Anda di halaman 1dari 42

TUGAS MINGGU KE II

Evaluasi Pengelolaan Obat High Alert (HAM), LASA & Elektrolit Kuat Di
Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive
Cardio Care Unit (ICCU) & Kemoterapi
Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Periode 1 Oktober – 30 November 2019

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. MUHAMMAD AKBAR UMY 20184040091


2. M ERLANGGA NY UMP 1808020331
3. ANITA FERDIANA UMY 20184040075
4. UMMI HERYANA UAD 1808062138
5. REGINA DEWI PUTRI USB 1920374163

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................2
C. Manfaat............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive
Cardio Care Unit (ICCU) dan Kemoterapi.....................................................4
B. High Alert Medicine (HAM)...........................................................................4
C. Peresepan dan Instruksi Medis........................................................................5
D. Penyimpanan ..................................................................................................5
E. Pemberian Label..............................................................................................6
F. Penyiapan Obat High Alert...............................................................................6
G. Pemberian Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert)....................................8
H. Hal - Hal Yang Perlu Diperhatikan.................................................................9
I. Obat Look Alike Sound Alike (LASA)..............................................................9
J. Obat Emergency...............................................................................................12
K. Obat Sitostatika...............................................................................................12
L. Satelit Farmasi Rawat Intensif Care Unit (ICU) .............................................14
BAB III KEGIATAN MAHASISWA DAN PEMBAHASAN................................15
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................30
LAMPIRAN.............................................................................................................31
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Stiker Obat High Alert...........................................................................15


Gambar 2. Tanda Obat Lasa.....................................................................................20
Gambar 3. Label High-Alert, LASA, dan Sitostatika...............................................24
Gambar 4. Tempat penyimpanan High Alert............................................................25

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. SPO Pengelolaan Sitostatika.............................................................33

Lampiran 2. SPO Pengelolaan High Alert.............................................................35

Lampiran 3. SPO Pengelolaan Troly Emergency..................................................36

Lampiran 4. SPO Pengelolaan LASA/NORUM....................................................37

Lampiran 5. Obat High Alert & LASA di satelit farmasi ICU, ICCU, HCU &
Kemoterapi........................................................................................38

Lampiran 6. Obat Emergency trolley di satelit farmasi ICU, ICCU, HCU &
Kemoterapi........................................................................................40

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik sesuai dengan
Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 yang merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit.
Dalam pelayanan kefarmasian terdapat beberapa permasalahan yang sering terjadi dalam
proses pemberian obat salah satunya yaitu terjadinya tipe kesalahan yang terus terulang. Sebagai
contoh adalah dimana seorang pasien mendapatkan pengobatan overdosis untuk golongan obat
yang memiliki indeks terapi sempit seperti digoksin ataupun theophiline sehingga pasien tersebut
keracunan atau bahkan meninggal. Contoh lain yaitu untuk asam mefenamat dan asam
traneksamat dimana kedua obat tersebut memiliki penyebutan yang hampir sama, apabila
seorang pasien yang sedang mengalami perdarahan dan membutuhkan asam traneksamat malah
diberikan asam mefenamat maka pasien tersebut tidak akan sembuh, bahkan dapat
membahayakan nyawa pasien tersebut.
Apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian berkewajiban untuk mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan kesehatan. Misi utama
Apoteker dalam hal keselamatan pasien adalah memastikan bahwa semua pasien mendapatkan
pengobatan yang optimal. Hal ini telah dikuatkan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan
bahwa kontribusi Apoteker dapat menurunkan medication errors. Salah satu yang menjadi fokus
Apoteker pada praktek pelayanan kefarmasian adalah obat-obat dengan kategori obat yang perlu
diwasapadai (High Alert Medication).
Dalam perkembangannya Rumah sakit melakukan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert). Obat yang perlu diwaspadai (High
Alert Medication) merupakan obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi
Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya
mirip atau (Look Alike Sound Alike). Berdasarkan MENKES RI No. 72 Tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit menyebutkan bahwa Kelompok obat high-alert
diantaranya adalah obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA); Elektrolit konsentrasi tinggi; dan
Obat-Obat sitostatika.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut yaitu
dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat
yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada dirumah sakit. Kebijakan dan atau prosedur
juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan, seperti di ICU, HCU, ICCU, dan
kemoterapi serta pemberian label secara benar pada obat High-Alert dan bagaimana
penyimpanan di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak
sengaja atau kurang hati-hati dalam pelayanan kefarmsian.

B. Tujuan
1. Mengetahui evaluasi pengelolaan obat High Alert (HA), Look Alike Sound Alike (LASA),
dan obat emergency di Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive
Coronary Care Unit (ICCU), dan Kemoterapi Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
2. Mendata obat-obat High Alert (HA), Look Alike Sound Alike (LASA), dan obat
emergency di Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive Coronary
Care Unit (ICCU), dan Kemoterapi Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

C. Manfaat
1. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker mampu mengetahui mengenai evaluasi
pengelolaan obat High Alert (HA), Look Alike Sound Alike (LASA), dan obat
emergency di Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive Coronary
Care Unit (ICCU), dan Kemoterapi Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
2. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker dapat mendata obat-obat High Alert (HA),
Look Alike Sound Alike (LASA), dan obat emergency di Intensive Care Unit (ICU),
High Care Unit (HCU), Intensive Coronary Care Unit (ICCU), dan Kemoterapi
Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive Cardio
Care Unit (ICCU) dan Kemoterapi
Satelit farmasi ICU, HCU, ICCU dan Kemoterapi merupakan bagian dari Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto (RSMS)
yang bertugas memberikan pelayanan kefarmasian yang membutuhkan pelayanan ketat
atau intensif. Struktur di pelayanan intensif terdiri dari 1 Apoteker penanggung jawab
untuk 3 Satelit farmasi serta Satelit kemoterapi dan masing-masing satelit farmasi
memiliki 1 orang apoteker koordinator. Pada satelit HCU terdapat 2 Tenaga
kefarmasian, sedangkan untuk Satelit kemoterapi terdapat 5 tenaga kefarmasian.
Jumlah tempat tidur pasien yang tersedia di ICU 16 tempat tidur, HCU 18 tempat tidur
terbagi atas HCU umum 12 tempat tidur dan HCU maternal 6 tempat tidur, dan ICCU 8
tempat tidur.

B. HIGH ALERT MEDICINE (HAM)


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit menyatakan
obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medications) adalah obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event). Dalam prakteknya di
rumah sakit, obat high alert harus dipisahkan atau diberi tanda khusus agar mudah
dibedakan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat. Obat yang perlu
diwaspadai (High-Alert Medications) memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang
besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat. Obat yang perlu diwaspadai (High-
Alert Medications) merupakan obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan
terjadinya kesalahan / error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) termasuk obat-
obat yang tampak mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, atau Look-
Alike Sound-Alike / LASA), serta elektrolit dengan konsentrasi tinggi.

