangkan keluhan atau gejala (banyak minum/polidipsi, banyak kencing/poliuri,
banyak makan/polifagi) diabetes melitus; mempertahankan rasa nyaman dan sehat;
mencegah terjadinya komplikasi penyakit kronis; mencegah penyulit, baik makroangiopati
(pembuluh darah jantung pada penyakit jantung koroner, pembuluh darah tepi, dan
pembuluh darah otak pada stroke), mikroangiopati (retinopati dan nefropati diabetik)
maupun neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortilitas diabetes
melitus.
Strategi Terapi
Non farmakologi:
• Diet rendah kalori
• Pengaturan pola makan (jadwal, jenis, dan jumlah makanan). Komposisi yang
dianjurkan: Karbohidrat 45-65%, protein 15-20%, dan lemak 20-25%.
• Olah raga (ritmik/ ada kontraksi otot), dapat membantu up-take glukosa ke dalam sel.
Farmakologi:
Berhubung pasiennya hiperlipidemia, maka obat anti diabetik oral yang cocok adalah
biguanide (metformin) karena bisa menurunkan kolesterol, trigliserida dan LDL..ntar klo
kadar gula dan HbA1C uda turun baru tapering pelan dan pake non farmakologi tunggal
karena masih awal… Coba tolong diliat lagi aja ya di DIPIRO…Maaf, kita agak ragu.
B. Hipertensi
Sasaran Terapi
Mengontrol tekanan darah pada kondisi normal, untuk hipertensi yang disertai DM <130/80
mmHg.
Tujuan Terapi
PAGE 23
Menurunkan tekanan darah sampai tidak mengganggu fungsi ginjal (gagal ginjal), otak
(stroke) dan jantung serta meningkatkan kualitas hidup serta mencegah mortalitas dan
morbiditas.
Strategi Terapi
Non farmakologi:
Modifikasi gaya hidup yang meliputi:
- Diet rendah garam dan lemak
- Perbanyak makan makanan berserat tinggi
- Apabila merokok sebaiknya berhenti merokok
- Hindari minum minuman beralkohol
- Membatasi minum kopi
- Olahraga secara teratur
- Cukup istirahat dan tidur
Farmakologi:
ACE inhibitor dan ARB (Angiotensin Receptor Blocker) merupakan obat pilihan untuk
hipertensi yang disertai DM. Contoh obat dari golongan ACE inhibitor adalah kaptopril,
dapat diberikan dengan dosis 25 mg 2x sehari. Cara pemberian: pada saat perut kosong (1
jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan).
C. Hiperlipidemia
Sasaran Terapi
Mengontrol kadar LDL dan HDL dalam darah pada kondisi normal.
Tujuan Terapi
Menurunkan jumlah LDL dan meningkatkan kadar HDL dalam darah, serta mencegah
perkembangan penyakit lebih lanjut yaitu Coronary Heart Disease (CHD).
Strategi Terapi
Non farmakologi:
Terapi diet dan memperbaiki gaya hidup (Terapeutic Lifestyle Change)
- mengurangi intake asam lemak jenuh dan kolesterol secara progresif
- peningkatan asupan sayuran dan buah-buahan atau serat yang dapat larut
PAGE 24
• Penurunan berat badan
• Meningkatan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
Farmakologi:
Obat penurun lipid diindikasikan kuat pada pasien dengan penyakit arteri koroner, atau
pada pasien dengan resiko tinggi penyakit arteri koroner karena faktor resiko
hiperkolesterolemia familial. Pada kasus Tn.GH cukup diberikan “health suplement”
untuk mangurangi kadar trigliserida dan kolesterol. Kalo dengan perbaikan gaya hidup
tidak ada perubahan yang berarti terhadap profil lipid, dapat dipertimbangkan pake obat
antihiperlipidemia golongan fibrat (klofibrat, gemfibrosil) coz klo diliat profil lipid yg
trigliserid, LDL dan kolesterol masuk kategori tinggi, sehingga sudah perlu obat.
TOLONG DILIAT LG AJA YA
PAGE 25
• Menjelaskan perlunya mengontrol tekanan darah secara rutin, dan minum obat secara
teratur.
6. Soal ISPA dan ISK (Dosen: Nanang Munif Yasin, M. Pharm, Apt.
Diagnosis : Pneumonia
Pertanyaan:
1. Hasil temuan apa yg menunjukkan LS menderita pneumonia dan faktor resiko?
2. tatalaksana terapi?
3. Alternatif antibiotik beserta dosis dan durasi?Apa drug of choice dan alasannya?
4. Monitoring (target dan frekuensi)?KIE?
PAGE 26
Jawab :
Untuk menjawab soal pneumonia ini, perlu dilakukan skoring terlebih dahulu. Cara skor-
nya berapa aja ada di hand out pak nanang yang dicopy dari moko di bagian pneumonia
halaman 6.
Penjumlahan skor = 67 (umur pasien laki-laki) + 10 (ada penyakit penyerta renal/gagal
ginjal) + 20 (RR > 30 x per menit) + 20 (tekanan darah diastolik < 90
mmHg)
= 97
Berdasarkan Patient Outcome Research Team (Pneumonia PORT) dari IDSA diketahui
bahwa dengan skor 91 – 130 masuk dalam risk class ke-IV (baca: keempat) dengan
rekomendasi inpatient (masuk RS).
Faktor resiko :
a. Geriatrik
b. Gagal ginjal
2. Tatalaksana terapi
a. Untuk mengatasi Hipertensi dan gagal ginjal
Non farmakologi: liat yang kasus hipertensi.
Famakologi:
Berhubung tekanan darah pasien 141/89, berarti masuk hipetensi stage 1. Berberdasarkan
guideline, digunakan satu antihipertensi dengan diuretik tiazid sebagai lini pertama.
PAGE 27
Berhubung sudah hampir mencapai target, dapat digunakan satu antihipertensi saja. Coz
bila dua bersamaan dikhawatirkan dapat menyebabkan hipotensi. Diuretik yang dipilih
adalah diuretik kuat seperti furosemid. Pada penyakit gagal ginjal, ginjal sukar
mengeluarkan cairan dari dalam tubuh sehingga cenderung terjadi retensi cairan di dalam
tubuh sehingga dapat terjadi peningkatan tekanan darah. Jadi, diuretik kuat selain
menurunkan tekanan darah, juga membantu mengeluarkan cairan dari dalam tubuh.
Kombinasi bisa juga diberikan antara diuretik tiazid dengan ARB, tetapi dosis ARB
biasanya dikurangi 50 % dari dosis awal. ARB memiliki keuntungan karena memiliki sifat
renoprotektif. Untuk pemberian beta bloker sebaiknya dihindari karena memiliki efek
samping bronkospasme yang ini mungkin bisa memperburuk penyakit pneumonianya
apalagi dari hasil pemeriksaan fisik, diketahui bahwa pasien kesulitan bernafas karena RR
smapai 35x per menit. (Maaf teman – teman, kami masih ragu dalam merekomendasikan
obat yang cocok trz dosisnya berapa. Tapi kalo golongan obat yang dipakai, InsyaAllah
dah sesuai ma kondisi pasien).
Farmakologi
Sesuai dengan yang disoal, berhubung pasien CAP parah, pasien dibawa kerumah
sakit, terus dilakukan sinar-X dada, sputum untuk biakan dan uji kepekaan kuman, leukosit
dan hitungan jenis. Hasil pemeriksaan leukosit di situ : leukosit 19.100 sel/mm3
menunjukkan bahwa pasien menderita infeksi. PMNs 88% menunjukkan infeksinya karena
bakteri.
PAGE 28
Guideline untuk terapi empirik CAP yang rawat inap adalah sefalosporin +
makrolida; beta laktam/beta laktam inhibitor + makrolida; fluorokuinolon.
3. Alternatif antibiotik beserta dosis dan durasi
Beta laktam + makrolida (coamoxiclav 0,75 – 1 gram per hari) atau fluorokuinolon
(ciprofloxacin 0,5 – 1,5 gram per hari). Tentunya jumlah sekian itu dibagi dalam beberapa
dosis lho! Untuk cipro, menurut MIMS untuk infeksi saluran nafas digunakan 500 mg 2 x
sehari dan bisa ditingkatkan sampai 750 mg 2 x ehari).
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa BP 90/60 mm Hg, HR 110x permenit, RR 20x
permenit, T 380 C dan nyeri tekan pada Costovertebral angle (CVA), yaitu disekitar
pinggang.
Pertanyaan :
1. Hasil temuan apa saja yang menunjukkan bahwa BS memang menderita ISK besrta
faktor resikonya ? ( nilai 10 )
2. Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut (nonfarmakologi maupun farmakologi).
(nilai 25)
3. Sebutkan parameter-parameter/ monitoring apa saja yang diperlukan BS (disertai target
dan frekuensi)!(nilai 5)
4. Apa saja informasi dan edukasi yang saudara berikan kepada pasien BS !(nilai 10)
PAGE 29
Jawaban :
1. Hasil temuan yang menunjukkan bahwa BS memang menderita ISK
a. Adanya 20-25 leukosit/mm3
b. haematuria makroskopik
c. bakteri silinder leuokosit
d. adanya gram negatif rods pada urin
e. demam mengigil dan nyeri pinggang
2. Penatalaksanaan
a. farmakologi
o Pemilihan Obat Rasional
i. Antibiotik golongan penisilin
Mekanisme aksi : bersifat bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman,berdasarkan
penghambatan sintesis peptidoglikan yang diperlukan untuk dinding sel kuman
ii. Parasetamol
Mekanisme aksi: sebagai penurun panas dengan kerja pada pusat pengatur kalor di
hipotalamus. Selain itu juga digunakan sebagai analgetik
Dosis: untuk nyeri dan demam : 2-3 kali sehari 0,5-1 g, maks 4 g sehari
iii. Antidiabetika oral golongan Sulfonilurea
Mekanisme aksi : menstimulasi sel2 beta dari pulau Langerhans, sehingga sekresi
insulin ditingkatkan. Di samping itu, kepekaan sel2 beta bagi kadar glukosa darah
diperbesar melalui pengaruhnya atas protein-transport glukosa
iv. Salbutamol
Dosis : 3-4 x sehari 4 mg
v. Theofilin
Dosis : 130-150 mg
o Evaluasi obat terpilih (liat dulu hasil pengecatan gram, klo strepto or E. faecalis baru
pake ampisilin & amok. Karena perlu penanganan cepat, pasien bisa mendapat iv
dengan kombinasi aminoglikosida dengan penisilin (pastikan ga alergi dulu)….
i. Amoksisilin kombinasi asam klavulanat, ex : Clabat
Dosis: 3 x sehari, 1 kapl. 250 mg
KI : Hipersensitif terhadap penisilin
PAGE 30
ESO : diare, mual, muntah, kembung, sakit kepala, ruam kuli, kembung, de-el-el
IO : Probenesid
ii. Parasetamol
I : nyeri, demam
ESO : jarang terjadi (mengantuk, reaksi kemerahan pada kulit)
IO : antihistamin, MAOi, antikoagulan oral
vi. Antidiabetika oral golongan Sulfonilurea (glimepirid)
Dosis : 1-4 mg,1 x sehari
KI :Ketoasidosis diabetes dengan atau tanpa koma, hamil dan laktasi
ESO : hipoglikemi, gangguan GI, reaksi alergi pada kulit, anemia, penglihatan kabur
IO : insulin dan antidiabetik oral lain, ACEi, kloramfenikol, de-el-el (buka MIMS
aj..)
v. Salbutamol
Dosis : 3-4 x sehari 4 mg
ROTD : tremor, sakit kepala, ketegangan saraf, hipokalemia (dosis tinggi), reaksi
hipersensitif
vi. Theofilin
ROTD : takikardi, gangguan GI, sakit kepala, isomnia, aritmia, konvulsi
IO : karbamazepin, simetidin, ciprofloxacin, antibiotik turunan makrolida, propanolol
b. non-farmokologi
i. Banyak minum air putih
ii. Berkemih lebih sering
iii. Pemberian 300 ml/hari cranberry (juice)
3. monitoring
a. jumlah sel darah putih
b. kadar gula darah
c. demam dan nyeri pinggang
d. tes kultur mikrorganisme secara teratur (2 minggu setelah terapi)
e. Pantau kemungkinan terjadinya resistensi obat
PAGE 31
4. informasi dan edukasi
a. Komunikasikan tentang efek samping antibiotik bila tidak digunakan secara teratur
dan tidak sampai habis.
b. Pasien disarankan diet pembatasan glukosa.
c. Anjurkan untuk menjaga kebersihan diri sendiri di sekitar organ intim (betul gak
Yud!Hehe).
d. Menerapkan pola hidup sehat dan olahraga teratur
SELESAI
Mungkin sekian dulu ya temen-temen! Maaf kalo ada bagian yang kurang jelas ato
gak ngedongin. Ya biasa lah, “Tiada Gading yang Tak Retak”. Terutama yang soal dari
pak Nanang. Mungkin penjelasannya kurang lengkap. Maaf, karena diskusi kita amat
sangat kurang untuk bagian ISK dan ISP ini. Kalo ada yang kurang jelas/kurang paham,
bisa langsung ditanyain ke kita-kita tim pembahas soal farmakoterapi. Tim kita terdiri dari
Hermawan, Agil, Dinda, Tries&mbk Fani.
Thanx buat temen-temen tim pembahas soal farmakoterapi ini yang penuh semangat
dan antusias, katanya ada yang begadang untuk ngerjain soal mpe jam 2 pagi.
Weizzz!!!Special thanx juga buat Vina SB (Profesi FKK kls A 2008) dah mau mereview
jawaban kami. Moga bermanfaat untuk temen-temen semua dalam memahami dan
mengerjakan soal-soal ujian farmakoterapi yang lain.
PAGE 32
SPECIAL EDITION
2. Respiratory rate (RR): 12 – 15 kali per menit (manusia sehat pada kondisi istirahat).
Jika lebih besar dari rentang itu (lebih cepat), maka pasien mangalami sesak nafas
(kesulitan bernafas).
3. Tingkat keparahan PPOK berdasarkan nilai FEV1 dan gejala (GOLD, 2005)
Tingkat Nilai FEV1 dan gejala
0 Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan dispnea.
berisiko Ada paparan terhadap faktor risiko (rokok, polusi), spirometer normal.
I Rasio FEV1/FVC < 70%; FEV1 > 80%, dan umumnya, tapi tidak selalu, ada
ringan gejala batuk kronis dan produksi sputum. Pada tahap ini, pasien biasanya
bahkan belum merasa bahwa paru-parunya bermasalah.
II Rasio FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%, gejala biasanya mulai
sedang progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.
III Rasio FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi berulang
berat yang mulai mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada tahap ini pasien mulai
mencari pengobatan karena mulai dirasakan sesak nafas atau serangan
penyakit.
IV Rasio FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50% plus kegagalan respirasi
sangat kronis. Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika walaupun FEV1 > 30%,
berat tapi pasien mengalami kegagalan pernafasan atau gagal jantung kanan. Pada
tahap ini, kualitas hidup sangat terganggu dan serangan mungkin mengancam
jiwa.
Apa itu FEV1 dan FVC, liat lagi di handout-nya bu Zullies ya!!!
PAGE 1
4. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur > 18 tahun
Klasifikasi Tekanan darah Tekanan darah
sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)
Normal <120 dan < 80
Pra hipertensi 120 - 139 atau 80 - 89
Hipertensi stage 1 140 – 159 atau 90 - 99
Hipertensi stage 2 > 160 atau > 100
Untuk menentukan status hipertensi, tekanan darah sistolik kadang kala lebih
diperhatikan. Sebagai contoh: tekanan darah 160/95 maka dia termasuk stage 2 walaupun
tekanan darah diastoliknya masuk rentang stage 1. Target tekanan darah untuk penderita
hipertensi: 140/90 dan 130/80 untuk komplikasi dengan DM.
5. Profil lipid
Parameter Nilai (mg/dL) Keterangan
< 200 Desireable
Kolesterol total 200 – 239 Borderline High
>240 High
< 100 Optimal
100 – 129 Near or above optimal
LDL 130 – 159 Borderline high
160 – 189 High
> 190 Very high
< 40 mg/dL Low
HDL
> 60 mg/dL High
<150 Normal
150–199 Borderline high
Trigliserid
200–499 High
≥ 500 Very high
PAGE 2
8,0 – 20 mg/dL Orang dewasa
BUN 5,0 – 20 mg/dL Anak
5,0 – 15 mg/dL Bayi
Ureum 10 – 50 mg/dL
PAGE 3
8. Pemeriksaan kimia darah/serum untuk penyakit jantung
a. CK/CPK (Creatin Posfo Kinase)
Peningkatan CPK merupakan indikator penting adanya kerusakan mikardium.
Nilai normal
Dewasa pria : 5 – 35 µg/mL atau 30 – 180 IU/L
Wanita : 5 – 25 µg/mL atau 25 – 150 IU/L
Peningkatan CPK Penyebab
Peningkatan 5 kali atau lebih dari Infark jantung, poliomoisitis, distropia muskularis
normal Duchene.
Peningkatan ringan/sedang (2 – 4 Kerja berat, trauma, tindakan bedah, injeksi im,
kali normal) miopati alkoholika, infark miokard/iskemik berat,
infark paru/edema paru.
Nilai normal
Laki-laki sampai dengan 42 U/L
Wanita sampai dengan 32 U/L
PAGE 4
• Peningkatan SGOT/SGPT: > 20 x normal: hepatitis virus, hepatitis toksis.
• Peningkatan 3 – 10 x normal: infeksi mononuklear, hepatitis kronik aktif, obstruksi
empedu ekstra hepatik, sindrom reye dan infark miokard (AST>ALT).
• Peningkatan 1 – 3 x normal: pankreatitis, perlemakan hati, sirosis laennec, dan
sirosis biliar.
Untuk SGPT dan SGOT ini, bisa juga jadi parameter untuk pemeriksaan fungsi hati.
a. Natrium
Natrium mempunyai efek menahan air. Fungsi natrium untuk: mempertahankan
cairan tubuh, konduksi impuls neurotransmiter, aktivitas enzim.
Penurunan natrium terdapat pada penderita muntah, diare, penghisapan lambung,
cedera jaringan, diet rendah garam, luka bakar, gagal ginjal, penggunaan obat diuretika
Furosemid, Thiazid dan manitol. Peningkatan natrium terdapat pada penderita dehidrasi,
PAGE 5
muntah, diare, gangguan jantung kronis, hiperfungsi adrenal, gagal hepatik, intake Na
tinggi, penggunaan obat kortison, antibiotik, laksansia dan obat batuk.
b. Kalium
Berperan penting dalam pengaturan impuls neuromuskuler terutama denyut jantung.
Hiperkalemia terjadi gangguan ginjal, oliguri, anuria, infus KCl, perlukaan, metabolik
asidosis, dan penggunaan obat terutama sefalosporin, heparin, epinefrin, histamin, INH,
spirinolakton.
Hipokalemia karena input kalium rendah dan ekskresi lewat urin berlebih misalnya
pada penyakit muntah, diare, dehidrasi, malnutrisi, diet ketat, trauma, luka pembedahan,
penghisapan lambung, DM asidosis, banyak makan permen, luka bakar, hiperaldosteron,
alkalosis metabolik dan penggunaan obat terutama diuretik, kortison, estrogen, insulin
litium karbonat dan aspirin.
c. Klorida
Berperan dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam basa, dan dengan
Na menentukan osmolalitas. Penurunan kadar Cl dapat terjadi pada penderita muntah,
penghisapan lambung, diare, diet rendah garam, GE, kolitis, insufusiensi adrenal, infeksi
akut, luka bakar, alkalosis metabolik, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis,
asodosis respiratorik, penurunan kadar K dan Na dan dapat juga karena penggunaan obat
Thiazid, diuretik loop, dan bikarbonat.
Peningkatan Cl dapat terjadi pada penderita dehidrasi, hiperfungsi adrenal,
peningkatan Na, cedera kepala, penggunaan kortison dan asetazolamid.
d. Kalsium
Berperan dalam membentuk keseimbangan elektrolit, pencegahan tetani, dan
dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya gangguan pada paratiroid dan tiroid.
Penurunan Ca dalam serum dapat terjadi pada malabsorpsi saluran cerna,
kekurangan intake Ca dan vit D, hipotiroid, gagal ginjal kronis, infeksi yang luas, luka
bakar, pankreatitis, alkoholisme, diare, kehamilan, karena penggunaan obat laksansia,
kortison, gentamisin, antasid Mg, heparin, insulin, dan asetazolamid.
Peningkatan Ca terdapat pada hipertiroid; malignansi pada tulang, paru-paru,
payudara, kandung kencing dan ginjal; hipervitamin D; fraktur multiple; batu ginjal dan
olah raga berlebihan.
PAGE 6
10. Pembagian Kelompok Bakteri
Parasit Penyakit Obat pilihan pertama Obat
pilihan
kedua
1 Kuman2 gram positif
a cocci
Staphyloc. Aureus a, p, e, m AK, Ps St, Sf, Vm
Streptoc. Pyogenes f, o, p, s Pv, Pg Ss, Vm
enterococcus u, e As Sf, Nf
b bacili
Bacillus anthracis p Pg Em, Ts
Clostridium tetani T Serum+vaksin, pg Ss, Vm
Corynebact. Diphther Difteri Anitoksin, Em Pg + Rf
Listeria monocytogenes b, m As, Pg (+Ag) Kt, Ka, Ts
b bacili
Bacteroides fragilis a, e, b Mn, Km Mn, Ss
Compylobact. Jejuni j, e, g Sf, Em Ts, Km
Enterobact. Spec u, umum Sp, Ag Ts, Kt
e. coli u, umum Kt, Sf AK, Sf
Haemophil. Influ B, o, s, p, m Sp, St AK, As
Klebsiella pnumon up Sp, St At, Kt
Legionella pneumoph pk veteran Em (+ Rf) Sf, Kt
Proteus mirabillis u As Ss, Ag
Psudomon, aerugin u, p, b Ps + Ag St + Ag
Salmonella typhi t, b Kt, Ka Sp, St
Shigella spec g Kt Sp
Vibrio spec. Kolera Ts Kt, Ka, Sf
Yersinia pestis pes Sf, Ag, Ka Ts, Ka
PAGE 7
Treponema pallidum sifilis Pg St, Ts
5 Virus
Hepatitis B virus Hepatitis
Herpes simplex Pk kelamin Asklovir Vidarabin
Herpes zoster Sinaga Asklovir Vidarabin
HIV AIDS AZT+3TC+indinavir Sf,Nf
Influenza A2 influenza Amantadin, relenza
6 Fungi
Dermatolit Dematitis Kk
Candida albicans Vaginitis Nistatin, kk
pityrosporum ketombe kk
7 Lainnya
Chlamydia trachom trachom Ts, Kt
Mycoplasma pneumon p.atipis Em, Ts
rickettsia T, Q-fever Ts, Ka
PAGE 8
Terminologi Medis |1
Persiapan Ujian
Terminologi Medis
Sebelum masuk ke soal, akan kita review materi apa aja yang udah disampaikan ma ibu-ibu dosen
kita tercita:
Bu Tri Murti
1. Pendahuluan
2. Sistem Pencernaan
3. Sistem Pernafasan
4. Sistem Reproduksi
5. Sistem Uriner
6. Sistem Syaraf
Bu Fita
7. Sufix, prefix
8. Bentuk kombinasi
9. Sistem Sirkulasi
10. Sistem Muscle dan Skeletal
11. Struktur Badan dan Sistem Imun
Sistem Pernafasan
Tulislah arti dari kata yang digaris bawah berikut ini
1. alveolar : alveolus
2. bronchial : bronkus
3. spirometer : untuk bernafas
4. pharingitis : faring
5. lobectomy : paru
6. thoracotomy : dada
7. tracheostomy : trakea
8. silicosis : silika
9. bronchiole : kecil
10. phrenic : diafragma
III. Lengkapilah
1. Struktur penutup yang melindungi larynx sewaktu ada makanan yang lewat disebut
epiglottis.
2. Istilah lain dari pneumonia adalah pneumonitis.
3. Yang berhubungan dengan jantung dan paru disebut pneumocardial.
4. Efusi cairan ke dalam ruang udara dan celah antar jaringan pada paru disebut effusion
pleural.
5. Insisi pada dada disebut thoracotomy.
6. Tindakan pembuangan dari jaringan paru disebut pulmoectomy.
7. Pemeriksaan visual pita suara disebut laryngoscopy.
8. Istilah yang berarti terjadi radang pada kerongkongan adalah pharingitis.
9. Kata yang berhubungan dengan batang tenggorok dan bronchi adalah tracheobronchitis.
10. Nama lain dari radang selaput dada adalah pleuritis.
SISTEM PENCERNAAN
I. Tulislah, arti dari kata yang digarisbawah berikut.
1. anal : anus
2. cheilitis : bibir
3. cholecystectomy : kandung empedu
4. colitis : usus besar
5. dehydration : menghilangkan
6. duodenal : duodenum
7. esophageal : esophagus
8. anorexia : nafsu makan
9. hypoglycemia : darah
10. eupepsia : pencernaan, digesti
III. Lengkapilah!
1. Organ internal yang besar disebut hepar
2. Tindakan ”cuci perut” disebut juga gastric lavage
3. Hernia hiatus adalah tipe dari gastro cele
4. Ditemukannya batu dalam kandung kemih atau saluran lain disebut cystolithiasis.
5. Hilangnya selera makan anorexia.
6. Keadaan pengeluaran cairan badan lebih besar daripada pemasukkannya dehydration
7. Muntah berlebihan adalah hyper emesis.
8. Prosedur untuk mengurangi jumlah asam lambung dengan pemotongan saraf
pengaturnya disebut vago tomy.
9. Nama lain gusi adalah gingiv a
10. Penghilangan umbai cacing appendik dinamakan appendec tomy
SISTEM URINARY
I. Tulislah arti dari kata yang digarisbawah berikut.
1. Tomography : pemeriksaan / rekaman
2. Peritoneal : terkait dengan
3. Lithotrite : batu
4. Hemodialysis : darah
5. Hematuria : darah
6. Nephrosis : ginjal
7. Renal : ginjal
8. Sonography : suara
9. Urology : urin / saluran urin
10. Anuria : urin
III. Lengkapilah
1. Proses eliminasi sampah metabolisme dari tubuh adalah excretion
2. Operasi pembukaan/pembuatan lubang pada pelvis ginjal adalah pyelostomy
3. Kerusakan dari jaringan ginjal dinamakan nephrosis
4. Difusi darah melewati membran guna memindahkan “sampah” dan menjaga sistem
keseimbangan disebut hemodialysis
5. Alat yang digunakan untuk menghancurkan batu empedu disebut lithotrite
6. Visualisasi ginjal dengan gelombang ultrasonik disebut nephrosonography
7. Pemerikasaan pelvis ginjal sesudah diberi injeksi medium pengontras disebut
pyelography
8. Sampah metabolisme utama dalam urin orang normal adalah urea
9. Perbesaran salah satu atau kedua ginjal adalah nephromegaly
10. Penghilangan jaringan dari ginjal menggunakan jarum yang ditusukkan melewati kulit
ginjal disebut percutaneous renal biopsy
SISTEM REPRODUKSI
Tulis arti dari kata-kata berikut
1. Nat/I = kelahiran
2. Oophor/o = ovarium
3. Ovar/o = ovarium
4. –para = wanita yang bisa melahirkan
5. Ultra- = melebihi atau di atas
6. Uter/o = uterus
7. Vagin/o = vagina
8. Vesic/o = kandung kemih
9. Colp/o = vagina
Lengkapilah
1. Cabang ilmu kesehatan yang mempelajari wanita dari mengandung sampai melahirkan
disebut obstetric
2. Implantasi tidak normal dari ovum terbuahi, yaitu berada di luar uterus disebut
endometriosis pregnancy.
3. Istilah yang berarti sesudah kelahiran adalah post natal.
4. Operasi pengambilan cairan amnion disebut amniocentensis.
5. Fiksasi pada testis disebut orchidopexy.
6. Berada dalam uterus berarti intra uterine.
7. Inflamasi pada dinding dalam uterus disebut endometritis.
d. Placenta
TERMINOLOGI MEDIS
Dra. Tri Murti Andayani, Sp.FRS., Apt
18 Januari 2007
I. Isilah titik-titik di bawah ini dengan huruf di depan jawaban yang sesuai!
1. ( l ) cheil/o a. kandung kemih
2. ( j ) col/o b. testos
3. ( r ) dent/o c. darah
4. ( q ) enter/o d. Uterus
5. ( h ) gastr/o e. Dinding abdomen
6. ( f ) gloss/o f. Lidah
7. ( n ) stomato g. Jaringan uterus
8. ( k ) sial/o h. Lambung
9. ( p ) nas/o i. Cervic
10. ( i ) cervi/o j. Usus besar
11. ( d ) hyster/o k. Kelenjar saliva
12. ( o ) oophor/o l. Bibir
13. ( g ) metr/o m. Suara
14. ( h ) orchid/o n. Mulut
15. ( s ) urethr/o o. Ovarium
16. ( c ) hem/o p. Hidung
17. ( m ) son/o q. Usus
18. ( a ) cyst/o r. Gigi
19. ( t ) pyel/o s. Urethra
20. ( e ) lapar/o t. Piala ginjal
II. Tulislah istilah medis dari pernyataan berikut ini pada titik-titik ynag sudah disediakan!
1. Penyakit batu kandung empedu...cholelithiasis
2. Operasi untuk batu empedu...cholelithotomy
3. Operasi mengeluarkan rahim...hysterectomy
4. Radang paru...pneumonia
5. Terkait dengan jantung dan paru...pneumocardial
6. Pemeriksaan bagian dari larynx...laringoscopy
7. Dilatasi kronik dari bronkus...bronchoectasis
8. Inflamasi dari saluran empedu...cholangitis
9. Fiksasi dari ginjal...nephropexy
10. Nyeri pada saat menstruasi...dysmenorrhea
11. Pemeriksaan X-ray pada kandung mepedu...cholecystography
12. Alat yang digunakn untuk menghilangkan batu...litotrite
13. Herniasi dari lambung...gastrochele
14. Istilah mengeluarkan atau sekresi urin...urinasi
15. Pendarahan dalam paru...hemotoraks
TERMINOLOGI MEDIS
Dra. Fita Rahmawati, Sp.FRS., Apt
4 Januari 2007
B. Lingkarilah jawaban yang tepat, perhatikan bahwa jawaban dapat lebih dari satu!
1. Penyakit berikut merupakan penyakit akibat gangguan imunitas:
a. Dysphagia
b. Systemic lupus erythematosus
c. Aphasia
d. Autoimun hemolytic anemia
2. Preparat antigenic atau antibodi berasal dari hewan atau manusia untuk imunisasi dan
terapi imun disebut:
a. Immunobiological
b. Enzyme immunoassay
c. Immunodeficiency
d. Immunogen
3. Bagian dari antigen yang dapat menginduksi antibodi adalah:
a. Komplemen
b. Epitop
c. Determinan antigen
d. Imunisasi aktif
Artikan:
1. Hysteroptosis : prolaps atau turunya uterus.
2. Cholecystectomy : eksisi kandung empedu/ pemotongan (pengambilan sebagian)
Cocokkan !
