Anda di halaman 1dari 20

Antibiotik

Pengertian antibiotik

Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi


mikroba pada manusia. Sedangkan antibiotik adalah senyawa kimia yang
dihasilkan oleh mikroorganisme khususnya dihasilkan oleh fungi atau
dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat
perkembangan bakteri dan organisme lain (Utami, 2011).
Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:
1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, antara lain beta-laktam (penisilin,
sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan vankomisin.
2. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein antara lain, aminoglikosid, kloramfenikol,
tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan
spektinomisin.
3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat antara lain, trimetoprim dan
sulfonamid.
4. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat antara lain, kuinolon, nitrofurantoin
(Kemenkes, 2011).
Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :
Bakterisid: Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi bakteri. Termasuk
dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar),
kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.
Bakteriostatik: Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau
menghambat pertumbuhan bakteri, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian
bakteri sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini
adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin,
makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.
Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :
• Spektrum luas (aktivitas luas) : Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap
banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh
antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin,
kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
• Spektrum sempit (aktivitas sempit) : Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya
terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative
saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap
mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap
kuman gram-negatif.
Penggolongan antibiotik

Antibiotik Beta lactam


Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang mempunyai
struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin, monobaktam,
karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase. Obat-obat antibiotik beta-lactam
umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme Gram -
positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri,
dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan, yaitu
heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri
(Kemenkes,
2011).
a. Penisilin