C. PERESEPAN DAN INSTRUKSI MEDIS


Penulisan resep untuk obat yang termasuk kelompok obat yang perlu
diwaspadai (High-Alert Medications) harus sesuai dengan ketentuan penulisan resep yang
baku serta beberapa hal penting berikut:
 Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep: penulisan resep, indikasi,
ketepatan obat, dosis, rute pemberian
 Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika sangat terpaksa diperbolehkan dalam keadaan
emergensi yang diatur sesuai dengan pedoman komunikasi efektif dengan teknik
SBAR
 Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima resep, harus melakukan konfirmasi
jika terdapat penulisan yang tidak sesuai (nama obat/sediaan, satuan, dll).Penulisan
instruksi terapi oleh dokter dan perawat di rekam medis pasien (catatan terintegrasi)
juga sesuai dengan penulisan resep, yaitu:
 Ditulis dengan huruf capital.
 Satuan tertentu harus ditulis lengkap.
 Dosis dan rute pemberian harus ditulis jelas.
 Pemberian elektrolit konsentrat hendaknya memberikan penjelasan untuk
mengingatkan perawat tentang dosis dan cara pemberiannya.

D. PENYIMPANAN
1. Lokasi Penyimpanan
Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada di logistik farmasi dan
pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi tinggi terdapat juga di unit
pelayanan, yaitu ICU, ICCU, HCU dan unit pelayanan tertentu sesuai kebijakan masing-
masing rumah sakit dalam jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai dengan kriteria
penyimpanan perbekalan farmasi, utamanya dengan memperhatikan jenis sediaan obat
(rak/kotak penyimpanan, lemari pendingin), sistem FIFO dan FEFO serta ditempatkan
sesuai ketentuan obat “High Alert”.

2. Penyimpanan Elektrolit Konsentrasi Tinggi


 Asisten apoteker (logistik farmasi/pelayanan farmasi) yang menerima obat segera
memisahkan obat yang termasuk kelompok obat yang “High Alert” sesuai Daftar
Obat High Alert rumah sakit tersebut.
 Tempelkan tulisan bertuliskan “High Alert” pada setiap kemasan obat high alert.
 Obat High alert disimpan terpisah dari obat lain di dalam lemari khusus untuk
penyimpanan Οbat High alert.
E. PEMBERIAN LABEL
Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan yaitu label “HIGH
ALERT” untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau infuse tertentu, mis.
Heparin, Insulin, dll. Penandaan obat High Alert dilakukan dengan stiker “ High Alert”
pada tiap obat.

F. PENYIAPAN OBAT HIGH ALERT


 Apoteker/Asisten Apoteker memverifikasi resep obat high alert sesuai Pedoman
Pelayanan Farmasi penanganan High Alert
 Garis bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan tinta merah.
 Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat high alert dapat
didelegasikan pada asisten apoteker yang sudah ditentukan.
 Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda sebelum obat
diserahkan kepada perawat.
 Petugas farmasi pertama dan kedua, membubuhkan tanda tangan dan nama jelas di
bagian belakang resep sebagai bukti telah dilakukan double check.
 Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan informasi yang memadai dan
menandatangani buku serah terima obat rawat inap

1. Penyiapan Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert)


Penyiapan dan pemberian obat kepada pasien yang perlu diwaspadai termasuk
elektrolit konsentrasi tinggi harus memperhatikan kaidah berikut:
 Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR
 Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan label
khusus.
 Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang yang
berkompeten.
 Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan.

2. Cara Pengenceran Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert)


 KCl 7.46% injeksi (Konsentrasi sediaan yang ada adalah 1mEq = 1 mL) harus
diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1mL KCL : 10mL pelarut
(WFI/NaCl 0.9%). Konsentrasi dalam larutan maksimum adalah 10 mEQ/100mL.
Pemberian KCl melalui perifer diberikan secara perlahan-lahan dengan kecepatan
infuse 10mEQ/Jam (atau 10mEqKCl dalam 100mL pelarut/jam) Pemberian obat
KCL melalui central line (vena sentral) konsentrasi maksimum adalah
20mEq/100mL, kecepatan infuse maksimum 20mEq KCl dalam 100mL pelarut/jam)
 NaCl 3 % injeksi intravena diberikan melalui vena sentral dengan kecepatan infuse
tidak lebih dari 100mL/jam
 Natrium Bicarbonat (Meylon vial 8.4%) injeksi, harus diencerkan sebelum
digunakan. Untuk penggunaan bolus, diencerkan dengan perbandingan 1 mL Na.
Bicarbonat: 1 mL pelarut WFI, untuk pemberian bolus dengan kecepatan maksimum
10 mEq/Menit. Untuk penggunaan infuse drip, diencerkan dengan perbandingan 0.5
mL Na. Bicarbonat: 1 mL Dextrose 5%, pemberian drip infuse dilakukan dengan
kecepatan maksimum 1 mEq/kg BB/jam.

3. Cek 7 (Tujuh) Benar Obat Pasien


Setiap penyerahan obat kepada pasien dilakukan verifikasi 7 (tujuh) benar untuk
mencapai medication safety :
 Benar obat
 Benar waktu dan frekuensi pemberian
 Benar dosis
 Benar rute pemberian
 Benar identitas pasien
 Kebenaran nama pasien
 Kebenaran nomor rekam medis pasien
 Kebenaran umur/tanggal lahir pasien
 Kebenaran alamat rumah pasien
 Nama DPJP
 Benar informasi
 Benar dokumentasi

G. PEMBERIAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)


a. Sebelum memberikan obat high alert kepada pasien maka petugas lain harus
melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara independen :
 Kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter.
 Ketepatan perhitungan dosis obat.
 Identitas pasien.
b. Obat high alert infus harus dipastikan :
 Ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump).
 Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump
dan disetiap ujung jalur selang.
c. Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan sesuai perhitungan
standar yang telah baku, yang berlaku di semua ruang perawatan.
d. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, petugas pengantar menjelaskan kepada
petugas penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert, dan
menyerahkan formulir pencatatan obat.
e. Dalam keadaan emergency yang dapat menyebabkan pelabelan dan tindakan
pencegahan terjadinya kesalahan obat high alert dapat mengakibatkan tertundanya
pemberian terapi dan memberikan dampak yang buruk pada pasien, maka dokter
dan perawat harus memastikan terlebih dahulu keadaan klinis pasien yang
membutuhkan terapi segera (cito) sehingga double check dapat tidak dilakukan,
namun sesaat sebelum memberikan obat, petugas harus menyebutkan secara
lantang semua jenis obat yang diberikan kepada pasien sehingga diketahui dan
didokumentasikan dengan baik oleh petugas yang lainnya.

H. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat High alert
2. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk obat high alert
3. Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dilakukan mulai dari
peresepan, penyimpanan, penyiapan di farmasi dan ruang perawatan dan pemberian
obat
4. Obat high alert disimpan ditempat terpisah, akses terbatas, diberi label High alert
5. Pengecekan dengan 2 (dua) orang petugas yang berbeda untuk menjamin kebenaran
obat high alert yang digunakan
6. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan.

I. Obat Look Alike Sound Alike (LASA)


LASA (Look Alike Sound Alike) disebut juga dengan NORUM (Nama Obat Rupa
dan Ucapan Mirip) merupakan obat yang memiliki tampilan visual serta nama dengan
ejaan yang mirip atau hampir sama dengan obat lain. Obat LASA sering menimbulkan
kesalahan pada saat dispensing atau pelayanan obat baik dalam bentuk resep tertulis
maupun lisan. Kesalahan dalam penulisan yang mirip disebut juga orthographic,
sedangkan kesalahan dalam penyebutan atau pendengaran disebut juga phonetic. Hal ini
dapat menyebabkan kekeliruan dalam interpretasi resep dan dapat berakibat fatal apabila
obat tersebut merupakan obat emergency atau digunakan dalam keadaan emergency.

1. Medication Error obat LASA


Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya medication error pada obat
LASA, antara lain:
 Tulisan tangan yang tidak jelas pada resep,
 Kurangnya pengetahuan tentang nama-nama obat,
 Adanya produk-produk baru, kemasan dan penamaan produk, kekuatan sediaan,
bentuk sediaan, frekuensi pemberian dan penggunaaan secara klinik yang mirip,
 Pemesanan atau permintaan obat secara lisan yang tidak jelas,
 Tidak dilakukan verifikasi kembali saat pemesanan atau perintah dispensing obat
melalui telepon,
 Banyaknya jumlah obat LASA,
 Penyimpanan obat yang tidak baik.

Medication error atau kesalahan penggunaan obat dapat dihindari dengan


melakukan beberapa tindakan pencegahan atau preventif antara lain :
 Pengadaan
Meminimalisir ketersediaan obat dengan berbagai kekuatan pada saat
pengadaan, jika memungkinkan hindari pembelian obat dengan kemasan dan
tampilan yang mirip. Jika ada produk baru yang ditawarkan, maka produk tersebut
harus dibandingkan dengan produk yang sudah ada.
 Penyimpanan
Penyimpanan obat LASA harus dipisahkan dari obat lain yang merupakan
pasangan LASAnya, dan tidak diletakkan secara berdampingan melainkan diselingi
dengan obat lain. Penamaan obat menggunakan metode Tall man, yaitu teknik
menulis bagian nama obat yang sama dengan huruf kecil, dan bagian nama obat yang
berbeda dengan menggunakan huruf kapital, misalnya cefIXIME dan cefTAZIDIME.
Obat dengan kemasan yang mirip diberikan label atau stiker LASA pada wadah
penyimpanannya. Obat dengan pengucapan yang mirip (sound alike) tidak disimpan
menggunakan metode tall man latering, melainkan dengan mencantumkan nama
brand atau nama pemilik paten beserta kekuatan sediaannya.
 Dispensing
Hal-hal yang harus dilakukan saat melakukan dispensing obat LASA adalah
mengidentifikasi obat berdasarkan nama dan kekuatan sediannya, bukan berdasarkan
lokasi penyimpanan dan kemasan atau tampilan obat. Selain itu, perlu memeriksa
kesesuaian dosis pada obat yang akan didispensing, serta lakukan double checking
sebelum obat diserahkan ke pasien.
 Monitoring
Monitoring obat LASA dilakukan secara berkala untuk memperbarui
informasi terbaru. Selain itu, setiap personil yang bertugas harus memiliki akses
terhadap daftar obat-obat LASA.
Semua pihak penyedia layanan kesehatan harus bersama-sama mencegah dan
meminimalisasi berbagai kesalahan yang bisa terjadi akibat LASA. Begitu pula pihak
pasien perlu mengonfirmasi ulang mengenai obat-obatan apa saja yang ia terima pada
saat dokter meresepkan obat dan saat apoteker atau perawat memberikan obat ke tangan
pasien.

2. Penanganan Obat LASA


Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk menangani obat LASA, di antaranya:
a. Pihak dokter yang meresepkan obat, diharapkan menuliskan nama obat yang dapat dibaca
dengan jelas oleh pembaca resep, atau menggunakan fasilitas resep yang dicetak
elektronik tanpa tulis tangan jika memang sudah tersedia,
b. Sebisa mungkin menghindari permintaan obat secara lisan terutama melalui telepon,
kemungkinan kesalahan mendengar sangat tinggi. Apabila ada permintaan lisan maka
perlu dilakukan verifikasi dengan menulis permintaan, mengulangi permintaan, dan
membacakan lagi permintaan,
c. Apoteker atau petugas farmasi mengidentifikasi obat yang diresepkan dengan teliti,
disesuaikan nama dagang, nama generik, indikasi, serta kekuatan sediaannya,
d. Apoteker atau petugas farmasi mengetahui persediaan obat-obatan yang termasuk
kategori LASA,
e. LASA disimpan dengan jarak yang tidak berdampingan satu sama lain,
f. Menggunakan tall-man lettering untuk membedakan huruf yang tampaknya sama dengan
obat yang mirip yaitu dengan memberi huruf kapital, penebalan, atau warna huruf
berbeda pada pelabelan nama obat,
g. Mengedukasi pasien mengenai kemungkinan adanya kemiripan nama obat dan potensi
bahaya yang bisa ditimbulkan.

