Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum

PENGEMBANGAN OBAT HERBAL


“LINIMENTUM ATAU MINYAK GOSOK”

OLEH:
KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : B-S1 FARMASI 2022
ASISTEN : RAHMATIYA IMRAN TULULI

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Lembar Pengesahan

PENGEMBANGAN OBAT HERBAL


“LINIMENTUM ATAU MINYAK GOSOK”

OLEH :
KELOMPOK I (SATU)
KELAS B-S1 FARMASI 2022

1. MOH. ABDUL GHALI SAPUTRA (821422052)


2. NI WAYAN SELVIANI (821422026)
3. NUR FITRAH RAMDAWATI DAUD (821422033)
4. NUR FADILAH LAURINA (821422039)
5. YUKRANIA BASRI (821422045)

Gorontalo, Mei 2023 NILAI


Mengetahui
Asisten

RAHMATIYA IMRAN TULULI


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kepada sang maha kuasa, karena atas rahmat dan
berkatnya kita dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Laporan praktikum
Pengembangan Obat Herbal, percobaan “Linimentum atau Minyak Gosok” ini
disusun untuk melengkapi tugas perkuliahan dan menambah wawasan kami
sebagai mahasiswa.
Dalam penulisan laporan ini tentunya kami tidak terlepas dari kesulitan dan
masalah lain dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak
maka kesulitan dan masalah tersebut dapat teratasi terutama dengan bantuan kakak
kakak Asisten laboratorium. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang turut membantu kami
menyelesaikan laporan praktikum ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan maka dari itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan
laporan praktikum ini dan semoga akan bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Mei 2023