1. Darah : hemat/o; hem/o; -emia
2. Bronkus : bronch/o; bronchi/o
3. Diafragma : phren/o
4. Vagina : colp/o; vagin/o
5. Testis : orchi/o
6. Dada : thorac/o
7. Ovarium : ovar/o; oophor/o
8. Udara : pneum/o; pneumon/o
9. Empedu : bil/i; chol/e
10. Kandung kemih : cyst/o
11. Ginjal : nephr/o; ren/o
12. Nervus vagus : vog/o
13. Mulut : stomach/o
14. Uterus : uret/o
15. Jiwa : psych/o
2. Suatu obat (500 mg) dalam bentuk 100 persen aktif diberikan per oral 4 kali sehari
kepada subjek, dan telah mencapai keadaan tunak. Ternyata subjek merasakan
gejala overdosis, sebab kisar terapeutik obat 2-5 mg/ L. Obat tersebut berhasil
masuk ke dalam sirkulasi sistemik 80 persen dari sediaan. Waktu paro eliminasi
dan kliren obat pada subjek berturut-turut 8 jam dan 10 L/jam.
a. Berapa kadar puncak obat dalam darah ketika terjadi gejala overdosis?
b. Berapa seharusnya dosis maintenance agar kadar puncak obat dalam darah
tep[at pada kadar toksik minimum?
c. Dengan dosis maintenance yang baru (butir b), hitunglah kadar minimum obat
dalam darah.
ANSWER:
Jawab :
.. ..
a. = = 13,33 mg/L.
. .
c. . . = 10,35 . . . = 1,72 mg/L.
_____________________________________________________________
2. Cefalexin diberikan secara intravena dengan kecepatan tetap (70 mg/jam) selama
50 jam kepada pasien dengan berat badan 50 kg. Ternyata klirens cefalexin pada
pasien 0,134 L/jam per kilogram berat badan, dan volume distribusi 0,257 L/kg.
Antibiotik tersebut terikat protein plasma 14 %, dengan oral bioavailability 90 %.
a. Berapakah kadar tunak rat-rata cefalexin dalam darh pada jam ke-50?
b. Pemberian infus diteruskan, namun mulai jam ke-50, pasien juga minum
stimulan jantung sehingga kadar tunak rata-rata cefalexin menjadi 8,5 mg/L.
Berapakah harga klirens cefalexin sekarang?
c. Saat ini pasien masih menggunakan stimulan jantung. Jika kadar tunak
cefalexin akan dikembalikan ke harga semula, berapakah besar loading dose
intavena? Berapakah pula dosis maintenance yang harus diberikan untuk
menjaga kadar tunak semula?
ANSWER:
..
b.
.
Jawab :
.. . ,7 . 8
a. == = 9,4 mg/L
. .,8
..
b.
.
. ,7 . 8
8,5 = .
sehingga diperoleh Cl = 7,4 L/jam
1. Cefalexin diberikan secara intravena dengan kecepatan tetap (70 mg/jam) selama
50 jam kepada pasien dengan berat badan 50 kg. Ternyata klirens cefalexin pada
pasien 0,134 L/jam per kilogram berat badan, dan volume distribusi 0,257 L/kg.
Antibiotik tersebut terikat protein plasma 14 %, dengan oral bioavailability 90 %.
a. Berapakah kadar tunak rat-rata cefalexin dalam darh pada jam ke-50?
b. Pemberian infus diteruskan, namun mulai jam ke-50, pasien juga minum
stimulan jantung sehingga kadar tunak rata-rata cefalexin menjadi 8,5 mg/L.
Berapakah harga klirens cefalexin sekarang?
c. Saat ini pasien masih menggunakan stimulan jantung. Jika kadar tunak
cefalexin akan dikembalikan ke harga semula, berapakah besar loading dose
intavena? Berapakah pula dosis maintenance yang harus diberikan untuk
menjaga kadar tunak semula?
ANSWER:
.. . ,7 . 8
a. == = 9,4 mg/L
. .,8
..
b.
.
. ,7 . 8
8,5 = .
sehingga diperoleh Cl = 7,4 L/jam
.. . .
a. == = 41,6 mg/L.
. . ,
b.
+A
. 1 . )
c. +A
. .
1,5 = 41,6 . , .
,sehingga didapatkan t =7,19 jam ≈ 7,2 jam.
. 1 . ), = 41,6 . 1 , . = 38,96 mg/L ≈ 40 mg/L.
1. Jelaskan dengan singkat, mengapa harga MEC dan MTC obat bisa berbeda antar-
pasien?
2. Penderita sesak nafas, berat badan 60 kg, akan diberi sediaan aminofilin per oral.
Ktersediaan hayati obat tersebut sempurna (100%), dan teofilin terdistribusi ke
dalam volume 0,5 L/kgbb, dibersihkan dengan kecepatan 40 mL/jam per kg bb
pada pasien tersebut.
a. Sudah dua hari ini pasien tidak minum aminofilin. Berapakah besar loading
dose agar tercapai kadar teofilin dalam darah 10 mg/L?
b. Jika aminofilin akan diberikan tiap 8 jam, berapakah besar maintenance dose
agar kadar teofilin dalam darah terjaga 10 mg/L ?
c. Setelah tiga hari minum aminofilin, ternyata pasien masih sesak nafas. Jika
kadar teofilin darah akan dinaikkan menjadi (dan dijaga pada) 15 mg/L,
berapakah besar loading dan maintenance doses aminofilin?
3. Tablet diklofenak natrium 50 mg akan diberikan tiap 6 jam kepada pasien
inflamasi. Kadar minimum diklofenak dalam darah setelah pemberian pertama
sebesar 1,4 mg/L., sedangkan kadar minimumnya pada keadaan tunak sebesar 4,2
mg/L., kadar tunak rata-rata diklofenak ternyata 10 mg/L. Berat atom Na
diabaikan. Ketersediaan hayati diklofenak 50 %.
a. Hitunglah harga kliren, volume distribusi dan waktu-paro eliminasi dikofenak
pada pasien tersebut?
b. Harga kliren diklofenak pada orang sehat ternayat 15 L/jam. Jelaskan dengan
singkat pendapat saudara, mengapa harga kliren pasien sangat rendah?
ANSWERS:
2. Variabel eksternal
a. Obat (sintetik, obat bahan alam = OBA, obat tradisional = OT)
b. Makanan
c. Minuman
d. Polutan ( industri, asap, kendaraan dan rokok)
e. Diurnal ( siang / malam)
f. lingkungan
Sorry, sorry karena aku gak donk tentang Farmakokinetika klinik, jadi gak bisa milah-milih.
Biar aman tak kopi paste aja lah.
Jawab:
1 . Diketahui
• R = 200mg/jam
• t = 5 jam
• tstop = 6 jam
• Cl = 15 L/jam
• Vd = 50 L
a. Cpssave = S x F x Do
τ x Cl
= 1 x 1 x 200 mg
15 L/jam x 1 jam
= 13,33 mg/L
b. Kemudian infus dihentikan 5 jam
K = Cl : Vd
= 15 L/jam : 50 L
= 0,3 jam-1
Cp ( 5 jam) = Cpssave x ( 1 – e-k x t)
= 13,33 mg/L x (1 – e-0,3/ jam x 5 jam)
= 13,33 mg/L x (1-0,22)
2. . Diketahui
• D = 500mg (100 % aktif) p.o
• τ = 6 jam
• rentang terapi = 2 – 5 mg/L
• F = 0,8
• t1/2el = 8 jam
• Cl = 10 L/jam
K = 0,693
t1/2el
= 0,693
8 jam
= 0,09 jam-1
Vd = Cl : K
= 10 L/jam : 0,09 jam-1
= 111,11 L
Cpssmax = SxFxD
Vd x (1 – e-k x τ )
= 1 x 0,8 x 500 mg
111,11 L x (1 – e-0,09 jam-1 x 6 jam )
= 8,63 mg/L
Ini soal yang Cuma ngedit angka-angkanya aja, saking sibuknya bapak dosen kita (2 Juli
2007)
1. Suatu antibiotik diberikan secara infus intravena dengan kecepatan tetap (200
mg/jam) selama 15 jam kepada subyek dewasa, kemudian infus dihentikan selama
6 jam. Obat tersebut dibersihkan dengan kecepatan 12 l/jam dari volume
distribusi 45 L.
a. berapa perkiraan kadar rata-rata obat dalam darah pada keadaan
tunak?
b. Berapa kadar obat dalam darah saat infus dihentikan?
c. Berapa kadar obat dalam darah, 6 jam sejak infus dihentikan?
d. Hitunglah loading dose agar kadar antibiotik kembali mencapai kadar
tunak yang diharapkan?
2. Suatu obat (600 mg) dalam bentuk 100 % aktif diberikan per oral 4 kali sehari
kepada subyek, dan telah mencapai keadaan tunak. Ternyata subyek merasakan
gejala over dosis, sebab kisaran terapetik obat 2-5 mg/L. obat tersebut berhasil
masuk ke dalam sirkulasi sistemik 80 % dari sediaan. T1/2el= 8,5 jam, Cl = 12 L/jam.
a. Barapa kadar puncak obat dalam darah ketika terjadi gejala OD?
b. Berapa seharusnya dosis maintenance agar kadar puncak obat dalam darah
tepat pada kadar toksik minimum?
c. Dengan dosis maintenance yang baru (butir b), hirunglah kadar minimum obat
dalam darah.
a. Hitung harga kliren, VD, dan waktu paro elimnasi diklofenak pada pasien
tersebut?
b. Harga kliren diklofenak pada orang sehat ternyata 15L/jam. Jelaskan dengan
singkat pendapat saudara, mengapa harga kliren pasien sangat rendah?
Jawab:
1. Harga MEC dan MTC obat antarpasien dapat berbeda hal ini dipengaruhi oleh
2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal misalnya usia, jenis
kelamin, berat badan, kehamilan, genetik, ras dan subras dan penyakit ginjal,
liver, gastrointestinal, kardiovaskuler. Sedangkan faktor eksternal misalnya
obat (sintetik dan traditional), makanan, minuman, polutan, atitude dan
diurnal. Kedua faktor tersebut mempengaruhi pasien tidak sama, perbedaan
tersebut akan mempengaruhi sistem biologi yang pada akhirnya akan
mempengaruhi sistem farmakokinetik dan farmakodinamik (ADME).
Perubahan kedua profil akan menyebabakan perubahan kadar MEC dan MTC
dari suatu obat, dimana pasien yang satu dengan yang lainnya akan berbeda
tingkat dan jumlah perubahannya.
2. Diketahui
BB = 60 kg
VD = 0.5 L/kgBB = 30 L
F=1
Cl = 40 ml/jam per kg BB
= 40 ml/ jam per kg BB x 60 kg
= 2400 ml/jam= 2.4 L/jam
DL = Vd ( Cp target – Cp awal)
SxF
= 30 L ( 15 mg/ L – 10 mg/ L)
0.8 x 1
= 187,5 mg
3.Diketahui :
D = 50 mg
τ = 6 jam
Cpmin setelah pemberian pertama = 1.4 mg/L
Cpssave = 10 mg/L
Cpssmin = 4.2 mg/ L
F = 0.25
a. R = Cpssmin
Cpmin
= 4.2 mg/L = 3
1.4 mg/L
K = 0.693 = 0.07/jam
T1/2
CL = S x F x Do
τ x Cpssav
= 1 x 0.5 x 50 mg
1 jam x 10 mg/L
= 0.417 L/ jam
Vd= Cl / k = 6.13 L
b. CL pada pasien lebih rendah dibanding Cl normal hal ini karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti Body Surface Area, ikatan protein-obat-plasma, rasio
ekstraksi hepatik, fungsi liver dan ginjal dan cardiac output pasien. Adanya
ketidaknormalan pada faktor-faktor tersebut akan dapat merubah nilai Cl, pasien
1. Produk slow release peroral, melepas bahan obat secara konstan selama 24 jam,
dengan kecepatan 50 mg/jam, pada sekelompok subyek uji. Obat tersebut
mengandung bahan aktin aktif 0.7 dengan BA per oral 0.8 dan mempunyai
efektivitas terapetik pada kisar 5.6-15.2 mg/ L. Jika kecepatan eliminasi obat 0,25
per jam dan distribusi obat di dalam tubuh sebesar 10 L.
a. Kapan bahan aktif produk tsb sejak pemberian, tepat mencapai nilai ambang efek
(MEC)?
b. Berapakh kadar tunak rata-rata bahan aktif dalam darah?
c. Setelah bahan aktif mencapai kadar tunak, berapa lama bahan aktif turun
mencapai MEC?
Jawab:
Diketahui
S= 0.7
F= 0.8
T1/2 = 0.693/K =2.772 jam
VD= 10 L CL= K x VD = 0.25 x 10 =2.5 L/jam
a. CpMEC = S x F x D x (1 – e-k x t)
Cl
T= 0.1 jam
b. Cpss= S x F x Do
τ x Cl
= 840
1 x2.5
= 336 mg
1. Pasien RH (BB 70 kg, 53 th) terlihat shock karena menderita asma bronkhiale di
emergency room. Pengobatan segera akan dilakukan dengan injeksi bolus i.v. aminofilin.
Kadar teofilin dalam darah yang diinginkan adalah antara 5 – 20 mg/l. Tentukan dosis
inisial yang diperlukan agar kadar teofilin da;am darah 8,0 mg/L segera tercapai.
Jika kadar tersebut ingin dipertahankan maka perlu pemberian invus i.v. dengan
kecepatan berapa? (t 1/2 teofilin rata-rata pada populasi normal = 8,3 jam, Vd = 0,45 /kg
BB).
Aminofilin terdiri dari etilen diamin 15% dan teofilin 85%. Tetapi ternyata setelah 2 jam
infus, pasien tersebut masih shock, dan kemdian kadar teofilin dalam darah ditetapkan,
besarnya hanya 4,2 mg/L.
Tindakan apa yang harus dilakukan agar terapi tetap efektif?
2. Sedang didesain suatu tablet yang akan mengandung obat 80% aktif dan akan diberikan
subyek (BB rata-rata 50 kg) selama beberap hari. Dari pustaka diketahui: kisar terapetik
obat 10-20 mg/L, Cl 0,7 L/jam, Vd 0,2 L/kg BB, dan BA 80%. Obat tsb diabsotpsi sangat
cepat dari GI.
a. Berapakah dosis dan interval pemberian tablet, agar fluktuasi kadar obat di dalam
darah tepat pada batas kisar terapetik
b. Dari regimen dosis yang saudara peroleh, berapkah kadar obat rata-rata dalam
darah?
c. Berapa seharusnya besar dosis, jika dikehendaki interval pemberian tiap 12 jam, agar
kadar maksimum tepat pada batas KTM?
16 Juni 2008
1. Seorang subyek dewasa minum sediaan lepas terkontrol yang mengandung antibiotik
dalam bentuk ester 400 mg. Sediaan tsb melepas obat dengan kecepatan tetap (80
mg/jam). Obat tsb dibersihkan dengan kecepatan 3 L/jam dari Vd 10 L. Fraksi dosis obat
yang terabsorpsi sebesar 0,20; BA po 0,85 dan bentuk aktif antibiotik 0,80.
a. Gambarlah kurva kadar obat dalam darah terhadap waktu?
b. Berapa perkiraan kadar obat dalam darah, 5 jam setelah diminum?
c. Berapa kadar obat dalam darah, 6 jam sejak obat dalam keadaan habis?
d. Jika MIC90 terhadap mikroba 2,32 µg/ml, berapa kali seharusnya sediaan antibiotik
diberikan kepada subjek? Jelaskan dengan hitungan.
2. Tablet mengandung obat dalam bentuk garam diberikan setiap 8 jam selama 2 minggu
kepada subjek (50 kg). Satu minggu sejak pemberian obat, kadar maksimum dan
minimum obat dalam darah berturut-turut 18,0 dan 9,0 mg/L. BA po 80%, bahan aktif
0,80 dan kadar puncak obat dicapai 1 ½ jam setelah minum tablet. Vd obat 0,5 L/kg BB.
a. Gambarlah kurva kadar obat dalam darah terhadap waktu, 1 minggu sejak pemberian
tablet yang pertama
b. Berapakah waktu paro eliminasi dan klirens obat pada subjek?
c. Hitunglah dosis maintenance obat.
9 Januari 2007
1. Dua produk slow-release po, masing-masing melepas bahan aktif secara konstan selama
24 jam, produk A dengan kecepatan 25 mg/jam dan produk B 75 mg/jam, pada
sekelompok subjek uji (rancangan uji pola silang). Obat tsb mengandung bahan aktif 80%,
dengan BA po 70%, dan mempunyai efektivitas terapeik pada kisar 10-20 mg/L. Jika
kecepatan eliminasi obat 0,1733 per jam, dan distribusi obat di dalam tubuh sebesar 15 L,
a. Produk manakah yanga bahan aktifnya berhasil masuk ke dalam kisar terapetik?
Jelaskan dengan perhitungan.
b. Kapan bahan aktif produk tsb setelah pemberian, tepat mencapai nilai ambang efek
(MEC)?
c. Berapakah kadar tunak rata-rata bahan aktif (dari produk A dan B) dalam darah?
2. Suatu antibiotik diberikan secara infus iv dengan kecepatan 100 mg/jam kepada subjek uji
selama 48 jam. Lalu infus dihentikan. Diketahui, waktu pro eliminsi obat 5 jam, Vd 15 L,
dan antibiotik mengandung bahan aktif 60% (BA po 70%).
Pertanyaan: berapa lama waktu yang diperlukan( setelah infus dihentikan) agar kadar
antibiotik dalam darah mencapai nilai MIC (14,43 mg/L).
18 Juni 2007
1. Dari pustaka diperoleh bahwa farmakokinetik metrodinazol pada manusia: waktu paro
eliminasi 8 jam, Vd 0,75 L/kg BB, BA 80%, ikatan protein 15%. Data farmakodinamik,
diketahui MIC berkisae antara 1- 8 µg/mL. Regimen dosis metrodinazol yang selama ini
digunakan untuk terapi adalah 250 mg po, 3 x sehari.
a. Berilah ulasan berdasarkan hitungan, apakah regimen dosis metrodinazol sudah
tepat?
b. Berilah saran, berapakah sebaiknya regimen dosis metrodinazol?
2. Kapsul tetraiklin HCl 250 mg diberikan tiap 6 jam selama 7 hari kepada subjek (65 kg).
Pada akhir pemberian obat diperoleh kadar maksimum dan minimum tertarasiklin dalam
darah berturut-turut adlah 7,2 dan 4,6 mg/L. Anribiotik tsb mencapai kadar maksimum 1
jam setelah pemberian; BA 80%. Bentuk aktif tetrasiklin sebesar 0,90.
a. Berapa harga klirens, Vd dan waktu paro eliminasi tetrasiklin pada subjek tsb?
b. Berapa kadar tunak rata-rata teeetrasiklin dalam darah?
c. Jia MIC 0,5-10 mg/L, bagaimana kondisi klinik subjek pada hari ke-7?
OPEN BOOK
Mau nyoba soal CCP?
1. Seorang pasien pria (50 th, BB 60 kg, 165 cm) menderita CHF, akan mendapat tablet
digoksin tiap 24 jam. Kadar serum kreatinin ternyata 1,05 mg/dL. BA po digoksin 80%
(diasumsikan, seluruh bahan aktif obat dapat terlepas dari matriks tablet), dan
terdistribusi ke dalam volume 7,3 L/kg. Diasumsikan, pasien taat minum obat dan tepat
waktu.
a. Hitunglah besar dosis muatan dan dosis maintenance digoksin agar tercapai kadar
tunak rata-rata dalam darah 1,5 µg/L.
b. Jika kemudian pasien juga minum amiodaron beberapa hari, hitunglah besar dosis
muatan dan dosis maintenace digoksin agar tercapai kadar tunak rata-rata dalam
darah 1,5 µg/L.
2. Seorang wanita (50 th, BB 63 kg, 164 cm) penderita asma yang juga menderita cithosis
hepatikus, akan mendapat terapi aminofilin 300 mg po, 3 tablet sehari, seabanyak 21
tablet. Aminofilin mengandung bahan aktif 80% dengan BA 100%. Diasumsikan pasien
taat minum obat dan tepat waktu. Vd dan waktu paro eliminasi teofilin pada pasien,
berturut-turut adalah 0,5 L/kg dan 6,93 jam.
a. Hirunglah kadar teofilin dalam darah rata-rata pada keadaan tunak?
b. Hitung kadar maksimum dan minimum teofiilin dalam darah pada keadaan tunak.
c. Setelah pasien minum tablet terakhir, hitung kadar teofilin dalam darah 8 jam
kemudian.
3. Seorang pasien dewasa (58 th, 75 kg) mendapat terapi anribiotik secara infus iv. Waktu
paro antibiotik rsb adalah 8 jam dan Vd 1,5 L/Kg BB. Obat tsb dikemas dalam botol infu 60
ml dengan kadar 15 mg/ml. Konsentrasi terapetik yang dikehendaki adalah 20 µg/ml
(rentang terapetiknya adalah 10 -40 µg/,l). Gejala-gejala toksik berupa mual, pusing, dan
muntah mulai terlihat apabila konsentrasi obat tsb sebesar 40 µg/ml.
a. Berapakah kecepatan infus yang harus diberikan (dalam tetes per menit) jika
diketahuibahwa 1 ml = 20 tetes.
b. Berapa besar dosis muatan yang adanda rekomendasikan? Kapankah dosis muatan
tsb diberikan dan pemberiannya melalui apa?
c. Dokter memberikan rekomedasi bahwa kecepatan infus yang diberikan adalah
sebesar 25 ml/jam. Stujukah Anda, berikan alasannya.
d. Berdasarkan hasil monitoring 4 jam setelah infus dimulai, ditemukan kadar obat tsb
45 µg/ml. Apakh perlu perubahan kecepatan infus yang diberikan? (konsentrasi
terapetik yang diharapkan tetap), apakah dosis muatan kedua perlu diberikan
kembali? Berikan alasan saudara.
Wo, saya yang ngetik soal aja mbayanginnya ja ngeri. Mainannya mikro lagi, duh pasien
kayak mana ini?
FARMASI INDUSTRI
Drs. Mufrod, M.Sc., Apt
Review materi:
1. Validasi
2. Tujuan validasi dan kontrol
3. Validasi proses
4. Objek validasi (oersoel)
5. Validasi oven, otoklaf dan filtrasi
6. Validasi etilen oksid, sediaan steril, dan sediaan padat
7. Pendahuluan CPOB
8. CPOB (istilah umum)
9. Personalia
10. Produksi
11. QC dan QA
Sorry teman-teman, untuk soal-soal Pak Mufrod yang dihadirkan soal JADUL semua. Ya Gimana, orang gak
ada soal update-nya. Dan, semua jawaban hanya diketik ulang dari kumpulan soal yang udah beredar. Jadi
sangat perlu banget dikaji ulang. Oke.
20 Januari 2001
Jawaban:
1. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap proses,
bahan atau bahan baku, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
dipergunakan dalam produksi atau pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan.
Mengapa perlu dilakukan validasi? Agar senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Selain
itu juga:
2. Sediaan injeksi adalah suatu sediaan steril maka validasi yang digunakan adalah validasi
proses. Untuk kasus sediaan steril, cara klasik dengan melakukan uji sterilitas dari produk
akhir adalah merupakan data yang tidak dapat diterima utuk menjamin sterilitas dari
produk dalam satu batch, sedangkan dengan melakukan validasi proses pada tahap-tahap
kritis dari proses poduksi secara maksimal akan menjamin mutu produk yang dihasilkan.
3. Validasi ulang dilakukan agar tetap dihasilkan hasil yang diharapkan walaupun terjadi
perubahan dalam proses, spesifikasi bahan, alat dan lain-lain. Secara berkala data
produksi dievaluasi untuk menetukan perlu aatau tidaknya diulang. Validasi dilakukan 2
tahun sekali bila tidak ada perubahan pada 3 batch terakhir.
4. Bila terjadi perubahan, misal:
- Dalam proses: granulasi basah diubah menjadi cetak langsung maka perlu dilakukan
validasi untuk cetak langsung.
- Spesifikasi bahan berubah: sebelumnya memaki prednison impor dari negara X,
sedangkan sekarang dari negara yang lain.
- Alat: kapasitas alat berubah, kita mempunyai alat dengan kapasitas 50 kg tapi karena
ingin meningkatkan kapasitas, maka kita membeli alat dengan kapasitas lebih tinggi;
spesifikasi alat berubah.
- Perubahan sitem atau prosedur
- Pemindahan peralatan karena terjadi pindah gedung atau bangunan.
- Perbaikan besar, mesin-mesin berat dibersihkan total sehingga perlu divalidasi ulang.
1. Validasi terhadap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme dalam
produksi dan pengemasan dilakukan untuk ?
Jawab:
a. Mengidentifikasi parameter proses yang kritis
b. Menetepkan batas toleransi yang dapat diterima (acceptable criteria) dari masing-masing
parameter kritis
c. Memberi cara atau meteode pengawasan terhadap parameter proses yang kritis
2. Apa yang harus dilakukan untuk menguji kelaikan mesin tablet baru sehingga dapat digunakan
untuk produksi?
Jawab:
Melakukan validasi berupa kelaikan instalansi (IQ), kelaikan operasional (OQ), dan kelaikan kerja
(PQ)
1. Kelaikan instalansi (Installation qualification / IQ)
a. Memastikan bahwa sistem atau peralatan telah dipasang sesuai rencana design dan
spesifikasi.
b. Melakukan kalibrasi peralatan dan instrumen.
c. Pekerjaan dilakukan selama konstruksi sedang berjalan
d. Beberapa sistem tertentu harus dibuktikan dapat beroperasi dengan baik sesuai
basic dan spesifikasi.
Pengecekan IQ:
Identifikasi kemasan: packing dll
Kalibrasi
Instalansi
Dokumentasi konstruksi
Spesifikasi
Pemeriksaan instalansi terpasang
Peninjauan sarana penunjang
Pengecekan OQ:
Batas/ limit yang masih dapat disetujui (proven acceptable-PAR)
Parameter dan batas / limit aktivitas (SOP)
Menetukan limit spesifikasi (Set normal range)
Pengecekan PQ:
Kesinambungan operasi dan fungsinya
Dapat diulang kembali (reapetability)
Pemastian dalam kondisi yang sama, mutu produk dan spesifikasi obat dapat
terwujud
3. Untuk mengevaluasi prosedur kerja pembuatan sediaan yang sejak lama telah diproduksi team
akan melakukan validasi retrospektif. Saudara diminta untuk melakukan validasi tersebut??
Jawab:
Validasi retrospektif (retrospective validation) adalah validasi berdasarkan data otentik yang
diperoleh dan dikumpulkan proses yang sudah (lama) berlaku atau beredar dan dinilai melalui
prinsip statistik.
a. Langkah pertama yang dilakukan adalah mempelajari laporan singkat semua perubahan
cara manufaktur yang pernah dilakukan beserta alasan-alasan untuk melakukan perubahan
produk tersebut. Produk yang tidak menunjukkan adanya perubahan dan selalu satbil
merupakan calon utama untuk dipilih.
b. Langkah kedua ialah memilih produk perubahan cara produksinya baru saja
diimplementasikan yaitu 20 batch terakhir. Harus dilakukan penilain apakah ada dampak
potensial dari perubahan tersebut pada kinerja produk.
c. Langkah ketiga yang merupakan langkah terakhir adalah mengidentifikasi produk yang
tidak akan dilanjutkan lagi karena pertimbangan pemasaran yang tidak begitu baik,
pertimbangan peraturan dan perundang-undangan dan atau produk yang akan reformulasi.
4. Suatu sediaan parenteral berupa larutan mengandung 104 mikroba, disterilisasikan pada suhu
120oC selama 12 menit. Pada suhu tersebut diperlukan waktu 1 menit untuk mereduksi sebanyak
90% jumlah mikroba yang ada. Berapa jumlah mikroba dalam larutan parenteral tersebut (berapa
harga N)?
Jawab:
Diketahui No = 104 ; F= 12 ; D=1
Log N = log No-F/D
= log (104)-12/1
= 4-12
= -8
N = 108
Jawab:
a. Konsumen menerima obat yang bermutu tinggi
b. Mutu tidak cukup hanya dengan serangaian pengujian tetapi mutu harus dibentuk sejak
awal
c. Semua obat dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau debgan cermat
d. CPOB merupakan pedoman (guidance)
e. CPOB merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pembuaran obat.
2. Dalam pelaksanaan CPOB ruang industri farmasi dibagi dalam kelas I, II, III, dan IV. Apakah
perbedaan masing-masing kelas tersebut?
Jawab:
Perbedaan antara tiap ruangan pada kegunaan dan persyaratan jumlah partikel yang harus
dimiliki tiap ruangan:
Kelas I : white area = kelas 100/1000, artinya tidak boleh ada partikel 0,1 µm lebih dari
100 partikel/kubik kaki, untuk produk steril dengan cara aseptik.
Kelas II : Ruang produksi steril pada umumnya = kelas 10.000 (white zone)
Kelas III : Daerah abu-abu (grey zone) untuk ruang ptoduksi nonsteril syarat partikel 0,5
µm tidak boleh lebih dari 100.000 partikel/kubik kaki. Contohnya ruang produksi
tablet yaitu mulai dari penimbangan bahan baku, pengisian, pencampuran,
pentabletan sampai masuk strip/botol/kaleng. Produksi sirup (menurut standar
29 B) dan salep mata setril.
Kelas IV : Daerah hitam(black zonr), tidak memerlukan syarat khusus, asal bersih. Contoh:
gudang, kamar mandi dan toilet, ruang ganti, kantin, kantor staf fan ruang
pengemasan akhir sekunder/tersier.
