Anda di halaman 1dari 45

Laporan Praktikum

PENGEMBANGAN OBAT HERBAL


“AROMATERAPI ”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Nilai Praktikum Pengembangan Obat Herbal

OLEH

KELOMPOK : II (DUA)
KELAS : D-S1 FARMASI 2022
ASISTEN : MAGFIRAH NUR CAHYANI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM
2023
Lembar Pengesahan

PENGEMBANGAN OBAT HERBAL


“AROMATERAPI ”

OLEH

KELOMPOK II (DUA)
KELAS D-S1 FARMASI 2022

1. MOH. ARYA AVRILIO ISA (821422094)


2. MARSANDA ISINI (821422082)
3. NAZWA ZAHARANI YUSUF FARIED (821422088)
4. DWI ANGGRAINI W. ADAM (821422093)

Gorontalo, Februari 2023


NILAI
Mengetahui
Asisten

MAGFIRAH NUR CAHYANI


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
Pengembangan Obat Herbal dengan judul “Aromaterapi Roll On”. Adapun tujuan
dari kami menulis laporan ini yakni untuk memenuhi laporan praktikum dari pada
Praktikum Pengembangan Obat Herbal. Selain itu, laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Aromaterapi apa saja yang termasuk zat aktif
aromaterapi.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada asisten laboratorium yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul
“Aromaterapi Roll On”
Harapan kami, semoga informasi dan materi yang terdapat dalam laporan
ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Kami memohon kritik dan
saran yang membangun agar pembuatan laporan berikutnya bisa lebih baik lagi.
Demikian laporan ini kami buat, apabila terdapat kekeliruan dalam penulisan,
atauapapun itu, kami mohon maaf.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Gorontalo, Februari 2023

Kelompok II

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .................................................................................. 3
1.3 Manfaat Percobaan ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Dasar Teori ............................................................................................ 4
2.2 Uraian Tanaman .................................................................................. 14
2.3 Uraian Bahan ....................................................................................... 16
BAB lll METODE KERJA ............................................................................. 20
3.1 Waktu dan pelaksanaan praktikum ....................................................... 20
3.2 Alat dan bahan ..................................................................................... 20
3.3 Cara kerja ............................................................................................ 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 22
4.1 Hasil Percobaan ................................................................................... 22
4.2 Formula ............................................................................................... 23
4.3 Perhitungan Bahan ............................................................................... 23
4.4 Pembahasan ......................................................................................... 24
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 27
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 27
5.2 Saran ................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia kaya akan pengetahuan mengenai pengobatan tradisional.
Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki khasanah pengetahuan dan cara
tersendiri mengenai pengobatan tradisional. Sebelum dituliskan ke dalam naskah
kuno, pengetahuan tersebut diturunkan secara turun-temurun melalui tradisi lisan.
Salah satu profesi yang mengembangkan obat herbal atau tradisional adalah
farmasi.
Obat herbal atau obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara
tradisional, turun temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat,
kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan
tradisional (Sanjoyo R, 2010). Menurut penelitian masa kini, obat-obatan
tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup
gencar dilakukan karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun
ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut
beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa
dicerna oleh tubuh. Salah satu pemanfaatan obat herbal bisa dijadikan menjadi
aromaterapi.
Aromaterapi adalah cara pengobatan alternatif yang menggunakan uap
minyak esensial dari berbagai macam tanaman yang bisa dihirup untuk
menyembuhkan berbagai macam kondisi. Tujuannya untuk meningkatkan
kesehatan tubuh, mental, dan emosional (Craig Hospital, 2013). Sari tumbuhan
aromatik yang dipakai diperoleh melalui berbagai macam cara pengolahan dan
dikenal dengan nama minyak esensial (essential oil). Minyak esensial ini dapat
membantu mengurangi kecemasan yaitu dengan meningkatkan suasana hati,
mengurangi rasa sakit, mual, kelelahan atau peradangan. Minyak yang digunakan
untuk berbau (inhalasi) saja dan bau-bauan tersebut dapat memberikan efek
menenangkan (relaksasi). Salah satu bentuk aromaterapi adalah aromaterapi roll
on.

1
Aromaterapi Roll On merupakan sediaan yang paling banyak digunakan
saat ini. Di samping penggunaannya yang unik, mudah, dan menarik, sediaan ini
mampu menghilangkan rasa pegal, pusing, sakit kepala, serta kondisi tidak enak
lainnya. Penambahan minyak atsiri pada sediaan ini sekitar 2% dari total
komposisi lainnya (Muchtaridi, 2009). Beberapa tanaman atau tumbuhan yang
dapat diolah menjadi aromaterapi adalah jahe dan cengkeh.
Jahe atau Zingiber officinale merupakan salah satu tanaman berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Nama ilmiah jahe adalah Zingiber officinale.
Kata Zingiber berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali dilontarkan oleh
Dioscorides pada tahun 77 M. Nama inilah yang digunakan Carolus Linnaeus
seorang ahli botani dari Swedia untuk memberi nama latin jahe (Rukmana, 2000).
Salah satu manfaat jahe adalah Mencegah mual, karena jahe mampu memblok
serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi,
sehingga timbul rasa mual. Termasuk mual akibat mabuk perjalanan.
Cengkeh adalah sejenis bunga kering dari tanaman Syzygium aromaticum.
Cengkeh memiliki nama lain yakni cloves. Cengkeh memang berupa bunga dari
pohon myrtaceae. Tanaman cengkeh bahkan dijadikan sebagai obat tradisional
karena memiliki khasiat untuk mengobati sakit gigi, rasa mulas sewaktu haid,
masuk angin, sebagai ramuan penghangat badan dan penghilang rasa mual
(Kardinan, 2003).
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum tentang Aromaterapi
Roll On menggunakan tanaman jahe dan cengkeh.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan tradisional
dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat sediaan
aromaterapi uji oragnoleptik.
2. Untuk mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan tradisional
dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat sediaan
aromaterapi uji pH.
3. Untuk mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan tradisional
dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat sediaan

2
aromaterapi uji homogenitas .
4. Untuk mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan tradisional
dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat sediaan
aromaterapi uji volume terpindahkan.
5. Untuk mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan tradisional
dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat sediaan
aromaterapi uji viskositas.
6. Untuk mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan tradisional
dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat sediaan
aromaterapi uji kesukaan panelis.
1.3 Manfaat Percobaan
1. Agar nahasiswa dapat mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan
tradisional dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat
sediaan aromaterapi uji oragnoleptik.
2. Agar nahasiswa dapat mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan
tradisional dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat
sediaan aromaterapi uji pH.
3. Agar nahasiswa dapat mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan
tradisional dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat
sediaan aromaterapi uji homogenitas .
4. Agar nahasiswa dapat mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan
tradisional dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat
sediaan aromaterapi uji volume terpindahkan.
5. Agar nahasiswa dapat mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan
tradisional dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat
sediaan aromaterapi uji viskositas.
6. Agar nahasiswa dapat mengetahui apakah sediaan aromaterapi dari bahan
tradisional dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dan memenuhi syarat
sediaan aromaterapi uji kesukaan panelis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Obat
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional,
Departemen Kesehatan RI, 2005)
2.1.2 Pengertian Obat Tradisional
Obat Tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Sanjoyo R, 2010)
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, berlaku di masyarakat. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 pasal 1
ayat 9 tentang kesehatan.
Ciri dari obat tradisional yaitu bahan bakunya masih berupa simplisia yang
sebagian besar belum mengalami standardisasi dan belum pernah diteliti. Bentuk
sediaan masih sederhana berupa serbuk, pil, seduhan atau rajangan simplisia,
klaim khasiatnya masih berdasarkan data empiris. Obat tradisional sendiri dibagi
menjadi tiga yaitu, jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (Anggraeni dkk,
2015).
2.1.3 Pengembangan Obat Herbal
Pengembangan obat tradisional yang kandungan zat aktifnya kecil (<1%)
sehingga sulit diisolasi. Dalam hal ini kandungan kimianya akan banyak jenisnya
sehingga dapat dikatakan sebagai standarisasi ekstrak tanaman obat (campuran
galenik). Standarisasi dalam hal ini dapat dilakukan mulai dari bahan baku obat