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktitkum.................................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Dasar Teori ................................................................................................ 3
2.2 Uraian Tanaman ........................................................................................ 9
2.3 Uraian Bahan............................................................................................. 12
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 13
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 13
3.3 Prosedur Kerja........................................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 14
4.1 Hasil .......................................................................................................... 14
4.2 Formula ..................................................................................................... 14
4.3 Perhitungan Bahan .................................................................................... 14
4.4 Evaluasi ..................................................................................................... 15
4.5 Pembahasan ............................................................................................... 17
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 20
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 20
5.2 Saran.......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan hayati yang cukup
besar yang dapat dikembangkan untuk obat tradisional yang merupakan bahan
atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman di farmasi.
Farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara membuat, meracik,
memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi, serta menganalisis obat-obatan
dan pengobatannya, termasuk juga sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaanya yang aman tidak hanya mempelajari obat-obat modern di farmasi
juga mempelajari ramuan tradisonal
Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestarikan
dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk
meningkatkan perekonomian rakyat. Produksi, dan penggunaan obat tradisional di
Indonesia memperlihatkan kecendrungan terus meningkat, baik jenis maupun
volumenya. Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan usaha di bidang
obat tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman obat, usaha industri obat
tradisional, penjajah dan penyeduh obat tradisional atau jamu, serta pembuatan
obat kumur dan obat gosok dari bahan tradisional.
Nyamuk adalah serangga kecil yang termasuk dalam keluarga Culicidae.
Betina nyamuk dikenal karena menghisap darah untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dalam siklus hidupnya. Nyamuk sering menjadi vektor penyakit seperti
malaria, demam berdarah, zika, dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui
gigitannya. Mereka memiliki sepasang sayap, probosis panjang untuk menghisap
darah atau makanan lainnya, dan siklus hidup yang meliputi telur, larva, pupa, dan
dewasa. Nyamuk juga merupakan bagian penting dari rantai makanan dan
ekosistem alami.
Banyak hal yang bisa kita gunakan untuk menghindari dari gigitan nyamuk,
antara lain, menggunakan pakaian yang panjang, menggunakan kelambu saat akan
tidur, menggunakan anti nyamuk elektrik dan obat nyamuk bakar, menggunakan
lotion bahkan obat gosok pun sakarang bisa dijadikan sebagai anti nyamuk.
Obat gosok adalah jenis obat yang biasanya berbentuk gel atau salep yang
digosokkan langsung ke kulit. Obat gosok biasanya mengandung bahan-bahan
aktif seperti mentol, kamfer, minyak kayu putih, atau eukaliptus yang
memberikan sensasi dingin atau hangat pada kulit. Beberapa obat gosok juga
dapat mengandung bahan anti-inflamasi atau analgesik yang membantu
mengurangi nyeri atau peradangan pada area yang digosok serta banyak juga obat
gosok yang mengandung kombinasi antara anti gigitan nyamuk dan dapat
menjaga kesehatan kulit.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui apakah sediaan obat gosok dari bahan tradisional dengan
konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat sediaan obat gosok.
2. Untuk mengetahui sediaan obat gosok meliputi organoleptik, pH,
homogenitas, volume terpindahkan, viskositas, dan kesukaan panelis.
1.3 Manfaat Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui sediaan obat gosok dari bahan tradisional
dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat sediaan obat
gosok
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui sediaan obat gosok meliputi organoleptik,
pH, homogenitas, volume terpindahkan, viskositas, dan kesukaan panelis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Latar Belakang
2.1.1 Pengertian Obat
Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badania dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia. Besarnya efektifitas obat tergantung pada biosis dan kepekaan organ
tubuh. Setiap orang berbeda kepekaan dan kebutuhan biosis obatnnya. Tetapi
secara umum dapat dikelompokan, yaitu dosis bayi, anak-anak, dewasa dan orang
tua (Djas, dalam kasibu, 2017).
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Adapun bahan
obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan
dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi
(Kemenkes RI, 2013).
2.1.2 Pengertian Obat Tradisional
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun
temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau
kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.
Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi
kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup gencar dilakukan karena lebih
mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya (Parwata,
2016).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan
bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan
Pendaftaran Obat Tradisional (I Made, 2016)
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahan -bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan sebagai
pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional tersedia dalam berbagai
bentuk, baik dalam sediaan siap minum ataupun ditempelkan pada permukaan
kulit (Mulyani dkk., 2016).
2.1.3 Pengertian Linimentum atau Minyak Gosok
Linimentum umumnya adalah sediaan cair atau kental, mengandung
analgetikum dan zat yang mempunyai sifat rubefaslen, melemaskan otot atau
menghangatkan; digunakan sebagai obat luar. Linimentum analgetik dan
linimentum yang melemaskan otot digunakan dengan cara mengoleskan pada
kulit menggunakan kain flanel panas atau bahan lain yang cocok; linimentum
yang menghangatkan digunakan pada kulit dengan cara mengoleskan sambil
memijat dan mengurut (Anief Moh, 2017).
Linimentum merupakan salah satu sediaan obat untuk pemakaian pada
kulit yang dapat berupa larutan alkohol atau berlemak atau emulsi yang terdiri-
dari macam-macam bahan obat yang penggunaannya biasanya digosokkan pada
kulit. Linimentum dengan pembawa alkohol atau hidroalkohol berguna dalam hal
rubefasien, menghasilkan sakit atau kerja penetrasi yang ringan, linimentum
berlemak umumnya digunakan untuk mengurut/memijit. Linimentum berlemak
kurang menimbulkan iritasi pada kulit dibandingkan linimentum beralkohol.
Linimentum tidak umum digunakan pada kulit yang pecah ataui lecet karena
dapat menimbulkan iritasi yang berlebihan. Oleh karena itu pembawa linimen
harus dipilih berdasarkan kerja yang diinginkan (rubefacien, menghilangkan
iritasi atau hanya untuk pijat) dan juga berdasarkan kemampuan melarutnya
komponen-komponen yang diinginkan dalam berbagai macam pelarut
(Sukardiman, dkk. 2020).
Linimentum adalah sediaan cair atau kental yang mengandung
analgetikum dan zat yang mempunyai sifat rubefacient, melemaskan otot atau
menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar. Linimentum analgetik dan yang
melemaskan otot digunakan dengan cara mengoleskan pada kulit dengan kain
flanel panas sedangkan linimentum yang menghangatkan digunakan pada kulit
dengan cara mengoleskan sambil memijat dan mengurut (Sudibyo, 2018).
2.1.4 Komponen Sediaan Linimentum
Menurut Marwoto (2013), komponen dari sediaan linimentum ada 5,
diantaranya sebagai berikut:
a. Zat Aktif
Zat aktif Merupakan bahan obat utama yang memberikan efek terapeutik
pada kulit. Contohnya adalah bahan antiinflamasi, analgesik, atau zat aktif
lainnya yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit, peradangan, atau
gejala tertentu.
b. Basis atau Bahan Penyusun
Basis Merupakan komponen lain yang membentuk basis atau medium
linimentum. Basis dapat berupa minyak, alkohol, lemak, atau kombinasi
dari beberapa bahan ini. Basis berfungsi sebagai penghantar bahan aktif ke
dalam kulit dan mempermudah aplikasi linimentum.
c. Bahan Penambah
Bahan-bahan ini ditambahkan untuk memberikan tekstur, aroma, atau efek
pendinginan atau pemanasan pada linimentum. Contoh bahan penambah