J. Obat Emergency
Obat emergency adalah obat yang dibutuhkan untuk mengatasi keadaan gawat
darurat atau resusitasi life support dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
Obat emergency diletakkan pada tempat yang mudah terjangkau, indikasi sesuai dengan
keadaan pasien saat itu dan harus 4T, 1W (Tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat
diagnostik dan waspada efek samping).
1. Pengelolaan obat Emergency
Pengelolaan obat emergency harus menjamin:
1. Jumah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergency yang telah ditetapkan,
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain,
3. Bila dipakai untuk keperluan emergency harus segera diganti,
4. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa, dan
5. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain
2. Mekanisme Pengelolaan Obat Emergency
 Obat emergensi tersedia di semua unit pelayanan pasien, disimpan dalam troli / kit
emergensi yang terpasang segel untuk menghindari obat hilang atau tidak tersedia
saat dibutuhkan.
 Obat emergensi segera dibuatkan resep dan diminta ke farmasi untuk penggantian,
cek ulang isi dan masa kadaluarsa obat emergensi dalamtroli /kit kemudian disegel.
 Obat emergensi diperiksa setiap 2 minggu sekali oleh petugas farmasi yang ditunjuk,
untuk diperiksa kembali isi dan masa kadaluarsa obat emergensi dalam troli / kit dan
juga keutuhan segel, agar obat emergensi selalu tersedia saat dibutuhkan.
3. Penyimpanan obat Emergency
Rumah sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergency untuk
kondisi kegawatdarutan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian. Obat emergency dapat diletakkan pada trolly atau box
khusus obat emergency, box tersebut memiliki kunci tersendiri.
K. Obat Sitostatika
Menurut PERMENKES NO 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi
Di Rumah Sakit meliputi 2 hal yaitu Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan Pelayanan farmasi klinik. Dispensing sediaan steril dan evaluasi
pengelolaan obat termasuk ke dalam pelayanan farmasi di rumah sakit. Dispensing
sediaan steril di Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus menggunakan teknik aseptic untuk
menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas medis dari paparan zat
berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Salah satu kegiatan
dispensing steril adalah penanganan sediaan sitostatika.
Obat sitostatika merupakan agen terapi untuk pengobatan kanker. Obat sitostatika
dikenal sangat toksis terhadap sel, terutama melalui aksinya pada reproduksi sel.
Kemampuan obat sitostatika untuk merusak dan membunuh sel-sel sangat penting dalam
pengobatan kanker, tetapi menimbulkan potensi resiko bagi Nakes yang menangani
sediaan sitostatika selama pekerjaan tersebut (Public Health and Clinical System,2012).
Petugas yang terlibat dalam penanganan sediaan sitostatika memiliki potensi terpapar
obat tersebut pada banyak titik selama Penyiapan, transportasi, distribusi, peneimaan,
penyimpanan, dan selama penanganan limbah serta pemeliharaan dan perbaikan
peralatan. Mengingat pengunaan sitostatika pada kemoterapi mempunyai potensi resiko
paparan yang tinggi, untuk melindungi tenaga medis yang bersangkutan maka harus
dilakukan sesuai standar dan pedoman yang mengacu pada PERMENKES NO 58 Tahun
2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan Buku Pedoman
Penanganan Sediaan Sitostatika serta Buku Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril
menurut Ditjen Bina kefarmasian dan Alat kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun
2009 untuk meminimalkan resiko
Menurut PERMENKES NO 72 Tahun 2016, Penanganan sediaan sitotoksik
mempunyai beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
 Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai
 Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet
 HEPA filter
 Alat Pelindung Diri (APD)
 SDM yang terlatih
 Cara pemberian obat kanker
Adapun mekanisme terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh adalah :
 Inhalasi: Terhirup pada saat rekonstitusi
 Absorpsi: Masuk dalam kulit jika tertumpah
 Ingesti: Kemungkinan masuk jika tertelan

L. Satelit Farmasi Rawat Intensif Care Unit (ICU)


Intensive Care Unit (ICU) merupakan salah satu unit di dalam Rumah Sakit yang
bertugas menangani pasien gawat akibat penyakit, trauma atau kombinasi lain. ICU lebih
berfokus dalam life support pada pasien dengan kondisi kritis yang membutuhkan
pemantauan dan penanganan yang lebih intensif. Pelayanan kesehatan kritis diberikan
kepada pasien yang sedang mengalami keadaan penyakit yang kritis selama masa
kedaruratan medis dan masa krisis. Pelayanan intensif adalah pelayanan spesialis untuk
pasien yang sedang mengalami keadaan yang mengancam jiwanya dan membutuhkan
pelayanan yang komprehensif dan pemantauan terus-menerus.
Intensive Cardiology Care Unit (ICCU) juga merupakan unit yang sama seperti
ICU yaitu menangani pasien dalam kondisi kritis yang secepatnya memerlukan
penanganan dan pemantauan khusus secara intensif. Perbedaan antara unit ICU dan ICCU
yaitu pada unit ICCU pasien yang dipantau dan ditangani merupakan pasien dengan
kondisi gawat akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
High Care Unit (HCU) merupakan unit intensif di rumah sakit yang menangani
pasien dengan kondisi hemodinamik, respirasi, dan kesadaran yang masih stabil tetapi
memerlukan perawatan dan observasi secara ketat sehingga belum bisa dirawat di ruang
rawat biasa.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Evaluasi Pengelοlaan οbat Hight Alert (HA), Look Alike Sound Alike (LASA) dan Obat
Emergency di Ruang ICU, ICCU, HCU & Kemoterapi RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo.
1. Evaluasi Pengelοlaan οbat Hight Alert (HA di Ruang ICU, ICCU, & HCU
Praktek kerja profesi Apoteker pada tanggal 12 – 18 Oktober 2019 dilakukan pada stase
ruangan Intesive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intesive Coronary Care Unit (ICCU)
dan kemoterapi. Kegiatan yang dilakukan berupa evaluasi pengelolaan penyimpanan serta
penandaan obat-obat diantaranya obat High Alert, obat Look a like sound a like (LASA) serta
obat-obat emergency di masing-masing ruangan. Pengelolaan obat high alert diatur dalam
standar prosedur operasional yang dikeluarkan oleh RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.
Penyimpanan obat high alert terpisah dengan obat lainnya seperti gοlοngan psiktrοpika dan
narkοtika dan disesuaikan dengan kestabilan masing-masing obat, οbat yang harus di simpan
dalam suhu dingin sudah terpisah dari οbat lainnya dan selalu dikunci agar dalam
penyimpanannya dapat terpantau dan selalu diperhatikan.
High Alert Medication merupakan obat dengan perhatian khusus karena memiliki resiko
tinggi dan memperburuk keadaan pasien apabila terdapat kesalahan pada pengobatan serta
berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Obat high alert
memerlukan perhatian khusus dalam proses penyusunan, persiapan, dispensing dan administrasi high
alert medication untuk meminimalisir penyalahgunaan obat. Obat high alert tergolong obat yang
berbahaya sehingga perlu penanganan dan penandaan khusus. Tanda obat High Alert sebagai berikut:

HIGH
ALERT

Gambar 1. Stiker obat High Alert


Setiap obat High Alert yang masuk dan diterima digudang farmasi sentral Rumah Sakit diberi
tanda “High Alert” pada kotak pembungkus (Box obat), sedangkan penandaan pada tiap sediaan obat
(ampul, vial atau obat oral) dilakukan dimasing-masing satelit farmasi sebelum obat diberikan
kepada pasien. Penandaan juga dilakukan pada kartu obat untuk mengingatkan petugas farmasi
bahwa obat yang akan dilakukan dispesing adalah obat High Alert. Obat-obat jenis High Alert
antara lain:
 Obat-obat sitostatika
 Obat Inotropika: dopamin, dobutamin, epineprin
 Obat anastesi dan sedasi
 Konsentrat elektrolit : KCL, NS 3%, kalsium, gluconate, dextrose 40%, MgSO4.
 Antikoagulan : Heparin IV, warfarin
 Insulin injeksi
 Obat LASA/ NORUM
Prosedur penyimpanan obat high alert dituliskan dalam prosedur operasional pengelolaan
obat high alert yang berisi tujuh prosedur antara lain :
1. Obat high alert disimpan secara terpisah dari obat lainnya dan disesuaikan dengan stabilitas
penyimpanan,
2. Terdapat tanda high alert pada keranjang dan lemari penyimpanan,
3. Tanda high alert pada kotak kemasan diluar harus berada disisi sebelah luar sehingga mudah
terlihat,
4. Bila perlu disimpan dalam lemari pendingin, maka usahakan dimasukkan dalam lemari
pendingin terpisah. Jika obat yang disimpan dalam lemari pendingin (kulkas) sedikit, maka
obat High alert dapat di simpan bersamaan dengan obat lain yang bukan High Alert,
5. Obat high alert yang berada di bangsal perawatan disimpan sesuai dengan stabilitas obat
dalam tempat terpisah dengan obat lain dan diberi tanda high alert
6. Obat high alert yang terdapat di bangsal perawatan hanya dapat diambil oleh petugas yang
berwenang.
Daftar obat High Alert ditempel didepan lemari penyimpanan dan penandannya dilakukan
dengan menempel stiker bertuliskan High Alert dengan latar dasar berwarna merah dan tulisan
berwarna putih dengan tulisan kapital pada masing-masing kemasan item obat, keranjang obat
dan lemari penyimpanan maupun kulkas. Setiap keranjang obat dilengkapi dengan kartu stellin
atau kartu stok dan telah diisi setiap keluar-masuk obat. Setiap ada resep masuk yang terdapat
οbat high alert
selalu dilakukan dοuble check ketika menyiapkan atau pun setelah melakukan
dispensing. Penyerahan οbat High Alert tersebut adalah apοteker yang berada di ruang
ICU/ICCU/HCU, kalaupun tidak terdapat apοteker dan membutuhkan οbat tersebut dengan
segera maka perawat atau petugas lain yang mengambil harus menulis dibuku bοn οbat dan
setelahnya segera melapοr kepada petugas farmasi.
Tabel 1. Daftar obat High Alert di satelit farmasi ICU

No Nama Obat Persyaratan S TS


Penyimpanan
1. AMIODARONE INJ 150 Suhu 16-25°C  -
mg
2. DEXTROSE 40% Suhu 16-25°C  -
3. DIGOKSIN TABLET Suhu 16-25°C  -
0,25 mg
4. DOBUTAMIN INJ 250 Suhu 16-25°C  -
mcg
5. DOPAMINE 200 mcg Suhu 16-25°C  -
6. EPINEFRIN 1 mg Suhu 16-25°C  -
7. FARGOXIN INJ 0,5 mg Suhu 16-25°C  -
8. FRESOFOL INJ Suhu 16-25°C  -
9. KALSIUM GLUKONAT Suhu 16-25°C  -
INJ
10. KCL 25 MEQ INJ Suhu 16-25°C  -
12. LIDOKAIN INJ 2% Suhu 16-25°C  -
13. MEYLON INJ Suhu 16-25°C  -
14. MgSO4 40% Suhu 16-25°C  -
15. NaCl 3% Suhu 16-25°C  -
16. N-EPI 4 mg INJ Suhu 16-25°C  -
Kulkas
1. OKSITOSIN INJ 10 Suhu 2-8°C  -
UNIT
2. ROCULAX 10 mg/ml Suhu 2-8°C  -
3. NOVORAPID Suhu 2-8°C  -
Tabel 2. Daftar obat High Alert di satelit farmasi HCU

No. Nama Obat Persyaratan S TS


Penyimpanan
1. ARIXTRA Di bawah 30ºC  -

2. DOBUTAMIN Di bawah 30ºC  -

3. FARGOXIN Di bawah 30ºC  -

4. DOPAMINE Di bawah 30ºC  -

5. DEXTROSA 40% Di bawah 30ºC  -

6. EPINEFRINE Di bawah 30ºC  -

7. INVICLOT Di bawah 30ºC  -

8. CALCIUM GLUCONAT Di bawah 30ºC  -

9. KCL Di bawah 30ºC  -

10. LIDOCAIN Di bawah 30ºC  -

11. NOREPINEFRIN Di bawah 30ºC  -

12. MGSO4 Di bawah 30ºC  -

13. NACL 3% Di bawah 30ºC  -

14. MIDAZOLAM Di bawah 30ºC  -

15. MEYLON Di bawah 30ºC  -

16. HERBESSER Di bawah 30ºC  -

17. DIGOXIN Di bawah 30ºC  -

Tabel 3. Daftar obat High Alert di kulkas satelit farmasi HCU

No. Nama Obat Persyaratan S TS


Penyimpanan
1. OKSITOSIN Suhu 2-8°C  -

2. NOVORAPID Suhu 2-8°C  -

Tabel 4. Obat obat High Alert di satelit farmasi ICCU
No Nama Obat Persyaratan S TS
Penyimpanan
1. AMIODARONE INJ 150 mg Suhu 16-25°C  -
2. DEXTROSE 40% Suhu 16-25°C  -
3. DIGOKSIN TABLET 0,25 mg Suhu 16-25°C 
4. DOBUTAMIN INJ 250 mcg Suhu 16-25°C  -
5. DOPAMINE 200 mcg Suhu 16-25°C  -
6. EPINEFRIN 1 mg Suhu 16-25°C  -
7. FARGOXIN INJ 0,5 mg Suhu 16-25°C  -
8. FRESOFOL INJ Suhu 16-25°C 
9. KALSIUM GLUKONAT INJ Suhu 16-25°C  -
10. KCL 25 MEQ INJ Suhu 16-25°C  -
12. LIDOKAIN INJ 2% Suhu 16-25°C  -
13. MEYLON INJ Suhu 16-25°C  -
14. MgSO4 40% Suhu 16-25°C  -
15. NaCl 3% Suhu 16-25°C  -
16. N-EPI 4 mg INJ Suhu 16-25°C 

