Nama:
Percobaan 5
Proses Ekstraksi Sokletasi
“Isolasi Minyak Biji Nyamplung”
Asisten:
Hadrian Yonas
Dosen Pengampu:
Drs. Irdoni, HS, MS
Al Amin Hidayatullah
1907113340
1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen
Pengampu/Asisten Praktikum.
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum Eseterifikasi dari
praktikum kimia organik yang disetujui oleh Dosen Pengampu/ Asisten
Praktikum
Catatan Tambahan:
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko bagian
selatandan bagian utara dari Amerika Selatan. Biji pepaya dapat diolah untuk diambil
minyaknya akan sangat menguntungkan karena mengandung senyawa aktif diantaranya
alkaloid, steroid, tannin dan minyak atsiri. Minyak biji pepaya yang berwarna kuning
diketahui mengandung 71,60%asam oleat, 15,13% asam palmitat, 7,86% asam linoleat,
3,60% asam stearat, dan asam-asam lemak lain dalam jumlah relatif sedikit. Salah satu
cara yang digunakan untuk mengisolasi minyak adalah dengan metode ekstraksi
sokletasi. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari dan mengamati proses
isolasi suatu komponen dari suatu bahan alam dengan metoda sokletasi serta menghitung
rendemen minyak biji pepaya. Berdasarkan data praktikum yang dilakukan didapatkan
massa minyak sebanyak 15 gram dan rendemen 25%.
Kata kunci: minyak, biji pepaya, Carica papaya L., ekstraksi sokletasi
ABSTRACT
Papaya (Carica papaya L.) is a plant originating from southern Mexico and the
northernpart of South America.Papaya seeds can be processed to extract the oil will be
very beneficialbecause it contains active compounds including alkaloids, steroids, tannins
and essential oils.Theyellow papaya seed oil is known to contain 71.60% oleic acid,
15.13% palmitic acid, 7.86%linoleic acid, 3.60% stearic acid, and other relatively small
amounts of fatty acids.One methodthat used to isolate oil is by socletation extraction
method. The purpose of this practicum is to study and observe the isolation process of a
component from a natural material using the soxhletation method and to calculate the
yield of papaya seed oil. Based on the practicum data carried out, it was found that the oil
mass was 15 grams and the yield was 25%.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................3
ABSTRAK........................................................................................................................4
DAFTAR ISI.....................................................................................................................5
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................6
DAFTAR TABEL.............................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................8
1.2 Tujuan Praktikum......................................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman Pepaya........................................................................................11
2.2 Ekstraksi.....................................................................................................11
2.2.1 Cara cara ekstraksi...........................................................................11
2.2.2 Prinsip Ekstraksi..............................................................................12
2.3 Ekstraksi Sokletasi.....................................................................................13
2.4 Jenis Pelarut...............................................................................................15
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
.1 Alat-alat.....................................................................................................16
.2 Bahan-bahan..............................................................................................16
3.3 Prosedur Percobaan...................................................................................16
3.4 Rangkaian Alat..........................................................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .........................................................................................................18
4.2 Pembahasan...............................................................................................18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................21
5.2 Saran..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Sokletasi...........................................................................17
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pada Saat Refluks...............................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
(radiasi) yang dilewatkan pada suatu larutan. Spektrofotometer yang digunakan adalah
visible atau menggunakan cahaya tampak, yang Panjang gelombang terukurnya berkisar
antara 340 nm – 1000 nm. Panjang gelombang maksimum dicari untuk mengetahui
seberapa besar energy cahaya tertinggi yang diserap oleh suatu larutan. Jenis-jenis
spektrofotometer terbagi menjadi Spektrofotometer UV- Visible, Spektrofotometer Infra
merah, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), Spektrofotometer Resonansi, Magnetik
(NMR), Spektrofotometer Pendar Molecular (pendar fluor/pendar fosfor) dan
Spektrofotometer dengan metode hamburan cahaya ( nefelometer, turbidimeter dan
spektrofotometer Raman). (Depdikbud Pusat Penelitian UNAND 1988). Berdasarkan
permasalahan inilah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul uji kadar
betakaroten terhadap pembuatan minyak makan dari limbah minyak biji pepaya (Carica
papaya Linn) dengan metode spektrofotometer uv-vis.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman holtikultura yang cukup banyak
dibudidayakan di Indonesia. Kandungan biji dalam buah pepaya kira-kira 14,3% dari
keseluruhan buah pepaya (Satriasa dan Pangkahila, 2010). Secara tradisional biji pepaya
dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing gelang, gangguan pencernaan, diare, penyakit
kulit, kontrasepsi pria, bahan baku obat masuk 2 angin, dan sebagai sumber untuk
mendapatkan minyak dengan kandungan asam-asam lemak tertentu (Apriani, 2008).
