Evaluasi Pengelolaan Obat High Alert (HAM), LASA & Elektrolit Kuat Di
Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive
Cardio Care Unit (ICCU) & Kemoterapi
Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Periode 1 Oktober – 30 November 2019
Disusun Oleh :
Kelompok 1
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................2
C. Manfaat............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive
Cardio Care Unit (ICCU) dan Kemoterapi.....................................................4
B. High Alert Medicine (HAM)...........................................................................4
C. Peresepan dan Instruksi Medis........................................................................5
D. Penyimpanan ..................................................................................................5
E. Pemberian Label..............................................................................................6
F. Penyiapan Obat High Alert...............................................................................6
G. Pemberian Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert)....................................8
H. Hal - Hal Yang Perlu Diperhatikan.................................................................9
I. Obat Look Alike Sound Alike (LASA)..............................................................9
J. Obat Emergency...............................................................................................12
K. Obat Sitostatika...............................................................................................12
L. Satelit Farmasi Rawat Intensif Care Unit (ICU) .............................................14
BAB III KEGIATAN MAHASISWA DAN PEMBAHASAN................................15
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................30
LAMPIRAN.............................................................................................................31
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. SPO Pengelolaan Sitostatika.............................................................33
Lampiran 5. Obat High Alert & LASA di satelit farmasi ICU, ICCU, HCU &
Kemoterapi........................................................................................38
Lampiran 6. Obat Emergency trolley di satelit farmasi ICU, ICCU, HCU &
Kemoterapi........................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik sesuai dengan
Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 yang merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit.
Dalam pelayanan kefarmasian terdapat beberapa permasalahan yang sering terjadi dalam
proses pemberian obat salah satunya yaitu terjadinya tipe kesalahan yang terus terulang. Sebagai
contoh adalah dimana seorang pasien mendapatkan pengobatan overdosis untuk golongan obat
yang memiliki indeks terapi sempit seperti digoksin ataupun theophiline sehingga pasien tersebut
keracunan atau bahkan meninggal. Contoh lain yaitu untuk asam mefenamat dan asam
traneksamat dimana kedua obat tersebut memiliki penyebutan yang hampir sama, apabila
seorang pasien yang sedang mengalami perdarahan dan membutuhkan asam traneksamat malah
diberikan asam mefenamat maka pasien tersebut tidak akan sembuh, bahkan dapat
membahayakan nyawa pasien tersebut.
Apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian berkewajiban untuk mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan kesehatan. Misi utama
Apoteker dalam hal keselamatan pasien adalah memastikan bahwa semua pasien mendapatkan
pengobatan yang optimal. Hal ini telah dikuatkan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan
bahwa kontribusi Apoteker dapat menurunkan medication errors. Salah satu yang menjadi fokus
Apoteker pada praktek pelayanan kefarmasian adalah obat-obat dengan kategori obat yang perlu
diwasapadai (High Alert Medication).
Dalam perkembangannya Rumah sakit melakukan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert). Obat yang perlu diwaspadai (High
Alert Medication) merupakan obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi
Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya
mirip atau (Look Alike Sound Alike). Berdasarkan MENKES RI No. 72 Tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit menyebutkan bahwa Kelompok obat high-alert
diantaranya adalah obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA); Elektrolit konsentrasi tinggi; dan
Obat-Obat sitostatika.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut yaitu
dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat
yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada dirumah sakit. Kebijakan dan atau prosedur
juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan, seperti di ICU, HCU, ICCU, dan
kemoterapi serta pemberian label secara benar pada obat High-Alert dan bagaimana
penyimpanan di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak
sengaja atau kurang hati-hati dalam pelayanan kefarmsian.
