Anda di halaman 1dari 4

Penghambatan pada sintesis protein.

Mekanisme kerja antibiotik golongan ini belum


diketahui secara jelas. Bakteri memiliki ribosom 70S sedangkan mamalia memiliki ribosom
80S. Subunit dari masing-masing tipe ribosom, komposisi kimiawi dan spesifisitas
fungsionalnya jelas berbeda sehingga dapat dijelaskan mengapa obat-obat antimikroba dapat
menghambat sintesis protein pada ribosom bakteri tanpa menimbulkan efek pada ribosom
mamalia Pada sintesis protein mikroba secara normal, pesan pana mRNA secara simultan
dibaca oleh beberapa ribosom yang ada di sepanjang untai RNA yang disebut sebagai
polisom. Antibiotik yang bekerja melalui mekanisme ini adalah : 1. Aminoglikosida :
Mekanisme kerja dari streptomisin telah dipelajari jauh sebelum ditemukannya
aminoglikosida yang lain seperti kanamisin, neomisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, dan
sebagainya, namun diduga bahwa semua antibiotik ini mempunyai mekanisme kerja yang
sama. Tahap awal adalah perlekatan aminoglikosida pada reseptor protein spesifik yaitu
subunit 30S pada ribosom bakteri dan selanjutnya aminoglikosida akan menghambat aktivitas
kompleks inisiasi dari pembentukan peptida (mRNA + “formyl methionine” + tRNA).
Kemudian pesan mRNA akan dibaca salah oleh “regio pengenal” pada ribosom, sehingga
terjadi insersi asam amino yang salah pada peptida yang menghasilkan protein nonfungsional.
Sebagai akibat terakhir perlekatan aminoglikosida akan menghasilkan pecahnya polisom
menjadi monosom yang tidak mampu mensintesis protein Reistensi kromosomal mikroba
terhadap aminoglikosida tergantung pada tidak adanya reseptor protein spesifik pada subunit
30S dari ribosom. Resistensi melalui plasmid tergantung dari pembentukan enzim-enzim
adenilat, fosforilat dan asetilat yang dapat merusak obat. Resistensi lain terjadi karena defek
permeabilitas yaitu perubahan membran luar yang dapat menurunkan transport aktif
aminoglikosida ke dalam sel sehingga obat tidak dapat mencapai ribosom. Mekanisme ini
juga melalui plasmid. 8 2. Tetrasiklin : Tetrasiklin berikatan dengan subunit 30S dari ribosom
mikroba. Selanjutnya akan menghambat sintesis melalui penghambatan pada perlekatan
aminoasil-tRNA. Akibatnya akan terjadi penghambatan di dalam pengenalan asam amino
yang baru terbentuk pada rantai peptida. Resistensi terhadap tetrasiklin terjadi karena
perubahan permeabilitas envelop sel mikroba. Pada sel yang peka, obat akan berada pada
lingkungan dan tidak akan meninggalkan sel, sedangkan pada sels-sel yang resisten obat
tidak dapat di transportasikan secara aktif ke dalam sel atau akan hilang dengan cepat
sehingga konsentrasi hambat minimal tidak dapat dipertahankan. Mekanisme dikontrol oleh
plasmid. 3. Kloramfenikol : Antibiotik ini berikatan dengan subunit 50S dari ribosom dan
akan mempengaruhi pengikatan asam amino yang baru pada rantai peptida karena
kloramfenikol menghambat peptidil transferase. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan
pertumbuhan mikroorganisme akan berlangsung lagi apabila antibiotik ini menurun.
Resistensi bakteri terhadap kloramfenikol disebabkan bakteri menghasilkan enzim
kloramfenikol asetiltransferase yang dapat merusak aktivitas obat. Pembentukan enzim ini
berada di bawah kontrol plasmid. 4. Makrolid : eritromisin, azitromisin, klaritromisin. Obat-
obat ini berikatan dengan subunit 50S ribosom dengan tempat ikatan pada 23S tRNA.
Selanjutnya akan berpengaruh dalam pembentukan inisiasi kompleks pada sintesis rantai
peptida atau berpengaruh pada reaksi translokasi aminoasil. Beberapa bakteri resisten
terhadap makrolid tidak memiliki reseptor yang tepat pada ribosom melalui metilasi tRNA.
Mekanisme ini dapat melalui kontrol plasmid atau kromosom. 9 5. Linkomisin, klindamisin :
Antibiotik golongan ini bekerja dengan berikatan pada subunit 50S ribosom mikroba dengan
tempat ikatan, aktivitas antibakteri dan cara kerja seperti makrolid. Mutasi pada kromosom
menimbulkan resistensi karena tidak terjadi ikatan pada subunit 50S ribosom.

