Lincosamid (klindamisin)
Antibiotik ini berikatan dengan subunit 50S dari ribosom bakteri dan menghambat sintesis protein.
Secara teoritis, agen-agen ini harus mencegah produksi racun bakteri, dan mereka sering
digunakan untuk terapi tambahan pada sindrom syok toksik yang disebabkan oleh streptokokus
atau stafilokokus. Mekanisme kerja klindamisin sangat mirip dengan makrolida. Bahkan, kerja
keduanya tumpang tindih. Dengan demikian, beberapa strain bakteri yang resisten terhadap
eritromisin karena modifikasi ribosom juga resisten terhadap klindamisin . Kebanyakan bakteri
gram negatif secara intrinsik resisten terhadap klindamisin karena membran luarnya menolak
penetrasi dari obat ini.
Tetrasiklin Dan Glisilsiklin
Struktur inti dari tetrasiklin terdiri dari empat cincin enam anggota yang
tergabung dan memungkinkan tetrasiklin untuk berinteraksi dengan subunit
30S dari ribosom bakteri sehingga mencegah pengikatan oleh molekul
tRNA yang dimuat oleh asam amino. Dengan cara ini, sintesis protein
terhambat.
Kloramfenikol
Struktur kloramfenikol memungkinkan untuk berikatan dengan subunit 50S
dari ribosom dan memblokir pengikatan asam amino oleh tRNA.
Kloramfenikol memiliki spektrum aktivitas yang luas terhadap berbagai
kategori bakteri.
Eritromisin
Eritromisinyang bersifat bakteriostatik ini berikatan dengan ribosom 50s
dan menghambat tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida.
Antibiotik ini memiliki sifat lebih peka terhadap bakteri gram positif
Akibatnya, rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang karena lokasi asam
amino tidak dapat menerima kompleks tRNA-asam amino yang baru.
Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid yang sama-sama
mempunyai cincin lakton yang besar dalam rimus molekulnya. Eritromisin
efektif baik untuk kuman gram positif maupun gram negatif. Antibiotika ini
dihasilkan oleh Streptomyces erythreus dan digunakan untuk pengobatan
aknei.
Efek samping obat
• Nyeri ulu hati, sering disebabkan iritasi mucosa gaster. Hal ini dapatdiatasi
jika obat dimakan dengan makanan.
• Klasifikasi jaringan ; penumpukan di tulang dan gigi primer terjadi saat
proses klasifikasi jaringan pada anak-anak dalam masa pertumbuhan.
Halini menyebabkan diskolorisasi dan hipoplasia gigi. Penggunaan
padawanita hamil dan anak kurang dari 8 tahun harus dihindari.
• Hepatotoksik ; terjadi pada pemberian tetracyclines dengan dosis
yangtinggi, terutama jika terdapat riwayat pyelonephritis.
• Phototoxic ; terjadi ketika pasien yang menkonsumsi tetracyclines terpapar
sinar matahari atau sinar UV. Toksisitas ini sering ditemukan
jikadikonsumsi dengan doxycycline dan demeclocycline.
• Anemia; anemia hemolitik terjadi pada pasien-pasien dengan kadar enzim
glukosa6-fosfat dehidrogenase.
• Grey baby syndrome; efek samping ini terjadi pada neo-natus jika dosis
yangdiberikan berlebih. Ditandai dengan poor feeding yang dilanjutkan dengan
terjadinya cyanosis dan kematian
• ototoksik; berhubungan langsung dengan kadar dalam plasma yang tinggidan
lama terapi. Efek samping ini mungkin irreversible terutama jika pasien diberi
obat lain yang bersifat ototoksik seperti furosemid
• 8. Paralisis Neuromuskuler; efek samping ini sering terjadi setelah pemberian
intraperitonial atau intrapleural dengan dosis tinggi.Kontraindikasi untuk pasien
dengan myasthenia gravis.-Reaksi alergi; dermatitis kontak sering terjadi akibat
reaksi tubuh terhadapneomycin topikal.
Penggunaan
Antibiotik
• Jangan meminta diresepkan antibiotik jika dokter mengatakan tidak
memerlukan antibiotik
• jangan menggunakan antibiotik berdasarkan resep lama
• jangana menggunakan antibiotik sisa atau yang diresepkan untuk orang
lain
• jangan memberikan antibiotik ysng di resepkan untuk orang lain
• antibotik ynag di resepkan dokter harus gi gunakan sampai habis
Resistensi
Resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah kesehatan di
masyarakat yang sangat penting untuk diselesaikan. Resistensi
antibiotika terjadi ketika bakteri tidak merespon obat untuk
membunuhnya. Adanya resistensi antibiotika, menyebabkan
penurunan kemampuan antibiotik tersebut dalam mengobati infeksi
dan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Lebih lanjut, hal
ini menyebabkan terjadinya masalah seperti: meningkatnya angka
kesakitan dan menyebabkan kematian, meningkatnya biaya dan lama
perawatan, meningkatnya efek samping dari penggunaan obat ganda
dan dosis tinggi.
• Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya
pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik
secara sistemik dengan dosis normal yang seharusnya
atau kadar hambat minimalnya.
• multiple drugs resistance didefinisikan sebagai
resistensi terhadap daua atau lebih obat maupun
klasifikasi obat.
• cross resistance adalah resistensi suatu obat yang diikuti
dengan obat lain yang belum pernah dipaparkan .
Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotika terjadi berdasarkan salah satu atau
lebih mekanisme berikut :
• Bakteri mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotika .
Misalnya Stafilokoki, resisten terhadap penisilin G menghasilkan beta-
laktamase, yang merusak obat tersebut. Beta-laktamase lain dihasilkan oleh
bakteri batang Gram-negatif.
• Bakteri mengubah permeabilitasnya terhadap obat. Misalnya tetrasiklin,
tertimbun dalam bakteri yang rentan tetapi tidak pada bakteri yang resisten.
3. Bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi
obat. Misalnya resistensi kromosom terhadap aminoglikosida
berhubungan dengan hilangnya (atau perubahan) protein spesifik
pada subunit 30s ribosom bakteri yang bertindak sebagai reseptor
pada organisme yang rentan.
4. Bakteri mengembangkan perubahan jalur metabolik yang
langsung dihambat oleh obat. Misalnya beberapa bakteri yang
resisten terhadap sulfonamid tidak membutuhkan PABA
ekstraseluler
5. Bakteri mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat
melakukan fungsi metabolismenya tetapi lebih sedikit
dipengaruhi oleh obat dari pada enzim pada kuman yang rentan.
Misalnya beberapa bakteri yang rentan terhadap sulfonamid,
dihidropteroat sintetase, mempunyai afinitas yang jauh lebih
tinggi terhadap sulfonamid dari pada PABA
Penyebab utama resistensi antibiotika adalah
penggunaannya yang meluas dan irasional. Lebih dari
separuh pasien dalam perawatan rumah sakit menerima
antibiotik sebagai pengobatan ataupun profilaksis.
Sekitar 80% konsumsi antibiotik dipakai untuk
kepentingan manusia dan sedikitnya 40% berdasar
indikasi yang kurang tepat, misalnya infeksi virus
Faktor Pendukung Terjadinya Resistensi