Antibiotik Aminoglikosida
Oleh :
Pembimbing :
JAKARTA
2018
1
Aminoglikosida
Pendahuluan
Antibiotika golongan aminoglikosida dikenal juga sebagai aminoglycosidic
aminocyclitol dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1944 yaitu streptomycin. Keunikan
dari antibiotika golongan ini adalah kemampuannya melawan bakteri gram negatif bentuk
batang termasuk Pseudomonas spp. dan Mycobacterium tuberculosis dan insiden resistensi
terhadap antibiotika golongan ini yang relatif rendah. Beberapa jenis aminoglikosida yang
tersedia saat ini antara lain gentamicin, streptomycin, kanamycin, tobramycin, neomycin,
paramoycin, netilmicin dan sisomicin. Aminoglikosida jenis gentamicin, netilmicin dan
sisomicin berasal dari Micromonospora spp. yang dalam penulisan diakhiri dengan akhiran
-micin, sedangkan untuk jenis streptomycin, neomycin, kanamycin, tobramycin dan
paramomycin berasal dari Streptomyces spp. yang dalam penulisan diakhiri dengan akhiran
-mycin. Streptomycin, neomycin, kanamycin, tobramycin dan gentamicin merupakan
aminoglikosida alami, sedangkan amikacin dan netilmicin merupakan turunan semisintetis
dari kanamycin dan sisomicin.(1)
Saat ini di dunia ada beberapa jenis Aminoglikosida yang dikenal, yaitu
gentamicin, streptomycin, kanamycin, tobramycin, neomycin, paramoycin, netilmicin dan
sisomicin. Aminoglikosida jenis streptomycin, neomycin, kanamycin, tobramycin dan
paramomycin yang berasal dari bakteri dari genus Streptomyces diberi nama dengan akhiran
mycin, sedangkan aminoglikosida jenis gentamicin, netilmicin dan sisomicin yang berasal
dari Micromonospora diberi nama dengan akhiran micin. Namun sistem nomenklatur ini
tidak spesifik untuk beberapa aminoglikosida misalnya, vankomisin, antibiotik glycopeptide,
dan eritromisin, antibiotik makrolid yang dihasilkan oleh Saccharopolyspora erythraea,
bersama dengan turunan sintetis klaritromisin dan azitromisin, semua memiliki akhiran yang
sama tetapi mekanisme kerjanya berbeda.(1)
2
Klasifikasi dan struktur kimia
Struktur yang dimiliki Aminoglikosida adalah sebuah cincin heksosa, berupa
streptidin (pada streptomisin) atau 2-deoksistreptamin (pada aminoglikosida lainnya), kepada
berbagai gula amino melekat melalui ikatan glikosidik. Obat ini larut air, stabil dalam larutan
dan lebih aktif pada pH basa daripada asam. (3)
Dougherty TJ, et (eds). Antibiotic Discovery and Development. Springer, 2012 page 236 (2)
3
Berdasarkan struktur kimianya, aminoglikosida dapat diklasifikasikan sebagai
berikut(4) :
1. 4,6-distributed 2-deoxtstreptamines
a. Gentamicin
Merupakan kompleks yang terdiri dari 3 struktur yang berhubungan erat dan juga
merupakan aminoglikosida pertama dengan spektrum luas.
b. Tobramycin
Memiliki aktivitas yang sangat mirip dengan gentamicin tetapi sedikit lebih baik
dalam melawan Pseudomonas aeruginosa.
c. Amikacin
Merupakan turunan sintetis dari kanamycin yang aktif melawan bakteri gram
negatif batang yang resisten terhadap gentamicin.
d. Netilmicin
Spektrum aktivitas mirip seperti amikacin dengan toksisitas yang lebih rendah.
2. 4,5-disubstituted 2-deoxystreptamines
Neomycin
Sangat toksik bila digunakan secara parenteral tetapi dapat digunakan secara
topikal untuk dekontaminasi permukaan mukosa.