seperti minyak esensial, mentol, kamfer, dan sejenisnya.
d. Pengemulsi
Jika linimentum terdiri dari fase air dan fase minyak yang tidak larut satu
sama lain, pengemulsi digunakan untuk mencampurkan keduanya.
Pengemulsi membantu menghasilkan linimentum yang stabil dan
homogen.
e. Pengawet
Linimentum juga dapat mengandung bahan pengawet untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan memperpanjang
umur simpan produk.
2.1.5 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Linimentum
Menurut Suhardi (2010), sediaan linimentum memiliki beberapa kelebihan
dan kekurangan, diantaranya sebagai berikut:
1. Kelebihan Linimentum
a. Linimentum dioleskan secara langsung pada area yang membutuhkan
perawatan. Ini memungkinkan pengiriman bahan aktif secara langsung ke
kulit atau jaringan di bawahnya.
b. Karena teksturnya yang cair atau semigel, linimentum cenderung memiliki
kemampuan penetrasi yang baik ke dalam kulit. Ini dapat membantu bahan
aktif mencapai area yang lebih dalam dan memberikan efek terapeutik.
c. Linimentum umumnya digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
peradangan, atau gejala lokal lainnya. Dengan penggunaan topikal, efek
terapi dapat ditargetkan secara langsung pada area yang terpengaruh tanpa
mempengaruhi seluruh tubuh.
d. Linimentum umumnya dikemas dalam botol atau wadah yang mudah
diaplikasikan dan diaplikasikan dengan cara mengoleskan pada kulit. Ini
membuatnya mudah digunakan sendiri atau oleh orang lain tanpa bantuan
khusus.
2. Kerugian Linimentum
a. Beberapa jenis linimentum mengandung bahan berbasis minyak atau
lemak, yang dapat meninggalkan residu atau noda pada pakaian atau
permukaan lainnya. Ini bisa menjadi masalah estetika atau menyebabkan
kerusakan pada kain.
b. Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi atau iritasi kulit
terhadap bahan-bahan tertentu yang terdapat dalam linimentum. Oleh
karena itu, penting untuk melakukan tes kepekaan atau berkonsultasi
dengan profesional kesehatan sebelum menggunakan linimentum.
c. Linimentum dapat berinteraksi dengan produk lain yang diterapkan pada
kulit secara bersamaan. Ini dapat mempengaruhi efektivitas obat atau
menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
d. Meskipun linimentum dapat memberikan manfaat pada banyak kondisi
kulit atau muskuloskeletal, tidak semua kondisi dapat diatasi dengan
sediaan ini. Untuk beberapa kondisi yang lebih serius atau kompleks,
mungkin diperlukan perawatan medis yang lebih lanjut.
2.1.6 Syarat-Syarat Sediaan Linimentum
Menurut Yunita (2015), syarat-syarat yang harus dipenuhi ialah sebagai berikut:
1. Linimentum harus mengandung bahan aktif farmasi yang sesuai dengan
tujuan terapi yang diinginkan. Bahan aktif ini harus diketahui dosisnya dan
diizinkan untuk digunakan pada sediaan topikal oleh otoritas regulasi yang
berlaku.
2. Linimentum harus memiliki basis atau medium yang sesuai untuk
mengantarkan bahan aktif ke kulit. Basis yang umum digunakan meliputi
minyak, alkohol, lemak, atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Basis
harus stabil dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
3. Linimentum harus stabil dan memiliki umur simpan yang memadai. Ini
melibatkan pemilihan bahan yang sesuai, formulasi yang tepat,
penggunaan bahan pengawet (jika diperlukan), dan penyimpanan yang
tepat.
4. Proses produksi linimentum harus dilakukan dengan standar kebersihan
yang tinggi untuk mencegah kontaminasi mikroba. Jika linimentum akan
digunakan pada luka terbuka atau kulit yang rusak, sterilisasi mungkin
diperlukan.
5. Linimentum harus dikemas dalam wadah atau botol yang sesuai dan
higienis. Kemasan harus melindungi produk dari kontaminasi, cahaya,
suhu ekstrem, dan kelembaban.
6. Setiap kemasan linimentum harus memiliki label yang jelas dan
informatif. Label harus mencantumkan nama produk, bahan aktif, dosis,
instruksi penggunaan, peringatan, tanggal kadaluwarsa, dan produsen yang
bertanggung jawab.
7. Sediaan linimentum harus aman dan efektif dalam memberikan efek
terapeutik yang diinginkan. Penelitian dan pengujian yang sesuai harus
dilakukan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya sebelum
dikomersialkan.
2.1.7 Komposisi Sediaan Linimentum
Menurut Purmanasari (2016), komposisi dari linimentum ada beberapa
yaitu sebagai berikut:
1. Bahan Aktif:
Bahan aktif adalah komponen utama yang memberikan efek terapeutik
pada linimentum. Bahan aktif dapat berupa bahan obat seperti analgesik,
