Kecepatan Disolusi
Oleh:
KELOMPOK 4:
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tujuan Praktikum
1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat.
2. Mempelajari pengaruh suhu dan kecepatan pengadukan terhadap
kecepatan disolusi suatu zat.
Menurut Sari (2013), proses pelarutan zat ini dikembangkan oleh Noyes
Whitney dalam bentuk persamaan berikut:
dM/dt=DSh-1(Cs-C)...............................................................................(1.1)
Keterangan:
D : koefisien difusi
Laju disolusi bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan ke
dalam beaker yang berisi air atau dimasukkan ke dalam saluran cerna (saluran
gastrointestinum), obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk
padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer. Matriks dapat juga
mengalami disintegrasi menjadi granul-granul. Dan granul-granul ini mengalami
pemecahan menjadi partikel-partikel yang halus. Disintegrasi dengan segala dan
disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari
bentuk dimana obat tersebut diberikan (Raini, 2010)
Menurut Raini (2010) dan Sari (2013), faktor yang dapat mempengaruhi
kecepatan disolusi suatu zat , diantaranya yaitu:
1. Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat yang
bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat. Menurut
Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan berikut :
kT
D=
6 η r .................................................................................................. (1.2)
Keterangan :
D : koefisien difusi
r : jari-jari molekul
k : konstanta Boltzman
ή : viskositas pelarut
T : suhu
2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu
zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga menurunkan
viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.
3. Medium
Media yang paling umum adalah air, buffer dan 0,1 N HCl. Dalam
beberapa hal zat tidak larut dalam larutan air, maka zat organik yang dapat
merubah sifat ini atau surfaktan digunakan untuk menambah kelarutan. Gunanya
adalah untuk membantu kondisi “sink” sehinggan kelarutan obat di dalam
medium bukan merupakan faktor penentu dalam proses disolusi. Untuk mencapai
keadaan “sink” maka perbandingan zat aktif dengan volume medium harus dijaga
tetap pada kadar 3-10 kali lebih besar daripada jumlah yang diperlukan bagi suatu
larutan jenuh. Masalah yang mungkin mengganggu adalah adanya gas dari
medium sebelum digunakan. Gelembung udara yang terjadi dalam medium karena
suhu naik dapat mengangkat tablet, sehingga dapat menaikkan kecepatan melarut.
pH Pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat
asam atau basa lemah.
a) Untuk asam lemah
dc Ka
K.C.Cs 1
dt
H ....................................................................(1.4)
Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan
demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat.
b) Untuk basa lemah
dc H
K.C.Cs 1
dt Ka ...………………………………………….(1.5)
Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan
demikian, kecepatan disolusi juga meningkat.
4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). jika
pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang.
Kenaikan dalam pengadukan akan mempercepat kelarutan. Umumnya kecepatan
pengadukan adalah 50 atau 100 rpm. Pengadukan di atas 100 rpm tidak
menghasilkan data yang dapat dipakai untuk membeda-bedakan hasil kecepatan
melarut. Bilamana ternyata bahwa kecepatan pengadukan perlu lebih dari 100 rpm
maka lebih baik untuk mengubah medium daripada menaikkan rpm. Walaupun
4% penyimpangan masih diperbolehkan, sebaiknya dihindarkan.
5. Ketepatan Letak Vertikal Poros
Disini termasuk tegak lurusnya poros putaran dayung atau keranjang,
tinggi dan ketepatan posisi dayung/ keranjang yang harus sentris. Letak yang
kurang sentral dapat menimbulkan hasil yang tinggi, karena hal ini akan
mengakibatkan pengadukan yang lebih hebat di dalam bejana.
6. Goyangnya poros
Goyangnya poros dapat mengakibatkan hasil yang lebih tinggi karena
dapat menimbulkan pengadukan yang lebih besar di dalam medium. Sebaiknya
digunakan poros dan bejana yang sama dalam posisi sama bagi setiap percobaan
karena masalah yang timbul karena adanya poros yang goyang akan dapat lebih
mudah dideteksi
7. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi
besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.
8. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme. Struktur
internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda
juga.
9. Sifat Permukaan Zat
Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat
hidrofob. Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar
partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan
kecepatan disolusinya bertambah (Yelmida, 2009).
10. Vibrasi
Bilamana vibrasi timbul, hasil yang diperoleh akan lebih tinggi. Hampir
semua masalah vibrasi berasal dari poros motor, pemanas penangas air atau
adanya penyebab dari luar. Alas dari busa mungkin dapat membantu, tetapi kita
harus hati-hati akibatnya yaitu letak dan kelurusan harus dicek.