Jawab:
Mempunyai 2 pintu yang tidak bisa terbuka bersama-sama untuk menghindari kontaminasi silang
antar ruang satu dengan ruang yang lain. Berupa ruangan kecil yang tidak ada apa-apanya dan
terletak diantara setiap pergantian kelas ruang (misal: pembatas antara gey zone dengan white
zone).
4. Suatu ubit tablet memproduksi tablet A 70 batch (100.000 tablet per batch) dan tablet B 80
batch (125.000 tablet per batch) tiaptahun. Waktu yang dibutuhkan untuk pembautan tablet A 20
jam dan kauntuk tablet B 25 jam. Bila jam kerja per hari adalah 8 jam dan setahun ada 235 hari
kerja, berapa karyawa untuk keperluan tersebut dibutuhkan?
Jawab:
Nama produk Standar waktu Produksi 1 Waktu produksi
tahun yang dibutuhkan
Tablet A 20 jam/batch 70 batch 1400 jam
Tablet B 25 jam/batch 80 barch 2000 jam
total 3400 jam
Jumlah waktu yag diperlukan untuk membuat tablet A dan tablet B dalam 1 tahun adalah 3400
jam.
Bila jumlah hari kerja dalam 1 tahun bekerja = 235 hari, maka jumlah jam kerja dalam 1 tahun ~
235 hari x 8 jam = 1880 jam.
Jika 1 orang dalam 1 tahu bkerja 880 jam, maka jumlah orang yang diperlukan adalah: 3440/1880
= 1,81 orang ~ 2 orang.
5. Mengapa proses produksi untuk obat golongan beta-laktam harus dipisah secara fisik dari
golongan obat lain?
Jawab:
Karena jika dijadikan satu atau berdekatan akan mengakibatkan cross contamination dan akan
mengakibatkan idiosinkrasi pada pekerja pabrik bila ruang bra lakatam bocor.
Jawab:
a. LAF Cabinet adalah alat berbentuk kotak yang digunakaan untuk perlakuan yang
membutuhkan tindakan steril, walaupun berada di runagan yang tidak steril. LAF-cabinet
juga untuk mengatur aliran udara agar tidak terjadi kontaminasi.
b. Ada 2 jenis yaitu filter kasar (prefilter) merupakan saringan debu diamter 0,5 µ; dan HEPA
filter, untuk filter bakteri dengan diameter 0,22 µ.
Prefilter terletak di atas, sedangkan HEPA filter terletak berhadapan dengan pekerja.
Sedangkan LAF cabinet untuk pengaturan udara terletak di ruang steril, ruang aseptis,
ruang penimbangan dan ruang sampling.
c. 0,45 m/s dengan kepekaan 99,99%.
7. Sebutkan faktor-faktor dari dalam dan luat cabinet yang dapt mengganggu LAF?
Jawab:
Faktor yang mengganggu dari dalam kabinet (internal):
- Penempatan wadah-wadah yang rapat. Jarak antar benda kira-kira 10 cm.
- Lampu bunsen bisa mengganggu laminarisasi
Faktor yang mengganggu dari luar kabinet (eksternal):
- Aliran dari AC yang kencang dapat mengakibatkan turbulensi
- Pekerja terlalu dekat sehingga mengganggu laminarisasi. Jarak kira-kira 10 cm.
- Pintu dibuka tutup dapat menggangu laminarisasi.
- Pekerja bekerja sambil bicara bisa mengganggu sterilisasi
- Adanya pekerja yang lalu lalang melewati LAF bisa ganggu laminarisasi
- Pergerakan tangan pekerja yang terlalu cepat, bisa mengganggu laminarisasi
Ingat aja video yang ditayangkan Pak Ban waktu kuliah dulu.
Jawab:
QC lebh tertuju pada operasional untuk penerapan-penerapan kualitas.
QA ebih tertuju pada sistem, bagaimana untuk mendapatkan kualitas yang baik.
9. Saudara seorang manajer produksi pabrik obat, ada kaeyawan memakail alat khusus misanya
jilbab. Langkah apa yang diambil tanpa melanggar CPOB?
Jawab:
Saya akan menyediakan pakaian dan jilbab yang telah disterilisasi untuk karyawan tersebut dan
pakai steril tersebut yang dipakai selam proses produksi berlangsung.
SOAL B
Soal:
Buatlah protokol validasi dengan metode granulasi kering:
a. Tahapan pembuatan
b. Alat (macamnya)
c. Parameter kritis yang dikontrol setiap tahap
d. Pengujian pada tiap tahap berdasar parameter kritis tersebut.
Jawab:
a. Komposisi: prednison mikronized, laktosa, tepung jagung, talk, Mg stearat, air
demineralisata.
Tahapan pembuatan: masukkan ke dalam alat pencmapu (mixer) secara berurutan:
laktosa, prednison mikronized dan tepung jagung.
Aduk selama 2, 5, 10, dan 15 menit.
Ambil contoh setiap waktu pencampuran dari 3 tempat (kiri, kanan, tangah)
Tentukan homogenitas dari contoh dengan cara penentuan kadar bahan aktif, dan dari
masing-masing contoh dilakukan 3 kali pemeriksaaan kemudian dihitung kadar rata-
ratanya.
Catat hasil pengujian
Ambil kesimpulan.
Kok kayaknya gampang banget ya. Tapi terserahlahlah, udah hari Jumat jam 7.30 nih.
Padahal nti abis jumatan kudu udah terbit. Hehehehe
WARNING !
Ada titiknya benar? Apakah masih berlaku. Awas! Hati-hari, ternyata gak jamin tuh. Itu pilihan
terakhir aja, kalo yang bener sih, gak usah dihiraukan titiknya, jawab sesuai keyakinan. OKE !!
Gaweane: Moko, Rizal, Ando, Ilyas, Dodi (cah iki kerjo opo yo...)
PST 2004 |9
D. Packaging material
E. Excipients
Jawab : C. lihat pembahasan no.3
4. Seluruh rangkaian kegiatan dari penerimaan bahan sampai pengemasan untuk
menghasilkan suatu obat jadi (tidak termasuk pengawasan mutu) disebut:
A. Pembuatan obat
B. Pengolahan obat
C. Penyelesaian obat
D. Produksi obat.
E. Pengemasan obat
Jawab : D. lihat pembahasan no.1
5. Suatu campuran bahan rusah selesai diolah menjadi tablet. Namun demikian sebelum
dikemas, kepada tablet perlu dilakukan penyalutan dengan lapisan film. Tablet tersebut
dinamakan:
A. Produk ruahan
B. Produk jadi
C. Produk ditolak
D. Produk antara.
E. Produk diloloskan
Jawab: D
Produk ruahan bahan yang telah selesai diolah tinggal memerlukan pengemasan
untuk menjadi obat jadi
Produk antara bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan lagi tahap
pengolahan menjadi produk ruahan
Produk jadi suatu produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan
Produk diluluskan/passed bahan/produk yang diizinkan untuk digunakan dalam
pengolahan, pengemasan, atau distribusi
Produk ditolak/rejected bahan/produk yang tidak diizinkan untuk digunakan dalam
pengolahan pengemasan, atau distribusi
6. Penimbangan yang baik adalah jika menggunakan kapasitas timbangan antara:
A. 10-90%
B. 10-80%
C. 5-95%
D. 20-90%
E. 20-80%
Jawab : E
Kesalahan/penyimpangan nilai yang ditunjukan oleh timbangan paling kecil pada
rentang tersebut
7. Penimbangan bahan untuk keperluan produksi, harus diketahui oleh:
A. Satu orang
B. Penimbang dan supervisornya
C. Petugas produksi dan pertugas QC
D. Dua orang
E. Penimbang dan jumlah QC
Jawab : B
Gaweane: Moko, Rizal, Ando, Ilyas, Dodi (cah iki kerjo opo yo...)
P S T 2 0 0 4 | 10
Kata bapaknya minimal untuk menimbang butuh 2 orang, kalo lebih tidak efisien.
8. Banyaknya sampel kemasan yang diambil oleh bagian QC adalah:
A. Semua wadah yang ada
B. Sesuai Millitary Standard 105
C. 0,5 n + 1 daru jumlah wadah
D. Sejumlah √(n+1) dari jumlah wadah
E. Beberapa dari wadah yang ada
Jawab: D
Ada 2 cara jumlah wadah yang disampel: √(n+1) n= jumlah wadah. Di PSC salah
Military Standar 105E
9. Yang berhak menempelkan label possed/rejected barang dikarantina adalah personalia
dari:
A. Bagian QC
B. Bagian pembelian
C. Bagian R & D
D. Bagian gudang
E. Bagian produksi
Jawab: A
Labelling merupakan tugas QC walaupun biasa di delegasikan kepada petugas gudang
10. Tanggung jawab dalam penyimpanan retain-sample dilakukan oleh:
A. Bagian QC
B. Bagaian pemasaran
C. Bagian promosi
D. Bagian produksi
E. Bagian R & D
Jawab: A
Karena retain-sample (contoh pertinggal) digunakan QC untuk kros cek produk bila
ada complain dan untuk mengecek waktu kadaluarsa real time
11. Keluhan teknis kualitas obat ditangani oleh:
A. Bagian QC
B. Bagaian pemasaran
C. Bagian promosi
D. Bagian produksi
E. Bagian R & D
Jawab:
12. Terdapat produksi obat golongan β-laktam harus dipisahkan secara fisik dengan
bangunan lainnya karena:
A. Golongan β-laktam menyebabkan resistensi pada pekerja
B. Golongan β-laktam menyebabkan alergi pada pekerja
C. Golongan β-laktam menyebabkan ideosinkrasi
D. Golongan β-laktam mudah mencemari lingkungan
E. Golongan β-laktam mudah terdestruksi oleh cemaran lain
Jawab: C
13. Ruangan produksi di bawah ini Relative Humidity (RH) perlu diatur dengan cermat:
A. Ruang ayak timbang
Gaweane: Moko, Rizal, Ando, Ilyas, Dodi (cah iki kerjo opo yo...)
P S T 2 0 0 4 | 11
Gaweane: Moko, Rizal, Ando, Ilyas, Dodi (cah iki kerjo opo yo...)
P S T 2 0 0 4 | 12
B. AC
C. AC window
D. LAF Cabinet
E. Kipas angin
Jawab: A
Exhauster digunakan untuk mengeluarkan/menyaring debu yang ada dalam ruangan
penimbangan
18. Kecepatan aliran udara dalam LAF Cabinet adalah:
A. 0,45 m tiap detik
B. 0,45 m tiap menit
C. 0,45 dm tiap detik
D. 0,45 dm tiap menit
E. 0,45 lt tiap detik
Jawab: A
Sudah jelas
19. Untuk menimbang dengan seksama klotrimeton sebanyak 10 gram, dipergunkan:
A. Neraca analitik
B. Neraca miligram
C. Neraca gram
D. Neraca mikrogram
E. Neraca Mettler
Jawab:
20. Kalibrasi secara berkala terhadap peralatan produksi dimaksudkan agar:
A. Alat tetap bersih
B. Menunjukkan hasil yang tetap
C. Menunjukkan hasil yang sesuai yang dinyatakan
D. Menunjukkan hasil sesuai keinginan kita
E. Alat itdak cepat rusak
Jawab: C
Sudah jelas
21. Di dalam ruang produksi (non-steril) hendaknya terjadi pertukaran udara:
A. 20-40 kali/jam
B. 20-30 kali/jam
C. 10-20 kali/jam
D. 5-10 kali/jam
E. 5-20 kali/jam
Jawab: E
Non-steril suhu 5oC, kecepatan 5-20 kali/jam
Steril suhu sama, kecepatan 20-40 kali/jam
22. Dalam pengolahan limbah cair, BOD yang diizinkan adalah 50 mg/l padahal; BOD limbah
cari pabrik adalah 450 mg/l dengan debit 100 m3/hari. Bila retention time (t) adalah 8 hari
dan kosntanta = 1, maka volume bak penampung total yang diperlukan adalah:
A. 200 m3
B. 400 m3
C. 600 m3
Gaweane: Moko, Rizal, Ando, Ilyas, Dodi (cah iki kerjo opo yo...)
P S T 2 0 0 4 | 13
D. 800 m3
E. 1000 m3
Jawab: D
BOD diijinkan =1 = 50
BOD air limbah 1+kt 450
K= konstante = 1 (di Indonesia)
Maka t= retention time = 8 hari
Vol lagoon = 8 x 100 m3 = 800 m3
23. Diketahui untuk aerasi limbah cair dibutuhkan 1,4 mg oksigen untuk tiap 1 mg BOD/l. Bila
BOD limbah cair 500 mg/l dengan debit 100 m3/hari, maka diperlukan oksigen tiap hari:
A. 60 kg
B. 70 kg
C. 80 kg
D. 90 kg
E. 100 kg
Jawab: B
Kebutuhan oksigen = 1,4 mg x 500mg/l x 100.000 l/hari = 50.000.000 mg/hari
24. Jika untuk aerasi limbah cair dibutuhkan oksigen 100 kg tiap hari dari i HP/ja, aerator
menghasilkan 0,5 kg oksigen, maka kebutuhan daya untuk aerator kurang lebih adalah
A. 5 HP
B. 6,5 HP
C. 7 HP
D. 8,5 HP
E. 10 HP
Jawab:
25. Bila ternyata kebutuhan daya aerator adalah 10 HP sedangkan estimasi faktor oksigen
tertangkap adalah 70,5, maka aerator yang dipilih yang mempunyai daya total (harga
yang paling mendekati)
A. 7 HP
B. 10 HP
C. 14 HP
D. 17 HP
E. 20 HP
Jawab:
26. Yang dimaksudkan dengan pengolahan obat adalah rangkaian proses kegiatan dari
penimbangan bahan sampai menjadi produk ruahan SEBAB rangkaian kegiatan
pengemasan obat dimulai dari produk ruahan sampai menghasilkan suatu obat jadi
Mohon maaf teman-teman, lanjutan soal ini kebawa ma Rizal ke Lombok. Tau sendiri di sana gak
ada warnet jadi gak bisa imel-emelen deh. Pas ketemu warnet yang jaugnya minta ampun, eh
transfer pakek apa? Disana musimnya masih pake disket. Tau sendiri laptop mana sih yang
sekarang pake floopy 3 ½ A. Ha...haa...
Gaweane: Moko, Rizal, Ando, Ilyas, Dodi (cah iki kerjo opo yo...)
1
INTERAKSI OBAT
C 1. Interaksi obat merupakan salah satu dari kategori problem terapi obat (PTO) sebab
interaksi obat pasti selalu mempengaruhi outcome klinis optimal dari suatu terapi obat.
Ditulis dengan jelas di PSC. Yang perlu diingat adalah IO mungkin saja terjadi tapi tidak
semua IO memperlihatkan efek klinik yg nyata (kul P’Lukman jg ada).
C 3. Pasien dengan penyakit pirai (gout) perlu berhati-hati dalam menggunakan obat diuretic
sebab pemakaian obat diuretic menyebabkan naiknya kadar asam urat dalam urin.
E 5. Aktivitas warfarin dapat ditingkatkan karena pasien mengkonsumsi banyak ice cream
sebab ice cream menyebabkan urin menjadi asam.
Antidepresan dan antihistamin punya efek primer beda tapi punya fek sekunder sama
yakni sedasi (solusi: penyesuaian dosis)
2
E 7. Obat NSAID dapat menurunkan aktivitas methotrexate sebab ekresi methotrexate lewat
tubulus renalis diperbesar oleh obat NSAID.
C 9. Efek hipotensif guanetidine diturunkan oleh obat trisiklik antidepresan (TCA) sebab
guanetidine ditingkatkan metabolismenya oleh TCA.
A 10. Merokok dapat menggagalkan penggunaan obat kontrasepsi oral sebab asap rokok
mengandung polisiklik hidrokarbon yang dapat menginduksi CYP P450.
C 11. Penggunaan fenitoin dalam waktu lama dapat menimbulkan dafisiensi vitamin D sebab
fenitoin meningkatkan eksresi vitamin D.
C 12. Ciprofloxacin dapat meningkatkan konsentrasi teofilin dalam darah sebab ciprofloxacin
mengurangi ekskresi renal teofilin.
D 13. Interaksi yang paling relevan secara klinik adalah interaksi akibat perubahan eliminasi
karena inhibisi atau induksi emzin sebab inhibisi atau induksi enzim merupakan salah satu
interaksi obat secara farmakokinetik.
Inhibisi atau induksi enzim tu ada di tahap metabolism (kebanyakan iyyy….) bukan
eliminasi. Ingat ya… metabolism merupakan bagian dar farmakokinetik
C 14. Sediaan obat lapis enterk bisacodyl seyogyanya tidak digunakan bersama-sama dengan
antasida sebab antasida dapat meningkatkan pH usus halus.
A 15. Cholestyramine dapat digunakan untuk mempercepat eliminasi obat leflunomide sebab
leflunomide akan bereaksi kompleks dengan cholestyramine dalam liver sehingga eksresi
leflunomide lewat liver menjadi meningkat.
C 16. Obat antibiotic dapat menyebabkan peningkatan aktivitas warfarin sebab obat antibiotika
dapat menurunkan sekresi warfarin lewat ginjal.
Antibiotic membunuh flora normal dalam usus yg memproduksi vitamin K (fktor koagulasi)
produksi vitamin K ↓↓ efek anti koagulan ↑↑
C 17. Asetosal dapat meningkatkan aktivitas obat antikoagulan sebab asetosal mendesak ikatan
antikoagulan dengan albumin darah.
D 18. Efek samping prednisone ditingkatkan hampir …. Kali lipat pada pasien dengan kondisi
konsentrasi albumin plasmanya lebih dari 4,5 g/ml sebab aktivitas prednisone dalam darah
tergantung pada konsentrasi albumin dalam plasma.
Jika albumin serum <2,5 g/ml (normal 3,5-5,0 g/ml) [prednisolon] bebas ↑↑ 2 kali lipat
Prednisone=prodrug prednisolon
B 19. Serangan asma ditingkatkan pada pasien yang juga menggunakan NSAID sebab NSAID
menghambat sintesis prostaglandin.
NSAID (asetosal) menghambat COX-1 &COX-2 shg tidak terbentuk prostaglandin. Namun
pd penghambatan ini terjadi stimulasi perubahan asam arakidonat mjd leukotrien
leukotrien >> asma parah
Leukotrien mrp pencetus asma
20. Pasien yang mengalami muntah karena menggunakan obat tertentu seyogyanya
mengurangi konsumsi makanan seperti kubis dan brokoli sebab kubis dan brokoli
merupakan makanan yang mengabsorpsi banyak gas.
Kayake jawabane C. qt cariin lg deh jawabane. Kubis dan brokoli tu menghasilkan banyak
gas gitu deh. Bukan mengabsorpsi. Cek lg ya temen2…
C 22. Obat trisiklik antidepresan dapat menimbulkan efek hipotensi ortostatik dengan simtom
sebagai berikut
1. Mual
2. Pusing (dizziness)
3. Muntah
4. Kepala terasa ringan
Obat diuretic: m↑ ekskresi K & mineral lain (Mg, Ca, I, Zn, Na)
E 24. Pemakaian bersama-sama obat penghambat MAO dan trisiklik antidepresan dapat
menimbulkan berbagai tanda seperti
1. Tremor
2. Konvulsi
3. Hipertermia
4. Kolaps vaskular
25. Obat guanetidine diturunkan efek hipotensinya oleh berbagai obat seperti
1. Chlorpromazine
2. Haloperidol
3. Th…thixene
4. Theophylline
Guanetidin diturunkan efek hipotensinya oleh TCA.kayake siy jawabane A. coba dicek lg ya
pren…
Soal ESSAY
1. Terangkan mengapa pasien yang terkena infeksi akibat kecelakaan lalu lintas dan diberi obat
theophylline dapat menimbulkan symptom keracunan theophylline?
Infeksi dikasi antibiotic
Antibiotic makrolida + theophyllin inhibisi enzim pemetabolisme [theo] ↑↑
5
3. Strategi untuk menghindari adanya interaksi obat sewaktu memilih obat untuk pasien telah
dibicarakan dalam kuliah. Dalam kuliah telah disebutkan 8 (delapan) poin dalam strategi itu.
Pertanyaan: sebut paling sedikit 4 (empat) strategi di atas dan berikan sedikit alasan pada tiap
strategi sehingga strategi itu dapat menghindari terjadinya interaksi obat.
a. Jangan menambah obat yg potensial berinteraksi
b. Jika mungkin, menunda dimulainya obat yg potensial berinteraksi hingga
pengobatan antimikrobaya selesai
c. Dengan pertimbangan status penyakit lain, utamanya disfungsi organ
d. Memilih kelas obat dan organ spesifik dengan interaksi potensial
e. Jika mungkin hindari obat yg terkait dengan ES dan toksisitas serius
f. Mencegah administrasi terkini terhadap overlapping profil ES
g. Gunakan dosis efektif terkecil
h. Jangan pernah/berlebih dalam mengestimasikan mematuhi jadwal dosis terlebih
dahulu
4. Kasus berikut ditulis dalam bahasa inggris. Anda diharapkan untuk menganalisa adanya interaksi
obat dalam kasus berikut dan tindakan apa yang diperlukan untuk mengatasinya.
A 51 year-old woman was admitted to the hospital with a 1-day history of increasing cough
fever and sputum production. She had an 8-year history of chronic obstructive pulmonary
disease (COPD). She also had a peptic ulcer disease for some years.
On admission, the patient’s medication regimen included:
• Sustained release 300 mg t.i.d theophylline with serum theophylline concentrations in
the therapeutic range. She was in mild respiratory distress, with a temperature of 39,5oC
and respiratory rate of 20/min. chest X-ray shwed changes consistent with severe COPD
but no evidence of pneumonia or congestive heart failure. Her leukocyte count was
224x103/mm3. The patient was begun on 2 gram of cefazolin every 8 hour in addition to
her admission medications (cefazolin is a first-generation cephalosporin with activity
against most Gram-positive aerobic organism except enterococci and some Gram
negative bacilli, e.g. E.coli, Klebsiella sp, Proteus mirabilis)
• Her sputum culture grow Moraxella catarrhalis sensitive to TMP-SMX and tetracycline
and she was switched to doxycline. Trough serum theophylline concentrations on day 2
and day 4 of doxycline therapy were 13,0 and 1,7 mg/L, respectively, and represented s
steady state dose of sustained release 300 mg t.i.d theophylline. After 8 day of doxycline,
the patient began complain of nausea, vomiting, tremors, and dizziness. Because of her
6
synptoms, blood was drawn 10 hour after the last doxycline dose and the serum
theophylline concentration was found to be 30,8 mg/L.
• Besides the medications she had above, she also consume the antacid several times a
day.
Solution:
Habis soal ini, ada soal yang mirip bgt. Kalo baca sekilas kayaknya sih sama. Tapi ternyata beda. Misal
soal yang pertama ada kata: harus, pasti, nah di soal berikut diilangin. Ya udah dimodifikasi gitu lah.
Ada yang tadinya gak ada tidaknya, jadi ada tidaknya. Silahkan mencoba !!!
SOAL TAMBAHAN
1. CYP 3A4 banyak terdapat di hepar dan memetabolisme 50% obat-obat yang ada di pasaran.
Sebutkan selektivitas obat yang dimetabolisme CYP 3A4 dan berikan masing-masing satu
contoh interaksi obat-obat yang sifatnya induksi dan inhibisi CYP 3A4!
2. Berikan 5 contoh interaksi (potensiasi atau aditif) antara herbal dengan psikotropik atau
obat-obat susunan saraf pusat lainnya.
PST 2004 |7
SEBAB AKIBAT
1. Interaksi obat merupakan salah satu kategori problem terapi obat SEBAB interaksi obat
mempengaruhi outcome klinis optimal dari terapi obat.
2. Pemakaian bersama obat diuretik dan antidiabetik meyebabkan aktivitas obat
antidiabetik menurun SEBAB obat diuretik dapat menurunkan aktivitas obat antidiabetik.
3. Pasien menderita penyakit pirai (ghout) seyogyanya berhati-hati menggunakan diuretik
SEBAB pirai dapat kambuh dengan penggunaan diuretik.
4. Obat golongan alpha-adrenergik agonist seperti “metaraminol” digunakan untuk
mengatasi priapism dari pemakain phentolamin SEBAB priapism merupakan efek yang
tidak dikehendaki dari penggunaan obat alpha-adtenergik agonist.
5. Aktivitas warfarin dapat menurun jika pasien makan sayuran hijau SEBAB absorbsi
warfarin diturunkan oleh sayuran hijau.
6. Penggunaan bersama antiepilepsi dan antihistamin menurunkan efek terhadap susunan
syaraf pusat SEBAB antiepilepsi mempunyai efek sedasi.
7. Diuretik menurunkan aktivitas lithium SEBAB ekskresi lithium lewat tubulus renalis
diperbesar oleh diuretik.
8. Obat MAOI berinteraksi jika digunakan bersama obat simpatomimetik SEBAB MAOI
meningkatkan kadar norephinefrin dalam syaraf adrenergik.
9. Efek hipotensi guanetidin diturunkan oleh trisiklikantidepresan (TCA) SEBAB TCA
meningkatkan metabolisme guanetidin.
10. Merokok dapat menggagalkan penggunaan kontrasepsi oral SEBAB asap rokok
mengandung polisiklik hidrokarbon.
11. Penggunaan fenitoin dalam waktu lama dapat menyebabkan keropos tulang SEBAB
fenitoin berekasi dengan Ca dalam tulang.
12. Ciprofloxacin dapat menurunkan konsentrasi teofilin SEBAB ciprofloxacin menginduksi
CYP.
13. Interaksi yang relevan secara klinis merupakan akibat perubahan eliminasi karena inhibisi
dan induksi enzim SEBAB induksi dan inhibisi enzim adalah satu-satunya interkasi secara
farmakokinetik.
14. Obat bisacodyl tidak boleh digunakan bersama-sama antasida SEBAB bisacodyl dapat
mengirititasi lambung.
15. Chlestyramin mempercepat eliminasi leflunamide SEBAB leflunomide diekskresi lewat
empedu.
16. Antibiotik dapat menyebabkan kegagalan penggunaan kontrasepsi oral SEBAB antibiotik
mengurangi absorpsi obat kontrasepsi oral.
17. Sulfonamide mengurangi aktivitas antikoagulan SEBAB sulfonamide mempercepat
ekskresi antikoagulan.
18. Efek samping prednisone ditingkatkan hampir 2 kali lipat pada konsentrasi albumin dalam
serum kurang dari 2,5 g/ml SEBAB prednisone bebas tergantung pada konsentrasi
albumin.
PST 2004 |8
19. Efek samping methrotexate ditingkatkan pada pasien yang menggunakan NSAID SEBAB
NSAID menghambat sintesis prostaglandin.
20. Pasien daire karena menggunkan obat tertentu seyogyanya mengurangi konsumsi
makanan seperti kubis dan brokoli SEBAB kubis dan brokoli merupakan makanan yang
menimbulkan banyak gas.
ASOSIASI PILIHAN
28. Obat kemoterapi dapat menurunkan nafsu makan dan bobot badan karena beberapa hal,
seperti:
1. Mulut kering
2. Luka tenggorokan
3. Mual muntah
4. Luka mulut
29. Obat-obat berikut menginhibisi sistem enzim hepatik:
1. Simetidin
2. Chlortetrasiklin
3. Diltiazem
4. Diazepam
30. Obat-obat berikut menginduksi sistem enzim hepatik:
1. Alkohol (akut)
2. Phenobarbital
3. Ketoconazol
4. Rifampisin
31. Konsumsi grape fruit juice telah dilaporkan meningkatkan aktivitas beberapa obat seperti:
1. Felodipine
2. Carbamazepin
3. Siklosporin
4. Simetidin
32. Faktor-faktor obat yang mempengaruhi interaksi obat, antara lain:
1. Diet
2. Penggunaan alkohol
3. Umur pasien
4. IT sempit
33. Faktor-faktor pasien yang mempengaruhi interaksi obat, antara lain:
1. Bobot tubuh
2. Polimorfisme genetik
3. Merokok
4. Volume distribusi
34. Pasien yang berisiko terhadap interaksi obat, antara lain:
1. Berpenyakit ginjal dan atau hepatik
2. Infeksi HIV
3. Transplantasi organ
4. Single terapi
35. Faktor-faktor fisiologi yang mempengaruhi interaksi farmakokinetika, antara lain:
1. Motilitas GIT
2. pH GIT
3. pengosongan lambung
4. pH darah
P S T 2 0 0 4 | 10
36. Obat yang mempunyai risiko tinggi dalam interaksi obat adalah obat dengan sifat:
1. mempengaruhi CNS
2. poten
3. IT lebar
4. Kurva dosis-respon tajam
37. Makanan mempunyai efek yang signifikan terhadap absorpsi berbagai obat seperti:
1. Amoksisilin
2. Ampisiin
3. Minosiklin
4. Sifprofloxacin
38. Obat-obat untuk TBC di bawah ini mempunyai absorbsi yang dipengaruhi oleh makanan:
1. INH
2. Pirazinamid
3. Rafampisin
4. Streptomisin
39. Antasida menurunkan absorpsi secara signifikan bagi obat di bawah ini:
1. Ketoconazol
2. Tetrasiklin
3. Siprofloxacin
4. Digoksin
40. Kandungan tinggi senyawa tiramin tedapat pada berbagai makanan berikut:
1. Sayuran hijau
2. Buah alpokat
3. Milk
4. Keju lama disimpan
PILIHAN GANDA
41. Obat yang termasuk berikatan kuat dengan protein darah adalah
a. Tolbutamid
b. Asam etakrinat
c. Warfarin
d. Kuinin
e. Methotrexat
42. Obat berikut dapat mengadsorpsi obat lain , kecuali:
a. Aluminium hidroksida
b. Kaolin
c. Bismut salisilat
d. Kolestiramin
e. Amfetamin
43. Digoksin dan antasida direkomendasikan untuk dipergunakan dengan interval waktu:
a. 1 -2 jam
b. 2- 3 jam
c. 3- 4 jam
d. 4- 5 jam
e. 5 – 6 jam
P S T 2 0 0 4 | 11
44. Berbagai akibat interaksi furosemid dan kloralhidrat telah dilaporkan sebagai berikut,
kecuali:
a. Diaforesis
b. Hot flashes
c. Hipotensi
d. Diuresis
e. Hipermetabolik
45. Obat berikut diperbesar absorpsinya oleh adanya makanan, kecuali:
a. Diazepam
b. Levodopa
c. Fenitoin
d. Propoksifen
e. Griseufulvin
46. Bioavailibilitas obat dapat diperbesar dengan berbagai mekanisme, kecuali
a. Penambahan disolusi
b. Penambahan dispersi
c. Penambahan volume distribusi
d. Penambahan pengikatan protein
e. Penambahan aliran darah splankhnik
47. Obat berikut mempunyai klirens renal tinggi bila urinnya asam, keculi:
a. Sulfonamida
b. Antihistamain
c. Amfetamin
d. Meperidin
e. Imipramin
48. Ekskresi antihistamin dapat diperbesar bila pasien memakan makanan berikut, kecuali:
a. Daging
b. Macaroni
c. Telur
d. Keju
e. Sayuran hijau
49. INH dapat meyebabkan defisiensi vitamin B6 dan menyebabkan berbagai efek, kecuali
a. Nafsu makan meningkat
b. Mulut kering
c. Mual
d. Muntah
e. Sakit perut
50. Obat kortikosteroid dapat menyabakan berbagai hal, kecuali:
a. Mengganggu pembentukan tulang
b. Mengurangi absropsi kalsium dan fosfor
c. Mempercepat kesembuhan luka
d. Meningkatkan kadar glukosa dan kolestrol dalam darah
e. Meningkatkan kebutuhan akan vitamin C dan vitamin.