Biji pepaya umumnya dibuang setelah daging buahnya dikonsumsi. Agar biji
pepaya memiliki nilai ekonomi lebih, penelitian pemanfaatan biji pepaya sebagai sumber
minyak nabati perlu dilakukan. Biji papaya dengan selaput bening jika diolah untuk
diambil minyaknya akan sangat menguntungkan karena mengandung senyawa aktif
diantaranya alkaloid, steroid, tanin dan minyak atsiri Minyak biji papaya memiliki
potensi yang cukup besar sebagai minyak nabati karena memiliki kandungan kolestrol
rendah sehingga dapat digunakan sebagai minyak pangan maupun untuk keperluan
lainnya.
Minyak biji pepaya yang berwarna kuning diketahui mengandung 71,60% asam
oleat, 15,13% asam palmitat 7,68%, asam linoleat 3,60% asam stearat, dan asam-asam
lemak lain dalam jumlah relatif sedikit atau terbatas (Apriani, 2008). Kandungan minyak
pada biji pepaya bervariasi antara 25,41% - 34,65% tergantung dari jenis buah. Jika
dibandingkan dengan kedelai 19,63%, biji bunga matahari 22,23% dan kelapa 54,74%
maka kandungan minyak dalam biji pepaya relatif besar.
2.2 Ekstraksi
a. Rendering
Suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung
minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada proses ini digunakan panas
untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecah dinding
sel tersebut sehingga mudah di tembus oleh minyak atau lemak yang ada di
dalamnya. Ada 2 cara rendering yakni :
Wet rendering
Dry rendering
Proses rendering yang dilakukan tanpa dilengkapi steam jacket dan pengaduk.
Bahan yang akan di ekstrak dipanasi sambil di aduk pada suhu 105 – 110oC. ampas
bahan yang telah diambil minyaknya akan mengendap di dasar ketel. Pengambilan
minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
b. Mechanical expression
Cara ekstraksi minyak atau lemak yang berasal dari biji-bijian atau suatu bahan
yang memiliki kandungan minyak atau lemak dalam jumlah besar.
c. Solvent extraction
Metoda – metoda ekstraksi terdiri dari maserasi, sokletasi, perkolasi serta refluks.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi (Apriani,
2008) :
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam
kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang
sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini
diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia
tertentu.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.
Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk
menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan
tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi
keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (Kunarto, 1992)
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari
material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah labu didih,
ekstraktor dan kondensor. Sampel dalam sokletasi perlu dikeringkan sebelum disokletasi.
Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk mengilangkan kandungan air yang
terdapat dalam sample sedangkan dihaluskan adalah untuk mempermudah senyawa
terlarut dalam pelarut. Didalam sokletasi digunakan pelarut yang mudah menguap.Pelarut
itu bergantung pada tingkatannya, polar atau non polar.
Prinsip sokletasi yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang
didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah
selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Metode
sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang
tidak diinginkan. Namun zat yang diekstraksinya sesuai dengan polar dan nonpolarnya
pelarut yang digunakan.
