Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

TEGANGAN PERMUKAAN

Disusun oleh :

1. Delis Sulastri (31117008) (Pembahasan 2)


2. Eva Saefatuzzahro (31117014) (Dasar Teori)
3. Fanisa Riadhiani (31117015) (Kesimpulan)
4. Imas Ratnasari (31117020) (Pembahasan 5)
5. Ira Triani (31117022) (Pembahasan 4)
6. Nida Nur Fadhilah (31117030) (Prosedur Kerja dan Alat Bahan)
7. Reni Nuraeni (31117036) (Data Hasil Pengamatan)
8. Sahrul Hikam (31117041) (Pembahasan 1)
9. Tika Rahmawati (31117047) (Pembahasan 3)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA

2018
A. Judul : TEGANGAN PERMUKAAN
B. Tujuan :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :

1. Menentukan tegangan permukaan air, paraffin cair, minyak wijen (ol. Sesame), oleum
olivarum (olive oil), minyak jarak (ol. Ricini), tween 80, Na. Lauril sulfat.
2. Mengamati pengaruh sufraktan terhadap tegangan permukaan.

C. Hari/Tanggal : Rabu, 11 April 2018


D. Dasar Teori :

Tegangan permukaan suatu zat cair terjadi karena perbedaan resultan gaya tarik-menarik molekul
yang berada dipermukaan zat cair tersebut. Tegangan permukaan untuk zat murni, metode yang
didasarkan pada hukum keadaan saling terkait. Untuk campuran zat cair disajikan metode-metode
yang dikembangkan dan metode komponen murni. Lapisan permukaan mikroskopik menunjukan
bahwa molekul-molekul mengalami tegangan dan cenderung mengerut membentuk ukuran terkecil
yang sepadan dengan massa bahan, gaya menahan dari wadah dan gaya-gaya dari luar.
Sepanjang permukaan yang menyentuh benda itu. Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m),
maka tegangan-permukaan, S dapat ditulis sebagai S = F/L. Tegangan permukaan dipengaruhi oleh
adanya gaya kohesi antara molekul air. Molekul cairan biasanya saling tarik menarik. Di bagian
dalam cairan, setiap molekul cairan dikelilingi oleh molekul-molekul lain di setiap sisinya; tetapi di
permukaan cairan, hanya ada molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas tidak
ada molekul cairan lainnya. Karena molekul cairan saling tarik menarik satu dengan lainnya, maka
terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam cairan. Sebaliknya,
molekul cairan yang terletak dipermukaan ditarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan
bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah. Karena
adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan cenderung
memperkecil luas permukaannya, dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan
lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang tipis.
Tegangan permukaan didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan dalam memperluas permukaan
cairan dengan satu satuan luas. Satuan untuk tegangan permukaan (γ adalah j/m 2atau dyne/cm atau
N/m. Metode yang paling umum untuk mengukur tegangan permukaan adalah kenaikan atau
penurunan cairan dalam pipa kapiler. Dimana d adalah kerapatan cairan, r adalah jari-jari kapiler, g
adalah konstanta gravitasi, λ adalah panjang cairan yang akan ditekan atau akan naik (Dogra, 1990).
Sejumlah observasi umum menunjukkan bahwa permukaan zat cair berperilaku seperti membran
yang terenggang karena tegangan. Sebagai contoh, setetes air di ujung kran yang menetes, atau
tergantung pada dahan, membuat bentuk yang hampir bulat seperti balon kecil yang berisi air
(Giancoli, 2000).
Molekul-molekul cairan bagian dalam ditarik oleh molekul-molekul lain ke segala arah, tetapi
molekul-molekul pada permukaan cairan hanya ditarik ke arah dalam. Akibat dari hal ini, cairan
selalu ingin memiliki permukaan terkecil atau cairan selalu ingin mengkerut. Misalnya tetesan cairan
selalu berbentuk bulat. Berhubung dengan hal ini, bila cairan diperluas, ada gaya menahan, seakan-
akan permukaan cairan mempunyai tegangan. Gaya tarik menarik antar molekul-molekul yang sejenis
