Anda di halaman 1dari 20

YAYASAN ANUGERAH HUSADA BALI INDONESIA

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI


Jl. Tantular Barat No. 9 Renon Denpasar – Bali 80114 , Telp. (0361) 474 7770 Kode PT: 082007
e: iik.medali@gmail.com ; w :www.iikmpbali.ac.id

WORKSHEET MK KIMIA MEDISINAL “ANTIBIOTIKA”

NAMA KELOMPOK
1. Ida Ayu Punik Apsari (161200017/ A1A Farmasi Klinis)
2. Ida Bagus Bagus Alit Mahayana (161200018/ A1A Farmasi Klinis)
3. K. Sri Satya Haridasami (161200020 A1A Farmasi Klinis)
4. Kadek Ayu Sri Purnawati (161200021/ A1A Farmasi Klinis)

PERTANYAAN DISKUSI
1. Jelaskan penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya!
2. Jelaskan mekanisme kerja antibiotika beta-laktam!
3. Lihat gambar struktur penisilin dibawah ini!

a. Tandai bagian yang merupakan lead structure dan memiliki aktivitas farmakologis
sebagai aktibakteri! Kaitkan alasan penandaannya dan hubungkan dengan
mekanisme kerja dari penisilin!
b. Bagian mana yang merupakan rantai samping dan dilakukan modifikasi pada
struktur tersebut!
c. Jelaskan alasan modifikasi rantai samping dari penisilin! Dan struktur apa yang
ditambahkan untuk melakukan modifikasi tersebut!
4. Apakah perbedaan cephalosporin generasi 1,2,3 dan 4 berdasarkan spektrum/aktivitas
antibakterinya, kemampuan menembus CSF, waktu paruh dan inaktivasi akibat β-
laktamase!
5. Lihat gambar struktur cephalosporin disamping!
a. Tandai bagian yang merupakan lead structure dan memiliki aktivitas farmakologis sebagai
aktibakteri! Kaitkan alasan penandaannya dan hubungkan dengan mekanisme kerja dari
cephalosporin!
b. Bagian mana yang merupakan rantai samping dan dilakukan modifikasi pada struktur
tersebut!
c. Jelaskan alasan modifikasi rantai samping dari cephalosporin! Dan struktur apa yang
ditambahkan untuk melakukan modifikasi tersebut!

