Anda di halaman 1dari 33

Laporan Praktikum

FITOKIMIA I
“PERKOLASI”
“Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Fitokimia I”

OLEH

KELOMPOK : III (TIGA)


KELAS : B-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : SUNARYO DJIBU, A.Md. Farm

LABORATORIUM BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Lembar Pengesahan
FITOKIMIA I
“Perkolasi”

OLEH
KELOMPOK III (TIGA)
KELAS B-S1 FARMASI 2021

1. RIZKY ALWANSYAH HIOLA (821421060)


2. FADLIANA EKA PUTRI SYAWAL (821421084)
3. NABILAH AULIA IBRAHIM (821421075)
4. PRISTIYA T. AHMAD (821421078)
5. RAISA PONTUT (821421097)
6. RIVA TRIANA HALID (821421083)

Gorontalo, Maret 2023 NILAI


Mengetahui,
Asisten

SUNARYO DJIBU, A.Md. Farm


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini membahas tentang “Perkolasi”.
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam hal menyelesaikan laporan ini. Kami sangat
menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna, hal ini karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar laporan ini bisa dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Semoga
penulisan laporan praktikum ini dapat bermanfaat terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Maret 2023

Kelompok III

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum ......................................................................................2
1.4 Manfaat Praktikum ....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3
2.1 Dasar Teori ................................................................................................3
2.2 Uraian Tanaman ........................................................................................6
2.3 Uraian Bahan .............................................................................................9
BAB III METODE PRAKTIKUM ..................................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................................. 10
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 10
3.3 Cara Kerja................................................................................................ 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 11
4.1 Hasil ......................................................................................................... 11
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 11
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 15
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 15
5.2 Saran ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan salah satu cabang ilmu di bidang kesehatan yang
mempelajari terkait cara membuat, meracik, mencampur, memformulasikan, dan
pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaanya secara
aman, salah satunya adalah memanfaatkan tanaman obat. Farmasi juga dapat di
definisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan bahan
obat dari sumber alam atau sintetik yang sesuai untuk disalurkan dan digunakan
pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Salah satu ilmu yang mempelajari
tentang bahan obat dari sumber alam yaitu fitokimia
Fitokimia merupakan ilmu yang mempelajari kandungan kimia dari bahan
alam yang mempunyai khasiat obat. Bahan alam tersebut meliputi tumbuhan,
hewan, mineral, serta biota laut yang mengandung beberapa komponen kimia
yang dapat digunakan sebagai obat. Tanaman merupakan salah satu bahan alam
yang penting untuk diolah karena mengingat pentingnya manfaat dari tanaman
dan kandungan senyawa dari tanaman yang diketahui sangat bermanfaat bagi
kesehatan, sehingga dapat digunakan sebagai pengobatan penyakit. Salah satu
metode dalam pengolahan tanaman yaitu ekstraksi.
Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan suatu zat yang didasarkan
pada perbedaan kelarutan terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda,
biasanya yaitu air dan yang lainnya berupa pelarut organik. Adapun tujuan
ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada
bahan alam. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan dalam ekstraksi,
salah satu yang paling umum dilakukan adalah metode perkolasi.
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan
pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator. Perkolasi
bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk
zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.

1
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum perkolasi yang
bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ekstraksi dingin,
mengetahui jenis jenis ekstraksi dingin dan mengetahui prinsip kerja dari ekstraksi
dingin yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa kesehatan, khususnya mahasiswa
jurusan farmasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi?
2. Apa yang dimaksud dengan perkolasi?
3. Bagaimana prinsip kerja dari perkolasi?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ekstraksi.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan perkolasi.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari perkolasi.
1.4 Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ekstraksi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan perkolasi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari perkolasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Fitokimia
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis,
perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari
senyawa organik. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah
segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan,
termasuk sayuran dan buah-buahan. Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari
anekaragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhanya itu
mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,
penyebaran secara alamiah serta fungsi biologinya (Lully H. N., 2016; Hanafiah,
2019).
2.1.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah
dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan,
kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 0C. Istilah
simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada
dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk (Gunawan, 2010;
Agung, 2020).
Menurut Mukhriani (2014), simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
sebagai berikut.
1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengaja dikeluarkan dari selnya dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan /diisolasi dari tanamannya.