disebut kohesi, sedangkan gaya tarik antara molekul yang tidak sejenis disebut adhesi. Molekul-
molekul air dan gelas mempunyai adhesi yang besar, hinnga air dapat membasahi gelas. Sebaliknya,
adhesi antara air raksa dengan gelas kecil sekali, hingga air raksa tidak dapat membasahi gelas
(Soekardjo, 1990).
Peristiwa terapungnya silet di atas air, walaupun besi rapatannya lebih besar daripada air,
disebabkan karena adanya tegangan permukaan. Terjadinya tetes air di atas pemukaan lilin juga
disebabkan adanya tegangan permukaan. Dalam hal ini, gaya kohesi air lebih besar daripada gaya
adhesi air lilin. Permukaan zat cair berlaku seakan-akan mengalami tegangan dan tegangan ini bekerja
sejajar dengan permukaan, muncul dari gaya tarik antar molekul. Efek ini disebut tegangan
permukaan yang didefinisikan sebagai gaya F per satuan panjang L yang bekerja melintasi semua
garis pada permukaan, dengan kecenderungan menarik agar tertutup.
Molekul-molekul zat cair memberikan gaya tarik satu sama lain. Gaya tarik ini bekerja pada
molekul kedua di permukaan. Molekul di dalam zat cair berada di dalam kesetimbangan karena gaya-
gaya molekul lain yang bekerja ke semua arah. Molekul di permukaan normalnya juga dalam
kesetimbangan (zat cair tersebut diam). Hal ini benar walaupun gaya pada molekul di permukaan
dapat diberikan hanya oleh molekul-molekul di bawahnya (atau di sampingnya). Dengan demikian,
adanya gaya tarik total ke bawah, yang cenderung menekan lapisan permukaan sedikit tapi hanya
sampai batas di mana gaya ke bawah ini diimbangi oleh gaya tolak ke atas yang disebabkan oleh
kontak yang dekat atau tumbukan dengan molekul-molekul di bawahnya. Penekan permukaan ini
berarti bahwa, intinya zat cair meminimalkan garis permukaannya. Inilah sebab mengapa air
cenderung membentuk tetesan berbentuk bola, karena sebuah bola mempresentasikan luas permukaan
minimum untuk volume tertentu (Giancoli, 2000).
Semua fenomena menunjukkan bahwa permukaan zat cair dapat dianggap sebagai dalam keadaan
tegang, demikian pula sehingga ditinjau setiap garis di dalam atau yang membatasi permukaannya,
maka zat-zat di kedua sisi garis tersebut saling tarik-menarik (Sears dan Zemansky, 1983).
Sepotong kawat dibengkokkan menjadi berbentuk U dan sepotong lagi digunakan sebagai
peluncur. Ternyata gaya F = W 1 + W2, dapat menahan peluncur dalam sembarang posisi, berapapun
luas selaput, asal saja suhu selaput konstan, ini amat berlainan dengan sifat elastik lembaran karet,
dalam mana gaya tersebut akan menjadi lebih besar kalau lembaran itu ditarik (Sears dan Zemansky,
1983).
Selain dipengaruhi oleh jenis cairan, γ juga dipengaruhi oleh temperatur. Bila temperatur makin
tinggi, maka γ akan mengalami penurunan. Untuk air antara 20-30 oC, perubahan γ rata-rata 0,16  
(Soekardjo, 1990).
Tegangan permukaan sebuah campuran zat cair bukan fungsi sederhan tegangan permukaan
komponen murni karena komposisi cairan pada campuran tidak sama dengan komposisi badan
cairnya. Ketika temperatur dinaikkan, tegangan permukaan zat cair dalam keadaan setimbang dengan
penurunan kerapatan uapnya dan menjadi nol pada titik kritis (Reid, 1991).
Ada beberapa cara untuk menerapkan tegangan permukaan suatu cairan. Dua cara diantaranya
adalah :
a. Cara kenaikan kapiler
Bila cairan yang membasahi gelas diberi pipa kapiler dari gelas maka permukaan
cairan akan naik. Kenaikan cairan ini disebabkan oleh adanya tegangan permukaan
cairan.
b. Cara du nouy
Cara ini lebih cepat dari cara pertama, karena alat yang diperlukan lebih praktis. Alat
dari du nouy disebut tensiometer, terdiri atas cincin platina dan timbangan. Untuk
mentapkan tegangan permukaan, cincin platina dimasukkan dalam cairan yang diselidiki
(Soekardjo, 1990).

