Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM : FITOKIMIA
PERTEMUAN :1
JUDUL PERCOBAAN : EKSTRAKSI DENGAN METODE
SOKLETASI DAN INFUNDASI

NAMA : Novia

NPM/KELAS : 1848401110048/B

GOLONGAN : II

TANGGAL : 15 APRIL 2020

DOSEN PENGAMPU : Siti Nashihah, M.Si.,Apt

Irfan Zamzani, M.Farm.,Apt

LABORATORIUM FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

PERCOBAAN I
ESKTRAKSI DENGAN METODE SOKLETASI DAN INFUSDASI

I. Tujuan

 Mahasiswa mampu membuat ekstrak dengan metode sokletasi


 Mahasiswa mampu dan dapat melakukan Identifikasi Skrining Fitokimia
dengan metode warna
 Mahasiswa mampu membuat Ekstrak Kental dari daun singkong dengan
metode Infusa
 Mahasiswa mampu dan dapat melakukan Identifikasi Skrining Fitokimia
dengan metode warna

II. Dasar Teori

Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen


yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehinggga suatu komponen yang diinginkan akan
terisolasi

Pengambilan suatu senyawa organic dari suatu bahan alam padat disebut
ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam
jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat dengan maserasi,
melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam
keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih
efisien. Isolasi semacam itu di sebut Sokletasi (Djamal,1990)

Adapun prinsip sokletasi adalah penyaringan yang berulang ulang


sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relative sedikit.
Bila penyaringan ini telah selesai, Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut
yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik, yang terdapat pada
bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Metode
sokletasi seakan merupakan penggolongan antara metode maserasi dan perkolasi,
Jika metode pemisahan minyak atsiri (destilasi uap), tidak dapat digunakan
dengan baik karena preentase senyawa yang akan digunakan atau di isolasi cukup
kecil atau diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan
untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan
untuk pemisahan ini adalah sokletasi (Fessenden,1998)

Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara


pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam
labu ukur dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut
yang telah membawa senyawa kimia yang akan pada labu destilasi yang diuapkan
dengan rotary evopator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu
campuran organic berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat. Maka
dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan

Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi

1. Pelarut yang mudah menguap contoh : heksan, eter, Petroleum eter, metil
klorida dan alcohol

2. Titik didih pelarut rendah

3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan

4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi

5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pencocokan

6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akaan diisloasi, polar dan non polar

Cara menghentikan sortasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang


sedang berlangsung. Sebagai catatan, Sampel yang akan digunakan dalam
sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari, langsung. Jika terkena sinar
matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian
atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang akan disebut
senyawa artefak, hingga sampel dikatakan tidak alami lagi. Alat sokletasi tidak
alami lagi Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pada pipa kapiler, Karena
ada kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu
tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam sepenuhnya (wilcux,1995)

Sokletasi dihentikan apabila

1. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi

2. Sampel yang di letakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi

3. Hasil Sokletasi diuji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang


spesifik

Keunggulan Sokletasi

1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang

2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit

3. Proses Sokletasi berlangsung cepat

4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit

5. Pelarut organic dapat mengambil senyawa organic berulang kali

Kelemahan Sokletasi

1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang


mudah rusak atau senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi
penguraian.

2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyaringan, dengan menggunakan


Pereaksi mayer, Na, Wagner, dan reagen reagen lainnya.

3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didh rendah, sehingga mudah


menguap (Fessenden, 1990)

Infusa adalah sediaan cair yang terbuat dengan mencari simplisia nabati
yang di rebus dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit kecuali dinyatakan lain
infusa yang mengandung bukan bahan khasiat keras dibuat menggunakan 10%
simplisia .Banyaknya air dibutuhkan dalam pembuatan infusa adakah secukupnya
untuk merendam dalam panci maserasi.

Simplisia ada 3 macam

 Simplisia segar

 Simplisia kering

 Simplisia sangat kering

Yang di lakukan melalui proses ekstraksi dari simplisia terlebih dahulu


adalah Pengekstraksian merupakan pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi di hentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi pelarut di pisahkan dari sampel
dengan penyaringan . Ekstraksi awal mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena
itu,ekstrak awal perlu di pisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan
ukuran molekul yang sama. Proses ekstraksi di lakukan secara khusus untuk
bahan yang berasal dari tumbuhan, dilakukan pengeringan dan penggilingan
bagian tanaman, pemilihan pelarut, pelarut polar, semi polar , dan non polar.