P S T 2 0 0 4 | 12
ESSAY
1. A
Problem terapi obat salah satunya adalah interaksi obat.
Many drug-related problems are caused by drug interactions.
Drug interactions represent one of the categories of drug-related problems that have been
identified as events or circumstances of drug therapy that may interfere with optimal clinical
outcomes (p.2)
2. B
Diuretik (thiazide) menaikkan kadar glukosa dalam drah. Jika digunakan bersamaan dengan
insulin atau antidiabetik oral, akan menetralkan aktivitas antidiabetik. Used concomitant
with insulin or one of the oral antidiabetics; it may counteract the glucose lowering action of
antidiabetic drugs and necessitate an adjustment in dosage. (p. 28)
3. A
Diuretik dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. They may produce a
hyperuricemic effect. The drugs for gout may necessitate an adjustment in dosage. (p. 28)
4. C
Jika kelebihan menggunakan α-adrenergik antagonis, misal fentolamin, maka pasien akan
mengalami priapism (ngaceng terus). Untuk menetralkannya diberikan α-adrenergik agonis,
contohnya metraminol dan methoksamin. (p. 29)
5. C
Sayuran hijau banyak mengandung vitamin K yang berperan pada pembekuan darah. Kalo
kebanyakan sayuran, vitamin K banyak, padahal efeknya berlawanan dengan warfarin
(antikoagulan) sehingga aktivitas warfarin bsa menurun. (jadi bukan karena menghambat
absorpsi warfarin). The capacity of warfarin to interfere with the activation of the vitamin K-
dependent clotting factors is reversed by vitamin K administration, allowing possible
thrombus formation. (p. 29)
6.
7. E
Diuretik akan mendeplesi pengeluaran ion Na, sehingga menurunkan klirens dari lithium dan
meningkatkan aktivitas lithium. Tetapi obat ini boleh digunkan asalkan dilakukan monitor.
The sodium depletion caused by diuretics reduces the renal clearance and increase the
activity of lithium. The concurrent therapy need not be contraindicated so long as the
interaction is recognized and steps are taken to monitor therapy and adjust dosage. (p. 32)
8. A
When MAO is inhibited, the concentrations of norepinephrine within adrenergic neurons
increase. A drug that can stimulate its release can bring about an exaggerated response. The
patients may experience severe headache, hypertension (possibly a hypertensive crisis), and
cardiac arrhythmias. It is important that patients being treated with MAOIs avoid using
products containing these agents. (p.32)
9. C
TCA menghambat uptake guanethidine ke neuron terminal, yang akhirnya akan menurunkan
konsentrasi guanethidin pada site ini untuk bisa berefek sebagai hipotensif. Guanethidine
ditranport ke site of action within adrenergic neurons by a transport system that also is
responsible for uptake of norepinephrine, as well as several indirectly acting
sympathomimetic amina seperti ephedrine dan amphetamines.
Antipsychotics lain seperti chlorpromazine, haloperidol, dan thiothixene dapat juga
menurunkan efek antihipertensif dari guanethidine. (p. 33)
10. A
11.
12. C
Ciprofloxacin sebagain inhibitor CYP 1A2. Kalo terhambat maka kadar teofilin (dalam hal ini
sebagai substrat) akan meningkat.
13. C
Interaksi farmakokinetika meliputi:
- Alteration of GI absorption
- Alteration of distribution
- Induksi dan inhibisi metabolisme
- Alteration of excretion
14. B
Antasida bisa menyebabkan salut enterik bisacodyl menjadi larut. Karena kerja bisacodyl
ditujukan bekerja di usus buat laksative.
15. B
Cholestyramine & Cholestipol bisa mempercepat eliminasi leflunamide, membentuk
kompleks.(p. 13)
16.
17.
18.
19. B
Eliminasi methotrexate dihambat oleh NSAID.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29. B
Examples of drugs that inhibit certain hepatic enzyme systems: Cimetidine, Ciprofloxacin,
Clarithromycin, Diltiazem, Enoxacin, Erythromycin, Fluoxetin, Fluvoxamine, Itraconazole,
Ketoconazole, Nefazodone, Paroxetine, Ritonavir (p. 23-25)
30. C
Agen penginduksi enzim:
- Carbamazepine
- Ethanol (chronic, not acute)
- Fenobarbital
- Fenitoin
- Rifampisin (p. 20-21)
31. A
The consumption of grapefruit juice has been reported to increase the serum concentration
and activity of a number of drugs, such as:
- calcium channel blockers (e.g., amlodipine, felodipine, nimodipine, and nisoldipine)
- hydroxymethylglutaryl-CoA (HMG-CoA) reductase inhibitors (e.g., lovastatin)
- carbamazepine, and
- cyclosporine
Grapefruit juice increases average felodipine levels about threefold, increases cyclosporine
levels, and increases the level of terfenadine (antihistamine). (p. 16)
32. D
Faktor-faktor obat:
a. Narrow therapeutic range
b. Low bioavailability
c. Drug formulation (presence of interacting excipients)
d. Drug stereochemistry
e. Drug potency
f. Steep dose-response curve
g. Duration of therapy
h. Drug dosage (where a higher dose yields a more significant interaction)
i. Drug concentration in blood and tissue
j. Timing and sequence of administration of interacting drugs (staggered versus
simultaneous administration)
k. Route of administration
l. Baseline blood concentration of interacting drug and its therapeutic index
m. Extent of drug metabolism (fraction of systemic clearance from metabolism)
n. Rate of drug metabolism (hepatic extraction ratio and hepatic clearance)
o. Degree of protein binding of interacting drugs
p. Volume of distribution of affected drug
q. Problematic pharmacokinetics (p. 3-4)
33. A
Faktor-faktor pasien;
a. Body weight, composition, and size
b. Quantity and activity of specific drug-metabolizing enzymes (genetic polymorphism)
c. Inherent inter- and intra-individual variability in pharmacokinetics and pharmacological
response
d. Age
e. Gender
f. Race
g. Tobacco use
h. Alcohol use (acute or chronic)
i. Diet
j. Underlying disease states and their severity (acute, chronic, unstable)
k. Malfunction and disease of organs of drug elimination (e.g., liver, kidney)
l. Polypharmacy (particularly with enzyme inhibitors or inducers) (p. 4)
34. A
Patients at particular risk include:
35. A
Physiologic factors such as:
a. gastrointestinal motility
b. gastrointestinal pH
c. presence of gastrointestinal disease
d. gastric emptying time
e. intestinal blood flow
f. intestinal metabolism
g. Inhibition/induction of transport proteins (e.g., P-glycoprotein). (p. 8)
36. C
Drugs having the highest risk of being involved in a clinically important drug interaction
often have:
37.
38.
39.
Antasida menurunkan absorbsi obat berikut karena alteration pH: (p. 13 1a)
- Aspirin
- Ketokonanazol, itrakonazol, flukonazol (suatu H2 antagonism protont-pump inhibitor)
- Bisacodyl (suatu laksatif, Dulcolax isinya zat ini)
- Tetrasiklin. Antasida mengandung kation logam seperti Al atau Mg yang bisa mengkelat
tetrasiklin (p. 13 yang 2a)
- Siprofloxacin, walaupun minor, gak begitu berbahaya (p. 11)
40. D
Among the foods having the highest tyramine content:
Sory, ini Cuma coret-coretan punyaku (Moko, saja). Dulu pas kerajinan sok-sok’an jawab soal, tapi
gak elar juga. Hahahhaha. P.xx adalah letak halamn di hand-out pak waldi yg bentuk PDF itu lho...
1. Obat dapat berinteraksi dengan adanya penyakit. Terangkan mengapa terjadi perubahan
absorpsi suatu obat karena terjadinya penyakit cholethiasis (batu empedu). Terangkan
mekanismenya, sebutkan golongan obat dan berikan contohnya.
2. Jelaskan apa yang tejadi pada penyakit gagal jantung kongestif. Mengapa penyakit tersebut
dapat berpengaruh pada absorbsi obat. Bagimana dengan proses eliminasinya di hati dan
ginjal. Jelaskan.
3. Terangkan faktor-faktor fisiologi apa yang perlu diperhatikan pada penyakit hati. Jelaskan
pengaruh perubahannya untuk obat-obat yang mempunyai rasio ekstraksi hati rendah dan
tinggi. Beri contohnya.
4. Obat dapat berinteraksi dengan adanya penyakit. Terangkan mengapa pada uremia dapat
mempengaruhi absorpsi suatu obat. Beri contohnya.
5. Terangkan apa yang mungkin dapat terjadi pada penyakit glomerulonefritis. Hal-hal apa saja
yang perlu diperhatikan berkaitan dengan interaksi obat (jenis obat apa yang bagaimana yang
perlu diperhatikan).
6. Terangkan faktor-faktor fisiologi apa yang perlu diperhatikan pada gagal ginjal yang dapat
mempengaruhi farmakokinetika obat. Mengapa terjadi perubahan ikatan protein, bagaimana
dengan ikatan protein propanolol?
7. Telah banyak dilaporkan bahwa pemberian propanolol (EH >>) secara oral dapat mengubah
parameter farmakokinetika dari propanolol. Terangkan secara jelas dan lengkap mengapa hal
ini bisa terjadi?
8. Perubahan fisiologi apa yang akan terjadi saat kehamilan. Bagaimana pengaruh perubahan
hormonalnya. Terangkan apa yang perlu diperhatikan bila ibu tersebut menderita epilepsi dan
minum fenitoin.
9. Kalsium
a. Kalsium dalam tubh terutama dalam bentuk apa dan disimpan di mana?
b. Bagaimana risiko bila kekurangan dan kelebihan kalsium
c. Beri contoh obat yang berinteraksi (berpengaruh/dipengaruhi) dengan kalsium dan
terangakn mekanismenya.
10. Ion kalsium memegang peranan penting dalam proses fisiologi. Terangkan bagaimana
peranan dan mekanisme bila terjadi interaksi kalsium dengan obat untuk penyakit jantung?
11. Berikan contoh dan terangkan mekanismenya obat yang absorpsinya sangat dipengaruhi oleh
diet makanan yang mengandung lemak tinggi.
Ini gambaran tipe soal kesukaan ibunya. Dari sini kita bisa nebak2, kira-kira soal kita yang sesuai ma penyakit yang diajarin.
Kayak pas kita: AIDS, bangsal renaal, dsb.
SOAL HERBAL-DRUG INTERACTIONS
Setelah diskusi HERBAL-DRUG INTERACTIONS besok, diharapkan mahasiswa mampu menjawab soal-soal
berikut.
1. Jelaskan dengan singkat, obat-obat herbal dapat berinteraksi dengan obat terapetik (sintetik)
sehingga dapat mengubah efek terapi obat sintetik.
2. Jelaskan dengan singkat interaksi yang terjadi antara Capsicum sp dan ranitidin, mengenai:
a. Mekanisme interaksi
b. Efek klinik yang terjadi
3. Jelaskan dengan singkat mekanisme interaksi dan efek klinik yang terjadi antara resveratrol (zat
kimia dalam kulit buah anggur) dengan:
a. Sildenafil
b. Eritromisin
4. Jelaskan dengan singkat mekanisme interaksi dan efek klinik yang terjadi, tentang Ginkgo biloba
terhadap:
a. Citalopram
b. Fenitoin
c. Paroksetin
d. St John Wort
5. Jelaskan dengan singkat sebabnya, interaksi obat dengan Ginkgo biloba:
a. Dengan warfarin sehingga terjadi perdarahan
b. Dengan parasetamol, sehingga terjadi hematoma
6. St John’s Wort mengandung (pseudo) hipericin. Jelaskan mengapa herba ini tidak boleh
digunakan bersama-sama dengan obat-obat antidepresan?
7. Penderita asma yang sedang menggunakan teofilin, sebaiknya tidak mengkonsumsi cabe
(Capsicum sp). Apa sebabnya?
8. Jelaskan dengan singkat, mengapa kombinasi kafein dan sediaan yang mengandung efedra
sebaiknya tidak digunakan oleh penderita glukoma?
9. Jelaskan dengan singkat respon klinik yang mungkin terjadi, jika kavapiron diminum bersama-
sama dengan obat flu yang mengandung chlortrimeton (CTM).
10. Apa sebab minyak bawang putih dapat:
a. Memperkuat efek kurkumin (anti-radang)?
b. Memperlancar aliran darah ke otak dan jantung
11. Jelaskan dengan singkat respon klinik yang mungkin terjadi, jika jus buah anggur diminum
bersama-sama dengan:
a. Midazolam
b. Nimodipin.
2. Capsicum Sp vs Ranitidin
a. Mekanisme interaksi
Jawab: beberapa bukti menyatakan bahwa capsium dapat meningkatkan sekresi asam lambung
sehingga seolah-olah simetidin tidak bekerja dengan baik untuk mengontrol asam lambung.
b. Efek klinik
Jawab: perut perih, mual, muntah, lama kelamaan akan mengalami ulkus peptik.
3. a. Resveratol vs Sildenofil
Mekanisme interaksi
Jawab: resveratol yang terkandung dalam grapefruit juice merupakan inhibitor enzim sitokrom P450
sehingga akan menghambat metabolisme sildenofil sehingga kadar dalam tubuh meningkat dan efeknya
meningkat.
Efek klinik
Jawab: libido yang terus meningkat, priapism.
b. Resveratol vs Eritromisin
Mekanisme interaksi
Jawab: ada 2 kemungkinan:
1). Keduanya merupakan inhibitor enzim sehingga bila digunakan bersama obat lain akan menghambat
metabolismenya.
2).
8. Kafein merupakan stimulan reseptor α-adrenergik yang dapat meningkatkan aliran darah. Sedangkan
efedra memiliki efek samping menyebabkan hipertensi. Glaukoma disebabkan karena peningkatan
tekanan cairan dalam bola mata. Oleh karena itu, apabila kedua obat ini digunakan oleh penderita
glaukoma maka dapat semakin meningkatkan tekanan cairan dalam bola mata sehingga dapat terjadi
kebutaan.
9. Kava (Piper methysticum) yang mengandung zat aktif kavapiron ini memiliki efek sedatif. Jika kava
diminum dengan CTM yang memiliki efek samping sedatif juga maka dapat memperlama efek sedatif.
10. a. minyak bawang putih dapat menghambat enzim COX dan 12-lipoxygenase
b. minyak bawang putih dapat mencegah penjendalan darah (anti trombotik)
11. a. Jus anggur merupakan inhibitor enzim CYP3A4. Midazolam + jus anggur → peningkatan kadar
midazolam dalam tubuh → ketoxican
b. Nimodipin + jus anggur → peningkatan kadar nimodipin dalam tubuh → ketoxican
5 Januari 2006
1. Sebutkan dan berilah penjelasan singkat, enam karakteristik pasien yang mudah/ cenderung
mengalami interaksi obat !
Jawab:
• Resiko tinggi disebabkan karena keparahan penyakit yang sedang diobati
Misalnya: - pasien aplastik anemia
- pasien asma
- pasien aritmia jantung
- pasien ICU-ICCU
- pasien diabetes
- pasien epilepsi
- pasien dengan gangguan hati
- pasien hipotiroid
• Resiko tinggi disebabkan karena potensi interaksi obat dari terapi yang terkait
Misalnya: - gangguan autoimun
- gangguan jantung
- gangguan GI
- infeksi
- gangguan psikiatrik
- gangguan pernafasan
- gangguan seizure
2. Fenitoin (300 mg; PO) diberikan kepada subyek laki-laki, menghasilkan nilai AUC 104,3 μg/ml/jam.
Namun setelah diberikan bersama-sama dengan piperin ternyata AUC tersebut menjadi 156,3
μg/ml/jam. Jelaskan dengan singkat faktor penyebab kenaikan AUC tersebut.
Jawab: Piperin menghambat clearance (Cl) obat-obat dengan rasio ekstraksi rendah seperti fenitoin.
Komu n ika si dan Konseling |1
5 Juli 2005
1. Jelaskan macam cara mendidik pasien. Bagaimana membuat bahan untuk mendidik pasien
secara tertulis?
Jawab:
a) Ceramah
b) Dialog dan diskusi
c) Informasi tertulis (print information)
d) Alat bantu audio-visual
e) Teknik demonstrasi dan praktek
f) Bantuan computer (program di CD yang bisa dilihat pasien di rumah)
g) Video simulasi
2. Apa tujuan Farmasis memberikan petunjuk umum/label? Beri 3 contoh label tersebut.
Jawab:
Tujuan:
Contoh:
a. Jangan minum alkohol saat menjalankan perawatan dengan obat kecuali disarankan oleh
dokter atau apoteker anda.
Label ini digunakan pada obat-obat yang dikontraindikasikan dengan alkohol, obat
diabetes oral, penghambat MAO, disulfiram, beberapa antikoagulan.
b. Obat ini harus diminum sedikitnya setengah jam sebelum makan dan 3 jam setelah makan.
Label ini digunakan untuk obat-obat yang harus digunakan pada saat perut kosong
contohnya eritromisin, ketokonazol, dapson, itrakonazol.
c. Jangan minum susu, antasida, suplemen besi atau kalsium dalam 2 jam untuk tiap dosis
obat ini.
d. Obat ini dapat menyebabkan rasa kantuk dan efeknya dapat meningkat bila dikonsumsi
bersama alkohol. Jika minum obat ini, tidak boleh mengemudikan kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin
e. Hindari kulit terkena sinar matahari langsung secara berlebihan selama menjalani
perawatan dengan obat ini
f. Konsultasikan dengan dokter atau apoteker Anda sebelum menggunakan aspirin selama
menjalani perawatan dengan obat ini
Contoh: terkadang kita akan bertemu dengan pasien dengan keadaan kekurangan dalam
pendengaran → sebagai seorang farmasis kita harus dapat membaca tanda-tanda bahwa
pasien kita kekurangan dalam pendengaran, hal ini dapat dilihat dari hasil komunikasi yang
tidak nyambung. Maka farmasis harus menjelaskan pelan-pelan dengan gerakan bibir yang
terbaca, atau menggunakan bahasa isyarat (non-verbal) namun hal yang perlu diingat
bahwa semua proses bantuan yang kita berikan harus mengikuti etika yang berlaku dan
jangan memberikan bahasa nonverbal di depan umum.
- Pasien yang buta huruf (tidak dapat membaca), biasanya pasien dengan kharakteristik ini
akan malu untuk berkata jujur. Maka sebagai farmasis kita dapat melihat tanda-tanda:
pasien buta huruf biasanya akan mengatakan kacamatanya ketinggalan.
- Gaya hidup dan pekerjaan, hal ini sangat penting untuk diketahui olaeh farrmasis karena
jika pemberian obat tidak disesuaikan dengan gaya hidup dan pekerjaan akan berbahaya.
Contoh : supir bekerja malam hari → jika ada obat yang memberikan rasa kantuk maka
penggunaannya harus disesuaikan.
b. karakteristik obat
Obat pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok :
- Obat non resep
- Obat yang harus melalui resep dokter
Konseling yang diberikan harus tepat sesuai dengan karakteristik obat.
Contoh : obat dengan resep biasanya mempunyai tingkat keberbahayaan yang tinggi (lebih
berersiko) dibanding obat non resep, maka farmasis harus berhati-hati dan memberikan
konseling yang tepat pada pasien. Sebaliknya obat non resep tingkat resikonya lebih kecil
(meskipun dalam pemakaian yang salah dan dalam jangka waktu lama memiliki tingkat
bahaya yang lebih tinggi).
Selain kedua obat diatas maka kharakteristika obat lain yang perlu diperhatikan adalah:
- Obat yang mungkin berinteraksi dengan banyak obat dan efek samping yang berbahaya
- Obat dengan cara penggunaan yang sulit.
Misalnya; hand healer → dalam penggunaannya farmasis harus benar-benar menjelaskan
agar pasien mengerti. Alat bantu yang dapat dipakai : diagram, gambar, atau dengan
memperagakan alat secara langsung)
- Obat yang pada penggunaanya tidak langsung kelihatan efeknya.
Misalnya, untuk obat-obat hipertensi pasien tidak akan langsung merasakan efeknya bahkan
terkadang akan menimbulkan efek lain seperti batuk-batuk pada penggunaan kaptopril. Hal
tersebut berdampak pada ketidak patuhan pasien dalam menggunakan obat. Farmasis harus
dapat memberikan konseling yang tepat tentang obat dengan sifat ini.
Pengatasannya: agar patuh maka tensi harus dikontrol denganpemeriksaan tekanan darah,
dijelaskan juga kepada pasien kenapa kok tekanan darahnya itu harus turun.
c. karakteristik kondisi
- Pasien dengan penyakit epilepsi → dari hasil analisis resep farmasis dapat mengetahui
bahwa pasien tersebut menderita penyakit epilepsi, maka secara etika farmasis tidak
boleh memberitahu/ melakukan konseling di depan umum. Diperlukan privacy, terutama
pada kasus-kasus yang kemungkinan akan mempermalukan pasien. Selain ruangan
privacy maka farmasis dalam memberikan konseling tidak boleh dengan suara yang
keras-keras.
- Penyakit yang tidak bisa sembuh, misal kanker, AIDS, hipertensi.
2. Sebutkan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang Farmasis untuk dapat
memulai kegiatan konseling (Self-Development of Counseling Pharmacist).
Jawab:
Melakukan Konseling Step Demi Step
a. Farmasis mau berinteraksi secara personal kepada setiap pasien
Kita harus mampu untuk menghadapi pasien terlebih dahulu sehingga dibutuhkan
keberanian dari farmasis dengan berada di depan saat di apotek. Contohnya :
- saat pasien datang ke apotek langsung kita sapa
- perkenalkan diri pada pasien sesaat sebelum melayani pasien
- sedapat mungkin R/ yang datang kita terima langsung dari pasien
- jika perlu tanyakan keluhan pasien untuk meyakinkan terapi yang diberikan adalah
rasional
- setelah R/ dilayani, kita-lah yang menyerahkan pada pasien
- saat penyerahan obat sebisa mungkin jawab semua pertanyaan yang diajukan oleh
pasien, dll.
Yang penting selalu lakukan interaksi dengan pasien setiap ada kesempatan.
b. Memberikan konseling secara lengkap
Tahap ini dilakukan jika kita sudah benar-benar siap menghadapi pasien,
memberikan informasi dan siap melakukan konseling. Jika kita masih ragu-ragu
maka dapat memulai dengan pemberian konseling pada pasien tertentu saja yang
penyakit dan terapinya benar-benar kita kuasai. Sesuaikan dengan penyakit yang
paling banyak diderita pasien dan obat yang akan diterimanya.
Misal di sekitar apotek ada praktek dokter spesialis penyakit dalam (internis) dan
dokter tersebut sering mengirim pasien ke apotek kita untuk diberi obat yang
sesuai. Maka kita harus mau mempelajari penyakit yang sering diderita pasien dan
obat-obat yang sering digunakan oleh dokter tersebut. Sehingga kita akan lebih
memahami masalah penyakit dalam dan siap memberikan konselingnya.
Selain itu, karena hampir semua pasien menerima resep dengan antibiotik sehingga
penting bagi kita untuk memahami dan menguasai segala hal tentang antibiotik.
Namun sebagai farmasis yang profesional kita hendaknya harus mau mempelajari
berbagai macam penyakit dan obat-obat yang sesuai. Sehingga konseling dapat kita
berikan pada setiap pasien yang sekiranya membutuhkan informasi dari kita
(terutama penyakit kronis yang tidak mungkin sembuh seumur hidupnya dan sangat
memerlukan kepatuhan dari pasien)
c. Memberikan pelayanan kefarmasian pada komunitas sekitar
Tidak hanya di apotek, kita juga dapat memberikan pelayanan kefarmasian kepada
masyarakat sekitar apotek atau tempat tinggal kita. Misal melakukan penyuluhan
terhadap ibu-ibu PKK tentang cara penyimpanan obat yang benar, membedakan
obat asli dari yang palsu, cara mendapatkan pengobatan yang aman, menjaga
kesehatan diri, keluarga dan lingkungan, dll. Dengan penyuluhan ini maka kita
dapat mengenalkan diri di masyarakat dan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan memberikan informasi.
Jawab:
a. Pasien usia lanjut mengalami penurunan fungsi organ dan berkurangnya kemampuan fisik
(penglihatan) yang diperparah oleh adanya penyakit infeksi mata yang diderita pasien.
b. Penggunaan obat salep mata dan tetes mata perlu didemonstrasikan cara pemakaiannya.
Penggunaan obat tetes mata perlu dimonitor apakah selama ini pasien telah
menggunakannya dengan cara yang benar.
c. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, jadwal penggunaan obat tetes mata dan salep mata
diberikan pada waktu tidak bersamaan. Salep mata diberikan pada malam hari sebelum
tidur agar tidak mengganggu jam istirahan pasien (bila harus bangun pada tengah malam).
d. Obat hipertensi (kaptopril) mungkin tidak memberikan perubahan simptom penyakit pasien
tapi akan terlihat jika pasien melakukan cek tekanan darah, dalam keadaan ini pasien perlu
diberi pengertian tentang hipertensi. Tekanan darah pasien perlu dikontrol. Perubahan
kebiasaan pasien dapat membantu penurunan tensi pasien ke tingkat normal.
e. Sampaikan makanan dan minuman yang harus dihindari oleh pasien.
Nomor 1
Kayaknya jawaban soal ini ada hubungannya ma tailoring counseling. Apa iya?? Kalo ada yang
kurang bener, mohon dikoreksi n aq dikasih tau yaw... ☺
Berkomunikasi dan memberikan konseling kadang terlihat mudah namun sebenarnya konseling
memerlukan banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan farmasis memberikan konseling yang
tepat sasaran. Dalam tailoring counseling, farmasis memaksimalkan konseling terkait dengan
kajian dan spesifik terhadap masing-masing pasien.
Karakteristik obat
1. Obat resep, mempunyai tingkat risiko dan tingkat keberbahayaan yang lebih tinggi
dibanding obat nonresep
2. Obat nonresep, meskipun tingkat risiko lebih kecil, pemakaian yang salah dalam jangka
waktu lama dapat membahayakan pasien. Selain itu,
3. Obat yang mungkin berinteraksi dengan banyak obat lain dan efek samping yang
berbahaya
4. Obat dengan cara penggunaan yang sulit, misalnya nebulizer
5. Obat yang efeknya tidak langsung terasa setelah penggunaan, misalnya obat hipertensi
Karakteristik Kondisi = Farmasis memberikan konseling sesuai dengan kondisi yang bersangkutan,
contohnya :
1. Pasien epilepsi >> dari analisis resep dapat diketahui bahwa pasien menderita eilepsi,
maka secara etis farmasis tidak memberikan konseling di depan umum. Artinya,
kondisi-kondisi yang memungkinkan dapat membuat malu pasien, ciptakan suasana
privacy saat konseling. Suara farmasis juga jangan keras-keras.
2. Pasien yang tidak dapat sembuh (AIDS, kanker, hipertensi) >> dalam konseling,
farmasis jangan memberi janji palsu bahwa pasien akan sembuh. Yang perlu
ditekankan adalah kepatuhan pasien dalam meminum obat untuk dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Karakteristik situasi = pasien baru dan pasien lama membutuhkan penanganan yang berbeda
1. Pasien baru >> perlu menggali info dari pasien (riwayat pengobatan)
2. Pasien lama >> sudah ada info misalnya mengenai alergi, pekerjaan, dll sehingga
memudahkan penanganan. Selain itu, pasien dalam keadaan :
3. marah, biasanya karena tidak mau divonis terhadap penyakit tertentu yang sangat berat.
Maka farmasis harus dapat memahami hal ini. (orang sabar disayang Tuhan)
4. takut terhadap penyakitnya
5. kecewa
6. pasien yang sedang terburu-buru (biasanya ga mau nunggu lama)
Nomor 2
Progressing into counseling step by step:
1. Farmasis mau berinteraksi secara personal terhadap pasien. Untuk mampu memberikan
konseling maka farmasis harus mampu menghadapi pasien terlebih dahulu, dibutuhkan
keberanian farmasis untuk berada sebagai lini depan apotek. Contoh : menyapa pasien
ketika datang, memperkenalkan siapa kita, dan sebisa mungkin menerima langsung resep
dari pasien.
2. Farmasis memberikan konseling secara lengkap. Tahap kedua ini kita lakukan jika kita
memang sudah siap menghadapi pasien, memberikan informasi, dan siap melakukan
konseling. Atau jika kita masih ragu, kita dapat memulai konseling pada pasien tertentu
dengan penyakit dan terapi yang benar-benar kita kuasai. Meskipun demikian, farmasis
hendaknya bersikap profesional untuk mau mempelajari berbagai macam penyakit dan
pengobatannya.