3
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,
misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Meldepuratum).
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelican atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
2.1.3 Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Dirjen POM, 2014).
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan suatu
proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan ataupun
hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ekstrak adalah sediaan pekat yang
diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku yang
ditetapkan (Istiqomah, 2013; Agung, 2020).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan
antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan
pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut, jumlah dan jenis senyawa yang
masuk kedalam cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut yang digunakan
dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi. Pada fase
pembilasan, pelarut membilas komponen-komponen isi sel yang telah pecah pada
proses penghancuran sebelumnya.

4
Menurut Fajeriyati (2017), jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Ekstraksi Cara Dingin
Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud
rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi.
2. Ekstraksi Cara Panas
Metode ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas
secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin.
Metodenya adalah refluks, ekstraksi dengan alat soxhlet dan infusa.
2.1.4 Perkolasi
Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun secara
unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai prosesnya
sempurna dan umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosedur metode ini yaitu
bahan direndam dengan pelarut, kemudian pelarut baru dialirkan secara terus
menerus sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya
sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut. Proses terdiri dari tahap
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya, terus
menerus sampai diperoleh ekstrakt (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
Perkolasi cukup sesuai, baik untuk ekstraksi pendahuluan maupun dalam jumlah
besar. (Sarker, S.D., dkk., 2016; Istiqomah, 2013).
Perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi dikarenakan
adanya cairan penyari yang menyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga dapat meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi dan juga keberadan ruangan di antara butir-butir serbuk
simplisia membentuk yang akan saluran kapiler tempat mengalir cairan penyari
sehingga menyebabkan meningkatnya perbedaan konsentrasi. Kelebihan dari
metode ini yaitu tidak diperlukan proses tambahan untuk memisahkan padatan
dengan ekstrak, sedangkan kelemahan metode ini adalah jumlah pelarut yang
dibutuhkan cukup banyak dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama,
serta tidak meratanya antara padatan dengan pelarut (Sarker, S.D., dkk., 2016).

5
Prinsip ektraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan
dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan
penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan
jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan
tekanan penyari dari cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang
cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Erviana 2016).
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Perkolasi
Menurut Sulaiman (2011), kelebihan dan kekurangan dari metode
perkolasi adalah sebagai berikut.
A. Kelebihan
1. Tidak terjadi kejenuhan.
2. Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat
seperti terdorong untuk keluar dari sel).
B. Kekurangan
1. Cairan penyari lebih banyak.
2. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara
terbuka.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Bandotan (Ageratum conyzoides)
a. Klasifikasi Tanaman Bandotan
Menurut Kartesz (2012), klasifikasi dari tanaman bandotan adalah sebagai
berikut.
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae Gambar 2.2.1
Genus : Ageratum Bandotan
(Ageratum conyzoides)
Spesies : Ageratum conyzoides

6
b. Morfologi Tanaman Bandotan
Bandotan merupakan salah satu jenis tanaman pengganggu yang banyak
ditemukan di pinggir jalan, hutan, ladang dan tanah terbuka. Tanaman ini berasal
dari Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Karibia, Florida, China
Selatan dan Australia. Bandotan memiliki ketinggian mencapai 1 meter dengan
ciri daun yang mempunyai bulu berwarna putih halus. Bunga berukuran kecil,
berwarna putih keunguan pucat, berbentuk seperti bunga matahari dengan
diameter 5-8 mm. Batang dan daun ditutup oleh bulu halus berwarna putih dan
daunnya mencapai panjang 7.5 cm. Buahnya mudah tersebar sedangkan bijinya
ringan dan mudah terhembus angin (Prasad, 2011).
c. Kandungan Kimia Tanaman Bandotan
Kandungan fitokimia pada tanaman bandotan menunjukkan adanya
senyawa steroid, terpenoid, fenol, saponin, asam lemak dan alkaloid. Ekstrak
bandotan menunjukkan beberapa kandungan antara lain steroid, sterol,
triterpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenolik, karbohidrat dan protein
(Kamboj dan Saluja, 2010; Dash dan Murthy, 2011).
d. Manfaat Tanaman Bandotan
Bandotan telah digunakan di Afrika sebagai tanaman obat untuk berbagai
macam penyakit, biasanya digunakan untuk pengobatan luka, selain itu juga
sebagai antiinflamasi, analgesik dan antipiretik (Adebayo, dkk., 2010).
2.2.2 Kencur (Kaempferia galanga)
a. Klasifikasi Tanaman Kencur
Menurut Yoanna & Yovita (2000), klasifikasi dari tanaman kencur adalah
sebagai berikut.
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae Gambar 2.2.2
Genus : Kaempferia Kencur
(Kaempferia galanga)
Spesies : Kaempferia galanga

