Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum

FARMASI KLINIK DASAR


“OBAT-OBAT HIGH ALERT/LASA”

OLEH

KELOMPOK : III (TIGA)


KELAS : E– DIII FARMASI 2019
ASISTEN : NUR AFWA ADAM

LABORATORIUM FARMASI KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
Lembar Pengesahan

FARMASI KLINIK DASAR


”OBAT-OBAT HIGH ALERT/LASA“

OLEH :

KELOMPOK : III (TIGA)

RISKIANTO DJARUMIA (821318010)


RIYA ARIYANI AKIB (821318088)
DHEA ANANDA KOBANDAHA (821319005)
FADHILA MAGFIRA THALIB (821319011)
NURAIN BASIHA (821318052)
NAIFA AINIYAH TAJABU (821319025)

NILAI
Gorontalo, Maret 2022
Mengetahui
Asisten

Nur Afwa Adam


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan banyak
nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan praktikum farmasi klinik dengan judul “Obat-Obat High
Alert/LASA”
Kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu atas
bantuannya dalam penyusunan laporan farmasi klinik percobaan “Pelayanan Informasi Obat “ ini.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan praktikum ini masih jauh dari
kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian.
Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami
khususnya, dan sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan
serta pengalaman.
Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, Maret 2022

Kelompok III
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Rumusan masalah..................................................................................
1.3 Tujuan Percobaan..................................................................................
BAB II TINJAUN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Teori Umum............................................................................................
2.2 Uraian bahan..........................................................................................
BAB III METODE KERJA..................................................................................
3.1 Lembar data .........................................................................................
3.2 Gambar ................................................................................................
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan.................................................................................
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................
5.1 Keimpulan.............................................................................................
5.2 Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan aspek manajemen rumah sakit yang penting.Tujuan
pengelolaan obat yang baik di rumah sakit adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat, dalam
jumlah yang cukup dan terjamin untuk mendukung pelayanan bermutu (Permenkes, 2016).Rumah sakit
sebagai instansi pelayanan kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien harus
mengutamakan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit (Kemenkes RI,
2009).
High alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan dampak
yang tidak diinginkan (adverse outcome) oleh karena itu rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan
obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya high-alert medications. Macam-macam obat high alert
antaralain Elektrolit konsentrat tinggi, Look Alike Sound Alike (LASA) dan Sitostatik / Obat kanker. (PMK
No 72, 2017). Instalasi Farmasi rumah sakit adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian meliputi Pe ngelolaan Alat Kesehatan, Bahan Medis Habis
Pakai (BHP), dan pengelolaan obat secara keseluruhan (Kemenkes, 2014)
Pengelolaan Obat adalah rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pemilihan obat,
pengadaan, distribusi, penyimpanan, penggunaan dan pengawasan. Salah satu bagian terpenting dari
pengelolaan obat adalah penyimpanan, tahap penyimpanan merupakan suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara mutu obat-obatan, menjaga kelangsungan persediaan,
memudahkan pencarian dan pengawasan, memberikan informasi kebutuhan obat yang akan datang,
serta mengurangi resiko kerusakan, kehilangan dan kesalahan pemberian obat (Medication Error)
(Kemenkes, 2014). Metode penyimpanan menurut Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan 2010
dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk sediaan danalfabetis dengan menerapkan
prinsip FEFO dan FEFO serta disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan.
Penyimpanan obat high alert yang masih belum sesuai dapat menimbulkan risiko kesalahan
distribusi obat ke pasien, kekeliruan dalam pengambilan obat high alert sehingga dapat membahayakan
keselamatan pasien (Saputera, 2019). Kesalahan dalam pemberian obat umumnya disebabkan