antiinflamasi, antiseptik, atau bahan aktif lainnya yang sesuai dengan
tujuan penggunaan linimentum tersebut.
2. Basis atau Medium
Basis digunakan sebagai penghantar bagi bahan aktif ke dalam kulit. Basis
yang umum digunakan dalam linimentum termasuk minyak, alkohol,
lemak, atau kombinasi dari beberapa bahan ini. Pemilihan basis tergantung
pada kecocokan dengan bahan aktif, penetrasi yang diinginkan, dan
karakteristik sediaan yang diinginkan.
3. Bahan Penambah
Bahan-bahan ini ditambahkan ke linimentum untuk memberikan tekstur,
aroma, atau efek pendinginan atau pemanasan. Contoh bahan penambah
termasuk minyak esensial, mentol, kamfer, atau zat-zat lain yang
memberikan sensasi tertentu pada kulit.
4. Emulgator
Jika linimentum terdiri dari fase air dan fase minyak yang tidak larut satu
sama lain, emulgator digunakan untuk mencampurkan keduanya agar tetap
homogen. Emulgator membantu menjaga stabilitas sediaan linimentum.
5. Bahan Pengawet
Linimentum yang mengandung air atau bahan-bahan yang rentan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme mungkin memerlukan bahan pengawet
untuk mencegah kontaminasi dan menjaga kestabilan produk. Bahan
pengawet yang umum digunakan termasuk paraben, benzalkonium
klorida, atau bahan pengawet alami lainnya.
6. Bahan Tambahan Lainnya
Selain komponen utama di atas, sediaan linimentum juga dapat
mengandung bahan tambahan lainnya seperti penguat tekstur, agen
pelarut, zat pewarna, atau bahan-bahan lain yang sesuai dengan formulasi
dan tujuan penggunaan linimentum.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
a. Klasifikasi Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
(Sumadi, 2010).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae Gambar 2.1
Genus : Hibiscus Bunga Kembang Sepatu
Spesies : Hibiscus rosa-sinensis (Hibicus rosa sinensis)
b. Morfologi Bunga Kembang Sepatu
Kembang sepatu adalah tumbuhan asli daerah tropis di dataran Asia,
kemudian tanaman ini menyebar di berbagai negara sampai ke Eropa. Kembang
sepatu termasuk tanaman perdu dengan ketinggian antara 4–8 m. Memiliki batang
yang berstruktur keras, serta bercabang banyak. Cukup dalam dan kuat
perakarannya sehingga batang tumbuh tegak dan kokoh (Mahyuni, 2017).
Kembang sepatu berbunga tunggal yang keluar dari ketiak daun, 1–4 cm
panjang tangkai bunganya, serta menjurai dengan lima mahkota yang tersusun
berbentuk terompet atau lonceng. Helaian mahkota bunga tunggal atau ganda,
Memiliki warna bunga yang bervariasi, seperti putih, merah muda, kuning, jingga
dan kombinasi warna–warna tersebut. Pembungaan berlangsung sepanjang tahun,
bunga hanya bertahan mekar 1–2 hari. Bunga tersusun atas 5 mahkota, 5 calyx, 15
tangkai sari dan 1 buah bakal buah yang memiliki banyak ruang. Kembang sepatu
merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi luas terhadap lingkungan
tumbuh baik di daerah subtropis maupun tropis (Permata, 2018).
c. Manfaat Bunga Kembang Sepatu
Tanaman bunga kembang sepatu banyak ditemui di dataran rendah maupun
dataran tinggi. Biasanya ditemukan di halaman rumah sebagai tanaman hias.
Khasiat dari kembang sepatu ini antibakteri seperti bisul, antiradang, batuk, panas,
infeksi saluran kemih, menormalkan siklus haid, ekspektoran, dan menghentikan
perdarahan. Bagian bunga dimanfaatkan untuk peluruh dahak, penurun panas, dan
pelembut kulit, mimisan, disentri, infeksi saluran kencing, haid tidak teratur
(Fatimah, 2019).
e. Kandungan Bunga Kembang Sepatu
Menurut Widjatakusuma (2014), daun, bunga, dan akar bunga kembang
sepatu mengandung flavonoid. Secara khusus, daunnya mengandung tarakseril
asetat, beta karoten. Bunga kembang sepatu mengandung tarakseril asetat, ȕ-
sitosterol, kampesterol, stigmasterol, kolesterol, ergosterol, lipid, sitrat, asam
tartrat, asam oksalat, fruktosa, glukosa, sukrosa, hibiscetin, sianidin dan glikosida
sianidin, alkana, kuersetin. Ekstrak etanolik bunga kembang sepatu mengandung
alkaloid. Bunganya mengandung polifenol diglukosida sianidin, asam askorbat,
fosfor, kalsium, besi, lemak, serat, niasin, riboflavin, tiamin, dan air. Kandungan
aglikon flavonoid utama dalam bunga kembang sepatu segar, yaitu kuersetin dan
sianidin (Ahmed et al., 2010).
2.2.2 Bunga Kenanga (Cananga odorata)
a. Klasifikasi Bunga Kenanga (Cananga odorata) (Singh, 2010):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Cananga Gambar 2.2
Spesies : Cananga odorata Bunga Kenanga
b. Morfologi Bunga Kenanga (Cananga Odorata)