2. Obat LASA/NΟRUM di satelit ICU, ICCU & HCU


Obat-obat LASA/NORUM disimpan pada tempat penyimpanan yang sama dengan obat
lain. Tetapi penyimpanan obat LASA/ NORUM dibedakan dengan diberikan jarak antara obat
LASA yang satu dengan obat LASA yang lainnya. Penulisan obat LASA dilakukan dengan
menggunakan metode tall-man lettering yaitu menggunakan huruf besar (kapital) sebagai
penekanan pada huruf yang berbeda, penebalan huruf, atau warna huruf berbeda pada pelabelan
nama obat, sebagai cοntοh cefOTAXime dengan cefTAZidime kedua οbat tersebut memiliki 3
huruf nama depan yang sama sehingga dalam penulisannya harus di bedakan dengan cara pada
bagian tengah nama οbat ditulis atau diketik dengan huruf kapital.
Jika terdapat nama obat yang sama tetapi kekuatan sediaan berbeda penyimpanan nya
tidak berurutan tetapi diberikan jarak, seperti contoh obat Captopril memiliki bentuk sediaan
CAPTOpril 12,5 mg dan CAPTOpril 25 mg. Hal ini sudah sesuai dengan standar prοsedur dan
aturan yang berlaku dilihat dari metοde penulisan atau pelabelan οbat dengan metode tall-man
lettering letak penyimpanan keranjang οbat yang diberi jarak dari οbat LASA/NΟRUM lainnya
sehingga mencegah terjadinya medicatiοn errοr. Tanda obat LASA sebagai berikut:
LASA
Gambar 2. Tanda obat LASA

Tabel 5. Obat Look alike sound alike (LASA) di Intensive Care Unit (ICU)
PASANGAN OBAT LASA
EPINEPHrine NORepinephrine ePHEDrine
DOBUTamine DOPamine -
Asam Traneksamat 50 mg/ml Asam Traneksamat 100 mg/ml -
KA-EN 3A KA-EN 4B -
CAPTOpril 25 mg CAPTOpril 12,5 mg -
KetoROLAC 1% KetoROLAC 3% 30 mg/ml -
Cefadroxil 250 mg Cefadroxil 500 mg -
cefTAZidime CeFAZolin 1 gr/vial (330 mg/ml) cefTRIAXone
Phytomenadione 2 mg/1 ml Phytomenadione 10 mg/1 ml -
MECObalamin 500μg/ml CYANOcobalamin 500 mcg/ml -
AMLOdipin 5 mg AMLOdipin 10 mg -

Tabel 6. Obat Look alike sound alike (LASA) di High Care Unit (HCU)
Ceftriaxone 1g inj Cefotaxim inj
Clindamisin 150mg Clindamisin 300mg
Cefadroxil 250mg Cefadroxil 500mg
Captopril 12,5mg Captopril 25 mg
Asam Tranexamat 250 mg Asam Tranexamat 500 mg
Amlodipine 5mg Amlodipine 10 mg
Amikasin 250mg inj Amikasin 500mg inj
Irbesartan 150mg Irbesartan 300mg
Ketorolac 1% Ketorolac 3%
Meropenem 0,5g Meropenem 1g
Methylprednisolon 4 mg Methylpred nisolon 8 mg
Piracetam 1g inj Piracetam 3g inj
Simvastatin 10mg Simvastatin 20mg
Spironolactone 25mg Spironolactone 100mg
Valsartan-NI 80 mg Valsartan –NI 160 mg
Asam TRANEXamat Asam MEFENamat
CefTAZidime CeFAZolin
dimenhyDRINATE diphenhydrAMINE
DOBUTamine DOPamine
EPINEPHrine NORepinephrine
KetoROLAC ketoPROFEN
NiCARdipine NIFEdipine
NovoRAPID NovoMIX
Tabel 7. Obat Look alike sound alike (LASA) di ICCU

PASANGAN OBAT LASA


Alprazolam 0,25 Alprazolam 0,5mg Alprazolam 1mg
Amlodipine 5mg Amlodipine 10 mg -
Captopril 12,5mg Captopril 25mg -
Cefadroxil 250mg Cefadroxil 500mg
Ceftriaxone 1g inj Cefotaxim inj Ceftazidime1g/vial
Codein 10mg Codein 20mg -
Irbesartan 150mg Irbesartan 300mg -
Ketorolac 1% Ketorolac 3%
Spironolactone 25mg Spironolactone 100mg -
CefTAZidime CeFAZolin cefTRIAXone
ClonazePAM cloNIDine cloZAPine
DOBUTamine DOPamine
KetoROLAC KetoPROFEN
LORazepam ALPRAZolam
PHENobarbital PENTobarbital
3. Emergency Trοlly di ruang ICU, ICCU & HCU
Obat emergency merupakan obat yang digunakan dalam kondisi kegawatan pasien yang
dapat mempengaruhi keselamatan pasien. RSUD Prοf Dr Margοnο Sοekarjο memiliki standar
prοsedur οperasiοnal mengenai pengelοlaannya serta daftar οbat dan alkes yang termasuk ke
dalam daftar οbat emergency. Tempat penyimpanan obat emergency berupa trolley rak yang
tediri dari beberapa laci yang memuat satu set perlengkapan obat maupun alkes yang dibutuhkan
ketika terjadi kondisi darurat dalam penanganan pasien. Rak penyimpanan dilengkapi dengan
kunci sekali pakai (kunci disposible) agar obat emergency lebih aman dan mengurangi resiko
kehilangan obat. Rak tersebut juga dilengkapi roda agar lebih fleksibel serta mudah dipindahkan
ke tempat yang dibutuhkan. Persediaan obat yang terdapat dalam kategori penyimpanan
emergency yakni berupa satu paket siap pakai yang harus selalu dikondisikan utuh sehingga
persediaan obat maupun alkes di dalam trolley tersebut harus selalu lengkap sesuai daftar obat
pasca penggunaan.
Pengelοlaan emergensi trolley di ruang ICU, ICCU, maupun HCU sudah cukup baik dimana
terlihat untuk mencegah terjadinya kehilangan οbat terdapat kunci khusus yang dipasang pada
emergensi trolley, kemudian selain itu terdapat juga lembar penggunaan οbat yang selalu
tersimpan diatas emergensi trolley untuk memantau penggunaan οbat/alkes yang keluar.
Tabel 8. Daftar obat dan alkes emergency