prosedur penyimpanan obat yang kurang tepat khususnya untuk obat Look Alike Sound Alike (LASA)
yaitu obat-obatan yang bentuk atau rupanya dan pengucapannya atau namanya mirip (Bayang, 2014).
Konsekuensi dari kesalahan pemberian
obat-obat ini dapat mengakibatkan cedera pasien yang signifikan dan tindakan pencegahan khusus
harus diterapkan (WHO, 2019).Cara yang paling efektif untuk menangani permasalahan kesalahan
pemberian obat yaitu dengan cara memperbaiki sistem penyimpanannya, dengan cara mengurangi atau
mengeliminsi kejadian tersebut dan meningkatkan proses penyimpanan obat-obat high alert dengan
cara memisahkan obat-obat high alert tersebut dengan obat lain agar tidak terjadi kesalahan saat
pengambilan obat. Pemberian penandaan khusus sangat penting untuk obat-obat yang high alert untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat (Departemen Kesehatan, 2016).
1.1 RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana pengelolahan obat high alert di rumah sakit?
2.Bagaimana cara penyimpanan obat higt alert di rumah sakit?
1.3 TUJUAN
1.Agar Mahasiswa dan Mahasiwi mengetahui pengelolahan obat high alert di rumah sakit dan di
puskesmas.
2.Agar Mahasiwa dan Mahasiwi mengetahui cara penyimpanan obat high alert dirumah sakit dan
dipuskesmas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Farmasi Klinik
Farmasi klinik merupakan suatu keahlian yang profesional dalam bidang kefarmasian yang bertujuan
untuk keamanan, kerasionalan dalam penggunaan terapi obat pasien (Rikomah, 2016). Menurut American
College of Clinical Pharmacy (ACCP), farmasi klinik adalah disiplin ilmu kesehatan di mana apoteker
memberikan perawatan pasien untuk mengoptimalkan terapi pengobatan dan meningkatkan taraf kesehatan
dan pencegahan penyakit. Pada masa sekarang terjadi peningkatan tuntutan masyarakat dalam hal kualitas
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Hal ini mendorong apoteker
agar memperluas paradigma mengenai pelayanan kefarmasian, yang awalnya berorientasi pada produk
(drug oriented) diperluas menjadi berorientasi pada pasien (patient oriented).
2.1.2 Obat High Alert
High alert merupakan obat yang harus diwaspadai karena berbaya jika terjadi suatu kesalahan
dalam pemberian yang beresiko tinggi penyebab Reaksi Obat Tidak Diinginkan (ROTD) (Candra, 2018).
Sedangkan resiko yang tinggi dari obat High-Alert ini dapat menyebabkan komplikasi, efek samping, atau
bahaya. Hal ini dikarenakan adanya dosisterapeutik dan keamanan yang sempit, sehingga menyebabkan
insiden yang tinggi untuk terjadi kesalahan (Septiani, 2019).
High alert medication (HAM) atau obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering
menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat/-obat yang terlihat mirip atau
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, Look Alike Sound Alike/LASA)
(Permenkes, 2011).
Hal- hal yang perlu diperhatikan dari obat-obat high alert ini antara lain: a. Perlunya penandaan obat
high alert berupa stiker “HIGH ALERT DOUBLE CHECK” untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau
infus tertentu seperti heparin dan insulin. b. Penandaan stiker “LASA” untuk obat yang termasuk kelompok
LASA; baik itu pada tempat penyimpanannya maupun apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan
pasien. c. Pentingnya memiliki daftar obat high alert pada setiap depo farmasi, ruang rawat, dan poliklinik. d.
Kewajiban bagi setiap tenaga kesehatan untuk mengetahui cara penanganan khusus untuk obat high alert.
e. Penyimpanan obat high alert diletakkan pada tempat yang terpisah dengan akses yang terbatas. f.
Perlunya dilakukan pengecekan obat dengan 2 orang perugas yang berbeda. g. Jangan pernah menyimpan
obat dengan kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa pengawasan. Pada tahun 1955, ISMP
melakukan survei diberbagai rumah sakit dengan total rumah sakit lebih dari 150 rumah sakit. Survei ini
bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis obat-obat yang menyebabkan bahaya serius dan kematian.
Dari hasil studi ditemukan 6 obat high alert yang 22 sangat beresiko, antara lain insulin, heparin, opioid,
kalium klorida injeksi atau kalium fosfat konsentrat, neuromuskular blocking agent, dan obat kemoterapi
(Cohen, 2007).
2.1.2 Penyimpanan Obat
Penyimpanan Obat Penyimpanan obat adalah suatu cara pemeliharaan perbekalan farmasi,
sehingga aman dari kerusakan fisik serta pencurian yang dapat mengakibatkan kerusakan kualitas obat.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas serta keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis sesuai dengan persyaratan. Persyaratan kefarmasian meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan (Menkes RI, 2016).
Tujuan Penyimpanan Obat Penyimpanan obat mempunyai tujuan untuk menjaga mutu dan