11. Gangguan pola aliran
Setiap hal yang mempengaruhi pola aliran di dalam bejana disolusi dapat
mengakibatkan hasil disolusi yang tinggi. Alat pengambil cuplikan serta adanya
filter pada ujung pipet selama percobaan berlangsung dapat merupakan
penyebabnya.
12. Posisi pengambil cuplikan
Posisi yang dianjurkan untuk pengambilan cuplikan adalah di antara
bagian puncak dayung (atau keranjang) dengan permukaan medium (code of
GMP). Cuplikan harus diambil 10-25 mm dari dinding bejana disolusi, karena
bagian ini diperkirakan merupakan bagian yang paling baik pengadukannya.
13. Formulasi bentuk sediaan
Penting untuk diketahui bahwa hasil kecepatan melarut yang aneh tidaklah
selalu disebabkan oleh masalah peralatan saja, tetapi beberapa mungkin juga
disebabkan oleh kualitas atau formulasi produknya sendiri. Beberapa faktor yang
misalnya berperan adalah ukuran partikel dari zat berkhasiat, Mg stearat yang
berlebih sebagai lubrikan, penyalutan terutama dengan shellak dan tidak
memadainya zat penghancur.
14. Kalibrasi alat disolusi
Kalibrasi alat disolusi selama ini banyak diabaikan orang, ternyata hal ini
merupakan salah satu faktor yang paling penting. Tanpa melakukannya tidak
dapat kita melihat adanya kelainan pada alat. Untuk mencek alat disolusi
digunakan tablet khusus untuk kalibrasi yaitu tablet prednisolon 50 mg dari USP
yang beredar di pasaran. Tes dilakukan pada kecepatan dayung atau keranjang 50
dan 100 rpm. Kalibrasi harus dilakukan secara teratur minimal setiap enam bulan
sekali.
Disolusi atau pelarutan didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu obat
dari sediaan padat dalam medium tertentu. Selain itu disolusi juga dikatakan
sebagai hilangnya kohesi suatu padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan
suatu dispersi homogen bentuk ion (dispersi molekuler) sedangkan kecepatan
pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau senyawa
obat ke dalam medium tertentu dari suatu padatan. Tetapan laju disolusi
merupakan suatu besaran yang menunjukkan jumlah bagian senyawa obat yang
larut dalam media per satuan waktu. Uji disolusi yang diterapkan pada sediaan
obat bertujuan untuk mengukur serta mengetahui jumlah zat aktif yang terlarut
dalam media pelarut yang diketahui volumnya pada waktu dan suhu tertentu,
menggunakan alat tertentu yang didesain untuk uji parameter disolusi
(Hilaliyati, 2017).
1. Metode Klasik
Metode ini dapat menunjukkan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu t,
yang kemudian dikenal dengan T-20, T-50, T-90, dan sebagainya. Karena dengan
metode ini hanya menyebutkan 1 titik saja, maka proses yang terjadi di luar titik
tersebut tida diketahui. Titik tersebut menyatakan jumlah zat aktif yang terlarut
pada waktu tertentu.
2. Metode Khan
Metode ini kemudian dikenal dengan konsep dissolution efficiency (DE)
area di bawah kurva disolusi di antara titik waktu yang ditentukan. Beberapa
peneliti menyaratkan bahwa penggunaan DE sebaiknya mendekati 100% zat yang
terlarut. Keuntungan metode ini adalah :
a. Larutan dari zat padat pada permukaan membentuk lapisan tebal yang
tetap atau film disekitar partikel
b. Difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cair
Adapun mekanisme disolusi dapat digambarkan sebagai berikut:
Kristal
1.2.4 Titrasi
Keterangan alat :
A : Buret
B B : Klem
C : Erlenmeyer
D : Statif
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kecepatan disolusi ini, sebanyak 1 gram serbuk asam salisilat
dimasukkan kedalam 400 ml akuades. Pada percobaan pertama yaitu pengaruh
kecepatan disolusi zat terhadap perubahan kecepatan pengadukan dillakukan
pengambilan sebanyak 5 kali dengan waktu 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit,
dan 10 menit. Kecepatan pengadukan yang digunakan adalah 100 rpm dan 200
rpm. Penggunaan variabel bebas waktu dengan selisih 2 menit menunjukan
kecepatan disolusi tidak memiliki pengaruh yang berbeda dengan variabel bebas
waktu dengan selisih 5 menit. Hal ini ditunjukan dengan hasil praktikum, ketika
terjadi kenaikan waktu pengadukan menyebabkan asam salisilat semakin terlarut
di dalam akuades. Konsentrasi masing-masing larutan asam salisilat yang diambil
pada kecepatan 100 rpm dengan waktu 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit, dan 10
menit, yaitu 0,025 M, 0,03475 M, 0,0375 M, 0,0385 M, dan 0,03875 M.
