Dosen Pengampu :
Npm : 066118179
LAPORAN PRAKTIKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
a) Dapat menjabarkanlangkah langkah TDM Aminoglikosida
b) Dapat memprediksi penyesuaian dosis penggunaan Aminoglikosida hasil dari TDM
sehingga mencapai respon terapeutik yang maksimal dan efek yang tidak diinginkan
seminimal mungkin
D. Efek Samping
Efek samping aminoglikosid yang tersering adalah nefrotoksik, angka kejadiannya
bervariasi antara 5%-25%, angka kejadian nefrotoksik yang bervariasi ini dikarenakan
tidakmenggunakan kriteria definisi yang sama. Beberapa faktor risiko untuk
terjadinyanefrotoksik yang perlu diketahui oleh para klinisi sebelum memberikan
aminoglikosid yaitu: usia tua, komorbid penyakit ginjal dan gangguan hati, penggunaan
aminoglikosidmultidosis atau menggunakan lebih dari 3 hari, menggunakan obat bersifat
nefrotoksiksecara bersamaan seperti vancomiciin, manitol, amfoterisin B dan radiokontras
untukdiagnostik atau penderita rawat ICU dengan hipotensi akibat hipovolemik mempunyai
risikotinggi untuk terjadi nefrotoksik. Renal tubular nekrosis yang mendasari
nefrotoksik,umumnya bersifat ringan dan revesibel. Recovery akan mengalami secara
spontan beberapahari setelah penghentian obat, selama tidak didapatkan hipotensi
berkepanjangan, dan tidakmenggunakan obat nefrotoksik yang lain secara bersamaan dan
terjadi renal nekrosis kortekakibat penyakit yang lain. Efek toksik yang lain adalah
kerusakan cochlear dan vestibularsehingga mengakibatkan tuli bilateral yang bersifat
permanen. Angka kejadian tuli (ototoxicity) bervariasi antara 3%-14% tetapi permasa
lahanya efek samping ini umumnya baru terdeteksi setelah pemberian aminoglikosid selesai
diberikan. Faktor faktor risikoterjadinya efek samping ini sama halnya dengan faktor risiko
pada nefrotoksik. Salah satu efeksamping aminoglikosid yang lebih jarang terjadi tetapi
mengancam jiwa (lifethreatening)yaitu kelumpuhan otot (neuromuscular blockade),
manifestasi klinis ditandai dengankelemahan otot, penekanan sistem pernapasan hingga
apnea dan paralisis flaccid. Faktorrisiko akan komplikasi ini adalah penderita myasthenia
gravis, hipomagnesemia,hipocalcemia berat dan penggunaan obat pelumpuh otot secara
bersamaan. Untukmenghindari efek samping ini selain mengidentifikasi faktor faktor risiko
dan cara penggunaan aminoglikosid harus diperhatikan yaitu bila akan diberikan secara
multidosismaka pemberian bolus diberikan dalam waktu 30 menit, sedangkan pemberian
EIAD (dosis besar) melalui infusion pump selama satu jam. Beberapa penelitian
menganjurkan untuk menghindari efek sampingterutama nefrotoksik, sebaiknya pemberian
aminoglikosid hindari pemberian pada periodemalam hari hingga menjelang pagi, karena
pada periode ini secara fisiologis terjadi penurunan filtrasi glomerulus (Jawetz et al., 2008)
BAB II
RINGKASAN KEGIATAN PRAKTIKUM
2.1. Perubahan Farmakokinetik
Meliputi ADME pada kondisi ginjal kronik Perubahan farmakokinetik pada kondisi
gagal ginjal kronik (GGK) mempengaruhi Absorpsi, Distribusi, Metabolism dan Eliminasi
(ADME)
a) Absorpsi : Gagal ginjal kronik dapat mempengaruhi absorpsi obat, gangguan pada
saluran pencernaan atau perubahan pH lambung dapat mempengaruhi seberapa
cepat dan sejauh mana obat, diserap dalam tubuh
b) . Distribusi : Gagal ginjal kronik (GGK) dapat mengubah distribusi obat dalam
tubuh, karena perubahan pada konsentrasi pasien dalam darah, obat yang pada
konsentrasi protein dapat memiliki efek yang lebih kuat.
c) Metabolisme : Gagal ginjal Kronik (GGK) dapat mempengaruhi metabolisme obat,
biasanya banyak obat mengalami metabolism di hati. GGK dapat mengurangi
aktivitas enzim hati yang terlibat dalam metabolism obat
d) Eliminasi : Kondisi gagal ginjal (GGK) memiliki dampak besar pada eliminasi
obat. Ginjal berperan penting dalam mengeluarkan obat-obatan dari tubuh melalui
filtrasi glomelurus dan sekresi tubular.
2.1.1 Perubahan Farmakokinetik meliputi ADME pada kondisi hemodialisis.
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit
akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu)
atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau End Stage Renal Disease (ESRD)
yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen (Suharyanto dan Madjid, 2009).