kestabilan suatu sediaan farmasi, menjaga keamanan, ketersediaan, dan menghindari penggunaan obat
yang tidak bertanggung jawab. Menurut Permenkes RI No. 72 Tahun 2016, untuk mencapai tujuan
penyimpanan obat tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang jelas terbaca
meliputi nama, tanggal kemasan dibuka, tanggal kadaluarsa serta peringatan khusus.
2. Elektrolit konsentrasi tinggi disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman,
harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restriched) untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati- hati.
3. Sediaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang di bawa oleh pasien harus
disimpan secara khusus dan dapat diindentifikasi.
4. Tempat penyimpanan obat tidak digunakan untuk menyimpan barang lain yang dapat menyebabkan
kontaminasi (Menkes RI, 2016)
Penyimpanan obat High Alert Menurut SNARS (2017)
Keamanan obat yang harus diwaspadai (High Alert Medication) dapat ditingkatkan dengan cara rumah sakit
menetapkan risiko spesifik dari setiap obat dengan tetap memperhatikan aspek peresepan, menyimpan,
menyiapkan, mencatat, menggunakan, serta monitoringnya. Obat High Alert harus disimpan di Instalasi
Farmasi/Unit/Depo. Apabila rumah sakit ingin menyimpan diluar lokasi tersebut, disarankan disimpan di
depo farmasi yang berada dibawah tanggung jawab apoteker (SNARS,2017) Rumah Sakit membuat daftar
semua obat High Alert dengan menggunakan informasi atau data yang terkait penggunaan obat di dalam
rumah sakit, data tetang kejadian yang tidak diharapkan (adverse event) atau kejadian nyaris cedera (near
miss) termasuk risiko terjadi salah pengertian tentang NORUM.Informasi dari kepustakaan seperti dari
Institute for Safe Health Medication Practices (ISMP), Kementrian Kesehatan, dan lainnya. Obat – obat ini
dikelola sedemikian rupa untuk menghindari kekurang hati – hatian dalam menyimpan, menata, dan
menggunakannya termasuk administrasinya, contoh dengan memberi label atau petunjuk tentang cara
menggunakan obat dengan benar pada obat – obat High Alert
Menurut Standart Praktik Apoteker Indonesia Tahun 2013 (IAI,2013) terdapat Standart Prosedur
Operasional (SPO) dalam melaksanakan kegiatan penyimpanan obat yang perlu diperhatikan secara
khusus (High Alert Medication) yaitu sebagai berikut :
1) Obat – obat Narkotik dan Psikotropika.
a) Penyimpanan obat-obat narkotika dan psikotropika di dalam almari khusus terkunci dan kunci
dipegang oleh seorang penanggung jawab.Petugas memeriksa nama dan komposisi obat yang akan
diberi label High Alert.
b) Terdapat kartu stock di dalam almari untuk memantau jumlah pemasukan dan pengeluaran obat.
2) Obat – obat Kemoterapi
a) Penyimpanan obat-obat kemoterapidi dalam almari terkunci sesuai dengan sifat obat.
b) Kartu stock digunakan untuk memantau jumlah pemasukan dan pengeluaran obat.
3) Obat-obat keras atau obat parenteral.
a) Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan kestabilan jenis masing - masing obat, disesuaikan
dengan suhu penyimpanan apakah pada suhu kamar atau lemari pendingin.
b) Kartu stock digunakan untuk memantau jumlah pemasukan dan pengeluaran obat.
4) Obat Elektrolit Konsentrat.
a) Obat-obat yang sering digunakan dalam keadaan darurat karena berkaitan dengan keselamatan
pasien, misalnya natrium Klorida lebih pekat dari 0,9%, Magnesium Sulfat 20% dan 40% dan
Natrium Bikarbonat.
b) Obat elektrolit konsentrat disimpan dan diberi label yang jelas dengan menggunakan huruf balok
dengan warna yang menyolok.
c) Penyimpanan obat elektrolit konsentrat pada unit pelayanan harus diberi label yang jelas dan tempat
penyimpanan terpisah dari obat-obat lain.
5) Look Alike Sound Alike (LASA)
a) Mencegah bunyi nama obat yang kedengarannya sama tetapi berbeda dalam penggunaannya.
b) Tempat penyimpanan obat -obatan yang terlihat mirip kemasannya dan konsetrasinya berbeda tidak
boleh diletakkan di dalam satu rak dan label masing-masing obat dan konsentrasi dengan huruf
balok yang menyolok.
Faktor risiko obat High Alert Medication Faktor risiko obat High Alert Medication adalah farktor
penentu yang menentukan berapa besar kemungkinan obat tersebut menimbulkan bahaya. Faktor risiko
dari obat High Alert yang memiliki nama dan pengucapan sama. Oleh karena itu staff rumah sakit dianjurkan
untuk mencegah risiko tersebut dengan cara :
1) Menempatkan obat golongan yang termasuk golongan Look Alike secara alfabetis harus
dijeda dengan obat lain.
2) Terdapat daftar obat yang termasuk golongan Look Alike Sound Alike.
3) Tanda khusus berupa stiker berwarna untuk obat golongan Look Alike Sound Alike yang
mengingatkan petugas pada saat pengambilan obat (Safitri, Zazuli, dan Dentiarianti,2016).
BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 LAMPIRAN OBAT HIGH ALERT /LASA