Jawaban Pertanyaan Diskusi


1. Penggolongan antibiotik
Antibiotik dapat digolongkan berdasarkan spektrum aktivitasnya, tempat kerja dan struktur kimianya.
a. Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimianya
 Antibiotika ꞵ-laktam
Antibiotic golongan ꞵ-laktam dibagi menjadi 3 kelompok yaitu turunan penisilin,
sefalosporindan ꞵ-laktam nonklasik. Turunan penisilin merupakan senyawa yang digunakan
untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan cocci Gram-negatif.
Turunan sefalosporin digunakan untuk pegobatan infeksi oleh bakteri yang telah tahan terhadap
penisilin, terutama staphylococci yang menghasilkan penisilinase, dan basil Gram-negatif. ꞵ-
laktam non klasik digunakan sebagai penghambat enzim ꞵ-laktamase dan antibakteri Gram-
negatif. Pada tingkat molekul, mekanisme kerja antibiotika ꞵ-laktam ditnjukkan oleh serangan
nukleofil dari gugus hidroksil serin enzim transpeptidase pada karbonil karbon cincin ꞵ-laktam
Yang bermuatan positif, sehingga terjadi hambatan biosisntesis peptidoglikan. Akibatnya
dinding sel menjadi lemah, dan karena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau
lisis sehingga bakteri mengalami kematian. Contoh antibiotika turunan ꞵ-laktam yaitu penisilin
V, oksasilin,sefadroksil,amdinosilin.
 Turunan amfenikol
Turunan amfenikol merupakan antibiotika yang terdiri dari kloramfenikol dan senyawa sintetik
analognya, serta senyawa ini merupakan senyawa bakteriostatik dengan spektrum luas, bersifat
mudah larut dalam lemak sehingga mudah menembus sel bakteri. Mekanisme kerja turunan
amfenikol adalah dengan menghambat biosintesis protein pada siklus pemenjangan rantai asam
amino, yaitu dengan menghambat pembentukan ikatan peptida. Dengan kata lain turunan
amfenikol menghambat pemanjangan rantai peptide dan pergerakan ribosom sepanjang mARN.
Penghambatan ini bersifat stereospesifik, hanya isomer D-(-)treo yang aktif. Selain itu turunan
amfenikol juga dapat menghambat sintesis protein mitokondria mamalia, karena ada persamaan
antara ribosom 70-S bakteri dari mamalia. Contoh antibiotika turunan amfenikol yaitu
kloramfenikol, tiamfenikol.
 Turunan tetrasiklin
Turunan tetrasiklin didapat dar hasil isolasi kultur Streptomyces sp. Dan kemudian
dikembangkan secara semisintetik. Tetrasiklin bersifat amfoter karena mengandung gusus
-gugus yang bersifat asam, seperti gugus hidroksil, dan basa, seperti gusus dimetilamino.
Dengan asam kuat tetrasiklin dapat membentuk agaram aam yang dapat larut dalam air dan
cukup stabil melalui protonasi gugus dimetilamino pada C-4. Garam basa yang dibentuk dari
dengan basa kuat seperti NaOH, KOH atau Ca(OH)2, tidak stabil dalam larutan air. Tetrasiklin
mengandung gugus-gusus yang dapat membentuk ikatan hidrogen intramolekul dan dapat
membentuk kompleks dengan garam-garam Ca, Fe atau Mg, sehingga tetrasiklin tidak boleh
diberikan bersamaan dengan susu, anatsida dan obatantianemia, dll yang mengandung garam-
garam diatas. Mekanisme kerja turunan tetrasiklin yaitu sebagai senyawa bakteriostatik. Karena
pada turunan ini mempunyai sifat pembentukan kelat maka aktivitas bakterinya disebabkan
oleh kemampuan untuk menghilangkan ion-ion logam-logam yang penting bagi kehidupan
bakteri, seperti ion Mg. Contoh antibiotika turunan tetrasiklin yaitu tetrasiklin HCL, doksisiklin
HCL, minosiklin HCL.
 Turunan aminogikosida
Amoniglikosida merupakan antibiotika dengan struktur kimia yang bervariasi, mengandung
basa deoksistreptamin atau streptidin dan gula amino 3-aminoglukosa, 6-aminoglukosa, 2,6-
diamonoglukosa, garosamin, D-glukosamin, L-N-metilglukosamin, neosamin dan
purpurosamin. Pada umumnya senyawa ini digunakan sebagai senyawa bakterisid, dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif serta efektif terhadap
mikobakteri. Contoh antibiotika turunan aminoglikosida yaitu nemosin sulfat, gentamisin sulfat,