E. Alat dan Bahan :


1. Alat

Pipa Fungsi pipa kapiler kimia


Kapiler Adalah alat untuk
mengalirkam gas ke tempat
tertentu dan digunakan pula
dalam penentuan titik lebur
suatu zat.
Piknome Adalah alat yang digunakan
ter untuk menentukan massa
jenis dari suatu cairan.
Gelas Sebagai alat ukur volume
Ukur cairan yang tidak
memerlukan ketelitian
yang tinggi, misalnya
pereaksi atau reagen
untuk analisis kimia
kualitatif atau untuk
pembuatan larutan
standar sekunder
Cawan Adalah sebuah wadah yang
Petri bentuknya bundar dan
terbuat
dari plastik atau kaca yang
digunakan untuk
membiakkan sel.
Penjepit Alat bantu untuk
menjepit suatu tabung
reaksi pada saat ingin
mengangkat atau
memindahkan
Gelas Untuk mengukur volume
Kimia larutan ataupun bahan
yang tak memerlukan
tingkat ketelitian yang
tinggi, digunakan juga
sebagai tempat untuk
menyimpan serta
membuat larutan
Neraca Adalah suatu alat untuk
Digital mengukur massa benda.
Termom Adalah alat yang digunakan
eter untuk
mengukur suhu (temperatur
), ataupun perubahan suhu.

Lap/Tiss Untuk mengelap cairan


ue yang keluar dari
piknometer.

Penggari Untuk mengukur tinggi


s cairan yang naik dalam
pipa kapiler.

Pipet Untuk membantu


tetes memindahkan cairan dari
wadah yang satu ke
wadah yang lain dalam
jumlah yang sangat kecil
yaitu setetes demi setetes

2. Bahan

Aquadest Air murni yang dihasilkan


dari proses
destilasi/penyulingan
sebanyak 1 kali
Larutan Berfungsi sebagai surfaktan,
Natrium yang dapat menurunkan

Lauryl Sulfat tegangan permukaan antara 2


zat yang tidak dapat bercampur
0,01%,
sehingga zat tersebut dapat
0,05% dan
bercampur.
0,1%

Pariffin Cair Berfungsi sebagai laksativa

Es batu Sebuah potongan es (air


beku)

F. Prosedur Kerja :
1. Kecepatan/ bobot jenis zat cair

Isi Piknometer Piknometer ditutup, pipa


Timbang dengan air hingga kapilernya dibiarkan
Piknometer yang penuh, lalu rendam terbuka dan suhu
kering dan bersih dalam air es, dibiarkan naik, lalu pipa
dengan seksama. sehingga suhunya kapiler piknometer
kira-kira 2C. ditutup.

Biarkan suhu air dalam


Catat data yang diperoleh, Piknometer mencapai
hitung volume piknometer
dan kerapatan masing- suhu kamar(±20-
masing cairan dengan 25C). Lalu air yang
rumus : = M/V menempel diusap dan
timbang piknometer.
2. Penentuan tegangan muka dengan metode kenaikan kapiler.

Masukan cairan sampel Pipa kapiler diletakan


Tunggu hingga airnya
tegak lurus ditengah
kedalam Cawan petri cawan petri
sampai naik/stabil.