4
sampai menjadi sediaan Fitofarmaka. Ekstrak terstandar (muktikomponen/
campuran bahan aktif) atau sediaan fitofarmaka yang mengandung ekstrak
terstandar yang berkhasiat, terjamin kualitasnya, keamanannya serta kemanfaatan
terapinya (Jamu, OHT dan FITOFARMAKA) (Parwata, 2016).
Jamu (Empirical based herbal medicine) Jamu adalah obat tradisional yang
disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan
yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta
digunakan secara tradisional pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu
pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang
jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih golongan ini
tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan
bukti empiris jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-
puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan
manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu (Rahayuda, 2016).
Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine) adalah obat
tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat
berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral untuk melaksanakan proses ini
membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah
dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan
pembuatan ekstrak. selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada
umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian
pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan
ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji
toksisitas akut maupun kronis (Rahayuda, 2016)
Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) merupakan bentuk obat
tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena
proses pembuatannya yang telah tersandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai
uji klinik pada manusia. dengan uji klinik akan lebih menyakinkan para profesi
medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. masyarakat
juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas
dengan pembuktian secara ilmiah (Satria, 2013)

5
2.1.4 Pengertian Aromatherapi
Menurut Astuti (2015), aromaterapi adalah terapi yang menggunakan
minyak essensial atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau
menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan
jiwa dan raga. Menurut Koensoemardiyah (2009), aromaterapi merupakan suatu
metode menggunakan minyak atsiri untuk meningkatkan Kesehatan fisik dan juga
mempengaruhi kesehatan emosi seseorang.
Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan bau-
bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang berbau harum dan
enak. Minyak atsiri digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan, sering digabungkan untuk menenangkan sentuhan
penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak atsiri (Craig Hospital, 2013).
2.1.5 Bentuk-bentuk sediaan Aromaterapi
Aromaterapi dibentuk dari berbagai jenis ekstrak tanaman seperti bunga,
daun, kayu, akar tanaman, kulit kayu, dan bagian-bagian lain dari tanaman dengan
cara pembuatan yang berbeda-beda dengan cara penggunaan dan fungsinya
masing-masing. Ada banyak jenis aromaterapi, seperti minyak esensial, dupa,
lilin, garam, minyak pijat, dan sabun (Yoshiko C, 2016).
1. Gel aromaterapi merupakan sediaan semi solid yang dapat digunakan untuk
berbagai pemakaian, baik topical maupun untuk ruangan. Dalam
pembuatan gel untuk produk aromaterapi biasanya ditambahkan minyak
atsiri sekitar 1- 2%.
2. Dupa merupakan produk aromaterapi yang menggunakan minyak atsiri.
Bentuk dari sediaan dupa ini dapat berupa stick ataupun cone. Produk ini
dibuat dengan mencampurkan serbuk-serbuk zat aktif dengan minyak
atsiri.
3. Garam Aromaterapi merupakan Sediaan garam aromaterapi digunakan
sebagai salah satu produk mandi. Keuntungan dari produk aromaterapi ini
adalah untuk merelaksasikan tubuh memberikan perasaan tenang, dengan
terbentuknya foaming.
4. Lilin aromaterapi adalah salah satu produk alternatif yang dapat dirasakan

6
khasiatnya dengan menggunakan indra penciuman (secara inhalasi).
Produk lilin aromaterapi ini dapat dirasakan dengan cara penghirupan
aroma dari tetesan minyak atsiri dalam wadah berisi air panas.
5. Krim pijat merupakan salah satu produk aromaterapi dengan menggunakan
minyak atsiri sekitar 2% dan bahan tambahan yang berfungsi sebagai basis
dalam pembuatan krim. Keuntungan dari krim pijat ini adalah untuk
memberikan rasa panas pada tubuh dan aroma yang wangi dari minyak
atsiri.
6. Sabun merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mandi. Sama
halnya dengan garam aromaterapi, fungsi sabun aromaterapi ini untuk
memberikan rasa segar pada tubuh serta menghilangkan bakteri yang ada
pada tubuh.
7. Roll On sediaan aromaterapi jenis ini merupakan sediaan yang paling
banyak digunakan saat ini. Di samping penggunaannya yang unik, mudah,
dan menarik, sediaan ini mampu menghilangkan rasa pegal, pusing, sakit
kepala, serta kondisi tidak enak lainnya. Penambahan minyak atsiri pada
sediaan ini sekitar 2% dari total komposisi lainnya.
2.1.6 Metode Pemakaian Aromaterapi
1. Dihirup
Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan
aromaterapi yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi juga merupakan metode
yang paling tua. Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu
tahap yang mudah, yaitu lewat paru – paru di alirkan ke pembuluh darah melalui
alveoli. Inhalasi sama dengan metode penciuman bau, di mana dapat dengan
mudah merangsang olfaktori pada setiap kali bernafas dan tidak akan
mengganggu pernafasan normal apabila mencium bau yang berbeda dari minyak
essensial. Aromaterapi inhalasi dapat dilakukan dengan menggunakan elektrik,
baterai, atau lilin diffuser, atau meletakkan aromaterapi dalam jumlah yang sedikit
pada selembar kain atau kapas. Hal ini berguna untuk minyak essensial relaksasi
dan penenang (Walls, 2009).

7
2. Penguapan
Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dengan cara
penguapan ini mempunyai rongga seperti gua untuk meletakkan lilin kecil atau
lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan seperti cangkir biasanya terbuat
dari kuningan untuk meletakkan sedikit air dan beberapa tetes minyak esensial.
Cara penggunaannya adalah mengisi cekungan cangkir pada tungku dengan air
dan tambahkan beberapa tetes minyak esensial, kemudian nyalakan lilin, lampu
minyak atau listrik. Setelah air dan minyak menjadi panas, penguapan pun terjadi
dan seluruh ruangan akan terpenuhi dengan bau aromatik (Sharma, 2009).
3. Pijatan
Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang sangat sering
dikolaborasikan dengan aromaterapi. Beberapa tetes minyak esensial dicampurkan
dalam minyak untuk pijat sehingga dapat memberikan efek simultan antara terapi
sentuhan dan terapi wangi wangian. Pijatan dapat memperbaiki peredaran darah,
mengembalikan kekenyalan otot, membuang racun dan melepaskan energi yang
terperangkap di dalam otot. Wangi-wangian memicu rasa senang dan sehat
(Sharma, 2009).
4. Semprotan untuk ruangan
Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol yang dapat merusak
ozon dalam penggunaannya sebagai pewangi ruangan. Penggunaannya adalah
dengan menambahkan sekitar 10- 12 tetes minyak esensial ke dalam setengah liter
air dan menyemprotkan campuran tersebut ke seluruh ruangan dengan bantuan
botol penyemprot (Hapsari, 2011).
5. Mandi dengan berendam
Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling mudah untuk
menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa tetes minyak aroma ke dalam air
berendam, kemudian berendamlah selama 20 menit. Minyak esensial akan berefek
pada tubuh dengan cara memasuki badan lewat kulit. Campurkan minyak esensial
dengan cara yang tepat, karena beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam
air (Sharma, 2009).