tobramisin sulfat.
 Turunan makrolida
Turunan makrolida pada umumnya dihasilkan oleh Streptomyces sp., mempunyai 5 bagian
struktur yang karakteristik, yaitu cincin lakton yang besar (biasanya mengandung 12-17 atom),
gugus keton, satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dnegan cincin lakton,
gula netral (berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton), gugus dimetilamino pada
residu gula (menyebabkan sifat basis dari senyawa dan memungkinkan untuk dibuat bentuk
garamnya). Gula-gula yang terikat pada antibiotika turunan ini yaitu L-kladinosa, D-desosamin,
L-oleandrosa, dan D-rodosamin. Mekanisme kerja turunan makrolida sama seperti eritromisin
yaitu sebagai senyawa bakteriostatik dan hanya efektif pada mikroorganisme yang aktif
membelah. Turunan ini mengikat secara takterpulihkan subunit ribosom 50-S bakteri atau dekat
tempat donor P sehingga memblok ikatan tRNA dengan tempat tesebut dan mencegah
translokasi peptida-peptida dari tempat aseptor A ke tempat donor P. Contoh antibiotika
turunan makrolida yaitu eritromisin stearate, azitromisin, spiramisin.
 Turunan polipeptida
Antibiotika polipeptida mempunyai struktur yang snagan kompleks, mengandung polipetida
yang biasanya membentuk suatu siklik. Sumber utama turunan antibiotika ini adalah Bacillus
sp. dan Streptomyces sp. mekanisme kerja dari antibiotika polipeptida yaitu antibiotika
polipetida dapat menyebabkan ketidakteraturan struktur membran sitoplasma dan kehulangan
fungsinya sebagai rintangan permeable, sehingga ion-ion yang secara normal ada dalam sel
akan ke luar dan menyababkan bakteri mengalami kematian. Contoh antibiotika turunan
polipeptida yaitu tirotrisin, basitrasin, kolistin sulfat.
 Turunan linkosamida
Turunan linkosamida adalah antibiotika yang mengandung sulfur, dikarakteisasi oleh 4-alkil
asam pipekolat atau asam higrat yang terikat pada alkil 6-amino-α- tiooktopiranosida melalui
sambungan aida. Turunan linkosamida ini mengandung gugus yang bersifat basa, yaitu N-
pirolidin atau N-piperidin, dan dapat membentuk garam yang larut dalam air. Mekanisme kerja
turunan linkosamida yaitu turunan ini merupakan senyawa bakteriostatik, tetapi pada kadar
yang tinggi bersifat bakterisid. Turunan linkosamida dapat mengikat secara kuat ribosom sub
unit 50-S bakteri dan menghambat reaksi enzim peptidyl transferase sehingga mencegah
pembentukan ikatan peptidan dan menghambat sintesis protein bakteri. Contoh antibiotika
turunan linkosamida yaitu linkomisin HCL, klindamisin HCL.
 Turunan polien
Antibiotika turunan polien dihasilkan oleh Streptomyces sp., dikarakterisasi oleh adanya cincin
besar yang mengandung lakton dan ikatan rangkap terkonjugasi. Antibiotika turunan polien
tidak mempuyai aktivitas antibakteri atau antiriketsia, tetapi aktif terhadap jamur dan yeast.
Contoh antibiotika turunan polien yaitu amfoterisin B, kandisidin dan nistatin.
 Turunan ansamisin
Turunan ansamisin pada umumnya dihasilkan oleh Streptomyces sp., dikarakterisasi oleh
adanya struktur siklikyag mengandung gugus aromatic dan jembatan makrosiklik alifatik
pajang, yang dinamakan ansa, diantara posisi dua inti aromatic yang tidak saling berdekatan.
Contoh antibiotika turunan ansamisin yaitu rifampisin.
 Turunan antrasiklin
Turunan antrasiklin adalah antibiotika turunan antrasiklinon, pada umumnya tetrasiklik, dan
dihasilkan oleh Streptomyces sp. Mengandung gula pada konfigurasi L yang terikat pada gugus
7-hidroksil antarasiklinonmelalui ikatan glikosidik. Contoh antibiotika turunan ansamisin yaitu
daunorubisin HCL, doksorubisin HCL, epirubisin dan plikamisin
 Fosfomisin
Fosfomisin merupakan antibiotika yang diisolasi dari Streptomyces fridiae atau Streptomyces
sp. lainnya. Spektrum aktivitasnya luas dan bersifat bakterisidal terutama digunakan untuk
infeksi bakteri Gram-positif.