Hitung tegangan permukaan


dengan data kecepatan dan
tinggi cairan dalam pipa Catat tinggi zat cair dalam Ukur tinggi sampel yang
dengan persamaan y = 1/2 pipa naik
rhg

G. Data Hasil Pengamatan

Data hasil pengamatan

No h r g m m m zat v ρ(g/mL Y
(cm) (cm) (cm/s2) piknometer piknometer cair (mL) ) (dyne/c
(g) + zat cair (g) m)
(g)

1. 1 cm 0,06 980 14,17 g 26,08 g 11,91 10 mL 1,191 35,0154


cm cm/s2 g g/mL
2. 0,9 0,06 980 11,17 g 21,62 g 10,45 10 mL 1,045 27,65
cm cm cm/s2 g g/mL
3. 1,3 0,06 980 12,47 g 22,50 g 10,03 10 mL 1,003 38,3346
cm cm cm/s2 g g/mL 6
4. 1,3 0,06 980 11,02 g 21,30 g 10,28 10 mL 1,028 39,2901
cm cm cm/s2 g g/mL 6
5. 1,3 0,06 980 10,45 g 18,22 g 7,77 g 10 mL 0,777 29,697
cm cm cm/s2 g/mL

1. Penentuan kecepatan air


m
ρ=
v
( bobot piknometer+air )−bobot piknometer
ρ=
10

11,91
=
10

= 1,191 g/mL

Penentuan tegangan permukaan air

1
Y= .h.r.ρ.g
2

1.1 .0,06 .1,191.980


=
2

70,0308
=
2

= 35,0154 dyne/cm

2. Penentuan kecepatan lar. Natrium Laurit Sulfat 0,01%

m
ρ=
v

( bobot piknometer+lar . natrium sulfat )−bobot piknometer


ρ=
10
10,45
=
10
= 1,045 g/mL

Tegangan permukaan lar. Natrium Laurit Sulfat 0,01%

1
Y= .h.r.ρ.g
2

1.0,9 . 0,06 .1,045.980


=
2

55,3014
=
2

= 27,65 dyne/cm

3. Penentuan kecepatan lar. Natrium Lauril Sulfat 0,05%

m
ρ=
v

( bobot piknometer+lar . natrium sulfat )−bobot piknometer


ρ=
10

10,03
=
10

= 1,003 g/mL

Tegangan permukaan lar. Natrium Lauril Sulfat 0,05%

1
Y= .h.r.ρ.g
2

1.1,3 .0,06 .1,003.980


=
2

76,66932
=
2

= 38,33466 dyne/cm

4. Penentuan kecepatan lar. Natrium Lauril Sulfat 0,1%


m
ρ=
v

( bobot piknometer+lar . natrium sulfat )−bobot piknometer


ρ=
10

10,28
=
10

= 1,028 g/mL

Tegangan permukaan lar. Natrium Lauril Sulfat 0,1%

1
Y= .h.r.ρ.g
2

1.1,3 .0,06 .1,028.980


=
2

78,58032
=
2

= 39,29016 dyne/cm

5. Penentuan kecepatan Paraffin cair

m
ρ=
v

( bobot piknometer+ paraffin cair )−bobot piknometer


ρ=
10

7,77
=
10

= 0,777 g/mL

Tegangan permukaan paraffin cair

1
Y= .h.r.ρ.g
2

1.1,3 .0,06 .0,777 .980


=
2
59,39
=
2

= 29,697 dyne/cm

H. Pembahasan
Pada percobaan pertama yang dilakukan oleh kelompok satu yaitu menentukan tegangan
permukaan zat cair dengan penggunaan sampel yaitu air. Hasil yang diperoleh oleh kelompok
satu pada percobaan ini adalah 35,0154 dyne/cm.
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antar muka dua
fase cair yang tidak bercampur. Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan
permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu
lapisan elastis. Ada beberapa metode penentuan tegangan muka, dalam praktikum ini
digunakan metoda pipa kapiler, yaitu mengukur tegangan permukaan zat cair dan sudut
kelengkungannya dengan memakai pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa dicelupkan
kedalam permukaan zat cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai
ketinggian tertentu.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, tegangan permukaan zat cair yang
diamati memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena molekul memiliki daya tarik
menarik antara molekul sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Daya kohesi suatu zat
selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan  tegangan karena
tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi
pada bidang mengakibatkan kedua zat cair itu susah bercampur. Tegangan yang terjadi pada
air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa.

Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan permukaan
cairan berkontraksi den benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-gaya tarik
yang tidak seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini biasa segera diketahui pada kenaikan
cairan biasa dalam pipa kapilerdan bentuk suatu tetesan kecil cairan. tegangan permukaan
merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan
diam (statis). Besarnya tegangan permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis
cairan, suhu, dan, tekanan, massa jenis, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan.