3.1.1 LASA
1) LASA Sama Penyebutan
NO Nama Obat

1 Lansoprazole Omeprazole
2 Natrium Diklofenak Kalium Diklofenak
3 Loratadin Cimetidin
4 Asam Mefenamat Asam Tranexamat
5 Ketoroloc Ketoprofen

2) LASA Sama Kemasan


NO Nama Obat

1 Paracetamol syr Antasida Doen Suspensi


2 Loratidin Tab Guaifenesin Tab
3 Ceftriaxone Cefotaxime
4 Mefinal 500 mg Erysanbe 500 mg
5 Amoxan dry syr Cefat dry syr

3) LASA Kekuatan sediaan yang berbeda


NO Nama Obat

1 Acyclovir 200 mg Acyclovir 400 mg


2 Captopril 12,5 mg Captopril 25 mg
3 Amlodipin 5 mg Amlodipin 10 mg
4 Ibupofen 200 mg Ibuprofen 400 mg
5 Simvastatin 10 mg Simvastatin 20 mg

3.1.2 PENANGAN OBAT HIGH ALERT


No Nama Obat Penulisan Tall Stiker LASA*
Man*
1 Metronidazole METROnidazole LABEL LASA merah
2 Tramadol TraMADol High Alert merah
3 Digoxin DIGOXIN Label LASA merah
4 Acyclovir ACYCLOvir Label LASA merah
5 Ephedrine epheDRINE High Alert merah

3.1.3 DAFTAR LARUTAN KONSENTRASI TINGGI


No Nama Larutan Konsentrasi Tinggi

1 Sodium Klorida
2 Otsu-Kcl 7,4 %
3 Otsu-D4o
4 Otsu-MgS04 40%
5 Terastarch

3.2 Gambar

Lemari penyimpanan obat


hight alert

Anda mungkin juga menyukai