2. Mekanisme Kerja Beta-laktam


Mekanisme kerja antibiotika ꞵ-laktam yaitu ditunjukkan oleh oleh serangan nukleofil dari gugus
hidroksil serin enzim transpeptidase pada karbonil karbon cincin ꞵ-laktam yang bermuatan positif,
sehingga terjadi hambatan biosisntesis peptidoglikan. Akibatnya dinding sel menjadi lemah, dan
karena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis sehingga bakteri mengalami
kematian. Reaksi penghambatan enzim transpeptiase oleh antibiotika ꞵ-laktam dapat dilihat pada
gambar dibawah ini, yaitu :
Gambar a. kerja enzim transpeptidase yang mengkatalis biosintesis polimer melintang dari dinding
sel

Gambar b. serangan nukleofil gugus hidroksil serin enzim transpeptidase terhadap karbon karbonil
cincin ꞵ-laktam.
Antibiotika ꞵ-laktam hanya dapat membunuh bakteri pada fasa pertumbuhan tidak dapat
mempengaruhi yang dalam bentuk tidak aktif atau persisten. Untuk menunjukkan kerja pada bakteri
Gram-negatif, seperti E. coli atau P. aeruginosa, antibiotika ꞵ-laktam pertama-tama harus menembus
membran terluar selubung bakteri secara difusi pasif melalui saluran yang terbentuk oleh pori protein.
Sesudah menembus membrane terluar, antibotika ꞵ-laktam masuk melalui dinding sel, melewati
ruang periplasma dan mencapai sasaran, yaitu enzim serin protease yang terdapt pada membrane
terdalam (sitoplasma). Enzim ini yang bertanggung jawab terhadap biosintesis dinding sel. Pengaruh
pada biosisntesis dinsing sel merupakan kerja bakterisid utama dari antibiotika ꞵ-laktam Efek
antibiotika ꞵ-laktam terhadap bakteri yaitu menghentikan perumbuhan bakteri, dengan cara
menghambat biosintesis peptidoglikan, menurunkan kelangsungan hidup kultur, membuat sel menjadi
lisis.
ꞵ-laktamase merupakan enzim yang dapat menginaktifkan antibiotika ꞵ-laktam. Pada bakteri
Gram-negatif, enzim ꞵ-laktamase terdapat pada ruang periplasma, suatu posisi yang strategis karena
harus dilewati oleh antibiotika ꞵ-laktam sebelum mencapai sasaran. Pada bakteri Gram-positif enzim
tesebut dilepaskan ke dalam medium dan merusak antibiotika ꞵ-laktam sebelum mecapai sel
Penghambat ꞵ-laktamase adalah senyawa yang dapat menetralkan enzim ꞵ-laktamase sehingga
penginaktifan antibiotika ꞵ-laktam dan tanpa halangan dapat secara bebas menunjukkan kerja
bakterisidnya. Karena efek sinergis tersebut, penghambat ꞵ-laktamase sering digunakan bersama-
sama dengan antibiotika ꞵ-laktam untuk mengatasi infeksi bakteri yang telah tahan.
Gambar diagram perbedaan cara perlindungan ꞵ-laktamase terhadap bakteri Gram-positif dan
Gram-negatif
Selain menghambat enzim peptidoglikan transpeptidase, antibiotika ꞵ-laktam seperti penisilin,
sefalosporin, dan monobactam, juga menghambat DD-karboksipeptidase (merupakan suatu enzim
yang bekerja pada ikatan peptide diantara dua ujung residu D-alanin dari UDP-N-asetilmuramat-L-
Ala-D-Glu-meso-Dap-D-Ala-D-Ala dan substrat sitetik yang berhubungan seperti Diasetil-L-Lis-D-
Ala-D-Ala.

3. a. Tandai bagian yang merupakan lead structure dan memiliki aktivitas farmakologis sebagai
aktibakteri! Kaitkan alasan penandaannya dan hubungkan dengan mekanisme kerja dari
penisilin!

Bagian yang dilingkari tersebut merupakan lead structure dan memiliki aktivitas
farmakologis sebagai aktibakteri, dimana jika dihubungkan dengan mekanisme kerja dari
penisilin, dimana serangan nukleofil dari gugus hidroksil serin enzim transpeptidase pada
karbonil karbon cincin ꞵ-laktam yang bermuatan positif, sehingga terjadi hambatan
biosisntesis peptidoglikan. Akibatnya dinding sel menjadi lemah, dan karena tekanan turgor
dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis sehingga bakteri mengalami kematian, yang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Serangan Nukleofil Gugus Hidroksil Serin Enzim Transpeptidase Terhadap Karbon


Karbonil Cincin ꞵ-Laktam.

Selain menghambat enzim peptidoglikan transpeptidase, antibiotika ꞵ-laktam seperti


penisilin, sefalosporin, dan monobactam, juga menghambat DD-karboksipeptidase
(merupakan suatu enzim yang bekerja pada ikatan peptide diantara dua ujung residu D-alanin
dari UDP-N-asetilmuramat-L-Ala-D-Glu-meso-Dap-D-Ala-D-Ala dan substrat sitetik yang
berhubungan seperti Diasetil-L-Lis-D-Ala-D-Ala.

b. Bagian mana yang merupakan rantai samping dan dilakukan modifikasi pada struktur tersebut!