Salah satu factor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan adalah massa jenis/
densitas (D), semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan – muatan atau partikel-
partiekl dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini menyebabkan makin besarnya gaya yang
diperlukan untuk memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal ini karena partikel yang rapat
mempunyai gaya tarik menarik antar partikel yang kuat. Sebaliknya caiarn yang mempunyai
densitas kecil akan mempunyai tegangan permukaan yang kecil pula. Konsentrasi zat terlarut
(solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk
tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang
ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai
konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang
penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi
dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan yaitu percobaan dengan metoda pipa
kapiler tegangan permukaan zat cair yang diamati memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal ini
terjadi karena molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul sejenis yang disebut
dengan daya kohesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat
cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan kedua zat cair
itu susah bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan
garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa.

Dari percobaan kedua dilakukan dengan menggunakan sampel natrium lauryl sulfat 0.01
%. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan mendapatkan hasil tinggi air yang
masuk ke dalam pipa kapiler 0.9 , jari jari pipa kalpiler 0.6 mm, gravitasinya 9,8 dan p=
1.045 . Hasil yang sudah didapat itu dimasukan ke dalam rumus untuk mencari nilai tegangan
permukaan Natrium lauril sulfat 0.01 %, dan didapatkan hasil 27.65 dyne/cm.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa percobaan yang telah dilakukan ternyata
mengalami sedikit penyimpangan dengan data pada literatur. Hal ini mungkin disebabkan
beberapa hal, diantaranya adalah kurang telitian praktikan dalam membaca skala pada pipa
kapiler dan kurang tepatnya konsentrasi larutan yang dibuat.

Pada praktikum kali ini kelompok praktikan melakukan praktikum mengenai cara menentukan
tegangan permukaan pada suatu zat cair. Zat cair yang digunakan sebagai sampel adalah air, paraffin
cair, Na Lauryl Sulfat 0,01%;0,05%; 0,1%, dan mengamati pengaruh surfaktan terhadap tegangan
permukaan. Natrium lauryl sulfat berfungsi sebagai surfaktan, yang dapat menurunkan tegangan
permukaan antara 2 zat yang tidak dapat bercampur sehingga zat tersebut dapat bercampur, sedangkan
paraffin liquidum berfungsi sebagai laksativa. Metode yang digunakan untuk menentukan tegangan
permukaan pada praktikum ini adalah metode kenaikan pipa kapiler. Penentuan tegangan permukaan
dapat menggunakan metode selain kenaikan pipa kapiler yaitu metode cincin Du nouy, namun karena
tidak mempunyai alat untuk menguji dengan metode ini, jadi dipilihlah metode kenaikan pipa kapiler.

Prinsip kerja kenaikan kapiler : Bila suatu kapiler dimasukkan dalam labu berisi zat cair maka
pada umumnya zat cair akan naik di dalam tabung sampai jarak tertentu. Dengan mengukur kenaikan
ini, tegangan muka dapat ditentukan karena diimbangi oleh gaya gravitasi ke bawah dan bobot dari
cairan tersebut.

Gambar 2. Metode Kenaikan Pipa Kapiler (Martin, A.N., (1993), Physical Pharmacy)

Metode kenaikan pipa kapiler diukur dengan melihat ketinggian zat cair yang naik melalui pipa
kapiler. Salah satu ujung pipa tersebut dicelupkan ke dalam permukaan zat cair maka zat cair tersebut
akan naik sampai pada ketinggian tertentu. Prinsip kerja pipa kapiler ini adalah gaya adhesif antara
molekul zat cair dan dinding kapiler itu lebih besar daripada gaya kohesif antara molekul –molekul
zat cair, sehingga cairan dapat membasahi dinding kapiler, dan dapat mengalir naik di dalam pipa
kapiler. Zat cair dapat naik dalam pipa kapiler selain dipengaruhi oleh gaya adhesi yang besar juga
dipengaruhi oleh tegangan muka yang dimiliki zat aktif yang menyebabkan suatu gaya untuk naik.
Suatu saat kenaikan zat cair pada pipa kapiler dapat berhenti pada saat gaya tekan ke atas sama
dengan gaya gravitasi maka zat tersebut akan berhenti naik pada pipa kapiler.