Dalam memulai konseling farmasis harus ingat bahwa farmasis harus assertive dan memberikan
konseling sesuai kebutuhan pasien, yaitu :
1. Konseling harus disesuaikan pada masing-masing pasien (karena bersifat individual) pada
situasi dan kondisi yang individual juga (komentar : niy maksudnya tailoring counseling
mungkin ya....)
2. Farmasis harus mampu menangani pasien dan kondisi yang sulit, misalnya pasien marah,
bingung, dan mudah tersinggung.
Nomor 3
a. Konseling yang diberikan dan pilihan tempat penyuntikannya antara lain :
Injeksi insulin biasanya diberikan sebelum makan dan harus digunakan secara teratur
agar kadar gula darh tetap terjaga.
Rubahlah pola makan, antara lain perbanyak makanan rendah gula, diet pembatasan
kalori. Perbanyak olahraga, gerak badan secara teratur (jalan kaki, bersepeda). Jika
pasien sering merokok maka kebiasaan itu sebaiknya segera dihentikan.
Efek samping insulin antara lain hipoglikem, hipokalemi, reaksi di tempat injeksi,
rash, reaksi alergi, retensi natrium dan edema. Jika terjadi reaksi hipersensitivitas
sebaiknya terapi segera dihentikan.
Pilihan tempat penyuntikannya antara lain perut, paha, lengan atas, pinggul belakang
(apa lagi ya??)
21 Juni 2005
1. Jelaskan bahwa persyaratan agar konseling efektif dan efisien dengan konsep 4A !
2. Desain layout apotek dengan ukuran 10x10 cm !
3. Sebutkan urutan pertimbangan efisiensi farmasis dan keefektifan melakukan
konseling kepada pasien melalui telepon !
4. Buatlah contoh percakapan antara Anda dan pasien yang menebus obat bahwa dia
sakit kanker dan 2 hari lagi akan operasi !
Jawaban :
1. Availability
Maksudnya niy keberadaan farmasis dapat diakses oleh pasien. Caranya :
• untuk kesan pertama, farmasis harus tampak beda, caranya : pake name tag, jas apoteker
dengan warna yang berbeda, layout apotek diperbaiki supaya farmasis bisa lebih dekat
dengan pasien.
• penyerahan obat dilakukan langsung oleh farmasis
• membuat jadwal konseling dengan pasien
• promosi peran farmasis dalam kegiatan kemasyarakatan, misalnya niy membuat klub
jantung sehat trus farmasis berperan aktif memberi edukasi dan konseling
Atmosphere
Farmasis menciptakan suasana supaya pasien nyaman dalam memberikan info, bertanya,
berdiskusi, dan berkonsultasi tentang penyakit dan obatnya, caranya :
• memberi ruang privat dan semiprivat khusus untuk konseling
• menggunakan bahasa nonverbal untuk membuat pasien nyaman dan dekat
• menciptakan suasana konseling yang nyaman seperti mengurangi suara bising atau
memperdengarkan musik yang menenangkan
Approach
Farmasis mempersiapkan dan mengorganisir secara sistematik apa saja yang akan
dibicarakan untuk menciptakan pendekatan terhadap pasien, caranya :
• menyusun protap apa saja yang akan dibicarakan
• tailoring konseling. Konseling bersifat spesifik untuk pasien tertentu pada kondisi
tertentu
• memahami kepentingan pasien adalah nomor 1
• mengembangkan kemampuan berkomunikasi : mendengarkan dan konsultasi 2 arah
• memilih metode konseling yang tepat
Attitude
Farmasis bersikap profesional tanpa membuat jarak dengan pasien, caranya :
• menggunakan bahasa nonverbal
• bersikat assertive
• bersikap persuasif
• percaya diri
• long life learner
• memanfaatkan teknologi
• tidak menunjukkan sikap tergesa-gesa, sabar
• be a believer
2. Temen-temen, niy layout apoteknya aq ambilin dari layout apotek WIPA. Ruang 19 di skema
udah termasuk ruang konseling ya... ☺
pasien untuk mengencerkan obat sampai garis tersebut (ini contoh buat dry syrup kali
yee..)
8. Tanyakan pada pasien apakah ada masalah lain yang ingin didiskusikan, bila perlu buat
perjanjian untuk bertemu pasien secepatnya
9. Tawarkan untuk mengadakan komunikasi via telepon lanjutan. Contoh : bila ada
masalah silahkan hubungi kami..
10. Akhiri dengan membuat kesimpulan positif
11. Ucapkan terima kasih dan semoga lekas sembuh
12. Dokumentasikan hasil konseling
13. Kalo kasusnya pasien menelepon secara tiba-tiba dan ingin berdiskusi dengan farmasis,
farmasis harus segera menjawab telepon. Bila saat itu farmasis sedang sibuk, maka
sarankan pasien untuk membuat janji untuk berkomunikasi lain waktu
(Komentar : kalo apoteknya masih kecil, komunikasi via telp niy harus dipertimbangkan
secara ekonomis ya, maksudnya pembicaraannya ga mbleber kemana-mana gitu... Kalo ga
bisa membludak niy tagihan telepon hehe..)
4. Contoh komunikasi dengan pasien kanker yang menebus obat dan akan dioperasi 2 hari lagi.
F : ”Selamat siang. Saya Larasati, apoteker di apotek ini. Ada yang dapat saya bantu ?”
P : “Oh ya, saya ingin menebus resep nich..”
F : “Baik Pak, saya lihat dulu ya resepnya..”
(setelah dilihat, ternyata resep berisi antineoplastik oral. Berarti ada indikasi kanker. Ingat
kata Bu Nus, kita sering tidak sadar menunjukkan rasa terlalu kasihan kepada orang lain.
Nah, farmasis harus dapat mengendalikan perasaan emosionalnya supaya pasien tidak
merasa dikasihani)
F : ”Baik Pak, resep saya terima. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan seputar
resep, apakah bapak punya waktu ?”
P : ”Oke..”
F : ”Baik Pak, mari silahkan duduk” (farmasis mengajak pasien duduk di ruang privat)
F : ”Apa yang telah disampaikan dokter mengenai obat Bapak ?”
P : ”Mmm..obatnya berguna untuk mencegah penyebaran penyakit saya, jadi saya harus
meminumnya secara teratur”
F : ”Betul Pak..”
P : ”Tapi saya sudah ga percaya lagi mba sama obat ini. Buat apa saya minum obat, toh 2
hari lagi saya akan dioperasi..lagipula setahu saya penyakit kanker itu ga bisa sembuh”
(pasien tampak sedih)
F : ”Dioperasi? Bapak jangan takut ya..”
P : ”Saya takut mba, ini operasi pertama kali buat saya”
F : ”Bapak..Bapak yang sabar ya.. Mungkin ini adalah jalan terbaik untuk mengobati
penyakit Bapak”
P : “Saya tetap takut mba..”
F : “Boleh saya memberi saran, Pak?”
P : “Ya..”
F : “Pak, perasaan takut itu harus dilawan. Bapak harus tetap optimis kalau Bapak akan
membaik, lagipula kalau Tuhan sudah berkehendak, maka tidak ada yang tidak mungkin.
Maka dari itu, Bapak berdoa untuk kelancaran operasi dan kebaikan bapak...”
P : (menghela nafas panjang). ”Ya, sepertinya saya memang harus menguatkan mental
dan banyak berdoa”
F : ”Nah, selagi Bapak menunggu operasi, ada baiknya Bapak tetap meminum obat secara
teratur. Usaha sekecil apapun dapat memberikan hasil yang berarti Pak..”
Temen-temen, mungkin percakapan di atas terlalu lebay..hehe..mati ide niy.. Yang penting,
dalam menghadapi pasien kanker ini tips’nya..
• Pasien tidak suka membicarakan hal yang membuat pasien sedih
• Pasien membutuhkan dukungan dari keluarga, sahabat, dan farmasis
• Home health care adalah pilihan utama
• Farmasis tetap bersikap professional dan tidak emosional
• Datang dan kontak dengan keluarga pasien
SOAL
1. Apakah yang disebut komunikasi. Bagaimana caranya sebagai seorang farmasis dalam
memberi informasi dan konseling dapat berhasil atau sukses, dilihat dari tahap-tahap proses
komunikasi.
2. Jelaskan mengenai TAILORING COUNSELING
Terangkan masalah-masalah yang menimbulkan kesulitan dalam tailoring counseling
JAWAB
1. Komunikasi merupakan sharing alias berbagi dalam hal informasi, ide, pemikiran dan
perasaan. Tidak hanya kata-kata yang diucapkan tetapi juga ekspresi wajah, vokal, postur
tubuh dan sikap yang lain.
Komunikasi merupakan :
1. pembentukan pesan dari pemikiran, perasaan dan perilaku pengirim (sender)
2. proses penyampaian kepada penerima (receiver)
3. reaksi dari penerima
Bagaimana caranya sebagai seorang farmasis dalam memberi informasi dan konseling dapat
berhasil atau sukses, dilihat dari tahap-tahap proses komunikasi...........????? (soal ini belum
dijawab).
2. Dalam tailoring counseling, farmasis mempelajari bagaimana memaksimalkan konseling
terkait dengan kajian dalam memberikan konseling. Jadi dalam memberikan konseling
farmasis harus dapat menguasai ilmu pengetahuan dan koomunikasi.
Jawab:
Alasan konsultasi dan informasi sangat dibutuhkan pasien :
1. kekurangan waktu
2. hambatan secara fisik
3. pertimbangan ekonomi
4. rendahnya persepsi pasien terhadap farmasis
5. pemahaman yang kurang
6. rendahnya pengetahuan
7. rendahnya kepercayaan diri
8. rendahnya hubungan pasien dengan dokter
9. rendahnya keterampilan berkomunikas
10. kurang kebiasaan pasien akan kebutuhan konseling dan kepercayaan bahwa konseling itu
ada
Body language :
1. Gesture, adalah gerakan tangan, terutama digunakan jika mengutamakan sesuatu atau
digunakan membantu sender untuk menggambarkan sesuatu. Gerakan tangan harus
digunakan secara tepat agar dapat memperkuat komunikasi dan diharapkan pendengar
(receiver) akan lebih mengerti setelah kita menggunakan gerakan tangan. Namun dalam
prakteknya jangan terlalu berlebihan sehingga akan mengurangi kata-kata yang diucapkan
apalagi sampai membuat pendengarnya bingung.
2. Ekspresi wajah, merupakan bagian yang terpenting dalam berkomunikasi. Ekspresi wajah
seorang farmasis pada saat percakapan akan sangat menentukan bagaimana penerimaan
pasien terhadap nasihat atau informasi yang farmasis berikan. Karena ekspresi wajah
menggambarkan suasana hati dan emosi dengan mata dan mulut sebagai tanda dominan.
Ekspresi wajah merupakan semangat dan welcome tidaknya dari seorang farmasis.
Farmasis juga harus mengetahui ekspresi wajah dari pasien apakah mengerti dan menerima
atau tidak terhadap pesan yang disampaikan.
3. Kontak mata. Salah satu bagian wajah yang utama adalah mata. Karena mata merupakan
jendela dari setiap orang. Menghindari kontak mata merupakan jalan sukses untuk
menghindari komunikasi. Menjaga kontak mata selama percakapan merupakan hal yang
vital untuk meyakinkan proses berkelanjutan menunjukkan tertarik pada subyek dan biasa
untuk menentukan siapa yang akan berbicara. Namun kontak mata tanpa ada interupsi akan
terasa kurang nyaman dan membuat keberhasilan komunikasi berkurang.
4. Kontak fisik, merupakan segala aspek proses komunikasi dan dapat meningkatkan
komunikasi verbal. Sentuhan yang simpatik pada lengan sering mengatakan jauh lebih
berarti dibandingkan kata-kata. Walaupun jauh berbeda dari kultur yang sangat luas,
sentuhan beda jenis kelamin juga ada beberapa kalangan yang tidak dapat diterima. Jadi,
beberapa catatan ini perlu diketahui oleh seorang farmasis yang berhubungan dengan
banyak variasi latar belakang sosial dan kultur yang berbeda.
5. Body posture. Kita juga harus mengetahui dan dapat mengontrol dari bahasa tubuh.
Walaupun kata-kata memberikan verbal pesan positif tetapi mungkin postur tubuh
memberikan pesan negatif. Tentunya jika pasien melihat bahasa tubuh yang negatif maka
pesan verbal akan hilang. Postur tubuh sangat berpengaruh bagaimana percakapan berhasil.
1. posisi tertutup : orang berdiri dengan menyilangkan tangan. Hal ini merupakan
postur yang negatif dan seolah tidak mau memulai percakapan.
2. posisi kaki : kaki orang mengarah kemana ia menuju atau akan pergi. Tanda ini
dapat digunakan untuk mengecek apakah pendengar penuh perhatian atau tidak.
3. body posture yang positif : badan mengarah kepada orang yang berbicara atau
duduk dengan relaks merupakan contoh bahasa non verbal yang dapat membuat
komunikasi baik.
6. Jarak personal. Umum : 3 m; area sosial : 1-3 m; area personal : 0,5-1 m; 50 cm untuk
keluarga, istri, suami.
1. Sebutkan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melaksanakan konseling serta berikan
penjelasannya.
2. Salah satu faktor yang dapat mendukung pelaksanaan konseling yang efektif dan efisien adalah
availability. Berikan penjelasannya.
3. Seorang pasien mendapatkan resep sbb :
R/ Cataflam mg 50 No XV
S.b.i.d. tab I
R/ Cendofenicol eye drops 1 % fl I
S.u.e.
R/ Cendofenicol eye ointment 1 % tube I
S.o.n
Pasien tersebut mengatakan bahwa dirinya kesulitan menelan bentuk sediaan padat dan tidak
menyukai bentuk sediaan serbuk (puyer). Jelaskan hal-hal pokok yang harus disampaikan
dalam konselingnya serta berikan pula alasannya.
Jawab:
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melaksanakan konseling :
a. Karakteristik dari pasien
Konseling harus disesuaikan dengan pasien yang dihadapi
- Lansia, biasanya dalam pengobatan akan mendapatkan obat dalam jumlah yang banyak. Di
sisi lain lansia sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologi tubuhnya sehingga
kemungkinan dapat menimbulkan reaksi efek samping obat dalam pengobatan. Hal inilah
yang perlu perhatian khusus dan terkadang dapat menimbulkan problem saat konseling.
- Anak-anak, kondisi fisiologisnya berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu anak-anak
bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk mini sehingga perlu perhatian khusus.
- Latar belakang budaya yang berbeda akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap
penyakit. Contohnya : muntah dan diare ada sebagian kalangan masyarakat yang
menganggap hal tersebut merupakan proses alami sehingga jika dibiarkan saja tidak apa-apa.
Padahal diare dapat berakibat pada dehidrasi, sehingga sebagai farmasis kita harus dapat
mengatasi kondisi budaya yang seperti itu.
- Kekurangan dari pasien, terkadang saat menghadapi pasien seorang farmasis tidak begitu saja
dengan mudah mendapatkan kondisi atau info yang diperlukan maka farmasis harus rajin
membaca buku dan juga pintar dalam membaca situasi pasien. Contoh : terkadang kita akan
bertemu dengan pasien yang mengalami kekurangan pendengaran sebagai seorang
farmasis kita harus dapat membaca tanda-tanda bahwa pasien kita kekurangan dalam
pendengaran, hal ini dapat dilihat dari hasil komunikasi yang tidak nyambung. Maka
farmasis harus menjelaskan pelan-pelan dengan gerakan bibir yang terbaca atau
menggunakan bahasa isyarat (nonverbal) namun hal yang perlu diingat bahwa semua proses
bantuan yang kita berikan harus mengikuti etika yang berlaku dan jangan memberikan
bahasa nonverbal di depan umum.
- Pasien yang buta huruf (tidak dapat membaca), biasanya pasien dengan karakteristik ini akan
malu untuk berkata jujur. Maka sebagai farmasis kita dapat melihat tanda-tanda : pasien buta
huruf biasanya akan mengatakan kacamatanya ketinggalan.
- Gaya hidup dan pekerjaan, hal ini sangat penting untuk diketahui oleh farmasis karena jika
pemberian obat tidak disesuaikan dengan gaya hidup dan pekerjaan akan berbahaya. Contoh :
supir bekerja malam hari jika ada obat yang memberikan rasa kantuk maka
penggunaannya harus disesuaikan.
b. Karakteristik dari obat
Obat pada dasarnya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu obat resep dan obat non resep.
Konseling yang diberikan harus tepat sesuai dengan karakteristik obat.
Contoh : obat dengan resep biasanya mempunyai tingkat keberbahayaan yang tinggi (lebih
beresiko) dibanding obat non resep, maka farmasis harus berhati-hati dan memberikan
konseling yang tepat pada pasien. Sebaliknya obat non resep tingkat resikonya lebih kecil
(meskipun dalam pemakaian yang salah dan dalam jangka waktu lama memiliki tingkat
bahaya yang lebih tinggi).
Selain kedua obat di atas maka karakteristika obat lain yang perlu diperhatikan adalah:
- Obat yang mungkin berinteraksi dengan banyak obat dan efek samping yang berbahaya.
- Dan juga sedapat mungkin konseling hanya dilakukan oleh apoteker sehingga
keberadaan farmasis tidak dapat diganti oleh orang lain.
2. Organization of pharmacy
3. Use of technician. Apotek dapat menambah staf, dapat staf menengah atau farmasisnya.
4. Computer program. Apotek dapat bekerja sama dengan programmer untuk menciptakan
program sistem informasi manajemen yang baik, yang dapat mengefektifkan dan
mengefisienkan tugas farmasis. Contoh : program untuk mengakses dengan cepat untuk
mengetahui side effect, interaksi, duplication, alergi, dll langsung muncul atau diketahui.
Jadi farmasis dapat dengan mudah mengaksesnya. Selain itu juga membantu untuk
mengecek stok dan memberi harga.
5. Aksese ke ruang konseling harus mudah dijangkau oleh farmasis. Khususnya antara ruang
racik dan konseling dekat.
6. Memanajemen waktu.
7. Membuat jadwal pertemuan konseling dengan pasien. Khususnya untuk pasien yang
membutuhkan konseling dalam waktu lama. Maka farmasis dapat membuat janji
pertemuan tersendiri sehingga memudahkan dalam konseling dan orang lain tidak perlu
menunggu lama.
8. Promosi peran apoteker dan kegiatan kemasyarakatan. Jadi farmasis harus aktif terlibat
dalam forum-forum masyarakat.
Dilihat dari resep yang diperoleh, diketahui bahwa pasien menderita artritis rheumatoid,
osteoartritis (indikasi dari cataflam) serta konjungtivis karena infeksi bakteri. Pasien kesulitan
menelan bentuk sediaan padat dan tidak menyukai bentuk sediaan puyer. Hal-hal pokok yang harus
disampaikan dalam konselingnya antara lain :
1. Pertama kali digali terlebih dulu pasien tidak menyukai bentuk sediaan puyer karena apa,
jika karena rasanya yang pahit maka dapat disarankan untuk meminum puyer bersama
dengan madu atau sirup untuk mengatasi rasa pahitnya tersebut. Atau bisa juga bersama
makanan karena penggunaan cataflam adalah “dipakai segera setelah makan”.
2. Cataflam mungkin dapat menimbulkan efek samping pada pasien antara lain gangguan
GI, sakit kepala, pusing, vertigo, ruam. Jika pasien mengalami hal tersebut dan tidak
teratasi dengan baik maka sarankan agar pasien menghubungi/periksa ke dokter.
3. Perlu disampaikan cara menggunakan tetes mata yang benar dan ditekankan hal-hal yang
penting, antara lain setelah meneteskan obat pada mata maka mata dipejamkan selama ±
2-3 menit, setelah pemakaian botol ditutup kembali dan jangan menyentuh ujung penetes
dengan apapun, simpan obat di tempat yang sejuk dan gelap, setelah ± 4 minggu obat
dibuang walau masih belum habis karena sudah kurang terjamin kesterilannya jadi
catatlah waktu pertama kali obat dibuka.
4. Juga perlu disampaikan cara menggunakan salep mata yang benar dan ditekankan hal-hal
yang penting, antara lain setelah mengoleskan obat pada mata maka mata dipejamkan
selama ± 2-3 menit supaya salep dapat tersebar merata, pandangan mungkin akan
menjadi kabur dan terasa pedih ketika membuka mata, jangan menggosok mata karena
hal ini akan hilang sendirinya setelah beberapa saat, setelah pemakaian tube ditutup
kembali dan jangan menyentuh ujung tube dengan apapun, setelah ± 4 minggu obat
dibuang walau masih belum habis.
5. Jika harus menggunakan salep mata dan tetes mata (seperti yang dialami pasien) maka
tetes mata digunakan terlebih dahulu dan tunggu sekitar 5 menit sebelum menggunakan
salep mata.
Soal
1. Sebutkan 7 sifat non-verbal yang menyebabkan konseling pasien efektif.
2. Metode mendidik pasien disesuaikan tujuannya, jelaskan.
3. Beri 3 contoh label yang perlu ditambahkan sebagai tambahan informasi sebelum
pasien menggunakan obat yang diterima.
Jawab:
Tujuh (7) sifat nonverbal :
1. Menggunakan pesan secara nonverbal
2. Percaya diri
3. Belajar terus menerus
4. Dapat meyakinkan
5. Dapat membujuk
6. Tegas
7. Menngikuti teknologi baru
Contoh label :
Label 1 :
Buanglah isinya setelah....
Buanglah .....hari setelah dibuka
Dibuka tanggal ....
- Beberapa produk mempunyai waktu paruh pendek disebabkan ketidakstabilan kimia atau
kemungkinan terkontaminasi oleh sejumlah bakteri, seperti sirup amoksisilin.
Label 2 :
Obat ini dapat menyebabkan rasa kantuk dan efeknya dapat meningkat oleh adanya
alkohol. Jika minum obat ini tidak boleh mengemudikan kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin.
- label ini digunakan untuk obat yang efek primer & sekundernya adalah sedasi, seperti
obat-obat sedasi, trangulizer, antidepresan.
Label 3 :
Hindari kulit terkena sinar matahari langsung secara berlebihan selama menjalani
perawatan dengan obat ini.
- obat yang menyebabkan fototoksik yang serius, misalnya klorpromasin dosis tinggi,
griseofulvin.
Soal
1. Seorang farmasis seringkali harus menangani situasi yang sulit (emotional situations and
conflict). Sebutkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh farmsis tersebut serta
berikan penjelasannya.
2. Untuk dapat melakukan konseling yang efektif farmasis harus dapat menghilangkan
hambatan yang ada. Sebutkan hambatan-hambatan tersebut dan berikan penjelasannya
(barrier to effective patient counseling).
3. Jelaskan proses-proses konseling untuk new patient, returning patient dan non prescription
drugs dengan menggunakan flow chart.
Jawab
Pasien dengan situasi sulit yang dimaksud disini adalah seperti pasien yang mengalani tekanan
sehingga emosional, pasien geriatrik, pediatrik dan pasien dengan penyakit terminal. Langkah-
langkah yang dilakukan untuk menanggulangi situasi sulit :
1. Mengidentifikasi apa yang sebenarnya pasien butuhkan.
Hal ini dilakukan untuk mengecek seberapa jauh pasien mengetahui tentang kondisi/
penyakit yang dideritanya. Sehingga konseling yang kita berikan memang benar-benar
dibutuhkan oleh pasien. Sebagai contoh pasien dengan GGK (gagal ginjal kronis)
melakukan hemodialisis (HD) seminggu 2 kali. Maka pasien diberitahu untuk menjaga
pola makannya saat keesokan harinya akan HD. Karena beberapa pasien beranggapan
bahwa sebelum HD boleh makan apa saja yang tidak diperbolehkan karena melalui HD
permasalahannya teratasi. Maka sebiasa mungkin pasien paham dengan kondisinya dan
libatkan pasien dalam proses pengobatan.
2. Mendorong pasien untuk membuat catatan kecil tentang kejadian spesifik yang mungkin
terjadi setelah melakukan medikasi.
Dengan membuat catatan kecil tiap hari maka kita mengetahui perkembangan penyakit
pasien serta keberhasilan terapi. Hal ini mirip follow-up tapi dengan bantuan pasien
sendiri. Sehingga saat pasien mengalami hal yang aneh seperti timbul efek samping pasien
mengetahui dan segera mengkonsultasikannya kembali dengan farmasis. Namun perlu
diingat bahwa yang dicatat hanyalah kejadian spesifik selama menjalani pengobatan.
3. Bantu pasien menggunakan istilah terminologi yang tepat
Kadang pasien belum memahami petunjuk pemakaian obat yang kita tulis di etiket.
Contohnya pada pasien epilepsi ”jika perlu saat pasien mendapats erangan”. Pasien jadi
bingung, serangan apa? Padahal pasien merasa bahwa dia tidak pernah mendapat serangan
hanya terkadang tiba-tiba tidak sadarkan diri. Maka agar pasien memahami istilah
terminologi yang kita gunakan, pada etiket tulis petunjuk sesuai yang pasien alami saja
”jika perlu saat pasien tdak sadarkan diri” namun bagi keluarga perlu diberitahukan bahwa
obat diberikan pada pasien saat pasien tidak sadar karena kejang-kejang, oleh karena
menderita epilepsi.
4. Meningkatkan partisipasi pasien dalam terapi mereka
Selalu ajak pasien untuk memahami pengobatan yang dia butuhkan sehingga peran serta
pasien sendiri sangat dibutuhkan agar tujuan terapi tercapai.
Kadang kita menghadapi pasien yang emosional. Hal tersebut disebabkan oleh kekawatiran,
perasaan malu, ataupun pasien tertutup terhadap penyakit yang dideritanya. Kondisi tersebut biasa
kita hadapi pada pasien yang merasa bahwa waktu hidupnya tidak lama lagi ataupun penyakitnya
tidak dapat disembuhkan justri semakin memburuk. Maka dalam menghadapi pasien dengan
kondisi demikian :
1. tunjukkan sikap empati dan jangan sampai menyinggung perasaan pasien.
2. handle emosi pasien dan jangan ikut terpancing
3. mendengarkan
4. berikan privacy
5. tetap ramah & senyum.
1. Farmasis kurang waktu → farmasis tidak punya waktu yang cukup banyak, sebagian
waktunya digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan non-kefarmasian, selain itu
farmasis juga mempunyai banyak pekerjaan seperti mengatur obat, membina karyawan,
menciptakan sistem dsb.
2. Barrier fisik → misalnya tidak ada ruang khusus konseling atau berkaitan dengan layout
apotek, seperti karena ada kaca pembatas sehingga farmasis sulit berinteraksi dengan
pasien.
3. Pertimbangan ekonomi → jika dalam apotek dilakukan konseling maka ada tugas farmasis
yang dilimpahkan, jadi perlu penambahan staf, sehingga memerlukan biaya lagi untuk
merekrut pegawai baru. Maka konseling dapat terhambat oleh adanya keterbatasan biaya.
Tidak semua apotek dengan mudah mengeluarkan biaya untuk staf baru.
4. Farmasis belum dikenal baik dalam masyarakat/ persepsi pasien yang kurang terhadap
peran farmasis. Sehingga pasien tidak merasa keberadaan farmasis diperlukan oleh pasien.
5. Kurangnya kesadaran bahwa pasien memerlukan konsultasi dan keberadaan konseling itu
sendiri. Faktanya di apotek terkadang terpajang poster tentang jam-jam konseling tapi
pasiennya tidak merespon.
6. Comprehension difficulties → tidak semua pasien mudah untuk mengerti yang dikatakan
farmasis, makanya farmasis sekali-dua kali konseling, lama-lama bosen...
7. Farmasis kurang/ tidak menguasai ilmu (baik tentang obat, penyakit, ataupun kondisi
pasien).
8. Farmasis kurang percaya diri → alasannya karena merasa kurang mengusai ilmu.
9. Adanya hubungan yang kurang harmonis antara farmasis dan dokter.
10. Keterampilan berkomunikasi yang kurang maka akan menghambat terjadinya konseling
yang efektif.
Opening Discussion
- Introduction
- Explain purpose of counseling
Closing discussion
- recap
- encourage
question
- get feedback
Penjelasan :
Pada dasarnya ada empat tahap utama dalam melakukan konseling :
1. diskusi pembuka (opening)
2. diskusi untuk mencegah atau mengatasi permasalahan pasien dan memberi
edukasi pada pasien
3. diskusi penutup (closing)
4. diskusi follow up
2. Diskusi untuk mencegah atau mengatasi permasalahan pasien dan memberi edukasi
pada pasien. Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pasien, kita menghadapi
dua jenis masalah yaitu Resep baru/ ulangan esep yang membutuhkan pemantauan dan
obat-obat tanpa resep.
a. Resep baru atau ulangan yang membutuhkan pemantauan.