Pembuatan simplisia bahan alamiah dipergunakan untuk obat tradisional


yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain
merupakan bahan yang dikeringkan.Salah satu pendekatan untuk penelitian
tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman.
Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan
golongannya. Sebagai informasi aawal dalam mengetahui senyawa kimia yang
mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman.

Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapat digunakan untuk
keperluan bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti tannin, minyak untuk
industri, seperti gum, dan lain lain. Metode yang telah dikembangkan dapat
mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, Flavanoid, Fenolat, Tanin,
Saponin, Kumarin, Quinon, Steroid/Terpenoid (Teyler V.E, 1998).

Metode skrining harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :

 Sederhan cepat

 Alatnya sederhana

 Bersifat Semi Kuantitatif

 Dapat memberikan keterangan tambahan ada tidaknya senyawa tertentu


dan golongan senyawa yang di pelajari

Ekstraksi Daun Singkong dilakukan dengan metode infusa. Daun singkong


di ketahui mengandung senyawa Fenolik khususnya Flavanoid yang merupakan
antioksidan alami. Sebagai salah satu bahan ekstraksi dan skrining fitokimia

III.Alat dan Bahan

Alat

 Alat soklet

 panci infusa

 Kertas saring

 botol penampung/elemeyer

 Api bunsen

 Oven

 Batu didih
Bahan

 Pelarut ekstraksi
 Serbuk simplisia
 identifikasi metabolit sekunder

IV.Cara Kerja

Cara Kerja sokletasi

1. Rangkai alat sokletasi yang akan digunakan dan menyiapkan bahan yang
diperlukan

2. Ditimbang 30 gram serbuk simplisia, dibungkus dengan kertas saring, pada


tiap ujung kertas saring diikat menggunakan tali/benang

3. Masukan selongsong serbuk simplisia kedalam pipa kapiler sokletasi

4. Masukan cairan penyari/pelarut kedalam pipa kapiler sokletasi dengan


bantuan corong hingga terjadi 1,5 sirkulasi, kemudian rangkai labu
sokletasi dengan kondensor.

5. Menyalakan pemanas/api bunsen

6. Proses soxhletasi dihentikan jika cairan pada pipa kapiler soxhletasi telah
jernih, tampung pada elemeyer

7. Lakukan tahap skrening fitokimia dgn metode pewarnaan

8. Timbang cawan penguap kosong, sisa ekstrak cair masukan ke dalam


cawan penguap, pekatkan pada penangas air/oven, hingga ekstak
kental/pasta

9. Hitung Rendemen Ekstrak

10. Skrening fitokimia dengan metode pewarnaan, pengidentifikasian


metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, saponin, dan
tannin
Cara Kerja infusdasi

1. Ditimbang 30 gram serbuk simplisia, tambahkan air secukupnya hingga


bisa merendam simplisia (panci a)
2. Siapkan panci infusa, isi panci b dengan air dan kemudian diikuti dengan
memasukkan panci a
3. Nyalakan kompor dan tunggu hingga suhu di didalam panci mencapai
900C
4. Proses infusdasi dulakukan pada saat suhu mencapai 900C selama 15
menit
5. Lakukan tahap skrining fitokimia dgn metode pewarnaan
6. timbang cawan penguap kosong, sisa ekstrak cair masukan ke dalam
cawan penguap, pekatkan pada penangas air/oven, hingga ekstak
kental/pasta
7. Hitung Rendemen Ekstrak
8. Skrining fitokimia dengan metode pewarnaan, pengidentifikasian
metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, saponin, dan
tannin

Skrining Fitokimia dengan Metode Warna

Identifikasi Tanin

Bahan :