8
2.1.7 Manfaat Aromatherapi bagi Kesehatan
Manfaat dari produk aromaterapi bagi kesehatan manusia di antaranya
adalah untuk merelaksasikan tubuh, menyegarkan pikiran, untuk memperbaiki
mood, dan sebagai placebo dalam penyembuhan penyakit yang memberikan efek
fisiologi (Ali B, 2015)
Menurut Fitri Kurniasari, Nila Darmayanti (2017)
1. Antidepresan. Minyak atsiri yang digunakan untuk mengurangi depresi
antara lain minyak peppermint, chamomile, lavender, dan melati.
2. Meningkatkn memori. Minyak sage adalah minyak yang paling sering
direkomendasikan untuk efek meningkatkan memori.
3. Meningkatkan jumlah energi. Banyak minyak esensial yang dikenal
berguna untuk meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan energi, dan
merangsang tubuh dan pikiran tanpa efek samping yang berbahaya.
Minyak esensial yang terbaik untuk mendorong energi termasuk lada
hitam, kapulaga, kayu manis, minyak cengkeh, angelica, melati, pohon teh,
dan rosemary.
4. Penyembuhan dan pemulihan. Beberapa minyak esensial yang paling
populer untuk mempercepat proses penyembuhan termasuk lavender,
calendula, rosehip, everlasting, dan minyak buckthorn.
5. Sakit kepala. Beberapa minyak esensial yang terkait dapat mengurangi
sakit kepala dan migrain adalah peppermint, eucalyptus, minyak esensial
cendana, dan minyak rosemary.
6. Mengatasi insomnia. Beberapa minyak esensial terbaik untuk mengatasi
gangguan insomnia termasuk lavender, chamomile, melati, benzoin, neroli,
mawar, cendana, dan minyak esensial ylang ylang.
7. Sistem kekebalan tubuh. Beberapa minyak yang paling efektif untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh termasuk oregano, kemenyan,
lemon, peppermint, kayu manis, dan minyak esensial eucalyptus.
8. Menghilangkan rasa nyeri. Minyak esensia termasuk lavender, chamomile,
clary sage, juniper, kayu putih, rosemary, dan minyak peppermint, bisa
digunakan untuk tujuan ini.

9
2.1.8 Mekanisme Kerja Aromaterapi
Menurut Buckle dan Dewi IP (2010), pada saat menghirup suatu aroma,
komponen kimianya akan masuk ke bulbus olfaktorius, kemudian ke sistem
limbik pada otak. Limbik adalah struktur bagian dalam dari otak yang berbentuk
seperti cincin yang terletak dibawah korteks serebral. Sistem limbik sebagai pusat
nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan berbagai emosi lainnya. Sistem limbik
menerima semua informasi dari sistem pendengaran, sistem penglihatan, dan
sistem penciuman. Amigdala sebagai bagian dari sistem limbik bertanggung
jawab atas respon emosi terhadap aroma. Hipocampus bertanggung jawab sebagai
tempat dimana bahan kimia pada aromaterapi merangsang Gudang-gudang
penyimpanan memori otak terhadap pengenalan bau.
Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), melalui penghantaran respons
yang dilakukan oleh hipotalamus seluruh sistem minyak essensial tersebut akan
diantar oleh sistem sirkulasi dan agen kimia kepeda organ yang tubuh. Secara
fisiologis, kandungan unsur-unsur terapeutik dari bahan aromatik akan
memperbaiki ketidakseimbangan yang terjadi didalam system tubuh. Bau yang
menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah otak yang disebut nuklues rafe
untuk mengeluarkan sekresi serotonin. Menurut Rujito dkk (2016), sekresi
serotonin berguna untuk menimbulkan efek rileks sebagai akibat inhibisi eksitasi
sel.
2.1.9 Prosedur Kerja Inhalasi Aromaterapi
Menurut Kim (2006), metode kerja inhalasi dengan kapas basah berisi
cairan aromaterapi dengan konsetrat 2% yang diletakan disamping lubang masker
oksigen. Pasien menghirup aromaterapi yang masuk Bersama oksigen dengan
kecepatan 3-8 liter/menit. Intervensi ini dilakukan kurang dari 15 menit. Menurut
IKAI (2012), penerapan aromaterapi secara inhalasi akan memperoleh dua efek
penyembuhan sekaligus, yaitu penyembuhan secara psikis melalui system limbik
dan penyembuhan keluhan fisik melalui endokrin dansistem saraf.
2.1.10 Pengertian Minyak Atsiri
Minyak atsiri disebut juga minyak eteris, minyak essensial atau minyak
menguap, merupakan zat berbau yang terdapat dalam berbagai bagian tanaman.

10
Minyak atsiri tidak berwarna, tersimpan dalam keadaan segar pada tempat yang
gelap dan tertutup rapat, tetapi dalam penyimpanan yang lama dapat teroksidasi
sehingga warnanya dapat berubah menjadi hitam. Pada umumnya, minyak atsiri
tidak dapat bercampur dengan air tetapi larut dalam eter, alkohol dan kebanyakan
pelarut organik (Raharja, 2016).
Minyak atsiri dalam tanaman aromatik dikelilingi oleh kelenjar minyak,
pembuluh-pembuluh, kantung minyak atau rambut glanduler. Untuk dapat
meningkatkan proses difusi uap air kedalam jaringan tanaman dan mendesak
minyak atsiri untuk keluar ke permukaan, biasanya sebelum diproses dilakukan
perajangan pada bahan tanaman penyulingan, yang bertujuan untuk membuka
sebanyak mungkin kelenjar minyak yang terdapat pada jaringan tanaman. Pada
bahan baku berupa daun, penyulingan dilakukan tanpa dirajang terlebih dahulu.
Dinding sel daun sangat tipis dan bersifat permeabel sehingga peristiwa
hidrodifusi dapat berlangsung dengan sangat mudah (Raharja, 2016).
2.1.11 Penyulingan menurut Muchtaridi (2009)
Penyulingan didefinisikan sebagai pemisahan komponen-komponen suatu
campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari
masing-masing zat tersebut Penyulingan menggunakan air atau menggunakan uap
air, merupakan tipe penyulingan dari campuran cairan yang saling tidak melarut
dan selanjutnya membentuk dua fase. Penyulingan tersebut dilakukan untuk
memurnikan dan memisahkan minyak atsiri dengan cara penguapan, dan proses
penguapan tersebut juga dimaksud untuk mengekstraksi minyak atsiri dari
tanaman penghasil minyak atsiri dengan bantuan uap air
Titik didih adalah nilai suhu pada tekanan atmosfir atau tekanan tertentu
lainnya, dimana cairan akan berubah menjadi uap, atau suhu pada saat tekanan
uap dari cairan tersebut sama dengan tekanan gas atau uap yang berada
disekitarnya. Cairan heterogen memiliki titik didih yang berbeda. Dengan
komponen yang bertitik didih rendah, maka titik didih cairan yang tinggal akan
meningkat secara bertahap dan akhirnya mendekati komponen yang bertitik didih
tertinggi.

