Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat.
2. Mempelajari pengaruh suhu dan kecepatan pengadukan terhadap kecepatan
disolusi suatu zat.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Larutan

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit didalam larutan disebut zat terlarut, sedangkan yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat lain yang ada didalam larutan disebut
pelarut. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam
konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut
membentuk larutan disebut pelarutan.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut
dan pelarut dalam larutan.Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.Contoh beberapa satuan konsentrasi
adalah molar, molal, dan bagian perjuta.Sementara itu secara kualitatif komposisi
larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat
(berkonsentrasi tinggi) (Patrick, 2011).
Bila komponen pada zat terlarut ditambahkan terus menerus ke dalam
pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi,
Misalnya jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada
suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan.
Jumlah zat terlarut dalam larutan adalah maksimal dan larutannya disebut larutan
jenuh.Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi.Secara umum, kelarutan
zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding
terhadap suhu.Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada
pengecualian.Kelarutan zat cair dalam cair lainnya secara umum kurang peka
2

terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair.Kelarutan gas
dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu (Sinila, 2016).
1.2.2 Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi
rendah.Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradient
konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara
merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap
terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis.Contoh
lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling
sering terjadi adalah difusi molekuler.Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan
dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau fluida.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu(Erlinawati,
2012):
1. Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu
akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran, semakin tebal membran, maka semakin lambat
kecepatan difusi.
3. Luas suatu area, semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan
difusinya.
4. Jarak, semakin besar jarak antara dua konsentrasi, maka semakin lambat
kecepatan difusinya.
5. Suhu, semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak
dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
1.2.3 Kecepatan Disolusi
Disolusi merupakan proses ketika suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan atau dengan kata lain proses saat zat padat melarut.
Maka kecepatan disolusi dapat dinyatakan sebagai jumlah zat dalam bentuk
padatan yang terlarut dalam pelarut tertentu sebagai fungsi dari waktu.Prinsip
disolusi dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut (Erlinawati,
2012).
3

Disolusi atau pelarutan didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu zat


dari sediaan padat dalam medium tertentu. Selain itu disolusi juga dikatakan
sebagai hilangnya kohesi suatu padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan
suatu dispersi homogen bentuk ion (dispersi molekuler) sedangkan kecepatan
pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau senyawa
zat ke dalam medium tertentu dari suatu padatan.
Tetapan laju disolusi merupakan suatu besaran yang menunjukkan
jumlah bagian senyawa zat yang larut dalam media per satuan waktu. Uji
disolusi yang diterapkan pada sediaan zat bertujuan untuk mengukur serta
mengetahui jumlah zat aktif yang terlarut dalam media pelarut yang diketahui
volumenya pada waktu dan suhu tertentu, menggunakan alat tertentu yang
didesain untuk uji parameter disolusi (Oktaviana, 2012).
Tahap disolusi meliputi proses pelarutan zat pada permukaan partikel
padat yang membentuk larutan jenuh di sekeliling partikel yang dikenal sebagai
lapisan diam (stagnant layer). Kemudian zat yang terlarut dalam lapisan diam ini
berdifusi ke dalam pelarut dari daerah konsentrasi zat yang tinggi ke daerah
konsentrasi zat yang rendah (Oktaviana, 2012).
Dalam bidang farmasi, pengetahuan mengenai kecepatan disolusi atau
kelarutan sangat diperlukan untuk membantunya memilih medium pelarut yang
paling baik untuk zat atau kombinasi zat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan
tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (di bidang
farmasi), dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai standar atau uji
kemurnian.Kelarutan zat dapat dinyatakan dalam beberapa cara.Menurut U. S.
Pharmacopeia dan National Formulary, definisi kelarutan zat adalah jumlah ml
pelarut dimana akan larut 1 gram zat terlarut. Sediaan zat yang diberikan secara
oral di dalam saluran cerna harus mengalami proses pelepasan dari sediaannya
kemudian zat aktif akan melarut dan selanjutnya diabsorpsi. Proses pelepasan zat
aktif dari sediaannya dan proses pelarutannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasi sediaannya. Salah satu sifat zat aktif
yang penting untuk diperhatikan adalah kelarutan karena pada umumnya zat baru
diabsorpsi setelah terlarut dalam cairan saluran cerna.Oleh karena itu salah satu
4