B. Tujuan
1. Mengetahui evaluasi pengelolaan obat High Alert (HA), Look Alike Sound Alike (LASA),
dan obat emergency di Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive
Coronary Care Unit (ICCU), dan Kemoterapi Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
2. Mendata obat-obat High Alert (HA), Look Alike Sound Alike (LASA), dan obat
emergency di Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive Coronary
Care Unit (ICCU), dan Kemoterapi Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
C. Manfaat
1. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker mampu mengetahui mengenai evaluasi
pengelolaan obat High Alert (HA), Look Alike Sound Alike (LASA), dan obat
emergency di Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive Coronary
Care Unit (ICCU), dan Kemoterapi Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
2. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker dapat mendata obat-obat High Alert (HA),
Look Alike Sound Alike (LASA), dan obat emergency di Intensive Care Unit (ICU),
High Care Unit (HCU), Intensive Coronary Care Unit (ICCU), dan Kemoterapi
Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intensive Cardio
Care Unit (ICCU) dan Kemoterapi
Satelit farmasi ICU, HCU, ICCU dan Kemoterapi merupakan bagian dari Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto (RSMS)
yang bertugas memberikan pelayanan kefarmasian yang membutuhkan pelayanan ketat
atau intensif. Struktur di pelayanan intensif terdiri dari 1 Apoteker penanggung jawab
untuk 3 Satelit farmasi serta Satelit kemoterapi dan masing-masing satelit farmasi
memiliki 1 orang apoteker koordinator. Pada satelit HCU terdapat 2 Tenaga
kefarmasian, sedangkan untuk Satelit kemoterapi terdapat 5 tenaga kefarmasian.
Jumlah tempat tidur pasien yang tersedia di ICU 16 tempat tidur, HCU 18 tempat tidur
terbagi atas HCU umum 12 tempat tidur dan HCU maternal 6 tempat tidur, dan ICCU 8
tempat tidur.
D. PENYIMPANAN
1. Lokasi Penyimpanan
Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada di logistik farmasi dan
pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi tinggi terdapat juga di unit
pelayanan, yaitu ICU, ICCU, HCU dan unit pelayanan tertentu sesuai kebijakan masing-
masing rumah sakit dalam jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai dengan kriteria
penyimpanan perbekalan farmasi, utamanya dengan memperhatikan jenis sediaan obat
(rak/kotak penyimpanan, lemari pendingin), sistem FIFO dan FEFO serta ditempatkan
sesuai ketentuan obat “High Alert”.
J. Obat Emergency
Obat emergency adalah obat yang dibutuhkan untuk mengatasi keadaan gawat
darurat atau resusitasi life support dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
Obat emergency diletakkan pada tempat yang mudah terjangkau, indikasi sesuai dengan
keadaan pasien saat itu dan harus 4T, 1W (Tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat
diagnostik dan waspada efek samping).
1. Pengelolaan obat Emergency
Pengelolaan obat emergency harus menjamin:
1. Jumah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergency yang telah ditetapkan,
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain,
3. Bila dipakai untuk keperluan emergency harus segera diganti,
4. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa, dan
5. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain
2. Mekanisme Pengelolaan Obat Emergency
Obat emergensi tersedia di semua unit pelayanan pasien, disimpan dalam troli / kit
emergensi yang terpasang segel untuk menghindari obat hilang atau tidak tersedia
saat dibutuhkan.
Obat emergensi segera dibuatkan resep dan diminta ke farmasi untuk penggantian,
cek ulang isi dan masa kadaluarsa obat emergensi dalamtroli /kit kemudian disegel.
Obat emergensi diperiksa setiap 2 minggu sekali oleh petugas farmasi yang ditunjuk,
untuk diperiksa kembali isi dan masa kadaluarsa obat emergensi dalam troli / kit dan
juga keutuhan segel, agar obat emergensi selalu tersedia saat dibutuhkan.
3. Penyimpanan obat Emergency
Rumah sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergency untuk
kondisi kegawatdarutan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian. Obat emergency dapat diletakkan pada trolly atau box
khusus obat emergency, box tersebut memiliki kunci tersendiri.
K. Obat Sitostatika
Menurut PERMENKES NO 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi
Di Rumah Sakit meliputi 2 hal yaitu Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan Pelayanan farmasi klinik. Dispensing sediaan steril dan evaluasi
pengelolaan obat termasuk ke dalam pelayanan farmasi di rumah sakit. Dispensing
sediaan steril di Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus menggunakan teknik aseptic untuk
menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas medis dari paparan zat
berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Salah satu kegiatan
dispensing steril adalah penanganan sediaan sitostatika.