No Nama Obat Jml No Nama Alkes Jml

1 Epinefrin/ adrenalin Injeksi 5 7 Spuit 5 3

2 Deksametason Injeksi 5 8 Spuit 10 3

3 Metil Prednisolon injeksi 3 9 Infus Set 3

4 Efedrin Injeksi 5 10 Transfusi Set 3

5 Aminofilin Injeksi 5 11 Jarum Sayap No. 23 3

6 Atropin Sulfas Injeksi 5 12 Jarum Sayap No. 25 3

7 Difenhidramin Injeksi 5 13 Kanul Nasal Oksigen 3

8 Stesolid injeksi 10 mg 3 14 Sarung Tangan Steril 3

9 Lidokain Injeksi 3 15 Sarung Tangan Non Steril 3

10 Dekstrose 40% 5 16 Alkohol suap / kapas alcohol 1

11 Aquabides 3 17 Plester kecil 1

No Nama Alkes No Nama Cairan

1 1
IV Catheter 18 3 Kristaloid RL 3

2 IV Catheter 20 3 2 Kristaloid NaCl 0,9 3

3 IV Catheter 22 3 3 Koloid fimahes/voluvan 3

4 IV Catheter 24 3 4 Dekstose 5% 1

5 Spuit 1 3 5 Ambu Bag Dewasa 1

6 Spuit 3 3 6 Sungkup NRM dewasa/ anak 1/1

B. Evaluasi Pengelοlaan οbat High Alert (HA), Look Alike Sound Alike (LASA) di
Ruang Kemoterapi
Satelit farmasi kemoterapi merupakan salah satu bagian dari unit pelayanan di Rumah
sakit yang bertanggungjawab memberikan pelayanan obat-obatan sitostatika untuk pasien yang
menjalani kemoterapi. Lokasi depo farmasi kemoterapi berada di area barat RSMS di dekat
Bangsal Bougenville. Tenaga kefarmasian di depo farmasi kemoterapi sebanyak 5 orang yaitu
terdiri dari 3 orang Tenaga Teknis Kefarmasian dengan 1 orang sebagai Koordinator dan 2 orang
Apoteker. Kegiatan yang dilakukan di depo farmasi kemoterapi meliputi dispensing dan
penanganan (handling) obat sitotoksik secara aseptis yang terdiri dari:
1) Melakukan perhitungan dosis secara akurat
2) Melarutkan sediaan obat sitostatika dengan pelarut yang sesuai
3) Mencampur sediaan obat sitostatika sesuai dengan protokol pengobatan
4) Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku
Metode yang digunakan dalam penyimpanan obat didepo farmasi kemoterapi
menggunakan sistem kombinasi FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out).
Kondisi suhu penyimpanan obat di apotek kemoterapi terbagi menjadi dua suhu yaitu suhu
diruang penyimpanan (15-25oC) dan suhu diruang pendingin (2-8oC). Pemeriksaan suhu
dilakukan pengecekan berkelanjutan pada lembaran pemantauan suhu. Obat yang tersimpan di
suhu ruangan dan ruang pendingin sudah sesuai dengan sudah ditetapkan. Penyimpanan obat-
obat high alert sudah diletakan terpisah dan diberi label high alert dengan latar merah tulisan
putih, sedangkan obat-obat LASA diletakkan berjarak satu sama lain serta diberi label LASA
dengan latar putih dan tulisan merah sedangkan untuk penyimpanan obat-obat kemoterapi diberi
label sitotoksik bewarna ungu dan disimpan terpisah dari obat lain. Tujuan dari penandaan yaitu
untuk meminimalkan medication error yang dapat terjadi karena kesalahan pengambilan obat
maupun kurangnya ketelitian terhadap golongan obat-obat tersebut. Evaluasi penyimpanan Obat
High Alert dan LASA untuk obat sitostatika di kemoterapi, sudah memenuhi Standar Operasional
Prosedur (SOP).
Lingkungan kerja yang digunakan untuk mencampur obat sitostatika harus memenuhi
persyaratan ruang yang telah ditentukan agar menjaga orang-orang yang berada disekitar tempat
pencampuran. Area kerja juga menjadi hal yang penting dalam proses pencampuran karena akan
melindungi baik obat sitostatika yang sedang dan telah direkonstitusi, juga melindungi pekerja
yang kontak langsung. Area pencampuran obat sitostatika di RSMS dilakukan di dalam
Biological Safety Cabinet (BSC) dengan aliran udara vertikal dan tekanan udara didalam lebih
negatif, sehingga melindungi pekerja dari paparan sitostatika dan melindungi obat sitostatika dari
kontaminasi. Alur orang dan obat sitostatikaberbeda. Tempat keluar masuknya obat-obatan dan
alat kesehatan sebelum dan sesudah handling obat sitostatika dilakukan melalui pass box untuk
meminimalkan kontaminasi udara.
Obat kemoterapi yang termasuk kategori High Alert disimpan berdasarkan alfabetis dan
stabilitas suhu penyimpan obat dan terlindung dari sinar cahaya matahari langsung. Semua jenis
obat High Alert dan LASA injeksi semua sudah diberi label High Alert dan LASA, pada setiap
box penyimpanan obat diberi label CYTOTOXIC.

HIGH
ALERT
LASA

Gambar 3. Label High-Alert, LASA, dan Sitostatika


Untuk jenis cairan infus seperti Nacl 0,9% dan D5% disimpan sebagian diruang
penyiapan obat kemoterapi dengan catatan sudah diberi label CYTOTOXIC karena sudah
menyatu dengan penyimpanan obat-obat kemoterapi, hal ini untuk memudahkan pada saat
melakukan rekonstusi,dan penyimpanan untuk stok disimpan bersama dengan sediaan tablet,
yaitu disimpan diruang penyiapan obat biasa menyatu dengan ruang administrasi diluar ruang
handling sitostatika. Karena untuk jenis obat kemoterapi injeksi tenaga medis diharuskan
menggunakan APD seperti baju pelindung, masker, kaca mata, penutup kepala, sepatu dan
sarung tangan sendiri, untuk melindungi dari paparan obat kemoterapi, baik saat penyiapan obat
sebelum dan sesudah handling sitostatika. Baik sebelum dan sesudah penyiapan obat kemoterapi
petugas diwajibkan untuk menanggalkan APD yang digunakan tadi dan melakukan cuci tangan.
Gambar 4. Tempat Penyimpanan Obat High Alert

Tabel 9. HA, LASA/NORUM DI KEMOTERAPI


No Nama Obat Persyaratan S TS
Penyimpanan
Tablet
1. Asam Mefenamat 500 mg Suhu 16-25°C  -