Penggunaan metode kenaikan kapiler memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan
metode ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif singkat serta cara kerjanya yang praktis.
Kerugiaannya adalah prosentase hasil pengukuran tinggi yang tidak valid karena pengaruh tekanan
saat pipa dimasukkan ke dalam larutan. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk
menentukan tegangan permukaan suatu zat dan tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan
antar muka dari suatu zat.

Pada praktikum ke tiga ini praktikan mengamati tegangan penentuan kerapatan dan penentuan
tegangan muka pada sampel larutan Natrium Lauryl Sulfat 0,05%. Hasil yang diperoleh dari
praktikum ini yaitu untuk penentuan kerapatan Natrium Lauryl Sulfat 0,05% diperoleh hasil sebesar
10,03 mg/mL. Sedangkan untuk tegangan muka Natrium Lauryl Sulfat sebesar 38,33466 dyne/cm.
Hasil yang diperoleh dari penentuan tegangan permukaan tidak dapat dibandingkan dengan literatur,
karena perbedaan volume zat yang dipakai dalam pengujian belum tentu sama dengan yang ada pada
literature, sehingga tidak dapat dihitung penyimpangan kesalahan yang terjadi. Hasil data yang
diperoleh tiap percobaan berbeda-beda. Hal ini terjadi karena molekul memiliki daya tarik
menarik antara molekul sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Daya kohesi suatu zat
selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena
tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi
pada bidang mengakibatkan kedua zat cair itu susah bercampur. Faktor yang mempengaruhi
tegangan permukaan meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain:

1. Volume
Volume cairan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah 40 ml. Sebelum pipa
kapiler dimasukkan, ukur dahulu berapa tinggi mula-mula cairan dalam beaker glass.
Setiap akan dilakukan replikasi, pastikan volume cairan tetap 40 ml dan dengan tinggi
yang sama, jika tingginya berkurang dapat ditambahkan cairan lagi.

2. Diameter pipa kapiler


Diameter pipa kapiler berhubungan dengan kenaikan cairan. Pipa kapiler yang kecil
diameternya maka akan membuat kenaikannya lebih cepat,jelas dan tinggi.
3. Kadar
Kadar natrium lauryl sulfat yang berbeda - beda juga akan menghasilkan hasil kenaikan
cairan dalam pipa kapiler yang berbeda pula.

4. Kerapatan cairan
Semakin besar konsentrasi maka akan semakin besar pula kerapatn suatu zat

5. Tinggi kenaikan zat cair dalam pipa kapiler

Viskositas cairan juga mempengaruhi kenaikan zat cair dalam pipa kapiler. Semakin
tinggi kekentalan suatu zat, maka dia akan lebih susah naik ke pipa kapiler. Paraffin cair
akan lebih susah naik ke pipa kapiler dibandingkan larutan Natrium lauryl sulfat dan air.
Sehingga kenaikannya pun akan lebih rendah.
Faktor eksternalnya meliputi:

1) Suhu
Suhu akan mempengaruhi perhitungan kerapatan suatu zat. Perhitungan kerapatan
menggunakan piknometer dilakukan dengan menaik turunkan suhu ± 2 0 C kemudian
didiamkan hingga suhu kembali pada suhu kamar. Adanya embun yang tertinggal saat
penurunan suhu akan mempengaruhi hasil perhitungan kerapatannya.
2) Kemurnian zat yang digunakan,
Kemurnian zat yang akan diuji akan berkurang jika ada bahan lain yang ikut masuk ke
dalam zat yang akan di uji. Proses membersihkan piknometer harus diperhatikan apakah
sudah benar-benar kering atau belum, jika masih terdapat air maka akan mempengaruhi
kemurniaan zat yang di uji, kemurnian zat akan berkurang dengan adanya campuran air,
semakin banyak air yang tertinggal pada piknometer maka akan banyak pula yang ikut
tercampur pada zat yang di uji dan kemurnian zat uji akan semakin berkurang.