7
b. Morfologi Tanaman Kencur
Kencur merupakan tanaman obat dan aromatik yang berasal dari India dan
kencur dibudidayakan terutama di Asia Tenggara juga China. Tanaman kencur
tumbuh di iklim yang lembab dan hangat, yang dapat tumbuh pada ketinggian
1.500 mdpl. Susunan tubuh tanaman kencur terdiri dari akar, rimpang, batang,
daun, bunga dan buah. Akar tanaman kencur termasuk kedalam jenis akar tunggal
yang mempunyai cabang halus dan menempel pada umbi akar (rimpang) (Prasad,
2011).
Rimpang kencur umumnya berbentuk bulat dan berwarna putih pada
bagian tengahnya serta kecoklatan pada bagian pinggirnya dan berbau harum.
Batang tanaman kencur berupa batang semu yang sangat pendek dan terbentuk
dari pelepah yang saling menutupi. Daun tanaman kencur tumbuh tunggal,
mendatar hampir rata dengan tanah dan melebar. Jumlah daun sekitar 8-10 helai
dan berbentuk elip melebar hingga bundar berukuran 7-12 cm dan mempunyai
lebar daun 3-6 cm, daun ini mempunyai daging agak tebal (Prasad, 2011).
c. Kandungan Kimia Tanaman Kencur
Kandungan yang terdapat dalam rimpang kencur yaitu minyak yang
bersifat volatil (2,5-4%), beberapa jenis alkaloid, pati, mineral dan lemak.
Kandungan volatile oil yang terdapat dalam rimpang lebih tinggi daripada yang
terdapat dalam akar kencur. Kandungan minyak esensial dilaporkan mengandung
54 komponen dengan komponen utamanya yaitu etilp-metoksisinamat (16,5%),
pentadekana (9%), 1,8-sineol (5,7%), g-carene (3,3%) dan borneole (2,7%)
(Preetha, 2016).
d. Manfaat Tanaman Kencur
kandungan yang terdapat dalam rimpang kencur yaitu minyak yang
bersifat volatil (2,5-4%), beberapa jenis alkaloid, pati, mineral dan lemak.
Kandungan volatile oil yang terdapat dalam rimpang lebih tinggi daripada yang
terdapat dalam akar kencur. Kandungan minyak esensial dilaporkan mengandung
54 komponen dengan komponen utamanya yaitu etilp-metoksisinamat (16,5%),
pentadekana (9%), 1,8-sineol (5,7%), g-carene (3,3%) dan borneole (2,7%)
(Preetha, 2016).

8
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 2014; Rowe, dkk., 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, etil alkohol, alkohol murni, alkohol
absolut.
Rumus molekul : C2H6O
Rumus kimia :

Berat Molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah terbakar, memiliki bau khas dan memberikan
nyala biru.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan kental
dan tembus cahaya, praktis tidak larut dalam etanol
(90%).
Khasiat : Antiseptik dan desinfektan
Kegunaan : Sebagai antiseptik dan sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindungi dari cahaya,
simpan ditempat yang sejuk dan jauh dari nyala api.

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fitokimia 1 percobaan “Perkolasi” ini dilaksanakan pada hari
Kamis, 2 Maret 2023 pukul 14.00 sampai 17.00 WITA. Praktikum ini bertempat
di Laboratorium Bahan Alam Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini, yaitu botol kaca,
botol infus, cutter, gelas ukur, gunting, neraca ohaus, spatula, dan wadah
stainless.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini, yaitu alkohol 70%,
aluminum foil, haksel daun bandotan (Ageratum conyzoides folium), kain kasa,
kapas, lakban hitam, label, selang infus, serbuk rimpang kencur (Kaempferia
galanga rhizoma), tali rafiah, dan tisu.
3.3 Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang masing-masing sampel sebanyak 50 gram
4. Dilubangi botol infus pada bagian atas menggunakan cater
5. Dimasukan kapas pada bagian bawah mulut botol infus
6. Dimasukan kain kasa pada bagian bawah mulut botol infus
7. Dimasukkan sampel kedalam botol infus
8. Ditambah pelarut sebanyak 300 mL
9. Dibungkus botol infus menggunakan lakban hitam
10. Dipasang selang infus
11. Dimasukkan selang infus kedalam botol kaca
12. Disimpan hasil ekstraksi

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil
Sampel
Sebelum Sesudah

Haksel Daun
Bandotan
(Ageratum
conyzoides folium)

Serbuk Rimpang
Kencur
(Kaempferia
galanga rhizoma)

4.2 Pembahasan
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala
jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk
sayuran dan buah-buahan. Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari
anekaragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhanya itu
mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,
penyebaran secara alamiah serta fungsi biologinya (Hanafiah, 2019).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah
dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan,
kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 600C.
(Gunawan, 2010).
Ekstraksi digunakan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia
yang larut pada pelarut. Ada beberapa macam ekstraksi yang biasa digunakan
pada proses pemisahan senyawa bioaktif dari tumbuhan dalam rangka mengetahui

11
rendemen yang akan dihasilkan, salah satunya yakni ekstraksi dingin perkolasi.
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Perkolasi adalah proses
ekstraksi dingin dengan pelarut yang dialirkan melalui kolom perkolator yang
diisi dengan serbuk bahan atau sampel, dan ekstraknya dikeluarkan melalui keran
secara perlahan (Atun S., 2014).
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan salah satu ekstraksi dingin
yaitu perkolasi. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan
melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu
perkolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan
biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan
pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai
keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri
dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk
menahan (Nursofia, 2021).
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawah diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui serbuktersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
dari sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh ( Nursofia, 2021).
Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini, yaitu botol kaca,
botol infus, cutter, gelas ukur, gunting, neraca ohaus, spatula, dan wadah
stainless. Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini, yaitu alkohol
70%, aluminum foil, haksel daun bandotan (Ageratum conyzoides folium), kain
kasa, kapas, lakban hitam, label, selang infus, serbuk rimpang kencur (Kaempferia
galanga rhizoma), tali rafiah, dan tisu.
Langkah awal yang dilakuakn yaitu menyiapkan alat dan bahan.
Dibersihkan menggunakan alkohol 70%. Adapun penggunaan alkohol 70%
digunakan untuk membersihkan alat guna alat terhindar dari mikroorganisme.
Menurut Saraswati dkk (2019), alkohol 70% merupakan bahan atau senyawa

12
kimia yang memiliki sifat membunuh mikroorganisme (desinfektan) pada alat
yang digunakan serta dapat membuat alat tetap steril.
Kemudian menimbang sampel sebanyak 50 gram menggunakan neraca
ohaus. Adapun penggunaan neraca ohaus untuk menimbang sampel guna untuk
mengetahui bobot dari sampel yang akan diekstrak. Digunakan neraca ohaus
karena berdasarkan pemaparan dari Chairunnisa, R. (2016), neraca ohaus
digunakan dalam laboratorium dengan tujuan untuk mengukur massa benda atau
logam. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah
311 gram dengan batas ketelitian 0,1 gram dengan prinsip kerja neraca ini adalah
dengan membandingkan antara massa bahan yang ditimbang dengan anak
timbangan yang terukur.
Selanjutnya menyiapkan alat perkolasi. Adapun alat perkolasi yang
digunakan pada percobaan kali ini yaitu menggunakan botol infus yang
dimodifikasi dengan melubangi bagian atas dari botol infus dan dimasukkan kapas
dan kain kasa pada bagian bawah botol. Adapun penggunaan kapas dan kain kasa
agar sampel tidak mengalir bersamaan dengan pelarut. Menurut Atun, S. (2014),
bagian bawah bejana diberi sekat berpori berupa kapas atau kain kasa yang
berpori untuk menahan serbuk. Setelah diberi sekat kemudian dimasukkan sampel
kedalam alat perkolasi sebanyak 50 gram.
Langkah selanjutnya menambahkan pelarut alkohol 70% dari bagian atas
sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Digunakan alkohol
70% sebagai pelarut pada proses ekstraksi kali ini karena alkohol 70% merupakan
pelarut yang universal yang akan mudah untuk menarik senyawa polar maupun
non polar. Berdasarkan pendapat Manoppo (2019), etanol digunakan sebagai
pelarut karena bersifat universal, polar dan mudah didapat. Etanol dipilih karena
selektif, tidak toksik, absorbsinya baik dan kemampuan penyariannya yang tinggi
sehingga dapat menyari senyawa yang bersifat non-polar, semi polar dan polar.
Kemudian memasangkan selang infus pada alat perkolasi sebagai jalan
keluarnya hasil perkolasi yang akan dialiri kedalam wadah berupa botol kaca.
Botol kaca yang digunakan yaitu botol coklat atau berwarna gelap agar perkolat
yang dihasilkan tidak teroksidasi. Penetasan cairan penyari dilakukan dengan

13
kecepatan 5 tetes setiap 1 menit. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil
penyarian zat yang terkandung dalam sampel yang maksimal (Ristanti, A. 2019).
Langkah terakhir yaitu menyimpan hasil ekstraksi pada wadah yang telah
dibungkus menggunakan aluminium foil sehingga sampel tidak akan rusak dan
terkontaminasi dengan lingkungan. Penggunaan aluminium foil agar tidak
perkolat tidak menguap. Menurut Hambali, dkk., (2007), hal ini dilakukan agar
tidak terjadi penguapan pelarut etanol pada saat perkolasi karena etanol
mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap, mudah larut dalam air.
Adapun kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi praktikum kali ini
yaitu kurangnya ketelitian pada saat penimbangan sampel dan pengukuran larutan.
Kurang hati-hatinya pada saat pembuatan alat perkolasi dan pengaturan cairan
yang keluar dari alat perkolasi yang kurang tepat dan tidak konsisten.

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ekstraksi merupakan proses pemisahan atau penarikan suatu senyawa dari
simplisia dengan menggunakan pelarut, biasanya yaitu air dan yang lainnya
berupa pelarut organik. Tujuan dilakukan ekstraksi pada simplisia tidak lain untuk
menarik komponen kimia atau senyawa metabolit yang terkandung pada simplisia
tersebut untuk diolah ke tahapan berikutnya.
Perkolasi merupakan proses penyarian simplisia dengan cara melewatkan
atau mengalirkan pelarut yang sesuai pada simplisia dalam suatu alat perkolator.
Tujuan dari perkolasi agar untuk menarik zat atau senyawa metabolit yang
terkandung dalam simplisia dan biasanya dilakukan untuk senyawa yang tahan
ataupun tidak tahan pemanasan.
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder yang bagian bawah diberi sekat berpori. Cairan penyari akan dialirkan
dari atas ke bawah melewati simplisia dimana cairan penyari akan melarutkan zat
aktif dari simplisia tersebut sehingga menghasilkan perkolat.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan kepada jurusan agar kiranya dapat memperbaiki dan
melengkapi sarana dan fasilitas fisik yang ada sehingga dapat mendukung
kegiatan praktikum dengan baik.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya laboratorium dapat memberikan dukungan dalam kelengkapan
alat-alat laboratorium dan menyediakan fasilitas-fasilitas yang lebih memadai.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Asisten hendaknya agar lebih membimbing praktikan dalam praktikum
dan dapat memperhatikan praktikan yang tidak paham atau belum mengerti
dengan materi yang disampaikan serta semakin semangat dan tetap menjalin
hubungan baik dengan praktikan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, H. T. 2015. Ekstraksi Daun Mimba (Azadirachta Indica A. Juss) Dan
Daun Mindi (Melia Azedarach) Untuk Uji Kandungan Azadirachtin
Menggunakan Spektrofotometer Extraction of Mimba’s Leaves
(Azadirachta Indica A. Juss) And Extraction Of Mindi’s Leaves (Melia
Azedarach) For Azadirachtin Test Using Spectrophotometer. Doctoral
Dissertation. Undip.
Anggitha, I. 2012. Performa Flokulasi Bioflokulan DYT pada Beragam Keasaman
dan Kekuatan Ion terhadap Turbiditas Larutan Kaolin. Universitas
Pendidikan Indonesia: Jakarta.
Atun, S. 2014. Metode Isolasi Dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan
Alam. Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur. 8(2): 53-61.
Cahyanta, Agung Nur. 2010. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Pare
Metode Kompleks Kolorimetri Dengan Pengukuran Absorbansi Secara
Spektrofotometri. e-journal Poltektegal. 5 (1).
Chairunnisa, R. 2016. Laporan Fisika Farmasi. Program Studi D3 Farmasi.
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Dash, GK & Murthy, PN. 2011. Wound Healing Effects of Ageratum conyzoides
Linn. India. Int Journal Pharma Bio Sci. 2(2): 369-383.
Dirjen POM. 2015. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI
Endang, M. 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung.
Fadhilaturrahmi H., 2015, Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Bulah Terong Lalap Ungu
(Solanum melongena L.). Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Sumatra
Utara.
Geankoplis Christie John. 2019. Transport Processes and Separation Process
Principle. 4th edition, New Jersey, Pearson Education International.
Hambali, E., dkk. 2007. Teknologi Bioenergi . Agromedia.
Hanafiah, O. A. 2019. Pengaruh Pemberian Gel Ekstrak Daun Binahong
(Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Dan Gel Aloclair® Terhadap
Ekspresi Tgfβ1 Dan Pdgf-Bb Sebagai Penanda Proliferasi Sel Fibroblas
Pada Penyembuhan Luka Di Mukosa Palatal Tikus Wistar. Doctoral
Dissertation, Universitas Sumatera Utara.
Hapsari, Dn, dkk., 2015. Manfaat Estrak Daun Sirih (Piper Betle Linn) Sebagai
Hand Sanitizer Untuk Menurunkan Angka Kuman Tangan. Sanitasi Jurnal
Kesehatan Lingkungan. 7(2): 79-84
Harmita. 2018. Petunjuk dan Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Dep. Farmasi. FMIPA-UI,
Jakarta.
Kamboj, A & Saluja, 2010. Ageratum conyzoides L., A Review on its
Phytochemical and Pharmacological Profile, International Journal of
Green Pharmacy. 2(2): 59-68.
Kartesz, JT., 2012. Ageratum conyzoides L. Topical Whiteweed.
Kristanti, A.N.,dkk. 2018. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Airlangga University
Press.
Kumoro, Andri Cahyono. 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari
Tanaman Obat. Yogyakarta: Plantaxia.
Kurniawati, E. 2017. Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Tunas Bambu Apus
Terhadap Bakteri Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus Secara In
Vitro. Jurnal Wiyata: Penelitian Sains Dan Kesehatan. 2(2): 193-199.
Kusumowati, I. T. D., dkk. 2011. Korelasi Kandungan Fenolik Dan Aktivitas
Antioksidan Daun Jambu Mete. Biomedika. 3(2).
Manoppo, C. J., Yudistira, A., & Wewengkang, D. S. 2019. Aktivitas
Antimikroba Ekstrak Dan Fraksi Tunikata (Polycarpa Aurata) Yang
Dikoleksi Di Selat Lembeh, Bitung Terhadap Escherichia Coli,
Staphylococcus Aureus Dan Candida Albicans. Pharmacon. 8(1): 243-251.
Mariani, L. 2011. Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Polifenol dalam Kulit Biji
Kakao dan Potensinya sebagai Antioksidan. Electronic Theses &
Dissertation. Universitas Gadjah Mada.
Marjoni, R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Marliani, L. 2012. Aktivitas Antibakteri dan Telaah Senyawa Komponen Minyak
Atsiri Rimpang Bangle (Zingiber Roxb.). Prosiding Seminar Nasional
Penelitian dan PKM: Sains, Teknologi, dan Kesehatan. Bandung. Hal. 1-6.
Martono, B. 2017. Karakteristik Morfologi dan Kegiatan Plasma Nutfah
Tanaman Kakao. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar.
Sukabumi.
Martunus dan Helwani Z. 2020. Ekstraksi Doiksin dalam Limbah Air Buangan
Industri Pulp dan Kertas dengan Pelarut Toluene. Jurnal Sains dan
Teknologi. 6(1): 1-4.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. 2(4).
Nurhaliza, N., dkk. 2022. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Batang Dan
Daun Sirih Cina (Peperomia Pellucida (L.) Kunth) Terhadap Trichophyton
Rubrum: Antifungal Activity Of Ethanolic Stem And Leaf Extracts Of
Peperomia Pellucida (L.) Kunth Against Trichophyton Rubrum. Indonesian
Journal Of Pharma Science. 4(1): 97-103.
Nursofia, Y. 2021. Uji Toksisitas Akut Dari Ekstrak Etanol Daun Kayu Manis
(Cinnamomum Burmanni) Terhadap Mencit Putih (Mus Musculus L.)
Betina. Doctoral Dissertation. Universitas Jambi.
Prasad, KB., 2011. Evaluation of Would Healing Activity of Leaves of Ageratum
conyzoides L. Int J of Pharm Pract Drug Res. India. Inj Pharmacy Practice
and Drug Research. 13(3): 319-322.
Prashant, dkk. 2011. Phytochemical Screening and Extraction. International
Pharmaceutica Sciencia.
Ristanti, A. 2019. Penetapan Kadar Flavonoid Total Rebusan Daun Binahong
(Anredera Cordifolia) Basah Dan Kering Dengan Metode Spektrofotometri
Uv-Vis. Doctoral Dissertation. Akademi Farmasi Putera Indonesia
Malang.
Rowe. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient. London: Pharmaceutical
Press
Saputra, E. 2008. Kopi. Harmoni: Yogyakarta.
Saraswati H., Seprianto, S. P., & Abna. 2019. Petunujuk Praktikum Biomedik I.
Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan.
Universitas Esa Unggul.
Sediawan, W. B. dan A. Prasetya. 2017. Pemodelan Matematis dan Penyelesaian
Numeris dalam Teknik Kimia dengan Pemrograman Bahasa Basic dan
Fortran. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Seidel V, dkk. 2016. Initial and Bulk Extraction., Natural Products Isola-tion.
2nd ed. Totowa (New Jersey). Humana Press Inc.
Setia Dharma Sinaga. 2017. Air Kelapa Dan Perendaman Ekstrak Bawang Merah
Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Stek Bunga Kertas (Bougainvillea
Spectabilis.). Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Shakti, S. W., Ismail, A., & Witjahjo, R. B. 2019. Hpengaruh Pemberian Ekstrak
Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) Dosis Bertingkat Terhadap
Gambaran Mikrokropis Ginjal Mencit Balb/C Jantan Yang Diinduksi
Rifampisin. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 8(1): 509-522.
Silvia, dkk. 2016. Uji Efek Ekstrak Daun Sirih Hutan (Piper aduncum L.)
Terhadap Kadar Gula Darah Pada Tikus Wistar (Rattus novergicus) yang
Diinduksi Aloksan. Jurnal e-Biomedik (eBm). 4(2).
Snyder, dkk. 2017. Practical HPLC Method Development, Second Edition. New
York: John Wiley and Sons.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suharji. 2017. Prosedur Analisis untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta.
Suharsanti, R., Astutiningsih, C., & Susilowati, N. D. 2020. Kadar Kurkumin
Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica) Secara Klt Densitometri
Dengan Perbedaan Metode Ekstraksi. Jurnal Wiyata: Penelitian Sains Dan
Kesehatan.7(2): 86-93.
Tetti, M. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. 7(2).
Treyball, R., 2019. Liquid-Liquid Extraction. Mc Graw Hill: New York.
Umaternate, dkk. 2022. Karakteristik Morfologi Bunga Kertas (Bougenville).
Jurnal JBES: Journal Of Biology Education And Sciencee. 7(3).
Utami. 2011. Potensi Daun Alpukat (Persea Americana Mill) Sebagai Sumber
Antioksidan Alami. Jurnal Teknik Kimia UPN Jawa Timur. 2(1): 58-64.