Bagian yang merupakan rantai samping pada struktur penisilin yaitu R-COO- (bagian yang
dilingkaran berwarna hitam). Rantai samping R-COO- memiliki gugus R, dimana gugus dapat
dimodifikasi dengan penambahan struktur lain (bagian dilingkari dengan warna hijau)
c. Jelaskan alasan modifikasi rantai samping dari penisilin! Dan struktur apa yang ditambahkan
untuk melakukan modifikasi tersebut!
 Alasan modifkasi rantai samping dari penisilin yaitu untuk membuat turunan penisilin baru
dengan sifat yang lebih baik dibandingkan penisilin alami.
Sifat-sifat tersebut antara lain:
- Penisilin yang tahan terhadap asam, yaitu karena ada gugus penarik electron, misalnya
gugus fenoksi, yang terikat pada rantai samping asam amino. Gugus tersebut mencegah
penataulangan penisilin menjadi asam penilat, yang terjadi dalam suasana asam.
- Penisilin yang tahan terhadap ꞵ-laktamase, yaitu karena ada gugus meruah (bulky) pada
rantai samping asam amino, mislanya cincin aromatik yang pada kedudukan orto
mengandung gugus halogen atau metoksi. Efek halangan ruang gugus meruah tersebut
dapat mempengaruhi pengikatan enzim ꞵ-laktamase pada cincin ꞵ-laktam dan
menyebabkan perubahan konformasi sehingga enzim kehilangan aktivitas
- Penisilin dengan spektrum luas, yaitu karena ada gugus hidrofil, seperti NH2, pada rantai
samping, sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein membrane terluar
bakteri Gram-negatif menjadi lebih besar.
- Penisilin yang aktif terhadap bakteri Gram-negatif dan Pseudomonas aeruginosa,
disebabkan ada gugus asidik pada rantai samping, seperti -COOH, SO3H, dan -NHCo-.
- Penisilin yang bekerja sebagi pra-obat, didapat melalui beberapa cara sebagai berikut :
 Membuat bentuk garam, contoh : prokain penisilin G, dan benzatin penisilin G.
 Menutupi gugus amino bebas, misalnya yang terdapat pada struktur ampisilin, dengan
membentuk gugus amida yang akan diurai kembali pada in vivo, contoh : piperasilin,
azlosilin, mezlosilin, dan aplasilin.
 Membentuk ester pada gugus karboksil yang terikat atom C3, contoh : bukampisilin,
pivampisilin, dan Talampisilin.
 Struktur yang ditambahkan untuk melakukan modifikasi pada rantai samping (R) pada
struktur penisilin, yaitu:
4. Perbedaan cephalosporin generasi 1,2,3 dan 4 berdasarkan spektrum/aktivitas
antibakterinya, kemampuan menembus CSF, waktu paruh dan inaktivasi akibat β-
laktamase!
1. Sefalosporin generasi pertama merupakan antibiotik yang memiliki spectrum kerja yang
lebih sempit dibandingkan dengan generasi selanjutnya, terutama aktif terhadap cocci,
kecuali enterococci, E.coli, pneumoniae, P.mirabilis, Salmonella sp., Shigella sp.
Turunan ini tahan terhadap -laktamase luar sel yang dihasilkan oleh S.aureus tetapi
tidak tahan jika dihasilkan oleh bakteri gram negative. Waktu paruh eliminasi lebih
pendek dan kemampuan untuk menembus cairan serebrospinal lebih rendah.
2. Sefalosporin generasi kedua memiliki spectrum yang hampir sama dengan generasi
pertama, tetapi turunan ini lebih aktif terhadap bakteri gram negative enteric, dan tahan
terhadap -laktamase. Waktu paruh eliminasinya hampir sama dengan generasi pertama
tetapi kemampuan untuk menembus cairan serebrospinal lebih baik dibandingkan dengan
generasi pertama.
3. Sefalosporin generasi ketiga memiliki spektrum antibakteri yang lebih luas dibandingkan
generasi sebelumnya. Secara turunan ini aktif terhadap bakteri Gram-negatif yang telah
resisten, lebih tahan terhadap -laktamase, tetapi kurang aktif terhadap bakteri gram
positif. Beberapa dari turunan ini aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa. Sefalospirin
generasi ketiga memiliki waktu paruh yang panjang ± 8 jam, kemampuan untuk
menembus cairan serebrospinal yang baik.
4. Sefalosporin generasi keempat memiliki spectrum antibakteri yang lebih luas dari
generasi sebelumnya. Turunan ini aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negative
yang sudah resisten. Memiliki sifat yang lebih tahan terhadap -laktamase dan aktif
terhadap Pseudomonas aeruginosa. Sefalospirin generasi ketempat memiliki waktu paruh
yang Panjang ± 8 jam.
5. Lihat gambar struktur cephalosporin disamping!

a. Tandai bagian yang merupakan lead structure dan memiliki aktivitas farmakologis
sebagai antibakteri! Kaitkan alasan penandaannya dan hubungkan dengan
mekanisme kerja dari cephalosporin!