2. Attapulgit 600 mg Suhu 16-25°C  -

3. Asam Traneksamat 500 mg Suhu 16-25°C  -

4. Amlodipin 10 mg Suhu 16-25°C  -

5. Betahistine Suhu 16-25°C  -

6. Candesartan 16 mg Suhu 16-25°C  -

7. Curcuma Suhu 16-25°C  -

8. Gabapentin 100 mg Suhu 16-25°C  -

9. Ketorolak 10 mg Suhu 16-25°C  -

10. Loratadin 10 mg Suhu 16-25°C  -

Injeksi Obat Pre Medikasi
1. Dexametasone inj 5 mg Suhu 16-25°C  -

2. Diphenhydramine inj10 mg Suhu 16-25°C  -

3. Furosemide inj 40 mg/2 mL Suhu 16-25°C  -
11. Mecobalamin 500 mg Suhu 16-25°C  -


4. Mecobalamine inj 500 mg/mL Suhu 16-25°C  -
12. Meloxicam 15 mg Suhu 16-25°C  -


5. Piridoxineinj 100 mg/mL Suhu 16-25°C  -
13. Metronidazole 500 mg Suhu 16-25°C  -


6. Ondansentron inj 4 mg/mL Suhu 16-25°C  -
13. Methyl Prednisolone 16 mg Suhu 16-25°C  -


7. Ranitidin inj 50 mg/mL Suhu 16-25°C  -
13. Meloxicam 15 mg Suhu 16-25°C  -


Obat Sitostatika Injeksi dan Serbuk
14. Omeprazole 20 mg Suhu 16-25°C  -
1. Gemcitabine 1 gr Suhu 16-25°C  -

15. Paracetamol 500 mg Suhu 16-25°C  -
2. Ifosfamide 1 gr Suhu 16-25°C  -

16. Prednison 5 mg Suhu 16-25°C  -
3. Irinotecan 40 mg Suhu 16-25°C  -

17. Ramipril 5 mg Suhu 16-25°C  -
4. Irinotecan 100 mg Suhu 16-25°C  -

18. Ranitidin 150 mg Suhu 16-25°C  -
5. Mesna 400 mg Suhu 16-25°C  -

20. Tablet Tambah Darah Suhu 16-25°C  -
6. Oxaliplatine 100 mg Suhu 16-25°C  -

21. Trifed tab Suhu 16-25°C  -
7. Paclitaxel 30 mg Suhu 16-25°C  -

22. Vitamin B Kompleks 50 mg Suhu 16-25°C  -
8. Methotrexate Suhu 16-25°C  -

23. Vitamin C 50 mg Suhu 16-25°C  -
9. Oxaliplatine 50 mg Suhu 16-25°C  -

10. Ibandronic 6 mg Suhu 16-25°C  -

11. Bleomycin 15 mg Suhu 16-25°C  -

12. Carboplatin 150 mg Suhu 16-25°C  -

13. Docetaxel 80 mg Suhu 16-25°C  -

14. Etoposide 100 mg Suhu 16-25°C  -

15. Cisplatin 10 mg Suhu 16-25°C  -

16. Carboplatin 450 mg Suhu 16-25°C  -

17. Cisplatin 50 mg Suhu 16-25°C  -

18. Cyclophosphamide 1000 mg Suhu 16-25°C  -

19. Fluorouracil 500 mg Suhu 16-25°C  -

20. Cyclophosphamide 200 mg Suhu 16-25°C  -

21. Docetaxel 20 mg Suhu 16-25°C  -

22. Gemcitabine 200 mg Suhu 16-25°C  -

Infus Dasar
1. Ecosol NaCl 500 mL Suhu 16-25°C  -

2. Ecosol G5% 500 mL Suhu 16-25°C  -

3. Ecosol G5% 100 mL Suhu 16-25°C  -

4. Piggy NS 100 mL Suhu 16-25°C 

No Nama Obat (Kulkas 1) Persyaratan S TS


Penyimpanan
1. Doxorubicin 10 mg Suhu 2-8°C  -

2. Doxorubicin 50 mg Suhu 2-8°C  -

3. Epirubicin 50 mg Suhu 2-8°C  -

4. Cetuximab 5 mg Suhu2-8°C  -

No. Nama Obat (Kulkas II) PersyaratanPenyimpa S TS


nan
1. Rituximab 500 mg Suhu 2-8°C  -

2. Bevacizumab 400 mg Suhu 2-8°C  -

3. Vincristine 2 mg Suhu 2-8°C  -

4. Herzemab 440 mg Suhu 2-8°C  -

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan pengamatan yang dilakukan di satelit farmasi ICU,
ICCU, HCU dan Kemoterapi dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendataan dan penandaan obat LASA sangat penting dalam mencegah terjadinya
medication error akibat kesalahan dalam pengamatan dan pengambilan obat.
2. Pengadaan obat High Alert rumah sakit Prof. dr Margono Soekarjo di satelit farmasi
ICU, ICCU, HCU dan Kemoterapi telah sesuai yaitu melakukan permintaan obat
dengan SP ke gudang farmasi RSMS karena RSMS menggunakan system distribusi
satu pintu.
3. Penyimpanan obat-obat high alert rumah sakit Prof. dr Margono Soekarjo di satelit
farmasi ICU, ICCU, HCU dan Kemoterapi telah sesuai dengan prosedur yaitu obat-
obatan high alert disimpan di dalam lemari terpisah dan diberi label “HIGH ALERT”.
4. Dispensing obat high alert disatelit farmasi ICU, ICCU, HCU dan Kemoterapi sudah
tepat karena obat high alert yang di letakkan diloker telah diberi label dan dikemas
dalam plastic klip berwarna merah, serta pada kartu permintaan obat pasien telah
diberikan cap HA.
5. Pengelolaan obat Hight Alert (HA), LASA/NORUM, Kemoterapi, dan troli
emergensi di ICU, HCU, ICCU dan Kemoterapi RSMS (Khusus di satelit
kemoterapi) sudah sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang berlaku
di Rumah Sakit Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

B. SARAN
Selalu memberikan stiker penanda obat-obatan HA/LASA baik di kotak obat
maupun masing-masing item obat sebelum didistribusikan, selalu memperbarui daftar
obat-obat HA/LASA pada masing-masing satelit ICU, HCU, ICCU dan kemoterapi dan
memperhatikan ketersediaan obat-obat emergency di dalam trolley. Perlu memperbaiki
pengelolaan obat high alert narkotika untuk meminimalisasi medication error dan untuk
meningkatkan patient safety.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Obat LASA, RSUD


Prof Dr Margono Soekarjo, Purwokerto
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika. 2009. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.DEPKES
RI
LAMPIRAN 1. SOP Pengelolaan Sitostatika
LAMPIRAN 2. SOP Pengelolaan High Alert
LAMPIRAN 3. SOP Pengelolaan Troli Emergensi
LAMPIRAN 4. SOP Pengelolaan LASA / NORUM
LAMPIRAN 5. OBAT HIGH ALERT & LASA DI SATELIT FARMASI ICU, ICCU, HCU
DAN KEMOTERAPI
LAMPIRAN 6. OBAT EMERGENCY TROLLEY DI SATELIT FARMASI ICU, ICCU,
HCU DAN KEMOTERAPI

Anda mungkin juga menyukai