Bila penyaringan telah selesai maka pelarut yang telah di uapkan kembali adalah
zat yang bersisa. Dietil eter merupakan pelarut yang baik untuik hidrokarbon dan untuk
senyawa yang mengandung oksigen proses penyaringan yang berulang ulang pada proses
sokletasi bergantung pada tetesan yang mengalir pada bahan yang di ekstraksi. Sampel
pelarut yang digunakan bening atau tidak berwarna lagi. Umumnya prosedur sokletasi
hanya pengulangan, sistematis dan pemisahan dengan menggunakan labu untuk ekstraksi
sederhana tetapi lebih merupakan metoda yang spesial, dan alat yang digunakan lebih
kompleks. Oleh karena itu alat soklet cenderung mahal.
a. Pelarut yang mudah menguap, misalnya n-heksana, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol
b. Titik didih pelarut rendah
c. Pelarut dapat melarutkan senyawa yang diinginkan
d. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan
e. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi (polar atau nonpolar)
a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
b. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
c. Pemanasannya dapat diatur
a. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
oleh panas.
b. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya
dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
c. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena
seluruh alat yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini
untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik
dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :
diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,
yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia
organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya
memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut
yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut
biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar (Kunarto, 1992).
BAB III
METOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat-alat
1. Satu set alat soklet
a. Kondensor
b. Tabung soklet
c. Selongsong/timbel
d. Batu didih
e. Mantel Pemanas
f. Klem
g. statif
2. Corong
3. Gelas Piala 600ml
4. Gelas ukur 100ml
5. Mantel Pemanas
6. Pipet Tetes
7. Oven
8. Blender
9. Statif
10. Timbangan
11. Klem
3.2 Bahan-bahan
1. Bahan yang mengandung Minyak
2. n-Heksane
3. Batu didih
4. Kapas
5. Benang
6. Kertas Saring
3.3. Prosedur Percobaan
1. Sampel dihaluskan atau dicacah kasar dan kemudian dikeringkan.
2. Buat selongsong, lalu masukkan sampel ke dalam selongsong sesuai jumlah yang
ditentukan.
3. Selongsong yang berisi sampel ditimbang.
4. Labu didih berisi 3 butir batu didih di oven selama 15 menit lalu ditimbang.
5. Selongsong dimasukkan kedalam kolom soklet.
6. Tabung soklet dan labu didih dirangkai pada mantel pemanas (diberi vaselin pada
setiap sambungan dan tisu dibagian yang akan dipasang klem).
7. Pelarut dimasukkan ke kolom soklet hingga pelarut turun kedalam labu didih,
tambahkan pelarut hingga merendam sampel ketika pelarut tidak turun lagi.
8. Pemasangan kondensor dan dialiri air pendingin.
9. Mentel pemanas dihidupkan dan temperature disesuaikan dengan kebutuhan.
10. Setelah beberapa jam (cek kadar minyak, apabila masih ada kadar minyak proses
dilanjutkan).
11. Setelah proses selesai, alat didinginkan.
12. Setelah dingin, kondensor dilepas untuk mengeluarkan selongsong dari kolom
soklet, lalu alat kembali di pasang.
13. Lakukan destilasi untuk mengambil pelarut.
14. Pelarut yang digunakan dapat disimpan dan digunakan kembali.
15. Minyak dioven bersama labu didih dasar bulat + batu didih dan ditimbang hingga
konstan (minimal 3x penimbangan konstan).