Tetrasiklin umumnya bersifat bakteriostatik dan merupakan bakteri yang berspektrum luas.
Antibioik ini memiliki mekanisme masuk ke dalam sel bakteri yang diperantai oleh transport
protein. Tetrasiklin dapat melakukan pengikatan ke subunit 30s ribosom dengan menghambat
amino asil-tRNA mRNA sehingga menghambat sintesis protein. Faktor penghambat
penyerapan tetrasiklin adalah Makanan (kecuali dosisiklin dan minosiklin), pH tinggi,
pembentukan kompleks dengan Ca+, Mg 2+, Fe2+, Al 3+ yang terdapat dalam susu dan
antacid. Golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin diisolasi dari
Streptomyces aureofaciens. Kemudian oksitetrasiklin berasal dari Streptomycesrimosus.
Tetrasiklin dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin. Golongan tetrasiklin termasuk
antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis
protein kuman.

Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan
jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein
bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika
Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui
kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk
ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan
menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino ribosome
complex, sehingga menghambat pembentukan sintesa protein dan bakteri tidak dapat
berkembang biak.

Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya
sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivat terhadap
kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika
Tetrasiklin. Spektrum Antibiotik Tetracyclines merupakan antibiotik spekturm luas.
Tetracyclines juga efektif terhadap organisme lain selain bakteri. Tetracyclines bersifat
bakteriostatik danmerupakan obat pilihan untuk infeksi yang disebabkan batang Gram (+)
(corinebacteriumacnes), batang Gram (-) (H.influenza, V. cholera), enterobacteriaceae,
chlamydia sp.,spirochaeta, mycoplasma pneumonia.C.

Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah golongan aminoglikosid, makrolid,
linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu
mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan
mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan
konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada
sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi
ribosom 70S.

1. Aminoglikosid
Aminoglikosid adalah suatu golongan antibiotic bakterisid yang asalnya didapat dari berbagai
species Streptomyces dan memiliki sifat-sifat kimiawi antimikroba, farmakologis, dan toksik
yang karakteristik.

Golongan ini meliputi Streptomycin, neomycin, kanamycin, amikacin, gentamycin,


tobramycin, sisomycin, netilmycin, dsb

a. Sifat Kimiawi dan Fisik

Aminoglikosid mempunyai cincin Hexose yaitu streptidine (pada streptomycin),atau 2-


deoxystreptamine (pada aminoglikosid lain), dimana berbagai gula amino dikaitkan oleh
ikatan glikosid. Agen-agen ini larut air, stabil dalam larutan dan lebih aktif pada pH alkali
dibandingkan pH asam.

b. Mekanisme Kerja
Aminoglikosida merupakan penghambat sintesis protein irreversible, namun mekanisme pasti
bakteriosidnya tidak jelas. Begitu memasuki sel, ia akan mengikat protein subunit-30S yang
spesifik (untuk streptomycin S12)

Aminoglikosid menghambat sintesis protein dengan 3 cara:

1. Agen-agen ini mengganggu kompleks awal pembentukan peptide


2. Agen-agen ini menginduksi salah baca mRNA, yang mengakibatkan penggabungan
asam amino yang salah ke dalam peptide, sehingga menyebabkan suatu keadaan
nonfungsi atau toksik protein

3. Agen-agen ini menyebabkan terjadinya pemecahan polisom menjadi monosom non-


fungsional.

Anda mungkin juga menyukai