Waluyo, B, B. 2020. Tetap Sehat Saat Pandemi dengan Jamu Imunomudulator.


Guepedia. Blitar. Blitar.

Wibawa, Indra. 2012. Ekstraksi Cair-Cair. Lampung: Universitas Lampung.


Wilson, I. D. dkk., 2010. Encyclopedia of Separation Science. Academic-Press:
New York
Windi, W. 2020. Penetapan Kadar Fenolat Total Dan Aktivitas Antioksidan Dari
Fraksi N Heksan, Etil Asetat, Dan N-Butanol Akar Alang-Alang (Imperata
Cylindrica (L.) Raeusch). (Doctoral Dissertation, Upertis).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat dan Bahan
1. Alat
No. Nama Alat Gambar Fungsi

Digunakan untuk
1. Botol kaca tempat meletakan
sampel

Digunakan untuk
2. Botol infus wadah sampel selama
perkolasi berlangsung

Digunakan untuk
3. Cutter
melubangi botol infus

Digunakan untuk
mengukur larutan
4. Gelas ukur
alkohol yang akan
digunakan

Digunakan untuk
5. Gunting
menggunting kain kasa

Digunakan untuk
menimbang banyak
6. Neraca ohaus
sampel yang akan
digunakan
Digunakan untuk
7. Spatula mengambil sampel
untuk ditimbang