Dalam menangani pasien baru (R/ baru) ataupun R/ ulangan tentu akan dihadapi masalah
yang potensial akan terjadi. Sehingga jelas dibutuhkan diskusi antara farmasis dengan
pasien (obat yang digunakan dan riwayat penyakit pasien). Jika pasien menyetujuinya
maka terapi yang ditetapkan oleh dokter dan direkomendasikan farmasis diterapkan pada
pasien tersebut. Namun jika pasien tidak menyetujuinya maka farmasis harus mencarikan
alternatif pengobatan yang lain. Contoh : bila pasien mengalami infeksi dan memperoleh
tetrasiklin. Padahal setiap hari pasien harus meminum susu dan juga mendapat terapi
antasida untuk maagnya. Tentu terapi dibutuhkan semua dan tidak bisa dihilangkan salah
satu. Maka perlu adanya alternatif jadwal pengaturan minum obat. Kemudian
didiskusikan kembali jadwal minum obat itu dengan pasien. Sampaikan pula keberhasilan
terapi yang akan diperoleh jika paseien mematuhi cara terapi tersebut. Lakukan pula
pemantauan mengenai kepatuhan pasien & berikan informasi yang sangat diperlukan
melalui konnseling. Seperti misalnya tetrasiklin akan memberikan ESO berupa
fotosensitivitas skin rash, sebaiknya kita tanyakan apakah aktivitas pasien sehari-hari
memungkinkan pasien terpapar sinar matahari secara langsung. Padahal pengobatan
dengan tetrasiklin ini dilakukan selama 1 bln. Maka dianjurkan selama beraktivitas di
lapangan pasien harus menggunakan pelindung muka seperti topi atau kosmetika dengan
tabir surya.
b. Obat-obat tanpa resep
Pasien datang ke apotek dengan keluhan-keluhan yang dirasa mengganggu. Maka kita
harus jeli dalam melakukan skrining, kenapa? Karena kita tahu bahwa penyakit tidak
harus disembuhkan dengan obat. Jadi dalam melayani OTC kita harus memperhatikan
benar apakah pasien memamng membutuhkan obat atau cukup dengan perbaikan pola
hidup saja.
c. Merekomendasikan terapi dengan obat, dalam pemilihan obat yang tepat untuk
pasien harus dipertimbangkan beberapa hal yaitu :
- nama obat (generk, dagang)
- tujuan terapi dengan obat tersebut
- cara menggunakan obat dengan baik dan benar
- efek samping yang mungkin dapat dialami pasien
- perhatian khusus yang harus dipatuhi aau dihindari pasien selama
menggunakan obat
- luaran terapi yang diharapkan pada diri pasien dengan menggunakan
obat tersebut
- memberikan kepuasan pada pasien karena kualitas hidup meningkat.
d. Merekomendasikan terapi tanpa obat. Bila dari skrining ternyata penyakit cukup
berat, maka kita anjurkan pasien ke dokter dan atau kita sarankan pengobatan
dengan pengubahan pola hidup (diet). Hal yang perlu diperhatikan
dalammemberikan terapi tanpa obat :
- menganjurkan pasien untuk periksa ke dokter
- menyarankan pengobatan tanpa obat
- memberikan info-info yang sangat dibutuhkan pasien
- memberikan kepuasan pada pasien karena kualitas hidup meningkat
3. Diskusi penutup, setelah kita memberikan saran terapi yang diterima pasien kita juga
harus melakukan diskusi penutup. Dalam diskusi penutup ini dilakukan :
- rekap
- memperoleh feedback dari pasien
- mendorong pasien untuk bertanya tentang hal yang belum jelas
Jadi pada penutup perlu kita jelaskan kembali mengenai permasalahan pasien, solusi yang
kita berikan dan luaran yang diharapkan. Kemudian dilakukan verifikasi yaitu pasien
disusruh mengulang/ mempraktekkan di depan kita. Sehingga kita peroleh feedback dari
pasien untuk mengetahui apakah info yang kita berikan sudah diterima dengan baik oleh
pasien/ belum. Minta pasien untuk bertanya hal-hal yang belum jelas dan ingin diketahui.
4. Diskusi follow up, dilakukan 2-3 hari pasien melakukan terapi. Kita pantau apakah pasien
patuh atau terjadi efek yang merugikan pasien. Juga dapat mengetahui apakah tujuan
terapi tercapai atau perlu evaluasi pengobatan kembali.
Soal
1. Beberapa keadaan/kondisi pasien dimana farmasis wajib memberikan konsultasi dan informasi.
Sebutkan.
2. Sebutkan dan jelaskan yang termasuk body language (6).
3. Pasien datang ke apotek menanyakan cara penggunaan obat salep mata yang tadi dibelinya.
Buat percakapan antara anda dan pasien.
Jawab
Keadaan pasien dimana farmasis wajib memberikan konsultasi dan informasi :
1. orang tua
2. kelemahan bicara
3. pasien sakit terminal
4. pasien AIDS
5. pasien dengan masalah kesehatan mental
6. anak remaja
7. care givers
Nomor 2 jawaban idem kayak Sabtu, 17 Juni 2006 Soal A nomor 3 ya.................
Percakapan farmasis (F) vs pasien (P) tentang cara penggunaan obat salep mata :
F : Selamat pagi pak/bu, saya ....... (nama), farmasis anda. Ada yang bisa saya bantu?
(smiling face ;) n jabat tangan ya)
P : Ya mbak/mas, tadi saya membeli obat salep mata tapi saya tidak mengerti cara
pemakaiannya, bisa anda jelaskan?
F : Baiklah. Sebelum menggunakan salep mata, pastikan tangan anda bersih jadi cucilah
tangan dengan sabun terlebih dulu. Kemudiaan tengadahkanlah kepala dan tarik kelopak
mata bawah ke bawah hingga terbentuk cekungan. Lalu tube salep dipegang sedekat
mungkin ke cekungan tetapi jangan sampai menyentuhnya dan perlahan-lahan tekan
sehingga salep keluar ± 1 cm (atau sejumlah yang dianjurkan) kemudian masukkan ke
dalam cekungan tersebut. Kemudian mata dipejamkan selama ± 2-3 menit supaya salep
dapat tersebar merata. (jika perlu beri contoh cara menggunakannya ke P yach)
P : Wah, sepertinya rumit ya mbak.mas? Kira-kira ada hal lain yang perlu diperhatikan atau
tidak?
F : Oh ya ada pak/bu, setelah menggunakan salep mata ini mungkin pandangan anda akan
menjadi kabur dan terasa perih ketika membuka mata.
P : Wah, bahaya gak tuh mbak/mas?
F : Tidak apa-apa koq pak/bu. Setelah beberapa saat pandangan anda akan normal kembali
jadi tidak perlu khawatir. Selain itu anda juga perlu memperhatikan cara
penyimpanannya ya pak/bu.
P : Memang bagaimana caranya mbak/mas?
F : Tube sebaiknya disimpan di tempat yang kering, sejuk, terlindung dari cahaya dan jauh
dari jangkauan anak-anak. Tube salep mata juga harus segera ditutup setelah dipakai dan
jangan menyentuh ujung tube dengan apapun. Selain itu sebaiknya obat dibuang setelah
± 4 minggu dibuka walaupun obat masih belum habis jadi catatlah waktu pertama kali
bapak/ibu membuka obat.
P : Oo begitu, ada lagi yang lain mbak/mas?
F : Saya kira itu saja pak/bu.
P : Baiklah, terima kasih atas penjelasannya mbak/mas.
F : Sama-sama pak/bu. Semoga bapak.ibu cepat sembuh. (jabat tangan)
Jawab:
Soal nomor 2 dulu, biar flow chart-nya gak kepotong !
Flow chart medication – history interview :
Opening discussion
Condition No. 1
Penjelasan :
a. Diskusi pembuka : perkenalkan diri anda; jelaskan manfaat (serta tujuan dan pentingnya)
adanya catatan kesehatan bagi pasien hal ini sangat penting karena biasanya pasien
enggan mengemukakan penyakitnya yang sebenarnya (misal karena malu dengan
penyakitnya), selain itu jika farmasis tidak mengungkapkan terlebih dulu manfaatnya maka
ada kemungkinan pasien merasa terganggu dan menganggap farmasis-nya ingin tahu saja
urusan orang; menjamin bahwa catatan kesehatan tersebut akan dijaga kerahasiaannya (hanya
antara farmasis dengan pasien).
b. Menanyakan info personal : antara lain tanyakan mengenai
- umur, alamat, pekerjaan pasien, dll
Misal : info tentang pekerjaan pasien jika pasien bekerja outdoor dan
pengobatannya mempunyai efek samping yang terkait dengan paparan sinar matahari
maka farmasis harus menginformasikan dengan tepat mengenai efek tersebut agar
pengobatan dapat tercapai optimal dan efek samping yang timbul dapat seminimal
mungkin dengan menghindari faktor pencetusnya.
- apakah pasien memiliki dokter keluarga dan bagaimana kebiasaannya jika sakit
misal : jika pasien memiliki dokter keluarga dan kita membutuhkan data termasuk
data laboratorium maka kita dapat menanyakan kepada dokternya
c. Diskusi tentang penyakit dan obatnya : pasien bisa saja memiliki beberapa macam penyakit
dan pengobatan di masa lalu. Jika pasien memiliki banyak kondisi penyakit, maka
tanyakanlah untuk tiap kondisi penyakitnya tersebut.
Misal kondisi 1 tanyakan apa penyakitnya dan bagaimana gejalanya serta penyakit dan
gejala tersebut terjadi berapa lama
Ulangi pertanyaan untuk tiap kondisi.
d. Pengobatan untuk kondisi 1
Misal : menggunakan obat A untuk mengatasi kondisi 1 tanyakan nama obat; siapa yang
meresepkan obat tersebut; cara penggunaannya; apakah obat tersebut dapat mengurangi
gejala sakitnya; apakah pasien rutin meminum obatnya; jika dideteksi terjadinya
noncompliance, tanyakan mengapa itu bisa terjadi; efek samping dan adverse effect yang
dialami oleh pasien; obat tersebut menyebabkan apa (apa yang dirasakan pasien setelah
meminum obat tersebut)
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diulangi untuk masing-masing obat.
e. Tanyakan obat yang sekarang digunakan
Misal : dulu pasien menggunakan kaptopril dan HCT, sekarang menggunakan kaptopril dan
Biopress berarti sekarang tidak menggunakan HCT lagi.
Tanyakan nama obat yang tidak dipakai lagi; alasan kenapa obat tersebut sekarang tidak
digunakan lagi/di-stop penggunaannya (misal HCT bisa meningkatkan kadar asam urat
sehingga di-stop penggunaannya).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diulangi untuk setiap kondisinya.
f. Tanyakan OTC yang digunakan : tanyakan nama; kenapa menggunakan obat tersebut, kapan,
bagaimana dipakainya dan berapa lama; efek samping dan adverse effect; efektivitas (apakah
membantu memperbaiki kondisi pasien).
Misal : antasida untuk yang bukan kombinasi terkadang mempunyai efek samping, yaitu
pada antasida yang mengandung Al mempunyai efek samping konstipasi dan untuk antasida
yang mengandung Mg mempunyai efek samping diare. Jadi sebagai farmasis kita harus
memilihkan obat yang tepat dan relatif lebih sedikit efek samping untuk pasien.
g. Tanyakan sesuatu yang menjadi kebiasaan pasien
Misal : pasien merokok atau minum minuman beralkohol.
h. Diskusi apakah pasien mempunyai sensitivitas terhadap obat tertentu atau makanan
Misal : pasien sensitif terhadap asetosal, parasetamol
Puni, Greta, Laras, Chintya, Mumz
F S I P r o f e s i 2 0 0 8 | 30
i. Diskusi penutup : beri ucapan terima kasih pada pasien karena telah meluangkan waktu,
memberi data-data yang bersifat pribadi dan sekali lagi menjamin kerahasiaan data pasien
dan meyakinkan bahwa hal ini adalah untuk kepentingan pasien.
j. Diskusi follow-up : farmasis dapat melakukan follow up terhadap pengobatan pasien dan jika
ada kemungkinan ada data yang masih harus dilengkapi pasien.
Jawaban nomor 3
Atmosphere. Apoteker harus membuat suasana yang baik agar pasien nyaman dalam berkonsultasi,
baik bertanya kepada apoteker dan memberikan saran serta berdiskusi tentang resep dan
penyakitnya.
a. Memberikan ruang konseling yang privat/pribadi. Karena kemungkinan konseling yang
dibicarakan adalah sesuatu yang pribadi, sehingga jika ruang konselingnya terbuka maka
tidak dapat memfasilitasi hal tersebut.
b. Memberikan ruang konseling yang semi private
c. Menggunakan bahasa non verbal untuk membuat pasien nyaman dan dekat sehingga tercipta
komunikasi yang personal. Catatan : menjaga kontak mata, jangan membelalakkan mata,
menggunakan suara yang lebih pelan, jangan terlalu bersikap sok sempurna.
d. Memperbaiki atmosfer umum, misal dengan mengurangi suara-suara yang mengganggu,
contoh : mengurangi volume musik, volume bunyi telepon yang dapat mengganggu saat
konseling.
Jawaban nomor 1
Seorang farmasis yang akan memulai program pemberian konseling harus mempersiapkan: staff,
physicians and patient karena apoteker tidak dapat bekerja sendiri sehingga staf lainnya baik non
farmasis maupun farmasis harus dilibatkan dan diberikan penjelasan. Jika farmasis berjalan sendiri
maka apoteker akan ditinggalkan, jadi perlu diberi perhatian. Jika apotekernya lebih dari 1 maka
sebisa mungkin semua setuju untuk melaksanakan konseling karena jika ada yang tidak setuju
dapat menjadi boomerang. Untuk non farmasis juga harus diberi tahu bagaimana menyikapi jika
ada pasien yang ingin konseling juga harus diberi pengertian tentang alasan digunakan lay out yang
baru. Namun konseling juga dapat menyebabkan peningkatan penggunaan biaya. Oleh karena itu
jika tidak sama-sama disepakati akan timbul masalah. Misal ada yang merasa dikucilkan, dll
sehingga menimbulkan sikap apatis. Sehingga semua pihak harus diberi tahu adanya perubahan
sistem tersebut. Harus diperbaiki pula hubungan dengan dokter karena terkadang kita
membutuhkan data-data yang dimiliki dokter tentang pasien. Jika kita membuat leaflet, dokter juga
harus diberi agar dokter tidak merasa diawasi.
Soal-jawab
Jawab:
Farmasis harus profesional terhadap profesinya, dan diharuskan kontak dengan
banyak orang terutama di apotek (pasien, teman sejawat, msyarakat, pemerintah).
Jadi, farmasis harus berada di depan untuk membentuk suatu kepercayaan dengan
pasien.
Komitmen terhadap patient oriented care : karena farmasis mementingkan terapi
terhadap pasien maka kita harus berusaha dekat dengan pasien agar terdapat
kepercayaan pasien terhadap kita. OKI, kita perlu sekali handal dalam
berkomunikasi, agar kita dapat mendidik dan memberi informasi kepada pasien.
Sebagai farmasis, kita harus dapat membuat orang lain menghargai profesi kita. OKI,
kita harus menunjukkan eksistensi kita dan juga harus menghargai profesi lainnya.
Pharmaceutical care : dalam PC unutk memenuhi kebutuhan terapi obat pasien,
maka kita perlu melakukan :
Identifikasi
Pengatasan
Pencegahan terhadap DRP
Undertreatment
Overtreatment atau inappropriate treatment
Karena farmasis ahli dalam penggunaan obat. Sehingga terapi obat rasional oleh
karena beberapa alasan di atas maka diperlukan komunikasi yang efektif (prinsip
take & give—kita memberikan info yang sesuai dengan yang dibutuhkan pasien).
Memberikan terapi obat rasional, sehingga perlu komunikasi yang efektif juga.
Jawab:
Lingkungan
Personal
Pasien
Waktu
Administrasi dan keuangan
Jawab:
Very open (sangat terbuka) — Apa yang Anda rasakan ?
Open (terbuka) — Apa yang Anda harapkan tentang obat ini ?
Moderately open (setengah terbuka) — Apa yang Anda rasakan minum obat
generik?
Moderately closed (setengah tertutup) — Obat antihipertensi ini mana yang paling
efektif ?
Jawab:
Contoh label :
Oleskan/ taburkan pada bagian yang terinfeksi
Bersihkan dan keringkan kulit terlebih dahulu
Hanya untuk pemakaian luar
Hindari kontak dengan mata, selaput lendir atau luka terbuka.
Jawab:
Pedoman 4 A :
a. Availability
Selama ini farmasis sering sembunyi di belakang layar sehingga pasien tidak kenal, juga
jarang berkomunikasi dengan dokterr jadi dokter juga tidak kenal.
1. Farmasis harus tampak supaya fungsi farmasis dapat diketahui oleh pasien.
Caranya:
- Pakai name tag, seragam dengan warna berbeda (bukan bahannya)
- Lay out apotek diperbaiki supaya farmasis bisa lebih dekat dengan pasien.
- Penyerahan obat dan konseling hanya dilakukan oleh farmasis.
2. Membentuk organisasi farmasi
3. Memakai staff farmasis/ teknisi farmasi di apotek
4. Mengguanakan sistem program komputer supaya meminimalkan menajemen
informasi yang efektif sehingga farmasis dapat menggunakan waktunya lebih
banyak dalam melayani pasien secara langsung.
5. Akses ruang konseling dekat dengan ruang acik sehingga farmasis bisa hemat
energi.
6. Manajemen waktu
7. Membuat jadwal konseling dengan pasien.
8. Promosi peran farmasis dalam kegiatan kemasyarakatan
b. Atmosphere
Farmasis memciptakan suasana agar pasien nyaman dalam berkonsultasi, bertanya dan
berdiskusi dengan farmasis tentang obat dan penyakitnya dengan cara:
1. memberi ruang privat,semiprivat untuk konseling
2. menggunakan bahasa non verbal untuk membuat pasien nyaman dan dekat
sehingga tercipta komunikasi yang personel. Misal : menjaga kontak mata,
manggunakan suara yang pelan.
3. Memperbaiki atmosphere umum → mengurangi suara yang mengganggu,
menyetel slow musik dsb.
c. Approach
1. sudah mempersiapkan dan megnorganisir secarr sistematik apa yang nanti
dibicarakan → ada protapnya
2. Tailoring konseling. Konseling bersifat spesifik terhadap kondisi tertentu dan
pasien tertentu.
3. Menempatkan kepentingan pasien adalah no.1.
4. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi : mendengarkan dan konsulatasi 2
arah.
5. Memilih metode konseling yang tepat.
d. Attitude
Bersikap profesional tapi tidak membuat jarak dg p.
1. Menggunakan bahasa non verbal
2. Bersikap assertive
3. Bersikap persuasive
4. Pede
5. Life longlearner
6. Memanfaatkan teknologi
7. Be a believer
8. Jangan menunjukkan sikap tergesa-gesa.
Jawab:
Evaluasi ini meliputi:
1. Kemampuan untuk mengatasi situasi secara keseluruhan
Sejauh mana kita dapat mengerti pasien. Misalnya pasien tertentu malu bertanya
padahal tidak paham dengan yang disampaikan karena takut dianggap bodoh.
Sehingga kita perlu menanyakan kembali informasi apa yang telah pasien
dapatkan?
Farmasis harus bisa mengorek informasi yang peka seperti usia dan pekerjaan
secara sopan.
2. Apakah tujuan konseling telah tercapai?
Tujuan konseling tercapai jika pasien mendapatkan informasi yang benar-benar
dibutuhkan untuk membantu menyelesaikan masalahnya (mengetahui manfaat obat
dan teerapi yang harus dipatuhi).
3. Apakah farmasis telah mampu menjelaskan semua informasi penting yang
dibutuhkan pasien? apakah pasien mampu mengerti jelas apa yang telah
disampaikan?
4. Apakah permasalahan pasien telah teratasi ? Apakah farmasis dapat memberikan
alternatif penyelesaian yang disepakati bersama?
Untuk dapat meningkatkan kualitas konseling farmasis perlu berlatih. Contoh latihan ini bisa
berupa:
Merekam konseling yang dilakukan kemudian dengarkan hasilnya, dievaluasi lalu
dilakukan perbaikan untuk konseling berikutnya.
Berlatih di depan cermin untuk engetahui ekspresi wajah kita saat memberikan konseling.
Berusahan berkomunikasi dengan pasein melalui konseling sehingga kita akan merasa
nyaman berinteraksi dengan pasien.
3. Seorang pria datang ke apotek untuk membeli obat berdasarkan resep dokter :
R/ Questran sachet No. XXX
S.t.i.d tab. I
R/ Penicilin V mg 250 No XVI
S.q.i.d.tab I
Pasien tersebut adalah pelanggan apotek. Jelaskan langkah dan hal penting yang
harus dilakukan oleh farmasis dalam memberikan konselingnya.
Jawab:
Pasien merupakan pelanggan apotek, sehingga kita sudah mempunyai data pasien dari
konseling sebelumnya. Namun kita tetap harus mengecek informasi tentang pasien tersebut
disesuaikan dengan kondisi yang dialami pasien sekarang. Selain penyakit, tentunya kita
juga mengecek riwayat pengobatan pasien sebelumnya apakah sesuai dengan terapi yang
akan diberikan sekarang.
Ketarangan obat :
Fenoksimetilpenisilin : penisilin v, fenocin, ospen
Derivat semisintetis ini tahan asam dan memiliki spektrum kerja yang dapat disamakan dengan
pen-G, tetapi terhadap kuman gram –negatif 5-10 kali lebih lemah. Obat ini terutama digunakan
pada infeksi streptokok ringan sampai agak parah, a.l, radang hulu kerongkongan (pharingitis).
Resorpsi. Pen-V tidak diuraikan oleh asam lambung, berlainan dengan pen-G, plasma t ½ 30-60
menit. Sebagian besar zat dirombak di dalam hata & rata-rata 30 % diekskresikan lewat urin dalam
keadaan utuh.
Dosis : oral 3-4 d 250-500 mg 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan, karena penyerapan
diperlambat oleh makanan.
KI : hipersensitif terhadap penisilin
ES : reaksi alergi, anafilaksis, ggn GI dsb
IO : tidak berinteraksi dengan kolesteramin
Kolestiramin : Questran
Secara kimia damar penukar ion ini adalah polistiren dengan gugus NH4 kwarterner,yang tidak
diresorpsi oleh usus. Berkhasiat menurunkan LDL dan kolesterol total, berdasarkan pengikatan
asam empedu dalam usus halus menjadi kompleks yang dikeluarkan melalui tinja, tanpa asam
empedu kolesterol tidak diserap lagi. Kadar asam empedu dalam plasma menurun dan hati
distimulasi untuk meningkatkan sintesa asam ini dari kolesterol. Efeknya adalah turunnya LDL
rata-rata dengan 25 %.
Penggunaan pada hiperkolesterolemia tertentu sedangkan pada tipe lain biasanya dikombinasi
dengan klofibrat atau nikotinat karena tidak efektif terhadap VLDL. Bila dalam waktu 2-3 bulan
hasilnya kurang baik, terapi hendaknya dihentikan. Penggunaan lainnya adalah pada penyakit
kuning tertentu (hepatitis) dengan gatal-gatal hebat akibat terhambatnya ekskresi asam empedu
oleh hati. Juga pada diare yang disebabkan terdapatnya terlalu banyak garam empedu di usus besar.
Efek sampinya berupa gangguan lambung-usus, terutama obstipasi. Rasanya tidak enak. Resorpsi
dari vitamin A, D, E, dan K dapat berkurang, begitu pula obat-obat lain yang diminum bersamaan
waktu, maka sebaiknya obat-obat ini diminum 1 jam sebelum kolesteramin. Pada penggunaan
lama, dianjurkan suplesi dari vitamin tersebut.
Dosis : permulaan 4 gram ½ jam a.c dicampur dengan ± 150 ml air (jangan sebagai zat padat),
berangsur-angsur dianaikkan sampai 1-2 dd 8 g. Pada gatal-gatal : permulaan 12-16 g, lalu 4-8 g
sehari, pada diare 4 dd 4 gram.
Questran lagi :
I : mengurangi kolesterol serum
Dosis : 1 sachet 3-4 kali / hari
PO : ± makanan (diberikan bersama atau tanpa makanan)
Jangan dikonsumsi dalam keadaan kering, campur dengan 60-180 ml air/ minum an lain. Aduk
sampai rata. Juga dapat dicampur dengan sup yang berkuah banyak atau buah yang banyak
mengandung air, misalnya nanas/ apel yang dilumatkan.
KI : obstruksi biliari komplit
P : dapat mencegah absorpsi vitamin yang larut dalam lemak pada dosis tinggi. Gunakan obat lain
minim 1 jam sebelum atau 4-6 jam setelah kolestiramin.
ES : umumnya gangguan GI, konstipasi dapat disertai dengan pengerasan feses dan / hemaroid
IO : mengurangi absorpsi fenilbutazon, warfarin, klorotiazid, tetrasiklin, penicilin G, fenobarbital,
preparat tiroid, digitalis.
Karena pasien pelanggan apotek, kemungkinan pasien sering menebus resep. Dari resep di atas
kemungkinan pasien memang menderita hiperkolesterolemia, sehingga perlu dlakukan pemantauan
terhapa pasien tersebut, dalam hal ini sangat penting untuk mengetahui :
1. adakah permasalahan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi
2. apakah pasien mengalami efek samping
3. bagaimana keefektifan pengobatan yang diberikan
4. masalah apa yang berpotensi muncul dari terapi tersebut
kemudian berikan konseling mengenai cara pakai, anjuran menjaga pola makan (+ aktivitas dan
makanan dan minuman yang dihindari) dan olah raga, info efek samping obat , penyimpanan, serta
info khusus untuk hal-hal yang perlu diperhatikan (misal: antibiotiknya harus diminum sampai
habis), jelaskan juga mengenai penyakitnya, kapan hasil pengobatan dapat diharapkan & berapa
lama.
* bagian yang di-kuning-i ma konseptor, aku juga gak tau maksudnya apa. Wow, udah pagi
ternyata. Udah jam 2:30, 25 Desember 2008 (Kamis).
Ada bagian yang kosong nih, buat berbagi cerita aja ah ....
Gile, yang komunikasi konseling kok berpuluh-puluh halaman nih. Gimana bacanya ya?
Udah jam sigini baru ke-edit fix baru UU ma Comdis. Doakan semoga Jumat selesai ya....
Hermawan, besok pagi beneran lho Farmakoterapinya dianter ke kos lho... Oya, ternyata yang
Farmakoterapi pake di-review ma anak CCP lho, siapa lagi kalo bukan........ Ck..ck....
Kemarahan merupakan bagian kita sebagai manusia. Bagaimana menangani pasien yang
sedang marah-marah. Ada 3 point/tahap untuk melaksanakan secara profesional
(appropriate expression of anger). Jelaskan!
Jawab:
Tiga (3) point/tahap untuk menangani pasien yang sedang marah-marah secara
profesional (appropriate expression of anger) :
a. Ketika pasien menjadi marah dan berteriak pada farmasis, farmasis dan semua
pekerja yang ada di tempat (apotek) tidak mempunyai hak untuk balas berteriak.
b. Untuk farmasis yang bekerja secara professional, mempuyai aturan nahwa customer
berhak menerima rasa hormat.
c. Proses-proses yang perlu dilibatkan dalam hal ini antara lain mendengarkan, empati,
menghormati orang lain, menghormati diri sendiri, kemampuan untuk tetap
memisahkan diri dari yang lain dan komunikasi yang asertif.
Jawab:
Kriteria umum yang digunakan untuk mengidentifikasi bahwa suatu kasus
paling tepat dirujuk ke dokter :
a. Umur pasien. Jika bayi < 6 bulan jangan memakai OTC, begitu pula
dengan lansia keluhannya jangan diatasi dengan OTC karena pada
lansia fungsi organ tubuh telah berkurang sehingga respon yang
didapat dari penggunaan OTC akan berbeda.
b. Berat-ringannya gejala yang terjadi :
− Nyeri dada
− Panas yang sangat tinggi
− Feses yang kehitaman : ada kemungkinan terjadi pendarahan
yang jauh dari rektal (jika pendarahan dekat rektal feses
berwarna merah)
− Sputum yang berwarna, misal warna kehijauan
− Nyeri yang berat sekali, misal seperti terbakar, tertusuk-tusuk
c. Durasi
Bayi atau anak-anak yang diare > 24 jam harus segera dibawa ke RS,
tapi jika dewasa mungkin masih tidak apa-apa
Diare spesifik : berbuih, feses berbau spesifik
Jawab:
Open questions (pertanyaan terbuka) merupakan pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh seorang farmasis untuk menggali informasi sebanyak-
banyaknya tentang problem yang dialami oleh pasien. Dengan open
questions, kita memberi kesempatan pada pasien untuk menjelaskan apa
yang dirasakannya. Kata tanya yang dapat digunakan dalam open
questions ini antara lain :
- how (bagaimana)
- when (kapan), misal : kapan gejala sakitnya timbul??
- where (dimana untuk mempertajam lokasi yang dikeluhkan), misal :
sakit perut bagian mana?? Lambung atau usus??
- what (apa yang dirasakan?? apa penyebabnya??)
- who (misalnya untuk kasus pengobatan sendiri, maka farmasis dapat
bertanya : Siapa yang memberi tahu anda untuk memilih obat ini?? dll)
Closed questions (pertanyaan tertutup) merupakan jenis pertanyaan yang
hanya memungkinkan pasien menjawab dengan jawaban “ya” atau “tidak”.
Closed questions ini untuk mengetahui dengan pasti apa yang dilakukan
pasien.
Misal : pasien meminum obat namun obat tersebut menyebabkan rasa
sakit di lambung kita tanya : apakah obat tersebut diminum bersama
makanan?? maka pasien hanya akan menjawab dengan kata “ya” atau
“tidak”, sehingga informasi yang didapatkan dari pasien kurang lengkap
(spesifik).
Flow chart (new patient, returning patient & non prescription drugs) :
Opening discussion
Penjelasan :
a. Diskusi pembuka : perkenalan diri dan jabatan, persilahkan pasien untuk mengenalkan diri,
tanyakan apakah pasien punya waktu untuk konseling, beritahu tujuan dan manfaat dari
konseling serta perkiraan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya. Dalam sesi ini,
kita juga dapat menanyakan tentang obat yang akan diterima pasien, seperti : Apa yang
telah dokter sampaikan tentang obatnya?; Apakah anda sudah mengetahui cara
pemakaiannya?; Bagaimana jika obat sudah habis tapi belum sembuh?. Dengan
b. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi problem : pada tahap ini
digali sebanyak mungkin informasi dan mengidentifikasi permasalahan dari pasien. Dalam
mencari informasi dari pasien, kita juga akan menghadapi masalah, yaitu apakah data
pasien telah ada di apotek (pasien lama) atau pasien baru; apakah obat yang diberikan
apakah R/ baru, R/ ulangan yang membutuhkan pemantauan ataukah obat tanpa R/.
1. Pasien baru : belum mempunyai data apapun sehingga kita harus berusaha keras untuk
memperoleh info yang selengkap-lengkapnya dari pasien. Dapat juga disediakan
formulir PMR (Patient Medication Record) sehingga jelas data apa saja yang kita
butuhkan dari pasien. Selain itu, dikumpulkan pula data penyakit pasien yang telah
diderita sebelumnya.
2. Pasien lama : sudah mempunyai data pasien tapi kita tetap harus mengecek informasi
tentang pasien tersebut disesuaikan dengan kondisi yang dialami sekarang. Selain
penyakit, kita juga harus mengecek riwayat pengobatan pasien sebelumnya apakah
sesuai dengan terapi yang diberikan sekarang.