3. Streptidine-containing
Streptomycin
Merupakan jenis aminoglikosida yang paling pertama dan saat ini penggunaannya
terbatas untuk pengobatan tuberkulosis.(4)
4
Gambar 2 Struktur kimia Kanamisin dan Amikasin
5
Gambar 4 Struktur kimia Gentamisin dan Netilmisin
Katzung GB, et al (eds). Basic & Clinical Pharmacology. 13th ed. McGraw Hill. 2015 p. 1077(3)
6
Gambar 5 Struktur Gentamisin sebagai salah satu obat golongan aminoglikosida
Tille PM., Bailey & Scott's Diagnostic Microbiology, 13th Edition. 2014. p 157-158 (5)
Cara kerja streptomisin telah diteliti jauh lebih mendalam dibandingkan dengan obat
aminoglikosida lainnya, tetapi semuanya mungkin bekerja dengan cara yang serupa.
Aminoglikosida adalah inhibitor ireversibel sintesis protein, tetapi mekanisme pasti efek
bakterisidal belum diketahui. Proses awal adalah difusi pasif melalui saluran porin menembus
membrane luar. Obat kemudian secara aktif diangkut melalui suatu proses dependan-oksigen.
Gradient elektrokimia transmembrane memasok energi untuk proses ini, dan pemindahan ini
dikaitkan dengan suatu pompa proton. Kedaan anaerob dan pH ekstrasel yang rendah
menghambat pengangkutan dengan mengurangi gradient. Transport ini dapat ditingkatkan
oleh obat-obat yang bekerja pada dinding sel, misalnya penisilin dan vankomisin; penguatan
ini mungkin merupakan dasar dari sinergisme berbagai antibiotic ini dengan aminoglikosida.
(3)
7
1. Aktivitas antibakteri dari aminoglikosida tergantung pada konsentrasi efektif dari
antibiotik di luar sel.
2. Bakteri anaerob dan induced mutants umumnya resisten, karena tidak memiliki sistem
transport yang sesuai.
4. Kation divalen (kalsium dan magnesium) terletak di LPS, dinding sel, atau membran
dapat mengganggu transportasi ke bakteri karena mereka dapat bereaksi dengan
anionik spesifik dan mengeksklusi aminoglikosida kationik.
5. Gerakan Pasif aminoglikosida melintasi membran sel bakteri difasilitasi oleh pH basa;
pH rendah dapat meningkatkan resistensi membran lebih dari 100 kali lipat.
7. Beberapa aminoglikosida diangkut lebih efisien daripada yang lain dan karena
cenderung memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar.
8. Sinergisme adalah umum ketika aminoglikosida dan β-laktam antibiotik (penisilin dan
sefalosporin) digunakan dalam kombinasi. Cedera dinding sel yang disebabkan oleh
senyawa β-laktam memungkinkan peningkatan penyerapan aminoglikosida oleh
bakteri karena aksesibilitas mudah untuk membran sel bakteri(6)
Farmakokinetik
Aminoglikosida sangat kurang diserap di saluran cerna, dan hampir seluruh dosis oral
di ekskresikan di feses setelah pemberian oral. Namun, obat dapat diserap jika terdapat
ulserasi. (hitner)Setelah penyuntikan intramuscular, aminoglikosida diserap dengan baik,
menghasilkan konsentrasi puncak dalam darah dalam waktu 30-90 menit. Aminoglikosida
biasanya diberikan secara intravena sebagai infus 30-60 menit, setelah suatu fase distribusi
yang singkat, dihasilkan konsentrasi serum yang identic dengan yang terjadi setelah
penyuntikan intramuskuler. Waktu-paruh normal aminoglikosida dalam serum adalah 2 – 3
jam, meningkat menjadi 24-48 jam pada pasien dengan gangguan signifikan fungsi ginjal.