Ekstrak Etanol Kental

1. Air

2. FeCl3 3%

3. Gelatin dlm air 10%

4. Gelatin 1% dlm NaCl 10% (NaCl-Gelatin)


Cara Kerja

1. 10 ml ekstrak etanol cair dilarutkan dalam 5 ml air suling panas dan


diaduk

2. Setelah dingin, di saring

3. Sebanyak 1 ml filtrate dikerjakan, sbb :

a. 1 ml Filtrat + 3 ml Gelatin 10%, bila ada endapan putih maka (+) mgd
Tanin

b. 1 ml Filtrat + 2 tts FeCl 3%, bila tjd warna hijau violet maka (+) mgd
Tanin

c. 1 ml Filtrat + 3 ml NaCl –Gelatin, bila tjd endapan putih maka (+) mgd
Tanin

Belum tentu, bias dipekatkan

Identifikasi Flavonoid

Bahan :

1. Ekstrak etanol kental

2. HCl 2N

3. HCl pekat

4. Etanol 95%

5. Aseton

6. Dietil Eter

7. Asam borat, asam oksalat, serbuk Zn, serbuk Mg

8. AlCl3
Cara Kerja :

1. 10 ml ekstrak cair dilarutkan dalam 3 ml etanol 95%, kmd (+) 100 mg


serbuk Zn dan 2ml HCl 2N. Biarkan 1 menit, kmd (+) 10 tts HCl pkt.

Ekstrak (+) mgd Flavonoid bila tjd warna merah dalam waktu 2-5 menit.

2. 10 ml ekstrak cair dilarutkan dalam 3 ml etanol (95%), kmd (+) serbuk Mg


dan 10 tts HCl pkt.

Ekstrak (+) mgd Flavonoid bila tjd warna kuning jingga (flavon, kalkon,
auron).

Ekstrak (+) mgd Flavonoid bila tjd warna merah jingga / merah ungu
(Flavonoid)

3. 10 ml ekstrak cair dilarutkan dlm 3 ml Aseton, di tambahkan 50 mg asam


oksalat dan 50 mg asam borat, diaduk kmd diamkan hingga mongering.
Kmd ditambahkan 3 ml dietileter, aduk dan diamkan sampai mongering,
kmd dilihat di bawah sinar UV 366 nm.

Ekstrak (+) mgd Flavonoid bila tjd fluoresensi kuning kehijauan.

4. 10 ml ekstrak cair dilarutkan dlm 3 ml Etanol 95%, diteteskan di atas


kertas saring, kmd disemprot dengan ALCl3 dan dilihat di bawah UV 366
nm.

Ekstrak (+) mgd Flavonoid bila tjd fluoresensi kuning kehijauan.

Identifikasi Saponin, Terpenoid dan Steroid

Mahasiswa mengatahui cara identifikasi senyawa golongan glikosida saponin,


steroid dan terpenoid
Bahan :

Ekstrak Etanol simplisia “X”

1. Aquades

2. HCl 2N

3. H2SO4 pekat

Cara Kerja :

1. Uji Buih

Ekstrak cair etanol sebanyak 15 ml dimasukkan tabung reaksi, kemudian


ditambah air suling 10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik.
Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama
lebih dari 30 menit dengan tinggi 1-10 cm di atas permukaan cairan dan
tidak hilang dengan penambahan 1 tetes HCl 2N menunjukan adanya
saponin.

2. Reaksi Warna

Ekstrak cair etanol sebanyak 15 ml ekstrak dilarutkan dalam 10 ml etanol,


lalu dibagi menjadi tiga bagian masing-masing 5 ml, disebut sebagai
larutan IIA, IIB, dan IIC

Uji Liebermann-Burchard

1. Larutan IIA digunakan sebagai blanko,

2. larutan IIB sebanyak 5 ml ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes
H2SO4 pekat, lalu dikocok perlahan dan diamati terjadinya perubahan
warna.
Pengamatan, jika terjadi :

1. Warna hijau biru menunjukkan adanya saponin steroid,

2. Warna merah ungu menunjukkan adanya triterpen steroid

3. Warna kuning muda menunjukkan adanya saponin jenuh.

a. Uji Salkowski

1. Larutan IIA digunakan sebagai blanko,

2. larutan IIC sebanyak 5 ml ditambah 1–2 ml H2SO4 pekat melalui


dinding tabung reaksi.

Pengamatan, jika terjadi :

Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan timbulnya cincin berwarna


merah.