11
Campuran air dan minyak atsiri membentuk cairan dua fase. Cairan dua
fase dalam keadaan seimbang, jumlah molekul yang terdapat dalam fase uap lebih
besar daripada jumlah molekul uap cairan murni pada suhu yang sama. Oleh
karena itu, tekanan yang dihsilkan oleh uap murni itu sendiri. Maka, apabila
minyak atsiri Bersama-sama dengan air dari 1 atmosfer. Tetapi karena ruang uap
berhubungan dengan udara luar, maka tekanan udara akan turun Kembali
mencapai tekanan atmosfir. Keadaan ini dapat berlangsung jika suhu turun secara
otomatis. Dengan demikian titik didih dari setiap cairan dua fase akan selalu lebih
rendah dari titik didih masing-masing cairan murni pada tekanan yang sama
Penyulingan dapat dilakukan dengan cara
a. Penyulingan dengan air
Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air
mendidih. Seluruh ruang antar simplisia daun yang terisi oleh air, dapat
dipenetrasi secara kontinu. Proses pengisian simplisia daun tidak boleh terlalu
penuh (haru ada ruang kosong), untuk menghindari simplisia jangan sampai
meluap dan masuk ke dalam kondensor. Proses pemanasan yang digunakan
jangan terlalu panas. Karena akibat penguapan air dan minyak, sebagian dari
tumpukan bahan tidak terendam lagi dalam air, sehingga bahan tidak dapat
terlindung dari panas yang terlalu tinggi
Dalam penyulingan dengan air, kecepatan penyulingan perlu
dipertahankan, karena dengan mengatur kecepatan penyulingan, maka tumpukan
simplisia daun dalam ketel dapat dipertahankan dalam keadaan cukup longgar,
sehingga menjamin kelangsungan penetrasi uap ke dalam bahan dan dapat
menguapkan minyak atsiri.
Pada metode penyulingan air, seluruh bagian tumpukan simplisia daun
digerakan oleh air mendidih. Simplisia yang diisi longgar dan terendam dalam air
mendidih, sehingga partikel uap dapat kontak dengan semua partikel bahan dan
menguapkan minyak atsiri. Minyak atsiri akan berdifusi menuju epidermis
Penyulingan dengan air memiliki kelemahan, ekstraksi tidak berlangsung
dengan sempurna walaupun simplisia dirajang, selain itu beberapa jenis ester,
misalnya linalil asetat akan terhidrolisis; persenyawaan yang peka seperti

12
aldehida, mengalami polimerasasi karena pengaruh air mendidih. Selain itu,
komponen minyak yang bertitik didih tinggi (misalnya sinnamil alkohol, benzil
alkohol) dan senyawa yang bersifat larut dalam air tidak dapat menguap secara
sempurna, sehingga minyak yang tersuling mengandung komponen tidak lengkap
sehingga mengakibatkan kehilangan sejumlah minyak atsiri
b. Penyulingan dengan air dan uap
Pada metode penyulingan ini, simplisia daun diletakkan diatas rak-rak atau
saringan berlubang. Ketel suling diisi air sampai permukaan air berada tidak jauh
dibawah saringan. Ciri khas dari metode ini, adalah uap selalu dalam keadaan
basah, jenuh dan tidak terlalu panas; serta simplisia yang disuling hanya
berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas
Keuntungan penyulingan air dan uap dibandingkan dengan penyulingan
air, adalah karena simplisia yang disuling tidak dapat menjadi gosong. Timbulnya
gosong dapat dicegah karena suhu tidak akan melebihi suhu uap jenuh pada
tekanan 1 atmosfir, hal ini karena penyulingan dengan air dan uap merupakan
metode penyulingan dengan air dan uap merupakan metode penyulingan dengan
tekanan uap jenuh yang rendah, sehingga kerusakan minyak kecil
c. Penyulingan dengan uap langsung
Pada penyulingan ini, air tidak diisikan dalam ketel bersama simplisia
daun. Uap yang digunakan adalah uapjenuh atau uapkelewat panas pada tekanan
lebih dari 1 atmosfir, dihasilkan dari ketel uap yang letaknya terpisah, dan
kemudian dialirkan ke dalam tumpukan bahan di dalam ketel
Dalam kasus penyulingan uap langsung, jika keluarnya minyak atsiri
berhenti sebelum waktunya, maka penyulingan perlu dilanjutkan dengan uap
jenuh atau uap basah, sehingga keluarnya minyak atsiri berlangsung kembali.
Setelah minyakkeluar, maka uap kelewat panas dapat digunakan kembali

Gambar 2.1
Alat Destilasi

13
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Jahe (Zingiber officinale)
a) Klasifikasi Jahe (Zingiber officinale) Rukmana (2000) :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Gambar 2.2
Genus : Zingiber
Jahe
Spesies : Zingiber officinale (Zingiber officinale)
b) Nama lain Tanaman Jahe (Zingiber officinale)
Nama Jahe pada berbagai daerah seperti, Halia (Aceh), Beeuing (Gayo),
Bahing (Batak Karo), Sipodeh (Minangkabau), Jahi (Lampung), Jahe (Sunda), Jae
(Jawa dan Bali), Jhai (Madura), Melito (Gorontalo), Geraka (Ternate)
c) Morfologi Tumbuhan Jahe (Zingiber officinale)
Jahe merupakan tanaman berbatang semu,tinggi 30 cm sampai dengan 1
m, tegak, tidak bercabang, tersusun ataslembaran pelepah daun, berbentuk bulat,
berwarna hijau pucat dan warnapangkal batang kemerahan. Akar jahe berbentuk
bulat, ramping, berserat,berwarna putih sampai coklat terang.Tanaman ini
berbunga majemuk berupamalai muncul di permukaan tanah, berbentuk tongkat
atau bulat telur yang sempit, dan sangat tajam (Wardana, 2002).
Tanaman jahe membentuk rimpang yang ukurannya tergantung pada
jenisnya. Bentuk rimpang pada umumnya gemuk agak pipih dan tampak berbuku-
buku. Rimpang jahe berkulit agak tebal yang membungkus daging rimpang, yang
kulitnya mudah dikelupas (Parthasarathy, 2008).
d) Kandungan Kimia Jahe (Zingiber officinale)
Kandungan kimia utama yang terdapat di dalam rimpang jahe adalah (6,8,
dan 10) gingerol, (6,8 dan 10) - shogaol, paradol, metil gingerol, gingerdiol,
dehidrogingerdion, gingerdion. Senyawa ini termasuk kelompok senyawa fenol.
Shogaol terbentuk dari gingerol yang telah mengalami perubahan akibat suhu.
Rimpang jahe juga mengandung air, karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan

14
serat (Ali, 2008)
e) Khasiat Tumbuhan Jahe (Zingiber officinale)
Jahe banyak digunakan dalam ramuan obat tradisional yang berfungsi
sebagai obat pencernaan dan perut kembung, sakit kepala, kerongkongan, mulas
dan batuk kering (Rukmana, 2001).
2.2.2 Cengkeh (Syzygium aromaticum)
a) Klasifikasi Cengkeh (Syzygium aromaticum) Danarti (2003) :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium Gambar 2.2
Cengkeh
Spesies : Syzygium aromaticum L. (Syzygium aromaticum)
b) Nama Lain Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Cengkeh (Indonesia, Jawa, Sunda), Clove (Inggris), Bungeu Lawang
(Gayo), Gomode (Halmahera, Tidore), Cangkih (Lampung), Wunga Lawang
(Bali), Cengke (Bugis), Sinke (Flores), Canke (Ujung Pandang), Sake (Nias)
(Haditomo, 2010).
c) Morfologi Tumbuhan Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) merupakan tanaman pohon dengan
batang besar berkayu keras yang tingginya mencapai 20–30 m. Tanaman ini
mampu bertahan hidup hingga lebih dari 100 tahun dan tumbuh dengan baik di
daerah tropis dengan ketinggian 600–1000 meter di atas permukaan laut (dpl)
(Danarti, 2008)
Menurut Nuraini (2014) Tanaman cengkeh memiliki 4 jenis akar yaitu
akar tunggang, akar lateral, akar serabut dan akar rambut. Daun dari tanaman
cengkeh merupakan daun tunggal yang kaku dan bertangkai tebal dengan panjang
tangkai daun sekitar 2–3 cm. Daun cengkeh berbentuk lonjong dengan ujung yang
runcing, tepi rata, tulang daun menyirip, panjang daun 6–13 cm dan lebarnya 2,5-
5 cm. Daun cengkeh muda berwarna hijau muda, sedangkan daun cengkeh tua