Aminoglikosida hanya secara parsial dan irregular dibersihkan oleh hemodialysis, misalnya
40-60% untuk gentamisin, dan bahkan lebih kurang efektif lagi oleh dialysis peritoneum.(3)
8
Aminoglikosida adalah senyawa yang sangat polar dan tidak mudah masuk ke dalam
sel. Mereka umumnya dikeluarkan dari susunan saraf pusat dan mata. Namun, jika terdapat
peradangan aktif, kadar di cairan serebrospinal dapat mencapai 20% dari kadar plasma, dan
pada meningitis neonatus, kadar mungkin lebih tinggi. Diperlukan penyuntikan intratekal
atau intraventrikel untuk memperoleh kadar yang lebih tinggi di cairan serebrospinal. Bahkan
setelah pemberian parenteral, konsentrasi aminoglikosida tidak terlalu tinggi di sebagian
besar jaringan, kecuali korteks ginjal. Konsentrasi di sebagian besar sekresi umumnya
sedang, di empedu, aminoglikosida dapat mencapai 30% dari kadar darah. Pada pengobatan
jangka panjang, difusi kedalam pleura atau cairan synovium dapat menghasilkan konsentrasi
50-90% dari konsentrasi plasma. (3)
Secara tradisional, aminoglikosid diberikan dalam dua atau tiga dosis setara per hari
pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Namun pemberian dosis harian keseluruhan dalam
satu kali penyuntikan mungkin lebih disukai pada banyak situasi klinis. Aminoglikosida
memiliki kemampuan membasmi bakteri sesuai dengan konsentrasinya, yaitu meningkatkan
konsentrasi akan mematikan lebih banyak bakteri dengan lebih cepat. Mereka juga memiliki
efek pasca-antibiotik yang signifikan, sedemikian sehingga aktivitas antibakteri menetap
melebihi saat obat masih terukur. Efek pasca antibiotik aminoglikosida dapat bertahan
beberapa jam. Karena sifat ini, aminogliokosida dalam jumlah tertentu mungkin memiliki
efikasi lebih baik jika diberikan sebagai dosis tunggal dibandingkan sebagai dosisi terbagi
yang lebih sedikit. Jika diberikan bersama dengan suatu antibiotik yang aktif terhadap
dinding sel (suatu β-laktam atau vankomisin), aminoglikosida memperlihatkan efek
pemusnahan sinergistik bakteri-bakteri tertentu. Efek obat-obat dalam kombinasi lebih besar
daripada efek yang diperkirakan dari masing-masing obat, yaitu efek pemusnahan terapi
kombinasi lebih besar daripada penjumlahan efek masing-masing obat. (3)
Banyak uji klinis memperlihatkan bahwa dosis tunggal hairan aminoglikosida sama
efektifnya dan mungkin kurang toksik dibandingkan dengan dosis multiple yang lebih
rendah. Karena itu dianjurkan aminoglikosida diberikan sebagai dosis harian tunggal. Namun
efikasi pemberian dosis tunggal pada dalam terapi kombinasi untuk endocarditis enterokokus
dan stafilokokus masih perlu dipastikan dan pemberian tiga kali sehari dosis rendah standar
masih dianjurkan. (3)
9
Aminoglikosida dibersihkan oleh ginjal dan ekskresi berbanding lurus dengan klirens
kreatinin. Untuk menghindari penimbunan dan kadar toksik, pemberian dosis sekali sehari
dihindari bila terjadi gangguan fungsi ginjal. Jika klirens kreatinin > 60 mL/menit, dianjurkan
dosis harian tunggal 5-7 mg/kg gentamisin atau tobramisin (15 mg/kg untuk amikasin).