Perubahan farmakokinetik pada kondisi hemodialisis mempengaruhi Absorpsi,
Distribusi, Metabolisme dan Eliminasi
a) . Absorpsi : Hemodialis umumnya tidak mempengaruhi absorpsi obat karena
prosedur ini fokus pada penyaringan darah dan tidak mempengaruhi saluran
pencernaan dalam tubuh.
b) Distribusi : Hemedialisis dapat mempengaruhi distribusi obat dalam tubuh
selama sesi hemodialisis, volume darah pasien menurun secara signifikan. Hal
ini dapat mempengaruhi distribusi obat kedalam jaringan dan organ-organ
tubuh.
c) Metabolisme : Hemodialis dapat mempengaruhi metabolisme obat, terutama
untuk obat -obatan yang secara signifikan termodialisis di hati. Perubahan
volume darah dan perubahan dalam komponen darah selama hemodialisis dapat
mempengaruhi aktivitas enzim hati yang terlibat dalam metabolism obat
d) Eliminasi : Kondisi gagal ginjal (GGK) memiliki dampak besar pada eliminasi
obat. Ginjal berperan penting dalam mengeluarkan obatobatan dari tubuh
melalui filtrasi glomelurus dan sekresi tubular.Hemodialisis merupakan metode
utama untuk mengeluarkan obat-obatan dari tubuh dengan gagal ginjal kronik
yang parah, selama sesi hemodialisis, obat-obatan yang larut dalam air dapat
dialirkan keluar dari tubuh melali membrane dialsis.
2.1.2 Daftar Obat Yang Bersifat Netfrotoksik
Obat-obatan netfrotoksik merupakan obat-obatan yang dapat merusak ginjal jika
digunakan dalam dosis tinggi atau dalam jangka waktu yang lama. Berikut adalah daftar
obat-obatan yang dikenal bersifat netfrotoksik :
a. NSAIDS ( Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs) Penggunaan jangka Panjang
atau dosis tinggi dapat merusak ginjal dan menyebabkan sindrom netritis
interstatial. Contohnya yaitu Ibuprofen, Naproxen dan Aspirin.
b. Ace Inhibitors dan ARBS (Angiostensin) Obat-obatan ini digunakan untuk
mengontrol tekanan darah dan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal pada
beberapa beberapa individu.
BB : 60 kg
Cmin n : 0,5-2mg/L = 1
Cmax n :6- 10mg/L = 8
J : 8 jam
t : 30 menit
k : 0,693 = 0,178 jam Dosis 5 jam ke4 : 8 mg/L
3,9 Dosis 12 jam ke4 : 4 mg/L
Jawaban !!
A.
Cl. Css = R . S = 160 x 1 = 61,14 mg/L
K . Vd 0,178 x 14,7
Cmin ^ e -k.t
= 1/8. ^ e – o,178.t
= In 0,125 = - 0,178 x t
= -2,079 = - 0,178 x t
t = -2,079 = 11,68 jam :12 jam
-0,178
Cmax = CP0 . D/Vd
8= D x 1 .
14,7 1-e -0,178.12
8=. D x 1 .
14,7 0,882
8 = D x 1,134
14,7
D = 8 x 14,7
1,134
D = 103,70 mg/12 jam : 104 mg 12 jam
D = 104 mg/12 jam
D = 208 mg /24jam
Konfirmasi
Cmax = Cmax 1 x 1 . D = 104 mg/ 12 jam
( 1 – e-k.t)
Cmax = 104 x 1 .
14,7 ( 1- e-0,178.12)
= 104 x 1,31 = 7,994 mg/L : 8mg /L
14,7
Cmin = Cmax x e –k.t
= 8 x e -0,178.12
= 0,944 mg /L
Kesimpulan ;
Kadar Cmax 8mg/L masuk kedalam rentang terapeutik (6-10 mg/L)
Kadar Cmin 0,944 mg/L masuk kedalam rentang terapeutik
( 0,5 – 2mg/L)
B.
Vd5 = 8 mg x 80 mg
L Vd
Vd = 80 mg x 1 liter
8 mg
= 10 liter
Ke 5 = Cl = 1,78
Vd 10
= 0,178 jam
Cl5 = k.vd
= 0,178 x 10
1,78 L/jam
Vd12 = 4 mg x 80 mg
L Vd
= 80 mg x 1 liter
4mg
= 20 liter
Ke12 = Cl = 3,56
Vd 20
= 0,178 jam
Cl12 = k . Vd
= 0,178 x 20
= 3,56 L/jam
C.
Kadar 5 jam = 8 mg/L
Kadar 12 jam = 4 mg/L
Cpt = Cpo x e-ku . t
4 = 8 x e- ku . 7
4/8 = e – ku . 7
Ln 0,5 = 0,099/jam
Ku = 0,099
Kn = 0,178/jam
Cmax = 8 = 1 ku = 0,099
Cmin 1 e-ku . t
1 = e- 0, 099. t
8
Ln 0,125 = - 0,099 x t
- 2,079 = - 0,099 x t
t = 24jam
Cmax = D . x 1 .
Vd (e- 0,099 . 24)
8 = D x 1 .
14,7 ( 1- e- 0.099. 24 )
D= 8 x 14,7 = 102,88 Setiap 24 jam
1,143
Cmin = Cmax x e –k.t Cmax = 102,88 mg/L
= 8 x e- 0.099. 24 = 1.00mg/L Cmin = 1,00 mg/L
BAB III
PORTOPOLIO
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., and Buxton, I. (2008). Goodman & Gilman’s
Manual of Pharmacology and Therapeutics. USA: The McGraw-Hill Companies,
Inc. Pages 751, 753
Ganiswarna, S.G. (1999). Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Halaman 661
Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, E.A.. (2008). Medical Microbiology, 23rd Ed.
The McGraw-Hill Companies, Inc
Katzung, B. G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Penerbit buku
kedokteran EGC
LAMPIRAN