15
berwarna hijau kemerahan.
Tanaman cengkeh mulai berbunga setelah berumur 4,5–8,5 tahun,
tergantung keadaan lingkungannya. Bunga cengkeh merupakan bunga tunggal
berukuran kecil dengan panjang 1–2 cm dan tersusun dalam satu tandan yang
keluar pada ujung-ujung ranting. Setiap tandan terdiri dari 2–3 cabang malai yang
bisa bercabang lagi. Jumlah bunga per malai bisa mencapai lebih dari 15 kuntum.
Bunga cengkeh muda berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi kuning
pucat kehijauan dan berubah menjadi kemerahan apabila sudah tua. Bunga
cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas karena
mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007).
d) Kandungan Kimia Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Minyak atsiri dari bunga cengkeh memiliki kualitas terbaik karena hasil
rendemennnya tinggi dan mengandung eugenol mencapai 80–90%. Kandungan
minyak atsiri bunga cengkeh didominasi oleh eugenol dengan komposisi eugenol
(81,20%), trans-β-kariofilen (3,92%), α-humulene (0,45%), eugenol asetat
(12,43%), kariofilen oksida (0,25%) dan trimetoksi asetofenon (0,53%) (Prianto,
dkk. 2013).
e) Khasiat Tumbuhan Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Tanaman cengkeh banyak dimanfaatkan dalam industri rokok kretek,
makanan, minuman dan obat-obatan. Tanaman cengkeh bahkan dijadikan sebagai
obat tradisional karena memiliki khasiat untuk mengobati sakit gigi, rasa mulas
sewaktu haid, rematik, pegal linu, masuk angin, sebagai ramuan penghangat
badan dan penghilang rasa mual (Nuraini, 2014).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol 70% (Dirjen POM RI, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, Etanol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur` :

16
Berat molekul : 46 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah terbakar, berbau khas panas, mudah terbakar
dan memberikan nyala biru
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan kental
dan tembus cahaya, praktis tidak larut dalam etanol
(96%) p
Khasiat : Sebagai antisepti (menghambat pertumbuhan bakteri)
Kegunaan : Untuk dapat membunuh kuman
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
2.3.2 Aqua Destilata (Rowe, 2009)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat molekul : 18 g/mol


Pemerian : Cairan jernih, tidak memiliki warna, bau, dan tidak
berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Khasiat : Zat pelarut
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.3.3 Menthol (Dirjen POM RI, 1979)
Nama resmi : Mentholum
Nama lain : Menthol
Rumus molekul : C10H20O
Berat molekul : 156,30 g/mol

17
Rumus struktur :

Ph Menthol : 5-9
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak berwarna;
bau tajam seperti minyak permen; rasa panas dan
aromatik diikuti rasa dingin.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol (95%), dalam klorofom P dalam eter P; mudah
larut dalam parafin cair P dan dalam minyak atsiri.
Konsentrasi : 0,1% - 1,1%
Khasiat : Korigen; antiiritan
Kegunaan : Menthol Ketika diaplikasikan ke dalam kulit akan
memperbesar pembuluh dararh, menyebabkan sensasi
sejuk yang diikuti efek analgesic
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan butil kloral hidrat,
kamfer, klorat hidrat, kromium trioksida,: b- naftol:
fenol: kalium permanganate: pirugolal: resosinol; dan
thyniol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik; ditempat sejuk
2.3.4 Minyak Zaitun (Rowe, 2009)
Nama resmi : Oleum Olivae
Nama lain : Olea Ueropae
Rumus molekul : C18H34O2
Rumus struktur :

18
Ph : 5,9
Pemerian : Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan; bau
lemah, tidak tengik; rasa khas. Pada suhu rendah
sebagian atau selruhnya membeku.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam
klorofom P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah.
Konsentrasi : 63,1% - 79,7%
Khasiat : Pelembut kulit
Kegunaan : Sebagai pelarut dan juga pelembap untuk kulit.
Efeknya pada kulit dapat meningkatkan penyerapan zat
yang dibawa
Inkompatibilitas : Minyak zaitun bisa diserap oleh Alkali hidroksida
karena mengandung proporsi tinggi asam lemak tak
jenuh. Minyak zaitun rentan terhadap oksidasi dan tidak
sesuai dengan zat pengoksidasi
Stabilitas : Saat di dinginkan, minyak zaitun menjadi keruh
sekitar 10 dan menjadi massa seperti mentega
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh

19
BAB lll
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Pelaksanaan Praktikum
Praktikum Pengembangan Obat Herbal percobaan “aromaterapi roll on”,
dilaksanakan hari minggu, 26 Februari 2023 pukul 14.00 WITA sampai dengan
selesai, bertempat di Laboratorium Bahan Alam Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Batang pengaduk, Botol
roll on, Cawan porselen, Gelas beaker, Gelas ukur, Gunting, Kompor, Korek api,
Labu destilasi, Lakban, Lap halus dan lap kasar, Lumpang dan Alu, Neraca
analitik, Pipet tetes, Selang Oksigen, Spatula, Wadah kondensor, Toples plastik,
Wadah.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, alkohol 70%, air,
aluminium foil, Brosur, Cengkeh, es batu, Etiket, jahe, Kemasan, Menthol, olive
oil, Tisu
3.3 Cara kerja
3.3.1 Penarikan zat aktif
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Ditimbang 65 gram jahe dan 30 gram cengkeh, kemudian dibersihkan di
air mengalir
3. Dirajang jahe dan cengkeh
4. Ditungkan air kedalam labu destilasi.
5. Dimasukkan sampel kedalam labu destilasi yang sudah dilengkapi selang
penguapan.
6. Dikukus sampel.
7. Ditunggu sampai ekstrak minyak atsiri mengalir dalam selang melalui
kondensor (wadah es batu) menuju ke wadah kaca.
8. Ditutup menggunakan alumuniun foil.

20
3.3.2 Pembuatan Aromaterapi
1. Ditimbang Menthol sebanyak 0,33 gram, kemudian dimasukkan kedalam
lumpang alu dan digerus hingga homogen.
2. Dicampurkan minyak atsiri sebanyak 0,6 mL jahe dan cengkeh 0,3 mL
kedalam lumpang alu yang berisi menthol (campuran 1).
3. Dibagi campuran 1 kedalam 3 botol roll on menggunakan pipet tetes secara
merata
4. Dicukupkan minyak zaitun kedalam 10 mL setiap botol
5. Dimasukkan botol roll on ke kemasan sekunder yang sudah ada brosur
didalamnya.
6. Dilakukan evaluasi

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Hasil

Gambar 4.1
Aromaterapi Roll On
ZingCare Aromaterapi

4.1.2 Hasil Uji Evaluasi Sediaan

Uji Evaluasi Literatur Sediaan Keterangan


Organoleptik atau bisa disebut
uji indera merupakan cara
pengujian dengan Warna :Keruh
menggunakan indera manusia Bau :Dominan
sebagai alat utama untuk bau basis
Uji Rasa :Satu menit Sesuai
Organoleptik pengukuran daya penerimaan setelah dioleskan
terhadap produk. Syarat agar
dapat disebut uji organoleptik akan muncul
adalah contoh yang diuji yaitu sensasi dingin
perangsang (Soekarto, 2003)
Nilai pH dilakukan dengan
menggunakan indicator pH. Berdasarkan uji
Dengan mencelupkan kertas pH yang
Sesuai
Uji pH indicator kedalam sediaan dilakukan, pH
yang diuji dan disesuaikan yang didapatkan
dengan kriteria pada indicator adalah 5
pH (Maysuhara, 2011)
Dilakukan unutk mengetahui
sediaan yang dibuat
homogeny atau tidak.
Uji Ditunjukkan dengan
Homogenitas tercampurnya zat aktif dengan Tidak homogen Tidak sesuai
zat tambahan. Uji ini
menunjukkan tidak terdapat
butiran kasar. Dilakukan

22
dengan menggunakan kaca
objek ditetesi larutan sediaan,
lalu ditimpa lagi dengan kaca
objek (Sutrisna, 2011)
Uji inidilakukan dengan cara
yaitu diukur volume sebanyak
10 ml dari masing-masing
formula, kemudian dituang Setelah dituang ke
kembali kedalam gelas ukur. gelas ukur tetap
Uji Volume
Syarat uji volume mendakatkan Sesuai
terpindahkan
terpindahkan yaitu volume volume di angka
sediaan yang dipindahkan 10 ml
harus sama seperti yang
tertera pada etiket (Sulastri,
2022)
Uji iritasi dilakukan dengan
cara mengoleskan sediaan ke
bagian kulit dan tunggu
Uji iritasi beberapa saatapabila sediaan Tidak iritasi Sesuai
dioleskan ke bagian kulit tidak
terjadi efek alergi/kemerahan
(Sharma, 2009)

4.2 Formula
R/ Zingiber Officinale 2% (Zat aktif)
Syzygium Aromaticum 1% (Zat aktif)
Menthol 0,1% (Zat tambahan)
Oleum Olivae ad 10 mL (Zat pembawa)

4.3 Perhitungan Bahan


2
a. Zingiber Officinale = x 10 mL
100
= 0,2 mL
Untuk 3 sediaan = 0,2 x 3
= 0,6 mL
1
b. Syzygium Aromaticum = x 10 mL
100
= 0,1 mL
Untuk 3 sediaan = 0,1 x 3

23
= 0,3 mL
1,1
c. Menthol = x 10 mL
100
= 0,11 mL
Untuk 3 sediaan = 0,11x 3
= 0,33 mL
d. Olivae oil = 10 - (0,2+0,1+0,1)
= 10 – 0,4
= 9,6 mL
Untuk 3 sediaan = 9,6 x 3
= 28,8 mL
4.4 Pembahasan
Menurut Astuti (2015), aromaterapi adalah terapi yang menggunakan
minyak essensial atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau
menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan
jiwa dan raga. Roll on sediaan aromaterapi jenis ini merupakan sediaan yang
paling banyak digunakan saat ini. Di samping penggunaannya yang unik, mudah,
dan menarik, sediaan ini mampu menghilangkan rasa pegal, pusing, sakit kepala,
serta kondisi tidak enak lainnya. Penambahan minyak atsiri pada sediaan ini
sekitar 2% dari total komposisi lainnya Tujuan praktikum ini agar mahasiwa dapat
mengetahui tentang Aromaterapi khususnya aromaterapi sediaan roll on, metode
pemakaian dan mekanisme kerja aromaterapi.
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat formulasi menggunakan
formula dasar dan formularium Nasional menggunakan minyak tumbuhan. Lalu
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dibersihkan alat
dengan menggunakan alkohol 70% tujuannya agar mikroba yang ada di alat mati.
Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70% dapat bersifat sebagai antiseptik atau
desinfektan yang dapat membunuh bakteri.
Setelah alat dibersihkan, Ditarik minyak atsiri dari jahe dan cengkeh
menggunakan destilasi uap air. Distilasi merupakan metode operasi pemisahan
suatu campuran homogen berdasarkan perbedaan titik didih atau perbedaan

24
tekanan uap murni dengan menggunakan sejumlah panas (Silverstein dan Moerill,
1986).
Distilasi air, meliputi Distilasi air dan uap air dan Distilasi uap air
langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar
dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan dapat rusak
akibat panas kering. Seluruh bahan dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam
bejana yang bentuknya mirip dandang (H.G Schlegel dan Schmidt, 1994).
Disimpan hasil minyak atsiri kedalam wadah kaca. Fungsi wadah kaca
yaitu sebagai tempat mereaksikan bahan, tempat menampung bahan kimia berupa
larutan, padatan, pasta ataupun tepung, tempat melarutkan bahan dan tempat
memanaskan bahan Setelahnya Diambil minyak atsiri dari jahe dan cengkeh
menggunakan pipet tetes. Fungsi dari pipet tetes adalah untuk mengambil larutan
dalam jumlah sedikit. (Raharjo, R., 2017)
Diukur menggunakan wadah kaca sesuai takaran. Ditimbang menthol yang
akan digunakan. Menurut Christa (2019) menthol adalah zat kimia utamanya yang
memiliki berbagai manfaat bagi saluran cerna. Selanjutnya dihaluskan atau
digerus menthol menggunakan lumpang dan alu. Menurut Muliana (2015),
Lumpang dan Alu digunakan untuk menggerus dan menghaluskan zat kimia
berbentuk padat. Sedangkan, menurut Santoso (1996), dengan penggerusan
sediaan tablet mewarnai masalah dalam pencampuran dan pembuatan bentuk
sediaan.
Diambil menthol yang digunakan menggunakan sudip. Menurut Raharjo,
R. (2017), Sudip untuk mengambil sediaan yang telah dicampur dan juga
digunakan untuk membersihkan sisa bahan yang menempel pada tamper dan lumping.
Selanjutnya Diracik minyak atsiri dengan zat eksepien menthol dan olive oil
sesuai fomulasi yang telah dibuat. Menurut Made (2015), Minyak zaitun
atau olive oil adalah minyak alami yang diekstraksi dari buah zaitun.
Setelah semua sudah sesuai formulasi masukkan hasil racikkan kedalam
kemasan. Menurut Kementerian Negara Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah
(2009), Kemasan atau packaging adalah ilmu, seni dan teknologi yang bertujuan
untuk melindungi sebuah produk saat akan dikirim, disimpan atau dijajakan.

25
Setelah dilakukan formula selanjutnya dilakukan uji atau evaluasi.
Menurut Agusman, A. (2013), Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi
kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.Penilaian
organoleptik dilakukan oleh panelis meliputi warna, aroma, dan tekstur yang
dihasilkan dari produk formulasi sediaan obat aromaterapi. Hasil yang diperoleh
dari uji ini yaitu warna keruh, bau dominan pada bau olive oil dan rasanya saat
dioleskan setelah satu menit, muncul sensasi dingin.
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui ketercampuran zat dalam
sediaan aromaterapi tersebut. Hasil uji homogenitas terlihat bahwa terdapat
pengotor didalam formula sehingga hal ini mengindentifikasikan bahwa formula
tidak homogen.
Dilakukan uji pH menggunakan pH indikator dengan mencelupkan
indikator ph kedalam formula kemudian bandingkan pH standart dan dihasilkan
pH 5 sudah sesuai dengan pH kulit. Menurut Maysuhara, S. (2009) pH merupakan
derajat keasaman yang dapat menentukan kualitas makanan, Alasannya adalah
karena pH merupakan tolak ukur penghambat munculnya kontaminan biologis
seperti bakteri, jamur dan mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan
rusaknya tekstur, rasa maupun gizi yang terkandung dalam produk. Menurut
Murahata and Aronson (1994), persyaratan pH yang dapat ditoleransi untuk tidak
mengiritasi kulit yaitu 4-9.
Uji kesukaan atau uji hedonik merupakan uji dimana 9 mahasiswa dan 1
dosen diminta memberi tanggapan secara pribadi tentang kesukaan atau
ketidaksukaan beserta tingkatannya. (Sofiah dan Achsyar, 2008)
Kemungkinan kesalahan yang terjadi adalah ketika pendestilasian. Jika kita
tidak menutup dengan rapat celah-celah uap maka bisa jadi yang akan dihasilkan
adalah air. Dan juga ketika proses takaran. Jika kita salah dalam menakar formula
maka hasil dari produk akan berbeda dari tujuan utama. Jadi alangkah baiknya
ketika melakukan percobaan atau praktikum kita harus sebaik-baik dan sehati-hati
mungkin agar kesalahan-kesalahan yang terjadi bisa diminimalisir.

26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Uji Organoleptik atau biasa disebut uji indera atau uji sensori merupakan
cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama.
Uji ini meliputi pengamatan bau, rasa, warna dan sebagainya yang meliputi
penggunaan indera manusia.
2. Pengujian pH dilakukan guna mengetahui kebasaan yang terdapat dalam
sampel. Uji pH ini dilakukan dengan cara menghancurkan sampel dengan
homogenizer didalam larutan aquades,dan di uji menggunakan pH meter.
3. Uji homogenitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui sama
tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas
dapat dilakukan dengan uji levene, fisher atau uji Bartlett.
4. Uji volume terpindahkan dilakukan sebagai jaminan bahwa sediaan yang
dikemas dalam wadah, jika dipindahkan dari wadah aslinya, akan
memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket.
5. Uji viskositas atau uji kekentalan yaitu uji yang digunakan untuk mengukur
dan menganalisa tingkat kekentalan (viskositas) pada suatu zat cair, dengan
mengukur tingkat kekentalan suatu zat cairan.
6. Uji kesukaan atau uji hedonik merupakan uji dimana panelis diminta
memberi tanggapan secara pribadi tentang kesukaan atau ketidaksukaan
beserta tingkatannya. Desain penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
penelitian dengan eksperimen.
5.2 Saran
5.2.1 Saran kepada jurusan
Diharapkan kepada jurusan agar dapat lebih memperhatikan infrastruktur
yang ada pada laboratorium agar praktikan lebih nyaman dalam melaksanakan
kegiatan praktikum.
5.2.2 Saran kepada laboratorium
Diharapkan untuk dapat melengkapi peralatan atau bahan yang akan di
gunakan untuk kegiatan praktikum agar kegiatan bisa berjalan denganlancar.

27
5.2.3 Saran kepada asisten
Agar kiranya dapat memperhatikan praktikan yang tidak paham atau
belum mengerti dengan materi yang disampaikan atau yang telah dijelaskan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ali, 2015. Pengaruh Dosis Pemupukan Terhadap Produksi Bawang Merah


(Allium Cepa L.). Jurnal Agrosains: Karya kreatif dan inovatif.

Ali, B.H., Blunden, G., Tanira, M. O., Nemmar, A. 2008. Some Phytochemical,
Pharmacological and Toxicological Properties of Ginger (Zingiber
officinale Roscoe): A review of recent research. Food and Chemical
Toxicology. 46:409–420.

Agung, Satria. 2013. “Keefektifan Penggunaan Media Text To Speech Dalam


Pembelajaran Keterampilan berbicara bahasa Jerman Di SMA Negeri 1
Pakem Sleman”. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan
Bahasa Jerman, FBS UNY.

Agusman, A. 2013. Pengujian Organoleptik Teknologi Pangan. Semarang:


Universitas Muhamadiyah Semarang

Anggraeni, S K dkk. 2015. Hubungan Kualitas Lingkungan Fisik Rumah Dan


Perilaku Kesehatan Dengan Kejadian Tb Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 (ISSN:
2356 – 3346). Universitas Diponegoro

Astuti,Wiji., Heni S.E., dan Kartika W. 2015. Pengaruh Aromaterapi Bitter


Orange Terhadap Nyeri dan Kecemasan Fase Aktif Kala1. The 2nd
University Research Coloquium

Badan POM RI, 2010. Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Edisi I, Direktorat Obat
Asli Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia:
Jakarta

Bhanu PV and Lakshmi P K.2011. Development And Optimization Of Novel


Diclofenac Emulgel for Topical Drug Delivery. Internat J Compare
Pharmacy.9 (10): 1-4.

Dewi, I. P., 2010. Aromaterapi Lavender Sebagai media Relaksasi. Journal.


Bagian Farmasi. FK. Universitas Udayana

Dunning T.2013. Aromatherapy: Overview, Safety, And Quality Issues. OA Altern


Med . 1(1): 6.

Fitri Kurniasari, Nila Darmayanti, Santi Dwi Astuti. 2017. “Pemanfaatan


Aromaterapi Pada Berbagai Produk ( Parfum Solid, Lipbalm, Dan Lilin
Anti Nyamuk ).” Journal of Chemical Information and Modeling1(2):1689–
99.

Ghosh, A., Banerjee, S., Mullick, H.I., & Banerjee, J. 2011. Zingiber officinale : A
Natural Gold. Int. J. Pharm. Bio. Sci., 2 (1), 283-291.

Guenther, E., 1987, Minyak Atsiri, Jilid I, Diterjemahkan oleh Ketaren, 103,
Universitas Indonesia, Jakarta.

Hapsari, Niken Nindya. 2011. Pengaruh Pengalaman Auditor dan Orientasi Etika
terhadap Keputusan Etis Auditor Negara dengan Komitmen Profesional
sebagai Variabel Intervening. Jurnal EL-MUHASABA Vol 2, No 2 page.
07-2011 Jur. Akuntansi Fak. Ekonomi UIN Maliki Malang

Kardinan , A. 2003. Tanaman Obat Pengempur Kanker. PT. Agromedia Pustaka:


Depok

Kementerian Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah.,2009. Pedoman


Standar Kelayakan Kemasan Produk KUKM: Jakarta

Kim, H.S. 2006. Using Hedonic and Utilitarian Shopping Motivations to Profile
Inner City Consumers. Journal of Shopping Center Research, 13 (1), 2006.
57-79

Koensoemardiyah. 2009. A-Z Aromaterapi untuk Kesehatan,Kebugaran, dan


Kecantikan. Lily Publisher: Yogyakarta

Kumar, A.A., K. Karthick, Arumugam, K. P., 2011, Properties of Biodegradable


Polymers and Degradatin for Sustainable Development. International
Journal of Chemical Engineering and Applications, 2(3), 164-167

Kushariyadi, setyoadi. 2011. Terapi modalitas keperawatan pada klien


psikogeriatik. Penerbit salemba medika: Jakarta

Made Wahyu. 2015. Pengaruh Penerbitan Opini Going Concern Pada


Pergantian Auditor Pada Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Dinamika Akuntansi.Vol.7, No.1, pp. 22-36.

Maysuhara, S. 2009. Rahasia Cantik, Sehat dan Awet Muda. Pustaka Panasea:
Yogyakarta

Muchtaridi. 2009. Penelitian Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Aromaterapi


Dan Potensinya Sebagai Produk Sediaan Farmasi. Jurnal Teknik Industri
Pertanian.17(3):80-88.
Najiyati, Sri dan Danarti. 2003. Budi Daya dan Penanganan Pascapanen
Cengkih. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nuraini, S. 2014. Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan Hipertensi Pada


Usia Muda di Wilayah Kerja Puskesmas dusun RT 1-3 Desa Karangan
Kecamatan Balong. Karya Tulis Ilmiah tidak diterbitkan. Ponorogo:
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH

Oktavia A, 2021. Potensi penggunaan minyak zaitun sebagai pelembab. Program


studi Farmasi. Universitas Tanjungpura: Pontianak

Ovesen, M.L. 2012. Assessment Report on Zingiber officinale Roscoe Rhizoma.


London: European Medicines Agency.

Parthasarathy, V.A., Chempakam, B., & Zachariah, T.J. 2008. Chemistry of


Spices. London. UK: CABI

Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Prianto H et al. 2013. Isolasi dan karakterisasi dari minyak bunga cengkeh
(Syzigium aromaticum) kering hasil distilasi uap. Kimia Student Journal, 1:
269-275

Protista, R et al. The Influence of 5% KOH Immersion for Seaweed as Raw


Materials for Air Freshener Gel.Biopropal Industri. 2014;5(2):53-60.

Raharja, S, D.Setyaningsih,Doris M.2016. Pengaruh Perbedaan Komposisi


Bahan. Konsentrasi, dan Jenis Minyak Atsiri Pada Pembuatan Lilin
Aromaterapi. Jurnal Teknologi Pertanian.1(2):50-59.

Raharjo, R. 2017. Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia. Jurnal


Kimia Sains Dan Aplikasi, 20(02), 99–104.

Rahayuda, I.G.S., 2016., Identifikasi Jenis Obat Berdasarkan Gambar Logo Pada
Kemasan Menggunakan Metode Naice Bayes., Oajis

Rahmadany, 2019. Penetapan kadar mentol pada kosmetika sediaan solida secara
kromatografi gas. Fakultas farmasi. Universitas Sumatera Utara: Medan

Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah Komoditi Eksport Indonesia. Sinar Baru:


Bandung

Rowe, R.C. dkk, 2009. Handbook of Pharmaceutical excipient 6th edition.


Pharmaceutical press: London
Rujito. 2016. Pengaruh Citrus Aromaterapi Terhadap Ansietas Pasien Preoperasi
Bedah Mayor di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya. volume 1 - nomor 1

Rukmana, Rahmat. 2001. Yoghurt dan Karamel Susu. Yogyakarta: Kanisius.

Sanjoyo R, 2010. Obat (Biomedik Farmakologi). Universitas Gadjah Mada:


Jogjakarta

Santoso, 1996; Sardjono, 2006. Penggunaan Obat Tradisional secara rasional


artikel bagian,apa sebaiknya diketahui tentang obat-obat bebas dan bebas
terbatas edisi kedua. Penerbit PT gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Schlegel, H.G., dan Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum. UGM Press:


Yogyakarta

Sharma s, 2009. Aromaterapi. Karis: Jakarta

Silverstein, R.M., Bassler, G.C., and Moerill, T.C. 1986. Laboratory Investigation
in Organic Chemistry. Erlangga: Jakarta

Sutrisna, Putu. 2011. Uji Homogenitas (Statistika Lanjut).

Sofiah, BD., Achsyar, TS. 2008. Buku Ajar Kuliah Penilaian Indera Cetakan Ke-
Universitas Padjajaran.: Jatinangor.

Thomas, A., 2007. Tanaman Obat Tradisional. Yokyakarta: Kanisus

Walls, 2009. Herbs and natural therapies for pregnancy birth acid breastd
feeding. International journal of childbirth education

Wardana, Heru D, Barwa NS, Kongsjahju A, Iqbal A, Khalid M, dan Taryadi RR.
2002. Budi Daya secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Wulandari, an. 2012. Penggunaan kompleks poli elektronik gelatin kuraginan


sebagai basis obat topikal. Skripsi

Zulfa, 2020. Formulasi & evaluasi sediaan nanoemulsi topikal minyak atsiri
sereh wangi (aymbogan nardus) berpotensi sebagai antiaging. Prodi
Farmasi. Universitas Islam Indonesia :Yogyakarta
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Alat dan Bahan

a. Alat

No Nama Gambar Fungsi

Untuk mencampurkan
1. Batang Pengaduk
cairan

Sebagai wadah
2. Botol Roll on
aromaterapi

Untuk memindahkan
3. Cawan Porselen minyak atsiri kedalam
gelas piala

Untuk sebagai tempat


4. Dandang Destilasi
destilasi zat aktif

5. Gelas Beaker Untuk menyimpan cairan


Untuk mengukur volume
6. Gelas ukur
larutan

Untuk memotong alat


7. Gunting
bahan lainnya

8. Kompor untuk destilasi

Untuk menyalakan api


9. Pemantik
kompor

10. Lakban Untuk menutupi celah

Untuk sebagai alas


11. Lap halus dan Lap kasar
Sampel
Untuk menggerus
12. Lumpang dan Alu
Menthol

Untuk memindahkan
13. Pipet Tetes
cairan

14. Selang Untuk destilasi

Untuk memindahkan
15. Sudip
menthol

Untuk menampung hasil


16. Wadah Kaca
destilasi

17. Wadah Kondensor Untuk alat destilasi


Untuk menimbang
18. Timbangan bahan
menthol

b. Bahan

No Nama Gambar Fungsi

Untuk sebagai
1. Alkohol 70%
antiseptic

2. Air Untuk merebus bahan

Untuk menutup
3. Aluminium Foil minyakatsiri pada
gelas kaca

Untuk sebagai
4. Brosur
informasiproduk

Untuk sebagai zat


5. Cengkeh
aktif
Untuk mengukur
6. Etiket
banyak minyak atsiri

Untuk sebagai zat


7. Jahe
aktif

Untuk menyimpan
8. Kemasan
produk bagian luar

Untuk meletakkan zat


9. Kertas Perkamen
eksipien

Untuk sebagai zat


10. Menthol
eksipien

Untuk sebagai zat


11. Olive oil
eksipien
Lampiran 2: Diagram alir

Pembuatan
larutan
Aromaterapi
Roll on
Dibuat formulasi menggunakan formula danformularium
Nasional menggunakan minyak tumbuhan

Disediakan alat dan bahan


Ditarik minyak atsiri dari jahe dan cengkeh menggunakan
destilasi uap air
Disimpan hasil minyak atsiri kedalam gelas beaker
Diambil minyak atsiri dari jahe dan cengkeh
menggunakanpipet tetes
Diukur menggunakan gelas piala sesuai takaran
Ditimbang menthol yang akan digunakan
Dihaluskan menthol menggunakan lumpang dan alu
Diambil menthol yang akan digunakan menggunakan sudip
Diracik minyak atsiri dengan zat eksepien menthol dan
olive oil sesuai fomulasi yang telah dibuat.
Dimasukkan kedalam kemasan
Dilakukan uji organoleptik, uji ph, dan uji kesukaan

Hasil
Lampiran 3 Skema kerja
1. Pembuatan larutan

Menarik minyak Meletakkan


Menyiapkan alat atsiri kedalam
dan bahan menggunakan wadah
destilasi uap air

Menimbang Memindahkan
Mengukur
menthol yang menggunakan
menggunakan
akan digunakan pipet tetes
gelas ukur

Menghaluskan Mengambil Meracik


menthol menthol minyak atsiri
menggunakan menggunakan zat aktif dengan
lumpang dan alu sudip zat tambahan

Memasukkan
Hasil kedalam
kemasan
Lampiran 4: Kemasan dan Brosur

Anda mungkin juga menyukai