Untuk pasien dengan klirens kreatinin < 60 mL/menit, dianjurkan pemberian dosis
tradisional. Pada pemberian sekali sehari, konsentrasi serum tidak perlu diperiksa secara rutin
sampai hari kedua atau ketiga terapi, bergantung pada stabilitas fungsi ginjal dan perkiraan
lama pengobatan. (3)
Konsentrasi puncak tidak perlu diperiksa karena hasilnya akan tinggi. Tujuannya
adalah memberikan obat sehingga antara 18 dan 24 jam setelah pemberian terdapat
konsentrasi kurang dari 1 mcg/mL. Hal ini memberi cukup waktu untuk pembilasan (wash-
out) obat sebelum dosis berikutnya diberikan. Kadar trough yang sesuai dapat ditentukan
secara akurat dengan mengukur konsentrasi serum dalam sample yang diperoleh 2 jam dan
12 jam setelah pemberian obat dan kemudian menyesuaikan dosis berdasarkan klirens
sebenarnya obat atau dengan mengukur konsentrasi dalam sample yang diambil 8 jam setelah
dosis tunggal. Jika konsentrasi 8 jam terletak antara 1.5 dan 6 mcg/mL, konsentrasi trough
sasaran dapat dicapai pada 18 jam.(3)
Target kerja
Di dalam sel, aminoglikosida berikatan dengan subunit 30S protein ribosom (P12
pada kasus streptomisin). Antibiotik yang mengganggu sintesis protein umumnya
bakteriostatik. Namun, aminoglikosida adalah unik karena sifatnya yang bakterisida. Efek
bakterisida aminoglikosida bersifat concentration dependant, dimana keberhasilan terapi
tergantung pada konsentrasi maksimum (Cmax) obat lebih tinggi daripada konsentrasi
minimum penghambatan (MIC) dari organisme. Untuk aminoglikosida, target Cmax adalah
delapan sampai sepuluh kali MIC. Mereka juga menunjukkan efek pasca antibiotik, dimana
efek penekanan terhadap bakteri tetap terjadi setelah obat kadarnya di bawah MIC. Semakin
besar dosis, semakin lama efek paska antibiotic berlangsung. Karena sifat ini,
memperpanjang selang pemberian obat (dosis tunggal yang besar diberikan sekali sehari)
sekarang lebih umum digunakan daripada dosis harian yang dibagi. Hal ini akan mengurangi
risiko nefrotoksisitas dan meningkatkan kepatuhan dalam minum obat. (7)
10
Sintesis protein dihambat oleh aminoglikosida melalui paling sedikit tiga cara : (8)
Aktivitas – aktivitas ini sedikit banyak terjadi bersamaan, dan efek keseluruhannya bersifat
ireversibel dan mematikan bagi sel.(8)
Bauman RW. Microbiology - With Diseases by Body System. 4th ed. 2015. P 292 -294(9)
Interaksi Obat
Terjadinya nefrotoksisitas bisa menjadi jelas dengan pemberian bersamaan
aminoglikosida dan berpotensi nefroaktif (seperti diuretik) atau nefrotoksik (seperti NSAID,
vankomisin dan amfoterisin). Blokade neuromuskular lebih mungkin terjadi ketika
aminoglikosida diberikan pada saat yang bersamaan dengan relaksan otot skeletal dan
anestesi gas. Ototoksisitas aminoglikosida ditingkatkan oleh loop-actings diuretik, terutama
furosemide. Depresi kardiovaskular dapat diperburuk oleh aminoglikosida bila diberikan
11
pada hewan yang sedang dibawah pengaruh anestesi halotan. Konsentrasi tinggi karbenisilin,
tikarsilin, dan piperacillin menginaktifkan aminoglikosida karena interaksi langsung baik in
vitro dan in vivo pada penyakit gagal ginjal. (6)
Pada jaman dulu, aminoglikosida telah digunakan dalam kombinasi dengan antibiotik
beta-laktam pada infeksi streptokokus untuk efek sinergistik dan memperluas cakupan,
khususnya pada terapi endokarditis enterokokus serta mempersingkat lama pengobatan untuk