Obat sitostatika merupakan agen terapi untuk pengobatan kanker. Obat sitostatika
dikenal sangat toksis terhadap sel, terutama melalui aksinya pada reproduksi sel.
Kemampuan obat sitostatika untuk merusak dan membunuh sel-sel sangat penting dalam
pengobatan kanker, tetapi menimbulkan potensi resiko bagi Nakes yang menangani
sediaan sitostatika selama pekerjaan tersebut (Public Health and Clinical System,2012).
Petugas yang terlibat dalam penanganan sediaan sitostatika memiliki potensi terpapar
obat tersebut pada banyak titik selama Penyiapan, transportasi, distribusi, peneimaan,
penyimpanan, dan selama penanganan limbah serta pemeliharaan dan perbaikan
peralatan. Mengingat pengunaan sitostatika pada kemoterapi mempunyai potensi resiko
paparan yang tinggi, untuk melindungi tenaga medis yang bersangkutan maka harus
dilakukan sesuai standar dan pedoman yang mengacu pada PERMENKES NO 58 Tahun
2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan Buku Pedoman
Penanganan Sediaan Sitostatika serta Buku Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril
menurut Ditjen Bina kefarmasian dan Alat kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun
2009 untuk meminimalkan resiko
Menurut PERMENKES NO 72 Tahun 2016, Penanganan sediaan sitotoksik
mempunyai beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai
Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet
HEPA filter
Alat Pelindung Diri (APD)
SDM yang terlatih
Cara pemberian obat kanker
Adapun mekanisme terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh adalah :
Inhalasi: Terhirup pada saat rekonstitusi
Absorpsi: Masuk dalam kulit jika tertumpah
Ingesti: Kemungkinan masuk jika tertelan
A. Evaluasi Pengelοlaan οbat Hight Alert (HA), Look Alike Sound Alike (LASA) dan Obat
Emergency di Ruang ICU, ICCU, HCU & Kemoterapi RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo.
1. Evaluasi Pengelοlaan οbat Hight Alert (HA di Ruang ICU, ICCU, & HCU
Praktek kerja profesi Apoteker pada tanggal 12 – 18 Oktober 2019 dilakukan pada stase
ruangan Intesive Care Unit (ICU), High Care Unit (HCU), Intesive Coronary Care Unit (ICCU)
dan kemoterapi. Kegiatan yang dilakukan berupa evaluasi pengelolaan penyimpanan serta
penandaan obat-obat diantaranya obat High Alert, obat Look a like sound a like (LASA) serta
obat-obat emergency di masing-masing ruangan. Pengelolaan obat high alert diatur dalam
standar prosedur operasional yang dikeluarkan oleh RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.
Penyimpanan obat high alert terpisah dengan obat lainnya seperti gοlοngan psiktrοpika dan
narkοtika dan disesuaikan dengan kestabilan masing-masing obat, οbat yang harus di simpan
dalam suhu dingin sudah terpisah dari οbat lainnya dan selalu dikunci agar dalam
penyimpanannya dapat terpantau dan selalu diperhatikan.