Bagian yang dilingkari dengan warna hijau tersebut merupakan lead structure dan
memiliki aktivitas farmakologis sebagai antibakteri. Struktur into dari turunan
sefalosporin yaitu yaitu asam-7-amino-sefalosporanat yang merupakan kompleks cincin
dihidrotiazin dan cincin beta-laktam pada posisi 7. Daya kerja sefalosporin ialah
bakterisida. Mekanisme kerja antimikrobanya dengan menghambat sintesis dinding
sel mikroba (sintesis peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan
dindingnya). Jadi yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian
reaksi pembentukan dinding sel. Spektrum kerja sefalosporin luas dan meliputi banyak
kuman Gram-positif dan gram-negatif, termasuk E.coli, Klebsiella, dan Proteus.

b. Bagian mana yang merupakan rantai samping dan dilakukan modifikasi pada
struktur tersebut!

Bagian yang merupakan rantai samping dan rantai yang dapat dilakukan modifikasi
adalah rantai R pada posisi 3 (Rantai samping R2) (bagian yang dilingkari dengan warna
orange) dan rantai R pada posisi 7 (Rantai Samping R (R-CONH-)) (Bagian yang
dilingkari dnegan warna hijau).
c. Jelaskan alasan modifikasi rantai samping dari cephalosporin! Dan struktur apa

yang ditambahkan untuk melakukan modifikasi tersebut!

 Alasan modifikasi rantai saming dari cepalosporin yaitu

- Modifikasi rantai samping di posisi 7 dari cincin laktam tampaknya mempengaruhi

aktivitas antibakteri sementara posisi 3 dari cincin dihydrothiazine mengubah

sifat farmakokinetik dan afinitas pengikatan reseptor.

- Modifikasi R1 dan R2 berhubungan dengan masing-masing jenis sefalosporin.

Adanya gugus pendorong elektron pada posisi 3 akan meningkatkan resonansi


enamin sehingga kereaktifan cincin -laktam terhadap sisi aktif pada substrat D-

alanil-D-alanin dalam biosintesis peptidoglikan meningkat sehingga aktivitas

antibkterinya juga akan meningkat.

- Pada umumnya turunan sepalosporin berbeda-bedapada gugus-gugus yang terikat

pada posisi 7 atau 3 dari cincin sefem. Modifikasi substituent pada C-3 untuk

mendapatkan sifat kimia, fisika yang dikehendaki, sedang modifikasi pada C-7 untuk

mengubah spektrum aktivitasnya

- Adanya gugus pendorong electron pada posisi 3 meningkatkan resonasi enamin

sehingga kerektifan cincin beta lactam terhadap sisi aktif substrat D-alanil-D-alanin

dalam biosintesis peptidoglikan meningkat, akibatnya aktivitas antibakterinya juga

meningkat

- Aktivitas biologis sangat tergantung pada rantai samping yang terikat pada posisi 7.

Substitusi gugus metoksi pada posisi 7, seperti sefamisin, dapat meningkatkan

ketahanan senyawa terhadap serangan beta lactam

- Pergantian isosteric dari atom S pada cincin dihidrotiazin dengan atom O

menghasilkan oksasefamisin atau oksasefem. Turunan baru tersebut yang didapatkan

melalui sintesis total, menunjukkan spektrum antibakteri yang lebih luas.

 Struktur yang ditambahkan untuk melakukan modifikasi yaitu

a. Sefalosporin generasi pertama

Sefalosporin generasi pertama adalah sefalosporin pertama di pasaran. Mereka

memiliki aktivitas antimikroba yang baik terhadap bakteri gram positif tetapi aktivitas

terbatas terhadap spesies gram negatif.  Struktur kimia sefalosporin generasi pertama

cukup sederhana. Sebagai contoh, tiga obat dari kelas ini

( Cephalexin , Cephradine dan Cefadroxil ) semuanya memiliki kelompok metil


tunggal pada posisi C-3. Kelompok samping yang umum di C-3 untuk sefalosporin

kelas satu adalah kelompok kecil yang tidak bermuatan seperti metil.  Grup metil pada

posisi C-3 memberikan afinitas rendah untuk PBP umum yang sebagian dapat

menjelaskan aktivitas yang relatif rendah dari obat-obatan pertama

ini. Namun Cefaclor memiliki kelompok Cl pada posisi C-3 yang membuatnya lebih

baik mengikat PBP dan dengan demikian aktivitas antimikroba yang lebih baik. Tidak

ada kesepakatan tentang mengklasifikasikan Cefaclor sebagai sefalosporin generasi

pertama karena kelompok Cl pada posisi C-3 dan karenanya aktivitasnya meningkat,

tetapi sering diklasifikasikan sebagai karena rantai samping C-7 yang lebih terkait

dengan generasi pertama dari generasi kedua. Semua sefalosporin generasi pertama

memiliki gugus α-amino pada posisi C-7. Struktur ini membuat mereka rentan

terhadap hidrolisis oleh β-laktamase. 