endocarditis streptokokus viridans dan sebagian endocarditis stafilokokus. Salah satu
kombinasi yang paling sering adalah ampisilin (beta-laktam, atau penisilin terkait antibiotik)
dan gentamisin. Seringkali, staf rumah sakit menyebut kombinasi ini sebagai "amp dan gent"
atau lebih baru yang disebut "pen dan gent" untuk penisilin dan gentamisin. (6)
Efek Samping
12
telinga. Tuli mungkin bersifat ireversibel dan telah diketahui mempengaruhi perkembangan
janin. Pasien yang secara terus menerus mendapat obat ototoksik bersamaan, seperti cisplatin
atau diuretik loop, sangat beresiko mendapatkan efek samping ini. Vertigo (terutama pada
pasien yang menerima streptomisin) mungkin juga terjadi. (7)
2. Nefrotoksisitas
Dalam dosis yang sangat tinggi, aminoglikosida dapat menyebabkan efek mirip-
kurare berupa blockade neuromuskulus yang menyebabkan paralisis pernapasan. Paralisis
pernapasan biasanya reversible dengan kalsium glukonat (yang diberikan segera) atau
neostigmine. Meskipun jarang, dapat terjadi hipersensitifitas. (7)
Indikasi
Aminoglikosida berguna terutama pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerobik,
bakteri Gram-negatif, seperti Pseudomonas, Acinetobacter, dan Enterobacter. Selain itu,
beberapa Mycobacteria, termasuk bakteri yang menyebabkan tuberkulosis, sensitif terhadap
aminoglikosida. Streptomisin adalah obat yang efektif pertama dalam pengobatan TBC,
meskipun peran aminoglikosida seperti streptomisin dan amikasin telah dikalahkan karena
toksisitasnya, kecuali untuk strain multiple-drug resistan. Penggunaan yang paling sering
aminoglikosida adalah sebagai terapi empirik untuk infeksi serius seperti septikemia, infeksi
intraabdominal dengan komplikasi, infeksi saluran kemih dengan komplikasi, dan infeksi
nosokomial saluran pernapasan. Biasanya, setelah kultur dari organisme penyebab tumbuh
dan kerentanan mereka diuji, aminoglikosida dihentikan untuk menghindari terjadinya toxic
antibiotic. (11)
13
Gambar Indikasi dari masing-masing Antibiotik golongan Aminoglikosida
14
mirip dengan dimasukkan dalam kelas ini. Struktur spectinomycin tidak biasa, tapi itu
cukup sebanding dengan aminocyclitols lain berkenaan dengan mekanisme kerjanya
dan spektrum antibakteri.(6)
Dosis Aminoglikosida
Karena toksisitas lebih tergantung pada durasi dari level terapeutik dari pada peak
level dan karena khasiat adalah concentration-dependent lebih baik daripada time-dependent,
maka frekuensi pemberian dosis sering dihindari. Dosis IV sekali sehari lebih disukai untuk
sebagian indikasi kecuali untuk endokarditis enterococcal. Pemberian aminoglikosida secara
IV dilakukan dengan cara penyuntikkan perlahan-lahan (30 menit dibagi dosis harian atau 30
sampai 45 menit untuk dosis sekali sehari.(13)
Pada pasien dengan fungsi ginjal normal, dosis gentamisin atau tobramisin sekali
sehari adalah 5 mg / kg (7 mg / kg jika pasien sakit kritis) per 24 jam, dan dosis untuk
amikasin sekali sehari adalah 15 mg / kg per 24 jam. Jika pasien merespon 7 mg / kg dosis
gentamisin klinis dan fungsi ginjal terus menjadi normal, dosis harian dapat dikurangi
menjadi 5 mg / kg setelah beberapa hari pertama pengobatan.(13)
Pada pasien sakit kritis, kadar serum puncak harus ditentukan setelah dosis pertama.
Pada semua pasien, tingkat tertinggi dan terendah diukur setelah dosis ke 2 atau 3 (ketika
dosis harian dibagi) atau ketika terapi berlangsung > 3 hari, serta setelah dosis berubah.