Pengujian Terpenoid

1. Pada breaker glass masukan sebanyak 13 ml ekstrak cair sempel


2. tambahkan 20 ml n-heksan,
3. Lakukan tahap maserasi selama 3 jam
4. Lakukan penyaringan
5. Ambil 5 ml ekstrak
6. (Gunakan metode Uji Liebermann-Burchard) Tambahkan 3 tetes asam
asetat anhidrat dan 2 tetes H2SO4 pekat, lalu dikocok perlahan dan
diamati terjadinya perubahan warna.

b. Identifikasi Alkaloid

Mahasiswa mengatahui cara identifikasi senyawa golongan alkaloid

Bahan :
1. Ekstrak Etanol simplisia “X”

2. Aquades

3. HCl

4. Dragendorf

5. Mayer

6. Wagner

Cara Kerja :

Sebanyak 15 ml ekstrak cair sampel ditambahkan 1 ml HCl encer dan 9 ml air,


lalu dipanaskan dalam beaker glass selama 2 menit. Larutan didinginkan lalu
disaring kemudian dibagi 3, dan masing-masing ditetesi dengan dragendorf,
mayer (putih) dan wagner (coklat). Pada penambahan pereaksi dragendorf, hasil
positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna orange. Hasil positif mayer
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi putih atau kuning yang
larut dalam metanol dan hasil positif wagner ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna putih (Depkes RI, 1989).

Sampel berupa : ekstrak cair

Identifikasi Fenol

Mahasiswa mengetahui cara identifikasi senyawa golongan fenol

Bahan :

1. Ekstrak cair Etanol simplisia “X”

2. FeCl3 1%

Cara kerja :

Ekstrak cair 10 ml ditambahkan dengan FeCl3 sebanyak 3 tetes, hasil positif di


tunjukkan dengan adanya warna biru hijau, ungu atau hitam.
V. Skema Kerja

a. Skema Kerja Soxhlet

b. Skema Infusa

Uji Tanin

1. (+) gelatin 10% (endapan putih) (+)

2. (+) 2 tetes feCl 3% (biru violet) (+)

3. (+) 3 tetes ml Nacl + Gelatin (endapan putih) (+)

Uji Flavonoid

No 2 = warna merah jingga (+) Flavonoid


Uji Saponin

1. Uji buih => (+) berbuih kurang lebih 2 cm

2. Reaksi warna ~ IIA => blanko

~ IIB => (negatif) tidak berubah warna

~IIC => (+) cincin berwarna merah

Uji Terpenoid

Uji terpenoid +> perubahan warna menjadi merah jingga (+)

Uji Alkoloid

5 ml ekstrak cair + 15 ml etanol + 5 tetes Hcl pekat + pita Mg = tidak


mengandung flavonoid (negatif)

UJi Fenol

(+) berubah warna menjadi hitam.