3. Obat dari R/ baru : untuk pasien baru dengan R/ baru, kita harus menggali
pengetahuan pasien tentang kondisi penyakitnya sendiri dan terapi yang akan
diberikan. Dari konseling ini dapat diketahui masalah potensial apa yang dapat terjadi
pada pasien jika tidak menjalankan terapi dengan baik. Dengan demikian pasien
mengetahui bahaya dan apa yang harus dilakukan, yang nantinya akan meningkatkan
kepatuhan pasien pada pengobatan dan tujuan terapi dapat tercapai. Sedangkan untuk
pasien lama dengan R/ baru juga perlu diperhatikan apakah pasien mengetahui tentang
penyakitnya dan terapi yang diberikan. Kita juga harus mempertimbangkan riwayat
pengobatan dan penyakit terdahulu, apakah ada KI atau permasalahan dengan terapi
yang baru ini.
4. Obat dari R/ ulangan yang membutuhkan pemantauan : pasien dapat datang lagi untuk
menebus ulangan R/ karena obat yang diperoleh sebelumnya telah habis. Konseling
dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui hal-hal berikut : Adakah
permasalahan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi?; Apakah pasien
mengalami efek samping?; Bagaimanakah keefektivan pengobatan yang diberikan?;
Masalah apa yang berpotensi muncul dari terapi tersebut?. Jadi kita tidak hanya
sekedar memberikan obat pada pasien namun perlu konseling tentang hal-hal tersebut
untuk memantau kondisi pasien sehingga POR (pengobatan yang rasional) dapat
tercapai dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Jika ada hal-hal yang kurang sesuai
bahkan merugikan pasien, kita dapat merekomendasikan terapi lain yang lebih aman
dan manjur.
5. Obat tanpa R/ : untuk melayani pasien yang datang tanpa R/ kita harus mau
membantu pasien untuk melakukan swamedikasi. Kita harus menanyakan keluhan,
simptom, gejala penyakit serta lama gejala tersebut dirasakan pasien. Sebelum
merekomendasikan suatu terapi kita harus menanyakan apakah pasien telah konsultasi
dengan dokter dulu sebelumnya dan apakah pasien telah memperoleh pengobatan
sebelumnya. Jadi, kita hanya diperbolehkan melakukan skrining dan membantu
pemilihan OTC jika dirasa penyakit cukup ringan dan dapat dilakukan swamedikasi.
e. Diskusi follow-up : dilakukan setelah 2-3 hari pasien melakukan terapi untuk mengetahui
perkembangan kesehatannya. Selain itu kita juga dapat mengetahui apakah pasien patuh,
terjadi efek yang merugikan pasien atau tidak, apakah tujuan terapi tercapai atau perlu
evaluasi pengobatan kembali.
SOAL BU NUS
22 Januari 2008
Jawab:
a. Legal protection (perlindungan terhadap hukum)
Sebab jika seorang famasis telah memberikan konseling, tanggung jawab farmasis tersebut
telah dilaksanakan. Atau jika pasien menuntut kare na mengalami hal yang tidak
diinginkan, farmasis telah memberikan informasi & konseling yang baik & benar, serta
telah meminta verifikasi dari pasien (sebagai tanda bahwa pasien telah mengerti apa yang
disampaikan oleh farmasis).
b. Mempertahankan status professional farmasis sebagai bagian dari health care team
Tugas farmasis dalam meracik obat bisa digantikan oleh orang lain (misalnya Asisten
Apoteker) tapi konseling tidak semua orang bisa memberikan. Konseling hanya bisa
diberikan oleh farmasis, tidak dapat digantikan oleh orang lain. Misalnya memotivasi
pasien agar patuh (compliance) ato mau minum obat.
c. Menambah kepuasan dalam bekerja
Sebab jika farmasis telah memberikan konseling dan pasien patuh sehingga penyakitnya
bisa sembuh, atau lebih berhati-hati, atau tambah pengetahuan sehingga kualitas hidupnya
meningkat, farmasis akan mendapatkan kepuasan tersendiri.
d. Mengurangi stress dalam bekerja
Dengan adanya konseling, tugas seorang farmasis tidak hanya meracik dan menyerahkan
obat saja, sehingga bila dilakukan sebagai suatu bentuk refreshing dan kesempatan untuk
berinteraksi dengan masyarakat, konseling dapat menghilangkan kebosanan sehingga
mengurangi stress dalam bekerja.
e. Memberikan pelayanan yang unggul
Konseling dapat menarik datangnya pelanggan sehingga farmasis dapat memenangkan
kompetisi pasar (apotek tidak hanya bersaing dalam harga tetapi juga dalam kualitas
konselingnya). Hal ini juga dapat mengurangi resiko kehilangan pasien yang seharusnya
mengulang resep namun tidak patuh.
f. Menambah penghasilan
Pasien tidak akan keberatan membayar biaya tambahan untuk jasa konseling jika pasien
tersebut sudah cocok dan merasa sudah dibantu.
Jawab:
a. Medication reminder cards
Semacam kartu cek kalo pasien dah minum obat.
b. Assisted labeling
Merupakan petunjuk yang bisa membantu memngingatkan pasien untuk minum obat,
misalnya untuk pasien yang susah membaca papan berbentuk jam dinding yang diberi
catatan obat apa saja yang harus diminum pada waktu tertentu di sekitar angka jam.
c. Medication chart
d. Pill-reminder containers
Bisa untuk pengunaan harian (pagi, siang, sore, malam) maupun mingguan (Senin-
Minggu). Farmasis harus yakin bahwa pil-pil yang dimasukkan dalam 1 container benar-
benar tidak berinteraksi.
e. Dosing aids
Misalnya sendok takar (diberi penjelasan obat dituang hingga garis yang mana); alat
pembagi pil (tidak boleh digunakan untuk sustained release, long acting, tablet salut);
caliberated spoons / various liquid dispensers misalnya syringe tanpa jarum suntik; aero
chamber & masker pelega pernafasan (pilih mana yang cocok digunakan oleh pasien).
3. Jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan pada pelaksanaan medication history interview
dengan menggunakan flow chart.
SOAL BU NUS
8 Januari 2007
Jawab:
Pemberian informasi:
Komunikasi berjalan searah ataupun dua arah, namun tidak tampak ada proses pemecahan
masalah/poblem di dalamnya. Farmasis hanya menyampaikan sesuatu tanpa meperhatikan
ada/tidaknya masalah, yang penting terjadi suatu transfer ilmu. Memberikan informasi saja
tidak dapat serta-merta meningkatkan compliance pasien sehingga belum tentu kualitas hidup
pasien dapat meningkat.
Pemberian konseling:
Komunikasi berjalan dua arah dan ada proses pemecahan masalah di dalamnya. Konseling
merupakan suatu proses yang bersifat memberikan pertolongan sehingga farmasis harus tahu
dulu apa masalah pasien. Setiap pasien kemungkinan memiliki problem yang berbeda-beda
sehingga solusi/penyelesaiannya juga berbeda. Pemberian solusi yang tepat dapat
meningkatkan compliance pasien sehingga kualitas hidup pasien meningkat. Konseling lebih
luas daripada informasi dan merupakan fungsi profesi farmasis yang tidak dapat digantikan
oleh orang lain.
2. Jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan pada konseling Non Prescription Drugs
dengan menggunakan flow-chart.
Opening discussion
↓
Gathering informations for identifying the problems
a. Identitas pasien
b. Medication history
c. Other medication
d. Previous diagnosis and/or treatment of the symptoms
e. Symptom evaluation
f. Previous treatment
↓
Discussion to prevent or resolve problem & provide info
Keterangan:
1) Opening discussion
Dilakukan untuk membangun helping relationship dengan pasien. Kemungkinannya: pasien
langsung milih obat OTC atau menginformasikan keluhannya dan minta dipilihkan obat OTC yang
cocok. Farmasis harus menentukan apakah obat OTC sesuai untuk pasien dengan cara
mengumpulkan informasi & mengidentifikasi problemnya.
f. Pengobatan sebelumnya
What has been done so far or in the past to treat this symptoms? Has a physician been consulted
now or in the past? If so what happened?
→ Setelah itu tentukan apakah gejala itu sesuai untuk diberi obat OTC? Karena ada juga yang ga
perlu OTC; cukup mengubah pola makan dll atau perlu dirujuk ke dokter.
3. Seorang farmasis seringkali menghadapi kesulitan dengan memberikan konseling pada lansia.
Sebutkan kesulitan tersebut dan berikan penjelasannya (Difficulties in counseling the elderly).
Jawab:
Ada di PSC, ga ada di kul ibunya, tapi map aku blm punya PSCnya… ; ( -
Comment dari moko: Ini sapa tho? Kayaknya Mami deh yang bikin. Kalo Puni kayaknya gak
mungkin, coz dia ngirim via imel dan nama filenya bukan: SOAL BU NUS. Chintya, wow dia
komplit bgt. Sampe 22 halaman dari jatahnya dia sendiri.
Jawab
1. Konseling adalah komunikasi dua arah antara apoteker dengan pasien untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan (solusi) problem yang dihadapi pasien dalam hal
penggunaan obat sehingga pasien dapat mengerti dengan benar maksud pemberian
obat, aturan pakainya ataupun hasil terapi yang diharapkan. (bukan sekedar cara
pemberian informasi obat saja)
Memperbaiki hubungan farmasis dan dokter. Hal ini sangat penting karena kita terkadang
membutuhkan data-data yang dipunyai dokter tentang pasien. Jika kita mengeluarkan leaflet,
dokter juga diberi, supaya dokter tidak merasa diawasi.
Seorang ibu datang bersama anaknya ke apotek, ingin berkeluh kesah kepada anda. Ia merasa
sedih atas vonis dokter terhadap anaknya. Anaknya yang berusia 3 tahun didiagnosa menderita
flex. Anak tersebut harus menjalani pengobatan selama 2 bulan dengan obat Rifampisin dan
INH. Diketahui pula sekarang anaknya mulai dikucilkan oleh lingkungan bermainnya. Solusi apa
yang bisa anda berikan, baik dari aspek psikologi pasien maupun aspek pengobatannya?
JAWAB :
1. Dari aspek psikologis : mungkin yang pertama kali, farmasis harus bisa mendengarkan
keluhan pasien dengan rasa empaty. Lalu berikan pengertian dan motivasi bahwa pasien
tidak perlu cemas karena penyakit/ flek yang diderita anaknya bisa disembuhkan
dengan pengobatan yang teratur (rutin) & disiplin. Kemudian berikan pengetahuan
kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya yaitu bahwa flek yang diderita
anaknya disebabkan karena bakteri/ kuman. Penyakit ini bisa menular dari orang ke
orang, utamanya melalui saluran pernafasan dengan menghisap/ menelan dahak yang
mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita juga bisa karena adanya kontak antara
dahak dengan luka di kulit. Penularan bisa dicegah dengan cara misalnya batuk/ bersin
dengan menutup mulut/ hidung dengan sapu tangan atau tissue untuk kemudian
didesinfeksi dengan lysol/ dibakar, jangan terlalu dekat bicara dengan orang, ventilasi
yang baik dari ruangan.
2. Dari aspek terapinya :
Cara pakai obat, satu kali sehari sebelum makan, tekankan pada pasien untuk
memiliki jadwal tetap minum obat (misalnya setiap pagi jam 7),
Tekankan tentang pentingnya harus patuh minum obat, dan tekankan adanya
PMO karena pasien masih anak-anak.
Obat harus diminum sampai habis walaupun gejala batuk sudah mereda.
Informasikan juga untuk cek BTA setelah pengobatan selesai.
Efek samping rifampisin adalah urin berwarna merah, informasikan bahwa ini
adalah hal wajar, tidak perlu takut.
Jika lupa minum obat, minum obat saat ingat dan konsultasikan ke dokter.
Review materi
1. Pendahuluan praktek farmasi
2. Fungsi apoteker
3. Pengobatan rasional
4. Medication error dan dispensing error
5. Beyond use date
6. Dosage regimen
7. Pediatric
8. Geriatric
9. Kompaktibilitas sediaan padat
10. Kompaktibilitas sediaan larutan; serbuk
Bu Siti Aminah
2 Januari 2006
Compounding Manufacturing
Tahap produksi dilakukan dalam skala kecil Tahap produksi dilakukan dalam skala besar
(apotek) (industri)
Tidak ada promosi serta marketing, Terdapat promosi serta marketing, dimana
permintaan berdasarkan pasien (resep dari lebih bersifat komersial
dokter)
Pelayanan dilakukan secara profesional oleh Mempengaruhi orang/konsumen untuk
apoteker melakukan permintaan terhadap produk
tersebut
Jawab:
3. Dalam aspek teknik compounding ada kontrol kualitas, apa pentingnya kontrol
kualitas?
Jawab:
Jawab:
Jawab:
a). Preparation, merupakan proses dalam menentukan kesesuaian antara resep dengan obat
(terkait dengan indikasi obat, interaksi obat, serta dosis) ditinjau dari keamanan bagi pasien.
b). Compounding, dalam proses ini, dilakukan peng-compounding-an resep, sesuai dengan
catatan formula dari resep dengan menggunakan seni dan ilmu pengetahuan dari farmasis
d). Sign off, dalam proses ini dilakukan memberi tanggal serta tanda tangan pada etiket, dan
meyakinkan ulang bahwa semua prosedur telah dilakukan untuk memastikan keseragaman,
idenitas, jumlah, kuantitas, dan kemurnian obat telah dicapai.
>>> Ke-5 aktivitas tersebut merupakan suatu kesatuan menyeluruh yang saling mendukung dan
melengkapi proses compounding, dengan demikian keseluruhan aktivitas tersebut tidak dapat
dipisahkan, sehingga kesemuanya penting untuk dilakukan
Jawab:
Faktor – faktor yang mempengaruhi peracikan dapat mengalami perkembangan pesat di USA :
1. Terapi pasien yang spesifik → setiap individu mempunyai dosis tertentu yang tidak bisa
di generalisir dengan orang lain karena kondisi fisik yang berbeda.
2. Langkanya produk obat di pasaran → disebabkan karena industrinya sudah tidak
memproduksi lagi karena dirasa tidak menguntungkan.
3. Pelayanan kefarmasian di rumah/ home health care → Ada dokter pribadi keluarga dan
apoteker pribadi, jadi apoteker bertugas meng-compound obat.
4. Program pencampuran obat parentral (IV admixture) → farmasis memberikan pelayanan
dalam mencampur larutan parentral, jika bukan ahlinya.
5. Program TPN (Total Parenteral Nutrition) → pada kondisis pasien tertentu yang
menuntut farmasis berperan dalam pemberian nutrisi secara parenteral.
6. Pengatasan masalah bagi dokter dan apoteker untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
Faktor pemicu
1. Jumlah obat yang tidak lagi beredar semakin meningkat
2. Dokter semakin sadar bahwa obat dan bentuk sediaan yang cocok untuk kondisi pasien
tidak selalu tersedia di pasaran.
3. Insiden kekurangan obat.
Jawab:
Fungsi profesional.
1. Fungsi teknis yang essensial untuk berpraktek.
2. Fungsi adminitrasi, supervisi, dan managerial
3. Fungsi entrepreneur yang berhubungan dengan investasi modal dan
kepemilikan apotek
Jawab:
A. Preparatory
1. Menentukan kesesuaian dari resep dengan melihat keamanan bagi pasien yang
akan menggunakan dan dosis yang akan digunakan oleh pasien.
2. Melakukan perhitungan untuk menetukan jumlah bahan-bahan yang dibutuhkan
3. Menyeleksi peralatan yang tepat dan memastikan bahwa peralatan tersebut dalam
keadaan bersih
4. Menggunakan pakaian yang sesuai dan mencuci tangan
5. Membersihkan ruangan coumpounding dan peralatan jika perlu
6. Mengatur semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk compounding dan
pengemasan
B. Compounding
Mengcompounding resep, sesuai dengan catatan formula dari resep dengan
menggunakan seni dan ilmu pengetahuaan dari farmasis
C. Final check
1. Memeriksa kembali variasi berat, adequancy dari pencampuran, kejernihan, bau,
warna, kekentalan, dan pH
Yudo, Ania, Yona, Nofa, Anis
Comdis |5
D. Sign off
Memberi tanda tangan dan tanggal pada resep, meyakinkan bahwa semuaprosedur yang
ditunjukkan telah dilakukan untuk memastikan keseragaman, identitas, jumlah,
kuantitas, dan kemurniaan.
E. Clean up
1. Membersihkan dan menyimpan semua peralatan ditempat semula (agar unrtuk
penggunaan berikutnya tidak bingung mencarinya)
2. Membersihkan area compounding
UAS
DUR
Harus punya info pasien:
1. Life style
2. Medical history
3. Current diagnosis
4. Past and present medication use
5. Laboratory value.
a. Salah satu penyebab terjadinya medication error adalah failed communication. Berikan
penjelasan dan contohnya.
b. Cost effective ptrscribing does not mean cheaper prescribing. Berikan pendapat
saudara terhadap pernyataan tersebut beserta penjelasannya.
Jawaban:
b. Resep yang efektif tidak harus diartikan dengan resep yang murah.
Melainkan resep yang mempunyai manfaat atau khasiat sesuai dengan harganya.
Walaupun harganya mahal tapi mempunyai manfaat yang besar dapat dikatakan bahwa
resep tersebut cost-effective. Tetapi jika ada alternatif resep yang harganya lebih murah
dan mempunyai khasiat yang besar pula, maka lebih dipilih resep yang harganya lebih
murah.
Cost effective maksudnya memlilih obat yang paling cocok dengan pasien dan tidak
berusaha mengalihkan pasien untuk memperoleh obat yang tidak perlu atau lebih
mahal.
Memang peresepan yang rasional harus mempertimbangkan biaya yang rasional,
adanya kesan bahwa obat yang mahal lebh efektif dan banyak dipilih adalah tidak
benar.
Jawaban:
(PSC edisi 2 p.1)
Berbagai macam bentuk intervensi yang bias dilakukan:
1. simple reassurance
Memberikan pengertiaan kepada pasien bahwa sebenarnya penyakit bisa
sembuh denga sendirinya.
Contoh: pada kondisi self limiting disease
2. mengubah kebiasaan seseorang
Contoh: biasanya olahraga secara teratur dan penurunan berat badan untuk
penderita hipertensi dan DM
3. modifikasi lingkungan
Contoh: karyawan yang punya tekanan darah tinggi pindah ke divisi yang
tingkat stress lebih rendah
4. penggunaan obat
Contoh: antibiotik untuk infeksi, analgesik untuk nyeri, antihipertensi untuk
hipertensi
5. terapi spesifik lainnya
By: Yudo, Ania, Nofa, Yona, Anis
Nusratini |9
Edisi komplit..plit...
Jawab :
a. Self limiting: penyakit yang bias sembuh sendiri. Maka penanganannya tidak
perlu obat. Ex: common cold
b. Completely curable: bisa disembuhkan 100%. contoh: kebanyakan infeksi,
kekurangan nutrisi
c. Partially curable: sebagian bisa dibutuhkan. Contoh: hipertensi essential,
hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, biasanya karena
faktor genetik
d. Non curable: tidak dapat disembuhkan. Contoh: schizoprenia, IDDM
Jawab:
a. Simple reassurance.
memberikan pengertiaan kepada pasien bahwa sebenarnya penyakit bias
sembuh dengan sendirinya. Contoh: pada kondisi self limiting disease.
b. Mengubah kebiasaan seseorang
Contoh: Biasanya olahraga secara teratur dan penurunan berat badan untuk
penderita hipertensi dan DM
c. Modifikasi lingkungan.
Contoh: Karyawan yang punya tekanan darah tinggi pindah ke divisi yang
tingkat stress lebih rendah
d. Penggunaan obat
Jawab:
Jawab:
a. Unnecessary drug therapy
Ada komposisi obat yang tidak diketahui penggunaannya.
Penyebab:
- Tidak ada indikasi medis
Contoh: seseorang wanita dikasih resep diuretik padahal tidak sakit, ternyata
digunakan untuk melangsingkan tubuh.
- Kecanduaan/rekreasi
Contoh: seseoarang sudah kecanduan pada obat tertentu, jadi tetep dikasih obat
itu walau tidak ada khasiat kliniknya
- Terapi non obat lebih cocok
- Obatnya dobel: ada kombinasi obat paten yang ternyata isinya sama, pilih
salah satu saja.
- Dalam kombinasi obat, salah satunya ada obat yang digunakan untuk
menghilangkan efek samping obat lain.
Contoh: osteoartritis diberi antiinflamasi, analgesik yang mempunyai efek
amping: rasa tidak enak di daerah lambung. Trus dikasih antasida/simetidin
e. Patien incomplience
Penyebab:
- Pasien sulit memperoleh obatnya
- Pasien tidak bisa menggunakan obatnya
- Pasien tidak tahu intruksinya, missal penggunaan salep mata
- Pasien memilih tidak menggunakan obat karena sudah bosan atau merasa sama
saja antara menggunakan obat atau tidak
f. Butuh tambahan obat yang lain
Penyebab:
- Ada indikasi yang belum diberi treatment
- Terjadi ADR
penyebab:
- Reaksi alergi
- Penggunaan yang tidak benar
- Efek yang tidak diinginkan
Jawab:
a. Polifarmasi: penggunaan banyak obat yang sebenarnya tidak perlu, 2 obat
dengan indikasi sama digunakan bersama-sama, pdahal 1 obat saja sudah cukup.
b. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan diagnosis
c. Penggunaan obat yang poten untuk yang tidak penting
d. Penggunaan antibiotik yang sebenarnya tidak perlu
e. Penggunaan obat yang mahal, padahal masih ada obat yang sama efektifnya
dengan harga lebih murah.
Jawab:
Peresepan yang rasional meliputi: seleksi obat yang benar/tepat untuk pasien
yang tepat, dalam jumlah yang tepat, dan diberikan pada waktu yang tepat
dengan terapi yang aman, efektif, dan cost effective dari segi biaya.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan:
a. Bentuk sediaan yang paling cocok untuk pasien
b. Durasi yang tepat
c. Memonitor kemungkinan terjadinya efek samping obat
d. Hasil terapi
Jawab:
a. terjadinya kegagalan berkomunikasi
Hardwriting: salah baca resep, karena tulisan dokter
Ada obat dengan nama mirip, misalnya klorprompamid dengan
klorpromazid, lasix dengan losec, longatin dengan largactil
Angka nol dan koma, misalnya vinkristin 2.0 mg menjadi 20 mg
Singkatan , misalnya µ (unit) kebaca 4,6,0
D/C: discontinue, discharge
D/C: dalam medicine berarti digoxin, propanolol atau regular insulin
HS: half strength, bisa juga berarti hora somni
8. Apakah dispensing error? Sebutkan tipe dan bentuk DE, serta penyebab
DE?
Jawab:
DE adalah kesalah dalam proses dispensing
Tipe DE:
- Dispensing obat yang salah, diosis salah, atau keduanya
- Kegagalan melakukan konseling dan skrining terjadinya interaksi
Bentuk DE:
- Dispensing obat dan bentuk sediaan obat yang salah
- Kesalahan perhitungan dosis
- Kegagalan mengidentifikasi interaksi obat dan kontraindikasi obat
Penyebab DE:
- Lingkungan kerja
- Beban kerja
- Gangguan
Jawab:
a. Review dan assessment resep
b. Memasukkan data ke computer
c. Memilih obat yang mau diberikan harus tepat/benar
d. Mengambil obat dengan memastikan melihat waktu kadaluarsa
e. Saat menghitung atau mengukur obat
f. Penempelan label/etiket
g. Double checking resep dengan lebih dari 1 orang
h. Mengembalikan obat pada tempanya
i. Konseling pasien
j. Verifikasi resep pada penulisnya
UJIAN UTAMA
1. Pharmacist are unique professional who are well trained in natural, physical, and
medical sciences and aware that a single mistake in daily practice of their profesion
may result in the potential tragedy. Jelaskan pernyataan tersebut dan beri contoh-
contohnya.
Jawab:
Mok qta g tau jawaban ini binun…. Ada pernyataan ini di PSC1 halaman 3
Farmasis mempunyai pengetahuan dan keahlian yang tidak dimiliki oleh profesi
lainnya. Perannya dalam menjalankan pelayanan meliputi; dispensing dan
compounding obat, konseling pasien, meminimalkan kesalahan pengobatan,
meningkatkan kepatuhan pasien, memonitor terapi obat, dan meminimalkan biaya obat.
Dalam praktek pelayanan kefarmasian, aktivitas farmasis harus difokuskan pada
kebutuhan pasien akan obat. Jika farmasis melakukan praktek pelayanan farmasi, maka
urusan manajemen, adminitrasi atau pekerjaanlain dilimpahkan kepada orang lain,
sehingga farmasis lebih konsentrasi pada pasien.
2. Tulislah proses bagan dispensing resep dan berilah penjelasannya (sudah dijawab) Lihat
PSC edisi 1 hal 3
6. reimbursement
8. product resolution
selection
7. warning
assessment
11. labelling
Problem
13. patient counseling resolution
Keterangan:
selanjutnya dilakukan cek final. Pasien diberi konseling tentang obat yang diberikan,
Maupun pola hidup yang berhubungan dengan penyakit. Dan terakhir, pasien
membayar. Setelah obat digunakan, perlu direviewbagaimana efeknya, apakah pasien
sembuh atau justru timbul penyakit lain.
UJIAN UTAMA
1. Pharmacist are unique professional who are well trained in natural, physical, and
medical sciences and aware that a single mistake in daily practice of their profesion
may result in the potential tragedy. Jelaskan pernyataan tersebut dan beri contoh-
contohnya. (JAWABAN no.1 Soal Rabu, 14 Juni 2006)
2. Tulislah langkah-langkah yang harus diikuti sebelum, selama, dan setelah proses
compounding serta berikan masing-masing alasannya (sudah dijawab)
Jawab:
Kurangnya edukasi kepada pasien menyebabkan pasien tidak tahu akan beberapa hal
yang penting untuk diperhatikan seperti fungsi obat, cara pemakaian, dan mekanisme
kerja obat. Oleh karena itu penting bagi farmasis untuk mendidik dan memberikan
konseling kepada pasien.
4. Pengenceran albumin dari 25% menjadi 5% (dalam jumlah besar) dapat dilakukan
dengan menggunakan sterile water maupun NaCl 0,9% in water.
Jawab:
Mok ini bener g ya????
25% = 25 g/100 ml volume 100 ml
5% = 5 g/ 100 ml
= V 1M 1 = V 2M 2
= 25% x100ml = 5% xA
A = 500ml
Jadi membuat larutan albumin 5% dengan menambahkan larutan albumin 25% dengan
air steril atau NaCl 0,9% sampai volume 500 ml
UJIAN UTAMA
14 Januari 2008
Compounding :
Manufacturing :
3. Jelaskan yang dimaksud dengan theurapeutic trial serta berikan pula contohnya.
Jawab:
Theurapetic trial dilakukan dokter pada pasien dengan kondisi yang sangat parah,
sementara hasil diagnosis belum dapat ditegakkan dengan jelas. Jika pengobatan
ditunda dapat mengancam keselamatan dan jiwa pasien. Oleh karena itu, dokter
memberikan beberapa macam obat yang ditujukan untuk penyakit yang kira-kira
dialami oleh pasien. Cara ini dapat dikatakan rasional.
Jawab:
a. Polifarmasi, seperti pemakaian dua obat dengan indikasi dan mekanisme kerja yang
sama.
b. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan diagnosis
c. Penggunaan obat poten yang tidak perlu
d. Penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan
e. Penggunaan obat yang mahal, padahal masih ada obat yang lain dengan efektivitas
yang sama dan harga yang lebih murah.
5. Jika saudara diminta membuat pengenceran albumin dari 25% menjadi 5% dalam
jumlah yang besar, saudara dapat menggunakan sterile water atau NaCl 0,9% in water.
Sebutkan pilihan saudara serta berikan alasaannya.
Jawab:
25% = 25 g/100 ml volume 100 ml
5% = 5 g/ 100 ml
= V 1M 1 = V 2M 2
= 25% x100ml = 5% xA
A = 500ml
Jadi membuat larutan albumin 5% dengan menambahkan larutan albumin 25% dengan
air steril atau NaCl 0,9% sampai volume 500 ml.
1. Kriteria apa yang digunakan farmasis untuk meyeleksi produk obat yang akan
diracik (dispensing)?
Jawab:
1. Stabilitas fisik misal kenampakan secara fisik, rasa, uniformitas, dissolusi, kemampuan
untuk disuspensikan kembali.
2. Stabilitas kimia yaitu masing – masing zat aktif mempertahankan intregitas kimiawi
dan potensi sesuai labelnya, dalam batasan yang spesifik.
3. Stabilitas mikrobiologi yaitu sterilitas atau tahan terhadap pertumbuhan mikroba
dipertahankan berdasarkan keperluan spesifik.
Jawab:
1. Ukuran partikel (khususnya untuk emulsi dan suspensi)
2. pH
3. komposisi sistem pelarut
4. kompatibilitas anion dan kation
5. kekuatan ionik larutan
6. pengemas primer
7. zat tambahan kimia khusus
8. ikatan molekuler dan difusi obat dan eksipien
3. Dalam kaitan stabilitas obat dengan ED, manakah yang perlu dipertimbangkan
atau yang mempengaruhi ED produk obat. Apakah obat saja atau obat dan bahan
tambahannya (ingredients)? Kenapa?
Jawab :
Obat dan bahan tambahan. Hal ini disebabkan baik obat (zat aktif) dan bahan tambahan
masing – masing memiliki ED. Bahan yang paling cepat mencapai ED (zat aktif atau bahan
tambahan), menjadi dasar dalam penentuan ED. Misal : zat aktif lebih cepat mencapai ED
dibanding bahan tambahan, maka dalam menentukan ED kita berpedoman pada ED zat aktif.
4. Suspensi Amoksisilin memiliki dosis lazim 250 mg/5ml dan kelarutan (Solubility
= S) sebesar 1,5 g/100 ml. Diketahui konstanta kecepatan reaksi (orde satu) pada suhu
kamar (25OC), k1 = 3 x 10-5 detik-1.
Tentukan BUD (T90) pada suhu 35OC!
Jawab :
Diket : Do = 250 mg/5 ml = 50 mg/ml
S = 1,5 g/100 ml = 15 mg/ml
k1 = 3 x 10-5 detik-1
Ingat2 : Suspensi → mengikuti kinetika orde 0 (tidak tergantung konsentrasi awal)
ko = k1 x S = (3 x 10-5 detik-1) x 15 mg/ml
ko = 4,5 x 10-4 mg.detik-1.ml-1
Rumus I :
T90 = (0,1 x Do) : ko
T90 (25OC) = (0,1x50 mg/ml) :4,5x10-4 mg.detik-1.ml-1
= 1,11 x 10-4
= 3,09 jam
Rumus 2 penggunaan Q10
T90(T2) = (T90)(T1)
Q10 ( T/10)
Ditanya : BUD pada suhu 30OC atau T90 (35OC)?