16. Menghitung rendemen minyak.
17. Minyak disimpan dan peralatan dikembalikan pada tempatnya.
18. Proses ekstraksi selesai.
3
4 Keterangan :
1. Kondensor
2. Statif
3. Selonsong
5 4. Tabung soklet
6 5. Klem
7 6. Labu didih dasar bulat
7. Termometer
8 8. Penangas air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
NO Refluks
Waktu
1 1 15,23 menit
2 2 10,25 menit
3 3 10,90 menit
4 4 10,76 menit
5 5 9,43 menit
6 6 9,55 menit
7 7 9,12 menit
8 8 8,98 menit
9 9 8,84 menit
10 10 8,62 menit
11 11 8,23 menit
12 12 9,07 menit
13 13 9,04 menit
14 14 8,87 menit
15 15 8,84 menit
16 16 8,12 menit
17 17 10,23 menit
18 18 7,85 menit
19 19 7,92 menit
20 20 9,07 menit
4.2. Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak. Salah satu metode ekstraksi padat-cair
adalah metode sokletasi. Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang-ulang dengan pelarut yang
sama sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan
sempurna.
Sebelum proses ekstraksi dengan metoda sokletasi dilakukan, hal yang perlu
diperhatikan adalah kesiapan bahan dan alat. Sampel yang digunakan (biji pepaya)
dihaluskan dan dikeringkan terlebih dahulu. Penghalusan kacang tanah dilakukan dengan
tujuan agar partikel sampel kacang tanah menjadi lebih kecil, sehingga luas permukaan
akan menjadi lebih besar. Semakin luas permukaan padatan maka perpindahan massa
ekstraksi akan berlangsung lebih cepat dikarenakan ukuran kecil padatan ini kemudian
akan memperpendek lintasan kapiler proses difusi dan tahanan proses difusi internal
dapat diabaikan. Sampel dikeringkan dengan tujuan untuk menghilangkan kandungan air
yang terdapat dalam sampel sehingga tidak mengganggu proses ekstraksi.
Selongsong terbuat dari kertas saring yang di isi dengan kacang tanah yang telah
di haluskan. Kertas saring berfungsi sebagai alat pembungkus atau penyaring. Saringan
bermacam-macam mulai dari porinya yang lebih besar sampai yang sangat halus, kertas
saring termasuk yang memiliki pori yang sangat halus. Sehingga kertas saring digunakan
untuk memisahkan kacang tanah yang telah halus atau padatan dari pelarut.
Pastikan bahwa alat dalam keadaan baik, bersih dan kering. Proses dapat dimulai
dengan pengovenan labu didih yang telah berisi tiga buah batu didih selama 15 menit.
Labu didih berfungsi sebagai wadah penampung minyak dan pelarut selama proses
ekstraksi berlangsung. Labu didih ditimbang bersama dengan batu didih yang telah
dioven. Batu didih dalam proses ekstraksi ini berfungsi sebagai media yang dapat
meratakan penghantaran panas selama proses pemanasan berlangsung. Selain itu
berfungsi untuk mempercepat proses pendidihan, meratakan panas, dan mencegah
terjadinya bumping (letupan akibat panas yang tidak merata).
akan turun melalui pipa kapiler, lalu tambahkan lagi pelarut tetapi tidak sampai melebihi
tinggi pipa kapiler. Kemudian kondensor dipasang dan dialiri pendingin. Sebelum
merangkai alat, setiap sambungan pada alat pastikan dioles vaselin terlebih dahulu agar
pada saat pelepasan alat tidak lengket sehingga mudah di lepas.
Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik yaitu n-heksana. Salah satu
prinsip pada ekstraksi ini adalah ”like dissolve like” maksudnya adalah zat akan lebih
tertarik atau mudah bercampur dengan zat yang sifatnya sama, misalnya bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah minyak yang bersifat nonpolar dan pelarut
(heksana) yang bersifat nonpolar juga.
Ketika pelarut dipanaskan dalam labu didih, pelarut berubah fasanya menjadi
uap. Uap pelarut didinginkan melalui tabung kondensor, kemudian pelarut menetes secara
perlahan ke dalam tabung soklet yang didalamnya terdapat selongsong. Ketika larutan n-
heksana barcampur dengan sampel atau padatan, maka pelarut n-heksana itu akan
menembus pori–pori dalam bahan padat. Pelarut n-heksana melarutkan minyak yang
berada dalam sampel. Setelah pelarut dan minyak dalam tabung soklet penuh maka secara
otomatis akan turun ke labu didih dengan membawa minyak, proses ini disebut refluks.