Tegangan muka kebanyakan zat cair berkurang hampir sebanding dengan kenaikan temperatur.
Oleh karena itu perlu mengontrol temperatur dari sistem yang diteliti jika hendak menentukan
tegangan muka dan tegangan antar mukanya.

Manfaat tegangan permukaan di bidang farmasi salah satu contohnya yaitu terbentukya emulsi.
Emulsi merupakan sediaan cair yang terdiri dari dua fase yaitu fase air dan fase minyak dimana harus
dilakukan penggojokan untuk dapat mencampurkan keduanya. Tegangan antarmuka pada emulsi
terjadi antara minyak dengan air. Penetrasi molekul melalui membran biologi, dapat mempengaruhi
adsorbsi obat, stabilitas, dan dispersi partikel yang tidak larut dalam suspensi.

Pada praktikum kali ini membahas tentang tegangan permukaan. Tegangan permukaan
merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair yang berada dalam keadaan diam.
Pada praktikum ini menentukan kerapatan nartrium lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,1%.
Bobot Na lauryl sulfat 0,1 yaitu 21,30 gram, dan bobot pikrometer kosong yaitu 11,28 gram.

m
Sehingga di dapatkan hasil 10,28 gram. Dihitung dengan rumus ρ= dan V= 10ml sehingga
v

10,28 gram
= 1,028 g/ml. Kerapatan partikel yang rapat mempunyai gaya tarik menarik antar
10 ml
partikel yang kuat.

Pada penentuan tegangan permukaan menggunakan beberapa metode yang salah satunya
digunakan metode pipa kapiler, yaitu dengan mengukur tegangan permukaan zat cair dan
sudut kelengkunngannya dengan memakai pipa berdiameter . salah satu permukaan zat cair
maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian tertentu. Pada penentuan
tegangan permukaan menghitung terlebih darhulu tegangan permukaan air dengan jari-jari

1,2mm
pipa kapiler =0,6 mm = 0,06 cm dan g = 980,7 cm/s2 = 980 cm/s2.
2

Percobaan ke 1 Na lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,1% , penentuan tegangan permukaan


ini menggunakan piknometer kecil. Dengan rata-rata kerapatan 1,2028 g/ml dengan tinggi
kenaikan air 1,3 cm sehingga rata-rata tegangan perrmukaan pada konsentrasi tersebut adalah
39,29016 dyne/cm.

Percobaan ke 2 Na lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,1%, penentuan permukaan ini


menggunakan piknometer kecil. Dengan rata-rata kerapatan 1,2028 g/ml dengan tinggi
kenaikan air 1,2 cm sehingga rata-rata tegangan permukaan pada konsentrasi tersebut adalah
36,26784 dyne/cm.

Percobaan ke 3 Na lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,1%, penentuan permukaan ini


menggunakan piknometer kecil. Dengan rata-rata kerapatan 1,2028 g/ml dengan tinggi
kenaikan air 1,4 cm sehingga rata-rata tegangan permukaan pada konsentrasi tersebut adalah
42,31248 dyne/cm. Sehingga didapatkan hasil rata-rata keseluruhan percobaan yaitu
39,29016 dyne/cm.

Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan keadua zat
cair itu susah bercampur. Namun, tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan
penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa.

Pada percobaan ke lima ini dilakukan penentuan tegangan permukaan pada paraffin cair, dengan
metode pipa kapiler. Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan
permukaan cairan berkontraksi dengan benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-
gaya tarik yang tidak seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini biasa segera diketahui pada
kenaikan cairan biasa dalam pipa kapiler dalam bentuk suatu tetesan kecil cairan. Tegangan
permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam
keadaan diam (statis).

Besarnya tegangan permukaan ditentukan oleh beberapa faktor seperti : jenis cairan, suhu,
tekanan, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan. Pada praktikum ini diperoleh volume dan kerapan
dari masing masing cairan.