Penisilin mempunyai mekanisme kerja dengan cara mempengaruhi langkah akhir


sintesis dinding sel bakteri(transpepetidase atau ikatan silang), sehingga membrane
kurang stabil secara osmotik. Lisis sel dapat terjadi, sehingga penisilin disebut
bakterisida. Keberhasilan penisilin menyebabkan kematian sel berkaitan dengan
ukurannya, hanya defektif terhadap organisme yang tumbuh secara cepat dan
mensintesis peptidoglikan dinding sel .
b. Sefalosporin
Kebanyakan sefalosporin dihasilkan secara semisintetik dengan pengikatan
kimia pada rantai samping asam 7-aminosefalosporanat. Sefalosporin dan sefamisin
mempunyai mekanisme kerja sama dengan penislin dan dipengarungi oleh
mekanisme resistensi yang sama, tetapi obat−obat tersebut lebih cenderung menjadi
lebih resisten dibandingkan penislin terhadap beta-laktam (Mycek et al,2001).
Golongan sefalosporin diklasifikasikan berdasarkan generasi, yang terdiri dari
generasi I, generasi II, generasi III, dan generasi IV.
c. Aminoglikosida
Aminoglikosisda dihasilkan oleh jenis−jenis fungi Streptomyces dan Micromanospora
semua senyawa dan turunan semi-sintesisnya mengandung dua atau tiga gula amino di
dalam molekulnya yang saling terikat secara glukosidis. Dengan adanya gugusan-amino,
zat-zat ini bersifat basa lemah dan garam sulfatnya yang digunakan dalam terapi mudah
larut dalam air (Tjay & Rahardja,2010).
Spektrum aktivitas obat golongan ini menghambat bakteri aerob Gram negatif. Obat ini
mempunyai indeks terapi sempit, dengan toksisitas serius pada ginjal dan pendengaran,
khususnya pada pasien anak dan usia lanjut. Efek samping yang ditumbulkan adalah
toksisitas ginjal,ototoksisitas (auditorik maupun vestibular), blockade neuromuskular lebih
jarang (Kemenkes. 2011).
Gentamisin
Gentamisin termasuk golongan Aminoglikosida. Gentamisin bersifat
bakterisid yang aktif terutama terhadap gram negatif termasuk Pseudomonas
aerogenosa, Proteus serratia. Antibiotik ini diindikasikan pada pasien dengan
pneumonia, kolesistisis, peritonitis, septikemia, pyelo nefritis, infeksi kulit,
inflamasi pada tulang panggul, endokarditis, meningitis, listeriosis,
brucellosis, pes, pencegahan infeksi setelah pembedahan. Dosis yang
diberikan secara IM, IV lepas lambat lebih lambat 3 menit dan IV pada usia
<2 minggu, 3 mg/kgBB setiap 12 jam.
Untuk usia 2 minggu−12 tahun, 2 mg/kgBB setiap 8 jam.(IDAI, 2012).
Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah suatu grup senyawa yang terdiri dari 4 cincin yang berfungsi dengan suatu
sistem ikatan ganda konjugasi. Perbedaannya yang kecil yaitu dalam efektivitas klinik
menunjukan variasi farmakokinetik secara individual akibat subsitusi pada cincin−cincin
tersebut (Mycek et al., 2001).
Antibiotik golongan ini mempunyai spektrum luas dan dapat menghambat berbagai bakteri
Gram-positif, Gram negatif, baik yang bersifat aerob maupun anaerob, serta
mikroorganisme lain seperti Ricketsia, Mikoplasma, Klamidia, dan beberapa spesies
mikobakteria. Antibiotik yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tetrasiklin,
doksisiklin, oksitetrasiklin, minosiklin, dan klortetrasiklin (Kemenkes, 2011).
Kloramfenikol
Kloramfenikol aktif terhadap sejumlah organisme gram positif dan gram
negatif, tetapi karena toksisitasnya penggunaan obat ini dibatasi hanya untuk
mengobati infeksi yang mengancam kehidupan dan tidak ada alternative lain
(Mycek et al., 2001).
Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas,menghambat bakteri Gram-
positif dan negatif aerob dan anaerob, Klamidia, Ricketsia, dan Mikoplasma.
Efek samping yang ditimbulkan adalah supresi sumsum tulang, grey baby
syndrome, neuritis optik pada anak, pertumbuhan kandida di saluran cerna, dan
timbulnya ruam (Kemenkes, 2011).
Makrolida
Makrolida aktif terhadap bakteri Gram-positif, tetapi juga dapat
menghambat beberapa Enterococcus dan basil Gram positif. Sebagian besar
Gram-negatif aerob resisten terhadap makrolida, namun azitromisin dapat
menghambat Salmonela. Azitromisin dan klaritromisin dapat menghambat
H. influenzae, tapi azitromisin mempunyai aktivitas terbesar. Keduanya juga
aktif terhadap H. Pylori (Kemenkes, 2011). Makrolida mengikat secara
irreversible pada tempat subunit 50S ribosom bakteri, sehingga menghambat
langkah translokasi sintesisi protein (Mycek etal., 2001).
Analisis Kuantitatif
Penetapan Kadar Kloramfenikol
1. Titrasi bebas air
2. Nitrimetri
3. Bromometri
4. Argentometri
5. Spektrofotometri UV dan Vis
Titrasi bebas air
•Prinsipnya berdasarkan hasil degradasi dari kloramfenikol dalam suasana asam
yang menghasilkan amina primer melalui gugus amida. Sifat basa cukup kuat untuk
dititrasi oleh asam, namun lebih baik titrasinya dilakukan dalam suasana bebas air.
• Prosedur: + 150mg kloramfenikol yang ditimbang seksama, dilarutkan dalam 2ml
alkohol 90%, tambahkan 5ml asam klorida pekat, panaskan sampai kering.
Keringkan pada suhu 105 C selama 15’. Setelah dingin larutkan dalam 10ml asam
asetat glasial. Tambahkan 5ml raksa (II) asetat 5% dalam asam asetat dan 20ml
dioksan serta 5 tetes indikator kristal violet. Titrasi dengan asam perklorat 0,05N
sampai warna biru.
Nitrimetri
• Prinsipnya berdasarkan keberadaan atau bisa didapatkannya gugus amin aromatik
primer dari kloramfenikol. Untuk mendapatkan gugus amin aromatik primer maka
gugus nitro direduksi dengan serbuk seng, atau yang lainnya.
• Prosedur: Timbang seksama 500mg, tambahkan 20ml asam klorida P, 5g debu
seng sedikit demi sedikit. Tambahkan 15ml asam klorida P, biarkan 1jam. Saring
melalui kapas, cuci 3kali, tiap kali dengan 5ml air. Dinginkan sampai 15 . Titrasi
pelan-pelan dengan natrium nitrit 0,1 M hingga 1 tetes larutan segera menghasilkan
warna biru pada kertas kanji iodida P. Titrasi selesai jika titik akhir dapat
ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan 5’. 1 ml natrium nitrit 0,1 M setara
dengan 32,31 mg C11H12Cl2N2O5 .
• Bromometri
Gugus nitro dari kloramfenikol terlebih dahulu harus dirubah menjadi amin aromatik
primer. Kemudian dua atom brom akan masuk ke inti benzen pada posisi orto. Sehingga
kesetaraannya adalah satu molekul kloramfenikol memerlukan 4 atom Br-.
Argentometri
• Prinsipnya berdasarkan pada keberadaan atom klorida yang dapat bereaksi dengan perak
nitrat dalam suasana asam. – Sebelumnya atom klorida harus didapatkan dengan cara
didestruksi kering. – Sejumlah serbuk kloramfenikol didestruksi bersamaan dengan natrium
karbonat dan kalium karbonat, diakhir pembakaran akan didapatkan serbuk putih yang
merupakan NaCl/ KCl.
Prosedur: • + 300mg yang ditimbang seksama, pijarkan bersama 500mg natrium karbonat
dan 500mg kalium karbonat hingga tak ada warna hitam. Pindahkan secara kuantitatif
dengan bantuan 25ml air. Netralkan dengan asam nitrat encer, tambahkan 15ml asam nitrat
encer lagi dan 25ml perak nitrat 0,1 N. Titrasi dengan amonium tiosianat 0,1 N dengan
indikator besi (III) amonium sulfat 1ml.
Spektrofotometri UV
• Kloramfenikol 1% dalam pelarut air memberikan absorbansi 298 pada
panjang gelombang 278 nm. (A11=298). • Bentuk ester kloramfenikol
palmitat pada media alkohol memberikan (E1%, 1cm ) absorbansi 178 pada
panjang gelombang 271 nm.
Analisis Kualitatif
1. Uji Organoleptik
2. Uji Penggolongan
a. Chloramphenicol+KOH+Piridin = Warna merah ungu
b. Tetrasiklin+FeCl3 = Warna Ungu coklat
c. Oksitetrasiklin + HNO3 Pekat= Warna Kuning
d. Eritromisin + HNO3 Pekat = Warna Ungu muda
e. Ampisilin + Asam Sulfat Pekat = Warna Kuning
f. Amoksisilin + Fehling A + Fehling B = Warna Hijau-Coklat atau Merah bata
g. Levofloxacin + HCl 4 N + Kobalt Klorida + Ammonium Tiosianat = Endapan Biru-
hijau
h. Ciprofloxacin + Bromtimol biru + Metylen merah = Warna Kuning-Hijau
i. Gentamisin + Reaksi Nessler = Warna Hitam
j. Etambutol + Reaksi Cuprifil = Warna Biru Intensif
k. Isoniazid + FeCl3 = Warna Kuning, endapan coklat merah
l. Rifampisin + FeCl3 = Warna Hijau lumut
m. Cefixime + Asam Sulfat pekat + Asam Nitrat pekat = Warna Kuning

Anda mungkin juga menyukai