3,09 jam
Jawab : T90 (35OC) = = 0,965 jam makin tinggi suhu penyimpanan BUD makin
32 (35− 25 / 10 )
cepat.
Latihan: coba tentukan BUD jika disimpan pada suhu hampir dingin (10oC).
4. Jelaskan tentang Prospective DUR dan berilah contoh (kasus dan penyelesaian)!
Jawab :
Prospective DUR adalah review yang diadakan oleh seorang farmasis sebelum dispensing
resep baru.
5. Apakah indeks terapi (IT) obat merupakan nilai yang absolut/mutlak? Why?
IT bukan merupakan harga yang mutlak. Nilai MEC merupakan 50% dari efek maksimal.
MTC merupakan 67% dari efek maksimal.
0,105
t 90 = 7 −1
= 5,3x10 5 det ik
2x10 det ik
= 6,1 hari (pada suhu 35ºC)
karena kelarutan sekitar 1,1 g/100 ml, dengan sediaan yang umumnya berkonsentrasi 125
g/100 ml maka produk ini diformulasikan sebagai suspensi, tetapan laju orde nol-nya
adalah:
k0 = (2 x 10-7 detik-1) 1,1 g/100 ml
= 2,2 x 10-7 g/100 ml detik
(satuaaan k0 adalah konsentrasi/satuaan waktu)
Orde ke nol
[D] t
- d[D]
= k 0 → ∫ d [ D] = ∫ k 0 dt → [ D] = [ D]0 − k 0 t
dt [D]0 0
0,1[D]0 (0,1)(2,5)
t 90 = = −7
= 1,1 x 10 6 detik = 13 hari
k0 2,2 x10
perhitungan ini selaras dengan batas umur simpanan yang tercantum dalam pedoman kerja
para dokter yang disebut sebagai 14 hari tanggal kadaluarsa untuk suspensi dalam almari
pendingin
2. Kelarutan Aspirin pada pH 2,5 dalam bentuk sediaan suspensi adalah 0,33 g/100 ml(k= 5 x
10-7 detik-1) akan diperoleh:
0,1[D]0 (0,1)(13)
t 90 = = = 7,9 x 10 6 detik = 91 hari
k0 1,65x10 -7
dengan kelarutan yang lebih rendah suspensi akan menjadi stabil, jika faktor-faktor yang
lain menyesuaikan.
September 2006
Soal nomor 1
Disediakan 2 resep. Kita suruh menganalisis:
1. Menilai kompaktibilitas fisik dan kimianya.
2. Tentukan BUD
3. Perhitungan bahan (penimbangan)
4. Prosedur compounding/cara meracik
5. Kontrol kualitas
6. Buat etiket
7. Bagaimana konselingnya !
Resep 1
R/ Benzocain 3%
Benzethonium 0,1%
Alkohol q.s.
Methyl salisilat q.s.
Purifird water q.s ad 30 ml
Sig. Apply bid pr nut dic (S bid prn loc.dol)
Refill 2 times
Pro: Ame londo Rika (32 th)
Resep 2
R/ Clindamycin HCl 1%
Propylen glikol 1,5 ml
Isopropyl alcohol
Purified water aa q.s. 15 ml
Sig. Apply as directed to acne 9 am and hs.
Refill 3 times
Pro: Saritem (17 th)
Jawaban:
Evaluasi kompaktibilitas dan stabilitas
Benzethonium cloride, alkohol, dan metil salisilat kompatibel dan stabil daam larutan.
Benzocain terdapat masalah dalam kompaktibilitas fisis dan kimiawi. Kompaktibilitas fisis:
sukar larut dalam air (kelarutan 1 g/ 2500 ml air) sehingga untuk melarutkannya diperlukan
kosolvensi dengan akohol.
Kompaktibiltas kimiawi: benzocaine merupakan ester yang dapat terhidrolisis dalam larutan
berarit baik terkatalisis asam atau basa.
Sediaan larutan tidak perlu penambahan antimikroba karena sudah terdapat benzethomium yang
berfungsi sebagai antimikroba.
BUD
BUD (T90) sediaan ini adalah 14 hari karena berdasarkan pedoman USP untuk sediaan yang
mengandung air dari bahan – bahan berupa padatan, BUD-nya tidak lebih dari 14 hari ketika
disimpan pada suhu dingin 2-8OC.
Penimbangan
1. Penimbangan bahan, khusus untuk alkohol dihitung jumlah alkohol yang diperlukan:
3g
Benzocain 3% = x30ml = 900 mg
100ml
0,1g
Benzethonium Cl 0,1 % = x30ml = 30mg → dibawah MWQ so perlu pengenceran.
100ml
Pengenceran yang tepat adalah aliquot padat-cair.
Minimal yang bisa ditimbang 120 mg so timbang 120 mg lalu dilarutkan dalam 4 ml air.
Didapat konsentrasi 120 mg/4 ml = 30 mg/ml. Karena dalam R/ hanya butuh 30 mg maka kita
ambil 1 ml melalui sput injeksi.
Prosedur Compounding
1. Timbang semua bahan, dilakukan dengan class 3 torsion atau electronic balance.
2. Masukkan 900 mg benzocain ke dalam beker glass yang bersih.
3. Masukkan 22 ml alkohol 95% ke dalam beker glass untuk melarutkan benzocain.
4. Ambil 1 ml Benzethonium Cl menggunakan spuit injeksi, masukkan ke dalam larutan
Benzocain.
Kontrol kualitas:
- kejernihan atau tidak berwarna
- viskositas ~ sama dengan alkohol
- bau khas alkohol
- pH ~ 5
- volume 30 ml
Soal nomor 2
Carilah perbedaan:
1. dispensing pharmacy vs PC
2. BUD vs ED
3. Higroskopis vs deliquescent
4. Kriteria serbuk yang baik.
Jawab:
2. BUD vs ED:
a. Uji leb dan tidak
b. Compounding ve manufacturing
c. Tanggal, bulan vs bulan, tahun
d. Profesional judgement vs percobaan
3. Obat higroskopis adalah zat padat yang mengabsorbsi uap air dar udara.
Deliquescent adalah serbuk yang higoskopis yang mengabsorbsi dalam jumlah yang banyak
sehingga mampu melarutkan dan terbentulah larutan.
Contoh:
- Ammonium chloride_bromide_iodide (tanda _ artinya atau)
- Calcium bromide_chloride
- Efedrin sulfate
- Hydrastine HCl_sulfate
- Hyoscyamin HBr_sulfate
- Pepsin
- Phenobarbital Na
- Physostigmin HBr_HCl_sulfate
- Potasium acetate_citrate
- Sodium bromide_iodide_nitrate
- ZnCl2
4. Halus, kering, homogen, mudah dibagi, free flowing (mawur), terdispersi sempurna.
By: Mr Suwaldi
RH is a 63-year-old obese female who presents to the general medicine clinic with a 3-day
history of urinary frequency and dysuria. RH sometimes takes some antacids for relieving her
GIT irritation.
1. Reccurent UTI
2. Type II DM
3. Hypertension
4. Asthma
Medications
The prescription for RH is as follows
1. R/ Hydrochlothiazide 25 mg
Triamteren 50 mg
m.f.pulv.dtd.No. XV
S.1. dd pulv. I
5. R/ Theophylline 250 mg
M.f.pulv.dtd no. XB
S.b.d.pulv. I
Physical examination
Na 140 Ce 1,8
K 4,0 Hct 36
Cl 100 Hgb 12
HCO2 26 WBC 7k (without left shift)
BUN 27 Random glucose 280
Urinalysis
2% glucosem with Testape
2% glucose with Clinitest
> 20 bacteria per HPF, 10-20 WBC per HPF
Urine culture: > 105 cfu/ml E. coli
BIOFARMASETIKA TERAPAN
Prof. Dr. Suwaldi
24 Januari 2007
1. Obat dalam sediaan bentuk padat yang digunkan secra oral, proses absorpsinya
mempunyai 2 (dua) tahap
a. pelapasan obat dalam sediaan
b. absorpsi obat ke dalam darah
Bila proses pelepasan obat dari sediaan merupakan proses yang lambat maka
korelasi yag baik dapat diperoleh antara data in vitro dan data iin vivo (IVIVC).
Sebaliknya bila tahap absorpsi merupakan tahap yang lebih lambat maka IVIVC
yang baik tidak akan terjadi.
Pertanyaan:
Mengapa IVIVC dapat terjadi seperti di atas? Terangkan jawaban Anda.
2. Dalam seleksi obat untuk pasien, farmasis perlu memperhatikan bioavaibilita dan
bioequivalensi produk obat. Kriteria bioequivalnesi produk obat adalah beberapa
parameter dala, bioavaiblitas tidak boleh mempunyai perbedaan labih dari 20%
dibanding dengan parameter-parameter itu dari produk innovator.
Pertanyaam:
a. Apa parameter-parameter yang digunkan untuk menetukan bahwa produk obat
adalah bioequivalen? Mengapa parameter itu yang digunakan?
b. Apda dasar pemilihan angka 20% di atas dan apakah sebetulnya angka 20% itu
mutlak?
3. Kesalahan yang umum trjadi dalam menginterpretasikan data bioavaibilitas adalah
interpretasi cross-study comparison. Kesalahan ini terjadi sewaktu kita
membandingkan profil obat dalam darah dari suatu studi dengan profil obat dalam
darah dari suatu studi yang berbeda.
Ada 3 (tiga) alasan mengapa membandingkan dua stufi yang berbeda itu menjadi
berbahaya dan dapat menyebabkan pengambilan kesimpulan yang salah.
Ketiga alasan tersebut adalah:
a. Different subject and populations
b. Different study conditions
c. Different assay methodolgy
Pertanyaan:
Mengapa dan terangkan ketiga alasan di atas dapat meyebabkan kesimpulan yang
dibuat menjadi berbahaya?
4. Perilaku sediaan obat dalam tubuh pasien dapat dipengaruhi oleh berbagai macam
penyakit yang diderita pasien baik penyakit sauran cerna maupun penyakit
sistemik.
Pertanyaan:
a. Terangkan tentang pasien dengan DM dapat mengalami pengurangan absorpsi
obat yang digunakan secara oral?
b. Pasien dengan penyakit Parkinson dapat megalamai pengurangan absorpsi obat.
Mengapa demikian?
c. Penggunaan makanan dapat pula menyebabkan pengurangan absorpsi obat dari
saluran cerna. Apa penyebab penurunan absoprsi itu?
BIOFARMASETIKA TERAPAN
1. Bagaimana pendapat anda tentang substitusi sediaan tablet digoxin suatu pabrik dengan
sediaan tablet pabrik yang lain? Berikan professional adjustment!
Jawab :
Untuk terapi digoxin seseorang, jika sudah cocok dengan tablet digoxin tersebut tidak perlu
disubstitusi dengan tablet dari pabrik yang lain. Pertimbangannya adalah dosis digoxin
yang kecil, kurva dosis-respon yang tajam, obatnya poten, range terapi sempit, akan sangat
potensial untuk terjadinya permasalahan bioekivalensi. Selain itu dapat juga diperparah
dengan status patologi pasien, terutama pasien dengan GI disturbance, CHF, dan renal
failure. Jika memang terpaksa harus diganti, maka harus diganti dengan tablet digoxin
yang sudah terbukti BE. Kita bisa lihat di Orange Book untuk tahu apakah penggantinya
BE atau tidak.
Jawab :
1. Adanya interaksi obat dengan diuretik, antibiotik, obat yang pengaruhi absorpsi,
dll.
2. Perlunya kombinasi obat namun belum diberi, yang paling sering adalah
kombinasi digoxin dengan diuretic kuat tapi belum ada tambahan suplemen
Kalium.
3. Pengaruh status patologi pasien, elderly, mungkin dosis tidak sesuai atau perlu
pengurangan (biasanya pada pasien elderly disertai dengan riwayat penyakit yang
lain).
4. Pasien dengan penyakit saluran cerna akan memperngaruhi absorpsi digoxin ,
sedangkan pada pasien ginjal dan CHF akan memperngaruhi ekskrei, kerena
sebagian besar digoxin diekskresikan lewat ginjal dalam bentuk utuh.
5. Terjadi efek samping yang tidak diingkan / ADR karena mungkin dosis tidak
sesuai, antara lain :
Cardiac (palpitasi, ekstrasistol ventricular, takikardi, jantung berhenti), GI
(anoreksia, nausea, vomiting, diare), CNS (sakit kepala, pusing, gangguan mental),
efek lainnya seperti rash, kematian.
6. Incompliance
Jawab :
Pada penyakit ini terjadi inflamasi pada usus halus bagian distal dan kolon. Adanya
inflamasi dapat menyebabkan :
1. Penebalan dinding usus, sehingga permeabilitas akan menurun dan absorpsi obat akan
berkurang.
2. Pertumbuhan bakteri anaerobic yang berlebihan.
3. Kadang terjadi obstruksi dan deteriorasi (penurunan fungsi) usus.
Jawab :
Jika kadar gula darah pasien DM tidak terkontrol, maka dapat terjadi diabetik neuropati
(kerusakan atau gangguan pada syaraf), misalnya :
a. Syaraf penglihatan, dapat mengekibatkan penglihatan berkurang atau kabur.
b. Syaraf otonom, akibatnya dapat menurunkan motilitas usus sehingga terjadi
penurunan absorpsi
Jawab :
Mungkin karena induksi enzim pemetabolisme CYP2E1 di intestine dan perubahan pada
mukosa usus.
6. Jika suatu obat diberikan dengan dosis 300 mg, 1 x pakai, diberikan po, kelas kelarutan
(50µg/ml), apakah obat tersebut dapat diabsorpsi?
Jawab :
Dibuat asumsi terlebih dahulu : misalnya : tidak ada pengaruh makanan, tidak ada
gangguan saluran cerna, produk ini lepas lambat atau konvensional, absorpsinya cepat atau
lambat (kelas II atau IV).
Untuk obat kelas I, dosis tertingginya larut pada 250 ml initial gastric volume, pada pH 1,0
dan 7,5 (rapidly dissolving product) dalam 900 ml media pH 1; 4,5; 6,8, 85 % dapat larut
dalam 30 menit.
Dalam kasus ini : kelarutan 50µg/ml berarti yang terlarut dalam 250 ml initial gastric
volume adalah sebesar (50µg/ml x 250 ml = 12,5 mg).
Apabila obat ini diberikan dalam bentuk konvensional : Kemungkinan yang terjadi adalah
akan terjadi incomplete release of drug site (pelepasan obat yang tidak komplit karena
pengaruh formulasi) dan insufficient drug in solution at site of absorption (obat terlarut
yang tersedia di tempat absorpsi sangat sedikit) sehingga obat ini akan diabsorpsi dalam
jumlah yang sangat kecil jika dibansingkan dengan dosis awalnya. Mungkin akan terjadi
perbedaan efek klinis yang signifikan.
Sedangkan jika sediaan adalah dalam bentuk lepas lambat mungkin akan baik-baik saja
karena terjadi pengurangan jumlah obat yang dilepaskan kurang dari setengah jumlah obat
yang dilepaskan pada sediaan konvensional). Sehingga wajar jika diperlukan waktu yang
lama untuk dapar diabsorpsi sempurna. Selain itu, sediaan lepas lambat memang tidak
didesain untuk menghasilkan kadar obat dalam darah yang tinggi.
7. Metode penilaian bioavailabilitas dari suatu produk obat dapat ditetapkan dengan
membandingkan faktor apa saja?
Jawab :
1. Data plasma meliputi :
i. Waktu konsentrasi plasma (darah) mencapai puncak (Tmax)
ii. Konsentrasi plasma puncak (Cp max)
iii. Area di bawah kurva kadar obat dalam plasma-waktu (AUC)
2. Data urine :
i. Jumlah kumulatif obat yang diekskresi dalam urnie (Du)
ii. Laju ekskresi obat dalam urine (dDu/dt)
iii. Waktu untuk terjadi ekskresi obat maksimal dalam urine
3. Efek farmakologis obat
4. Pengamatan klinik
8. Apa yang seharusnya terjadi pertama kali sebelum obat siap untuk diabsorpsi dari bentuk
sediaan tablet?
Jawab :
Sebelum obat diabsorpsi, maka suatu obat harus mengalami disintegrasi terlebih dahulu.
9. Tahap apa saja yang menjadi penentu laju absorpsi suatu produk obat jika obat tersebut
diberikan secara oral ?
Jawab :
Tahap paling lambat di dalam suatu rangkaian proses kinetik disebut tahap penentu laju
reaksi (rate limmiting step). Suatu obat dalam absorpsi sistemik harus melalui 3 proses :
1. Disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat
2. Disolusi zat aktif obat
3. Absorpsi melewati membrane sel menuju sirkulasi sistemik
Suatu sediaan obat yang diberikan oral dapat berbentuk kapsul, tablet, sirup,
emulsi,suspensi, tablet lepas lambat, dll.
1. Proses disintegrasi bisa tahap penentu laju reaksi misalnya pada sediaan tablet
lepas lambat atau tablet controlled released yang formulasinya memang didesain
agar mempunyai kecepatn pelapasan obat dari bentuk sediaan lebih kecil daripada
kecepatan absorpsi obat supaya dapat melepaskan obat secara terkontrol.
2. Proses disolusi obat bisa menjadi tahapan penentu laju reaksi jika zat aktifnya
mempunyai kelarutan yang kecil sehingga dibutuhkan waktu lama untuk dapat
terdisolusi.
3. Proses absorpsi dapat menjadi tahapan penentu laju reaksi jika zat aktifnya
mempunyai permeabilitas rendah untuk dapat menembus membran lipid bilayer.
Misalnya untuk obat yang bersifat sangat polar walaupun pada proses disolusi
berlangsung cepat namun pada saat proses absorpsi akan sulit untuk menembus
membran.
Berikut soal, gak tau tahunnya kapam, bahkan beberapa malah gak ada soal tapi ada jawabnnya.
Selamat belajar !!
10. Obat yang mengalami peningkatan respon setelah pemberian oral dengan pengecilan
ukuran partikel, a.l : teofilin, derivat xantin untuk asma bronkial, griseofulvin, antibiotik
dengan efek antifungi, seperti suldisoxazole, sulfonamid, nitrofurantoin.
11. Kelarutan griseovulvin 1:25000, sehingga praktis tidak larut. Sehingga pengecilan ukuran
partikel dapat meningkatkan kelarutan griseofulvin sehingga absorbsinya meningkat.
12. Penicilin : sangat sukar larut dan pengecilan ukuran partikel tidak mempengaruhi kenaikan
absorpsinya.
13. Pengosongan lambung dipecepat oleh beberapa hal, kecuali :
JAWAB :
Latihan keras dapat mempercepat pengosongan lambung karena latihan keras
membutuhkan energi. Oleh karena itu, makanan harus segera diabsorpsi sehingga
dapat melintasi sistemik kemudian masuk sel dan akan terjadi peristiwa oksidasi
yang akan menghasilkan energi.
Stress dapat mempercepat gerakan peristaltik sehingga mempercepat pengosongan
lambung.
Berpuasa akan mempercepat penyerapan makanan yang masuk ke lambung
sehingga pengosongan lambungnya menjadi lebih cepat.
Makanan yang panas lebih mudah larut dan lebih lunak sehingga mudah dicerna
dan diserap oleh lambung. Akibatnya akan meningkatkan pengosongan lambung.
Makanan yang berlemak lebih sukar dicerna (diuraikan) sehingga lebih sulit
diserap lambung akibatnya memperlambat pengosongan lambung.
Jadi, dari 5 hal di atas, makanan yang berlemak akan memperlambat pengosongan
lambung.
14. Rute absorpsi obat secara per oral :
Setelah obat diabsorpsi saluran GI, obat akan melalui vena porta hepatika menuju ke hari
dan mengalami first pass efect, setelah itu obat baru akan masuk ke jantung dan mengalami
sirkulasi sistemik.
15. First pass efect dapat terjadi di setiap sel di dalam tubuh tetapi yang paling banyak terjadi
adalah di organ hepar karena di hepar terdapat enzim pemetabolisme yang lebih banyak.
16. Untuk rute pemberian oral akan mengalami siklus enterohepatik sehingga mengalami first
pass efect yang paling besar. Sedangkan untuk rute inhalasi dan transdermal obat mungkin
akan diabsorpsi oleh organ yang bersangkutan atau langsung ke sirkulasi sistemik tanpa
melalui hepar, sehingga kemungkinan terjadinya first pass efect adalah yang paling kecil.
17. Kebanyakan obat, BA-nya dapat dievaluasi menggunakan data ekskresi urine. Hal ini
berdasarkan asumsi bahwa :
JAWAB :
Obat pertama kali harus diabsorpsi terlebih dahulu ke dalam sirkulasi sistemik sebelum
ditemukan dalam urine.
o Pengukuran kadar obat dalam urine dapat menunjukkan hasil yang lebih akurat
daripada pengukuran kadar obat dalam darah.
SALAH. Karena pengukuran kadar obat dapat dilakukan sama baiknya
dan sama akuratnya baik dalam darah maupun di dalam urine, di mana
keduanya merupakan sampel biologis yang mudah digunakan untuk
analisis kadar obat dalam darah. Bahkan data kadar obat di dalam darah.
o Semua obat yang diberikan dapat ditemukan dalam urine.
SALAH. Karena ekskresi obat tidak hanya melalui filtrasi glomerulus
ginjal, tetapi juga melalui empedu yang nantinya diekskresi ke dalam
faeces. Tergantung dari sifat/kelarutan obat, obat akan diekskresi melalui
jalur yang mana. Jadi tidak mungkin semua obat diekresikan dalam urine.
o Yang diekskresikan dalam urine adalah metabolit obat dan juga bentuk utuh dari
obat.
A Injeksi 10 mg IV 9,4
A Tablet 20 mg Po 12,0
B Tablet 20 mg Po 8,2
B Capsule 15 mg Po 6,8
BA absolut ?
JAWAB :
BA abolut : (Du kumulatif / dosis po) / (Du kumulatif i.v/dosis i.v)
= (8,2/20) / (9,4/10)
= 0,436 = 44 %.
21. Ekskresi obt asam lemah (pKa 3,5) akan lebih cepat dalam urine alkali daripada urine yang
asam karena :
JAWAB :
Obat yang bersifat asam akan berada dalam bentuk terionisasi, sehingga tidak bisa
direabsorpsi dengan mudah.
KETERANGAN ;
Reabsorpsi obat-obat asam lemah/basa lemah dipengaruhi oleh ph cairan tubuh
dalam tubulus ginjal (pH urine) dan pKa obat. Kedua faktor ini secara bersama-sama
menentukan prosentase obat tak terionkan dengan obat terion.
Umumnya obat yang tak terionkan lebih mudah larut dalam lemak dan punya
permeabilitas membran yang lebih besar sehingga obat yang tidak terdisosiasi atau
tidak terionkan akan lebih mudah direabsorpsi dari tubulus ginjal kembali ke dalam
tubuh.
Jika suatu obat bersifat asam lemah berada dalam tubulus ginjal yang bersifat basa,
obat tersebut akan terionkan sehingga mempunyai permeabilitas membran yang
kecil, di mana obat tersebut sukar larut dalam lemak. Dengan kata lain, obat tersebut
akan sukar direabsorpsi dari tubulus ginjal.
23. Waktu paroh biologis beberapa obat seringkali menjadi panjang pada bayi yang baru lahir,
disebabkan karena :
JAWAB ;
Belum berkembangnya sistem enzim. Pada umumnya, fungsi hepatik pada bayi belum
tercapai sampai minggu ketiga. Proses oksidasi berkembang cukup baik, tetapi ada
kekurangan enzim konjugasi. Beberapa obat menunjukkan penurunan ikatan albumin
plasma pada bayi. Bayi yang baru lahir menunjukkan aktivitas ginjal hanya 30-50 % dari
orang dewasa (didasrkan atas aktivitas per satuan berat badan). Obat-obatan yang sangat
bergantung pada ekskresi ginjal akan mengalami kenaikan waktu paroh eliminasi yang
tajam.
24. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar steady state dalam plasma untuk obat yang
diberikan secara infus tergantung dari...
JAWAB :
Waktu paroh obat.
Kadar plateau/konsentrasi tunak merupakan suatu keadaan di mana laju obat meninggalkan
tubuh sama dengan laju obat memasuki tubuh (infusi). Waktu paroh yang diperlukan untuk
mencapai kadar tunak obat dalam darah terutama bergantung pada waktu paroh eliminasi.
Untuk tujuan terapeutik, diperlukan lebih dari 95 % kadar tunak obat dalam darh, ini dicapai
dalam waktu 6x wktu paroh eliminasi. Sedangkan konsentrasi tunak bergantung pada volume
distribusi, tetapan laju eliminasi, dan laju infusi.
25. Volume distribusi menyatakan suatu faktor yang harus diperhitungkan dalam memperkirakan
jumlah obat dalam tubuh dari konsentrasi obat yang ditemukan dalam kompartemen cuplikan.
Volume distribusi juga dapat dianggap sebagai volume di mana obat terlarut.Vd berguna untuk
mengaitkan konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah obat dalam tubuh. Vd tidak
mengandung suatu arti fisiologik yang sebenarnya dari pengertian anatomik. Jadi, Vd bukan
merupakan suatu ukuran volume darah individu ataupun volume total cairan tubuh individu.
26. T1/2 = 0,693/K.
Dari persamaan t1/2 untuk orde ke-1 tersebut, tampak bahwa pada reaksi kesatu, t1/2 adalah
konstan. Tanpa perlu diperhatikan berapa jumlah atau konsentrasi obat pada keadaan awal,
maka waktu yang diperlukan untuk berkurang menjadi separuhnya adalah konstan.
27. Volume distribusi dari suatu obat akan :
JAWAB :
DB 0
VD =
Cp 0
Dari persamaan di atas, VD berbanding terbalik dengan Cp0 jika dosis yang diberikan konstan.
Jika obat terikat dalam jumlah besar atau tinggal dalam vaskuler maka Cp0 akan menjadi lebih
tinggi yang mengakibatkan Vd menjadi lebih kecil. Jika obat lebih terpusat pada jaringan
perifer dan organ-organ, maka Cp0 akan lebih kecil sehingga Vd akan lebih besar.
28. Diketahuinya Vd dari suatu obat dapat digunakan untuk :
JAWAB :
Menghitung loading dose yang diterima.
Loading dose = (VD/Cp)/(S.F)
Kerterangan : F = Fraksi obat yang tersedia dalam sirkulasi sistemik
S = Bentuk garam dari obat
29. Obat dengan kelarutan dalam lemak kecil, sifatnya polar atau terionisasi secara ekstensif pada
Ph darah pada umumnya...
JAWAB :
Menembus CNS dangan lambat dan mungkin dieliminasi dari tubuh sebelum konsentrasi yang
signifikan dalam CNS dicapai.
30. Model efek maksimum adalah model empirik yang menghubungkan antara respon farmakologi
dengan konsentrasi obat. Model ini menggunakan Low of Dimnishing Returns, yang
35. Nilai F untuk kapsul 100 mg dengan AUC = 20 mg/dL/h dengan iv bolus 100 mg dengan AUC
25 mg/Dl/h adalah...
JAWAB :
F = ((AUC po)/dosis po)/ ((AUC IV)/dosis iv)
= (20/100) / (25/100)
= 0,8.
36. Berapa harga F untuk percobaan obat tablet berdasarkan data di bawah ini ?
JAWAB :
43. Meskipun ada 2 obat yang memiliki luas AUC yang sama, yang berarti bahwa kedua obat
tersebut memiliki jumlah yang sama dalam tubuh, namun keduanya tidak dapat dikatakan
bioekivalensi karena belum diketahui kondisi percobaan sama atau tidak.
44. Ekivalen farmasetik : produk-produk obat yang mengandung jumlah yang sama dari bahan
obat aktif yang sama 9yaitu garam atau ester)/bentuk kimia yang sama, tetapi mengandung
bahan inaktif yang berbeda. Ekivalen farmasetik haru identik dalam kekuatan, kualitas,
kemurnian, homogenitas isi, diintegrasi, dan laju pelarutan.
45. Alternatif farmasetik : produk-produk obat yang mengandunf bagian terapetik yang
sama/prekursornya seperti garam/ester yang sama, walaupun tidak perlu dalam jumlah/bentuk
sediaan yang sama.
46. Pernyataan yang benar tentang albumin :
JAWAB :
Secara normal kadar albumin dalam kompartemen plasma dipertahankan pada kadar yang
relatif konstan kira-kira 3,5-4,5 % (b/v). Sebagian besar obat berikatan atau membentuk
kompleks dengan protein dengan proses reversibel. Ikatan obat protein yang reversibel
menunjukkan bahwa obat mengikat protein dengan ikatan kimia yang lemah, seperti ikatan
hidrogen atau ikatan van der waals. Asam-asam amino yang menyusun rantai protein
mempunyai gugus hidoksil, karboksil, atau gugus lain yang tersedia untuk berinteraksi dengan
obat secara reversibel. Komponen utama protein plasma yang bertanggung jawab terhadap
ikatan obat adalah albumin. Secara umum menguikat obat-obat seperti asam salisilat,
fenilbutazon, dan penisilin. Namun albumin juga dapat berikatan dengan obat-obat basa lemah,
seperti propanolol dan lidokain.
47. Mengurangi partikel obat untuk meningkatkan absorpsi obat hanya terbatas pada situasi berikut
ini :
JAWAB :
Proses absorpsi obat dibatasi kecepatannya oleh disolusi obat dalam cairan GI.
KETERANGAN :
Untuk transport aktif dipengaruhi oleh jumlah ATP dan ketersediaan tempat
ikatan dengan reseptor transpor aktif, tidak dipengaruhi oleh ukuran partikel.
Untuk obat yang sangat larut dalam air tidak diperlukan usaha memperkecil
ukuran partikel karena sangat mudah larut dalam air.;
Untuk obat yang sangat poten usaha pengecilan partikel dilakukan untuk
meningkatkan homogenitas sediaan dan bukan untuk meningkatkan absorpsi
obat.
Semakin kecil ukuran partikel obat semakin tinggi kecenderungan untuk
mengiritasi lambung dan menurunkan pasien compliance-nya kecil.