Pada umumnya kenanga berbatang besar dengan diameter 70 cm-100 cm


dengan tinggi mencapai 25 meter lebih, sedangkan kenanga perdu memiliki
ketinggian maksimal 3 meter dan bertajuk lebar. Daunnya tunggal setangkai,
berbentuk bulat telur memanjang dengan pangkal daun dan ujung daun runcing.
Panjang daun dapat mencapai 10-23 cm dengan lebar 4,5-14 cm (Ratih, 2017).
Bunga kenanga berbentuk bintang, berwarna hijau pada waktu masih
muda dan berwarna kuning setelah masak (tua). Bunga kenanga akan muncul
pada tangkai bunga dengan jumlah tunggal atau berkelompok 3-4 kuntum,
kelopak bunga berjumlah 3 berbentuk lidah yang bertaut pada dasar, sebuah
bunga memiliki 6 kadang 8-9 lembar mahkota berbentuk pita, berdaging, terlepas
satu sama lain dan tersusun dalam 2 lingkaran yang masing-masing biasanya
berjumlah 3. Kenanga memiliki dasar bunga berbentuk bundar pipih dan
mengembung, benang sari berjumlah banyak, tangkai pendek dan tersusun dalam
gulungan spiral. Kotak sari berbentuk tiang, terdiri dua sel, bersifat menempel dan
membelah memanjang. Bakal buah berbentuk oblong, dan bakal bijinya
berjumlah banyak serta menyebar pada sisi-sisinya (Puspitasari, 2018).
c. Manfaat Bunga Kenanga
Bunga kenanga memiliki banyak manfaatnya, antara lain sebagai obat
penyakit kulit, asma, anti nyamuk, antibakteri, dan antioksidan. Pengolahan bunga
kenanga sudah banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia baik sebagai obat
maupun dijadikan dalam bentuk sediaan. Daerah Banyumas (Jawa Tengah) eksrak
bunga kenanga kering digunakan sebagai obat malaria. Ujung pandang dan Jawa,
bunga kenanga diolah menjadi minyak rambut dengan cara memaskan bunga
kenanga dengan minyak kelapa sehingga minyak tersebut beraroma kenanga.
Daerah pulau Bali bunga kenanga segar digunakan para wanita untuk
mengharumkan rambut, pakaian dan tempat tidurnya (Ratnasari, 2014).
d. Kandungan Bunga Kenanga
Senyawa saponin merupakan senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan
busa dan di klasifikasikan oleh struktur aglikon kedalam triterponoid dan steroid,
dimana kedua senyawa tersebut mempunyai efek anti inflamasi, analgesik, dan
sitotoksik. Saponin merupakan kelompok glikosida tumbuhan yang akan
membentuk larutan koloid jika dikocok dengan air. Saponin juga dapat
menyebabkan keracunan pada organisme hidup karena sifatnya seperti sabun
(Lestariningsih, 2010).
Flavonid umumnya terdapat pada tumbuhan, terikat pada gula sebagai
glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin terjadi dalam satu tumbuhan dalam
beberapa bentuk kombinasi glikosida flavonoid terutama berupa senyawa yang
larut dalam air (Illavi, 2017).
Minyak atsiri atau biasa disebut atau disebut juga dengan essential oils,
etherial oils, atau volatie oils adalah ekstrak atau minyak alami yang terdapat
dalam tumbuhan berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga.
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dengan titik didih dan
tekanan uap tertentu yang dipengaruhi oleh suhu. Ditinjau dari senyawa kimia
minyak atsiri memiliki beberapa tipe senyawa organik, seperti hidrokarbon,
alkohol, oksida, ester, aldehida dan eter (Indriani, 2013).
Bunga kenanga (Cananga odorata) merupakan salah satu jenis tanaman
penghasil minyak atsiri. Senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri bunga
kenanga antara lain senyawa polifenol, ß-kariofilen, α-terpineol, ßlinalool,
fernesol metil benzoat, germakren-D, dan benzil benzoat (Saputri, 2019).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Metil Salisilat (Dirjen POM, 2014)
Nama resmi : Metil salisilat
Nama lain : Methyl salicylate
Rumus molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan,


berbau khas dan rasa seperti gandapura
Kelarutan : Praktis tidak larut air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pemberi rasa hangat
2.3.2 Olive Oil (Depkes RI, 2014)
Nama Resmi : Minyak Zaitun
Nama Lain : Olive oil
Rumus Molekul : C18H34O2
Berat Molekul : 282,5 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Minyak kuning pucat atau kuning kehijauan terang,


bau dan rasa khas lemah dengan rasa ikutan agak
pedas
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol 95%, larut dalam eter,
kloroform, petroleum ringan (50 - 70℃) dan karbon
disulfide
Penyimpanan : Simpan di dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pelarut
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan Praktikum Pengembangan Obat Herbal Percobaan 7 tentang Pil
yang dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 14 Mei 2023, pukul 10.00-13.00
WITA. Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Bahan Alam,
Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan padaa praktikum kali ini yaitu aluminium foil,
corong, gelas ukur, kompor, wadah, wajan.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alkohol 70%,
bunga kenanga, bunga kembang sepatu, kemasan primer, kemasan sekunder,
kemasan tersier, metil salisilat, dan tisu.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Cara Pembuatan Sediaan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Dikeringkan bunga kenanga dan bunga kembang sepatu pada suhu ruang
sapai kering
4. Dimasukkan bunga kenanga dan bunga kembang sepatu kedalam wajan
yang telah berisi minyak olive oil kemudian dipanaskan dengan api kecil.
5. Disaring menggunakan kain saring
6. Ditambahkan metil dan diaduk hingga homogen
7. Dimasukkan kedalam wadah botol
8. Diberi etiket dan dimasukkan kedalam kemasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 4.1
Minyak Gosok