Kreatinin serum diukur setiap 2 sampai 3 hari, dan jika itu stabil, tingkat aminoglikosida
serum tidak perlu diukur lagi. Puncak konsentrasi tingkat 60 menit setelah suntikan IM atau
30 menit setelah akhir infus 30-min IV. tingkat endapan diukur selama 30 menit sebelum
dosis berikutnya.(13)
Puncak dalam serum minimal 10 kali MIC yang diinginkan. Dosis disesuaikan untuk
memastikan tingkat puncak serum terapi dan level intoksikasi. Pada pasien sakit kritis, yang
cenderung memiliki volume distribusi yang diperluas dan yang diberikan dosis awal yang
lebih tinggi, kadar serum puncak sasaran dapat mencapai 16 - 24 ug / mL untuk gentamisin
dan tobramycin serta 56-64 mg / mL untuk amikasin. Untuk gentamisin dan tobramycin,
trough level harus <1 mg / mL pada 18 sampai 24 jam setelah dosis pertama dengan dosis
sekali sehari dan antara 1 dan 2 mg / mL dengan dosis harian dibagi.(13)
15
Untuk pasien dengan insufisiensi ginjal, dosis muatan adalah sama dengan yang untuk
pasien dengan fungsi ginjal normal; biasanya, interval dosis lebih ditingkatkan daripada
menurunkan dosis. Pedoman dosis pemeliharaan berdasarkan kreatinin atau kreatinin nilai
cukai serum yang tersedia biasanya kurang tepat, sehingga pemeriksaan laboratorium
dianggap lebih akurat.(13)
Jika pasien mendapat dosis tinggi dari β-laktam (misalnya, piperacillin, tikarsilin) dan
aminoglikosida, kadar serum tinggi dari β-laktam dapat menonaktifkan aminoglikosida in
vitro dalam spesimen serum yang diperoleh untuk menentukan tingkat obat kecuali spesimen
diuji segera atau dibekukan. Jika pasien gagal ginjal yang bersamaan mendapat
aminoglikosida dan dosis tinggi β-laktam, tingkat aminoglikosida serum mungkin lebih
rendah karena interaksi in vivo berkepanjangan.(13)
Kontraindikasi
Pencegahan Relaps
Dalam pencegahan relaps terhadap penyakit yang diobati dengan obat golongan
aminoglikosida, sangat erat hubungannya dengan mekanisme resistensi obat. Adapun salah
satu laporan resistensi adalah terhadap obat anti-TB yang mulai tak lama setelah pengenalan
awal antibakteri obat untuk pengobatan TB. Sudah, selama uji klinis acak pertama (RCT)
pada 1940-an, resistensi terhadap streptomisin terdeteksi pada mayoritas pasien yang diobati.
Penyebaran strain yang resistan terhadap obat segera diakui dan, meskipun pengenalan
rejimen obat kombinasi seluruh dunia bertahun-tahun yang lalu, kehadiran resistensi obat
telah didokumentasikan dengan meningkatnya frekuensi dari geografis.(15)
16
Terdapat beberapa mekanisme resistensi pada aminoglikosida, yaitu:
Gambar Struktur prototipe aminoglikosida terdiri dari heksosa amino dihubungkan melalui
linkage glikosidik ke pusat inti 2-deoxystreptamine
Goering RV, et al (eds). Mims' Medical Microbiology. 5th ed. 2014 p.458-460(4)
2. Gangguan masuknya aminoglikosida ke dalam sel, gangguan pompa efluks. Hal ini
bersifat genotipik, terjadi karena mutase atau fenotipik, misalnya terjadi karena
kondisi pertumbuhan ketika proses transport dependan oksigen seperti dijelaskan
sebelumnya tidak berjalan.
3. Protein reseptor di subunit 30S ribosom mungkin lenyap atau berubah akibat
mekanisme mutasi dari ribososm ataupun modifikasi ribosom oleh enzyme
methyltransferase.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunton LL, et al. Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics.
12th ed. 2011 p. 1350-1363
2. Dougherty TJ, et (eds). Antibiotic Discovery and Development. Springer, 2012 page 229
– 269
3. Katzung GB, et al (eds). Basic & Clinical Pharmacology. 13th ed. McGraw Hill. 2015 p.
1076 - 1086
4. Goering RV, et al (eds). Mims' Medical Microbiology. 5th ed. 2014 p.458-460.
5. Tille PM., Bailey & Scott's Diagnostic Microbiology, 13th Edition.2014. p 157-158
13. ME Levison, MD, 2012, Aminoglycosides, The Merck Manual [1], accessed
http://www.merckmanuals.com/professional/infectious-diseases/bacteria-and-antibacterial-
drugs/aminoglycosides?qt=&sc=&alt=
14. Remington JS, et al. Infectious Diseases of the Fetus and Newborn Infant. 7th ed. 2011 p.
1177-1183
15. Tsodikova SD, Labby KJ., Jan 2016. Mechanisms of Resistance to Aminoglycoside
Antibiotics: Overview and Perspectives, Medchemcom, accessed
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4752126/
18