Kenaikan konsentrasi larutan asam salisilat menunjukkan bahwa kecepatan
disolusi zat dipengaruhi oleh waktu yang diberikan untuk pengadukan. Semakin
lama waktu pengadukan, maka semakin banyak asam salisilat yang terlarut di
dalam akuades
Pada kecepatan 200 rpm dengan waktu 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit, dan
10 menit didapatkan konsentrasi masing-masing larutan asam, yaitu 0,03375 M,
0,03675 M, 0,039 M, 0,03925, dan 0,0405 M. Dari perbandingan konsentrasi
yang didapat pada dua kecepatan pengadukan dengan 100 rpm dan 200 rpm,
terlihat bahwa semakin tinggi kecepatan pengadukan yang diberikan maka
semakin banyak asam salisilat yang terlarut di dalam akuades. Oleh karena itu,
Kesimpulan pada prosedur ini adalah semakin lama waktu pengadukan dan
semakin tinggi kecepatan pengadukan, maka semakin banyak zat yang terlarut,
disebabkan semakin banyak partikel-partikel zat yang bertumbukan.
Prosedur kedua yang menjadi variabel bebas percobaan adalah perubahan
suhu terhadap kecepatan disolusi zat padat. Sebanyak 1 gram serbuk asam salisilat
dimasukkan kedalam 400 ml akuades. Pada percobaan pertama yaitu pengaruh
kecepatan disolusi zat terhadap perubahan kecepatan pengadukan dilakukan
pengambilan sebanyak 5 kali dengan waktu 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit,
dan 10 menit. Suhu yang digunakan adalah 40oC dan 50oC. Konsentrasi masing-
masing larutan asam salisilat yang diambil pada suhu 40oC dengan waktu 2 menit,
4 menit, 6 menit, 8 menit, dan 10 menit, yaitu 0,03825 M, 0,0435 M, 0,044 M,
0,045 M, dan 0,04575 M. Pada suhu 50oC dengan waktu 2 menit, 4 menit, 6
menit, 8 menit, dan 10 menit didapatkan konsentrasi masing-masing larutan asam,
yaitu 0,0455 M, 0,04725 M, 0,049 M, 0,05175 M, dan 0,05425 M. Dari
perbandingan konsentrasi yang didapat pada dua kecepatan pengadukan dengan
suhu 40oC dan 50oC, terlihat bahwa semakin tinggi suhu pengadukan yang
diberikan maka semakin banyak asam salisilat yang terlarut di dalam akuades.
Oleh karena itu, Kesimpulan pada prosedur ini adalah semakin lama waktu
pengadukan dan semakin tinggi suhu pengadukan, maka semakin banyak zat yang
terlarut, disebabkan semakin banyak partikel-partikel zat yang bertumbukan.
BAB IV
1. Kecepatan disolusi suatu zat padat adalah banyaknya suatu zat padat yang
terlarut pada medium tertentu persatuan waktu.