Kerapatan / densitas (D), semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan – muatan atau
partikel-partikel dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini menyebabkan makin besarnya gaya yang
diperlukan untuk memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal ini dikarenakan partikel yang rapat
mempunyai gaya tarik menarik antar partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang mempunyai densitas
kecil akan mempunyai tegangan permukaan yang kecil pula. Kerapatan zat cair akan berbanding lurus
dengan tegangan permukaan pada zat cair tersebut. Kerapatan suatu zat berbeda – beda tergantung
pada jenis zat serta konsentrasi dari solute pada cairan tersebut. Pada data hasil percobaan diperoleh
bahwa paraffin cair memiliki kerapatan zat yang kecil sehingga tegangan permukaan pada paraffin
cair juga kecil yaitu 29.697 dyne/cm dan diperoleh bobot jenis paraffim cair sebesar 0.777 g/ml.

Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan
termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Tegangan permukaan paraffin cair
lebih kecil daripada air sehingga kedua zat tersebut tidak dapat bercampur. Penambahan Na Lauryl
Sulfat yang memiliki tegangan permukaan lebih besar daripada air, maka mampu menurunkan
tegangan antar muka pada air dan paraffin pada pembuatan sediaan farmasi.

Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan. Pada percobaan ini
digunakan alat pipa kapiler untuk penentuan tegangan permukaan dikarenakan jari – jari yang kecil,
sehingga akan lebih teliti karena besarnya miniskus lebih kecil. Daya tekan dari udara yang
menyebabkan ketinggian cairan berhenti pada ketinggian tertentu lebih besar sehingga dapat diamati.

Maka pada percobaan ini Semakin besar densitasnya, maka massa zat yang ada pada volume
tertentukan semakin besar dan interaksi antar partikelnya pun makin besar sehingga tegangan
permukaannya semakin besar. Semakin tinggi konsentrasi larutannya, maka tegangan permukaan
semakin besar.

I. Kesimpulan
Pada praktikum ini membahas mengenai cara menentukan tegangan permukaan pada suatu
zat cair. Zat cair yang digunakan sebagai sampel adalah air, Natrium Lauryl Sulfat 0,1%,
0,05%, 0,01%, dan paraffin cair. Fungsi natrium lauril sulfat sendiri sebagai surfaktan, yang
dapat menurunkan tegangan permukaan antara 2 zat yang tidak dapat bercampur sehingga zat
tersebut dapat bercampur, sedangkan paraffin cair berfungsi sebagai laksativa. Metode yang
digunakan untuk menentukan tegangan permukaan yaitu metode kenaikan kapiler. Dengan
prinsip kerja pipa kapiler adalah ketika gaya adhesif antara molekul zat cair dan dinding
kapiler itu lebih besar daripada gaya kohesif antara molekul-molekul zat cair, maka zat cair
akan terus naik dalam pipa kapiler yang disebabkan karen adanya tegangan muka, sampai
gerakan ke atas tersebut tepat seimbang dengan gaya ke bawah gravitasi. Pada percobaan di
dapatkan besar tegangan permukaan masing masing sample yaitu air, Natrium lauryl Sulfat
0,1%, 0,05%, 0,01% dan paraffin cair secara berturut turut 35,0154 dyne/cm, 39,29016
dyne/cm, 38,33466 dyne/cm, 27,65 dyne/cm, 29,697 dyne/cm. Di dalam literatur, tegangan
permukaan terbesar yaitu air, larutan natrium lauryl sulfat 0,01%, larutan natrium lauryl
sulfat 0,05%,larutan natrium lauryl sulfat 0,1% dan paraffin cair sedangkan pada percobaan
terdapat sedikit penyimpangan dengan data pada literatur. Hal ini disebabkan beberapa hal
seperti, kurang tepatnya konsentrasi larutan yang dibuat dan kurang ketelitian dalam
membaca skala pada pipa kapiler.

J. DaftarPustaka
Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata A., 1990, Farmasi Fisika Buku 1, Jakarta : Universitas
Indonesia Press.

Tungadi, Robert. 2009. Penentuan Praktikum Farmasi Fisika. Gorontalo. Jurusan Farmasi
Universitas Negeri Gorontalo

Martin, Alfred, dkk. 1993. Farmasi Fisik, Jilid 1 edisi III Jakarta. UI. Press.

Anda mungkin juga menyukai