usaha untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan


menaikkan kelarutan zat aktifnya (Dedi, 2011).
Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat ,
diantaranya yaitu (Oktaviana, 2012):
1. Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat yang
bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat.Menurut
Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan berikut
(Oktaviana, 2012) :
𝑘𝑇
D = 6 𝜋 ή r ……………………………………….......................(1.1)

Keterangan D: koefisien difusi


r : jari-jari molekul
k : konstanta Boltzman
ή : viskositas pelarut
T : suhu
2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu zat
sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga menurunkan
viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.
3. pH Pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap zat-zat yang bersifat asam atau basa
lemah. Untuk asam lemah, jika pH besar maka kelarutan zat akan
meningkat. Dengan demikian maka kecepatan disolusi zat juga akan
meningkat. Untuk basa lemah jika pH kecil maka kelarutan zat akan
meniingkat, dengan demikian kecepatan disolusi juga akan meningkat.
4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). jika
pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat
berkurang.
5

5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi besar
sehingga kecepatan disolusi meningkat.
6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme.Struktur
internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang
berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada
struktur stabilnya, sehingga kecepatan disolusinya besar.

7. Sifat Permukaan Zat


Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob.
Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar
partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan
kecepatan disolusinya bertambah.
Selain faktor-faktor tersebut dalam bentuk sediaan seperti tablet formulasi
juga sangat berpengaruh misalnya pengaruh bahan tambahan yang digunakan dan
tekanan kompresi yang digunakan saat mencetak tablet.Bahan tambahan dalam
hal ini berpengaruh terutama jika membentuk kompleks yang tidak larut.
Supaya partikel padat terdisolusi maka molekul solute pertama-tama harus
memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi permukaan
memasuki pelarut. Tergantung pada kedua proses ini dan bagaimana cara proses
transport berlangsung maka perilaku disolusi dapat digambarkan secara fisika.
Dari segi kecepatan disolusi yang terlibat dalam zat murni, ada 3 model fisika
umum diantaranya (Dedi, 2011):
a. Model lapisan difusi (diffusion layer model).
Model ini pertama kali diusulkan oleh Nerst dan Brunner. Pada permukaan
padat terdapat satu lapis tipis cairan dengan ketebalan ℓ , merupakan komponen
kecepatan negatif dengan arah yang berlawanan dengan permukaan padat. Reaksi
pada permukaan padat-cair berlangsung cepat. Begitu model solut melewati antar
muka “liquid film – bulk film”, pencampuran secara cepat akan terjadi dan
gradien konsentrasi akan hilang. Karena itu kecepatan disolusi ditentukan oleh
difusi gerakan brown dari molekul dalam liquid film.
6

b. Model barrier antar muka (interfacial barrier model).


Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada permukaan padat dan
dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis cairan.Sebagai hasilnya, tidak
dianggap adanya kesetimbangan padatan-larutan, dan hal ini harus dijadikan
pegangan dalam membahas model ini. Proses pada antar muka padat-cair
sekarang menjadi pembatas kecepatan ditinjau dari proses transpor. Transpor yang
relatif cepat terjadi secara difusi melewati lapisan tipis statis (stagnant).
c. Model Dankwert (Dankwert model).
Model ini beranggapan bahwa transport solid menjauhi permukaan padat
terjadi melalui cara paket makroskopik pelarut mencapai antarmuka padat-cair
karena terjadi pusaran difusi secara acak (Erlinawati, 2012).
Banyak cara untuk mengungkapkan hasil kecepatan pelarutan suatu zat
atau sediaan. Selain persamaan di atas cara lain untuk mengungkapkan pelarutan
adalah sebagai berikut :
1. Metode Klasik
Metode ini dapat menunjukkan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu t,
yang kemudian dikenal dengan T-20, T-50, T-90, dan sebagainya.Karena dengan
metode ini hanya menyebutkan 1 titik saja, maka proses yang terjadi di luar titik
tersebut tidak diketahui. Titik tersebut menyatakan jumlah zat aktif yang terlarut
pada waktu tertentu.
2. Metode Khan
Metode ini kemudian dikenal dengan konsep dissolution efficiency (DE)
area di bawah kurva disolusi di antara titik waktu yang ditentukan.Beberapa
peneliti menyaratkan bahwa penggunaan DE sebaiknya mendekati 100% zat yang
terlarut. Keuntungan metode ini adalah :
a. Dapat menggambarkan seluruh proses percobaan yang dimaksud dengan
harga DE.
b. Dapat menggambarkan hubungan antara percobaan in vitro dan invivo
karena penggambaran dengan cara DE ini mirip dengan cara penggambaran
percobaan in vivo.
3. Metode linierisasi kurva kecepatan pelarutan dengan menggunakan sebagai
contoh persamaan Wagner.
7

Berdasarkan pada asumsi sebagai berikut (Erlinawati, 2012):


a. Kondisi percobaan harus dalam keadaan zink yaitu Cs >C.
b. Proses pelarutan mengikuti orde I.
c. Luas permukaan spesifik (S) turun secara eksponensial fungsi waktu.
d. Kondisi proses pelarutannya non reaktif.
1.2.4 Asam Salisilat

Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk Kristal


berwarna merah muda terang hingga kecokelatan yang memiliki berat molekul
sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 1560C dan densitas pada 250C
sebesar 1,443 g/mL. Mudah larut dalam air dingin tetapi dapat melarutkan dalam
keadaan panas. Asam salisilat dapat menyublim tetapi dapat terdekomposisi
dengan mudah menjadi karbon dioksida dan phenol bila dipanaskan secara cepat
pada suhu sekitar 2000C (Rahayu, 2011).
Asam salisilat memiliki struktur bangun seperti yang disajikan pada
gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 1.2 Struktur Asam Salisilat

Bahan baku utama dalam pembuatan asam salisilat adalah phenol,


NaOH, karbon dioksida dan asam sulfat. Asam salisilat kebanyakan digunakan
sebagai obat- obatan dan sebagai bahan intermediet pada pabrik obat dan pabrik
farmasi seperti aspirin dan beberapa turunannya. Sebagai antiseptic, asam salisilat
zat yang mengiritasi kulit dan selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh
kulit, tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek
langsung pada sel epidermis. Setelah pemakaian beberapa hari akan menyebabkan
8

terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang baru. Obat ini sangat spesifik untuk
rematik akut yang dapat mencegah kerusakan jantung yang biasanya terjadi
akibat rematik, menghilangkan sakit secara keseluruhan, dan beberapa saat setelah
pemakaiannya akan menurunkan temperatur suhu tubuh kembali normal (Rahayu,
2011).
Asam salisilat (10-20%) dalam larutan yang terdiri dari asam nitrat
selulosa dalam eter dan alkohol digunakan sebagai penghilang kutil dan
katimumul pada kaki. Dalam hal ini asam salisilat menyebabkan pelunakan
lapisan kulit sehingga katimumul dan kutil akan terlepas bersama kulit mati.
Selain digunakan sebagai bahan utama pembuatan aspirin, asam salisilat juga
dapat digunakan sebagai bahan baku obat yang menjadi turunan asam salisilat.
Misalnya sodium salisilat yang dapat digunakan sebagai analgesik
dan antipyretic serta untuk terapi bagi penderita rematik akut. Alumunium
salisilat yang berupa bubuk sehalus debu digunakan untuk mengatasi efek
catarrhal pada hidung dan tekak. Ammonium salisilat digunakan sebagai obat
penghilang kuman penyakit dan bakteri. Kalsium salisilat dapat digunakan untuk
mengatasi diare (Rahayu, 2011)
Turunan lain selain diatas adalah asam p-aminosalisilat yang dapat
mengatasi tubercolosis pada manusia. Asam metilendisalisilat sering digunakan
sebagai zat aditif minyak pelumas serta sebagai formulasi resin alkil. Salisilamide
digunakan secara farmasi sebagai antipyretic, zat seudatif dan anti rematik
(Rahayu, 2011).
Menurut Erlinawati (2012), sifat fisika dan Kimia asam salisilat sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Sifat Fisika Asam Salisilat
Rumus Molekul C7H6O3
Titik Lebur 1590C
Titik Didih 2110C
Tekanan Uap 1 mmHg pada 330C
Densitas 1,44 gram/cm3
9

Tabel 1.2 Sifat Kimia Asam Salisilat


Kelarutan Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4
bagian etanol (195%) mudah larut
dalam kloroform dan ester.
Sifat Larutannya - Tidak cepat menguap
- Tidak mudah terbakara
10

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat - Alat yang Digunakan


1. Buret
2. Gelas kimia
3. Erlenmeyer
4. Pipet tetes
5. Mechanical stirrer / mixer
6. Neraca/Timbangan
7. Statip dan klem
8. Stopwatch
9. Gelas ukur
10. Spatula
11. Termometer
12. Hot plate

2.2 Bahan - Bahan yang Digunakan


1. Asam Salsilat
2. NaOH 0,05 N
3. Indikator PP
4. Aquadest

1.3 Prosedur Percobaan


1. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat
a. Dimasukan 400 ml aquadest kedalam gelas kimia
b. Dimasukan 1 gram asam salisilat kedalam gelas kimia, dihidupkan mixer
dengan kecepatan 100 rpm
c. Diambil 20 ml larutan di dalam gelas kimia setiap selang waktu
2,6,11,16,21 menit setelah pengadukan,setelah pengambilan sample
ditambahkan 20 ml aquadestkedalam gelas kimia
11

d. Dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,05 N dan indikator PP,untuk


mengetahui kadar asam salsilat terlarut dalam setiap sampel,lakukan
perhitungan kadar setiap waktu terhadap penambahan aquadest.
e. Dilakukan perlakuan yang sama untuk keceptan 200 dan 300 rpm

2. Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat


1. Dimasukan 400 ml aquadestkedalam gelas kimia
2. Dimasukan 1 gram asam salisilat kedalam gelas kimia, dihidupkan mixer
dengan kecepatan 100 rpm
3. Diambil 20 ml larutan di dalam gelas kimia setiap selang waktu
2,6,11,16,21 menit setelah pengadukan,setelah pengambilan sampel
ditambah 20 ml aquadestkedalam gelas kimia
4. Dititrasi dengan mengunakan NaOH 0,05 N dan indikator PP,untuk
mengetahui kadar asam salsilat terlarut dalam setiap sampel,lakukan
perhitungan kadar setiap waktu terhadap penambahan aquadest.
5. Dilakukan perlakuan yang sama untuk suhu 40oC dan 50oC.

2.4 Rangkain Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Mixer


12

Keterangan:

1.buret
2.statif
3.erlenmeyer
4.klem

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Titrasi


13

BAB III
HASIL DAN DISKUSI

3.1 Hasil Pengamatan


3.1.1 Kecepatan Pengadukan 100 rpm pada Suhu Ruangan

Tabel 3.1 Data Perolehan Percobaan 1


Nama NaOH yang Warna larutan
sampel terpakai Sebelum titrasi Sesudah titrasi
Sampel 1 8,3 ml bening Merah muda
Smapel 2 11,2 ml bening Merah muda
Sampel 3 3,4 ml bening Merah muda
Sampel 4 3,2 ml bening Merah muda
Sampel 5 20 ml bening Merah muda

3.1.2 Kecepatan Pengadukan 200 rpm pada Suhu Ruangan

Tabel 3.2 Data Perolehan Percobaan 2


Nama NaOH yang Warna larutan
sampel terpakai Sebelum titrasi Sesudah titrasi
Sampel 1 6 ml bening Merah muda
Smapel 2 7 ml bening Merah muda
Sampel 3 6 ml bening Merah muda
Sampel 4 5,9 ml bening Merah muda
Sampel 5 6 ml bening Merah muda

3.1.3 Kecepatan Pengadukan 300 rpm pada Suhu Ruangan


Tabel 3.3 Data Perolehan Percobaan 3
Nama NaOH yang Warna larutan
sampel terpakai Sebelum titrasi Sesudah titrasi
Sampel 1 6,2 ml bening Merah muda
Smapel 2 7,4 ml bening Merah muda
Sampel 3 8 ml bening Merah muda
Sampel 4 9,1 ml bening Merah muda
Sampel 5 7,5 ml bening Merah muda
14

3.1.4 Kecepatan Pengadukan 100 rpm pada Suhu 30°C

Tabel 3.4 Data Perolehan Percobaan 4


Nama NaOH yang Warna larutan
sampel terpakai Sebelum titrasi Sesudah titrasi
Sampel 1 8,3 ml bening Merah muda
Smapel 2 11,2 ml bening Merah muda
Sampel 3 3,4 ml bening Merah muda
Sampel 4 3,2 ml bening Merah muda
Sampel 5 20 ml bening Merah muda

3.1.5 Kecepatan Pengadukan 100 rpm pada Puhu 40°C


Tabel 3.5 Data Perolehan Percobaan 5
Nama NaOH yang Warna larutan
sampel terpakai
Sebelum titrasi Sesudah titrasi
Sampel 1 7,9 ml bening Merah muda
Smapel 2 9 ml bening Merah muda
Sampel 3 8,2 ml bening Merah muda
Sampel 4 7,9 ml bening Merah muda
Sampel 5 7,5 ml bening Merah muda

3.1.6 Kecepatan Pengadukan 100 rpm pada Puhu 50°C


Tabel 3.6 Data Perolehan Percobaan 5
Nama NaOH yang Warna larutan
sampel terpakai
Sebelum titrasi Sesudah titrasi
Sampel 1 9,5 ml bening Merah muda
Smapel 2 9 ml bening Merah muda
Sampel 3 8 ml bening Merah muda
Sampel 4 8 ml bening Merah muda
Sampel 5 8 ml bening Merah muda
15

3.2 Hasil Percobaan


3.2.1 Hasil Percobaan Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi
Tabel 3.7 Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Zat
Waktu Konsentrasi Asam Salisilat
(Menit) 400C 500C
1 0,01975M 0,02375M
5 0,0225 M 0,0225M
10 0,0205M 0,02M
15 0,01975M 0,02M
20 0,01875M 0,02M

3.2.2 Hasil Percobaan Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap


Kecepatan Disolusi
Tabel 3.8 Pengaruh Kecepatan Pengadukan
Waktu Konsentrasi Asam Salisilat
(Menit) 100 rpm 200 rpm 300 rpm

1 0,02M 0,015M 0,0155M


5 0,028M 0,0175M 0,0185M
10 0,0085M 0,015M 0,02M
15 0,008M 0,01475M 0,02275M
20 0,00675M 0,015M 0,01875M

3.3 Pembahasan
3.3.1 Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Zat
Percobaan untuk pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat dilakukan
dalam duasuhu yaitu pada suhu 400C dan 500C.Pada percobaan ini, dilakukan
pengadukan dengan kecepatan 100 rpm. Pengadukan bertujuan untuk membantu
melarutkan asam salisilat larut dalam akuades. Setelah 1 menit pengadukan
diambil sebanyak 20 ml larutan asam salisilat kemudian digantikan dengan 20 ml
akuades. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan jumlah pelarut pada keadaan
awal. Karena jika larutan asam salisilat tidak digantikan dengan akuades kembali
maka jumlah pelarut dalam larutan asam salisilat berkurang.
16