Hasil Percobaan Infundasi

1. Identifikasi fenol

(+) ekstrak berwarna hijau dan hitam dan hitam , mengandung fenol

2. indentifikasi flavonoid

(+)warna kuning jingga, mengandung flavonoid

3. indentifikasi tanin

A. (+) ada endapan putih

B. (+) ada warna hijau violet


C. (+) ada endapan putih

D. =>mengandung tanim

4. Indentifikasi samponin ,terponoid dan steroid

Uji buih

A. (negatif) tidak ada buih

B. Reaksi warna

*uji liberman burchard

(+) warna kuning muda

*uji salkowski

(negatif) tidak ada cicin merah

C. Pengujian terpenoid

(+)warna coklat

5. Indenfikasi alkaloid

A. Mayer , hasilnya (negatif)

B. Dragendorf , hasilnya (negatif).

VII.PEMBAHASAN

Skrining fitokimia adalah tahap pendahuluan dalam suatu penelitian


fitokimia yang bertujuan memberi gambaran mengenai golongan senyawa yang
terkandung dalam tanaman belimbing wuluh khususnya pada daun. golongan
senyawa yang akan diujikan adalah, Tanin, Flavonoid, saponin (Steroid dan
Terpenoid), Alkoloid, dan Fenol. Dalam sebuah jurnal dinyatakan bahwa
golongan senyawa yang terkandung dalam daun belimbing wuluh ialah Flavonoid,
Fenol, Alkoid, dan Tanin. Pada praktikun yang kami lakukan didapatkan hasil
data bahwa pada uji Tanin positif ketika ditambahkan dengan Feci 3% ,
sedangkan negatif untuk penambahan gelatin 10% dan Naci gelatin. positif tanin
karena ia mengalami pembahan warna menjadi hijau violet , sedangkan negatif
karena tidak ada endapan putih. untuk uji flavoid dengan menambahkan 3ml
etanol (95%) , pita mg , dan 10tetes HCI pekat didapatkan hasil negatif karena
tidak terjadi warna kuning jingga (flavon kalkon, auron) dan tidak terjadi warna
merah jingga/merah ungu (flavonoid). untuk uji saponin, storid, dan terpenoid
merupakan satu kesatuan uji. digolongan ini terdiri dari macam macam
identifikasi lagi, pada uji baih ditambahkan 1o ml air suling dan hasilnya negatif
saponin. pada reaksi warna ada yang namanya uji liebarmann Berchard ia positif
saponin jenuh, sedangkan pada uji salkowski ia negatif steroid tak jenuh. positif
saponin jenuh karena warnanya kuning muda dan negatif steroid tak jenuh karena
tidak munculnya cincin berwarna merah. pada pengujian terpoid positif saponin
jenuh karena berwarna kuning muda, dengan penambahan 3 tetes as. asetat
anhidrat dan 2 tetes thsoq pekat. untuk uji alkoloid baik pada penambahan
pereaksi dragendoft maupun penambahan pereaksi mayer, keduanya positif
mengandung alkoloid. dan terakhir untuk uji fenol positif dengan penambahan
Feci3 1% ditunjukan dengan adanya warna hitam. sebelum melakukan skirining
Fitokimia, dilakukan ekstraksi terlebih dahulu menggunakan metode sekletasi
yang dimana dalam prosesnya padatan halus sampel ditempatkan dalam
selongsong yang telah dilapisi kertas saling berdahuluan rupa. pelaut dipanaskan
dalam labu alas sehingga menguap dan dokondersasikan oleh kondensor menjadi
molekul molekul cairan pelaut yang jatuh ke dalam selongsong dan melautkan
zaat aktif dalam sumpel. jika pelaut telah mencapai permukaan sifon, seluruh
cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kopiler sehingga terjadi
sirkulasi. Dari hasil krining Fitokimia yang telah dijelaskan terdapat perbedaan
hasil identifikasi saat kami praktikum dengan teoritisnya. dimana daun belimbing
wuluh yang kami identifikasi mengandung senyawa tanin, saponin jenuh,
Alkoloid, dan Fenol. sedangkan teoritis yang kami dapat mengatakan bahwa daun
belimbing wuluh mengandung senyawa Flovonoid, Fenol, Alkoloid, dan Tanin.
Ada beberapa hal yang mungkin dapat mempengaruhi hasil identifikasi kami
diantaranya adalah terkontaminasinya bahan peraksi serta adanya kualitas yang
dari daun belimbing wuluhnya.

Pada praktikum kali ini adalah untuk mengisolasi rutin(Flavonoid negatif


3 negatif glikosida) sebagai salah satu jenis glikosida flavonoid (glikosida
flavonoid) yang terkandung dalam daun singkong/ketela pohon. Glikosida
flavonoid termasuk rutin merupakan salah satu metabolisme sekunder yang
bersifat polar, temasuk kedalam kelompok glikosida O (molekul gula berikatan
dengan O negatif aglikon). Rutin daun singkong (satu zat aktif) sebagai bahan
obat obatan dan kosmetik, serta jadi zat pengatur tumbuh tanaman .

Karena sifatnya yang polar maka pengisolasian rutin dilakukan dengan


penggunaan pelarut polar yaitu air, dengan penggunaan air yang kemudian
dipanaskan membuat semua senyawa polar tertarik bersama Filtrate. Hal ini
merupakan salah satu kerugian penggunaan air sebagai pelarut karena, banyak
sekali komponen komponen polar yang dapat larut bersama air.

Firate yang diperoleh diuapkan hingga didapat filrate disimpan dalam


lemari pendinginan untuk mempercepat pembentukan kristal rutin dan mencegah
terjadinya penjemuran. Karena dengan media air memungkinkan timbulnya
jamuratau bakteri jika disimpan di suhu ruangan.

Endapan yang diperoleh disaingi dan dicuci dengan menggunakan etanol


dingin dengan maksud agar kemurnian filrate bertambah dan dari pegotoran-
pengotoran yang tidak ingin diisolasi, tetapi dengan pencucian ini tidak
menyebabkan kristal larut.

