Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini beredar informasinya di masyarakat penggunaan obat seperti
bodrex dengan minuman bersoda dapat menimbulkan kematian mendadak atau
keguguran, Seperti halnya dalam sebuah kasus, diduga salah minum obat, seorang
wanita hamil 4 bulan tewas setelah minum bodrex yang dicampur dengan sprite,
sejak rabu pagi korban mengeluh sakit kepala hingga menyebabkan kepala korban
pening. Diduga untuk menghilangkan sakit kepala itu, korban nekat menegak pil
obat sakit kepala (bodrex). Sementara untuk meminum obat itu, korban
menggunakan minuman jenis soda (Sprite). Keluarga menduga ada kesalahan,
korban meminum obat dengan sprite. Obat memang sebaiknya dikonsumsi hanya
dengan air putih karena bila dikonsumsi dengan cairan lain seperti susu, soda, bir,
teh, dikhawatirkan dapat mengganggu proses penyerapan ataupun meningkatkan
kemungkinan efek samping. Mungkin atas ketidaktahuan masyarakat tentang cara
pengkonsumsian obat yang benar, maka diberikan penjelasan mengenai
pemakaian obat yang benar dan di perjelas dengan pio yang diberikan seorang
apoteker sebagai seorang farmasis.
Farmasi merupakan salah satu bidang ilmu yang tidak dapat
dipisahkan dari dunia pengobatan karena farmasi adalah inti dari obat itu
sendiri. farmasi menyediakan zat aktif yang berefek pengobatan pada
suatu penyakit yang disebut dengan obat.
Farmasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
pencampuran dengan bahan lain atau dengan pelarut, meracik,
memformulasikan, suatu sediaan padat, cair sediaan semi padat, maupun
sediaan steril. Melakukan pengujian pada bahan dasar obat dan pengujian
akhir sediaan secara vitri dan in vivo, mengidentifikasi, menganalisis, serta
menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta
pendistribusian dan penggunaanya secara aman. Disinilah farmasi
menghasilkan obat, yang disesuaikan dengan jenis penyakit, kebutuhan,
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1
Farmasi bukan merupakan ilmu pasti, akan tetapi berupa ilmu
terapan ketika ilmu ini adalah gabungan antara ilmu pasti dan seni.
Farmasi membutuhkan ilmu lain seperti ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu
kedokteran, ilmu manajemen, ilmu kimia, ilmu teknologi, ilmu seni,dan
lain-lain. Salah satu ilmu di atas yaitu ilmu fisika, dapat digabungkan
menjadi suatu ilmu yang disebut Farmasi Fisika.
Farmasi Fisika adalah kajian atau cabang ilmu hubungan antara fisika
(sifat- sifat Fisika) dengan kefarmasian (sediaan Farmasi, farmakokinetik,
serta farmakodinamiknya) yang mempelajari tentang analisis kualitatif serta
kuantitatif senyawa organik dan anorganik yang berhubungan dengan sifat
fisikanya serta menganalisis pembuatan dan pengujian hasil akhir dari sediaan
obat.
beberapa senyawa obat memiliki sifat farmasi fisika yang berbeda beda
diantaranya kelarutan dan koefisien distribusi. Kelarutan suatu zat dinyatakan
sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan
tertentu. Sedangkan koefisien distribusi sendiri yaitu suatu perbandingan
konsentrasi kesetimbangan zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur. (aida, 2014).
Larutan memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan penelitian dibidang obat, saat ini tersedia
berbagai pilihan obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam
pemilihan obat untuk mengobati suatu penyakit,
kelarutan sangat besar pengaruhnya untuk pembuatan obat dimana bahan-
bahan dapat dicampurkan. Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena
dapat mengetahui dan dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang
sangat baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-
kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang
farmasi) dan jauh lebih lagi apat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.
Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penentuan kelarutan bodrex
dengan menggunakan dua pelarut yaitu dengan suhu normal dan suhu panas.

2
1.2 Maksud Percobaan
1. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu pelarut aquadest terhadap
kelarutan suatu zat
2. Untuk mengetahui manfaat dari koefisien distribusi
3. Untuk mengtahui kelarutan suatu zat
1.3 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan suhu pelarut aquadest
terhadap kelarutan suatu zat
2. Agar mahasiswa dapat mengetaui manfaat dari koefisien distribusi
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui kelarutan suatu zat
1.4 Prinsip Percobaan
Penentuan kelarutan dari obat bodrex pada suhu normal dan suhu panas
dengan cara melarutkan, menyaring, mengeringkan dan menimbang residu
zat yang tidak larut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci. 1985). Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Sebagai contoh, jika
sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik, maka campuran
tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian (Styarini, L. W.
2012).
Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.
Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi
larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut
(Khikmah, N. 2015). Untuk jumlah terlarut yang berbeda pada setiap larutan,
maka dibutuhkan energi panas yang berbeda pula, yang nantinya akan
mempengaruhi titik didih larutan tersebut. Titik didih suatu larutan merupakan
suhu larutan pada saat tekanan uap jenuh larutan itu sama dengan tekanan udara
luar (tekanan yang diberikan pada permukaan cairan) (Wolke, 2013).
Suhu dan energi kalor merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda. Energi kalor adalah sesuatu yang mengalir dari benda yang bersuhu
lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah, dan sesuatu itu menyebabkan
benda yang bersuhu rendah tadi meningkat atau suhu benda tetap tetapi
mengalami peubahan wujud (Ansar. 2011).
Dalam istilah fisika kimia, larutan dipersiapkan dari campuran yang mana
saja dari tiga keadaaan zat yaitu padat, cair, dan gas. Dalam istilah farmasi, larutan
yang didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahannya, cara
peracikan atau penggunaannya dalam golongan produk lainnya. Sesungguhnya
banyak produk farmasi melarut prinsip kimia fisika merupakan campuran

4
homogen dari zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, menurut prinsip farmasi
digolongkan ke dalam jenis produk lain (Ansar, 2011).
2.1.2 Kelarutan
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersinmolekuler homogen. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat
fiska dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor teempertur,
tekanan, 5 pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal
terbaginya zat terlarut (Sinko, 2011).
Kelarutan suatu senyawa dinyatakan dalam gr/lt. Besarnya kelarutan suatu
senyawa adalah jumlah maksimal senyawa bersangkutan yang larut dalam
sejumlah pelarut tertentu pada suatu suhu tertentu dan merupakan larutan jenuh
yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya. Metode sederhana untuk
menentukan kelarutan sebagian besar senyawa atau bahan campuran adalah
mengocok dengan lama zat bubuk halus dengan zat terlarut pada temperatur yang
diperlukan hingga tercapai keseimbangan. Larutan itu kemudian disaring dan
untuk menentukan bahan yang melarutkan dengan metode yang cocok seperti
metode fisika dan kimia atau dengan menggunakan sifat fisika, larutan sebagai
indeks bias (Alatas dkk. 2014).
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
Suatu zat padat dalam cairan antara lain (Muhammad, 2019):
a. Intensitas Pengadukan
Pada pengadukan yang rendah aliran bersifat pasif. Zat padat tidak
bergerak dan kecepatan pelarutan bergantung pada bagaimana karakter zat
padat tersebut menghambur dari dasar wadah. Zat padat dan larutannya
tidak berpindah ke atas sistem sehingga mempunyai perbedaan
konsentrasi. Pada pengadukan yang tinggi sistem menjadi turbulent. Gaya
sentrifugal dari putaran cairan mendorong partikel ke arah luar dan atas.
b. pH (keasaman atau kebasaan)

5
Kebanyakan obat adalah elektrolit lemah. Obat-obat ini bereaksi dengan
kelompok asam dan basa kuat serta dalam jarak pH tertentu berada pada
bentuk ion yang biasanya larut dalam air, sehingga jelaslah bahwa
kelarutan elektrolit lemah sangat dipengaruhi oleh pH larutan.
c. Suhu
Perubahan kelarutan suatu zat terlarut karena pengaruh suhu erat
hubungannya dengan panas pelarutan dari zat tersebut. Panas pelarutan
didefinisikan sebagai banyaknya panas yang dibebaskan atau diperlukan
apabila satu mol zat terlarut dilarutkan dalam dalam suatu pelarut untuk
menghasilkan satu larutan jenuh. Kenaikan temperatur menaikkan
kelarutan zat padat yang mengabsorpsi panas (proses endotermik) apabila
dilarutkan. Pengaruh ini sesuai dengan asas Le Chatelier, yang mengatakan
bahwa sistem cenderung menyesuaikan diri sendiri dengan cara yang
sedemikian rupa sehingga akan melawan suatu tantangan misalnya
kenaikan temperatur. Sebaliknya jika proses pelarutan eksoterm yaitu jika
panas dilepaskan, temperatur larutan dan wadah terasa hangat bila
disentuh. Kelarutan dalam hal ini akan turun dengan naiknya temperatur.
Zat padat umumnya termasuk dalam kelompok senyawa yang menyerap
panas apabila dilarutkan.
d. Komposisi Cairan
Pelarut Seringkali zat pelarut lebih larut dalam campuran pelarut daripada
dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama
(kosolvensi) dan kombinasi pelarut menaikkan kelarutan dari zat terlarut
disebut kosolven.
e. Ukuran Partikel
Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh terhadap ukuran partikel.
Semakin kecil ukuran partikel semakin besar kelarutan suatu bahan obat.
f. Pengaruh Surfaktan
Obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut, dapat
dilarutkan dengan bantuan kerja dari zat aktif permukaan dengan
menurunkan tegangan permukaan antara zat terlarut dengan mediumnya.

6
Jika digunakan surfaktan dalam formulasi obat, maka kecepatan pelarutan
obat tergantung jumlah dan jenis surfaktan yang digunakan. Pada
umumnya dengan adanya penambahan surfaktan dalam suatu formula akan
menambah kecepatan pelarutan bahan obatnya.
g. Pembentukan Kompleks
Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah
gaya van der waals dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi. Ikatan
hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks
molekuler dan kovalen koordinat penting dalam beberapa kompleks
logam. Salah satu faktor yang penting dalam pembentukan kompleks
molekular adalah persyaratan ruang. Jika pendekatan dan asosiasi yang
dekat dari molekul donor dan molekul akseptor dihalangi oleh faktor
ruang, kompleks akan atau mungkin berbentuk ikatan hidrogen dan
berpengaruh lain harus dipertimbangkan. Metode ini membuat pentingnya
pembentukan kompleks molekular. Dibawah kompleks ini diartikan
senyawa yang antara lain terbentuk melalui jembatan hidrogen atau gaya
dipol – dipol, juga melalui antar aksi hidrofob antar bahan obat yang
berlainan seperti juga bahan obat dan bahan pembantu yang dipilih.
Pembentukan kompleks sering dikaitkan dengan suatu perubahan sifat
yang lebih penting dari bahan obat, seperti ketetapan, daya resorpsinya dan
10 tersatukannya, sehingga dalam setiap kasus diperlukan suatu pengujian
yang cermat dan cocok. Pembentukan kompleks sekarang banyak dijumpai
pengunaannya untuk perbaikan kelarutan, akan tetapi dalam kasus lain
juga dapat menyebabkan suatu perlambatan kelarutan
h. Tekanan
Pada umumnya perubahan volume larutan yang dikarenakan perubahan
tekanan kecil, sehingga diperlukan tekanan yang sangat besar untuk dapat
mengubah kelarutan suatu zat

7
Menurut Jouyban (2010), kelarutan suatu obat diklasifikasikan menjadi 7,
yang telah terangkumkan dalam tabel di bawah ini.
Bagian pelarut yang dibutuhkan 1
Istilah
bagian zat yang terlarut
Sangat mudah larut Kurang dari 1 bagian
Mudah larut 1 sampai 10 bagian
Larut 10 sampai 30 bagian
Agak sukar larut 30 sampai 100 bagian
Sukar larut 100 sampai 1.000 bagian
Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000 bagian
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000 bagian
2.1.4 Metode penentuan kelarutan zat
Menurut Nursal dan wawan (2012), Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk menentukan kelarutan suatu zat.
a. Metode Agitasi.
Solven dan solut zat padat dalam jumlah berlebihan digojog atau diaduk
dalam suatu bejana. Suhu percobaan dikontrol, khususnya bagi kelarutan
yang sifatnya tergantung pada suhu. Sejumlah larutan yang sudah jenuh
dipisahkan dari sistem dengan cara disentrifugasi pada suhu dimana
tercapai keseimbangan, difiltrasi menggunakan glass-wool, atau cukup
dituang untuk kemudian dianalisis dengan metode yang sesuai.
b. Metode Kolom Alir.
Suatu kolom dari gelas atau stainless steel dipak dengan solut zat padat
atau dengan suatu bahan pendukung. Solven dipompa dengan tekanan gas
melewati kolom tersebut. Permukaan kontak yang luas antar solut-zat
padat dengan solven akan mempercepat tercapainya keseimbangan
sehingga solven dijenuhkan kemudian dianalisis.
c. Metode Sintesis.
Sejumlah solut (atau solven yang sudah diketahui jumlahnya) yang sudah
ditimbang ditempatkan dalam wadah yang sesuai kemudian digojog pada
suhu konstan. Solven yang sudah diketahui jumlahnya (atau solut yang

8
sudah diketahui jumlahnya) ditambahkan ke dalamnya secara bertahap
sampai mencapai batas kelarutan.
2.1.5 jenis-jenis pelarut
Menurut Fanny (2017), Jenis-jenis pelarut yang biasanya digunakan untuk
melarutkan antara lain :
a. Pelarut Polar
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu
momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar
lain. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala
perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi lain. Air
melarutkan fenol, alkohol, aldehid, keton amina dan senyawa lain yang
mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan hidrogen
dalam air.
b. Pelarut Non Polar
Aksi pelarut dari cairan non polar seperti hidrokarbon berbeda dengan zat
polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara
ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang
rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit
dan berionisasi lemah karena pelarut non polar tidak dapat membentuk
jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu, zat terlarut ionik
dan polar tidak dapat larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut non
polar. Tetapi senyawa non polar dapat melarutkan zat terlarut non polar
dengan tekanan yang sama melalui interaksi dipol induksi. Molekul zat
terlarut tetap berada dalam larutan dengan adanya sejenis gaya van der
waals – London lemah. Maka, minyak dan lemak larut dalam karbon
tetraklorida, benzena dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak
larut dalam pelarut non polar.
c. Pelarut Semi Polar
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu
derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar, sehingga
menjadi dapat larut dalam alkohol, contoh : benzena yang mudah dapat

9
dipolarisasikan kenyataannya senyawa semipolar dapat bertindak sebagai
pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan
non polar.
Prinsip “Like dissolve Iike” juga mempengaruhi kelarutan suatu larutan.
Sesuai dengan prinsip kelarutan “like dissolve like” yaitu suatu senyawa akan
terlarut pada pelarut yang mempunyai sifat yang sama (Martin, 2006).
2.1.6 Koefiesien Distribusi
Koefisien distribusi merupakan suatu perbandingan kelarutan suatu zat
(sampel) di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur, serta
mempunyai harga tetap pada suhu tertentu. Pada ekstraksi cair-cair, satu
komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan
pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan
cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop
atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Metode ekstraksi
cair-cair merupakan distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzena, karbon tetraklorida atau
kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang
berbeda dalam kedua fase pelarut (Pratiwi, 2013).
Suatu zat dapat larut ke dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak
saling bercampur. Jika kelebihan cairan atau zat padat ditambahkan ke dalam
campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri diantara
dua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan
kedalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk
menjenuhkan larutan, maka zat tersebut akan tetap terdistribusikan diantara kedua
lapisan dengan konsentrasi tertentu (Anita, 2013).
Dijelaskan juga oleh Kasmiyatun, dkk. (2018) Tidak dapat tercampurnya
larutan dikarenakan, untuk memperoleh larutan, suatu solven harus mengalahkan
ikatan yang kuat pada solut sehingga molekul-molekul solven mendapatkan
tempat. Sebaliknya pada saat yang bersamaan molekul-molekul solven itu sendiri
harus dapat dipisahkan satu dengan lainnya oleh molekul-molekul solut.
Fenomena ini terjadi kalau gaya tarik menarik antara molekul kedua komponen

10
tersebut adalah sama. Jika gaya tarik menarik cukup berbeda, maka molekul-
molekul yang gaya tarik menariknya lebih kuat akan terikat bersama dan
memisahkan diri dari molekul-molekul yang gaya tarik menariknya lebih lemah,
di mana hasilnya adalah cairan yang tidak dapat tercampur homogen (immiscihle
liquids).
2.1.7 Faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi
Menurut Ayu (2013), faktor faktor yang mempengaruhi koefisien
distribusi adalah:
1. Temperature yang digunakan Semakin tinggi suhu, maka reaksi semakin
cepat sehingga volume titrasi menjadi kecil, akibatnya berpengaruh
terhadap nilai K.
2. Jenis pelarut Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah
menguap, maka akan mempengaruhi normalitas (konsentrasi zat tersebut),
akibatnya mempengaruhi harga K.
3. Jenis terlarut Apabila zat yang akan dilarutkan adalah zat yang mudah
menguap atau higroskopis, maka akan mempengaruhi normalitas
(konsentrasi zat tersebut), akibatnya mempengaruhi harga K. 10
4. Konsentrasi Semakin besar konsentrasi suatu zat yang terlarut, semakin
besar pula harga K.
2.1.1 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol
Alkohol (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethyl alcohol,Ethyl hydroxide.
Nama Kimia : Etanol
Rumus struktur :

CH3 OH

11
Rumus Molekul : C2H5OH.
Berat Molekul : 46,07 g/mol.
Pemerian : Cairan tidak berwana, jernih, bau khas, mudah
bergerak, rasa panas
Kelaruta : Sangat mudah larut dalam air,dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Khasiat : Sebagai antiseptik.
Kegunaan : Pensteril alat laboratorium.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindungi dari
cahaya
2.1.2 Aquadest (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA .
Nama Lain : Aquadest.
Rumus struktur :

Rumus Molekul : H2O.


Berat Molekul : 18,02 gr/mol.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak mampunyai rasa.
Khasiat : Sebagai zat pengisi tablet.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2.1.3 Paracetamol (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM.
Nama Lain : Asetaminofen, parasetamol.

12
Rumus struktur :

Rumus Molekul : C6H9NO2.


Berat Molekul : 151,16 gr/mol.

Pemerian : Hablur/serbuk putih, tidak berbau, dan rasa


pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P, larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Khasiat : Sebagai zat pengisi tablet.
Kegunaan : Sebagai sampel dan obat antipiretik dan
analgetik
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya.
2.1.4 Kafein (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : CAFFEINUM.
Nama Lain : Kafeina.
Rumus Molekul : C8H10N4O2.
Berat Molekul : 194,19 gr/mol.
Pemerian : Hablur/serbuk putih berbentuk jarum,
mengkilat, menggupai tidak berbau, dan rasa
pahit
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
bagian etanol 95%, larut dalam eter P

13
Khasiat : Sebagai zat pengisi tablet.
Kegunaan : Sebagai sampel dan obat antipiretik dan
analgetik
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

14
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum farmasi fisika percobaan “Kelarutan dan Koefisien Distribusi”
dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 september 2022 pukul 16.00-19.00 WITA.
Tempat pelaksanaan prakttikum yaitu bertempat di Laboratoriumdi laboratorium
Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga Dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu batang pengaduk,
corong, gelas, gelas ukur, lumpang dan alu, neraca analitik, ovent, penangas air,
pipet tetes dan sudip
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam Praktikum kali ini adalah Alkohol
70%, Aquadest, aluminium foil, bodrex, kertas perkamen, kertas saring, label,
dan, tisu
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Kelarutan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%
3. Disiapkan gelas kaca yang diberi label gelas a: air suhu normal dan gelas b :
air panas
4. Digerus masing-masing bodrex untuk pelarut gelas a dan gelas b
5. Ditimbang masing masing 1 gram bodrex untuk pelarut gelas a dan gelas b
6. Dimasukkan 1 gram untuk pelarut gelas a yang berisi air suhu normal dan 1
gram kegelas b yang berisi suhu panas
7. Diaduk kedua larutan tersebut
8. Dijenuhkan 2 kertas saring untuk larutan gelas a dan larutan gelas b
9. Diletakkan kertas saring dicorong
10. Dituangkan masing masing larutan tersebut kekertas saring

15
11. Dioven residu dari larutan tersebut
12. Ditimbang residu yang sudah di keringkan
3.3.2 Koefisien Distribusi
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%
3. Digerus sampel yang digunakan
4. Ditimbang sampel bodrex
5. Dilarutkan masing-masing sampel 0,1 gram dengan 100 mL pelarut,
kemudian diaduk larutan tersebut.
6. Ditambahkan larutan sampel tadi sebanyak 25 mL
7. Dimasukkan kedalam corong pisah
8. Ditambahkan inddikator fenoftalein
9. Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna
menjadi warna ungu
10. Diamati dan dihitung hasilnya

16
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
Sampel Gambar Berat Residu Volume Kelarutan
setelah
Bodrex pada disaring
suhu normal 3,2422 g 30 ml menghasilkan
warna orange
keruh
setelah
disaring
Bodrex pada
2,9320 g 30 ml menghasilkan
suhu panas
warna orange
bening

4.2 Perhitungan
4.2.1 Kelarutan
1. Suhu Normal
Diketahui:
a. Berat sampel Bodrex = 1 gr
b. Berat kertas saring kosong = 0,8921 gr
c. Berat kertas saring isi residu suhu normal = 3,2422 gr
d. Volume = 30 ml
Ditanya :
a. Berat residu ?
b. Zat terlarut ?
c. Konsentrasi ?

17
Penyelesaian :
a. Berat residu = kertas saring isi residu – kertas saring kosong
= 3,2422 g – 0,8921 g
= 2,3501 g
b. Zat terlarut = berat sampel – residu
= 1,0000 g – 0,071 g
= 0,929 g
c. Konsentrasi = zat terlarut
Volume
= 0,929g
30 mL
= 0,030 g/mL
Suhu Panas
Diketahui :
a. Berat sampel Bodrex = 1 gr
b. Berat kertas saring kosong = 0,8921 gr
c. Berat kertas saring isi residu suhu normal = 3,2422 gr
d. Volume = 30 ml
Ditanya :
d. Berat residu ?
e. Zat terlarut ?
f. Konsentrasi ?
Penyelesaian :
a. Berat residu = kertas saring isi residu – kertas saring kosong
= 2,9320 g – 0,8921 g
= 2,0399 g
b. Zat terlarut = berat sampel – residu
= 1,0000 g – 2,9320 g
= -1,932 g
c. Konsentrasi = zat terlarut
Volume
= -1,932 g
30 mL
= -0,064 g/mL

18
4.2.2 Koefisien distribusi
a. Tanpa minyak
% kadar tanpa minyak = N titran x V titrat x BE x 100 %
B sampel x 1000
= 0,1 N x 1,5 ml x 40 x 100 %
0,1 gram x 1000
= 6 x 100 %
100
= 6%
b. Dengan minyak
% kadar tanpa minyak = N titran x V titrat x BE x 100 %
B sampel x 1000
= 0,1 N x 2,0 ml x 40 x 100 %
0,1 gram x 1000
= 4 x 100 %
100
= 4%
c. Koefisien fase minyak = % kadar minyak - % kadar tanpa minyak
= 4% - 6%
= -2%
d. Koefisien distribusi = koefisien fase minyak
% kadar tanpa minyak
= -2%
6%
= -0,3

19
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut.
Kelarutanadalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu.Larutan
pada umumnyadibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat
terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal.
Larutan lewat jenuh terjadi padasaat zat terlarut sudah melewati batas maksimal
zat pelarut untuk melarutkannya,yang biasanya ditandai dengan terbentuknya
endapan.
Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal
zat pelarut untuk melarutkannya. Kelarutan dalam besaran kuantitatif
didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur
tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari
dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogenya.
Konsentrasi larutan adalah komposisi yang menunjukkan dengan jelas
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar
sekali, dan jika jumlah zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar
(mengendap di bawah larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat
mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, S. D.
2015).
Pada percobaan kali ini, adapun alat yang digunakan yaitu batang
pengaduk, corong, gelas ukur, lumpang alu, neraca analitik, oven, penangas, pipet,
dan sudip.
Adapun alat bahan yang digunakan alkohol 70%, aquadest, aluminium
foil, kertas perkamen, kertas saring, label dan tisu.
Hal pertama yang dilakukan yaitu membersihkan alat dengan
menggunakan alkohol 70% hal ini bertujuan agar mengurangi jumlah kuman saat
alat akan digunakan (Dian, 2017). Kemudian selanjutnya disiapkan gelas yang
diberi label a untuk air panas dan b untuk air biasa, hal ini dilakukan untuk

20
melihat nanti perbedaan kelarutan yang dihasilkan dengan menggunakan dua
pelarut dengan suhu yang berbeda.
Digerus sampel obat bodrex dan ditimbang masing2 sebnayak 1 gram
untuk pelarut gelas a dan pelarut gelas b. diaduk kedua larutan tersebut, karena
menurut Asri (2016), Luas permukaan sentuhan zat kecepatan kelarutan dapat
dipengaruhi juga oleh luas permukaan (besar kecilnya partikel zat terlarut). Luas
permukaan sentuhan zat terlarut dapat diperbesar melalui proses pengadukan atau
penggerusan secara mekanis.(asri,2016).
Setelah itu dijenuhkan 2 kertas saring untuk larutan pada gelas a dan b
tujuan dari penjenuhan yaitu Tujuan dilakukan penjenuhan adalah agar tekanan
uappelarut sehingga saat proses pemisahan akan sama,sehingga pelarut akan naik
dalamwaktu yang bersamaan sehingga hasil yang didapat akan lebih akurat.
Setelah itu kedua larutan disaring. Saat diperhatikan saat proses
penyaringan antara larutan dalam gelas a dan larutan dalam gelas b terlihat
perbedaan yang signifikan pada proses penyaringan di mana larutan dengan
pelarut air besuhu panas memiliki fase gerak yang lebih cepat serta memiliki
kelarutan yang lebih pekat dibandingkan dengan larutan pada gelas yang berisi air
dengan suhu normal. pemanasan pelarut dapat mempercepat larutnya zat
terlarut/pelarut dengan suhu yang lebih tinggi akan lebih cepat melarutkan zat
terlarut dibandingkan pelarut dengan suhu lebih rendah. Ketika pemanasan
dilakukan, partikel pada suhu tinggi bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu
rendah. Akibatnya,kontak antara zat terlarut dengan zat pelarut menjadi lebih
efektif ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi.
Setelah dilakukan penyaringan residu yang di dapat kemudian di ovent dan di
timbang berat residu dan dilakukan perhitungan.
Adapun kemungkinan kesalahan dalam praktikum ini yaitu kesalahan pada
saat melakukan penyaringan seperti saat proses pemisahan residu dan filtrate
kertas saring yang digunakan sobek hingga proses penyaringan yang di lakukan
tidak sempurna hingga kurang teliti saat membaca hasil timbangan.

21
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Setiap larutan selain dipengaruhi oleh kepadatan bahan, komposisi
kandungan bahan, tapi juga dipengaruhi oleh suhu atau temperatur.
Semakin rendah suhu yang terkandung di dalam zat pelarut, maka zat
terlarut semakin susah untuk tercampur, dan semakin tinggi suhu akan
semakin mudah zat terlarut untuk dapat tercampur menjadi sebuah larutan.
2. Manfaat dari koefisien distribusi adaalah agar dapat mengetahuisebaran
zat-zat di antar dua pelarut, dan dapat mengetahui konsentrasi zat terlarut
pada masing-masing zat pelarut
6.2 Saran
6.2.1 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan agar fasilitas lebih menunjang pada saat kegiatan pratikum
farmasi fisika agar pratikum berjalan dengan maksimal.
6.2.2. Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar asisten dan pratikan tidak ada missed communication
selama pratikum berjalan agar hubungan asisten dan pratikan terjalin
dengan baik untuk terciptannya suatu keberhasilan dalam mengikuti
pratikum farmasi fisika ini.
6.2.3. Saran Untuk Pratikan
Diharapkan agar pratikan senantiasa belajar dengan baik untuk
mempersiapkan pratikum yang akan dilaksanakan, dapat mengikuti
pratikum dengan baik dan senantiasa selalu mengikuti arahan dan aturan
yang sudah ditetapkan. Selain itu, pratikan juga diharapkan agar fokus dan
serius mengikuti pratikum.

22
23

Anda mungkin juga menyukai