High Alert Medication merupakan obat dengan perhatian khusus karena memiliki resiko
tinggi dan memperburuk keadaan pasien apabila terdapat kesalahan pada pengobatan serta
berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Obat high alert
memerlukan perhatian khusus dalam proses penyusunan, persiapan, dispensing dan administrasi high
alert medication untuk meminimalisir penyalahgunaan obat. Obat high alert tergolong obat yang
berbahaya sehingga perlu penanganan dan penandaan khusus. Tanda obat High Alert sebagai berikut:
HIGH
ALERT
Tabel 5. Obat Look alike sound alike (LASA) di Intensive Care Unit (ICU)
PASANGAN OBAT LASA
EPINEPHrine NORepinephrine ePHEDrine
DOBUTamine DOPamine -
Asam Traneksamat 50 mg/ml Asam Traneksamat 100 mg/ml -
KA-EN 3A KA-EN 4B -
CAPTOpril 25 mg CAPTOpril 12,5 mg -
KetoROLAC 1% KetoROLAC 3% 30 mg/ml -
Cefadroxil 250 mg Cefadroxil 500 mg -
cefTAZidime CeFAZolin 1 gr/vial (330 mg/ml) cefTRIAXone
Phytomenadione 2 mg/1 ml Phytomenadione 10 mg/1 ml -
MECObalamin 500μg/ml CYANOcobalamin 500 mcg/ml -
AMLOdipin 5 mg AMLOdipin 10 mg -
Tabel 6. Obat Look alike sound alike (LASA) di High Care Unit (HCU)
Ceftriaxone 1g inj Cefotaxim inj
Clindamisin 150mg Clindamisin 300mg
Cefadroxil 250mg Cefadroxil 500mg
Captopril 12,5mg Captopril 25 mg
Asam Tranexamat 250 mg Asam Tranexamat 500 mg
Amlodipine 5mg Amlodipine 10 mg
Amikasin 250mg inj Amikasin 500mg inj
Irbesartan 150mg Irbesartan 300mg
Ketorolac 1% Ketorolac 3%
Meropenem 0,5g Meropenem 1g
Methylprednisolon 4 mg Methylpred nisolon 8 mg
Piracetam 1g inj Piracetam 3g inj
Simvastatin 10mg Simvastatin 20mg
Spironolactone 25mg Spironolactone 100mg
Valsartan-NI 80 mg Valsartan –NI 160 mg
Asam TRANEXamat Asam MEFENamat
CefTAZidime CeFAZolin
dimenhyDRINATE diphenhydrAMINE
DOBUTamine DOPamine
EPINEPHrine NORepinephrine
KetoROLAC ketoPROFEN
NiCARdipine NIFEdipine
NovoRAPID NovoMIX
Tabel 7. Obat Look alike sound alike (LASA) di ICCU
1 1
IV Catheter 18 3 Kristaloid RL 3
4 IV Catheter 24 3 4 Dekstose 5% 1
B. Evaluasi Pengelοlaan οbat High Alert (HA), Look Alike Sound Alike (LASA) di
Ruang Kemoterapi
Satelit farmasi kemoterapi merupakan salah satu bagian dari unit pelayanan di Rumah
sakit yang bertanggungjawab memberikan pelayanan obat-obatan sitostatika untuk pasien yang
menjalani kemoterapi. Lokasi depo farmasi kemoterapi berada di area barat RSMS di dekat
Bangsal Bougenville. Tenaga kefarmasian di depo farmasi kemoterapi sebanyak 5 orang yaitu
terdiri dari 3 orang Tenaga Teknis Kefarmasian dengan 1 orang sebagai Koordinator dan 2 orang
Apoteker. Kegiatan yang dilakukan di depo farmasi kemoterapi meliputi dispensing dan
penanganan (handling) obat sitotoksik secara aseptis yang terdiri dari:
1) Melakukan perhitungan dosis secara akurat
2) Melarutkan sediaan obat sitostatika dengan pelarut yang sesuai
3) Mencampur sediaan obat sitostatika sesuai dengan protokol pengobatan
4) Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku
Metode yang digunakan dalam penyimpanan obat didepo farmasi kemoterapi
menggunakan sistem kombinasi FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out).
Kondisi suhu penyimpanan obat di apotek kemoterapi terbagi menjadi dua suhu yaitu suhu
diruang penyimpanan (15-25oC) dan suhu diruang pendingin (2-8oC). Pemeriksaan suhu
dilakukan pengecekan berkelanjutan pada lembaran pemantauan suhu. Obat yang tersimpan di
suhu ruangan dan ruang pendingin sudah sesuai dengan sudah ditetapkan. Penyimpanan obat-
obat high alert sudah diletakan terpisah dan diberi label high alert dengan latar merah tulisan
putih, sedangkan obat-obat LASA diletakkan berjarak satu sama lain serta diberi label LASA
dengan latar putih dan tulisan merah sedangkan untuk penyimpanan obat-obat kemoterapi diberi
label sitotoksik bewarna ungu dan disimpan terpisah dari obat lain. Tujuan dari penandaan yaitu
untuk meminimalkan medication error yang dapat terjadi karena kesalahan pengambilan obat
maupun kurangnya ketelitian terhadap golongan obat-obat tersebut. Evaluasi penyimpanan Obat
High Alert dan LASA untuk obat sitostatika di kemoterapi, sudah memenuhi Standar Operasional
Prosedur (SOP).