4.2 Saran
Tabel C.2 Hasil pengamatan pengaruh suhu pada pengadukan 100 rpm Tiap2
menit
Suhu 40℃ Suhu 50℃
Erlenmeyer NaOH yang Terpakai Erlenmeyer NaOH yang
(0,05 M) Terpakai(0,05 M)
I 15,3 ml I 18,2 ml
II 17,4 ml II 18,9 ml
III 17,6 ml III 19,6 ml
IV 18 ml IV 20,7 ml
V 18,3 ml V 21,7 ml
1. PengaruhKecepatanPengadukanTerhadapKecepatanDisolusiSuatuZat
a. PadaKecepatan 100 rpm
2 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 10 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 10
0,05 𝑥 10
𝑀1 = = 0,025 𝑀
20
4 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 13,9 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 13,9
0,05 𝑥 13,9
𝑀1 = = 0,03475 𝑀
20
6 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 15 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 15
0,05 𝑥 15
𝑀1 = = 0,0375 𝑀
20
8 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 15,4 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 15,4
0,05 𝑥 15,4
𝑀1 = = 0,0385 𝑀
20
10 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 15,5 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 15,5
0,05 𝑥 15,5
𝑀1 = = 0,03875 𝑀
20
4 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 14,7 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 14,7
0,05 𝑥 14,7
𝑀1 = = 0,03675 𝑀
20
6 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 15,6 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 15,6
0,05 𝑥 15,6
𝑀1 = = 0,039 𝑀
20
8 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 15,7 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 15,7
0,05 𝑥 15,7
𝑀1 = = 0,03925 𝑀
20
10 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 16,2 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 16,2
0,05 𝑥 16,2
𝑀1 = = 0,0405 𝑀
20
2. PengaruhSuhuTerhadapKecepatanDisolusiSuatuZat
a. PadaSuhu 40℃
2 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 15,3 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 15,3
0,05 𝑥 15,3
𝑀1 = = 0,03825 𝑀
20
4 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 17,4 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 17,4
0,05 𝑥 17,4
𝑀1 = = 0,0435 𝑀
20
6 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 17,6 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 17,6
0,05 𝑥 17,6
𝑀1 = = 0,044 𝑀
20
8 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 18 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 18
0,05 𝑥 18
𝑀1 = = 0,045 𝑀
20
10 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 18,3 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 18,3
0,05 𝑥 18,3
𝑀1 = = 0,04575 𝑀
20
b. PadaSuhu 50℃
2 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 18,2 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 18,2
0,05 𝑥 18,2
𝑀1 = = 0,0455 𝑀
20
4 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 18,9 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 18,9
0,05 𝑥 18,9
𝑀1 = = 0,04725 𝑀
20
6 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 19,6 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 19,6
0,05 𝑥 19,6
𝑀1 = = 0,049 𝑀
20
8 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 20,7 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 20,7
0,05 𝑥 20,7
𝑀1 = = 0,05175 𝑀
20
10 Menit
Diketahui: MNaOH = 0,05 M
VNaOH = 21,7 ml
VAsamSalisilat = 20 ml
Ditanya: MAsamSalisilat ?
Jawab:
𝑀1 𝑥𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀1 𝑥 20 = 0,05 𝑥 21,7
0,05 𝑥 21,7
𝑀1 = = 0,05425 𝑀
20
Gambar D.1 Proses pengadukan asam Gambar D.2 Persiapan proses titrasi
Salisilat dan akuades dengan kecepatan
100 rpm
Gambar D.3 Proses titrasi asam salisilat Gambar D.4 Proses pengambilan
dengan NaOH asam salisilat
Gambar D.5 Hasil titrasi kelima Gambar D.6 Pengadukan asam
larutan asam salisilat+NaOH+PP salisilat dan akuades dengan
pada kecepatan 100 rpm kecepatan 200 rpm
A. Tugas
1. Buatlahkurvaantarakonsentrasiasamsalisilat yang
diperolehdenganwaktuuntuksetiapperbedaansuhu (dalamgrafik).
0.04
0.038
Konsentrasi Asam
0.036 Salisilat yang Diperoleh
dengan kecepatan 200
0.034 rpm
0.032
0.03
2 menit 4 menit 6 menit 8 menit 10 menit
Gambar D.2KurvaKonsentrasiAsamSalisilatpadaKecepatan 200 rpm
2. Buatlahkurvaantarakonsentrasiasamsalisilat yang
diperolehdenganwaktuuntuksetiapkecepatanpengadukan (dalamgrafik).
0.046
0.044
0.042
Konsentrasi Asam
0.04 Salisilat yang Diperoleh
dengan Suhu 40℃
0.038
0.036
0.034
2 menit 4 menit 6 menit 8 menit 10 menit
9. Agitator Jenis UZ
Jenis pengaduk UZ menjadi lebih dan lebih populer di kalangan
berbagai industri. UZ merupakan bagian dari seri 'Pitch Blades', dan lebih efisien
dalam pencampuran benda kerja. Diameter impeller juga dapat dipengaruhi oleh
diameter tangki dan viskositas bahan.
Fitur-fitur teknis : Cocok untuk viskositas rendah sampai menengah.
Kegunaan dari Mixers UZ untuk aplikasi Susu (Yoghurt, tangki fermentasi),
tangki penyimpanan Susu, dan aplikasi Buttermilk. Selanjutnya di Industri
Minuman dapat digunakan untuk pengolahan Buah jus. Mixer ini juga
merupakan solusi umum di dalam pengolahan Ragi, telur cair, dalam
penyimpanan dan proses gula cair.