Sebagai dari endapan ditambahkan HCI untuk proses hidrolisis


dimkasudkan agar glikosida flavonoid rutin terhidrolisis sehingga aglikon
flavonoid (kuersetein) terpisah dengan molekul gulanya. Kuersetein ini termasuk
aglikon flavonoid (zat bukan gula) yang berdasarkan strukturnya dapat
digolongkan menjadi flavonol, kuersetin mempunyai khasiat sebagai antiinflamsi,
antikanker dan antioksidant.
Setelah dihidrolisis, larutan dipartisi dengan pelarut eter dengan
menggunakan corong pisah, eter digunakan karena memiliki kepolaran yang sama
dengan aglikon flavonoid (kuersetin). Maka seluruh senyawa kuersetin akan
tertarik kedalam palarut etere, ekstraksi dilakukakan sebanyak 3 kali untuk
memaksimalkan pengisolasikan. Seluruh fase eter yang dicampur disaring dengan
tambahan Na sulfat anhidrat agar molekul air yang ada dalam eter dapat tertarik,
sehingga larutan benar=benar murni eter dan aglikon flavonoid. Fase eter ini
diuapkan dan selanjutnya residu yang ada ditambahkan methanol sebagai pelarut
(sari II) untuk KLT.

Rutin Kuersetin Glukosa

Sisa endapan yang tidak dihidrolisis juga dilarutkan dengan methanol


untuk selanjunya di KLT bersama dengan sari II dan RF yang dihasilkan dapat
dibandingkan dan dapat terlihat proses hidrolisis berjalan dengan sempurna atau
tidak.

Sari I dan sari II dilakukan pengujian dengan KLT menggunakan eluen


etanol 96%. Dengan digunakannya eluen yang bersifat polar maka senyawa polar
akan terelusi lebih dulu dan memiliki RF yang lebih tinggi, dibandingkan dengan
senyawa non polar yaitu aglikon glikosida (kuersetin).

Dari hasil KLT ini, kedua senyawa terelusi dan pada titik B ada senyawa
yang tidak terelusi dan tetap berada pada dasar lempeng KLT, hasil ini
menunjukan adanya kuersetin yang sudah terpisah dan rutin, tetapi karena kedua
spot terelusi maka hidrolisis yang dilakukan tidak berjalan dengan sempurna,
ataupun ada pengotor singkong (Manihot utilissima Pohl.) muda tua dan kuning.
Secara KLT spektrofotodensiometri kadar rutin daun singkong muda adalah
adalah 0,71%(b/b), daun singkong tua 0,35%(b/b) dan daun singkong kuning
0,16%(b/b) dan secara gravimetri kadar rutin daun singkong muda adalah 0,56%
(b/b) , daun singkong tua 0,32%(b/b) dan daun singkong kuning tidak terdeteksi.
Telah dilakukan pula isolasi rutin dan daun singkong muda dengan cara maserasi
dengan natrium hidroksida 1% dan rutin yang didapat dari maserasi ini adalah
0,027%(b/b).

Pada praktikum kali digunakan daun singkong yang sudah agar tua
sehingga kadar yang didapat tidak maksimal. Dan untuk terbentuknya kristal rutin
dibutuhkan waktu yang sangat lama sekali kurang lebih selama 2 minggu. Dan
kristal rutin yang terbentuk sangat sedikit sekali, dan tercampur dengan endapan
lainnya.

VIII. KESIMPULAN

Pada praktikum yang telah dilakukan didapat kandungan zat aktif dalam
simplisia daun singkong berdasarkan metode yang telah dilakukan adalah (+)
Tanin, Flavonoid, Saponin,Terpenoid, dan Fenol ( negatif) mengandung Alkaloid
.

DAFTAR PUSTAKA

Petrucci .1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Anartik II. Jakarta ; UI

Underwood, A. L dan Day A.R. 1998. Analisis Kimia Analitik Edisi kelima.
Jakarta : Erlangga

Rudi.2010. Penuntun Dasar Dasar Pemisahan Analitik .

Kendari : Universitas Haluoleo

Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu Kedokteran di


Indonesia dan Upaya Pengembangannya sebagai Obat Alternatif, Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai