BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat.
2. Mempelajari pengaruh suhu dan kecepatan pengadukan terhadap kecepatan
disolusi suatu zat.
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit didalam larutan disebut zat terlarut, sedangkan yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat lain yang ada didalam larutan disebut
pelarut. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam
konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut
membentuk larutan disebut pelarutan.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut
dan pelarut dalam larutan.Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.Contoh beberapa satuan konsentrasi
adalah molar, molal, dan bagian perjuta.Sementara itu secara kualitatif komposisi
larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat
(berkonsentrasi tinggi) (Patrick, 2011).
Bila komponen pada zat terlarut ditambahkan terus menerus ke dalam
pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi,
Misalnya jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada
suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan.
Jumlah zat terlarut dalam larutan adalah maksimal dan larutannya disebut larutan
jenuh.Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi.Secara umum, kelarutan
zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding
terhadap suhu.Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada
pengecualian.Kelarutan zat cair dalam cair lainnya secara umum kurang peka
2
terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair.Kelarutan gas
dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu (Sinila, 2016).
1.2.2 Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi
rendah.Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradient
konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara
merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap
terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis.Contoh
lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling
sering terjadi adalah difusi molekuler.Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan
dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau fluida.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu(Erlinawati,
2012):
1. Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu
akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran, semakin tebal membran, maka semakin lambat
kecepatan difusi.
3. Luas suatu area, semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan
difusinya.
4. Jarak, semakin besar jarak antara dua konsentrasi, maka semakin lambat
kecepatan difusinya.
5. Suhu, semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak
dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
1.2.3 Kecepatan Disolusi
Disolusi merupakan proses ketika suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan atau dengan kata lain proses saat zat padat melarut.
Maka kecepatan disolusi dapat dinyatakan sebagai jumlah zat dalam bentuk
padatan yang terlarut dalam pelarut tertentu sebagai fungsi dari waktu.Prinsip
disolusi dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut (Erlinawati,
2012).
3
5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi besar
sehingga kecepatan disolusi meningkat.
6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme.Struktur
internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang
berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada
struktur stabilnya, sehingga kecepatan disolusinya besar.
terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang baru. Obat ini sangat spesifik untuk
rematik akut yang dapat mencegah kerusakan jantung yang biasanya terjadi
akibat rematik, menghilangkan sakit secara keseluruhan, dan beberapa saat setelah
pemakaiannya akan menurunkan temperatur suhu tubuh kembali normal (Rahayu,
2011).
Asam salisilat (10-20%) dalam larutan yang terdiri dari asam nitrat
selulosa dalam eter dan alkohol digunakan sebagai penghilang kutil dan
katimumul pada kaki. Dalam hal ini asam salisilat menyebabkan pelunakan
lapisan kulit sehingga katimumul dan kutil akan terlepas bersama kulit mati.
Selain digunakan sebagai bahan utama pembuatan aspirin, asam salisilat juga
dapat digunakan sebagai bahan baku obat yang menjadi turunan asam salisilat.
Misalnya sodium salisilat yang dapat digunakan sebagai analgesik
dan antipyretic serta untuk terapi bagi penderita rematik akut. Alumunium
salisilat yang berupa bubuk sehalus debu digunakan untuk mengatasi efek
catarrhal pada hidung dan tekak. Ammonium salisilat digunakan sebagai obat
penghilang kuman penyakit dan bakteri. Kalsium salisilat dapat digunakan untuk
mengatasi diare (Rahayu, 2011)
Turunan lain selain diatas adalah asam p-aminosalisilat yang dapat
mengatasi tubercolosis pada manusia. Asam metilendisalisilat sering digunakan
sebagai zat aditif minyak pelumas serta sebagai formulasi resin alkil. Salisilamide
digunakan secara farmasi sebagai antipyretic, zat seudatif dan anti rematik
(Rahayu, 2011).
Menurut Erlinawati (2012), sifat fisika dan Kimia asam salisilat sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Sifat Fisika Asam Salisilat
Rumus Molekul C7H6O3
Titik Lebur 1590C
Titik Didih 2110C
Tekanan Uap 1 mmHg pada 330C
Densitas 1,44 gram/cm3
9
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
Keterangan:
1.buret
2.statif
3.erlenmeyer
4.klem
BAB III
HASIL DAN DISKUSI
3.3 Pembahasan
3.3.1 Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Zat
Percobaan untuk pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat dilakukan
dalam duasuhu yaitu pada suhu 400C dan 500C.Pada percobaan ini, dilakukan
pengadukan dengan kecepatan 100 rpm. Pengadukan bertujuan untuk membantu
melarutkan asam salisilat larut dalam akuades. Setelah 1 menit pengadukan
diambil sebanyak 20 ml larutan asam salisilat kemudian digantikan dengan 20 ml
akuades. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan jumlah pelarut pada keadaan
awal. Karena jika larutan asam salisilat tidak digantikan dengan akuades kembali
maka jumlah pelarut dalam larutan asam salisilat berkurang.
16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Kecepatan disolusi suatu zat adalah ukuran banyaknya zat yang terlarut tiap
satuan waktu.
2. Pada suhu yang sama, semakin besar kecepatan pengadukan maka semakin
banyak zat terlarut sehingga kecepatan disolusinya meningkat.
3. Pada kecepatan pengadukan yang sama, semakin tinggi suhu maka kelarutan
zat makin tinggi sehingga kecepatan disolusi meningkat.
4.2 Saran
1. Lakukan pemasangan dan pembongkaran alat yang digunakan dengan hati-
hati.
2. Dalam proses titrasi lakukan dengan teliti dan cermat sehingga titik akhir
titrasi yang didapat benar-benar akurat dan tidak melewati titik ekuivalen.
3. Praktikan harus selalu memerhatikan waktu agar hasil yang diperoleh
maksimal.
19
DAFTAR PUSTAKA
Dedi. 2011. Kimia Fisika Terapan II. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
20
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan NaOH 0,05 N
𝑔𝑟 1000
M= x
𝑀𝑟 𝑣
𝑔𝑟 1000
0,05 M = x
40 100
0,05 M . 40 = 10 gr
gr = 0,2 gr
2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kecepatan Disolusi Suatu
Zat
a. Kecepatan pengadukan : 100 rpm
Waktu 1 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8,3 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asams alisilat = 0,02 M
Waktu 5 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
11,2ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,028 M
Waktu 10 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
3,4ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asams alisilat = 0,0085 M
Waktu 15 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
3,2ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,008 M
Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
2,7 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,00675M
21
Waktu 10 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02 M
Waktu 15 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
9,1 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02275 M
Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
7,5ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,01875 M
Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
2,7 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,00675 M
b. Suhu 40oC
Waktu 1 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
7,9ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,01975M
Waktu 5 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
9 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,0225M
Waktu 10 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8,2 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,0205M
Waktu 15 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
7,9 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,01975 M
Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
7,5ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,01875 M
c. Suhu 50oC
Waktu 1 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
9,5 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02375 M
24
Waktu 5 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
9 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,0225M
Waktu 10 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02 M
Waktu 15 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02M
Waktu 20 menit
(V. M )NaOH = ( V. M ) Asam Salisilat
8 ml x 0,05 M = 20 ml x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,02 M