Larutan n-heksana yang turun ke labu didih kemudian akan dipanaskan kembali. Pelarut
n-heksana memiliki titik didih yang rendah dibandingkan dengan minyak, sehingga n-
heksana lebih mudah menguap daripada minyak dan meninggalkan minyak sampel pada
labu didih.
Setelah proses sokletasi, untuk memisahkan minyak dari sampel selesai.
Selongsong dikeluarkan dari tabung soklet dan ditimbang. Kemudian dilakukan
pemanasan yang kedua (tanpa selongsong) atau destilasi dengan tujuan mengambil
pelarut yang masih terkandung didalam minyak. Pelarut yang diperoleh dapat disimpan
dan dipergunakan kembali. Selanjutnya, minyak hasil destilasi dioven untuk
menghilangkan sisa pelarut hingga beratnya konstan. Dari hasil percobaan berat minyak
yang didapat adalah 15 gram, rendemen 25%.
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan
terisolasi. Pemisahan minyak dari kacang tanah dapat dilakukan dengan
metode sokletasi menggunakan pelarut n-heksana.
2. Minyak kacang tanah yang diperoleh pada percobaan ini adalah seberat 15
gram dan rendemen 25%.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTKA
Apriani, R.2008. Studi Ekstraki dan Penentuab Sifat Fisika-Kimia Serta Komposisi Asam
Lemak Penyusun Trigliserida dan Minyak Biji Pepaya (Carica Papaya. L.).
Jakarta : FMIPA UI SKRIPSI. Diakses 16 februari 2014.
Gardjito, M. dan A. S. Wardana. 2003. Hortikultura, Teknik dan Analisis pasca panen.
Transmedia Global Waana. Yogyakarta.
Larasati, Dewi.2010. Pengaruh Pelarut Pada Pembuatan Minyak Makan Biji (Carica
candamar censis Hok) Terhadap Kandungan Betakaroten dan Vitamin E
(Tokoferol). Jurnal Teknologi Pagan dan Hasil Pertanian.Vol. 8. No.2. Halaman
78-83. \
Kunarto, B. 1992. Pengaruh Metode Ekstraksi dan Karakteristiksasi Minyak Biji Pepaya
(Carica papaya Linn). FTP UGM. Yogyakarta.
Malacrida, CR, Kimura M dan Jorge N, 2011. Characterization of High Oleic Oil
Extracted from Papaya ( Carica papaya. L.) Seeds. Departement of Food
Ingineering and Technology. Sao Pauo State University. UNESP, Brazil. 929-934.
(email: Cmalacrida@terra.com)
Nio, O.K. 2011. Daftar Analisis Bahan Makanan. Penerbit FKUI. Jakarta. 41
Sudarmaji, S,B. Haryono dan Suhardi. 1996. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Tietze, Herald W. 2002. Papaya As Medicine a Safe and Cheap from Of Food Therapy.
PT. Prestasi Pustaka Raya. Jakarta. Hal.55
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yuniwati, M dan Purwanti, A. 2008. Optimasi Kondisi Proses Ekstraksi Biji Pepaya.
Juornal. Teknology Technos Cientia. Vol.1. 75-82.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Berat Sampel + Kertas saring (Selongsong) = 61 gr
Berat Kertas Saring = 1 gr
Berat sampel = 60 gr
Berat Labu Didih Kosong = 173 gr
Berat Batu Didih = 2 gr
Berat Labu Didih + Batu Didih + Minyak = 190 gram
Maka massa minyak adalah = 15 gram
Massaminyak
Rendemen = x 100 %
Massa sampel awal
15 gram
= x 100 %
60 gram
= 25 %