4.2 Formula
R/ Bunga Kenanga 4% (Zat aktif)
Kembang Sepatu 2% (Zat aktif)
Metil Salisilat 7,5% (Pemberi rasa hangat)
Olive Oil Ad 100 mL (Pelarut)
4.3 Perhitungan Bahan
1. Bunga kenanga
x 100 = 4 mL

2. Kembang sepatu
x 100 = 2mL

2. Metil salisilat
x 100 = 7,5mL

5. Olive oil ad 100ml = 100 – (4-2-7,5)


= 100 – 13,5
= 86,5
4.4 Evaluasi
No Evaluasi Literatur Hasil Keteranagan
1. Uji Uji organoleptik Warna : kuning Sesuai
Organoleptis dilakukan dengan cara Bau : khas
pengamatan secara bunga kenanga dan
visual dengan kembang sepatu
mengamati warna Bentuk : kental
aroma dan bentuk
(Elmia, 2017)
2. Uji pH Uji pH dilakukan pH 5 Sesuai
dengan menggunakan
pH meter. pH meter
dimasukkan kedalam
larutan sediaan
kemudian dicek pH
larutan tersebut.
(Kusnandhi, 2003)
3. Uji Dilakukan dengan Homogen dan Sesuai
Homogenitas cara sediaan tidak terdapat
linimentum butiran kasar
diletakkan diatas kaca
datar lalu diamati ada
tidaknya butiran kasar
pada sediaan
(Nurahyo, 2016)
4. Uji Pengujian ini Tidak cair Sesuai
Viskositas dilakukan untuk
menentukan nilai
kekentalan suatu
sediaan (Pratiwi,
2016)
5. Uji Iritasi Dilakukan untuk Tidak Sesuai
melihat apakah terjadi menyebabkan
efek samping pada iritasi
kulit setelah
menggunakan sediaan
(Warthoni, 2019).
6. Uji Volume Dilakukan dengan Volume tetap Sesuai
Terpindahkan cara sediaan
dipindahkan pada
wadah yang satu
kewadah yang lain,
volume dari sediaan
itu tetap (Siska,
2019).
7. Uji Kesukaan Uji kesukaan 8 suka 2 sangat Sesuai
dilakukan oleh 10 suka
panelis untuk melihat
sejauh mana tingkat
kesukaan panelis
terhadap sediaan yang
telah dibuat (Purba et
al, 2020).
4.5 Pembahasan
Menurut Anief (2008), linimentum adalah sediaan cair atau kental yang
mengandung analgetikum dan zat yang mempunyai sifat rubefacient, melemaskan
otot atau menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar. Linimentum analgetik
dan yang melemaskan otot digunakan dengan cara mengoleskan pada kulit dengan
kain flanel panas sedangkan linimentum yang menghangatkan digunakan pada
kulit dengan cara mengoleskan sambil memijat dan mengurut. Obat gosok
(linimenturn) adalah salah satu jenis sediaan farmasi yang lazim digunakan oleh
masyarakat dalam rangka swamedikasi meringankan nyeri, masuk angin, dan
penghangat tubuh (Indra Gunawan 2023).
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu gelas ukur, kompor,
pipet, sutil, wadah stenlis dan wajan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
bunga kenanga, kembang sepatu, olive oil, metal salisilat dan tisu.
Pada sediaan linimentum sebagai anti nyamuk dan menyehatkan kulit zat
aktif yang digunakan adalah bunga kenanga dan kembang sepatu. Penggunan
bunga kenanga karena menurut Pastria et.al, (2016), bunga kenanga mempunyai
beberapa manfaat antar lain sebagai obat penyakit kulit, asma, anti nyamuk, anti
bakteri dan antioksidan. Sedangkan kembang sepatu karena bunga kembang
sepatu mengandung senyawa fenolik dan flafonoid yang memiliki aktivitas
antioksidan kuat,antioksidan membantu melindungi kulit dari kerusakan akibat
radikal bebas dan polusi lingkungan (Jurnal Food Chemistry, 2015).
Zat tambahan yang digunakan adalah metil salisilat dan olive oil,
penggunaan metal salisilat menurut Kemenkes RI (2012), metal salisilat dalam
obat gosok dapat digunakan untuk analgetik (penghilang rasa nyeri), anti
inflamasi, anti iritan, dan penghangat badan. Sedangkan penggunaan olive oil atu