Pada saat penambahan akuades, larutan tersebut menjadi bening dengan


semakin larutnya asam salisilat dikarenakan semakin banyak gugus polar yang
bertambah maka asam salisilat makin larut.Untuk menentukan konsentrasinya
setelah pengadukan, larutan yang diambil kemudian ditambahkan indikator
fenolftalein (PP).
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa konsentrasi asam
salisilat dengan kecepatan 100 rpm pada 400C lebih kecil dibandingkan dengan
pada suhu 500C. Hal ini dikarenakan kenaikan suhu dapat memperbesar kelarutan
zat yang bersifat endotermik serta memperbesar konsentrasi zat tersebut dan juga
memperluas bidang sentuh zat terlarut tersebut, sehingga konsentrasi zat terlarut
semakin tinggi.
Berdasarkan teori, semakin lama waktu pengadukan maka semakin banyak
pula zat yang terlarut sehingga konsentrasi zat yang terlarut pun semakin banyak.
Hal ini disebabkan semakin lamanya waktu, maka semakin banyak molekul-
molekul zat yang bertumbukan. Namun, dari data yang dihasilkan, dapat dilihat
bahwa pada suhu 40oC pada menit ke-15 dan menit ke-20 serta pada suhu 500C
terjadi penurunan konsentrasi, dikarenakan ketidaktepatan data dari hasil
percobaan. Hal ini karena terdapat beberapa kesalahan dalam pratikum yaitu
kurang tepat waktu pengambilan sampel sehingga waktu pengambilan sampel
lebih lama dari waktu yang seharusnya, pengukuran suhu yang tidak tepat serta
titrasi yang kurang akurat yang mengakibatkan titik ekivalen bergeser dan data
yang dihasilkan pun tidak sesuai dengan hasil yang sebenarnya.

3.3.2 Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Kecepatan Disolusi Zat


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kecepatan disolusi
suatu zat serta mempelajari pengaruh suhu dan kecepatan pengadukan terhadap
kecepatan disolusi suatu zat. Pengadukan bertujuan untuk membantu melarutkan
asam salisilat larut dalam akuades. Setelah 1 menit pengadukan diambil sebanyak
20 ml larutan asam salisilat kemudian digantikan dengan 20 ml akuades. Hal ini
bertujuan untuk mengembalikan jumlah pelarut pada keadaan awal.Karena jika
larutan asam salisilat tidak digantikan dengan akuades kembali maka jumlah
pelarut dalam larutan asam salisilat berkurang.
17

Pada saat penambahan akuades, larutan tersebut menjadi bening dengan


semakin larutnya asam salisilat dikarenakan semakin banyak gugus polar yang
bertambah maka asam salisilat makin larut.Untuk menentukan konsentrasinya
setelah pengadukan, larutan yang diambil kemudian ditambahkan indikator
fenolftalein (PP).
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa larutan dengan
kecepatan pengadukan 100 rpm memiliki konsentrasi yang lebih besar dari
kecepatan pengadukan 200 rpm. Meningkatnya kelarutan asam salisilat seiring
dengan penambahan kecepatan pengadukan diakibatkan karena semakin cepat
pengadukan maka partikel-partikel zat asam salisilat dan akuades akan bergerak
lebih cepat sehingga kedua partikel zat terlarut semakin sering bertumbukan maka
reaksi pelarutan berlangsung lebih cepat. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa semakin tinggi energi kinetik partikel yang bergerak, maka
semakin besar peluang terjadinya tumbukan yang dapat menghasilkan reaksi.
Semakin lama waktu pengadukan juga akan meningkatkan kecepatan disolusi
karena jumlah partikel yang bertumbukan akan semakin banyak.
Dari data yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa pada kecepatan pengadukan
100 rpm dan 200 rpm pada menit ke-15 terjadi penurunan konsentrasi,
dikarenakan ketidaktepatan data dari hasil percobaan. Hal ini karena terdapat
beberapa kesalahan dalam pratikum yaitu kurang tepat waktu pengambilan
sampel, serta titrasi yang kurang akurat yang mengakibatkan titik ekivalen
bergeser dan data yang dihasilkan tidak sesuai dengan hasil yang sebenarnya.
18

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Kecepatan disolusi suatu zat adalah ukuran banyaknya zat yang terlarut tiap
satuan waktu.
2. Pada suhu yang sama, semakin besar kecepatan pengadukan maka semakin
banyak zat terlarut sehingga kecepatan disolusinya meningkat.
3. Pada kecepatan pengadukan yang sama, semakin tinggi suhu maka kelarutan
zat makin tinggi sehingga kecepatan disolusi meningkat.

4.2 Saran
1. Lakukan pemasangan dan pembongkaran alat yang digunakan dengan hati-
hati.
2. Dalam proses titrasi lakukan dengan teliti dan cermat sehingga titik akhir
titrasi yang didapat benar-benar akurat dan tidak melewati titik ekuivalen.
3. Praktikan harus selalu memerhatikan waktu agar hasil yang diperoleh
maksimal.
19

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Nurhayati. 2011. Kimia Dasar. Jakarta: Gagas Media.

Patrick J, 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. EGC: Jakarta

Erlinawati. 2012. Kimia Fisika. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.

Oktaviana, Dian. 2012. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.

Santi, Sinila, 2016. Farmasi Fisik .Pusdik SDM Kesehatan : JakartaSinko

Dedi. 2011. Kimia Fisika Terapan II. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
20

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan NaOH 0,05 N
𝑔𝑟 1000
M= x
𝑀𝑟 𝑣
𝑔𝑟 1000
0,05 M = x
40 100
0,05 M . 40 = 10 gr
gr = 0,2 gr
2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kecepatan Disolusi Suatu
Zat
a. Kecepatan pengadukan : 100 rpm
 Waktu 1 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8,3 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asams alisilat = 0,02 M
 Waktu 5 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
11,2ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,028 M
 Waktu 10 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
3,4ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asams alisilat = 0,0085 M
 Waktu 15 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
3,2ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,008 M
 Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
2,7 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,00675M
21

b. Kecepatan pengadukan : 200 rpm


 Waktu 1 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
6 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,015 M
 Waktu 5 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
7 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,0175 M
 Waktu 10 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
6 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,015 M
 Waktu 15 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
5,9 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,01475 M
 Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
6 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,015 M

c. Kecepatan pengadukan : 300 rpm


 Waktu 1 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
6,2 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,0155M
 Waktu 5 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
7,4 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,0185 M
22

 Waktu 10 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02 M
 Waktu 15 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
9,1 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02275 M
 Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
7,5ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,01875 M

3. Pengaruh SuhuTerhadap Kecepatan Disolusi Zat


a. Suhu Ruang (300C)
 Waktu 1 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8,3 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02 M
 Waktu 5 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
11,2 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asams alisilat = 0,028 M
 Waktu 10 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
3,4ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,0085 M
 Waktu 15 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
3,2 ml x 0,05 M = 20 ml x M asams alisilat
M asam salisilat = 0,008 M
23

 Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
2,7 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,00675 M

b. Suhu 40oC
 Waktu 1 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
7,9ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,01975M
 Waktu 5 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
9 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,0225M
 Waktu 10 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8,2 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,0205M
 Waktu 15 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
7,9 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,01975 M
 Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
7,5ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,01875 M
c. Suhu 50oC
 Waktu 1 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
9,5 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02375 M
24

 Waktu 5 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
9 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,0225M
 Waktu 10 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02 M
 Waktu 15 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02M
 Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02 M

Anda mungkin juga menyukai