DOSEN PENGAMPU :
Nur Rahayuningsih , M
Disusun oleh :
Amelia Dwi C 31117101
Ari Ihsan Ginanjar 31117128
Intan Permatasari 311171
Meita Dea Ristiani 31117124
Pegi Patmawati 31117129
Rizka Akmalia 3111713
Wini Wahyuni 311171
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, Khususnya mikroba yang
merugikan manusia. Dalam pembicaraan di sini, Yang dimaksudkan dengan mikroba
terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. Penggunaan
terapeutik AM di klinik bertujuan membasmi mikroba penyebab infeksi. Penggunaan
AM ditentukan berdasarkan indikasi dengan mempedimbangkan faktor-faktor berikut:
(1) Gambaran Klinik penyakit infeksi, yakni efek Yang ditimbulkan Oleh adanya
mikroba dalam tubuh hospes, dan bukan berdasarkan atas kehadiran mikroba ter sebut
semata-mata; (2) Efek terapi AM Pada penyakit infeksi diperoleh hanya sebagai akibat
kerja AM terhadap biomekanisme mikroba, dan tidak terhadap biomekanisme tubuh
hospes; (3) Antimikroba dapat dikatakan bukan merupakan "obat penyembuh" penyakit
infeksi dalam arti kata sebenarnya. Antimikroba hanyatah menyingkatkan waktu Yang
diper!ukan tubuh hospes untuk sembuh dari suatu ,penyakit infeksi. Seperti telah
dikemukakan di atas, dengan adanya invasi oleh mikroba, tubuh hospes akan bereaksi
dengan mengaktifkan mekanisme daya tahan tubuhnya. Sebagian besar infeksi
Yang terjadi pada hospes dapat sembuh dengan sendiri, tanpa memerlukan AM.
Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat
menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapar
dibuat secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba
khususnya yang merugikan manusia. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit
fungsi yang tak terpisahkan. Apa yang dikonsumsi oleh ibu akan ditransfer ke janin.
Ada kalanya, ibu hamil yang mengalami infeksi memerlukan penggunaan antibiotik
sebagai pilihan obat. Sebagian antibiotik pada semua fase kehamilan aman dikonsumsi,
sebagian lagi dikontraindikasikan pada fase tertentu, dan ada juga yang
dikontraindikasikan untuk semua fase kehamilan.
Aminoglikosida secara umum termasuk golongan antibiotik yang digunakan
untuk infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri dengan mekanisme pengobatan yang
bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri tersebut.
Terdapat beberapa jenis pada golongan antibiotik ini, seperti gentamisin sulfat,
amikasin sulfat, streptomisin sulfat, tobramisin sulfat, dan neomisin sulfat.
Streptomisin Diperoleh dari Streptomyces griseus oleh Walskman (1943) dan
sampai sekarang penggunaannya hampir terbatas hanya untuk tuberkulosa.
Toksisitasnya sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke 8
yang melayani organ keseimbangan dan pendengarna. Gejala awalnya adalah sakit
kepala, vertigo, mual dan muntah. Kerusakan bersifat reversible, artinya dapat pulih
kembali kalau penggunaan obat diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya.
Resistensinya sangat cepat sehingga dalam penggunaan harus dikombinasi dengan INH
dan PAS Na atau Rifampisin. Pemberian melalui parenteral karena tidak diserap oleh
saluran cerna. Derivat streptomisin, dehidrostreptomisin menyebabkan kerusakan
organ pendengaran lebih cepat dari streptomisin sehingga obat ini tidak digunakan lagi
sekarang. Kanamisin Diperoleh dari Streptomyces kanamyceticus oleh Umezawa pada
tahun 1955. Persediaan dalam bentuk larutan atau bubuk kering untuk injeksi,
pemakaian oral hanya untuk infeksi usus atau membersihkan usus untuk persiapan
pembedahann. Berkhasiat bakteriostatik pada basil TB, bahkan yang resisten terhadap
Streptomisin sehingga menjadi obat pilihan kedua bagi penderita TBC. Selain itu
digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih oleh pseudomonas (suntikan). Efek
samping : gangguan keseimbangan dan pendengaran, toksis terhadap ginjal. Neomisin
Diperoleh dari Streptomyces fradie oleh Walksman. Tersedia untuk penggunaan topical
dan oral, penggunaan secara parenteral tidak dibenarkan karena toksik. Antibiotic ini
baik untuk usus sehingga digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi. Penggunaan
lokal banyak dikombinasikan dengan antibiotic lain, seperti Polimiksin B dan
Basitrasin untuk menghindari terjadinya resistensi.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula
amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa. Dengan adanya gugusan-
amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan garam sulfanya yang digunakan dalam terapi
mudah larut dalam air.
Aminoglikosid dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram negatif.
Aminoglikosid pertama yang ditemukan adalah Streptomisin. Aktivitas bakteri
Aminoglikosid dari Gentamisin, Tobramisin, Kanamisin, Netilmisin dan Amikasin
terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik (yang hidup dengan
oksigen)Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus lainnya. Seperti
Streptomyces griseus untuk Streptomisin, Streptomyses fradiae untuk Neomisin,
Streptomyces kanamyceticus untuk Kanamisin, Streptomyces tenebrarius untuk
Tobramisin, Micromomospora purpures untuk Gentamisin dan Asilasi kanamisin A
untuk Amikasin.
Penggolongan :
B. Mekanisme kerja
Aminoglikosida terutama beraksi dengan mengikat ke situs aminoasil 16S
ribosom RNA dalam subunit ribosom 30S, yang menyebabkan salah pembacaan kode
genetik dan penghambatan proses translasi. Langkah awal yang diperlukan untuk
sintesis peptida, seperti pengikatan mRNA dan asosiasi subunit ribosom 50S, tidak
terganggu, namun pemanjangan gagal terjadi karena terganggunya mekanisme untuk
memastikan keakuratan translasi. Aktivitas antimikroba selanjutnya biasanya bersifat
bakterisidal terhadap basil bakteri gram negatif yang rentan.
Mekanisme obat dari golongan Aminoglikosida :
1. Mekanisme kerja: Streptomisin berikatan dengan ribosom 30S sehingga
menyebabkan kode pada mRNA salah baca oleh tRNA sehingga menghasilkan
protein abnormal, hal ini juga terjadi aminoglikosid lain (kanamisin,gentamisin,
neomisin).