minyak zaitun karena olive oil diketahui memiliki efek pelembab alami yang
dapat membantu menjaga kelembapan kulit, dan dapat menjaga fungsi barier kulit
yang baik (Henny, 2016).
Pada pembuatan linimentum hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian bunga kenanga dan bunga
kembang sepatu dikeringkan dalam suhu ruang sampai kering, masukkan olive oil
kedalam wajan lalu masukkan juga kembang sepatu dan bunga kenanga
dipanaskan dengan api kecil, diu kemudian disaring menggunakan kain saring.
Diukur metal salisilat kemudiaan masukkan kedalam wadah yang berisi olive oil
di aduk menggunakan spatula lalu masukkan kedalam wadah kemasan.
Pada sediaan linimentum dilakukan 7 uji evaluasi, yang pertama ada uji
organoleptik. Menurut Elmia, (2017), uji organoleptik dilakukan dengan cara
pengamatan secaraa visual dengan mengamati warna aroma dan bentuk, hasil
yang didapat pada uji organoleptik adalah warna kuning, bau khas bunga kenanga
dan kembang sepatu bentuk kental. Yang kedua ada uji pH menurut Kusnandhi
(2003), uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. PH meter dimasukkan
kedalam larutan sediaan kemudian dicek pH larutan tersebut, pH yang didapat
adalah 5 sesuai dengan ph kulit manusia. Yang ketiga ada uji homogenitas,
dilakukan dengan cara sediaan linimentum diletakkan diatas kaca datar lalu
diamati ada tidaknya butiran kasar pada sediaan (Nurahyo, 2016), didapat hasil
homogen dan tidak terdapat butiran.
Uji yang keempat adalah uji viskositas, menurut Pratiwi (2016), pengujian
ini dilakukan untuk menentukan nilai kekentalan suatu sediaan, didapat hasil tidak
terlalu cair. Uji yang kelima ada uji iritasi, menurut Warthoni, (2019), dilakukan
untuk melihat apakah terjadi efek samping pada kulit setelah menggunakan
sediaan didapat, hasil tidak menyebabkan iritasi dan merah merah pada kulit. Uji
yang keenam ada uji volume terpindahkan menurut Siska (2019), dilakukan
dengan cara sediaan dipindahkan pada wadah yang satu kewadah yang lain,
volume dari sediaan itu tetap, hasil yang didapat volume tetap. Dan yang terakhir
ada uji kesukaan, uji kesukaan dilakukan oleh 11 panelis untuk melihat sejauh
mana tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan yang telah dibuat (Purba et al,
2020), dari 11 panelis 9 suka dan 2 sangat suka,
Kemungkinan kesalahan adalah pada saat proses pemanasan suhu yang
digunakan susah untuk stabil karena menggunakan kompor.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Sediaan obat gosok dari bahan tradisional dengan konsentrasi tertentu
dapat dibuat dan memenuhi syarat sediaan obat gosok.
2. Syarat sediaan drops herbal meliputi organoleptik, pH, homogenitas,
volume terpindahkan, viskositas, dan kesukaan panelis sesuai dengan hasil
dari sediaan obat gosok.
5.2 Saran
1. Saran untuk jurusan
Pihak jurusan sebaiknya mempersiapkan mahasiswa agar mempunyai
kemampuan akademik, sehingga mahasiswa yang bersangkutan mampu
melakukan praktikum dibagian apapun.
2. Saran untuk laboratorium
Saran untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium
lebih diperhatikan dan dirawat lagi agar saat praktikum bisa dipergunakan
dengan baik dan maksimal tanpa ada kekurangan.
3. Saran untuk asisten
Kepada asisten agar tetap sabar dalam mengajarkan ilmu kepada para
praktikan agar semakin menambah ilmu, baik kepada praktikan maupun
asisten sendiri.
4. Saran untuk praktikan
Kepada praktikan agar tetap memperhatikan dan melakukan praktikum
dengan baik

Anda mungkin juga menyukai