Lingkungan kerja yang digunakan untuk mencampur obat sitostatika harus memenuhi
persyaratan ruang yang telah ditentukan agar menjaga orang-orang yang berada disekitar tempat
pencampuran. Area kerja juga menjadi hal yang penting dalam proses pencampuran karena akan
melindungi baik obat sitostatika yang sedang dan telah direkonstitusi, juga melindungi pekerja
yang kontak langsung. Area pencampuran obat sitostatika di RSMS dilakukan di dalam
Biological Safety Cabinet (BSC) dengan aliran udara vertikal dan tekanan udara didalam lebih
negatif, sehingga melindungi pekerja dari paparan sitostatika dan melindungi obat sitostatika dari
kontaminasi. Alur orang dan obat sitostatikaberbeda. Tempat keluar masuknya obat-obatan dan
alat kesehatan sebelum dan sesudah handling obat sitostatika dilakukan melalui pass box untuk
meminimalkan kontaminasi udara.
Obat kemoterapi yang termasuk kategori High Alert disimpan berdasarkan alfabetis dan
stabilitas suhu penyimpan obat dan terlindung dari sinar cahaya matahari langsung. Semua jenis
obat High Alert dan LASA injeksi semua sudah diberi label High Alert dan LASA, pada setiap
box penyimpanan obat diberi label CYTOTOXIC.
HIGH
ALERT
LASA
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan pengamatan yang dilakukan di satelit farmasi ICU,
ICCU, HCU dan Kemoterapi dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendataan dan penandaan obat LASA sangat penting dalam mencegah terjadinya
medication error akibat kesalahan dalam pengamatan dan pengambilan obat.
2. Pengadaan obat High Alert rumah sakit Prof. dr Margono Soekarjo di satelit farmasi
ICU, ICCU, HCU dan Kemoterapi telah sesuai yaitu melakukan permintaan obat
dengan SP ke gudang farmasi RSMS karena RSMS menggunakan system distribusi
satu pintu.
3. Penyimpanan obat-obat high alert rumah sakit Prof. dr Margono Soekarjo di satelit
farmasi ICU, ICCU, HCU dan Kemoterapi telah sesuai dengan prosedur yaitu obat-
obatan high alert disimpan di dalam lemari terpisah dan diberi label “HIGH ALERT”.
4. Dispensing obat high alert disatelit farmasi ICU, ICCU, HCU dan Kemoterapi sudah
tepat karena obat high alert yang di letakkan diloker telah diberi label dan dikemas
dalam plastic klip berwarna merah, serta pada kartu permintaan obat pasien telah
diberikan cap HA.
5. Pengelolaan obat Hight Alert (HA), LASA/NORUM, Kemoterapi, dan troli
emergensi di ICU, HCU, ICCU dan Kemoterapi RSMS (Khusus di satelit
kemoterapi) sudah sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang berlaku
di Rumah Sakit Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
B. SARAN
Selalu memberikan stiker penanda obat-obatan HA/LASA baik di kotak obat
maupun masing-masing item obat sebelum didistribusikan, selalu memperbarui daftar
obat-obat HA/LASA pada masing-masing satelit ICU, HCU, ICCU dan kemoterapi dan
memperhatikan ketersediaan obat-obat emergency di dalam trolley. Perlu memperbaiki
pengelolaan obat high alert narkotika untuk meminimalisasi medication error dan untuk
meningkatkan patient safety.
DAFTAR PUSTAKA