b. Sefalosporin generasi ke-2

Sefalosporin generasi kedua awal sangat mirip dalam struktur dasar dengan

generasi pertama. Namun Loracarbef tidak memiliki cincin dihydrothiazin yang

normal tetapi merupakan carbacephem yang memiliki atom karbon di dalam cincin,

bukannya atom belerang yang menjadikannya cincin tetrahydropyridine. Sifat kimia

ini memberi Loracarbef stabilitas yang lebih baik dalam plasma sambil


mempertahankan karakteristik penyerapan oral dan afinitas untuk mengikat

PBP. 7- fenil - glisin membuatnya tersedia secara oral dan klorin pada posisi C-3

membuatnya seaktif Cefaclor. Perubahan struktural yang penting dalam

pengembangan sefalosporin generasi kedua adalah pengenalan kelompok α-

iminometoksi pada rantai samping C-7. Ini memberikan peningkatan resistensi

terhadap β-laktamase karena pemblokiran stereokimia dari cincin beta-

laktam. Cefuroxime adalah sefalosporin pertama yang menggabungkan rantai samping

ini. Kelompok lain yang sangat penting dalam generasi kedua adalah

cincin aminothiazole ke rantai samping C-3. Perkembangan ini secara drastis

meningkatkan afinitas pengikatan pada PBP dan meningkatkan aktivitas

antimikroba. Cincin aminothiazole dapat dilihat dalam struktur Cefotiam.

c. Sefalosporin generasi ke-3

Mayoritas sefalosporin generasi ketiga memiliki kelompok aminothiazole pada posisi C-

7. Kelompok yang berbeda ditemukan pada posisi 7-α seperti 7-α-iminohidroksi dan 7-α-

iminometoksi. Namun Ceftibuten memiliki kelompok 7-α-ethylidene. Kelompok ini

memberikan resistensi ceftibuten yang lebih tinggi terhadap peningkatan spektrum β-

laktamase. Banyak dari sefalosporin generasi ketiga oral adalah ester dari bentuk parenteral


dan dihidrolisis oleh esterase dalam saluran pencernaan ( Cefteram- pivoxil). Beberapa obat

generasi ketiga dapat diserap secara oral tanpa perlu esterifikasi . Ini misalnya dilakukan

dengan Cefixime dan Cefdinir dengan meletakkan grup vinil pada posisi C-3.

d. Sefalosporin generasi ke-4

Sefalosporin generasi keempat memiliki aktivitas lebih besar melawan bakteri gram

negatif daripada generasi kedua dan ketiga. Perbedaan ini dikaitkan dengan mereka menjadi

senyawa zwitterion ionik dipolar. Rantai samping C-7 mirip dengan sefalosporin generasi

ketiga yang biasanya mengandung kelompok iminomethoxy-aminothiazole atau dalam

kasus Cefclidine an aminothiadiazole. Karena nitrogen kuaterner bermuatan positif dalam

rantai sisi C-3 sefalosporin generasi keempat dapat berdifusi melalui membran bakteri gram

negatif lebih mudah daripada sefalosporin sebelumnya. Diperkirakan bahwa muatan positif

mengarahkan molekul obat ke pintu masuk saluran porin. 


DAFTAR PUSTAKA

Cartika Harpolia. 2016. Kimia Farmasi. Pusdik SDM Kesehatan. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

FUNGTOMC, J. 1997. "Sefalosporin generasi keempat". Buletin Mikrobiologi

Klinik

García-Rodríguez, JA; Muñoz Bellido, JL; García Sánchez, JE (1995). "Sefalosporin oral:


perspektif saat ini". Jurnal Internasional Agen Antimikroba .

Lemke, Thomas (2008). Prinsip kimia obat Foye .Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins.

Sader, H (1 Desember 1992). "Tinjauan historis spektrum sefalosporin: Empat generasi

evolusi struktural".Buletin Antimikroba 

Siswandono dan Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal Edisi 2. Surabaya: Airlangga

University Press.

Anda mungkin juga menyukai