Digunakan untuk
8. Wadah stainless wadah menimbang
sampel
2. Bahan
No. Nama Bahan Gambar Fungsi

Digunakan untuk
1. Alkohol 70% membersihkan alat dan
sebagai pelarut

Digunakan untuk
2. Aluminium foil membungkus wadah
perkolat

Haksel daun bandotan Digunakan sebagai


3.
(Ageratum conyzoides) sampel

Digunakan sebagai
4. Kain kasa
kasat berpori

Digunakan sebagai
5. Kapas
kasat berpori

Digunakan sebagai
6. Lakban hitam
bahan membungkus
wadah
Digunakan sebagai
7. Label
penanda

Digunanakan untuk
8. Selang infus mengalirkan sampel ke
dalam botol kaca

Serbuk rimpang kencur Digunakan sebagai


9.
(Kaempferia galangal) sampel

Digunakan sebagai
bahan untuk mengikat
10. Tali rafiah
botol infus yang kan
digantung

Digunakan sebagai
11. Tisu bahan membersihkan
alat
Lampiran 2 : Diagram Alir
1. Sampel Haksel Daun Bandotan (Ageratum conyzoides)

Daun Bandotan
(Ageratum conyzoides)

- Disiapkan alat dan bahan


- Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
- Ditimbang sampel haksel daun bandotan sebanyak 50 gram
- Dilubangi botol infus pada bagian atas menggunakan cater
- Dimasukan kapas pada bagian bawah mulut botol infus
- Dimasukan kain kasa pada bagian bawah mulut botol infus
- Dimasukkan sampel kedalam botol infus
- Ditambah pelarut sebanyak 300 mL
- Dibungkus botol infus menggunakan lakban hitam
- Dipasang selang infus
- Dimasukkan selang infus kedalam botol kaca
- Disimpan hasil perkolat

Hasil
2. Sampel Serbuk Rimpang Kencur (Kaempferia galanga)

Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga)

- Disiapkan alat dan bahan


- Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
- Ditimbang sampel serbuk rimpang bandotan sebanyak 50 gram
- Dilubangi botol infus pada bagian atas menggunakan cater
- Dimasukan kapas pada bagian bawah mulut botol infus
- Dimasukan kain kasa pada bagian bawah mulut botol infus
- Dimasukkan sampel kedalam botol infus
- Ditambah pelarut sebanyak 300 mL
- Dibungkus botol infus menggunakan lakban hitam
- Dipasang selang infus
- Dimasukkan selang infus kedalam botol kaca
- Disimpan hasil perkolat

Hasil
Lampiran 3 : Skema Kerja
1. Simplisisa Haksel Daun Bandotan (Ageratum conyzoides )

Disiapkan alat Ditimbang sampel


dan bahan yang Dibersihkan
sebanyak 50 gram
akan digunakan menngunakan
menggunakan
alkohol 70%
neraca ohaus

Dimasukkan kain Dilubangi botol


Dimasukkan kapas
kasa pada bagian infus paga bagian
pada bagian bawah
bawah mulut botol atas menggunakan
mulut botol infus
infus cater

Dimasukkan Dibungkus botol


Dimasukkan
pelarut kedalam infus degan
sampel kedalam
botol infus menggunakan
botol infus
sebanyak 300 mL lakban hitam
Dimasukkan selang
Disimpan hasil Dipasang selang
infus kedalam botol
perkolat infus
kaca
2. Simplisisa Serbuk Rimpang Kencur (Kaempferia galanga)

Disiapkan alat Ditimbang sampel


dan bahan yang Dibersihkan
sebanyak 50 gram
akan digunakan menngunakan
menggunakan
alkohol 70%
neraca ohaus

Dimasukkan kain Dilubangi botol


Dumasukkan kapas
kasa pada bagian infus pada bagian
pada bagian bawah
bawah mulut botol atas menggunakan
mulut botol infus
infus cater

Dimasukkan Dibungkus botol


Dimasukkan
pelarut sebanyak infus dengan
sampel kedalam
300 mL kedalam menggunakan
botol infus
botol infus lakban hitam
Dimasukkan
Disimpan hasil selang infus Dipasang selang
ekstraksi kaca kedalam botol infus
kaca

Anda mungkin juga menyukai