Percobaan 6
Kelompok VI
Asisten :
Putri Gusti Yolanda
Dosen Pengampu :
Drs. Irdoni, HS. MS
Dra. Nirwana., MT
Dosen pengampu praktikum kimia organik dengan hal ini menyatakan bahwa:
KELOMPOK VI
Catatan Tambahan :
ABSTRAK
Minyak kayu putih merupakan salah satu jenis minyak atsiri khas Indonesia.
Minyak ini diketahui memiliki banyak khasiat, baik untuk pengobatan luar
maupun pengobatan dalam sehingga banyak dibutuhkan oleh berbagai kalangan
masyarakat. Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari proses destilasi uap-air
langsung dan menghitung yield minyak atsiri. Pada percobaan ini digunakan daun
kayu putih seberat 385 gr. Daun kayu putih dimasukkan dalam labu didih yang
berisi air dan 2 buah batu didih untuk selanjutnya dilakukan proses distilasi
selama 3,5 jam dan destilat yang diperoleh sebanyak 1,8 ml yang berwarna putih
dan beraroma khas minyak kayu putih. Pada percobaan ini didapatkan yield
sebesar 0,47%.
ABSTRACT
Eucalyptus oil is one of the typical Indonesian essential oil. This oil is known to
have many benefits, both for external treatment and medication, so needed by
many people. The purpose of this experiment is to study the process of direct
steam water distillation and calculate the yield of essential oils. In this experiment
we used 385 gr of eucalyptus leaves. The eucalyptus leaves are put in a boiling
flask containing water and 2 pieces of boiling stone for the next 3,5 hours of
distillation and 1,8 ml of distillate obtained by a white and turqoise white flavored
eucalyptus oil. In this experiment obtained a yield of 0,47 %.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
digunakan untuk bahan berbagai produk kesehatan atau farmasi sehingga minyak
kayu putih menjadi produk yang banyak dicari.
Menurut Tuhu (2008), hampir semua bagian tanaman kayu putih (kulit
batang, daun, ranting, dan buah kayu putih) dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Secara empirik, daun kayu putih berkhasiat untuk menghilangkan bengkak dan
nyeri (analgetika). Khasiat lain dari daun kayu putih antara lain untuk radang
usus, diare, reumatik, asma, radang kulit ekzema, insomnia dan sakit kepala.
Pengobatan dapat dilakukan dengan meremas daun kayu putih lalu diletakkan
bada bagian tubuh yang sakit atau dapat juga meminum rebusan daun kayu putih
ini.
Melihat banyaknya kegunaan minyak kayu putih, karena itu dilakukan
praktikum pembuatan minyak atsiri dari daun kayu putih dalam skala
laboratorium untuk mengamati proses destilasi uap air langsung dalam pembuatan
minyak atsiri. Digunakannya daun kayu putih sebagai sampel karena melihat dari
banyaknya manfaat daun kayu putih tersebut untuk diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penyulingan relatif lebih singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih
baik jika dibandingkan dengan minyak hasil dari system penyulingan dengan air.
3. Penyulingan dengan Uap (Distilasi Uap)
Pada sistem ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam “boiler” yang
letaknya terpisah dari ketel penyulingan. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan
lebih tinggi dari tekanan udara luar. Proses penyulingan dengan uap ini baik jika
digunakan untuk menyuling bahan baku minyak atsiri berupa kayu, kulit batang,
maupun biji-bijan yang relative keras.
2.2.2 Ekstraksi dengan Pelarut Mudah Menguap
Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan
dengan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut organik akan berpenetrasi
ke dalam jaringan dan akan melarutkan minyak serta bahan “non volatile” yang
berupa resin, lilin dan beberapa macam zat warna. Proses ekstraksi biasanya
dilakukan dalam suatu wadah (ketel) disebut “extractor”. Berbagai pelarut yang
biasa digunakan adalah petroleum ether, carbon tetra chlorida, chloroform, dan
pelarut lainnya yang bertitik didih rendah.
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi
minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, seperti untuk
mengekstraksi minyak dari bunga-bungaan misalnya bunga cempaka, melati,
mawar, ”hyacinth”, ”tuberose”, ”narcissus”, ”gardenis”, ”lavender”, ”lily”,
”minose”, ”labdanum”, ”violet lower” dan ”geranium”. Pembuatan minyak
atsiri dengan pelarut menguap dilakukan dengan menggunakan ekstraktor.
Ekstraktor yang digunakan untuk mengekstrak minyak atsiri dari bunga terdiri
dari tabung ekstraktor berputar dan tabung evaporator (penguap).
2.2.3 Ekstraksi dengan Lemak Dingin (Enfleurasi)
Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengekstraksi minyak bunga-
bungaan, dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi.
Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun
bunga terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri
dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat.
Kegiatan bunga dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati jika kena
panas, kontak atau terendam dalam pelarut organik, sedangkan minyak atsiri yang
terbentuk sebelumnya sebagian besar telah menguap. Untuk itu ekstraksi dengan
pelarut mudah menguap menghasilkan rendemen minyak yang rendah.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan bermutu baik,
proses fisiologi dalam bunga selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga
agar tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin sehingga bunga tetap dapat
memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan
lemak hewani atau nabati. Sama halnya dengan ekstraksi menggunakan pelarut
menguap, ekstraksi minyak atsiri dengan metode lemak dingin memerlukan
evaporator untuk memisahkan minyak atsiri dari lilin dan alkohol pelarutnya.
Selain itu, dibutuhkan lempeng kaca dan rak tertutup pada proses absorbsi minyak
atsiri dari bunga. Sedang bahan penunjang yang digunakan yaitu lemak dan
alkohol. Lemak berfungsi sebagai adsorben atau penyerap minyak atsiri dari
bunga. Sementara alkohol digunakan untuk memisahkan minyak atsiri dari lemak.
2.2.4 Ekstraksi dengan Lemak Panas (Maserasi)
Metode pembuatan minyak dengan lemak panas tidak berbeda jauh dengan
metode lemak dingin. Bahan dan peralatan yang digunakan pun tidak jauh
berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada bagian awal proses, yaitu
menggunakan lemak panas. Sedang alat yang digunakan yaitu evaporator vakum.
Selain itu, dibutuhkan wadah berupa bak atau baskom untuk merendam bunga
dalam lemak panas. Bahan yang diperlukan dalam metode maserasi yaitu lemak
dan alcohol. Lemak digunakan sebagai adsorben, sedangkan alkohol digunakan
untuk melarutkan lemak.
2.2.5 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Minyak Atsiri
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi minyak kayu putih,
yaitu: pengisian daun, varietas pohon kayu putih, penyimpanan daun, teknik
penyulingan dan umur daun. Faktor-faktor inilah yang diduga berpengaruh
terhadap rendemen dan mutu minyak kayu putih yang dihasilkan di pabrik minyak
kayu putih di Indonesia sehingga menyebabkan penurunan nilai produksi minyak
kayu putih. Kualitas minyak kayu putih sendiri ditentukan oleh besarnya kadar
sineol. Semakin besar kadar sineolnya maka kualitas minyak kayu putih yang
dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan besarnya kadar sineol yang didapatkan
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yang salah satunya yaitu teknik
penyulingannya (Armita, P., 2011).
Menurut Sunanto (2003), lama penyulingan minyak kayu putih yang
optimum adalah 3 -4 jam. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap steam
distillation yaitu:
1. Suhu penyulingan, usahakan suhu operasional serendah mungkin,
meskipun kecepatan produksi ditentukan oleh suhu.
2. Jumlah air yang kontak langsung dengan bahan yg disuling. Gunakan air
sesedikit mungkin yang dapat berhubungan atau kontak langsung dengan
bahan tanaman.
3. Ukuran bahan, dengan merajang bahan tanaman sebelum penyulingan,
diusahakan agar pengisian bahan kedalam ketel suling sehomogen
mungkin.
2.3 Minyak Kayu Putih
Minyak kayu putih atau dalam bahasa inggris dikenal cajuput oil, oleum-
melaleuca-cajeput, atau oleum cajuput adalah minyak yang dihasilkan dari
penyulingan daun dan ranting kayu putih. Adapun unsur pokok bahan aktif yang
terkandung di dalam minyak kayu putih adalah 1,8 cineol dan alpha-terpineol
yang mengandung obat serta baik digunakan untuk antiseptic dan obat penolak
serangga. Minyak atsiri dari kayu putih mengandung empat senyawa utama yang
terdiri dari 1,8 cineol (15-60%), sesquiterpene alcohols globulol (0,2-8%),
viridiflorol (0,2- 30%), spathulenol (0,4-30%). Sementara senyawa yang lain
adalah limonene (1,3-5%), betha caryophyllene (1-4%), humulene (0,2-2%),
viridiflorene (0,5-7%), alpha terpineol (1-7%), alpha, betha selinene ( masing-
masing 0,3-2%), dan caryophyllene oxide (1-8%) (Kartikawati, dkk., 2014).
Sifat- sifat kimia minyak kayu putih sangat dipengaruhi oleh komponen
sineol yang sangat dominan sebagai penyusun utama minyak. kandungan
komponen sineol dijadikan penentuan mutu minyak kayu putih. Sineol merupakan
senyawa kimia golongan ester turunan terpen alkohol. Semakin besar kandungan
bahan sineol makan akan semakin baik mutu minyak kayu putih. Kegunaannya
antara lain sebagai meredakan kembung (karminativum), obat gosok, melebarkan
pembuluh darah perifer (efek seperti orang kerokan), obat berbagai penyakit kulit
ringan (gatal, digigit serangga), serta baunya untuk menetralkan rasa mual,
pusing, dan mabuk (Gunawan, 2010).
Spesifikasi minyak kayu putih menurut SNI 06-3954-2006 dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Spesifikasi Minyak Kayu Putih
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan warna - Jernih sampai kuning
2. Bau - Khas kayu putih
3. Bobot jenis 200 C/ 200c 0.900 – 0,930
4. Indeks bias Nd20 1,450 – 1,470
5. Kelarutan dalam etanol 70 % 1 : 1 sampai 1 :10
6. Putaran optik - (-) 40 – 100
7. Kandungan sineol % 50 – 65
BAB III
METODE PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan ekstraksi minyak atsiri daun kayu putih
dengan menggunakan destilasi uap-air. Bahan yang digunakan tidak kontak
langsung dengan air namun diberi sekat antara air dan simplisia. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan variable tetap berupa jenis pelarut, berat sampel,
ukuran sampel, dan waktu ekstraksi. Sampel simplisia yang digunakan pada
percobaan ini adalah daun minyak kayu putih dengan massa 385 gram. Pelarut
yang digunakan adalah aquadest karena mudah menguap dan lebih efektif
melakukan penetrasi kedalam sel daun minyak kayu putih untuk mengikat
kandungan minyak didalam sel daun.
Selama proses pemanasan, air menguap dan mengenai simplisia. Uap air
tersebut akan membawa minyak yang ada pada daun kayu putih. Penguapan ini
sudah tampak setelah setengah jam pemanasan. Uap air masuk ke kondensor dan
diubah fasanya menjadi cair, sehingga setelah satu jam pemanasan, akan terlihat
campuran minyak dan air serta zat warna pada simplisia turun mewarnai
aquadest. Setelah itu, kompor pemanas dimatikan, namun labu didih dan labu
detilasi yang berisi daun kayu putih masih tetap terhubung dalam kondisi panas
dan ditutup dengan alumunium foil. Hal ini menyebabkan uap terperangkap
didalam labu didih dan labu destilasi selama empat setengah jam sehingga daun
kayu putih terlihat layu dan menghitam serta aquadest berwarna coklat kehitaman.
Setelah itu, proses berlanjut dan setelah empat puluh menit kemudian
tetesan air bercampur minyak pun muncul. Namun pada pemanasan kedua ini,
minyak lebih sedikit didapat dibandingkan dengan pemanasan pertama. Proses
pemanasan kedua ini berlangsung selama dua jam, sehingga waktu total
pemanasan yaitu tiga jam limabelas menit. Minyak atsiri yang didapatkan dari 385
gram daun kayu putih adalah sebanyak 1,8 ml, sehingga yield yang dihasilkan
sebesar 0,47 %. Berikut adalah perbandingan data minyak atsiri daun kayu putih
pada sebuah jurnal terhadap data percobaan :
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Percobaan Ekstraksi minyak kayu putih secara
Destilasi Uap-air
No Sumber Data Data Percobaan
1. Jurnal “Isolasi, Identifikasi dan - Massa Simplisia : 2 kg
Pemurnian senyawa 1,8 Sineol - Volume Minyak : 55 ml
Minyak Kayu Putih (Malaleuca - Waktu : 5 jam
leucadendron)” - Yield : 2,75 %
- Massa Simplisia : 385 gram
2. Praktikum
- Volume Minyak : 1,8 ml
- Waktu : 3 jam
- Yield : 0,47 %
Massa (kg)
3
Waktu(jam)
Yield(%)
2
0
Jurnal Praktikum
Gambar 4.1 Grafik perbandingan variabel dari jurnal dan hasil praktikum
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada jurnal dilakukan destilasi uap-
air selama 5 jam dengan massa daun kayu putih 2 kg akan diperoleh yield sebesar
2,75 %. Sedangkan pada hasil praktikum, waktu dalam melakukan destilasi uap-
air adalah 3 jam dengan massa daun kayu putih sebesar 0,385 kg akan
menghasilkan 0,47 % yield. Minyak yang dihasilkan pada jurnal lebih banyak dari
praktikum yang telah dilakukan, sehingga dapat diketahui bahwa massa simplisia
dan waktu proses ekstraksi secara destilasi uap-air langsung berpengaruh terhadap
hasil dari percobaan.
Dalam percobaan ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
ekstraksi minyak kayu putih yaitu suhu, waktu, dan ukuran simplisia. Semakin
tinggi suhu dari air maka penguapan akan semakin cepat dan banyak. Jika
semakin banyak uap yang dihasilkan, maka uap tersebut akan menyentuh
simplisia secara merata, sehingga minyak yang dihasilkan menjadi lebih banyak.
Begitu juga dengan waktu, semakin lama waktu yang digunakan untuk proses
ekstraksi distilasi uap-air, maka uap yang dihasilkan lebih banyak untuk
mengekstrak minyak yang ada pada daun kayu putih, sehingga minyak yang
dihasilkan lebih banyak pula. Ukuran simplisia juga berpengaruh terhadap proses
ekstraksi. Semakin besar ukuran simplisia, maka semakin besar pula luas
permukaannya sehingga uap akan lebih mudah mengekstrak minyak dari
simplisia. Namun, jika simplisia berukuran kecil, maka luas permukaannya juga
kecil yang menyebabkan uap akan sulit menyentuh simplisia tersebut untuk
diekstrak sehingga minyak yang dihasilkan menjadi sedikit (Watson, 2005).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ekstraksi minyak kayu putih dilakukan dengan metode diestilasi uap air
langsung, yakni bahan yang akan diekstrak tidak kontak langsung dengan
air. Prinsipnya air mendidih dan uap air akan membawa partikel minyak
yang ada pada sampel kemudian dialirkan ke kondensor sehingga
didapatkan ekstrak minyak kayu putih.
2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh minyak atsiri sebanyak
1,8 gram dengan massa awal simplisia 385 gram sehungga diperoleh yield
sebesar 0,47 %.
5.2 Saran
1. Praktikan sebaiknya memastikan alat yang digunakan dalam keadaan siap
digunakan 1 hari sebelum percobaan, agar saat melakukan praktikum tidak
terjadi kerusakan alat yang mengakibatkan praktikum tertunda ditengah
percobaan.
2. Praktikan sebaiknya selalu memperhatikan tetesan air dan minyak di
clavanger, agar minyak yang berada pada bagian atas clavanger tidak
terbuang melalui saluran sisi lain clavanger saat jumlah air dan minyak
dalam clavanger bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
Judul Praktikum : Ekstraksi Minyak Atsiri Daun Kayu Putih Secara Destilasi
Uap Air Langsung
Hari/Tanggal : Rabu/ 25 September 2019
Kelompok : VI (Enam)
Anggota kelompok : Irfan Alfandi
Fujian Ratu
Melyana Thoresia Manalu
Lusia Alvid
Yara Pra Adha
Asisten Praktikan
LAMPIRAN B
LEMBAR PERHITUNGAN
2. Perhitungan Yield
Yield = volume minyak x 100%
Berat sampel
= 1.8 ml x 100%
385 gram
= 0,47%
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
Gambar C.1 Daun Kayu Putih Gambar C.2 Rangkaian alat Distilasi Uap
Air Langsung
Gambar C.3 Hasil distilasi minyak Gambar C.4 Minyak Kayu Putih Murni
kayu putih